KEMENKES JAMBI
ii
MAKALAH PRATEK ASUHAN KOMPREHENSIF PADA
MASAPERSALINANPADA NY. M DENGAN NYERI PINGGANG
DI PBM
Di susun oleh:
DESMAYETTY
iii
Halaman persetujuan pembimbing
Praktek asuhan kebidanan konfrensif Persalinan
Kontrak belajar
Penilaian kontrak belajar
Rencana kegiatan mingguan
Loogbook kegiatan
Daftar hadir
Evaluasi rencana kegiatan
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan
individu praktek kebidanan komunitas yang BERJUDUL ASUHAN KEBIDANAN
KOMPRENSIF PADA MASA KEHAMIAN TRIMESTER III DENGAN NYERI
PINGGANG DI PBM TAHUN 2020
Sholawat serta salam tak lupa Penulis panjatkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa safa’at dan ridhonya.
Adapun penyusunan laporan ini diajukan untuk melengkapi tugas praktek kebidanan
komunitas.
Dalam penyusunan laporan individu ini Penulis banyak mengalami hambatan dan
kesulitan akan tetapi atas bimbingan serta arahan dari para pembimbing dan dukungan semua
sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan individu ini dengan baik. Untuk itu Penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj.Suryani.SPd,MPH Selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekes Kemeskes Jambi
2. Ibu Lia Artika Sari M.keb Selaku Kaprodi Profesi Kebidanan Poltekes kemenkes
Jambi
3. Ibu Sri Yun Utama, SST. MKM selaku pembimbing praktik asuhan kebidanan.
4. Dosen TIM Mata Kulia Asuhan Kebidanan
5. Teman-teman Mahasiswa angkatan Kedua Studi Profesi Kebidanan Poltekes
Kesehatan Kemenkes jambi.
v
Judul
Kata Pengantar iv
Daftar isi iv
A.Pendahuluan 6
a. Latar Belakang 6
b. Tujuan 8
c. Manfaat 8
B. Tinjauan Teori
a. Persalinan Normal 9
b. Tanda-Tanda Persalinan 9
c. Tahap Persalinan 10
d. Faktor-Faktor Persalinan 12
e. Mekanisme persalinan 13
f. Nutrisi 16
g. Nyeri 17
h. Teori Evidence Based Midwiferypada Persalinan 18
C. Tinjauan Kasus
a. Judul Kasus 20
b. Identitas Pasien 20
c. Manajemen Asuhan Kebidan 31
D. Pembahasan 41
E. Penutup 42
Daftar Pustaka
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan
dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca
persalinan, hipotermia,dan asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu fokus utamanya adalah
mencegah terjadinya komplikasi. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah
bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuain
ini sangat penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
(sarwono,2015)
7
Goals (SDGs) dimana target AKI pada tahun 2030 AKI sebesar 70/100.000
kelahiran hidup (Kemenkes, 2015). Salah satu upaya untuk menurunkan Angka
Kematian ibu (AKI) dengan meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan
melalui program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
yakni meningkatkan peran aktif suami (suami siaga), keluarga dan masyarakat
merencanakan persalinan yang aman (Kemenkes, 2015).
Sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri. (oxorn DC, 1986).
Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri berasal dari
kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan makin bertambahnya baik volume
maupun frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat,
puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm
dan berlangsung sekitar 4,6 jam untuk primipara dan 2,4 jam untuk multipara
(Reeder, Martin & Griffin, 2011).
Seorang ibu yang sedang dalam proses persalinan pasti akan mengalami
nyeri pinggang persalinan dan berusaha untuk beradaptasi dengan nyeri
tersebut. Kemampuan adaptasi dan reaksi dari ibu bersalin terhadap nyeri
pinggang persalinan akan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia melahirkan,
dukungan sosial yang ia terima, dan khususnya teknik pengontrolan nyeri
pinggang persalinan yang ia gunakan(Mulati, Handayani, & Arifin, 2007,
hlm.1).
Rasa nyeri merupakan akibat Kontraksi uterus pada persalinan
(Cunningham, 2006).Dimana nyeri yang timbul dari bagian bawah abdomen
yang akan menyebar pada daerah lumbal punggung serta akan menjalar ke
bagian paha (Bobak, 2005). Nyeri yang timbul saat persalinan merupakan suatu
nyeri pada kontraksi uterus. Dimana suatu kontraksi uterus dapat memicu pada
saat persalinan, sehingga dapat menimbulkan suatu peningkatan aktivitas pada
saraf simpatis, serta pada perubahan tekanan darah, dan denyut jantung. Nyeri
pada persalinan tersebut akan mengakibatkan perasaan yang tidak enak, takut
untuk menghadapi persalinan,serta dapat menyebabkan kekhawatiran keadaan
bayinya dan akan mudah stress jika masalah ini tidak langsung segera diatasi
(Sumarah,2008).
3
Sensasi nyeri menjalar melewati syaraf simposisyang memasuki modula
spinalis melalui segmen posterior syaraf spinalis torakalis 10, 11 dan 12.
Penyebaran nyeri pada kala I fase aktif persalinan adalah nyeri pinggang yang
dialami ibu disebabkan oleh tekanan kepala janin terhadap tulang belakang,
nyeri ini tidak menyeluruh melainkan nyeri disuatu titik. Akibat penurunan
janin,lokasi nyeri punggung berpindah ke bawah, ke tulang belakang
bawahserta lokasi denyut jantung janin berpindah ke bawah pada abdomen ibu
ketika terjadi penurunan kepala (Mander, 2005; Walsh,2007)
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam Studi Kasus ini adalah “Bagaimana
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. E G2 P1 A0 di PBM.
C. Tujuan
1. Khusus
Penulis dapat memahami dan melakukan asuhan kebidanan pada
ibu bersalin di PBM sebagai salah satu upaya penurunan angka kematian
ibu dan bayi.
2. Umum
Melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin meliputi:
Pengkajian, merumuskan Diagnosa, merencanakan, melaksanakan asuhan
kebidanan, dan melakukan evaluasi serta mendokumentasikan asuhan
kebidanan dengan managemen kebidanan.
D. Manfaat
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat di manfaatkan dalam
asuhan persalinan normal
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. a. Persalinan Normal
Persalinan adalah proes dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup badan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan
dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum dapat dikategorikan in partu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks (JNPK-KR, 2016).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang Telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui vagina secara
spontan (Manuaba,1998;Wiknjosastro dkk, 2015). Pada akhir kehamilan,
uterus secara progresif lebihpeka sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara
ritmis sehingga bayi dilahirkan.
b.Tanda-Tanda Persalinan
Ada 3 tanda yang paling utama yaitu:
1. Kontraksi (His)
Ibu terasa kenceng-kenceng sering, teratur dengan nyeri dijalarkan dari
pinggang ke paha.Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon oksitosin yang
secara fisiologis membantu dalam proses pengeluaran janin. Ada 2 macam
kontraksi yang pertama kontraksi palsu (Braxton hicks) dan kontraksi yang
sebenarnya. Pada kontraksi palsu berlangsung sebentar, tidak terlalu sering
dantidak teratur, semakin lama tidak ada peningkatan kekuatan kontraksi.
Sedangkan kontraksi yang sebenarnya bila ibu hamil merasakan kenceng-
kenceng makin sering, waktunya semakin lama, dan makin kuat terasa, diserta
5
mulas atau nyeri seperti kram perut. Perut bumil juga terasa kencang.
Kontraksi bersifat fundal recumbent/nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian
atas atau bagian tengah perut atas atau puncak kehamilan (fundus), pinggang
dan panggul serta perut bagian bawah. Tidak semua ibu hamil mengalami
kontraksi (His) palsu. Kontraksi ini merupakan hal normal
untukmempersiapkan rahim untuk bersiap mengadapi persalinan.
2. Pembukaan serviks
Biasanya pada bumil dengan kehamilan pertama, terjadinya pembukaan ini
disertai nyeri perut. Sedangkan pada kehamilan anak kedua dan selanjutnya,
pembukaan biasanya tanpa diiringi nyeri. Rasa nyeri terjadi karena adanya
tekanan panggul saat kepala janin turun ke area tulang panggul sebagai akibat
melunaknya rahim. Untuk memastikan telah terjadi pembukaan, tenaga medis
biasanya akan melakukan pemeriksaan dalam (vaginal toucher).
3. Pecahnya ketuban dan keluarnya bloody show.
Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini bercampur
darah. Itu terjadi karena pada saat menjelang persalinan terjadi pelunakan,
pelebaran, dan penipisan mulut rahim. Bloody show seperti lendir yang kental
dan bercampur darah. Menjelang persalinan terlihat lendir bercampur darah
yang ada di leher rahim tsb akan keluar sebagai akibat terpisahnya membran
selaput yang menegelilingi janin dan cairan ketuban mulai memisah dari
dinding rahim. Tanda selanjutnya pecahnya ketuban, di dalam selaput ketuban
(korioamnion) yang membungkus janin, terdapat cairan ketuban sebagai
bantalan bagi janin agar terlindungi, bisa bergerak bebas dan terhindar dari
trauma luar. Terkadang ibu tidak sadar saat sudah mengeluarkan cairan
ketuban dan terkadang menganggap bahwa yang keluar adalah air pipisnya.
