Anda di halaman 1dari 61

HUBUNGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP

STATUS KARANG GIGI PADA WARGA USIA 25-35 TAHUN DI


PERUMAHAN GRIYA BHAKTI PRAJA RT 06 RW 07 KELURAHAN
MANGUNJIWAN KABUPATEN DEMAK

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kesehatan Gigi

BERNETA AULIA PRADITYA

P1337425218014

PROGRAM STUDI TERAPI GIGI PROGRAM SARJANA TERAPAN


JURUSUN KESEHATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripi dengan judul “Hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut
terhadap status karang gigi pada warga usia 25-35 tahun di Perumahan
Griya Bhakti Praja RT 06 RW 07 Kelurahan Mangunjiwan Kabupaten
Demak”

Nama : Berneta Aulia Paditya

NIM : P1337425218014

Tahun : 2022

Semarang, Januari 2022

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. drg. Endah Aryati Ekoningtyas, MDSc Irmanita Wiradona, S.Si.T, M.Kes
NIP. 19791115 200501 2 005
NIP. 19681218 200212 2 001

Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Validasi Proposal Skripsi Program
Studi Terapi gigi program sarjana terapan Poltekkes Kemenkes Semarang.

2
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL SKRIPSI

Skripsi dengan judul “Hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut terhadap
status karang gigi pada warga usia 25-35 tahun di Perumahan Griya Bhakti
Praja RT 06 RW 07 Kelurahan Mangunjiwan Kabupaten Demak”

Nama : Berneta Aulia Paditya

NIM : P1337425218014

Tahun : 2022

Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Validasi Proposal Skripsi Program
Studi Terapi gigi program sarjana terapan Poltekkes Kemenkes Semarang.

Semarang, Januari 2022

Ketua Penguji I

Sulur Joyo Sukendro, S.SiT, M.Kes

NIP. 19740330 199403 1002

Anggota Penguji I Anggota Penguji II

Dr. drg. Endah Aryati Ekoningtyas, MDSc Irmanita Wiradona, S.Si.T, M.Kes
NIP. 19791115 200501 2 005
NIP. 19681218 200212 2 001

3
Ketua

Program Study Terapi Gigi Program Sarjana Terapan

Salikun, S.Pd, M.Kes

NIP. 19620406 198803 1 002

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu tempat perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam bentuk daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti baik sebagian atau keseluruhan dari


skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka dengan penuh kerelaan gugur
gelar kesarjanaan saya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dalam kondisi


sehat dan tanpa tekanan dari siapapun.
Semarang, Januari 2022

Berneta Aulia Praditya


NIM. P1337425218014

4
5
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
PROPOSAL SKRIPSI iii
PERNYATAAN iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
E. Keaslian Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Landasan Teori 7
B. Kerangka Teori 23
C. Hipotesis 23
BAB III METODE PENELITIAN 24
A. Kerangka Konsep 24
B. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian 24
C. Subjek Penelitian 25
D. Identifikasi Variabel Penelitian 26
E. Definisi Operasional 27
F. Instrument Penelitian 30
G. Langkah-Langkah Penelitian 31
H. Analisis Data 33
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 36

6
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skor Kalkulus

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

7
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Kriteria dan Skor CI

Tabel 2.2 Rumus Kalkulus indeks

Tabel 2.3 Kriteria Kalkulus Indeks 1 22

Tabel 3.1 Definisi Operasional 27

Tabel 3.2 Instrument Penelitian 1 30

8
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian


Lampiran 2 Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Perilaku Kesehatan Gigi Dan Mulut
Terhadap Status Karang Gigi
Lampiran 4 Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 5 Lembar Pemeriksaan Kalkulus Indeks

9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua masyarakat menginginkan kehidupan yang sehat dan terhindar
dari berbagai penyakit. World Health Organization (WHO) menjelaskan
bahwa sehat merupakan suatu kondisi terbebas dari penyakit, baik secara
fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Kesehatan gigi dan mulut adalah
bagian dari kesehatan jasmani yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain
karena dapat mempengaruhi tubuh secara keseluruhan. (RISKESDAS, 2013)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun
2018 mencatat proporsi masalah gigi dan mulut sebesar 57.6%, terjadi
peningkatan prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 31.7% dari
hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Dari hasil riset tersebut terdapat gusi
bengkak sebesar 14% dan prevalensi gusi mudah berdarah sebesar 13,9%.
Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah proporsi masalah gigi rusak/gigi
berlubang/sakit sebesar 43.4% dan masalah kesehatan mulut sebesar 13.9 %.
(RISKESDAS 2018)
Masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Indonesia berawal
dari tingkat kebersihan gigi dan mulutnya. Dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut setiap orang sangat berpengaruh pada setiap penyakit gigi dan mulut
yang berkembang. Karena kebersihan gigi dan mulut penyebab utama
terbentuknya karang gigi. Lalu karang gigi tersebut bisa terbentuk akibat
penumpukan plak pada gigi yang dibiarkan terlalu lama dan tidak
dibersihkan. Plak gigi sendiri adalah lapisan tipis yang terbentuk dari sisa
makanan yang melekat di sela-sela gigi. (Anggraeni, 2021)
Terbentuknya karang gigi bisa dsebabkan oleh beberapa hal yaitu
kebersihan gigi dan mulut yang kurang terjaga, seperti jarang menyikat gigi
atau cara dan teknik menyikat gigi yang salah, tidak menggunakan benang
gigi, kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman manis dan melekat,

1
kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Karang gigi yang
menumpuk tidak dapat dibersihkan dengan menyikat gigi saja seperti biasa.

2
2

Hal ini mengakibatkan bakteri yang ada di karang gigi dapat memicu
iritasi dan merusak gusi dan gigi, iritasi yang terjadi menyebabkan penyakit
gusi seperti gingivitis dan periodontits yang bisa berdampak serius bila tidak
diobati. (Pratiwi, 2011)
Salah satu yang dapat memengaruhi derajat kesehatan gigi dan mulut
seseorang adalah perilaku. Perilaku merupakan hal yang penting yang dapat
mempengaruhi kesehatan gigi individu atau masyarakat. Menurut
Notoatmodjo, domain perilaku kesehatan terbagi atas tiga yaitu pengetahuan,
sikap, dan tindakan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. (Mintjelungan,dkk
2010).
Perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang penting
bagi setiap masyarakat. Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi peningkatan kesehatan gigi dan
mulut. Akibat dari kurangnya kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut tidak memandang usia. Pada usia 25-35 tahun sangat rentan terjadi
masalah kesehatan gigi dan mulut.
Dari hasil studi pendahuluan wawancara dan pemeriksaan kondisi rongga
mulut di Perumahan Griya Bhakti Praja RT 06 RW 07 Kel. Mangunjiwan
Kab. Demak 10 dari 20 warga usia 25-35 tahun mereka mengatakan bahwa
permukaan giginya terasa kasar dan setelah dilakukan pemeriksaan sederhana
terlihat adanya karang gigi yang menempel pada permukaan gigi. Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Perumahan Griya Bhakti
Praja RT 06 RW 07 Kel. Mangunjiwan Kab. Demak karena belum pernah
dilakukan penelitian tentang hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut
terhadap status karang gigi.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti memilih judul “Hubungan
Perilaku Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karang Gigi Pada
Warga Usia 25-35 Tahun Di Perumahan Griya Bhakti Praja RT 06 RW 07
Mangunjiwan Demak”.
3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : “ Apakah terdapat hubungan antara perilaku kesehatan gigi
dan mulut terhadap status karang gigi pada warga usia 25-35 tahun di
Perumahan Griya Bhakti Praja Rt 06 Rw 07 Kelurahan Mangunjiwan
Kabupaten Demak.”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku
kesehatan gigi dan mulut terhadap status karang gigi pada warga usia 25-
35 Tahun Di Perumahan Griya Bhakti Praja Rt 06 Rw 07 Kelurahan
Mangunjiwan Kabupaten Demak.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
warga terhadap status karang gigi
b. Untuk mengetahui hubungan sikap kesehatan gigi dan mulut warga
terhadap status karang gigi
c. Untuk mengetahui hubungan tindakan kesehatan gigi dan mulut
warga terhadap status karang gigi
d. Untuk mengetahui status karang gigi warga usia 25-35 tahun di
Perumahan Griya Bhakti Praja RT 06 RW 07 Kelurahan
Mangunjiwan Kabupaten Demak

