Oleh :
Triadelita Pusoppinan Saogo
Pembimbing :
drg. Ira Yusrita
BAB I
PENDAHULUAN
Karies adalah masalah yang paling umum terjadi dalam masyarakat, bukan hanya terj
adi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan karies dapat terja
di dimulai pada saat gigi erupsi. Karies pada anak-anak 5 kali lebih sering terjadi dibandi
ngkan asma, 7 kali lebih sering dibandingkan demam, dan 14 kali lebih sering terjadi diba
Early childhood caries adalah istilah yang menggambarkan kerusakan pada satu atau l
ebih gigi sulung (kavitas dan non kavitas), hilang (karena karies), atau tambalan pada ana
k usia 0-71 bulan. Segala tanda kerusakan pada gigi yang halus pada balita dibawah 3 tah
un diindikasikan sebagai severe early childhood caries (SECC). Istilah lain dari karies pad
a balita atau anak usia prasekolah yaitu baby bottle tooth decay, nursing caries, milk bottl
Bentuk kerusakan pada Early Childhood Caries (ECC)/Nursing Caries sangat khas, ya
itu mengenai permukaan labial dan palatal 4 gigi insisif atas, sementara 4 gigi insisif baw
ah tetap sehat disebabkan karena tertutup oleh posisi lidah saat menyusui. Jika kerusakan
gigi berlanjut, maka akan melibatkan gigi molar sulung rahang atas bahkan semua gigi sul
Early childhood caries disebabkan karena rongga mulut terpapar substrat kariogenik d
alam waktu yang lama, aliran saliva yang rendah pada saat tidur sehingga perlindungan te
rhadap gigi menjadi kecil, serta riwayat orangtua karies aktif dan tidak diobati (Cameron
and Richard, 2008). Balita yang terbiasa mengkonsumsi ASI dan/atau susu botol dalam ja
ngka waktu yang lama dan tidak segera dibersihkan bahkan sampai anak tertidur, maka ca
iran manis tersebut akan berkumpul disekitar giginya (Adhani et al, 2014). Gula yang terk
andung pada susu akan menempel di gigi sehingga terbentuk plak, jika dibiarkan plak ters
ebut akan difermentasikan oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan asam. Asam ters
ebut akan menyebabkan demineralisasi pada email sehingga terjadilah karies (Chaerita et
al, 2005). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan evaluasi kesehatan gigi da
Berdasarkan RISKESDAS tahun 2018, proporsi penduduk yang bermasalah gigi dan
mulut di Provinsi Sumatera Barat sebesar 43.87 %. Prevalensi karies di kota Padang sebe
sar 36,71%. Sedangkan untuk data mengenai kejadian karies pada anak usia prasekolah ti
dak tersedia di Dinas Kesehatan Kota Padang. Berdasarkan data pelayanan kesehatan gigi
dan mulut di Puskesmas Seberang Padang pada tahun 2022 diketahui penyakit jaringan
pulpa dan periapikal merupakan penyakit gigi terbanyak dengan jumlah kasus 638 dan
Karies pada balita mengakibatkan terganggunya makan, konsentrasi, dan tidur mereka
sehingga berdampak pada masa golden periode anak tersebut. Masa golden periode yaitu
masa dimana terjadi optimalisasi tumbuh kembang. Jika anak kekurangan gizi pada masa
tersebut, sel otak anak akan berkurang sekitar 15% - 20%, sehingga kecerdasan anak men
urun. Selain itu, infeksi kronik yang terjadi akibat karies pada gigi sulung yang mengenai
(Rohmawati,2016).
es pada anak yaitu pola asuh seperti pola pemberian ASI atau susu dengan botol, waktu p
emberian, frekuensi pemberian, dan durasi (susu berkontak dengan gigi) jika tidak segera
dibersihkan, akibatnya karbohidrat pada susu difermentasikan oleh bakteri sehingga terjad
ilah kerusakan pada gigi anak. Derajat keparahan karies ini berhubungan dengan jumlah d
an lamanya pemberian ASI dan susu. Menjaga gigi anak agar terhindar dari karies bertuju
an untuk mempertahankan ruang untuk tumbuhnya gigi permanen, membantu dalam berb
icara, supaya anak makan dengan baik untuk tumbuh kembangnya, Meningkatkan keperc
ayaan diri, dan melindungi gigi permanen dari infeksi (Jingga et al, 2019).
Untuk mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat khususnya pada anak di Pos
- Meningkatkan pengetahuan orangtua dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut anak
- Meningkatkan sikap dan kebiasaan anak di Posyandu kelurahan Seberang Padang dala
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan
sehingga menjaga kesehatan gigi dan mulut juga penting dilakukan kesehatan gigi dan mulut
adalah keadaan sehat dari penyakit jaringan keras dan jaringan lunak gigi yang
memungkinkan gigi dan mulut berfungsi dengan baik tanpa adanya masalah yang dapat
mengganggu kehidupan individu sehingga individu dapat hidup lebih prodktif (Kemenkes RI,
2015)
Karies gigi terdapat diseluruh dunia tanpa memandang umur, bangsa ataupun keadaan
ekonomi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 mengatakan angka kejadian karies
pada anak masih sebesar 60-90%. Menurut penelitian di Negara-negara Eropa, Amerika, dan
Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-90% anak di bawah usia 18 tahun terserang karies gigi
(Tarigan, 2014).