Cairan ketuban umumnya berwarna bening, tidak berbau, dan akan terus keluar
sampai ibu akan melahirkan. Keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir ini bisa
terjadi secara normal namun bias juga karena ibu hamil mengalami trauma,
infeksi, atau bagian ketuban yang tipis (locus minoris) berlubang dan pecah.
Setelah ketuban pecah ibu akan mengalami kontraksi atau nyeri yang lebih
intensif. Terjadinya pecah ketuban merupakan tanda terhubungnya dengan
dunia luar dan membuka potensi kuman/bakteri untuk masuk. Karena itulah
6
harus segera dilakukan penanganan dan dalam waktu kurang dari 24 jam bayi
harus lahir apabila belum lahir dalam waktu kurang dari 24 jam maka
dilakukan penangana selanjutnya misalnya caesar.
c. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses
persalinan yang meliputi langkah sbb :
a. Turunnya kepala, meliputi :
1) Masuknya kepala dalam PAP
2) Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir
tepat diantara symfisis dan promontorium, disebut synclitismus.
Kalau pada synclitismus os.parietal depan dan belakang sama
tingginya jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati
symfisisatau agak kebelakang mendekati promontorium disebut
Asynclitismus.
3) Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus
posterior jika sebaliknya disebut asynclitismus anterior.
4) Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus
posterior jika sebaliknya disebut asynclitismus anterior
b. Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir PAP serviks, dinding panggul atau
dasar panggul.
c. Putaran paksi dalam
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah
symfisis.
d. Ekstensi
Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari
kepala hal ini disebabkan karena lahir pada intu bawah panggul
mengarah ke depan dan keatas sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya.
e. Putaran paksi luar
7
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali
kearah punggung anak torsi pada leher yang terjadi karena putaran
paksi dalam.
f. Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah
punggung dilakukan pengeluaran anak dengan gerakan biparietal
sampai tampak ¼ bahu ke arah anterior dan posterior dan badan
bayi keluar dengan sangga susur.
d. Tahapan Persalinan
Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita
tersebut mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody show). Lendir yang
disertai darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai
membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-
pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena
pergeseranpergeseran ketika serviks membuka (Wiknjosastro dkk, 2015).
KALA I
1. Pengertian
TandadanGejalakala I adalahsebagaiberikut :
3. Anamnesa
8
Anamnesa bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan, kehamilan dan persalinan. Meliputi :
A. Biodata
4. Pemeriksaan Fisik
9
3. Nadi : dengan normal 80x/menit
4. Pernapasan : 20x/menit
C. Pemeriksaan abdomen
4. Menentukan presentasi
Untuk menentukan presentasi (bagian terbawah) bayi :
a. Berdiri disamping dan menghadap ke arah kepala ibu (minta ibu mengangkat
tungkai atas dan menekukkan lutut)
b. Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala atau bokong maka
perhatian dan pertimbangkan bentuk, ukuran, dan kepadatan bagian tersebut.
Bagian berbentuk bulat teraba keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan
(bila belum masuk rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentukknya
10
kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dan sulit terpegang secara
mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong. Istilah sungsang
digunakan untuk menunjukkan bahwa bagian terbawah adalah kebalikkan dari
kepala atau diidentikkan sebagai bokong
c. Dengan ibu jari dan jari tengah dari 1 tangan (hati-hati dan mantap), pegang
bagian terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen (diatas simfisis
pubis) ibu. Bagian yang berada di antara ibu jari dan jari tengah penolong
adalah petunjuk presentasi bayi.
d. Jika bagian terbawah janin belum masuk ke rongga panggul maka bagian
tersebut masih dapat digerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul maka
bagian terbawah janin sulit atau tidak dapat digerakkan lagi.
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Penilaian penuruna kepala janin dilakukan dengan menghitung proprsi
bagian terbawah janin yang masih berada di atas tepi atas simpisis dan dapat di
ukur dengan 5 jari tangan pemeriksaan (perlimaan). Bagian diatas simfisis adalah
proporsi yang belum masuk pintu atas panggul dan sisa nya (tidak teraba)
menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin telah masuk ke rongga panggul.
a. 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis
b. 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas
panggul
c. 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul
d. 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada di atas
simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah rongga (tidak
dapat digerakkan)
e. 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang
berada di atas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga panggul
f. 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar
dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul
6. Periksa dalam
11
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersing. Minta
ibu untuk berkemih dan mencuci area genitalia (jika ibu belum melakukannya)
dengan sabun dan air. Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan
selama pemeriksaan. Tentranmkan hati dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan
privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
a. Catatkan semua temuan hasil anamnesa dan pemerksaan fisik secara teliti dan
lengkap
b. Gunakan informasi yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu,
tahapan dan fase persalinan. Jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm, berarti
ibu berada dalam fase laten kala satu persalinan dan perlu penilaian ulang 4
jam kemudian. Jika pembukaan telah mencapai atau lebih dari 4 cm maka ibu
berada dalam fase aktif kala satu persalinan sehingga perlu dimulai pemantauan
kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
c. Tentukan ada atau tidaknya masalah atau penyult yang harus ditatalaksana
secara khusus
d. Setiap kali selesai melaukan penilaian, lakukan kajian data yang terkumpul,
dan buat diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana
penatalaksanaan dan asuhan ibu bersalin. Penatalaksanaan harus didasarkan
pada kajian hasil temuan hasil temuan dan diagnosis.
e. Jelaskan temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan
keluarganya sehingga mereka mengerti tentang tujuan asuhan yang akan
diberikan
Mengidentifikasi perluya tindakan segera oleh tim bidan atau dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dnegan angggota tim kesehatan yang lain
sesuai dnegan kondisi klien.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan di evaluasi. Beberapa data
mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan
kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR
yang rendah(varney)
13
9. Merencanakan Asuhan Kala 1 Persalinan
1) Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya
2) Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan
tersebut
3) Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
4) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir
5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
6) Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentrakan hati ibu beserta anggota-
anggota keluarganya
7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya
8) Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana
mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan
kelahiran bayinya
9) Secara konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi
10) Hargai privasi ibu
11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinanan dan
kelahiran bayi
12) Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang ia
menginginkannya
13) Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak merugikan
kesehatan ibu
14) Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi,
pencukuran, dan klisma
15) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin
16) Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah bayi lahir
17) Siapkan rencana rujukan (bila perlu)
18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan
resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi
14
10. Pelaksanaan
KALA II PERSALINAN
15
1. Pengertian Kala II Persalinan
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
( 10 cm ) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran
bayi (JNPK-KR depkes RI, 2013:75).
bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu, penolong
persalinan harus memakai celemek yang bersih dan penutup kepala atau ikat
rambut pada saat menolong persalinan serta sarung tangan steril atau sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi. Juga gunakan masker penutup mulut dan
pelindung mata ( kacamata ) yang bersih dan nyaman. Kenakan semua
perlengkapan pelindung pribadi selama membantu kelahiran bayi dan plasenta
16
serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka episiotomi (JNPK-KR depkes
RI, 2013:76).
bayi baru lahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri. Siapkan
lingkungan yang sesuai bagi proses kelahiran bayi atau bayi baru lahir denga
memastikan ruangan tersebut bersih, hangat (minimal 25̊ C, pencahayaannya
cukup, dan bebas dari tiupan angin (matikan kipas angin atau pendingin udara bila
sedang terpasang). Bila ibu bermukim di daerah pegunungan atau beriklim dingin,
sebaiknya disediakan minimal 2 selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih
untuk mengeringkan dan menjaga kehangatan tubuh bayi (JNPK-KR depkes RI,
2013:77).
17
6. Persiapan Ibu dan Keluarga
1) Asuhan Sayang Ibu
a. Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses
persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan
kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam menjalani proses
persalinan.
Alasan : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan
dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan
b. Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu
untuk berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan
dan minuman, teman bicara, dan memberikan dukungan dan semangat
selama persalinan dan melahirkan bayinya
c. Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu
dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses
persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka
d. Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala dua persalinan.
Lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan jika diperlukan
e. Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran
f. Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada
dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk
meneran berkepanjangan dan menahan nafas. Anjurkan ibu beristirahat di
antara kontraksi.
Alasan : meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernapas
sehiggan terjadi kesalahan yang tidak perlu dan meningkatkan risiko asfiksia
pada bayi sehingga akibat turunnya pasokan oksigen melalui plasenta.
g. Anjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala II
Alasan: ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasis selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu
mengalami hal tersebut.
h. Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua persalinan.
Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses
18
persalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurungi perasaan
tegang, membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. Beri
penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong
akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa
yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan
( misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, periksa dalam) (JNPK-KR
depkes RI, 2013:77).
19
Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum
atau sesudah kelahiran bayi dan atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih
hanya dilakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tak mampu berkemih sendiri.
Alasan : selain menyakitkan, kateterisasi akan meningkatkan risiko infeksi
dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu (JNPK-KR depkes RI,
2013:78).
