Anda di halaman 1dari 19

PERBEDAAN PEMA KAIAN SIKAT GIGI BULU HALUS

(SOFT), SEDANG (MEDIUM) DAN KERAS (HARD)


TERHADAP DEBRIS INDEKS PADA MURID SD N 2, 3 DAN 5
JEPON

Usulan Karya Tulis Ilmiah


Diajukan kepada
Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Semarang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Studi Diploma III Kesehatan Gigi

Disusun oleh:
AGILIA WIDINATA
NIM : P1337425119066

PROGRAM STUDI D III KESEHATAN GIGI


JURUSAN KESEHATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan lain karena akan mempengaruhi kesehatan
keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki fungsi
untuk mengunyah, berbicara, dan mempertahankan bentuk muka, sehingga
menjaga kesehatan gigi sedini mungkin sangat penting,agar dapat bertahan
lama dalam dalam rongga mulut. Kesehatan mulut berarti bebas dari kanker
tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit gusi, kerusakan gigi,
kehilangan gigi dan penyakit lainnya, sehingga terjadi gangguan yang
membatasi dalam menggigit, mengunyah, berbicara, dan kesejahteraan
psikososial Agar terhindar dari gangguan tersebut,maka kita harus menjaga
kesehatan gigi dan mulut (WHO, 2012). .
Untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut maka hal yang harus
diperhatikan salah satunya yaitu dengan cara menyikat gigi. Tetapi warga
Indonesia belum terbiasa dengan menyikat gigi secara tepat. Berdasarkan
Riskesdas 2018 menyikat gigi adalah kegiatan membersihkan gigi
menggunakan sikat gigi atau alat lain dengan atau tanpa pasta gigi. Perilaku
benar dalam menyikat gigi yaitu setiap hari, minimal dua kali sehari,sesudah
sarapan dan sebelum tidur malam. Menurut Riskesdas di Indonesia terdapat
94.5% yang menyikat gigi setiap hari. Tetapi hanya 2.8% yang menyikat gigi
dengan benar (Kemenkes, 2018). Salah satu upaya untuk meningkatkan
persentase menyikat gigi yang benar adalah dengan meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang alat yang digunakan untuk menyikat gigi salah satunya
yaitu sikat gigi (Ambarwati dkk, 2017).
Sikat gigi yang beredar saat ini bermacam-macam variasi dalam hal
bentuk,ukuran,kekakuan bulu sikat gigi. Umumnya bulu sikat gigi terdiri dalam
3 jenis yaitu halus (soft), sedang (medium), dan keras (hard). Kekakuan bulu
sikat ini berpengaruh dalam pembersihan gigi. Kekakuan bulu sikat tersebut
ditentukan oleh ketebalan dan panjang bulunya. Tebal atau tidaknya bulu maka

1
2

kekakuan makin meningkat dan memiliki efek pembersih yang berbeda


(Ambarwati dkk, 2017).
Menyikat gigi berpengaruh terhadap kebersihan gigi dan mulut seorang.
Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi gigi yang tidak terdapat sisa makanan
atau deposit lunak yang menempel pada gigi (Debris),untuk pengukuran dapat
dinilai dengan alat ukur debris indeks. Tingkat kebersihan seseorang dapat
berubah dengan adanya menyikat gigi secara tepat dan benar (Ambarwati dkk,
2017).
Menyikat gigi lebih ideal diajarkan pada anak usia sekolah dasar agar
dapat melatih kemampuan motorik seorang anak. Potensi menyikat secara baik
dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut. Berhasilnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga
dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode menyikat gigi, serta frekuensi
dan waktu penyikatan gigi yang tepat. Kelompok anak usia sekolah dasar ini
termasuk kelompok rentan untuk terjadinya kasus kesehatan gigi dan mulut,
sehingga perlu diwaspadai atau dikelola secara baik dan benar (Gopdianto, dkk
2014).
Kelompok anak usia sekolah dasar termasuk kelompok rentan karena
kelalaian menyikat gigi bagi murid sekolah dasar akan berdampak pada
kebersihan gigi dan mulut yang buruk sehingga akan memicu masalah
kesehatan gigi seperti karies gigi yang rentan terjadi kelompok anak sekolah
dasar, gigi geligi murid pada periode gigi bercampur. Murid sekolah dasar
merupakan kelompok usia yang kritis terhadap terjadinya karies gigi dan
mempunyai sifat khusus yaitu transisi pergantian gigi susu ke gigi permanen.
(Cahyati, 2013).
Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 02 Desember 2021 pada
anak usia sekolah dasar di daerah Jepon Kabupaten Blora, didapatkan hasil
bahwa kebersihan gigi anak kurang. 7 dari 10 anak mengalami gigi berlubang.
Menurut salah satu guru di sekolah dasar, mereka menggunakan sikat gigi yang
memiliki ukuran yang tidak sesuai dengan ukuran rahang mereka dan
menggunakan jenis sikat yang bervariasi.
3

Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


lebih lanjut mengenai perbedaan pemakaian sikat gigi bulu halus (soft),sedang
(medium),dan keras (hard) terhadap debris indeks pada Murid SD N 2, 3 dan 5
Jepon.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu “Bagaimana perbedaan pemakaian sikat gigi bulu halus
(soft),sedang (medium),dan keras (hard) terhadap debris indeks pada murid SD
N 2, 3 dan 5 Jepon?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan penggunaan sikat gigi bulu halus
(soft),sedang (medium) dan keras (hard) terhadap debris indeks pada
murid SD N 2, 3 dan 5 Jepon Kabupaten Blora.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui skor debris sebelum dan sesudah menyikat gigi
dengan menggunakan sikat gigi halus (soft)
b. Untuk mengetahui skor debris sebelum dan sesudah menyikat gigi
dengan menggunakan sikat gigi sedang (medium)
c. Untuk mengetahui skor debris sebelum dan sesudah menyikat gigi
dengan menggunakan sikat gigi kasar (hard)
d. Untuk mengetahui rata-rata skor debris sebelum dan sesudah menyikat
gigi menggunakan soft, medium dan hard

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat membuka pengetahuan murid tentang
pemakaian sikat gigi berbulu halus, medium dan keras terhadap pengaruh
penurunan debris di SD N 2, 3 dan 5 Jepon,sehingga kedepannya skor
debris dapat turun dengan adanya penelitian ini.
4

2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam memberi
edukasi tentang pemakaian sikat gigi berbulu soft, medium dan hard.
b. Bagi Akademik
Menambah data dan riset khususnya pada perpustakaan Politeknik
Kesehatan Semarang tentang perbedaan pemakaian sikat gigi bulu
halus (soft), sedang (medium) dan keras (hard) terhadap debris indeks.
c. Bagi siswa/i SD N 2, 3 dan 5 Jepon
Menambah informasi dan pengetahuan dalam memilih jenis bulu sikat
yang dianjurkan untuk membersihkan gigi terutama dari debris.

E. Penjelasan Keaslian Penelitian


Berdasarkan referensi yang sudah ada, penelitian dengan judul
”Perbedaan Pemakaian Sikat Gigi Bulu Halus (Soft), Sedang (Medium) dan
Keras (Hard) Terhadap Debris Indeks pada SD N 2, 3 Dan 5 Jepon”
merupakan penelitian sejenis. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Penjelasan Keaslian
No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Fahmi Gambaran Rata-rata selisih debris sebelum


Fadhilah Kekerasan Bulu dan sesudah menyikat gigi dengan
Pasyah Sikat Gigi Terhadap bulu halus sebesar 1, 60, bulu
Penurunan Debris sedang 1,57 dan bulu kasar 1,34 .
Indeks Pada Siswa/I
Sikat gigi bulu hard lebih efektif
Kelas VIII-1 SMPN
mengurangi debris indeks.
3 Perbaungan

2 Mashita Gambaran Bulu sikat gigi medium lebih


Ika Penggunaan sikat efektif menurunkan jumlah debris
5

Wulandari gigi berdasarkan daripada bulu sikat soft.


kekerasan bulu sikat
dalam
Membersihkan
Debris

3 Grace Gambaran Rata-rata penurunan debris


Devina Penggunaan Sikat sesudah dilakukan sikat gigi
Febriani Gigi yang Berbulu dengan bulu soft yaitu sebesar 0,8
Gea Soft dengan Sikat dan menggunakan bulu medium
Gigi yang Berbulu yaitu sebesar 1,03.
Medium Terhadap
Sikat gigi bulu medium lebih
Manfaat
efektif membersihkan debris
Menghilangkan
indeks.
Debris pada Kelas V
SD Yayasan
Anastasia