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi masyarakat
Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan
perilaku warga/masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut
tehadap status karang gigi.
2. Manfaat bagi institusi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar untuk
penelitian lanjutan tentang hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut
tehadap status karang gigi.
3. Manfaat bagi peneliti
4

Menambah wawasan pengetahuan tentang hubungan perilaku kesehatan


gigi dan mulut tehadap status karang gigi
5

E. Keaslian Penelitian
a. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Subjek
Judul dan Nama Peneliti Variable Metode Penelitian Hasil
. Penelitian

1. Judul : Pengaruh : Ibu hamil di Jenis penelitian ini adalah Hasil penelitian menunjukkan
Hubungan Pengetahuan Pengetahuan tentang Puskesmas survey analitik dengan tingkat pengetahuan ibu hamil
Tentang Karang Gigi karang gigi Karangtengah pendekatan cross sectional tentang karang gigi sebagian besar
Terhadap Skor Kalkulus Terpengaruh : kabupaten dalam kategori sedang (68%)
Indeks Dan Gingival Skor kalkulus indeks Demak dengan skor kalkulus indeks
Indeks Pada Ibu Hamil dan gingival indeks dalam kategori buruk (37%) dan
Di Puskesmas pada ibu hamil skor gingival indeks dalam
Karangtengah Kabupaten kategori inflamasi parah (35%).
Demak Hasil uji bivariat menggunakan
Peneliti : uji Spearman Rank Correlation
Azizah, dkk, 2019 menunjukan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan tentang
karang gigi terhadap skor kalkulus
indeks dan gingival indeks pada
ibu hamil di Puskesmas
Karangtengah Kabupaten Demak
dengan nilai p - value 0,00 (<
0,05).
6

2. Judul : Pengaruh : Wilayah Kerja Jenis penelitian ini yaitu Hasil menunjukkan tingkat
Hubungan Pengetahuan Pengetahuan Puskesmas observasional pengetahuan kesehatan gigi dan
Kesehatan Gigi Dan Terpengaruh : Lansia Kalisat mulut para lansia dalam kategori
Mulut Dengan Oral Oral Hygiene Index- Kabupaten cukup (52,5%) dan indeks OHI-S
Hygiene Index-Simplified Simplified (OHI-S) Jember sedang (57,5%) yang paling
(OHI-S) Pada Lansia Di dominan. Dari hasil statistik
Wilayah Kerja didapat ada hubungan yang
Puskesmas Kalisat bermakana antara tingkat
Kabupaten Jember pengetahuan kesehatan gigi dan
Peneliti : mulut dengan indeks OHI-S (p <
Sari, Desi Sandra, dkk 0,05). Kesimpulan: Semakin baik
2016 tingkat pengetahuan kesehatan
gigi dan mulut maka semakin
bagus pula status kebersihan
rongga mulut para lansia.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel yang dimana pada penelitian menggunakan variabel
penelitian adalah perilaku, serta pada penelitian ini menggunakan kuantitatif yang bersifat survey analitik. Rancangan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional study penelitian yang bertujuan untuk mencari adanya hubungan antara variabel sebab atau resiko
serta akibat atau kasus yang terjadi pada obyek penelitian, diukur atau dikumpulkan secara stimulan (dalam waktu bersamaan)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Perilaku
a. Pengertian Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan merupakan semua kegiatan atau aktivitas atau
kegiatan manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak diamati pihak luar yang berkaitan dengan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (Nugraheni, 2017). Pemeliharaan kesehatan
mencangkup mencegah atau melindungi diri dari penyakit,
meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan bila sakit atau
terkena masalah kesehatan. Oleh karena itu, perilaku kesehatan pada
garis besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat.
Perilaku ini disebut perilaku sehat yang mencakup perilaku
mencegah atau menghindari penyebab penyakit atau masalah
kesehatan (perilaku preventif) dan perilaku dalam mengupaya
peningkatan kesehatan (perilaku promotif)
2) Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah, kesehatan,
untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah
kesehatannya. Perilaku itu disebut perilaku pencarian
pelayanan kesehatan (health seek behavior). Perilaku itu
mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila sakit
atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan.
Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas
pelayanan kesehatan, baik fasilitas atau tempat pelayanan
kesehatan tradisional (dukun, sinshe, paranormal), maupun
pengobatan modern atau professional (rumah sakit puskesmas,
poliklinik, dan sebagainya)

7
Menurut Budiharto (2010) perilaku kesehatan adalah respons
seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan 7 konsep
sehat,

8
8

sakit, dan penyakit. Bentuk operasional perilaku kesehatan dapat


dikelompokkan menjadi tiga wujud, yaitu:
1) Perilaku dalam wujud pengetahuan, yakni dengan mengetahui
situasi atau rangsangan dari luar berupa konsep sehat, sakit, dan
penyakit.
2) Perilaku dalam wujud sikap, yakni tanggapan batin terhadap
rangsangan dari luar yang dipengaruhi faktor lingkungan: fisik
(kondisi alam), biologis (berkaitan dengan makhluk hidup),
lingkungan sosial (masyarakat sekitarnya)
3) Perilaku dalam wujud tindakan, yakni berupa perbuatan terhadap
situasi atau ransangan luar
b. Pembentukan perilaku dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Cara pembentukan perilaku dengan keadaan atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan
kondisioning atau kebisingan. Dengan cara membiasakan diri
untuk berperilaku seperti yang diharapkan, maka akan
terbentuklah perilaku tersebut. Cara ini didasarkan atas teori
belajar keadaan yang dikemukakan oleh Pavlov maupun oleh
Thorndike dan Skinner mempunyai pendapat yang tidak seratus
persensamaan
2) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar
dengan disertai dengan adanya pengertian.
3) Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya.
Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social leaning theory)
atau observational learning theory (Walgito, 2010).
2. Domain Perilaku
Menurut Blom dalam (Notoatmodjo, 2012) membagi domain
menjadi 3 bentuk, yaitu :
a. Pengetahuan
9