4) Amniotomi
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
perlu dilakukan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat
dilakukan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban
maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut
menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama persalinan (JNPK-KR
depkes RI, 2013:78).
20
yang nyaman dan beritahukan untuk menahan diri untuk meneran hingga
penolong memberitahukan saat yang tepat untuk itu
7) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu
mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif
dan benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga
ibu untuk membantu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan
pada partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5 – 10 menit.
Pastikan ibu dapat beristirahat di antara kontraksi.
8) Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran,
bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman ( bila masih mampu,
anjurkan untuk berjalan – jalan ). Posisi berdiri dapat membantu penurunan
bayi yang berlanjut dengan dorongan untuk meneran. Ajarkan cara bernafas
selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan
semua temuan pada partograf. Berikan cukup cairan dan anjurkan /
perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15
menit. Stimulasi putting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan
kualitas kontraksi. Jika ibu ingin meneran, lihat petunjuk pada butir 7
diatas.
9) Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan
lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran di setiap puncak kontraksi.
Anjurkan ibu mengubah posisinya secara teratur, tawarkan untuk minum
dan pantau DJJ setiap 5 – 10 menit. Lakukan stimulasi puting susu untuk
memperkuat kontraksi.
10) Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika
kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak
turunnya kepala bayi mungkin disebabkan oleh disproporsi kepala panggul
( CPD ) (JNPK-KR depkes RI, 2013:79).
21
membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan
menjaga sirkulasi utero – plasenter tetap baik.
Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman bagi
ibu dan memberi kemudahahn baginya untuk beristirahat di antara kontraksi.
Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya gravitasi untuk membantu ibu
melahirkan bayinya. Jongkok atau berdiri membantu mempercepat kemajuan kala
dua persalinan dan mengurangi rasa nyeri. Beberapa ibu merasa bahwa
merangkak atau berbaring miring ke kiri membuat mereka lebih nyaman dan
efektif untuk meneran. Kedua posisi tersebut juga akan membantu perbaikan
posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior.
Posisi merangkak seringkali membantu ibu mengurangi nyeri punggung saat
persalinan. posisi berbaring miring ke kiri memudahkan ibu untuk beristirahat
diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga dapat mengurangi risiko
terjadinya laserasi perineum (JNPK-KR depkes RI, 2013:80).
9. Cara Meneran
a. Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama
kontraksi
b. Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran
c. Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi
d. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk
meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelken ke dada
e. Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran
f. Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran
bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptur
uteri. Peringatkan anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus
bila mereka mencoba melakukan itu.
Catatan : Jika ibu adalah primigravida dan bayinya belum lahir atau persalinan
tidak akan segera terjadi setelah dua jam meneran maka ia harus segera dirujuk ke
fasilitas rujukan. Lakukan hal yang sama apabila seorang multigravida belum juga
melahirkan bayinya atau persalinan tidak akan segera terjadi setelah satu jam
meneran (JNPK-KR depkes RI, 2013:83).
22
10. Posisi Ibu Saat Melahirkan
Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada posisi
berbaring terlentang.
Alasan: Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya ( janin, cairan
ketuban, plasenta, dll ) menekan vena cava inferior ibu. Hal ini akan mengurangi
pasokan oksigen melalui sirkulasi utero – plasenter sehingga akan menyebabkan
hipoksia pada bayi. Berbaring terlentang juga akan mengganggu kemajuan
persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif.
Apapun posisi yang dipilih oleh ibu, pastikan tersedia alas kain atau sarung bersih
di bawahibu dan kemudahan untuk menjangkau semua peralatan dan bahan –
bahan yang diperlukan untuk membantu kelahiran bayi. Tempatkan juga kain atau
handuk bersih di atas perut ibu sebagai alas tempat meletakkan bayi baru lahir
(JNPK-KR depkes RI, 2013:83).
24
Perhatikan perineum pada saat kepala bayi keluar dan dilahirkan. Usap
muka bayi dengan kain atau kasa bersih atau DTT untuk membersihkan lendir dan
darah dari mulut bayi. Jangan melakukan pengisapan lendir secara rutin pada
mulut dan hidung bayi. Sebagian besar bayi sehat dapat menghilangkan lendir
tersebut secara alamiah pada dengan mekanisme bersin dan menangis saat lahir.
Pada pengisapan lendir yang terlalu dalam, ujung kanul pengisap dapat
menyentuh daerah orofaring yang kaya dengan persyarafan parasimpatis sehingga
dapat menimbulkan reaksi vaso – vegal. Reaksi ini menyebabkan perlambatan
denyut jantung ( bradikardia ) dan atau henti napas ( apnea ) sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa bayi ( Enkin, et al, 2000 ). Dengan alasan itu
maka pengisapan lendir secara rutin menjadi tidak dianjurkan.
Selalu isap mulut bayi lebih dulu sebelum mengisap hidungnya.
Menghisap hidung lebih dulu dapat menyebabkan bayi menarik nafas dan terjadi
aspirasi mekonium atau cairan yang ada di mulutnya. Jangan memasukkan kateter
atau bola karet penghisap terlalu dalam pada mulut atau hidung bayi. Hisap lendir
pada bayi dengan lembut, hindari pengisapan yang dalam dan agresif (JNPK-KR
depkes RI, 2013:85-86).
25
c. Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan lateral tubuh bayi
sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.
Catatan: sulit untuk memperkirakan kapan distosia bahu dapat terjadi.
Sebaiknya selalu diantisipasi kemungkinan terjadinya distosia bahu pada
setiap kelahiran bayi, terutama pada bayi – bayi besar dan penurunan
kepala lebih lambat dari biasanya (JNPK-KR depkes RI, 2013:85-87).
secara umum Air ketuban atau cairan vagina 3. Berikan ampisilin 2 gr atau
28
Kejang ( eklampsia ) 4. Berikan dosis pemeliharaan
MgSO4 40% 6G dalam 6 jam.
Segera rujuk ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
gawatdaruratan obstetri dan bayi
baru lahir
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Kontraksi Tanda – tanda inersia uteri: 1. Anjurkan untuk mengubah
Kurang dari 3 kontraksi dalam posisi dan berjalan – jalan
waktu 10 menit, lama kontraksi 2. Anjurkan untuk minum
kurang dari 40 detik 3. Jika selaput ketuban masih utuh
dan pembukaan diatas 6 cm
maka pecahkan ( gunakan
setengah kocher DTT )
4. Stimulasi puting susu
5. Anjurkan ibu untuk
mengosongkan kandung
kemihnya
6. Jika bayi tidak lahir setelah 2
jam meneran ( primigravida )
atau 1 jam ( multigravida ),
segera rujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan
7. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
Denyut Tanda gawat janin : 1. Baringkan miring ke kiri,
Jantung DJJ kurang dari 120 atau lebih anjurkan ibu untuk menarik
Janin dari 160 x/menit, mulai waspada nafas panjang perlahan – lahan
tanda awal gawat janin dan berhenti meneran
DJJ kurang dari 100 atau lebih 2. Nilai ulang DJJ setelah 5 menit:
dari 180 x/menit a. Jika DJJ normal, minta ibu
kembali dan pantau DJJ
29
setelah setiap kontraksi.
Pastikan ibu tidak berbaring
terlentang dan tidak menahan
nafasnya saat meneran
b. Jika DJJ abnormal, rujuk ibu
ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan
bayi baru lahir
c. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
Penurunan Kepala bayi tidak turun 1. Anjurkan untuk meneran sambil
Kepala Bayi jongkok atau berdiri
2. Jika grafik penurunan kepala
pada partograf melewati garis
waspada sedangkan pembukaan
serviks dan kontraksi cukup
memuaskan maka segera rujuk
pasien ke fasilitas rujukan
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Lahirnya Tanda – tanda distosia bahu: Lakukan tindakan dan upaya lanjut
Bahu Kepala bayi tidak melakukan ( tergantung hasil tindakan yang
putaran paksi luar dilakukan ) :
Kepala bayi keluar kemudian 1. Perasat Mc.Robert
tertarik kembali ke dalam 2. Prone Mc.Robert (menungging)
vagina ( kepala kura – kura ) 3. Anterior dysimpact
Bahu bayi tidak dapat lahir 4. Perasat Cork – screw dari wood
5. Perasat Schwartz – Dixon
Cairan Tanda – tanda cairan ketuban 1. Nilai DJJ:
Ketuban bercampur mekonium: a. Jika DJJ normal, minta ibu
Cairan ketuban berwarna hijau kembali meneran dan pantau
( mengandung mekonium ) DJJ setelah setiap kontraksi.
30
Pastikan ibu tidak berbaring
terlentang dan tidak menahan
nafasnya saat meneran
b. Jika DJJ tidak normal,
tangani sebagai gawat janin
2. Setelah bayi lahir, lakukan
penilaian segera dan bila bayi
tidak bernapas maka hisap
lendir di mulut kemudian hidup
bayi dengan penghisap lendir
DeLee ( DTT / steril ) atau bola
karet penghisap ( baru &
bersih ). Lakukan tindakan
lanjutan sesuai dengan hasil
penilaian
Tali Pusat Tanda – tanda tali pusat 1. Nilai DJJ, jika ada :
menumbung: Segera rujuk ke fasilitas
Tali pusat teraba atau terlihat kesehatan rujukan
saat periksa dalam Dampingi ibu ke tempat
rujukan
Baringkan miring ke kiri
dengan pinggul agak naik.
