Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan secara umum,
artinya seseorang yang sakit gigi akan terganggu kesehatan secara umum.
Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut perlu dipelihara secara maksimal
untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut.
Masalah kesehatan gigi yang sering dijumpai adalah karies dan
jaringan penyangga gigi yang merupakan sepuluh besar penyakit terbanyak
yang tersebar di berbagai wilayah. Karies gigi merupakan kerusakan pada
struktur jaringan keras gigi (email , dentin) yang diakibatkan oleh asam yang
dihasilkan oleh bakteri yang terdapat pada plak gigi (Postline, 2008). Proses
karies disebabkan karena adanya interaksi antara tiga faktor yaitu host (gigi,
gingiva, saliva), penjamu (bakteri/plak), dan makanan kariogenik (sukrose)
(Depkes RI, 2004).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 bahwa prevalensi
karies aktif mencapai mencapai 72,1% dengan rata rata jumlah kerusakan gigi
sebesar 5 gigi per orang dan yang menyadari bahwa dirinya bermasalah gigi
dan mulut hanya sebesar 23%, dari angka tersebut hanya 30% yang menerima
perawatan atau pengobatan dari tenaga profesional gigi. (Depkes RI, 2008).
Berdasar SKRT-SURKESNAS 2001 sebanyak 62,4% penduduk merasa
tergaggu pekerjaan/sekolah karena sakit gigi, dalam satu tahun berkisar antar
2,50 – 5,28 hari, dengan rata-rata sekitar 3,86 hari. Kondisi ini tentunya
mempengaruhi kualitas hidup jika dikaitkan dengan produktivitas (Santoso,
2017).
Kondisi tersebut jauh dari harapan bila dibandingkan dengan tarjet
jangka panjang Kementerian Kesehatan Tahun 2020 : angka bebas karies gigi
(gigi bercampur) umur 6 tahun 50%, angka bebas karies gigi kelas 6 sebesar

1
2

70%, DMF-T usia 12 tahun ≤ 1, PTI sebesar 50% dan angka dentally
fit kelas 6 sebesar 85%. Tahun 2030 Indonesia bebas karies
Salah satu upaya mencegah terjadinya karies gigi adalah dengan melakukan
pemeliharan kebersihan gigi dan mulut, karena sebagaimana diketahui bahwa
salah satu komponen dalam pembentukan karies gigi adalah plak. Hasil
penelitihan menunjukkan bahwa kebiasaan menyikat gigi dengan teratur setiap
sehabis makan dan sebelum tidur ternyata dapat menigkatkan kebersihan mulut
untuk mencegah terjadinya karies gigi (Hamada, 2008).
Pemeliharaan kesehatan gigi dengan baik dan benar hanya dapat
dilakukan oleh individu yang memiliki perilaku atau respon evaluatif, yang
akan timbul apabila dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya
reaksi. Proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor dominan yang berasal dari dalam diri seorang antara lain :
pengetahuan, sikap ataupun tindakan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Santoso
(2017) perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik akan sangat
berperan dalam menentukan derajat kesehatan masing-masing individu.
Pengetahuan merupakan berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pada umumnya,
pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil
pengenalan atas suatu pola (Wikipedia, 2018).
Pengetahuan yang kurang akan membentuk perilaku dan sikap yang
keliru terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sanagat penting untuk terbentuknya
perilaku. Kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi merupakan faktor
predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah kepada timbulnya
penyakit (Prasko dkk, 2016).
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif
lebih langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Budiharto, 2010). Individu
3