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang


melakukan penginderaan tehadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2012).
1) Tingkat Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2012) tingkat pengetahuan adalah:
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan seseorang dapat mengingat kembali sesuatu
dari bahan yang dipelajari. Untuk dapat mengukur bahwa
seseorang di katakan tahu apa yang di pelajari antara lain
mampu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan dan sebagainya. Contohnya : Mengingat
kembali fungsi gigi selain untuk mengunyah adalah untuk
berbicara dan estetika.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan
materi materi yang telah di pelajari sebelumnya secara jelas
dan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, dan menyimpulkan objek
yang sudah dipelajari. Contohnya : Mampu menjelaskan
tanda-tanda radang gusi.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi yang nyata.
Contohnya : Memilih sikat gigi yang benar untuk
menggosok gigi dari sejumlah model sikat gigi yan ada,
setelah diberi penjelasan dengan contoh.
d) Analisis (Analysis)
10

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan


materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen
tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Contohnya : Mampu
menjabarkan struktur jaringan periodontal dengan masing-
masing fungsinya.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Contohmya, individu mampu
mengabungkan diet makanan yang sehat untuk gigi
menggosok gigi, yang tepat waktu, serta mengambil
tindakan yang tepat bila ada kelainan gigi, untuk usaha
mencegah penyakit gigi.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada. Contohnya,
mampu menilai kondisi kesehatan gusi anaknya pada saat
tertentu.
2) Cara mengukur pengetahuan
Kriteria tingkat pengetahuan Penilaian pengetahuan menurut
Arikunto (2006) diinterpretasikan dengan skala yang bersifat
kualitatif, yaitu:
Baik : dengan presentase 76%-100%
Cukup : dengan presentase 56%-75%
Kurang : dengan presentase <56%
b. Sikap
11

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari


seseorang terhadap sesuatu stimulasi atau objek. Batasan-batasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa menifestasi sikap tidak dapat
langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam
kehidupan sehari hari yang bersifat emosinal terhadap stimulus
sosial (Notoatmodjo, 2012).
1) Tingkatan Sikap
Menurut (Notoatmodjo, 2012) sikap juga terdiri dari berbagai
tingkatan, antara lain:
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatiakan stimulus yang diberikan objek
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
orang menerima ide tersebut.
c) Menghargai (Valuing)
Menghargai dapat diartikan sebagai mampu menerima ide
atau masukan dari orang lain yang mungkin berbeda dengan
ide kita, kemudian mendiskusikan hasil dari dua ide yang
berbeda tersebut adalah suatu indikasi sikap.
d) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang
paling tinggi.
2) Cara pengukuran sikap
Penilaian pengetahuan menurut Arikunto (2006)
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
Baik : dengan presentase 76%-100%
Cukup : dengan presentase 56%-75%
12

Kurang : dengan presentase <56%.


c. Keterampilan (Tindakan)
Keterampilan merupakan tindakan akibat adanya suatu respon
(Notoatmodjo, 2012) Keterampilan adalah tindakan peserta didik
sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan.
1) Tingkat Tindakan
Menurut Budiharto 2013 Praktik atau tindakan ini dapat
dibedakan menjadi 4 tingkatan, yaitu:
a) Persepsi merupakan tindakan tingkat pertama yaitu:
memilih dan mengenal objek sehubungăn dengan tindakan
yang akan diambil contohnya mengambil sikat gigi yang
benar dari sejumlah sikat gigi yang disajikan dengan
berbagai bentuk dan kekerasan bulu sikat dari lunak, sedang
dan keras untuk menggosok gigi.
b) Respons terpimpin adalah jika seorang mampu melakukan
sesuatu sesuai dengan urutan yang benar, sesuai dengan
contoh yang diberikan. Contohnya mendidik menggosok
gigi untuk anak berumuran dibawah lima tahun cara dengan
posisi ibu belakang anaknya, dan anak serta ibu yang
diberikan. Contohnya mendidik menggosok gigi untuk anak
berumuran dibawah lima tahun cara dengan posisi ibu
belakang anaknya, dan anak serta ibu bisa mengurangi
jumlah gula dalam susunya dan segera membersihkan gigi
anak dengan kain bersih yang dibasah, sebab akan sangat
sulit untuk langsung menggosok gigi anak, lebih-lebih
dalam keadaan tidur atau setengah tidur.
2) Cara mengukur tindakan
Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran perilaku yang paling
baik adalah secara langsung yakni dengan pengamatan
(observasi) yaitu mengamati tindakan dari sobjek dalam rangka
memelihara kesehatannya (Notoatmodjo. 2012). Pengukuran
13

perilaku secara tidak langsung adalah dengan mengingat


kembali (recall). Pengukuran ini dilakukan melalui pertanyaan -
pertanyaan terhadap sobjek tentang apa yang dilakukan
berhubungan dengan objek tertentu. Alat ukur keterampilan
penilaian pengetahuan menurut Arikunto (2006)
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
Baik : dengan presentase 76-100%
Cukup : dengan presentase 56-75%
Kurang : dengan presentase <56%
3. Usia 25-35 / Usia Dewasa Awal (Muda/Dini)
a. Pengertian Dewasa
Istilah dewasa menggambarkan segala organisme yang telah
matang, tetapi lazimnya merujuk pada manusia dewasa adalah orang
yang bukan lagi anak-anak dan telah menjadi pria atau wanita
seutuhnya. Seseorang dapat saja dewasa secara biologis, dan memiliki
karakteristik perilaku dewasa, tetapi tetap di perlakukan sebagai anak
kecil jika berada di bawalh umur secara hukum. Sebaliknya, seseorang
dapat secara legal di anggap dewasa, tetapi tidak memiliki
kematangan dan tanggung jawab yang mencerminkan karakter
dewasa.
Setelah mengalami masa kanak-kanak dan remaja yang panjang,
seorang individu akan mengalami masa di mana ia telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk
berkecimpung dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa
lainnya, di bandingkan dengam masa-masa sebelumnya, masa dewasa
adalah waktu yang paling lama dalam rentang kehidupan.
Masa dewasa biasanya di mulai sejak usia 18 tahun hingga kira-
kira usia 40 tahun dan biasanya di tandai dengan selesainya
pertumbuhan pubertas dan organ kelamin anak telah berkembang dan
mampu berproduksi. Pada masa ini, individu akan mengalami
perubahan fisik dan psikologis tertentu bersamaan dengan masalah-
14

masalah penyesuain diri dan harapan-harapan terhadap perubahan


tersebut (Jahja, 2011)
b. Pembagian Masa Dewasa
Menurut Elizabeth B. Hurlok membagi masa dewasa menjadi tiga
bagian:
1) Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan
ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen
dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreatifitas dan
penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran antara 21
sampai 40 tahun.
2) Masa dewasa madya (middie adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur 40 sampai 60
tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial antara lain;
masa dewasa madya merupakan masa transisi, di mana pria dan
wanita meninggalkan cici-ciri jasmani dan perilaku masa
dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan
ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama
lebih besar di bandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-
kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini di landasi
kebutuhan pribadi dan sosial.
3) Masa dewasa lanjut ( masa tua/older adult )
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang. Masa ini di mulai dari umur 60 tahun sampai akhir
hayat,yang di tandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik
dan psikologis yang semakin menurun. Adanya ciri-ciri yang
berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya sebagai
berikut; perubahan yang menyangkut perubahan motorik,
kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan
dalam sistem saraf, dan penampilan (Jahja, 2011).
c. Ciri-Ciri Manusia Dewasa
15