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu/sebelumnya yaitu:


1. Perbedaan lokasi
2. Perbedaan sasaran
3. Perbedaan pengambilan sampel
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Menyikat Gigi
a. Alat dan Bahan Menyikat Gigi
Sebelum menyikat gigi, sebaiknya mengetahui alat dan bahan
yang digunakan untuk menyikat gigi, diantaranya sebagai berikut:
1) Sikat gigi
Sikat gigi merupakan alat yang umum digunakan untuk
membersihkan gigi yang berbentuk kecil dengan pegangan.
Menurut sejarah, sikat gigi merupakan salah satu alat paling tua
yang masih digunakan manusia sampai saat ini (Senjaya, 2013).
Sebelum menyikat gigi harus memperhatikan ukuran sikat
gigi yang benar sesuai ukuran rahang seperti anak-anak
menggunakan sikat gigi untuk anak-anak dan dewasa
menggunakan sikat gigi untuk dewasa. Disarankan untuk
menggunakan sikat gigi dengan bulu lembut, karena fleksibel dan
efektif membersihkan lekukan dan daerah yang sulit dijangkau.
Setiap orang juga harus memiliki sikat gigi pribadi, tidak boleh
bergantian dengan keluarga lainnya agar tidak tertular suatu
penyakit (Sariningsih, 2012).
2) Pasta gigi
Pasta gigi yang mengandung fluoride berperan untuk
melindungi gigi dari karies. Penggunaan secara teratur pasta gigi
mengandung fluor dapat membantu menurunkan kejadian karies
gigi sebesar 15-30%. Bahkan fluoride dapat memperbaiki
kerusakan gigi sampai batas-batas tertentu dengan cara mengganti
mineral gigi yang hilang akibat erosi dan asam. Menggunakan
pasta gig tidak perlu terlalu banyak, cukup gunakan pasta gigi
dengan ukuran butir kacang tanah (Sariningsih, 2012).
7

Hal yang paling penting bukan banyak pasta gigi yang


digunakan tetapi cara menyikat gigi yang benar. Sikat gigi saat
dalam keadaan kering, diberi pasta gigi. Sebelum menyikat gigi
sudah berkumur terlebih dahulu, sehingga gigi dalam keadaan
basah. Setelah itu baru menyikat gigi. Sikat gigi tidak boleh diberi
air, karena bila diberi pasta gigi, maka pasta gigi akan masuk ke
dalam bulu sikat. Pada tujuannya untuk membersihkan gig bukan
mengotori gigi (Sariningsih, 2012).
b. Syarat Sikat Gigi
Syarat sikat gigi yang baik sebagai berikut:
1) Tangkai
Tangkai yang digunakan lurus dan mudah dipegang
(Machfoedz, 2013). Tangkai harus ringan (Faisal, 2015).
2) Kepala sikat
Sikat gigi yang digunakan harus kecil. Ukuran sama dengan
jumlah lebar empat gigi bawah. Jika terlalu besar, sikat tidak bisa
menjangkau daerah sempit dan dalam (Machfoedz, 2013).
3) Bulu sikat
Menurut Faisal 2015 bulu sikat yang digunakan lembut tetapi
harus cukup kuat dan memiliki ujung yang membulat.
c. Kekerasan Bulu Sikat
Derajat kekerasan bulu sikat merupakan suatu faktor yang
berhubungan dengan efek pembersihan gigi. Kekerasan bulu sikat
ditentukan oleh ketebalan dan panjang bulu sikat. Tebal atau
pendeknya bulu maka kekakuan makin meningkat dan efek
pembersihannya juga berbeda-beda. Setiap merek sikat gigi terbagi
menjadi 3 jenis berdasarkan kehalusan dan kekerasan bulu sikat yaitu
halus (soft), sedang (medium), keras (hard). Namun memiliki
keefektifan dalam menghilangkan plak yang berbeda. Pada umumnya
anak-anak belum menyadari efektifitas pada setiap jenis sikat gigi,
tetapi dianjurkan memakai sikat gigi yang berbulu halus soft dan sikat
gigi yang berbulu sedang medium (Hamsar, 2013).
8