dengan pengetahuan yang baik cenderung mampu melakukan tindakan yang


didasarkan atas pemahaman yang dimiliki, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan erat hubungannya dengan kemampuan melakukan suatu
tindakan.
Pemeliharaan kesehatan gigi dapat dilakukan melalui upaya menggosok
gigi yaitu merupakan cara umum yang dianjurkan untuk membersihkan
barbagai kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan gusi. Lama
menggosok gigi tidak ditentukan tetapi biasanya maksimal 2 menit yang
terpenting dilakukan secara sistematis supaya semua bagia permukaan gigi
bisa terjangkau sikat gigi. Tujuan menggosok gigi adalah membersihkan
rongga mulut dari sisa –sisa makanan yang menempel agar fermentasi sisa
makanan tidak berlangsung lama sehingga pembentukan plak gigi dapat
diminimalisir. Hal tersebut sesuai dengan penelitihan Hamada, (2008) yang
menunjukkan bahwa kebiasaan menggosok gigi dengan teratur setiap sehabis
makan dan sebelum tidur ternyata dapat menigkatkan kebersihan mulut untuk
mencegah terjadinya karies gigi.
Kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan sejak dini melalui
pemeliharaan kebersihan anak usia sekolah oleh orang tua. Menurut Behrman
,dkk (1999) pada usia 6 – 12 tahun (Anak usia sekolah dasar) diperlukan
perawatan lebih insentive karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan
tumbuhnya gigi baru. Anak memasuki usia sekolah mempunyai resiko karies
makin tinggi karena banyaknya jajanan di sekolah.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SD Salaman I Kabupaten
Magelang diperoleh data, bahwa rata-rata 3 – 5 siswa per kelas yang
mengalami karies gigi molar 1. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui
gambaran tindakan menggosok gigi terhadap terjadinya karies gigi

B. Rumusan masalah.
Berdasarkan permasalahan tersebut dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: Bagaimanakah Gambaran Tindakan Menggosok Gigi
4

Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar 1 Pada Siswa SDN Salaman I


Magelang?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Peneliti ini bertujuan ntuk mengetahui Gambaran Tindakan Menggosok
Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar 1 Pada Siswa SDN Salaman I
Magelang
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran tindakan menggosok gigi pada siswa
SDN Salaman I Magelang.
b. Untuk mengetahui gambaran keries gigi Molar I Pada Siswa SDN
Salaman I Magelang.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
1. Pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan dapat memberi sumbangan
bagi pengembang ilmu pengetahuan dan menambah informsai khasanah
kaitanya dengan kasus karies gigi M1.
2. SDN Salaman 1 Magelang, untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi bagi
peserta didik
3. Bagi Murid/responden
Sebagai informasi dan dasar pertimbangan bagi murid/responden yang
akan datang dengan keluhan karies gigi, tertanma pada gigi M1.
4. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan
pengalaman dalam menyusun karya tulis ilmiah dan sebagai dasar untuk
penelitian lebih lanjut serta sarana untuk menerapkan ilmu dan teori yang
telah diperoleh.
E. Keaslian Penelitian
JUDUL VARIABEL VARIABEL SUBYEK HASIL
BEBAS TERIKAT
Hubungan Karies Gigi Kebiasaan Siswa SMP Mayoritas responden
5