Masa dewasa dalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri


terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru.
Pada masa ini, seseorang di tuntut untuk memulai kehidupan-
kehidepanya memerankan peran ganda seperti peran sebagai
suami/istri dan peran dalam dunia kerja (berkarier).
Masa dewasa di katakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada
masa ini seseorang di tuntut untuk melepaskan ketergantungannya
terhadap orang tua dan berusaha untuk dapat mandiri. Ciri-ciri masa
dewasa dini yaitu:
1) Masa pengaturan (settle down)
Pada masa ini, seseorang akan “mencoba-coba” sebelum ia
menentukan mana yang sesuai, cocok, dan memberi kepuasan
permanen. Ketika ia telah menemukan pola hidup yang di yakini
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia akan mengambangkan
pola-pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan
menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.
2) Masa usia produktif
Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini
merupakan masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan
hidup, menikah, dan berproduksi/menghasilkan anak. Pada masa
ini, organ reproduksi sangat aktif dalam menghasikan keturunan
(anak).
3) Masa bermasalah
Masa dewasa di kaitkan sebagai masa yang sulit dan
bermasalah. Halini dikarenakan seseorang harus mengadakan
penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan vs pekerjaan).
Jika ini tidak dapat mengatasinya, maka akan menimbulkan
masalah.
4. Karang Gigi (Kalkulus)
a. Pengertian Karang Gigi (Kalkulus)
Karang gigi atau Kalkulus merupakan suatu endapan keras dari hasil
pengendapan garam mineral (kalsium fosfat, kalsium karbonat, dan
16

magnesium fosfat) berwarna kuning-kekuningan, kecolkatan, hingga


kehitaman, dan memiliki permukaan kasar yang melekat erat
mengelilingi mahkota dan akar gigi. Struktur permukaan kalkulus
yang kasar dan tidak beraturan memudahkan timbunan plak melekat
pada permukaan permukaan kalkulus. Menurut Houwink dalam
Artawa 2011, karang gigi adalah merupakan plak yang terklasifikasi,
karang gigi sulit dibersihkan apabila hanya menggunakan sikat gigi.
Karang gigi biasanya melekat cukup kuat pada permukaan gigi dan
biasanya terdapat pada bagian gigi yang sulit terjangkau oleh
pembersih gigi
Karang gigi adalah salah satu penyebab terjadinya penyakit kesehatan
gigi dan mulut. Jika terdapat karang gigi dan tidak langsung
dibersihkan maka akan mengakibatkan gigi goyang, gingivitis, dan
periodontitis, serta bau mulut yang tidak sedap, ketika gosok gigi
sering berdarah, dan memicu penyakit jantung.
b. Jenis Karang Gigi atau Kalkulus
Jenis kalkulus dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Supra gingiva
Supra gingiva kalkulus adalah kalkulus yang melekat pada
permukaan mahkota gigi mula dari puncak gingiva margin dan
dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih kekuning-kuningan,
atau bisa juga kecoklat-coklatan. Warna kalkulus ini dapat
disebabkan oleh pigmen sisa-sisa makan atau efek dari merokok.
Konsistensi kalkulus keras dan seperti tanah liat, karen kalkulus
memperoleh garam mineral dari sekresi saliva. Kalkulus biasanya
paling banyak terdapat pada permukaan lingual gigi anterior dan
mandibula.
2) Sub gingiva
Sub gingiva kalkulus merupakan kalkulus yang berada dibawah
batas margin gingiva biasa terdapat didaerah saku gusi, dan tidak
dapat dilihat ketika pemeriksaan langsung untuk mengetahui
lokasi dan kedalaman harus dilakukan probing. Konsistensi
17

kalkulus sub gingiva yaitu padat dan keras, berwarna coklat tua
atau hijau kehitam-hitaman, dan melekat erat pada permukaan
gigi. Tidak seperti kalkulus supra gingiva, kalkulus sub lingual
terdapat disetiap prmukaan akar gigi dan didalam saku gusi
c. Pembentukan Karang Gigi
Pembentukan karang gigi atau kalkulus didahului dengan
pembentukan plak. Plak gigi adalah endapan lunak, tidak berwarna,
dan mengandung aneka ragam bakteri yang melekat pada permukaan
gigi. Plak dapat digambarkan sebagai lapisan yang tebalnya mencapai
2 mm pada semua permukaan mulut. Plak gigi paling sering terdapat
pada permukaan gigi, permukaan gingiva dan juga lidah. Plak tidak
terlihat kecuali dengan menggunakan larutan disclosing atau sudah
terwarnai oleh pigmen-pigmen yang ada pada rongga mulut. Plak
tidak bisa dibersihkan hanya dengan berkumur, semprotan air, atau
udara, tetapi plak hanya bisa dibersihkan hanya dengan cara mekanis
seperti menyikat gigi (Ilyas dan Putri, 2012). Plak dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan gigi karena dari lapisan yang mengandung
bakteri dapat mengubah karbohidrat atau gula menjadi asam sehingga
dapat merusak jaringan gigi (Ramadhan, 2010).
Terdapat beberapa tahapan dalam pembentukan plak gigi. Tahap
pertama merupakan tahap pembentukan Acquired pellicle, tahap
kedua adalah tahap kolonisasi mikroorganisme dan tahap ketiga
adalah tahap maturasi plak gigi. Acquired pellicle atau pelikel
didefinisikan sebagai lapisan tipis atau kutikel/selaput. Lapisan ini
tipis, licin, tidak berwarna, dan translusen. Acquired pellicle terbentuk
pada permukaan enamel gigi yang baru saja dibersihkan sehingga gigi
berkontak langsung dengan saliva dan disebut acquired enamel
pellicle. Pelikel ini berasal dari komponen saliva dan cairan
crevicular, bakteri dan produk sel jaringan host serta debris
(Listyasari, 2012).
Fase pembentukan pelikel dimulai dengan pelikel awal dimana
sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa acquired enamel
18

pellicle terbetuk dengan cepat (dalam waktu 2 jam) pada permukaan


gigi yang bersih. Pelikel ini disebut pelikel awal dan dikarakteristikan
dengan tidak adanya bakteri dan produk-produknya. Fungsi pelikel
yaitu sebagai barier proteksi, memberikan lubrikasi permukaan, dan
mencegah desikasi jaringan. Permukaan gigi yang terdapat acquired
pelicle awalnya berwarna transparan dan berubah menjadi kekuningan
karena bakteri yang menempel dan berproliferasi.
Setelah pembentukan pelikel, terjadi pembentukan plak gigi.
Pembentukan plak gigi tahap pertama, meliputi perlekatan bakteri
pada gigi, dan tahap kedua, pematangan plak, meliputi penggandaan
atau pertumbuhan bakteri yang melekat dan pergantian bakteri.
Mengikuti hubungan awal, perlekatan bakteri pada pelikel email
terjadi dalam dua perbedaan tapi mekanismenya saling melengkapi.
Tahap kedua, pembentukan plak meliputi pertumbuhan, penggandaan,
dan penitipan mikroorganisme lapisan pelikel pada permukaan gigi,
diikuti dengan rangkaian mikroba. Disini saliva bertindak sebagai
sumber nutrisi sebagai protein saliva spesifik yang terdegradasi oleh
bakteri tertentu untuk memenuhi kebutuhan asam amino mereka untuk
pertumbuhan. Plak gigi dapat dilihat setelah 1 sampai 2 hari dengan
tidak menjaga kebersihan mulut. Plak berwarna putih, abu-abu atau
kuning dan nampak globular. Perkembangbiakan bakteri membuat
lapisan plak bertambah tebal karena adanya adhesi dari bakteri dan
adanya hasil metabolisme pada permukaan luar plak yang
menyebabkan lingkungan bagian dalam berubah menjadi anaerob
sehingga bakteri plak gigi tersebut dapat menyebabkan penyakit pada
jaringan gigi dan sekitarnya (Ladytama, dkk, 2014).
Pergerakan jaringan dan material makanan pada gigi menyebabkan
penghilangan mekanis plak, penghilangan efektif khususnya pada 2/3
gingival permukaan gigi. Jadi, plak biasanya diamati pada 1/3 gingival
permukaan gigi, dimana telah terakumulasi tanpa gangguan
pergerakan makanan dan jaringan pada permukaan gigi selama
mastikasi. Matriks interseluler plak, jumlahnya diperkirakan 20%
19