d. Pengertian Menyikat gigi


Menyikat gigi adalah cara untuk membersihkan deposit lunak
yang ada di permukaan gigi dan gusi dan merupakan salah satu
tindakan preventif dalam mencapai kebersihan gigi dan mulut yang
optimal (Megananda dkk, 2010).
e. Teknik Menyikat Gigi
Teknik menyikat gigi dibagi menjadi 6 berdasarkan gerakan
yang dilakukan, diantaranya (Listrianah, 2017):
1) Teknik vertical
Dilakukan saat kedua rahang tertutup dengan gerakan ke
atas ke bawah. permukaan lingual dan palatal melakukan hal
serupa tetapi dengan mulut terbuka.
2) Teknik horizontal
Permukaan bukal dan lingual dilakukan dengan gerakan ke
depan dan ke .belakang. pada permukaan oklusal juga
menggunakan gerakan tersebut yang sering disebut dengan scrub
brush teknik dan terbukti sesuai dengen anatomis permukaan
oklusal. Orang yang belum diberi pendidikan khusus, biasanya
sering menggunakan teknik vertikal dan horizontal dengan
tekanan keras. Hal tersebut justru tidak baik karena dapat
menyebabkan resesi gusi dan abrasi gusi.
3) Teknik roll atau modifikasi stillman
Teknik ini disebut “ADA-roll technic” yang sering
digunakan pada seluruh permukaan gigi karena sederhana tetapi
efisien. Bulu ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari
permukaan oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat mengarah ke
apeks dan sisi bulu sikat digerakkan perlahan-lahan melalui
permukaan gigi sehingga bagian belakang dari kepala sikat
bergerak melengkung. Gerakan dilakukan 8-12 kali di setiap
daerah agar tidak ada yang terlewat.
4) Teknik stillman-Mccall
9

Posisi bulu sikat berlawanan dengan carter’s, sikat gigi


ditempatkan dengan sebagian pada gigi dan sebagian pada gusi,
membentuk sudut 45o terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke
apical. Kemudian sikat gigi ditekan dan melakukan rotasi kecil
tanpa merubah kedudukan ujung bulu sikat. Penekanan dilakukan
dengan cara sedikit demi sedikit menekuk bulu-bulu sikat tanpa
mengakibatkan infeksi atau trauma pada gusi. Metode Stillman
Mc callini telah diubah sedikit oleh beberapa ahli yaitu ditambah
dengan gerakan ke oklusal dari ujung-ujung bulu sikat tetap
mengarah ke apikal. Sehingga setiap gerakan berakhir di bawah
ujung incisal dari mahkota.
5) Teknik bass
Sikat ditempatkan dengan sudut 45° terhadap sumbu
panjang gigi mengarah ke apikal dengan ujung-ujung bulu sikat
pada tepi gusi. Dengan demikian, saku gusi dapat dibersihkan dan
tepi gusi dapat dipijat. Sikat digerakan dengan getaran-getaran
kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih sepuluh
sampai lima belas detik setiap daerah. Untuk menyikat
permukaan bukal dan labial, tangkai dipegang dalam kedudukan
horizontal dan sejajar dengan lengkung gigi. Untuk permukaan
lingual dan palatal gigi belakang agak menyudut (hampir
horizontal) dan pada gigi depan, sikat dipegang vertikal
6) Teknik fone’s atau teknik sirkuler
Bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan bukal
dan labial dengan gigi dalam keadaan oklusi. Sikat digerakan
dalam lingkaran-lingkaran besar sehingga gigi dan gusi rahang
bawah disikat sekaligus. Daerah interproksimal tidak diberi
perhatian khusus. Setelah semua permukaan bukal dan labial
disikat, mulut dibuka lalu permukaan lingual dan palatal disikat
dengan gerakan yang sama, hanya dalam lingkaran-lingkaran
kecil. Karena cara ini agak sukar dilakukan di lingual dan palatal
dapat dilakukan dengan gerakan maju mundur untuk daerah ini.
10