kebiasaan menyikat yang mengyikat gigi


menyikat gigi gigi sebelum tidur frekuensi
sebelum tidur terjadinya karies
dengan sebanyak 12,5%.
terjadinya responden yang tidak
karies gigi melakukan menyikat
pada siswa gigi sebelum tidur
siswi SMP frekuensi terjadinya
swasta karies 57,5%. ada
Darusalam hubungan siknifikan
Medan 2014 antara menyikat gigi
sebelum tidur dengan
terjadinya karies gigi.
Hubungan Keparahan Karies Gigi Siswa SD Tingkat keparahan
Tingkat karies pada siswa SD
Keparahan usia 10-12, 5,17%
Karies pada Buruk, 3,46 Baik.
siswa SD Usia Index DMF-T sebesar
10-12 2,86 yang berarti
tingkat keparahan
cukup
Tingginya Karies Gigi Status Siswa SD Rata rata status
Karies Gigi Kebersihan kebersihan gigi dan
pada Anak gigi dan mulut pada anak usia
Usia Sekolah Mulut SD 5-14 tahun masuk
Umur 5 s/d 14 dalam katagori baik
Tahun (57,0%)
Berdasarkan
Nilai Status
Kebersihan
Gigi dan
Mulut di Kota
Pontianak
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku dan gejala perilaku
yang tampak pada diri manusia dipengaruhi oleh faktor genetik
(keturunan) dan lingkungan. Hereditas atau keturunan adalah konsep
dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup tersebut
selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk
perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting
dan perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia
terdapat dalam setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia tidak
berdiri sendiri (Herijulianti, 2001).
Skinner (1938) seorang ahli perilaku menyatakan bahwa perilaku
adalah hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan atau
respons. Ia membedakan adanya dua respon, yaitu :
1) Respondent Respons atau Reflexive Respons adalah respon yang
muncul karena rangsangan tertentu yang bersifat tetap.
2) Operant Respons yaitu respon yang timbul dan berkembangnya
diikuti oleh perangsang tertentu.

a. Bentuk perilaku menurut Notoatmodjo (2007) :


1) Bentuk pasif adalah respon internal yang terjadi dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat orang (perilaku
terselubung atau covert behavior).
2) Bentuk aktif adalah bila perilaku tersebut dapat secara jelas
diobservasi secara langsung dalam bentuk tindakan nyata (overt
behavior).

6
7

b. Klasifikasi perilaku menurut Notoatmodjo (2007) :


1) Perilaku terhadap sakit dan penyakit adalah bagaimana manusia
merespon, baik secara pasif berupa mengetahui, bersikap dan
mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada dalam dirinya,
maupun secara aktif berupa tindakan yang dilakukan sehubungan
dengan penyakitnya.
2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon
seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan.
3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) adalah respon
seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi
kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan
praktik kita terhadap makanan sebagai kebutuhan tubuh kita.
4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health
behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai
determinan kesehatan manusia.

c. Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan


menurut Notoatmodjo (2007) :
1) Perilaku kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatanya termasuk
didalamnya untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan,
memilih makanan dan sanitasi.
2) Perilaku sakit adalah segala tindakan yang dilakukan oleh individu
saat merasa sakit termasuk di dalamnya kemampuan atau
pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab
penyakit serta usaha-usaha untuk mencegah penyakit.
3) Perilaku peran sakit adalah segala tindakan yang dilakukan oleh
individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku
ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri
8

juga berpengaruh terhadap orang lain terutama pada anak-anak yang


belum menyadari tanggung jawab terhadap kesehatanya.
d. Domain perilaku
1) Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama
daripada perilaku yang didasari tanpa pengetahuan. Pengetahuan
yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat secara
berurutan dari tingkat terendah ke tingkat yang lebih tinggi
(Notoatmodjo, 2007) :
i. Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
ii. Memahami (comprehension) adalah suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasi materi tersebut secara benar.
iii. Aplikasi (appication) adalah kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill
(sebenarnya).
iv. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen.
v. Sintesis (synthesis) adalah menunjukan pada suatu kemampuan
untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
vi. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2) Sikap
Sikap (attitude) adalah reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manisfestasi sikap
9

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih


dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap mempunyai 3 komponen pokok (Notoatmodjo, 2007) :
a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
objek.
b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap objek.
c) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behavior).
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap yang dicakup dalam
domain afektif mempunyai 4 tingkat :
a) Menerima (receiving) adalah apabila orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b) Merespon (responding) adalah memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
merupakan suatu indikasi dari sikap.
c) Menghargai (valuing) adalah mengajak orang lain untuk
mengajarkan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap
suatu masalah.
d) Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko.
3) Tindakan
Tindakan adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan. Terwujudnya sikap menjadi tindakan diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Praktik atau
tindakan yang dicakup dalam domain psikomotor mempunyai 4
tingkatan (Notoatmodjo, 2007) :
a) Persepsi (perception) adalah mengenal dan memilih berbagai
objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
b) Respon terpimpin (guided respons) adalah dapat melakukan
sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh.
10