Dengan memakai sarung
tangan DTT / steril, satu
tangan di dalam vagina untuk
menahan kepala bayi agar
tidak menekan tali pusat dan
tangan lain di abdomen untuk
menahan bayi pada posisinya
( keluarga dapat membantu
melakukannya )
ATAU
31
Ganjal bokong ibu agar lebih
tinggi dari kepalanya.
Dengan mengenakan sarung
tangan DTT / steril,
masukkan satu tangan ke
dalam vagina untuk menahan
kepala bayi agar tak menekan
tali pusat
2. Jika DJJ tidak ada
Beritahukan ibu dan
keluarganya
Lahirkan bayi dengan cara
yang paling aman
Tali Pusat Tanda – tanda lilitan tali pusat: 1. Jika tali pusat melilit longgar di
Tali pusat melilit leher bayi leher bayi, lepaskan melewati
kepala bayi
2. Jika tali pusat melilit erat di
leher bayi, lakukan penjepitan
tali pusat dengan klem di dua
tempat kemudian potong
diantaranya, kemudian lahirkan
bayi dengan segera
Untuk Kehamilan kembar tak terdeteksi 1. Nilai DJJ
kehamilan 2. Jika bayi kedua dengan
kembar tak presentasi kepala dan kepala
terdeteksi segera turun, biarkan kelahiran
berlangsung seperti bayi
pertama
3. Jika kondisi – kondisi tersebut
tidak terpenuhi, baringkan ibu
miring ke kiri
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas
32
yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri dan bayi baru lahir
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan
33
PERSALINAN KALA III
34
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan okksitosin 10
unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral ( lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin ).
Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat
pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit,
dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada
2 cm distal dari klem pertama.
Potong dan ikat tali pusat
1. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian
gunting tali pusat diantara dua kelm tersebut ( sambil lindungi perut
bayi ).
2. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan
kedua menggunakan simpul kunci.
3. lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5 % ( jangan
membungkud puntung tali pusat atau mengoleskan cairan / bahan
apapun ke puntung tali pusat ).
4. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letskksn bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu,
usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari puting payudara ibu.
5. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi
pada kepala bayi.
36
9. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk
melahirkan selaput ketuban.
10. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan
plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama.
Gunakan jari-jari tangan anda atau klem DTT steril atau forsep untuk
keluarkan selaput ketuban yang teraba.
37
6. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.
Melakukanpendokumentasian
38
KALA IV PERSALINAN
1. Pengertian
Kala IV persalinan dimulai sejak plasenta lahir sampai kurang lebih 2 jam
setelah plasenta lahir. (JNPK-KR depkes RI.2013:137)
2. Pemantauan kala IV persalinan
a. Memperhatikan jumlah darah yang keluar
Cara memperkirakan banyaknya darah yang keluar adalah dengan
menghitung jumlah kain yang dipakai.Menilai jumlah darah yang
dikeluarkan melalui tanda – tanda vital dan pengamatan darah yang keluar
dari vagina, serta penilaian kontraksi uterus.
b. Pemeriksaan perineum
Melihat adanya perdarahan aktif dan menilai derajat laserasi perineum
c. Pencegahan infeksi
1. Cuci Tangan
2. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
3. Menggunakan teknik aseptik non aseptic
4. Memproses alat bekas pakai
5. Menangani peralatan tajam dengan aman
6. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan ( termasuk pengelolaan
sampah dengan benar )
d. Pemantauan keadaan umum ibu
Pemantauan tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih,
kontraksi uterus dan tanda – tanda adanya pendarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua selama 2 jam. Bila
kandung kemih ibu penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya. Penolong dapat membantu ibu dengan cara membasuh daerah
vulva menggunakan air hangat untuk merangsang keinginan berkemih.
(JNPK-KR depkes RI.2013:137-140)
39
3. Asuhan Sayang Ibu
Asuhan saying ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara paling mudah membayangkan
mengenai asuhan saying ibu adalah dengan menanyakan diri sendiri
“Seperti inikah asuhan yang ingi saya dapatkan?”
Salah satu prinsip saying ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan
keluarga dalam proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil
penelitian menunjukan bahwa jika para ibu di perhatikan dan di beri
dukungan selama persalinan dan kelahira bayi serta mengetahui dengan
baik menenai roses persalinan dan asuhan yang akan mereka trima, mereka
akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik.
(JNPK-KR depkes RI.2013:32)
4. Asuhan Sayang Ibu pada Masa Pascapersalinan
a) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (Rawat Gabung)
b) Bantu ibu untuk memulai membiasakan menyusui dan anjurkan
pemberian ASI sesuai dengan permintaan
c) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup
setelah melahirkan
d) Anjurkan suami dan anggota keluarganya untuk memeluk bayi dan
mensyukuri kelahiran bayi
e) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya yang
mungkn terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika
timbul masalah/rasa khawatir
(JNPK-KR depkes RI.2013:13)
5. Membuat Rujukan segera selama persalinan kala IV
40
Uterus lembek dan
tidak berkontraksi
Perdarahan Pasca Tanda dan gejala 1. Lakukan pemeriksaan
Persalinan robekan vagina, secara hati – hati
Vagina, perineum, perineum atau serviks: 2. Jika terjadi laserasi
serviks Perdarahan pasca derajat satu atau dua
persalinan lakukan penjahitan
Plasenta lengkap 3. Jika terjadi laserasi
Uterus derajat tiga atau
berkontraksi empat atau robekan
serviks:
Pasang infuse
dengan
menggunakan
jarum besar
( ukuran 16 atau
18 ) dan berikan
RL atau NS
Segera rujuk ibu
fasilitas dengan
kemampuan
gawat darurat
obstetric
Dampingi ibu
ketempat rujukan
Nadi Tanda atau gejala syok: 1. Baringkan miring
Tekanan darah Nadi cepat, lemah kekiri
41
Urin mmHg ) 3. Pasang infuse dengan
Pucat menggunakan jarum
Berkeringat atau besar( ukuran 16 atau
dingin, kulit 18 ) dan berikan RL
lembab atau NS. Infuskan 1 L
Nafas cepat ( lebih dalam 15 sampai 20
dari 30 kali / menit menit; jika mungkin
) infuskan 2L dalam
42
B. NYERI
Nyeri persalinan disebabkan adanya regangan segmen bawah rahim, Farer (2001).
Intensitas nyeri sebanding dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang terjadi, nyeri
bertambah ketika mulut rahim dalam dilatasi penuh akibat tekanan bayi terhadap struktur
panggul diikuti regangan dan perobekan jalan lahir. Nyeri persalinan unik dan berbeda
pada setiap individu karena nyeri tidak hanya dikaitkan dengan kondisi fisik semata, tetapi
berkaitan juga dengan kondisi psikologis ibu pada saat persalinan.
a. Fisiologi nyeri persalinan Proses terjadinya nyeri persalinan terdiri dari 3 (tiga) komponen
fisiologis berikut ini: resepsi (proses perjalanan nyeri), persepsi (kesadaran seseorang
terhadap nyeri), reaksi (respon fisiologis dan perilaku setelah mempersepsikan nyeri).
1. Resepsi : proses perjalanan nyeri selama persalinan berlangsung sesuai dengan fase
persalinan. Nyeri di kala I disebabkan oleh kontraksi uterus sehingga menyebabkan
uterus tertarik dan serviks mendatar (effacement) dan berdilatasi. Nyeri di kala II
disebabkan oleh penurunan kepala ke rongga pelvis dan menyebabkan peregangan
strukstur jalan lahir ke bawah. Bentuk stimulus merangang pengeluaran zat kimia
(histamin, bradikinin, dan kalium). Pengaruh dari zat tersebut nosiseptor aktif
mentransmisikan impuls-impuls nyeri. Impuls-impuls nyeri dihantarkan ke arah
atas menuju substansi gelatinosa di dalam kornu dorsalis medulla spinalis di torakal
10-12 samapai lumbal 1 (kala I) sedangkan impuls-impuls nyeri selama kala II di
transmisikan melalui syaraf pudendal ke nervus sakralis ke-4. Semua impuls
tersebut di transmisikan oleh serabut syaraf perifer (serabut A-delta dan serabut C)
ke thalamus. Thalamus sebagai girus pasca sentralis memproyeksikan nyeri ke
korteks serebri yang selanjutnya akan di persepsikan.
2. Persepsi : hasil persepsi impuls nyeri ditransmisikan kembali oleh efektor sebagai
persepsi nyeri. Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada
saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek.
Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sebagai respon yang
tidak menyenangkan kemudian individu dapat bereaksi.
3. Reaksi : reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang terjadi
setelah mempersepsikan nyeri. Hasil persepsi di korteks cerebri ditransmisikan ke
thalamus lalu ke sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Stimulasi pada cabang
simpatis di saraf otonom menghasilkan respon fisiologis dan perilaku. Apabila
43
nyeri berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi.