sampai 30% dari massa plak, terdiri dari material organik dan
anorganik yang berasal dari saliva, cairan gingival crevicular, dan
produk bakteri. Unsur pokok bahan organik matriks seperti
polisakarida, protein, glikoprotein, dan material lipid. Glikoprotein
yang berasal dari saliva merupakan komponen penting pelikel yang
awalnya melapisi permukaan gigi yang bersih, tapi juga berikatan
dalam perkembangan lapisan biofilm plak. Dengan tidak menjaga
kebersihan mulut, plak selanjutnya akan terakumulasi sampai tercapai
keseimbangan antara penghilangan plak dan pembentukan plak
tersebut.
Terakhir yaitu pembentukan kalkulus. Kalkulus merupakan plak
gigi yang mengalami proses mineralisasi. Plak lunak lama-kelamaan
akan mengeras oleh karena adanya deposit garam mineral, proses ini
biasanya terjadi antara hari pertama dan hari ke-14 pembentukan
plak. Proses klasifikasi dilaporkan terjadi setidaknya membutuhkan
waktu 4-8 jam. Klasifikasi plak 50% akan dimineralisasi dalam 2 hari
dan 60-90% dimineralisasi dalam 12 hari. Tidak semua plak
mengalami kalsifikasi. Derajat pembentukan kalkulus tidak hanya
bergantung pada jumlah plak bakteri yang tampak tapi juga sekresi
dari kelenjar saliva. Pada awalnya plak terdiri dari bahan anorganik
dalam jumlah sedikit, yang bertambah pada saat plak berkembang
menjadi kalkulus. Plak tidak akan berkembang menjadi kalkulus
apabila kandungan maksimal mineral tidak tinggi selama 2 hari (Putri,
dkk 2010).
d. Faktor terbentuknya karang gigi
1) Menyikat gigi yang tidak baik dan benar
2) Kondisi pH saliva yang basa (pH tinggi) akan lebih cenderug
mempercepat pengendapan air liur
3) Gigi geligi yang tidak pernah dipakai untuk mengunyah akan
cenderung mempunyai endapan karang gigi
4) Gigi geligi yang berantakan, berjejal, akan mengakibatakan sisa
makanan tertinggal di sela-sela atau permukaan gigi
20

5) Pemakai kawat gigi yang kurang memperhatikan kebersihan gigi


dan mulutnya juga cenderung lebih cepat terjadinya endapan
karang gigi
6) Pada penderita gagal ginjal yang memiliki kandungan amonium
yang tinggal dalam air liurnya yang akan meningkatkan pH air
liurnya sehingga membuat endapan air liur
e. Pengukuran Kalkulus Indeks (CI)
Menurut Green dan Vermillion dalam Putri, dkk (2010) mengukur
kebersihan gigi dan mulut, menggunakan indeks yang dikenal dengan
Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S), yang terdiri dari komponen
indeks debris dan indeks kalkulus. Kalkulus indeks sendiri adalah
indeks yang digunakan untuk mengukur tingkat keparahan kalkulus.
Berikut merupakan syarat gigi indeks untuk mengukur kalkulus
indeks:
1) Gigi mahkotanya telah tumbuh sempurna
2) Apabila salah satu gigi indeks telah hilang atau tinggal sisa akar,
maka penilaian dilakukan pada gigi pengganti. Minimal ada 2 gigi
yang dapat diperiksa.
Gigi Indeks CI (Calculus Indeks) atau gigi penentu kalkulus indeks
adalah :
1) Pada rahang atas : gigi 6 kanan dan kiri permukaan bukal dan gigi
1 kanan permukaan labial
2) Pada rahang bawah : gigi 6 kanan dan kiri permukaan lingual dan
gigi 1 kiri permukaan labial

16 11 26

46 31 36

Cara pengukuran setiap permukaan gigi indeks dibagi menjadi 3


bagian secara horizontal, yaitu :
1) 1/3 bagian gingiva
2) 1/3 bagian tengah
3) 1/3 bagian insisal
21

Gambar 2.1 Skor Kalkulus 1


Cara penilaian CIS (Calculus Index Simplified)
Explorer ditempatkan pada bagian distal celah gingival lalu
ditempatkan di bagian subgingival, lalu explorer digerakkan dari area
kontak distal kearah kontak mesial gigi indeks.
1) Diberi nilai 3 bila :
a) Terlihat dan teraba dengan sonde, ada karang gigi subgingival
yang menutupi atau melingkari seluruh bagian servikal gigi
b) Terlihat ada karang gigi supragingival yang menutupi > 2/3
permukaan dari tepi gingiva
2) Diberi nilai 2 bila
a) Terlihat dan teraba dengan sonde, ada karang gigi subgingival
yang menutupi atau melingkari sebagian servikal gigi
b) Terlihat ada karang gigi supragingival yang menutupi <1/3
karang gigi < 2/3 permukaan dari tepi gingiva
3) Diberi nilai 1 bila :
Bila pada permukaan gigi yang diperiksa terdapat karang gigi
supragingival yang menutupi < 1/3 permukaan dari tepi gingiva
4) Di beri nilai 0 bila :
Bila pada permukaan gigi tidak ada karang gigi
Kriteria dan skor CI (Calculus Indeks)

Tabel 2.1 Kriteria dan Skor CI

Kriteria Nilai

Tidak ada karang gigi 0

Pada permukaan gigi terlihat ada karang gigi 1


22

supragingival yang menutupi < 1/3 permukaan dari tepi


gingiva

Paada permukaan gigi terlihat ada karang gigi


supragingival < 2/3 permukaan dari tepi gingiva atau
2
sekitar servikal gigi terdapat sedikit karang gigi
subgingival

Pada permukaan gigi terlihat ada karang gigi


supragingival > 2/3 permukaan dari tepi gingiva atau
3
terdapat karang gigi subgingival yang menutupi dan
melingkari seluruh servikal gigi

Penentuan kalkulus indeks yaitu dengan rumus sebagai berikut :


Tabel 2.2 Rumus Kalkulus indeks
Kalkulus Indeks =

Menurut Green dan Vermilion kriteria penilaian calculus dan debris


sama, penghitungan tersebut akan menghasilkan kriteria Calculus
Index, sebagai berikut :