c) Mekanisme (mecanism) adalah apabila seseorang telah


melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu
itu sudah merupakan kebiasaan.
d) Adaptasi (adaptation) adalah suatu praktik atau tindakan yang
sudah berkembang dengan baik.
Berdasarkan penelitian Rogers 1974 ada 5 proses
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (Notoatmodjo, 2010)
:
a) Awarness (kesadaran) adalah orang telah menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek
tersebut.
c) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
d) Trial adalah subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e) Adoption adalah subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
e. Perubahan perilaku menurut Notoatmodjo (2007) :
1) Perubahan alamiah adalah perilaku manusia selalu berubah,
dimana sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian
alamiah.
2) Perubahan terencana adalah perubahan yang terjadi karena
memang direncanakan sendiri oleh subjeck.
3) Kesediaan untuk berubah adalah adanya inovasi atau program
pembangunan di dalam masyarakat selalu ditanggapi dengan
cara yang berbeda oleh anggota masyarakat.

2. Karies
1) Pengertian karies
11

Karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan


oleh asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantara
mikroorganisme yang ada dalam saliva (Irma, 2013). Menurut
Hermawan (2010) karies adalah kerusakan yang terbatas pada
jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. Struktur
email sangat menentukan proses terjadinya karies. Penjalaran pada
awalnya terjadi pada email. Apabila tidak segera dilakukan
penanganan seperti dilakukan penambalan pada gigi berlubang maka
karies akan menjalar ke bawah hingga sampai ke ruang pulpa yang
berisi pembuluh saraf dan pembuluh darah, sehingga menimbulkan
rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati. Menurut Sariningsih
(2012) karies adalah proses patologis, berupa kerusakan yang terbatas
pada jaringan gigi, mulai dari enamel sampai dentin. Proses kerusakan
tersebut terjadi karena adanya interaksi beberapa faktor dalam rongga
mulut, yaitu gigi dan saliva, mikroorganisme dan sisa makanan,
terutama karbohidrat. Diperlukan waktu yang cukup bagi
mikroorganisme untuk menghidrolisa sisa makanan atau karbohidrat.
Adapun gigi yang mudah terkena karies adalah gigi sulung (gigi
anak). Ini disebabkan karena struktur giginya lebih tipis dan lebih
kecil dibandingkan dengan gigi dewasa (gigi tetap). Perawatan gigi
dan mulut pada masa balita dan anak ikut menentukan kesehatan gigi
dan mulut mereka pada tingkatan usia selanjutnya ( Hermawan,
2010).

2. Faktor yang menyebabkan karies


Menurut Sariningsih (2012) factor penyebab karies gigi adalah:
a. Kuman yang terdapat pada gigi, secara normal kuman ada dan
diperlukan di rongga mulut, tetapi apabila terdapat sisa makanan
yang melekat terus pada gigi dapat menjadi penyebab lubang gigi.
12

b. Sisa makanan, terutama golongan karbohidrat seperti gula, roti, atau


makanan sejenis lemak lainya yang lengket pada gigi. Sisa makanan
yang melekat terus pada gigi dapat diubah oleh kuman menjadi
asam yang melarutkan email gigi sehingga terjadi lubang gigi.
c. Gigi, dengan bentuk anatomi yang berlekuk kadang-kadang sulit
untuk dibersihkan secara sempurna dan dapat mempercepat proses
lubang gigi.
d. Waktu, dari ketiga faktor di atas memerlukan proses dalam
beberapa waktu yang bersamaan