Demikian pula, bila nyeri dirasakan terus menerus akan menyebabkan kelelahan
pada ibu saat proses meneran. Pada saat yang bersamaan proses persalinan akan
berlangsung lama.
b. Penyebab nyeri pinggang pasca persalinan
Nyeri di pinggang pasca persalinan bisa disebabkan oleh banyak hal. Sebagian besar
penyebab nyeri ini adalah aktivitas selama hamil. Berikut penyebab nyeri pinggang
pada wanita setelah persalinan selengkapnya.
Pengaruh hormon Saat sedang hamil khususnya mendekati hari kelahiran,
tubuh akan merilis progesteron dan relaxin. Dua hormon ini akan
menyebabkan area pelvis menjadi lebih relaks. Ligamen menjadi tidak kaku
biasanya agar persalinan bisa berjalan dengan lebih mudah. Sayangnya kondisi
ini menyebabkan masalah pada pinggang.
Pelemahan otot di perut Saat rahim membesar dan menekan ke perut, akan ada
pelemahan di sekitar otot perut. Pelemahan ini juga berdampak pada pinggang
dan menyebabkan masalah pada wanita selama hamil hingga pasca persalinan.
Berat badan yang meningkat tajam Berat badan yang meningkat tajam,
membuat wanita mengalami gangguan susah berjalan hingga tidur. Posisi
perut yang salah bisa menyebabkan seorang wanita mengalami nyeri di
pinggang pasca persalinan.
Proses persalinan Saat persalinan terjadi, posisi wanita juga menentukan nyeri
atau tidaknya di pinggang. Kalau proses persalinan lama dan posisinya agak
tidak tepat, kemungkinan besar akan terjadi masalah pada pinggang akan
besar.
1. Dalam penelitian Widiawati dkk (2018) menyebutkan bahwa secara fisiologi rasa
nyeri yang timbul pada saat persalinan antara primipara dan multipara sama yaitu
karena adanya peningkatan hormone oksitosin menyebabkan kontrasksi uterus
sehingga terjadi spasme dan ischemic myometrium akibatnya terjadi penurunan
aliran darah yang menyebabkan timbul rasa sakit didaerah tersebut. Ischemi juga
menyebabkan meningkatnya jumlah asam laktat yang merangsang ujung syaraf
44
nyeribereaksi. Sehingga antara primipara dan multipara tidak terlihat perbedaan
yang bermakna dalam tingkat skala nyeri persalinan.
2. Novia (2020) Penelitian ini menggunakan 43 sampel ibu melahirkan fase aktif
kala I di klinik bersalin Siti Reswari Padang, dengan hasil penelitian bahwa nyeri
persalinan kala I fase aktif pada ibu primigravida sebagian besar mengalami nyeri
berat sebanyak 16 orang (84,2%). Nyeri persalinan pada ibu multigravida lebih
dari separoh mengalami nyeri sedang sebanyak 14 orang (58,3%), terdapat
perbedaan tingkat nyeri persalinan Kala I Fase Aktif Pada Primipara dengan
multipara Selama kala I persalinan, nyeri diakibatkan oleh dilatasi servik dan
segmen bawah uterus dan distensi korpus uteri. Intensitas nyeri selama kala ini
diakibatkan oleh kekuatan kontraksi dan tekanan yang dibangkitkan.
45
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
TANGGAL : 14-11-2020 MAHASISWA : DESMAYETTY
NIM : PO 71242200026
KELUHAN UTAMA : ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah yang menjalar
kepinggang dan keluarnya lendir bercampur darah
4. Riwayat Menstruasi
Menarche usia 14 tahun.SiklusTeratur.Lama 7hari.Sifatdarah: encer. Bau
khas/amis.Flour alboustidak. Disminorhee: tidak. Banyaknya 2-3 kali ganti
pembalut/hari.
a. HPHT : 05-02-2020
b. TP :12-11-20-20 UK : 38- 39 Minggu
5. Imunisasi / TT : TT1
Data ini digunakan untuk membantu mendapatkan informasi apakah ibu dan bayinya
telah memiliki proteksi dari penyakit tetanus toxoid.
1. Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita : Ibu tidak memiliki riwayat
atau sedang menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, diabetes mellitus, dan TBC.
47
b. Hipertensi : Wanita hipertensi yang dinyatakan hamil perlu mendiskusikan dengan
dokternya tentang pengobatan mana yang aman digunakan selama mengandung. Selain
itu, wanita dengan hipertensi yang sudah ada sebelumnya mengalami peningkatan
resiko terjadinya preeklampsia selama kehamilan ( Varney,2007: 130).
c. Asma : Wanita yang memiliki riwayat asma berat sebelum hamil tebukti akan terus
mengalaminya dan menjadi semakin buruk selama masa hamil. Asma dihubungkan
dengan peningkatan angka kematian perinatal, hiperemesis gravidaru, pelahiran
preterm, hipertensi kronis, preeklamsia, bayi berat lahir rendah, dan perdarahan
pervaginam (Varney,2007:630).
d. Diabetes Melitus : Faktor resiko utama diabetes maternal ini adalah berat badan
berlebih, peningkatan berat badan, dan kurangnya aktivitas fisik. Jelas hal ini menjadi
pertimbangan bagi semua bidan dalam menganjurkan pola hidup sehat kepada wanita.
Diabetes juga merupakan permasalahan yang terus meningkat pada wanita usia subur.
Oleh sebab itu, penapisan diabetes harus dilakukan pada semua wanita hamil.
(Varney,2007:635).
e. TBC : Pada kehamilan pada infeksi TBC resiko prematuritas, IUGR dan berat badan
lahir rendah meningkat, serta resiko kematian perinatal meningkat 6 x lipat. Keadaan
ini terjadi akibat diagnosa yang terlambat, pengobatan yang tidak teratur dan derajat
keparahan lesi di paru. Infeksi TBC dapat menginfeksi janin yang dapat menyebabkan
tuberculosis kongenital. (Prawirohardjo, 2008 : 207 ).
48
diabetes mellitus, dan hipertensi, baik dalam keluarga ibu maupun ayah yang dapat
mempengaruhi kehamilan.
7. Makan/minum/eliminasi
8. Psikososial
Psikososial : penerimaan klien terhadap kehamilan ini :
Social support dari : suami dan orang tua
Pengambilan keputusan : suami
a. Pemeriksaan Umum:
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik (memperlihatkan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan), lemah, atau buruk (kurang atau tidak memberi respon
yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk
berjalan sendiri).
Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik. Perubahan 30 mmHg sistolik dan 15 mmHg diastolik di atas tekanan darah
sebelum hamil, menandakan toxemia gravidarum (keracunan kehamilan) (Hani
dkk,2010:91)
3) Nadi : 83
Data ini digunakan untuk membantu menentukan diagnosa dan daignosa potensial yang
mungkin terjadi. Takikardi (≥110 denyut permenit) akan mengindikasikan dehidrasi,
49
kekhawatiran, kelelahan, atau masalah serius lainnya (misal anemia, syok, infeksi, penyakit
jantung).
4) Suhu /T : 37
Data ini digunakan untuk menentukan kesehatan ibu hamil, jika terdapat demam (diatas
37,5⁰C di aksila) atau hipotermia (dibawah 36,5⁰C di aksila) mungkin mengindikasikan
adanya infeksi, bahaya lingkungan, atau kondisi serius lainnya.
5) RR : 20 x/m
Data ini menggambarkan keadaan ibu hamil, dimana terjadinya respirai abnormal,
dengkuran pernafasan, nafas terengah-engah, atau pernafasan irregular mungkin
mengindikasikan distress pernafasan atau masalah pernafasan lain.
Data ini digunakan untuk menggambarkan keadaan klien secara keseluruhan, dan
menggambarkan tingkat kesadaran klien. Apabila pada wajah klien terlihat pucat kebiruan
(sianosis) maka mengindikasikan adanya distress pernafasan.
b. Status pasien
1) Kepala : mesocephal, rambut hitam, lebat, kulit rambut bersih dan tidak rontok
Warna konjungtiva yang pucat dpat mengindikasikan adanya anemia karena kekurangan
protein dan Fe untuk pembentukan eritrosit, pemeriksaan terhadap anemia perlu
diteguhkan dengan pemeriksaan kadar Hb di laboratorium.Warna konjungtiva normal
adalah merah muda dan terlihat pembuluh darah kecil dan halus.
4) Dada : mamae simetris, areola hiperpigmentasi, mammae membesar, tidak ada benjolan,
puting susu menojol, dan kolostrum belum keluar.
Ukuran payudara yang tidak simetris (biasanya salah satu payudara berukuran lebih besar
daripada yang lain) tetapi dengan kontur yang sama adalah normal dan merupakan tahap
awal perkembangan. Ketidaksimetrisan kontur payudara, misalnya tonjolan atau lesung
50
pada kontur menunjukkan ke-abnormalan dan perlu dikonsultasikan ke dokter.