Baik 0 – 0,6

Sedang 0,7 – 1,8

Buruk 1,9 – 3,0

Tabel 2.3 Kriteria Kalkulus Indeks


Tabel 2.3 Kriteria Kalkulus Indeks 1
23
24

B. Kerangka Teori
Pengetahuan
Perilaku
Kesehatan Gigi Sikap
dan Mulut
Tindakan

Host

Mikroorganisme
Faktor Klinis
Substrat

Waktu
Status
karang gigi Gigi Berjejal

Lingkungan
Faktor Non
Klinis
Pelayanan
Kesehatan

Keturunan

Gambar 2.2 Kerangka Teori

C. Hipotesis
Hipostesis adalah suatu jawaban dari penelitian yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Ha : Ada hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut terhadap status
karang gigi pada warga usia 25-35 tahun.
Ho : Tidak ada hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut terhadap status
karang gigi pada warga usia 25-35 tahun.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan perilaku kesehatan
gigi dan mulut terhadap status karang gigi pada warga usia 25-35 tahun di
Perumahan Griya Bhakti Praja RT 06 RW 07 Kelurahan Mangunjiwan
Kabupaten Demak Tahun 2022.

Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh

Perilaku memelihara Status karang gigi


kesehatan gigi dan mulut

Variabel Terkendali Variabel Tak Terkendali

Usia Jenis Kelamin


Pendidikan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


Keterangan :
: Variabel yang di teliti
------------------- : Variabel yang tidak di teliti

B. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat survey
analitik. Rancangan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross
sectional study yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mencari adanya
hubungan antara variabel sebab atau resiko serta akibat atau kasus yang terjadi
pada obyek penelitian, diukur atau dikumpulkan secara stimulan (dalam waktu
bersamaan). (Notoatmojo, 2012). Dengan tujuan mengetahui hubungan perilaku

24
25

kesehatan gigi dan mulut terhadap status karang gigi pada warga usia 25-35 tahun
di Perumahan Griya Bhakti Praja RT 06 RW 07 Kelurahan Mangunjiwan
Kabupaten Demak tahun 2022.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan sekelompok subjek/objek yang mempunyai
karakteristik serta kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan disimpulkan (Sugiyono, 2017). Berdasarkan definisi diatas
yang menjadi populasi penelitian dalam penelitian ini adalah warga usia 25-
35 tahun di Perumahan Griya Bhakti Praja RT 06 RW 07 Kelurahan
Mangunjiwan Kabupaten Demak dengan jumlah 35 warga.
2. Sample
Sample adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi tesebut (Notoatmodjo, 2010). Sample pada penelitian ini adalah
seluruh populasi warga usia 25-35 tahun di Perumahan Griya Bhakti Praja
RT 06 RW 07 Kelurahan Mangunjiwan Kabupaten Demak.
Pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan total sampling
sehingga sample yang didapatkan yaitu seluruh warga usia 25-35 tahun di
Perumahan Griya Bhakti Praja RT 06 RW 07 Kelurahan Mangunjiwan
Kabupaten Demak sebanyak 35 warga.
Responden harus memnuhi kriteria sample sebagai berikut :
1) Kriteria inklusi
a) Warga dengan usia 25-35 tahun
b) Warga usia 25-35 tahun yang bertempat tinggal di Perumahan
Griya Bhakti Praja RT 06 RW 07 Kelurahan Mangunjiwan
Kabupaten Demak
c) Warga usia 25-35 tahun yang bersedia diketahui perilaku menjaga
kesehatan gigi dan mulut
d) Warga usia 25-35 tahun yang bersedia diperiksa rongga mulutnya
untuk mengetahui adanya karang gigi
2) Kriteria eksklusi
a) Warga usia 25-35 tahun yang tidak kooperatif dan tidak bersedia
dilakukan pemeriksaan
26

b) Warga usia 25-35 tahun dalam keadaan sakit

D. Identifikasi Variabel Penelitian


1. Variabel Pengaruh
Perilaku kesehatan gigi dan mulut yang menjadi variabel pengaruh pada
penelitian ini.
2. Variabel Terpengaruh
Status karang gigi warga usia 25-35 tahun yang menjadi variabel
terpengaruh dalam penelitian ini.
3. Variabel Terkendali
Usia warga yang menjadi variabel terkendali pada penelitian ini.
4. Variabel Tak Terkendali
Jenis kelamin dan pendidikan warga yang menjadi variabel tak terkendali
pada penelitian ini.
27

E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No
Variabel Definisi Cara Ukur Skala
.

1. Variabel Pengaruh Perilaku kesehatan gigi dan mulut Diukur menggunakan alat Ordinal
Perilaku kesehatan gigi diantaranya adalah : menggosok gigi berupa Kuesioner. Yang terdiri
dan mulut secara teratur dengan baik dan benar, dari masing-masing 10
makan makanan yang menyehatkan pertanyaan, nilai 1 untuk
gigi, mengurangi makanan yang jawaban benar, salah diberi nilai
merusak gigi. 0.
Ranah (Domain) perilaku : Penghitungan skor dilakukan
1. Pengetahuan adalah hasil dengan cara :
penginderaan manusia, atau hasil A
N= ×100
B
tau seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya. Keterangan :

2. Sikap adalah respon tertutup N : skor yang didapat

seseorang terhadap stimulus atau A : jumlah soal yang terjawab

objek yang sudah melibatkan benar

faktor pendapat dan emosi yang


28

bersangkutan. B : jumlah soal


3. Tindakan adalah kecenderungan Kriteria penilaian :
untuk bertindak.
Baik : dengan presentase 76%-
100%

Cukup : dengan presentase 56%-


75%

Kurang :dengan presentase


<56%

2. Variabel Terpengaruh Skor atau nilai dari endapan keras Pemeriksaan Status karang gigi Ordinal
Status karang gigi (karang gigi) terjadi karena adanya Calculus Indeks (CI), dengan
(kalkulus) plak dan debris yang mengalami kriteria :
pengapuran yang melekat pada gigi 0 = tidak ada kalkulus
dalam jangka waktu yang lama. 1 = kalkulus supragingiva
menutupi tidak lebih dari 1/3
permukaan gigi
2 = kalkulus supragingiva
29

menutupi lebih dari 1/3


permukaan gigi tetapi tidak lebih
dari 2/3 permukaan gigi atau
kalkulus subgingiva berupa
bercak hitam di sekitar leher gigi
atau terdapat keduamya
3 = kalkulus supragingiva
menutupi lebih dari 2/3
permukaan gigi atau kalkulus
subngingiva berupa cincin hitam
di sekitar leher gigi atau terdapat
di keduanya.
Menurut Green dan Vermilion
kriteria penilaian calculus dan
debris sama, untuk kriteria
penilaian calculus sebagai
berikut :
0 – 0,6 = (Baik)
0,7 – 1,8 = (Sedang)
30

1,9 – 3,0 = (Buruk)


30

F. Instrument Penelitian
Tabel 3.2 Instrument Penelitian

Variabel Metode Instrument

Perilaku pemeliharaan Angket Kuesioer


kesehatan gigi dan mulut

Status karang gigi Pemeriksaan Lembar pemeriksaan


(kalkulus) a. Diagnostik set
b. Nearbekken
c. Senter
d. Masker dan handscoon
e. Kapas
f. Alkohol 70%
g. Kartu status
h. Alat tulis

Tabel 3.2 Instrument Penelitian 1

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut valid dan
mampu mengukur apa yang kita ukur, maka perlu adanya uji validitas dan
reliabilitas.