B. Kerangka Konsep

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Tindakan Karies Gigi


Menggosok Gigi Molar 1

VARIABEL TERKENDALI VARIABEL TAK TERKENDALI

Siswa SDN Jenis Kelamin


Salaman 1 Usia
Pola Makan

C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah Gambaran Tindakan Menggosok Gigi Terhadap Kerjadian
Karies Gigi Molar 1 Pada Siswa SD Salaman I Magelang ?
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian observasional yaitu tidak
melakukan perlakuan terhadap subjek penelitian dalam rangka memberikan
gambaran lebih jelas tentang masalah pada subjek. Metode dalam penelitian
ini dengan pendekatan cross sectional atau studi potong lintang dimana dalam
studi ini mempelajari tentang gambaran tindakan menggosok gigi terhadap
kejadian karies gigi Molar 1, dimana pengambilan data dilakukan pada satu
waktu atau dalam waktu yang bersamaan.

B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah Siswa didik
SDN Salaman I Magelang
2. .Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel
pada penelitian ini adalah siswa didik kelasi IV,V,VI SDN Salaman 1
Magelang dengan jumlah 131 anak. Dengan kriteri siswa didik dapat
melakukan tindakan menggosok gigi secara terampil dan tidak terampil
dan berpotensi terjadinya kareis Molar 1.

C. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : Tindakan menggosok gigi pada murid SDN Salaman 1

2. Variabel terikat : siswa dengan kondisi karies gigi Molar 1

3. Variabel terkendali : Siswa SDN Salaman 1

4. Varabel Tak Terkendali : usia . jenis kelamin

13
14

D. Devinis Operasional
Definisi Parameter dan Skala
Variabel Alat Ukur
Operasional Kategori Pengukuran
Gambaran Tindakan Tindakan yang 1. terampil,apabila Check list Nominal
Menggosok Gigi dilakukan anak melakukan
dalam menggosok tindakan yg benar ≥
gigi 8 langkah
2. Tidak terampil,
apabila melakukan
tindakan yg benar <
8 langkah
Karies Gigi Molar 1 Kejadian karies 1. Sehat: bila tidak Lembar Nominal
gigi Molar 1 terdapat karies gigi pemeriksaan
M1
2. Tidak sehat: bila
terdapat karies gigi
M1

E. Instrumen Pemeriksaan
Variabel Metode Instrumen
gambaran tindakan Observasi Lembar cek list
menggosok Gigi Langkah menggosok
gigi yang benar dibagi
jumlah soal kali 100%,
contoh
8/11 x 100%
Karies Gigi M1 Pemeriksaan Lembar pemeriksaan.
Skor kuesioner:
Ada karies gigi M1 = 1
Tidak ada karies = 0

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian


1. Langakah dan Tehnik Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan
15

1) Merencanakan obyek penelitian.


Obyek penelitian adalah murid kelas 1V,V,VI SDN Salaman 1
2) Menyiapkan lembar pemeriksaan dan chek list
a) Membuat uraian langkah-langkah unsur peniaian dalam
melakukan tindakan menggosok gigi
b). Membuat lembar pemeriksaan tentang ada dan tidak ada karies
molar

2. Pelaksanaan
a. Responden diminta mempersiapkan instrument ( berupa pasta
gigi,sikat gigi, gelas kumur)
b. Responden diminta melakukan tindakan menggosok gigi yang
kemudian dipantau dan diamati langkah2 nya dari awal sampai
selesainya menggosok gigi oleh peneliti.
c. Peneliti melakukan penilaian kepada siswa dalam melakukan tindakan
gigi berdasarakan lembar pemeriksaan.
3. Pelaporan
a. Data hasil penilaian dari tindakan menggosok gigi oleh siswa
kemudian dilakukan skoring. langkah’ siswa Lembar pemeriksaan
tindakan menggosok gigi Kuesioner yang telah diisi siswa dilakukan
skoring.bila
b. Hasil skoring dimasukkan master tabel kemudian di hitung persentase
menggunakan program excel.