Hiperpigmentasi areola merupakan salah satu tanda dugaan kehamilan dan merupakan
proses fisiologis kehamilan akibat peningkatan hormon HCG, bidan dapat memberikan
konseling mengenai perubahan fisiologis selama kehamilan. Adanya massa pada payudara
dapat mengindikasikan keabnormalan dan perlu dicurigai adanya tumor atau keganasan.
Data ini digunakan untuk memastikan perkembangan dan impementasi dari rencana
perawatan yang ditujukan untuk kebutuhan wanita dan mencegah terjadinya komplikasi
pada saat persalinaan
6) Vulva : tidak ada vaices, tidak ada luka, tidak ada kemerahan, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran, ada terdapat keputihan normal berwarna putih bening.
Adanya bau tidak sedap pada vagina dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Kebocoran
urin/feses dari vagina dapat mengindikasikan adanya vistula. Normalnya terdapat sedikit
fluor albus yang berwarna bening kental, tidak berbau dan tidak terasa gatal. Varises pada
vulva dapat mengakbatkan penyulit selama kehamilan dan persalinan. Normalnya tidak
terdapat varises pada vagina. Adanya massa atau kista dikhawatirkan sebagai indikasi
adanya keganasan.
Oedema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toxameia gravidarum atau oleh tekanan
rahim yang membesar pada vena-vena dalam panggul yang mengalirkan darah dari kaki,
tetapi juga oleh hypovitaminose B1, hypoproteinemia dan penyakit jantung. Munculnya
varises pada kehamilan merupakan hal fisiologis yang terjadi akibat penekanan vena oleh
pembesaran uterus sehingga vena tampak meliuk-liuk.
c. Palpasi
2) abdomen :
51
b. Leopold II : menentukan mengetahui posisi bayi (puki)
Untuk menentukan apa yang terdapat di berut ibu pada kiri dan kanan di lakukan
dengan meraba berputar
untuk mengetahui apa kah nagian terbawa janin bokong atau kepala.
d. leopold IV : divergen
untuk mengetahui apakahkah kepada bayi belum atau sudah masuk PAP
e. posisi : normal
f. kontraksi : +
g. penurunan :3/5
d. Auskultasi : teratur
e. Refleks patella : +
f. Pemeriksaan penunjang
1) Hb : 11,5 gr/%
2) HbsAg : negative
Salah satu pemeriksaan cepat untuk deteksi kualitatif Antigen Hepatitis B permukaan
(HbsAg) pada serum atau plasma. Virus Hepatitis B dapat menyebabkan penyakit hati
atau liver yang serius. Hepatitis B dapat menular dari ibu kepada janin selama kehamilan.
Akibatnya, bayi memiliki risiko yang tinggi terhadap timbulnya infeksi jangka panjang
dan penyakit liver nantinya. Bila diketahui bahwa Ibu terinfeksi hepatitis B, Ibu akan
52
dirujuk kepada dokter spesialis. Selain itu ketika lahir, bayi akan diperiksa apakah telah
tertular atau tidak dan mungkin akan membutuhkan imunisasi.
3) VCT : negative
Merupakan test untuk mengetahui adanya virus HIV atau tidak. Pemeriksaan ini penting
bagi ibu hamil karena infeksi HIV pada Ibu hamil bisa menembus ke janin selama
kehamilan, saat melahirkan, atau selama menyusui. Virus HIV merupakan virus yang
dapat menyebabkan AIDS.
Merupakan test untuk mengetahui adanya virus Corona atau tidak. Pemeriksaan ini
penting bagi ibu hamil karena infeksi Corona pada Ibu hamil bisa menembus ke janin
selama kehamilan, dan penting juga pada tenaga kesehatan
g. Toucher/pemeriksaan dalam
C. ANALISIS DATA
1. Diagnosis Kebidanan
Ny. E umur 31 tahun G2P1A0 UK 38-39 minggu inpartu kala I fase aktif normal.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu dan keluarga
bahwa ibu sudah dalam proses persalinan keadaan umum ibu dan janin baik , Tekanan
Darah : 120/80 mmHg, Suhu : 37,2˚C Respirasi : 20 x/menit, Nadi : 83 x/menit. Pada
pemeriksaan perut ibu didapatkan hasil pada fundus teraba lunak dan tidak melenting,
punggung kiri, presentasi kepala dan sudah masuk panggul 3/5, DJJ (+) 130 x/menit.
53
Pada pemeriksaan dalam yang dilakukan didapatkan hasil pembukaan 6 cm, portio
tebal, ketuban utuh, UUK, lendir darah.
Rasionalisasi :Dengan memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan agar
ibu mengetahui keadaan ibu dan janin yang ada dalam kandungannya serta
mengetahui apakah ibu sudah masuk persalinan atau belum saat ini sehingga
kekhawatirannya akan berkurang.
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu suami dan keluarga yang mendampingi untuk selalu mendukung dan
memenuhi kebutuhan ibu dalam melewati fase-fase persalinan.
Rasionalisasi : Dukungan yang baik akan membantu ibu menurunkan rasa nyeri yang
diderita. Dalam kondisi relaks, tubuh akan memproduksi hormon bahagia yang
disebut endorphin yang akan menekan hormon stressor, sehingga rasa nyeri yang
dirasakan akan berkurang. Dukungan diberikan oleh suami akan membuat ibu lebih
nyaman dan lebih menikmati setiap perjalanan persalinan, semakin ibu menikmati
proses persalinan maka ibu akan merasa lebih relaks akibatnya ibu tidak lagi
terfokus pada rasa nyeri persalinan, sehingga nyeri persalinan tidak lagi terasa
(Hilmansyah, 2011).
Evaluasi : Suami dan keluarga selalu mendampingi ibu dan memenuhi kebutuhan
yang diperlukan oleh ibu seperti menemani ke kamar mandi, memenuhi asupan nutrisi
ibu dan lain sebagainya.
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi (pernapasan dalam) saat ada kontraksiuntuk
mengurangi rasa nyeri dengan menarik nafas panjang dari hidung dan mengeluarkan
dari mulut.
Rasionalisasi : Dengan menarik nafas dalam-dalam pada saat ada kontraksi dengan
menggunakan pernapasan dada melalui hidung akan mengalirkan oksigen ke darah
yang kemudian dialirkan keseluruh tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin yang
merupakan penghilang rasa sakit yang alami didalam tubuh (Winny, 2015).
Evaluasi: Ibu dapat melakukan teknik relaksasi (pernapasan dalam) rasa nyeri
berkurang sehingga rasa cemas dapat diminimalkan.
4. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan apabila masih sanggup untuk berjalan agar
mempermudah penurunan kepala janin.
Rasionalisasi: Dengan menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan dapat memperluas
panggul pada pintu bawah panggul.
54
Evaluasi : ibu berjalan-jalan disekitar ruang VK.
5. Menganjurkan ibu untuk miring kiri agar mempercepat penurunan kepala.
Rasionalisasi : Posisi miring kiri menurunkan tekanan uterus pada vena kava dapat
menghindari terjadinya hipoksia pada janin, menciptakan pola kontraksi uterus yang
efisien, meningkatkan dimensi pelvis, memudahkan pengamatan janin, memberikan
paparan perineum yang baik, menyediakan daerah yang bersih untuk melahirkan dan
menimbulkan perasaan yang nyaman bagiibu
Evaluasi: Ibu bersedia miring kiri.
6. Memberikan terapi counterpresure kepada ibu.
Rasionalisasi: Penekanan pada daerah lumbal secara kontinu dengan menggunakan
kepalan tangan untuk mengurangi sensasi nyeri yang dialami responden saat
persalinancenderung mengalami penurunan, tindakan massase counterpressure lebih
dapat dikontrol terutama mengenai tekanan yang harus diberikan kepada ibu bersalin.
Evaluasi: Ibu sudah dilakukan counterpresure.
7. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum teh manis jika tidak ada kontraksi.
Rasionalisasi: pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu untuk memberi makanan ringan dan
cairan yang cukup selama persalinan memberikan lebih banyak energi dan mencegah
dehidrasi. Apabila dehidrasi terjadi dapat memperlambat atau membuat kontraksi
menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
Evaluasi: Ibu tidak ingin makan apapun, dan bersedia minum teh hangat.
8. Menyiapkan tempat, alat-alat partus, dan obat untuk menolong persalinan.
a. Partus Set : sepasang handscoon steril, klem tali pusat 2 buah (untuk mengeklem
tali pusat ketika akan dipotong), gunting tali pusat 1 buah (untuk memotong tali
pusat bayi sesaat setelah lahir), gunting episiotomy 1 buah (tidak harus digunakan,
hanya digunakan bila keadaan terdesak), kateter nelaton 1 buah (tidak harus
digunakan, apabila ibu tidak dapat berkemih secara spontan), benang tali pusat/
clem cord (untuk menali tali pusat setelah dipotong), dan sputit 3 cc 1 buah
(digunakan untuk injeksi oksitosin).
b. Hecting Set : sepasang handscoon steril, nald fuder 1 buah, pinset anatomi 1 buah,
pinset cirurgy 1 buah, nail heachting otot dan kulit, benang chatgut cromik ukuran
0,02/0,03, 1 gunting benang dan 1 buah spuit 10 cc (digunakan untuk injeksi
lidokain).