1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur tersebut
apakah benar-benar bisa mengukur apa yang diukur begitu juga dengan
kuesioner menurut (Notoadmodjo, 2018) merupakan alat ukur yang harus
mengukur apa yang harus diukur. Langkah-langkah uji sebagai berikut:
a. Menyiapkan kuesioner
b. Membagikan kuesioner kepada sasaran untuk diuji
c. Menentukan kode skor yaitu jawaban benar skor 1 dan jawaban salah
dengan skor 0.
d. Melakukan korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan
skor total. Teknik korelasi yang dilakukan adalah korelasi product
moment (r). Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor
tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.
31

e. Membandingkan skor I tabel dengan tingkat kepercayaan 5% Jika r


tabel & r hitung maka dikatakan valid. Membandingkan dengan nilai
alfa (a). Dengan tingkat kepercayaan 95% maka tingkat kesalahan
ditolerir alfa (a): 5% atau 0,05. Apabila nilai r< alfa (a), dapat di
interpretasikan soal valid.
2. Uji Reliabilitas
Reabilitas merupakan sebuah indeks yang menunjukan sejauh mana alat
ukur tersebut dapat dipercaya atau diandalkan, serta seberapa jauh hasil
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat yang sama (Notoatmodjo, 2018). Langkah-langkah uji
reabilitas adalah sebagai berikut:
a. Memulai dengan uji validitas terlebih dahlu.
b. Apabila pertanyaan tidak valid, maka pertanyaan tersebut dibuang
atau diperbaiki dan diuji ulang.
c. Setelah seluruh pertanvaan valid maka seluruh butir pertanyaan
tersebut secara bersama-sama diukur reliabilitasnya.
d. Interpretasi hasil dimana nol dikatakan reliabel dilakukan dengan cara
membandingkan dengan nilai alfa (a) cronbach. Soal yang memiliki
tingkat nilai relabel tinggi adalah yang nilai (a) > 0,06

G. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini sebagai berikut :
1. Perizinan
a. Perizinan ke Kelurahan Mangunjiwan
b. Perizinan kepada ketua RW 07 Mangunjiwan
c. Perizinan kepada ketua RT 06 RW 07 Perumahan Griya Bhakti Praja
Mangunjiwan Demak
2. Persiapan
a. Menyiapkan perizinan
b. Menyiapkan alat dan bahan
c. Menyiapkan instrument peneltian
d. Menyiapkan ethical clearance
3. Pelaksanaan
32

a. Peneliti melakukan perizinan ke Kelurahan Mangunjiwan


menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
b. Peneliti selanjutnya melakukan perizinan kepada ketua RW 07
Mangunjiwan, serta ketua RT 06 RW 07 Perumahan Griya Bhakti
Praja Mangunjiwan Demak.
c. Meminta persetujuan pengambilan data (informed consent) pada
responden
d. Memberikan penjelasan singkat mengenai jalannya pemeriksaan pada
responden
e. Melakukan pengumpulan data secara langsung pada objek yang akan
diteliti
f. Melakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada pasien serta pemeriksaan
status karang gigi kemudian melakukan pencatatan. Pemeriksaan pada
responden dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan, yaitu :
1) Peneliti menggunakan gown atau baju pelindung
2) Peneliti menggunakan masker dan face shield
3) Peneliti menggunakan sarung tangan / handscoon
4) Peneliti menyiapakan handsanitzer
5) Peneliti mempersiapkan alkohol 70% untuk sterilisasi alat
g. Pemberian kuesioner pada responden
h. Pengisian kuesioner pada responden
i. Mencatat hasil pengisian kuesioner responden
4. Pengolahan Data
Pengolahan data menurut (Notoatmodjo, 2018)
a. Editing
Melakukan pengecekan kelengkapan data kuesioner perilaku yang
terkumpul, dan memeriksa jawaban responden. Meliputi
pengetahuan, sikap, dan tindakan warga usia 25-35 tahun tentang
kesehatan gigi dan mulut.
b. Coding
33

Melakukan pengkodean data kuesioner perilaku warga usia 25-35


tahun tentang kesehatan gigi dan mulut. Merubah data yang
berbentuk yang lebih sederhana.
c. Memasukkan data (Data entry)
Memasukkan data hasil observasi yang sudah di kode ke dalam
program analisi komputer, kemudian dilakukan analisis data dan
pengecekan ulang.
d. Tabulasi data
Memasukkan data-data penelitian ke dalam tabel excel yang
ditentukan
e. Cleaning
Melakukan pengecekan kembalidata yang telah dimasukkan
kedalam komputer untuk menghindari kesalahan dalam memasukkan
kode ataupun skor dan ketidak lengkapan data.

H. Analisis Data
1. Analisa Univarat
Menurut Notoatmojo (2012) mengatakan analisa univariat merupakan
analisa yang dilakukan terhadap setiap variabel pengaruh (tingkat perilaku
kesehatan gigi dan mulut) dan variabel terpengaruh (status karang gigi /
kalkulus).
2. Analisa Bivariat
Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
perngaruh (Perilaku kesehatan gigi dan mulut) dan variabel terpengaruh
(status karang gigi/kalkulus)
Analisa bivariat adalah analisa data untuk mengetahui hubungan antara
variabel pengaruh dan variabel terpengaruh yang dianalisis dengan uji chi-
square (×2) dengan taraf signifikan (a) = 0.05.
a. Jika p value nilai a adalah (0,05). Maka ada hubungan antara variabel
pengaruh terhadap variabel terpengaruh
b. Jika p value > nilai a (0,05). Maka tidak ada hubungan bermakna
(Signifikan) antara variabel pengaruh dengan variabel terpengaruh.
(Notoatmodjo, 2012)
34

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D. M & Saryono. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif dan


Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.A
Azizah, R. D. A. (2019) Hubungan Pengetahuan Tentang Karang Gigi Terhadap
Skor Kalkulus Indeks dan Gingival Indeks Pada Ibu Hamil di
Puskesmas Karangtengah Kabupaten Demak
Bimo, Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi.
Budiharto, (2010). Pengantar Perilaku dan Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta:
EGC
Fajjrin, W. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Karang Gigi
Dengan Minat Pembersihan Karang Gigi Pada Siswa Di Mts N 1
Sleman (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Jurusan Keperawatan Gigi).
Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenada Media.
Mumpuni, Y. dan Pratiwi, E., (2013). 45 Masalah dan Solusi Penyakit Gigi dan
Mulut. Yogyakarta: Rapha Publising.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi,
Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta

Putri, dkk, (2013). Imu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan
Pendukung Gigi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Ramadhan, A.D (2010). Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Jakarta:


Bukune.
Riskesdas, K (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1-200.
https://doi.org 10.1088/1751-8113/44/8/085201

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%20 2013.pdf.- Diakses Desember 2021
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
35