G. Matode Analisis Data


Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif yang disajikan dalam
bentuk tabel, dihitung dengan menggunakan prosentase.

H. JADWAL KEGIATAN
BULAN 2019
KEGIATAN
JANUARI PEBRUARI MARET APRIL
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Perizinan
Penelitian
Penyusunan
Laporan
Ujian KTI
16

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran tindakan menggosok
gigi dengan kejadian karies gigi molar 1 pada SDN Salaman 1 Kabupaten
Magelang Jawa Tengah. Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Mei
2019. yang melibatkan siswa sebanyak 131 siswa SDN Salaman 1

Berikut akan disajikan data hasil penelitian yang telah dilakukan :

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi tindakan menggosok gigi pada siswa SDN
Salaman 1 Magelang

No. Kriteria Frekuensi Persentase


(%)
1. Terampil 86 65,65
2. Tidak Terampil 45 34,35
JUMLAH 131 100
Sumber: Data primer terolah

Grafik 4.1 Distribusi frekuensi tindakan menggosok gigi pada siswa SDN
Salaman 1 Magelang
17

Berdasarkan Tabel 4.1. Diketahui bahwa Frekuensi jumlah siswa


yang melakukan tindakan menggosok gigi dari 131 responden, yang
terampil sebanyak 86 siswa terampil sebanyak 45 siswa (34.35 %).

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi siswa yang mengalami karies gigi molar 1
pada siswa SDN Salaman 1 Magelang

No. Kriteria Frekuensi Persentase


(%)
1. Sehat 95 72,52
2. Berkaries 36 27,48
JUMLAH 131 100
Sumber: Data primer terolah

Gambar 4.2. Distribusi frekuensi siswa yang mengalami karies gigi molar 1
pada siswa SDN Salaman 1 Magelang

Berdasarkan Tabel 2. Diketahui bahwa Frekuensi jumlah siswa yang


mengalami karies gigi molar 1 sebanyak 36 siswa (27.48%), dan yang
sehat sebanyak 95 siswa (72.52 %). Hal ini menunjukkan bahwa siswa
yang mengalami karies gigi molar 1 lebih banyak jika dibandingkan
dengan yang tidak karies.
18

Tabel 4.3 Tabulasi silang tindakan menggosok 1gigi dengan kejadian


karies Molar 1 pada siswa SDN Salaman Kab. Magelang

Kejadian karies
Menggosok gigi Sehat % Berkaries %
Terampil 73 76,84 13 36,11
Tidak Terampil 22 23,16 23 63,89
JUMLAH 95 100 36 100
Sumber: Data primer terolah
Berdasarkan Tabel 4.3. diketahui bahwa sejumlah 36 siswa yang
mengalami karies gigi molar 1 terdapat 23 siswa (63,89%) tidak terampil
dalam melakukan tindakan menggosok gigi. Sedangkan siswa yang tidak
mengalami karies gigi molar 1 sebanhyak 95 siswa, dimana 22 siswa
(23,16%) tidak terampil dalam melakukan tindakan menggosok gigi.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, bahwa gambaran tindakan


menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi molar 1 pada siswa SDN
Salaman 1 Magelang adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Tindakan Menggosok Gigi pada Siswa SDN Salaman 1 Magelang

Berdasarkan perhitungan dari 131 responden yang terampil sebanyak 86


siswa (65,65%) dan yang tidak terampil sebanyak 45 siswa (34,35%). Dengan
demikian responden yang memiliki kategori terampil lebih besar dibandingkan
dengan siswa yang melakukan tindakan menggosok yang tidak terampil.
Hal ini menunjukkan bahwa cara menggosok gigi yang dilakukan oleh
siswa sudah baik dan benar. Disini bisa dilihat dari responden menyikat gigi.
Mulai dari memposisikan sikat gigi pada sudut 45 derajat dari gusi,maju dan
mundur secara lembut dengan gerakan pendek,menggunakan ujung sikat
19