55
c. Resusitasi Set : 2 bedong bayi, penghisap lendir DeLee, alat ventilasi (sungkup
atau balon), Lampu sorot 60 watt (digunakan untuk penerangan dan untuk
menghangatkan tempat resusitasi oleh karena itu lampunya dinyalakan ketika
persalinan akan dimulai), 1 meja resusitasi, dan sarung tangan.
d. Obat-obaan : Oksitosin 10 IU 1 ampuls (digunakan ketika placenta akan lahir
untuk merangsang agar cepat keluar), lidokain 2% 1 ampuls (digunakan sebagai
anatesi ketika akan dilakukan episiotomi daa penjahitan), salep mata, vit K 1
ampuls (untuk mencegah terjadinya perdarahan pada bayi), vaksin Hb 0
Rasionalisasi: persiapan alat agar dapat melakukan tindakan segera dan antisipasi
terhadap persalinan spontan.
Evaluasi: tempat, alat-alat partus dan obat sudah disiapkan.
9. Observasi keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan berupa observasi DJJ dan
kontraksi (HIS).
Rasionalisasi: Semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat ke dalam
partograf. Diantaranya (APN,2017) :
1) Denyut jantung janin : setiap ½jam.
56
CATATAN PERKEMBANGAN I
TANGGAL : 14-11-2020
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah tidak tahan lagi dan ingin megedan
IV. PENATALAKSANAAN
1. Melihat kemajuan pembukaan persalinan
Rasionalisasi :untuk memastikan adanya kemajuan persalinan .
Evaluasi : sudah tampak dorongan meneran, perineum menonjol, dan vulva
membuka.
2. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu Tekanan Darah : 120/80 mmHg,
Suhu : 37,0˚C Respirasi : 20 x/menit, Nadi : 83 x/menit. Pemeriksaan dalam : portio
teraba, pembukaan 6 cm, ketuban utuh
Rasionalisasi :agar ibu mengetahui kondisinya dan bayi dalam kandungannya serta
ibu mengetahui bahwa sudah memasuki proses pengeluaran bayi.
57
Evaluasi : ibu mengetahui kondisinya.
3. Memeriksa lagi alat partus steril, dan menyiapkan diri dengan memakai APD.
Rasionalisasi : alat partus harus siap agar proses persalinan lancar dan menyiapkan
diri dengan memakai APD untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari paparan
darah, semua jenis cairan tubuh dan lainnya.
Evaluasi : alat partus sudah lengkap
4. Mengajarkan ibu posisi yang membuat ibu merasa nyaman.
Rasionalisasi : agar posisi ibu nyaman dan mudah dalam persalinan
Hasil : posisi ibu senyaman mungkin
5. Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar saat ada his
Menutup mulut, jangan mengeluarkan suara agar tidak kelelahan
a. Meletakkan kedua tangan ibu di paha dan tarik paha ibu jika terasa sakit
b. Mengangkat kepala, tempelkan dagu ke dada sambil melihat perut ibu.
c. Mengedan seperti BAB keras.
d. Melarang ibu mengangkat bokong saat mengedan.
Rasionalisasi : mengedan akan membantu otot rahim mendorong bayi menuju jalan
lahir. Kemampuan seorang ibu untuk mengedan dengan benar akan menentukan
keadaan bayi yang dilahirkan.
Evaluasi : Ibu siap untuk meneran jika ada kontraksi dengan baik.
6. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi dan memberikan air minum
untuk ibu.
Rasionalisasi : ibu dianjurkan istirahat jika sedang relaksasi untuk mengurangi
kelelahan dan minum untuk mencegah dehidrasi
Evaluasi : ibu istirahat dan minum air putih pada saat tidak kontraksi.
58
CATATAN PERKEMBANGAN II
TANGGAL : 14-11-2020
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah tidak tahan lagi dan ingin megedan
IV. PENATALAKSANAAN
1. Melihat adanya tanda persalinan kala II.
Rasionalisasi :untuk memastikan ibu memang sudah siap untuk
dipimpin meneran atau mengedan.
Evaluasi : sudah tampak dorongan meneran, perineum menonjol, dan vulva
membuka.
2. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu. Pemeriksaan dalam : portio
tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban pecah spontan jernih, eff: 100%
Rasionalisasi :agar ibu mengetahui kondisinya dan bayi dalam kandungannya
serta ibu mengetahui bahwa sudah memasuki proses pengeluaran bayi.
Evaluasi : ibu mengetahui kondisinya dan bahagia bahwa sebentar lagi akan
bertemu dengan bayinya.
59
3. Mengatur posisi ibu yang membuat ibu merasa nyaman.
Rasionalisasi : posisi yang dirasakan paling nyaman membuat ibu lebih rileks
dan memudahkan proses persalinan.
Hasil : ibu mengambil posisi dorsal recumbent
4. Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar.
Menutup mulut, jangan mengeluarkan suara agar tidak kelelahan
e. Meletakkan kedua tangan ibu di paha dan tarik paha ibu jika terasa sakit
f. Mengangkat kepala, tempelkan dagu ke dada sambil melihat perut ibu.
g. Mengedan seperti BAB keras.
h. Melarang ibu mengangkat bokong saat mengedan.
Rasionalisasi : mengedan akan membantu otot rahim mendorong bayi menuju
jalan lahir. Kemampuan seorang ibu untuk mengedan dengan benar akan
menentukan keadaan bayi yang dilahirkan.
Evaluasi : Ibu siap untuk meneran jika ada kontraksi dengan baik.
7. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi dan memberikan air minum
untuk ibu.
Rasionalisasi : ibu dianjurkan istirahat jika sedang relaksasi untuk mengurangi
kelelahan dan minum untuk mencegah dehidrasi
Evaluasi : ibu istirahat dan minum air putih pada saat tidak kontraksi.
8. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat dan spontan
untuk meneran serta tampak kepala 3-4 cm di depan vulva.
Rasionalisasi : meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernapas sehingga
terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan risiko asfiksia pada bayi sebagai
akibat turunnya pasokan oksigen melalui plasenta.
Evaluasi : ibu dapat mengikuti dan kooperatif.
9. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Rasionalisasi : untuk menghindari langsung kontak darah dan perlindungan diri,
menggunakan sarung tangan DTT untuk mencegah terjadinya infeksi yang
diakibatkan oleh kuman
Evaluasi :sarung tangan DTT sudah dipakai pada kedua tangan.
10. Melakukan stenan pada saat kepala janin sudah terlihat pada vulva dengan diameter 5-
6 cm, lindungi perineum dengan tangan kanan dilapisi kain dan satu tangan menahan
60
defleksi kepala. Anjurkan ibu meneran hingga lahirlah berturut-turut kepala, dahi,
hidung, mulut, dagu.
Rasionalisasi : Pada saat melakukan manajemen aktif kala II tujuan tangan kanan
diletakkan diperinium adalah untuk menahan agar tidak terjadi rupture yang spontan
pada perineum, dan tangan kiri menahan defleksi kepala terlalu cepat.
Evaluasi : sudah dilakukan prasat stenan APN 60 langkah.
11. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin dan tunggu kepala melakukan
putaran paksi luar.
Rasionalisasi : Mengecek lilitan tali pusat sangat penting dilakukan karena pada bayi
yang terdapat lilitan tali pusat sulit untuk dilahirkan, sebab dapat mempengaruhi
penurunan janin dan kemungkinan terjadi asfiksia karena lilitan tali pusat yang erat
pada leher bayi dapat mempengaruhi pernafasan bayi.
Evaluasi : tidak terdapat lilitan tali pusat pada leher janin dan kepala janin selesai
melakukan putaran paksi luar.
12. Memegang kepala bayi secara biparental untuk melahirkan bahu, menarik lembut
kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior dan menarik lembut kearah atas untuk
melahirkan bahu posterior, melakukan sangga susur untuk melahirkan badan dan
tungkai kaki.
Rasionalisasi : Melahirkan bahu bayi secara berhati-hati secara biparental untuk
dapat memudahkan penolong untuk melahirkan bahu bayi dan Melahirkan badan dan
tungkai dengan cara sanggah susur bertujuan untuk mengendalikan kelahiran siku,
tangan, badan dan tungkai bayi saat melewati perineum agar tidak terjadi rupture
yang berlebihan
Evaluasi : Bahu depan, bahu belakang lahir dan tidak ada distosia bahu, badan lahir
dengan terkendali, bayi lahir spontan pukul 9.00 WIB.
13. Melakukan penilaian selintas seperti apakah bayi segera menangis, bergerak aktif dan
warna kulit kemerahan.
Rasionalisasi : Bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi kelainan dan dapat
mengetahui tindakan segera yang harus dilakukan untuk menyelamatkan bayi.
Evaluasi : bayi langsung menangis, kulit kemerahan dan gerak aktif pukul 9.00 WIB
dengan apgar score 8,9,10.
14. Melakukan IMD selama I jam
61
Rasionalisasi: untuk meningkatkan kesempatan bayi memperoleh kolostrum,
mendukung keberhasilan ASI Eksklusif dan memperkuat hubungan Ibu dan bayi
dengan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit Ibu (skin to skin contact).