Tehnik ini dilakukan untuk meniru jalannya makanan di dalam


mulut pada waktu mengunyah.
f. Cara Menyikat Gigi
Cara menyikat gigi yang baik dimulai dari posterior ke anterior
dan berakhir pada posterior sisi lainnya, agar tidak ada gigi yang
terlewat (Faisal, 2015). Sebelum menyikat gigi harus memperhatikan
ukuran sikat gigi yang benar sesuai ukuran rahang seperti anak-anak
menggunakan sikat gigi untuk anak-anak dan dewasa menggunakan
sikat gigi untuk dewasa. Cara menyikat gigi yang benar menurut
Sariningsih (2012), sebagai berikut:
1) Menyiapkan sikat gigi dan pasta gigi mengandung fluor,pasta gigi
yang digunakan sebesar bulir kacang tanah
2) Sebelum menyikat gigi berkumur terlebih dahulu
3) Pertama gigi dalam keadaan tertutup, kemudian gigi disikat
dengan gerakan keatas dan kebawah (horizontal). Saat menyikat
gigi tidak boleh terlalu keras karena akan membuat gigi
perbatasan dengan gusi berlekuk, sehingga menyebabkan gigi
linu.
4) Mulut dibuka, sikat bagian mengunyah rahang atas dan rahang
bawah dengan gerakan maju mundur berulang kali.
5) Menyikat gigi dilakukan setidaknya 8 kali setiap permukaan.
6) Gigi depan bagian dalam rahang bawah disikat dengan arah
mengeluarkan sikat dari rongga mulut.
7) Menyikat bagian dalam gigi yang menghadap ke lidah dengan
cara memutar.
8) Pada gigi depan bagian dalam rahang atas dengan arah sikat
keluar dari rongga mulut.
9) Selesai menyikat gigi, dianjurkan berkumur dengan air sekali saja
agar sisa fluor masih tertinggal di gigi sehingga gigi menjadi kuat
dan tidak rapuh.
11

10) Setelah selesai menyikat gigi, sikat gigi dibersihkan di bawah air
mengalir dan simpan sikat dalam posisi berdiri tegak dengan
kepala sikat di atas.
11) Jika sela gigi sulit dibersihkan, dapat dibersihkan dengan benang
gigi (Dental floss).

g. Hal yang diperhatikan Ketika Menyikat Gigi


Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyikat gigi
menurut sariningsih (2012),sebagai berikut:
1) Waktu menyikat gigi
Para dokter gigi menyarankan untuk menyikat gigi sebelum
tidur. Hal tersebut dikarenakan pada saat tidur, air ludah
berkurang, sehingga asam yang dihasilkan oleh plak akan menjadi
lebih pekat dan kemampuannya untuk merusak gigi menjadi lebih
besar. Untuk mengurangi kepekatan dari asam, plak harus
dihilangkan.
Gigi pada pagi hari juga harus disikat, sesudah sarapan pagi.
Idealnya sarapan pagi dilakukan sebelum beraktivitas dan
dilanjutkan dengan menyikat gigi. Sehingga kondisi mulut tetap
bersih sampai makan siang.
Apabila terlambat sarapan atau tidak sarapan, sebaiknya
tetap menyikat gigi setelah bangun tidur. Walaupun sebelum tidur
sudah menyikat gigi dengan bersih, plak akan mulai terbentuk
lagi selama tidur. Oleh karena itu, rutinitas menyikat gigi harus
dilakukan setiap hari agar plak yang terbentuk tidak bertambah
tebal.
2) Menyikat gigi dengan kelembutan
Menyikat gigi terlalu keras menyebabkan resesi gusi yang
mengakibatkan terbukanya permukaan akar gigi. Tekanan yang
dilakukan harus ringan. Cara memegang gagang sikat gigi seperti
memegang bolpoin, sehingga tangan menghasilkan tekanan yang
ringan. Menyikat gigi tidak diperlukan tekanan kuat, karena plak
12