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorp
op_20 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Desember 2021
Sari, D. S., Arina, Y. M. D., & Ermawati, T. Hubungan Pengetahuan Kesehatan
Gigi Mulut Dengan Oral Hygiene Index-Simplified (Ohi-S) Pada
Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember (The
correlation between knowledge oral health and Oral Hygiene Index-
Simplified (OHI-S) in the elderly in Public Health Kalisat Jember).
Saumi, dkk (2018) Survey Pengetahuan dan Skor Karang Gigi Pada Pasien
Ruang Gigi Puskesmas Kendal II. Skripsi: Poltekkes Kemenkes
Semarang
Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Worotitjan, I. Minjelungan, C, N. dan Gunawan, P. (2013). Pengalaman Karies
Gigi Serta Pola Makan dan Minum Pada Anak Sekolah DasarDi Desa
Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara. Jurnal e-gigi. 1 (1):59-68.
Tersedia di: http://journal.ums.ac.id - Diakses Desember 2021.
_____________ (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
36

LAMPIRAN

Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN
Pelaksanaan
Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
2021 2022
2022 2022 2022 2022 2022
Pengajuan Judul

Penyusunan Proposal

Ujian Proposal
Proses Revisi Proposal

Pengambilan Data Penelitian

Proses Bimbingan Hasil


Ujian hasil Skripsi

Proses Revisi Skripsi

Penyerahan skripsi
37

Yudisium
38

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Menyatakan bahwa bersedia menjadi responden dalam penelitian dengan judul


“Hubungan antara perilaku kesehatan gigi dan mulut terhadap status
karang gigi pada warga usia 25-35 tahun di Perumahan Griya Bhakti Praja
Rt 06 Rw 07 Kelurahan Mangunjiwan Kabupaten Demak”. Saya memutuskan
setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh rasa
tanggung jawab.

Yang menyatakan Demak, 2022


Responden Peneliti

(Berneta Aulia Praditya)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN
39

PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT


TERHADAP STATUS KARANG GIGI

A. Data Umum
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
No. Telpon :
Alamat :

B. Pertanyaan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut


Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang
menurut Anda paling benar!
1. Apa tujuan menjaga kesehatan gigi dan mulut?
a. Agar kebersihan gigi dan mulut terjaga sehingga terbebas
dari berbagai penyakit gigi dan mulut
b. Agar makanan mudah melekat pada gigi
c. Agar karang gigi tidak tumbuh
d. Agar mulut tidak berbau
2. Bagaimana cara menjaga kesehatan gigi dan mulut dibawah ini
yang benar?
a. Menggosok gigi 2 × sehari
b. Memakai sikat gigi secara bersamaan
c. Mengkonsumsi makanan yang berserat
d. Mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol
3. Kapankah waktu menggosok gigi yang tepat?
a. Setiap mandi
b. Pada saat setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur
c. Saat mandi pagi dan mandi sore
d. Setelah bangun tidur dan mandi sore
40

4. Bagaimana syarat-syarat sikat yang baik?


a. Tangkainya lurus, bulu sikat halus, ujung sikat bulat dan
kecil
b. Tangkainya membentuk sudut, bulu sikatnya kasar
c. Kepala sikat besar, bulu sikatnya kasar
d. Sikat giginya yang mahal
5. Lapisan kerak berwarna kuning atau hijau yang melekat pada
permukaan gigi terasa kasar dan keras disebut?
a. Gigi berlubang
b. Karang gigi
c. Sakit gigi
d. Sariawan
6. Bagaimana cara mengurangi terjadinya karang gigi?
b. Mengonsumsi air garam
c. Mengonsumsi makanan manis dan lengket
d. Mengonsumsi buah dan sayur
e. Mengunyah satu sisi
7. Bagaimana cara menggosok gigi yang benar?
a. Bagian depan digosok dengan gerakan maju mundur
b. Bagian samping digosok dengan gerakan maju mundur
c. Yang penting bersih
d. Bagian depan digosok dengan gerakan naik turun sedikit
memutar, dan semua permukaan tersikat
8. Berapa banyak pasta gigi yang Anda butuhkan ketika menyikat
gigi?
a. Sepenuh bulu sikat
b. Sebesar biji jagung atau kacang tanah
c. Setengah bulu sikat
d. Secukupnya
9. Apa akibat bila malas menggosok gigi?
a. Bau mulut
b. Karang gigi
41

c. Gigi berlubang
d. Semua jawaban benar
10. Kapan sebaiknya kita kontrol gigi ke klinik gigi?
a. Setiap 3 bulan sekali
b. Ketika sakit gigi saja
c. Bila sempat
d. Setiap 6 bulan sekali
42

C. Pertanyaan sikap tentang kesehatan gigi dan mulut

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara memberi tanda checklist () pada jawaban yang sesuai dengan yang Anda lakukan!

Pilihan Jawaban
No
Pertanyaan Sangat Kurang Tidak
. Setuju Netral
Setuju Setuju Setuju

1. Saya mau ke dokter gigi/klinik gigi dalam enam


bulan sekali untuk memeriksakan gigi.

2. Saya lebih suka menyikat gigi sewaktu masih pagi


dan sore karena lebih praktis.

3. Saya tidak memakai sikat gigi yang sama secara


bergantian.

4. Saya menyikat gigi dengan prinsip 3T (Tekun, Teliti,


Teratur)

5. Saya pernah mengalami karang gigi


43

6. Saya mengonsumsi buah-buahan untuk menjaga


kesehatan gigi dan memelihara kesehatan gigi

7. Mengunyah makanan sebaiknya menggunakan kedua


sisi rahang secara bergantian

8. Saya akan mengganti sikat gigi minimal 3 bulan


sekali

9. Saya mengganti sikat gigi jika sudah rusak

10. Saya menggunakan obat kumur dan tidak perlu lagi


menggosok gigi

D. Pertanyaan Tindakan tentang Kesehatan gigi dan mulut

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara memberi tanda checklist () pada jawaban yang sesuai dengan yang Anda lakukan!

Pilihan Jawaban

No. Pertanyaan Kadang- Tidak


Iya Pernah Sering
kadang Pernah
44

1. Apakah anda menggosok gigi minimal 2× sehari?

2. Apakah anda menggosok gigi pagi setelah sarapan


dan sebelum tidur?

3. Apakah anda menggunakan tusuk gigi untuk


membersihkan sisa makanan pada sela-sela gigi?

4. Apakah anda mempunyai kebiasaan mengunyah satu


sisi?

5. Apakah anda sudah mengurangi makanan manis dan


melekat?

6. Apakah anda rutin menggosok gigi menggunakan


pasta gigi?

7. Apakah anda menggunakan pasta gigi yang


mengandung flour?

8. Apakah anda mempunyai kebiasaan merokok?


45

9. Apakah anda memeriksakan gigi meskipun gigi anda


sedang tidak sakit?

10. Apakah anda menyimpan sikat gigi dengan posisi


bulu sikat berada diatas?
46

Lampiran 4
KUNCI JAWABAN KUESIONER
A. Pengetahuan
1. A
2. A
3. B
4. A
5. B
6. C
7. D
8. B
9. D
10. D
47

Lampiran 5
LEMBAR PEMERIKSAAN KALKULUS INDEKS

Kode Responden :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :

Gigi Indeks Skala CI

16 11 26

46 31 36

jumlah Kalkulus
CI =
Jumlah gigi Indeks

Kriteria :
a. Baik = 0 – 0,6
b. Sedang = 0,7 – 1,8
48

c. Buruk = 1,9 – 3,0

Anda mungkin juga menyukai