Evaluasi: bayi sudah di IMD selama I jam.
15. Mengevaluasi lama persalinan dan jumlah perdarahan.
Rasionalisasi : untuk mengetahui apakah ada komplikasi yang terjadi selama
persalinan
Evaluasi : jumlah pengeluaran darah ±100cc.
62
CATATAN PERKEMBANGAN III
Tanggal : 14-11-2020
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan senang karena bayinya sudah lahir dan perutnya masih merasa mulas.
2. Pemeriksaan fisik
Abdomen :
Kandung kemih kosong, TFU setinggi pusat, teraba keras dan tidak ada janin ke
dua
Genetalia :
Tali pusat memanjang, plasenta belum lahir.
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa tidak ada janin ke dua dan plasenta belum
lahir
Rasionalisasi : Dengan memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
agar ibu mengetahui keadaan ibu sehingga kekhawatirannya akan berkurang.
Evaluasi : ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya
2. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntikan oksitosin 10 unit secara intra muscular
1/3 paha luar.
Rasionalisasi : Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat
dan efektif sehingga dapat memantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan
darah.
Evaluasi : oksitosin sudah disuntikan 1 menit sesudah bayi lahir.
63
3. Mengklem tali pusat dengan klem minimal 2-3 cm dari pusat bayi dan menggunting
tali pusat lalu mengganti handuk bayi yang basah dengan yang kering.
Rasionalisasi : Mengklem dan memotongkan tali pusat agar memutuskan hubungan
bayi dengan plasenta kemudian mengganti handuk bayi yang basah dengan yang
kering dan baru agar dapat menjaga kehangatan tubuh bayi.
Evaluasi : Tali pusat telah dijepit, dipotong dan di ikat dengan klem kord. Bayi
telah diberikan selimut yang baru dan kering.
4. Melahirkan plasenta, yaitu :
a. Memindahkan klem penjepit pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
b. meletakkan satu tangan diatas perut ibu, ditepi ujung sympisis untuk mendeteksi,
sedangkan tangan lain menegangkan tali pusat.
c. Saat uterus berkontraksi menegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan lain
dorso cranial secara hati-hati.
d. Melihat tanda-tanda plasenta lepas seperti semburan darah, tali pusat memanjang,
uterus membundar.
e. Menunggu timbulnya kontraksi lalu melakukan peregangan tali pusat
f. Saat plasenta plasenta lahir berada didepan vulva, melahirkan plasenta dengan
kedua tangan mencekap plasenta kemudian putar plasenta searah jarum jam
hingga selaput ketuban terpilindan lahir spontan.
Rasionalisasi : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi,
serta peregangan tali pusat secara perlahan untuk mebantu lahirnya plasenta, dan
satu tangan mendorong uterus ke arah dorso kranial untuk mencegah terjadinya
inversio uteri.
Evaluasi : Tali pusat ditegangkan sambil tangan yang satunya dorso kranial, plasenta
lahir pukul 09.20 WIB.
5. Mengecek kelengkapan plasenta
dan selaput yang tertinggal didalam uterus yang dapat memyebabkan perdarahan.
64
Rasionalisasi :Massase uterus untuk memastikan uterus tetap berkontraksi sehingga
tidak terjadi perdarahan.
Evaluasi : kontraksi uterus baik, fundus teraba keras, TFU sepusat.
7. Mengevaluasi lama persalinan dan jumlah perdarahan
Evaluasi: lama persalinan kala III 15 menit, jumlah pengeluaran darah ± 80 cc.
65
CATATAN PERKEMBANGAN IV
Tanggal : 14-11-2020
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan lelah, tetapi senang karena bayi dan ari-arinya telah lahir
II. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/70mmHg BB anak : 2900 gram
Pernafasan : 20 kali/menit PB : 49 cm
Nadi : 81 kali/menit JK : prempuan
Suhu : 37,0oC CACAT : - ANUS : +
3. Pemeriksaan fisik
Abdomen :
Uterus keras, TFU 2 jari dibawah pusat, dan kandung kemih kosong.
Genetalia : laserasi jalan lahir
III. ANALISA DATA
Ny. E umur 31 tahun G2P1A0 inpartu kala III.
IV. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan kepada ibu.
Rasionalisasi : agar ibu mengetahui kondisi kesehatannya.
Hasil : Ibu mengerti.
2. Melakukan pemeriksaan laserasi
Rasionalisasi: untuk mengetahui adanya robekan pada jalan lahir.
Evaluasi: adanya laserasi grade I pada jalan lahir
3. Membersihkan ibu sampai ibu nyaman.
Rasionalisasi : agar ibu merasa nyaman jika dalam keadaan bersih dan lingkungan
yang bersih.
Evaluasi : ibu sudah dibersihkan dan diganti pakaiannya.
66
4. Melakukan dekontaminasi pada alat persalinan menggunakan larutan klorin 0,5 %
selama 10 menit lalu cuci dengan air sabun dan bilas dengan air bersih, kemudian alat
disterilkan dengan sterilisator.
Rasionalisasi : untuk menurunkan transmisi penyakit dan pencegahan infeksi pada
alat-alat instrument persalinan.
Evaluasi : alat-alat persalinan sudah didekontaminasi.
5. Membuang semua bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
Rasionalisasi : agar mencegah infeksi nosocomial baik kepada klien maupun petugas
kesehatan.
Evaluasi : bahan-bahan telah dibuang sesuai jenis sampah.
6. Menganjurkan ibu cara masase yaitu dengan telapak tangan pada perut ibu dengan
gerakan melingkar hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)
Rasionalisasi : Masase uterus untuk memastikan uterus tetap berkontraksi sehingga
tidak terjadi perdarahan
Evaluasi : Ibu mengerti cara masase uterus dan fundus teraba keras
7. Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan.
Rasionalisasi : pemenuhan makan dan minum perlu karena setelah melahirkan energi
banyak yang terpakai.
Evaluasi : ibu bersedia untuk makan makanan yang telah disediakan dan minum
segelas teh hangat.
8. Mengobservasi tanda-tanda vital, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.
Rasionalisasi : Pemantauan 2 jam pasca persalinan sangat penting sebab sebagian
besar kesakitan dan kematian disebabkan oleh perdarahan dan eklamsia serta infeksi
sehingga perlu dipantau ketat
Evaluasi : terlampir dipartograf
9. Melengkapi partograf.
Rasionalisasi : bukti pendokumentasian yang digunakan sebagai aspek legal seorang
bidan.
Evaluasi : partograf telah dilengkapi.
67
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil pengkajian dari data subjektif dan objektif yang telah
di dapat sujektif ibu mengatakan bahwa nyeri pinggang saat persalinan objektif yang
di dapatkan dari hasil pemeriksaan ny E nyeri pinggang biasa terjadi pada persalinan
pada teori nyeri punggung pada persalinan biasa terjadi selama proses persalinan
berlangsung di karnakan ada hormon dan saraf nyeri bertambah ketika mulut rahim
dalam dilatasi penuh akibat tekanan bayi terhadap struktur panggul diikuti regangan
dan perobekan jalan lahir dan hal ini sesui dengan penelitian yang di lakukan
widiawati 2018 bahwa hormone oksitosin menyebabkan kontrasksi uterus sehingga
terjadi spasme dan ischemic myometrium akibatnya terjadi penurunan aliran darah
yang menyebabkan timbul rasa sakit didaerah tersebut. Ischemi juga menyebabkan
meningkatnya jumlah asam laktat yang merangsang ujung syaraf
nyeribereaksi.sehingga tidak ad kesenjanggan antara teori dan data yang telah di
dapatkan pada pasien. Dan sejalan juga dengan teori hasil penelitian yang di
lakukukan novia 2020nyeri diakibatkan oleh dilatasi servik dan segmen bawah uterus
dan distensi korpus uteri. Intensitas nyeri selama kala ini diakibatkan oleh kekuatan
kontraksi dan tekanan yang dibangkitkan.
68
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
1. Ibu bersalin
Ibu bersalin dan keluarga, diharapkan dapat menambah informasi dan
wawasan untuk pengurangan nyeri sehingga saat ibu mengalami nyeri persalinan
dapat tertangani secara mandiri.
2. Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola asuhan
kebidanan pada persalina sehingga dapat mengaplikasi teori - teori yang ada dengan
keadaan yang ada di lapangan.
69
Daftar Pustaka
Oxorn harry dkk. 2010. Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan. Yogyakarta:
Yayasan Essentia Medica (YEM).
Widiawati i, Legiati T. 2018. Mengenal Nyeri Persalinan Pada Primipara dan Multipara.
Jurnal Bimtas FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya. Vol 2, No 1.
Novita rita aninora. 2020perbedaan tinggkat nyeri persalinan kala I fase aktif pada primipara
dengan multipara.jurnal amanah kesehatan vol 2 No 1
]http://repo.unand.ac.id/23710/1/Edit_Asuhan%20Kebidanan%20pada%20Persalinan.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-eniandriya-6027-2-babii.pdf
https://doktersehat.com/nyeri-pinggang-setelah-persalinan/
70