memiliki konsistensi lunak. Plak tidak akan hilang jika sudah


mengeras menjadi karang gigi.
3) Menyikat gigi minimal 2 menit
Menyikat gigi yang terlalu cepat tidak akan efektif
membersihkan plak. Menyikat gigi yang tepat, membutuhkan
waktu minimal 2 menit. Banyak anak yang menyikat gigi kurang
dari 2 menit. Agar lebih mudah, anak diajari sakit gigi sambil
mendengarkan lagu favorit anak yang memiliki kisaran waktu 2
menitan.
4) Urutan menyikat gigi
Menyikat gigi dengan urutan yang sama setiap harinya serta
menyikat gigi harus sampai gigi paling akhir agar gigi paling
akhir tidak berlubang.
5) Rutin mengganti sikat gigi
Apabila bulu sikat sudah mekar alias rusak ataupun sikat
gigi sudah berusia 3 bulan, maka sikat gigi tersebut kehilangan
kemampuannya untuk membersihkan gigi dengan baik. Ganti
sikat gigi apabila salah satu diantara dua hal tersebut terjadi.
6) Menjaga kebersihan gigi
Sikat gigi menjadi tempat berkembangbiaknya kuman dan
jamur. Setiap selesai menyikat gigi, selalu membersihkan sikat
gigi dengan cara mengocok dengan kencang di dalam gelas berisi
air, atau dibilas di bawah aliran air. Sikat gigi dikeringkan setiap
habis digunakan dan disimpan sikat gigi dengan posisi berdiri.
7) Jangan takut gusi berdarah
Gusi berdarah merupakan suatu tanda adanya peradangan
pada gusi. Namun anak kadang takut berdarah, anak tidak akan
menyikat di bagian tersebut. Tetap menyikat gigi tersebut tetapi
dengan cara yang benar.
8) Menggunakan pasta gigi mengandung fluoride
Pasta gigi yang mengandung fluoride berperan untuk
melindungi gigi dari karies. Penggunaan secara teratur pasta gigi
13

mengandung fluor dapat membantu menurunkan kejadian karies


gigi (Sariningsih, 2012).
9) Motivasi untuk anak
Motivasi kepada anak agar menyikat gigi dengan teratur setiap
hari sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam agar giginya
tidak berlubang, tidak sakit gigi dan mulut tidak terasa bau.
2. Debris Index
a. Pengertian Debris Indeks
Kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari kondisi gigi yang
tidak terdapat sisa makanan atau deposit lunak yang menempel pada
permukaan gigi (debris). Kebersihan gigi seseorang dapat diukur
dengan debris indeks (Ambarwati, 2017).
b. Penetapan Gigi Indeks
Untuk menghitung debris indeks, menurut Putri dkk (2018)
menetapkan bahwa gigi indeks yang digunakan yaitu:
1) Rahang atas pada permukaan bukal gigi M1 kanan atas
2) Permukaan labial I1 kanan atas
3) Permukaan bukal gigi M1 kiri atas
4) Rahang bawah pada permukaan lingual gigi M1 kiri bawah
5) Permukaan labial I1 kiri bawah
6) Permukaan lingual gigi M1 kanan bawah
Apabila salah satu gigi indeks telah hilang atau sisa akar, maka
penilaian dapat dilakukan pada gigi pengganti yang mewakili,yaitu:
1) Jika gigi M1 RA atau RB tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi
M2 RA atau RB
2) Jika gigi M1 dan M2 RA dan RB tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi M3 RA atau RB
3) Jika gigi M1, M2, M3 RA dan RB, maka tidak dilakukan
penilaian
4) Jika gigi I1 RA kanan tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1
RA kiri
14

5) Jika gigi I1 RA kanan dan kiri tidak ada, maka tidak dilakukan
penilaian
6) Jika gigi I1 RB kiri tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1
RB kanan
7) Jika gigi I1 RB kanan dan kiri tidak ada, maka tidak dilakukan
penilaian.