untuk membersihkan permukaan dalam gigi dengan gerakan keatas dan


kebawah,menyikat lidah dengan lembut agar bakteri bisa hilang dan nafas
tetap segat. Faktor media cetak maupun elektronik sangat berpengaruh
terhadap perilaku anak, terutama tayangan iklan yang diputar berulang-ulang
ditelevisi.
Menurut (Wong, 2003) bahwa membersihkan seluruh bagian gigi dengan
gerakan vertical dan gerakan lembut memberikan dampak yang baik bagi
kesehatan gigi. Seluruh permukaan gigi, dalam luar dan pengunyah harus
disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga tidak
dianjurkan karena dapat merusak email gigi karena vibrasi (Potter & Perry
2005)

2. Tingkat Siswa yang mengalami Kejadian Karies Gigi Molar 1 pada Siswa
SDN Salaman Magelang.

Berdasarkan perhitungan dari 36 siswa (27,48%) mengalami gigi


berkaries. Dan yang sehat sebanyak 95 siswa (72,48%). Hal ini menunjukkan
bahwa siswa yang mengalami karies gigi lebih kecil dibanding dengan siswa
yang mempunyai gigi sehat.
Keadaan tersebut tentunya tidak terlepas dari pihak sekolah yang secara
rutin telah melakukan gerakan sikat gigi masal. Tidak terlepas juga dari
perilaku siswa yang lebih selektif dalam membeli jajan dilingkungan sekolah,
terutama menghindari makanan yang bisa merusak gigi, contohnya makanan
yang sifatnya lengket dan manis.
Menurut (Irma, 2013) Karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi
yang disebabkan oleh asam yang ada didalam karbohidrat melalui perantara
mikroorganisma yang ada dalam saliva. Menurut Hermawan (2010) karies
adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga
menjalar ke dentin. Struktur email sangat menentukan proses terjadinya karies.
Penjalaran pada awalnya terjadi pada email. Apabila tidak segera dilakukan
20

penanganan seperti dilakukan penambalan pada gigi berlubang maka karies


akan menjalar kebawah hingga sampai keruang pulpa yang berisi pembuluh
saraf dan pembuluh darah, sehingga menimbulkan pada akhirnya gigi tersebut
bisa mati

.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran tindakan menggosok gigi
terhadap kejadian karies gigi Molar 1, yang dilakukan di SDN Salaman I
Magelang dapat disimpulkan bahwa;
1. Tindakan menggosok gigi pada siswa SDN Salaman 1 Kab Magelang
sebagian besar dalam kategori terampil (65,65 %)
2. Kejadian karies gigi pada siswa SDN Salaman 1 sebagian besar sehat
(72,52%)
3. Hasil penelitian didapatkan gambaran bahwa tindakan menggosok gigi
yang terampil dengan kondisi gigi yang sehat sebanyak (55,7%)
4. Lebih sedikit tindakan menggosok gigi psiswa yang tidak terampil
(23,16%) dengan kondisi karies gigi (63,89%)
5. Cenderung ada hubungan antara tindakan menggosok gigi dengan kejadian
karies gigi molar 1 pada siswa SDN Salaman 1.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka ada beberapa saran yang ingin
disampaikan peneliti, diantaranya ;
1. Bagi SDN Salaman 1 Magelang
Untuk lebih ditingkatkan lagi gerakan sikat gigi masal seperti yang telah
dilaksanakan disekolah dengan melibatkan tenaga kesehatan gigi, agar
lebih bisa terpantau, dengan harapan siswa bisa melakukan gerakan sikat
gigi yang lebih baik dan benar.
2. Bagi siswa SDN Salaman 1 Magelang
Agar bisa menghindari kebiasaan jajan sembarangan, terutama jajanan
yang tidak sehat yang bisa berpotensi merusak gigi, terutama makanan
yang sifatnya lengket dan manis.

21

Anda mungkin juga menyukai