c. Cara Menghitung Debris Indeks


Pemeriksaan terhadap debris menurut Putri dkk (2018):
1) Dilakukan pemeriksaan dimulai bagian 1/3 permukaan gigi
incisal atau oklusal dengan menggunakan sonde. Apabila terdapat
debris yang terbawa oleh sonde nilai yang diperoleh adalah 3.
2) Apabila pada permukaan gigi incisal atau oklusal tidak terdapat
debris yang terbawa dilanjutkan ke permukaan gigi 1/3 bagian
tengah, maka nilai yang diperoleh adalah 2.
3) Apabila pada permukaan gigi bagian tengah tidak terdapat debris
yang terbawa dilanjutkan ke permukaan gigi 1/3 bagian servikal,
maka nilai yang diperoleh adalah 1.
4) Apabila pada seluruh permukaan gigi tidak terdapat debris maka
nilai yang didapat adalah 0.
D = Jumlah seluruh skor debris
Jumlah gigi yang diperiksa
d. Kriteria Debris Indeks
Kriteria debris indeks secara umum menurut Green dan Vermillion
adalah sebagai berikut:
1) Baik (good), apabila nilai berada di antara 0,0 – 0,6
2) Sedang (fair), apabila nilai berada di antara 0,7 – 1,8
3) Buruk (poor), apabila nilai berada di antara 1,9 – 3,0

3. .Anak Usia Sekolah Dasar


a. Kemampuan Menyikat Gigi Anak SD
15

Anak masa sekolah dasar mulai dari usia 6-12 tahun. Usia ini
ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar dan dimulainya
sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap
dan tingkah lakunya. Anak-anak pada umumnya belum dapat
menyikat gigi dengan baik dan efektif, karena menyikat gigi itu tidak
mudah terutama pada makanan yang berada pada permukaan gigi
yang sulit dijangkau dengan sikat gigi (Martin, 2018).
Pada usia 10-12 tahun merupakan fase gigi geligi tetap,
meskipun masih ada pergantian gigi sulung ke gigi permanen, tetapi
sudah banyak gigi permanen yang tumbuh. Pada usia tersebut sudah
dapat diberi tanggung jawab terhadap tindakan menggosok gigi. Pada
usia 10-12 tahun sudah mampu melakukan menggosok gigi secara
sistematis bila dibandingkan dengan kelompok usia dibawahnya.
Untuk itu kesehatan gigi dari awal perlu dijaga agar anak mempunyai
gigi permanen yang baik (Suwelo dkk, 2014).
b. Teknik Menyikat Gigi yang dianjurkan pada Anak SD
Teknik menyikat gigi terdapat beberapa cara, tetapi teknik yang
dianjurkan untuk anak-anak yaitu teknik fons karena teknik fons
sangat mudah dilakukan. Teknik dilakukan dengan meniru jalan
makanan dalam mulut ketika mengunyah makanan. Teknik fons
dilakukan dengan cara meletakkan bulu sikat tegak lurus pada
permukaan bukal dan labial saat keadaan oklusi. Sikat digerakkan
dalam lingkaran-lingkaran besar sehingga gigi dan gusi rahang atas
dan rahang bawah dapat disikat sekaligus. Saat keadaan mulut terbuka
permukaan lingual dan palatal disikat dengan gerakan maju mundur
(Putri dkk, 2010)
4. Hubungan Menyikat Gigi Terhadap Debris Indeks
Kebiasaan menyikat gigi yang baik akan bermanfaat menghilangkan
dan mengganggu pertumbuhan debris dan plak, membantu membersihkan
sisa makanan yang menempel pada gigi, menstimulasi jaringan gingival
dan menghilangkan bau mulut yang tidak diinginkan (Shaluhiyah dkk,
2016).
16

B. Kerangka Konsep
Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh

Sikat Gigi Bulu Halus


(Soft), Sedang (Medium), Debris Indeks
dan Kasar (Hard)

1. Cara Menyikat Gigi


2. Waktu Menyiikat 1. Pola Makan
Gigi 2. Saliva
3. Usia

Variabel Terkendali variabel Tak Terkendali

C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep di atas,maka
pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut : apakah ada perbedaan
penggunaan sikat gigi bulu halus (soft),sedang (medium),dan kasar (hard)
terhadap debris indeks anak usia 7-9 tahun di SD di Kelurahan Jepon Blora?
17

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Tirtania., Fathonah, Aah.,Samjaji, (2017), Perbedaan Menyikat


Gigi Menggunakan Bulu Sikat Medium dan Soft Terhadap Debris
Index Mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi, 02(02), 30,
https://edukasional.com/index.php/ARSA/article/view/79, diakses,
17 September pukul 21.30 WIB

Anggreni, Eka., Erwin, (2020), Efektifitas Penggunaan Sikat Gigi Double


Care dan Konvensional Terhadap Debris Index, Jurnal Kesehatan,
14(2), 61,
http://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/adm/article/view/
101 , diakses, 15 Oktober 2021 pukul 07.08 WIB

Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan, (2018), Laporan Kesehatan


Dasar (RISKESDAS) 2018, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-
riskesdas/, diakses, 16 Oktober 2021 pukul 20.13 WIB

Faisal, Muhammad, (2015), Differences In Plaque Index Brushing With A


Toothbrush Hairy Soft and Brushing With A Tootbrush Hairy
Medium Being on Grade 4 and 5 Students at Public Primary
Schools 07 Air Camar Kecamatan Padang Timur Tahun 2015,
Jurnal Kesehatan Gigi, 3(2), 84-89, https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.poltekkes-
denpasar.ac.id/index.php/JKG/article/view/
524/161&ved=2ahUKEwi5_dze7_byAhWFaCsKHY1iCmI4ChA
WegQIBxAB&usg=AOvVaw0bsVM0_aSZVLVi88pSPc-W ,
diakses, 17 September 2021 pukul 21.30 WIB

Gea, G.D.F, (2019), Gambaran Penggunaan Sikat Gigi yang Berbulu Soft
dengan Sikat Gigi yang Berbulu Medium Terhadap Manfaat
Menghilangkan Debris pada Kelas V SD Yayasan Anastasia,
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, http://repo.poltekkes-
medan.ac.id/xmlui/handle/123456789/824, diakses, 20 November
2021 pukul 22.01 WIB

Listrianah, (2017), Hubungan Menyikat Gigi Dengan Pasta Gigi Yang


Mengandung Herbal Terhadap Penurunan Skor Debris Pada Pasien
Klinik Gigi An-Nisa Palembang, Jurnal Keperawatan Gigi, 12(1),
84-86,
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/view/
18/11, diakses, 15 Desember 2021 pukul 02.56 WIB

Machfoedz, Ircham, (2013), Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-Anak


dan Ibu Hamil, Yogyakarta: fitramaya.
18

Pasyah, F.F, (2019), Gambaran Kekerasan Bulu Sikat Gigi Terhadap


Penurunan Debris Indeks Pada Siswa/I Kelas VIII-1 SMPN 3
Perbaungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan,
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/xmlui/handle/123456789/662,
diakses, 20 November 2021 pukul 21.35

Rahmadhannisa, Melihana, (2020), Perbandingan Bulu Sikat Gigi Jenis Soft


dan Medium Terhadap Penurunan Debris Indeks Pada Siswa/I S,
DN 2 Sukanegara, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang,
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1936/, diakses, 10 Desember
pukul 03.00 WIB

Sariningsih, Endang, (2012), Merawat Gigi Anak Usia Dini, Jakarta:


Gramedia.

Senjaya, A.A, (2013), Menyikat Gigi Tindakan Utama Untuk Kesehatan Gigi,
jurnal Skala Husada, 10(2), 198,
https://scholar.google.com/scholar?
start=20&q=penggunaan+ketebalan+bulu+sikat+gigi&hl=id&as_sd
t=0,5#d=gs_qabs&u=%23p%3D19vQV18zKicJ, diakses 15
Oktober 2021 07.46 WIB

Sitepu, D.T., Edi, I.S., Hidayati, S, (2021), Penurunan Indeks Plak Gigi
Ditinjau Dari Penggunaan Sikat Gigi Hard, Medium, Dan Soft,
Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi, 2(2), 315,
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://e
jurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/article/view/
716/393&ved=2ahUKEwjjicmp6IfzAhXRSH0KHf60DEwQFnoE
CA8QAQ&usg=AOvVaw2VtqvyI5nVi6HtuHnk3Wx1, diakses,
17 September 2021 pukul 22.50 WIB

Wulandari, M.I, (2020), Gambaran Penggunaan Sikat Gigi Berdasarkan


Kekerasan Bulu Sikat dalam Membersihkan Debris, Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta,
http://library.poltekkesjakarta1.ac.id/repository/index.php?
p=show_detail&id=1220&keywords=, diakses, 18 September 2021
pukul 21.16 WIB

Anda mungkin juga menyukai