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang di tandai dengan kerusakan jaringan,
dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fissure, dan daerah interproksimal) meluas kearah pulpa.
Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat ditimbulkan pada suatu permukaan gigi
atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari enamel ke
Menurut hasil Riskesdas tahun 2018 penduduk Indonesia masih banyak yang
mengalami gigi berlubang sebanyak 88,8% sedangkan pada kelompok umur 3-5 tahun yang
mengalami gigi berlubang mencapai 81,1%. Ini berarti hanya sekitar 19% anak di Indonesia
yang terbebas dari masalah karies.Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
rusak/berlubang/sakit (45,3%), tertinggi pada kelompok usia 4-9 tahun yaitu sebesar 7,3%
Prevalensi gigi berlubang pada anak usia dini sangat tinggi yakni 93% artinya hanya
7% anak Indonesia yang bebas dari karies ggi.jumlah itu masih jauh dari target Badan
Organisasi Dunia (WHO) yang menginginkan 93% anak usia 5-6 tahun bebas karies gigi.
Adapun rata-rata karies gigi pada anak usia 5-6 tahun sebanyak 8 gigi ataupun lebih.
positif anak terhadap kesehatan gigi dan mulut. Keikutsertaan orang tua dalam memelihara
kesehatan gigi dan mulut anak dapat diterapkan dengan memperhatikan perilaku anak
mengenai kesehatan gigi dan mulut serta pola makan anak. Pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu secara signifikan mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku anak (Mentari et al.,
2016)
Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang
mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. pengetahuan tersebut
dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan .
orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor
predisposisi dan perilaku yang tidak medukung kesehatan gigi dan mulut pada anak.
(Sariningrum ,2012)
BAB III
METODE EVALUASI
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan altematif yang tepat dalam
mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-in
formasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan dia
Evaluasi kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan di Posyandu kelurahan Seberang
Padang bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan gigi dan mulut di posyandu agar
dapat ditindak lanjuti oleh pemegang program untuk perencanaan dan perbaikan program
Evaluasi kesehatan gigi dan mulut dilakukan di Posyandu Anggrek 5 dan 8 kelurahan
dengan pemberian penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan ibu dan anak akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
BAB IV
HASIL
Skor def-T
d(decayed) : gigi karies (berlubang)
e(exfoliated) : gigi yang sudah tanggal/sisa akar gigi
f(filled) : gigi yang sudah ditambal
Indeks def-T
Indeks def-T dihitung dengan cara menjumlahkan skor def-T lalu dibagin dengan jumlah
individu yang diperiksa.
- Posyandu Anggrek V : 29/22 = 1,3 (rendah)
- Posyandu Anggrek VIII : 52/22 = 2,3 (rendah)
Puskesmas Seberang Padang memiliki luas wilayah 1,71 km2 dan batas wilayah
sebagai berikut:
- Sebelah Selatan : dengan wilayah kerja Puskesmas Rawang Kelurahan Mata Air
Pasa Gadang
Puskesmas Seberang Padang berada di daerah perkotaan yang tidak memiliki daerah
persawahan dan pegunungan, tidak memiliki daerah terpencil dan mobilisasi penduduk tidak
terkendala kondisi geografis. Akses masyarakat ke Puskesmas mudah karena jalan depan
Jumlah
No. Kelurahan Laki-Laki Perempuan
Penduduk
1. Seberang Padang 8064 4035 4029
2. Alang Laweh 3903 2025 1878
3. Ranah Parak 2935 1433 1502
Rumbio
4. Belakang Pondok 1641 774 867
PUSKESMAS 16543 8267 8276
Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk per Gender, per Kelurahan Puskesmas Seberang Pada
ng Tahun 2021
Penduduk terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Sebagian besar penduduk
di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang beragama Islam dengan mata pencaharian seba
Jumlah RT, RW, Kepala Keluarga, dan jumlah rumah per-kelurahan di wilayah kerja
Tabel 4.4 Data jumlah RT, RW, Kepala Keluarga, dan jumlah Rumah per- kelurahan
wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang 2021
DOKTER GIGI
1 Drg. Henny Sari Alang Laweh
2 Drg. Sinardy Belakang Pondok
3 Drg. Sonny Hendra Belakang Pondok
KLINIK
1 Klinik Estetika Grya Satya Seberang Padang
2 Klinik PKBI/ Cemara Seberang Padang
3 Klinik Diva Alang Laweh
4 Klinik Avicena Alang Laweh
5 Klinik Promedika Alang Laweh
6 Lab Diagnostik Alang Laweh
RUMAH SAKIT
1 Bunda Medical Center Alang Laweh
Tabel 4.7 Jejaring dan jaringan faskes tahun 2022
5 Karies 115
Tabel 4.8 Data Permasalahan Gigi dan Mulut Per Desember 2022
BAB V
DISKUSI
Prevalensi gigi berlubang pada anak usia dini sangat tinggi yakni 93% artinya hanya
7% anak Indonesia yang bebas dari karies gIgi.jumlah itu masih jauh dari target Badan
Organisasi Dunia (WHO) yang menginginkan 93% anak usia 5-6 tahun bebas karies gigi.
Adapun rata-rata karies gigi pada anak usia 5-6 tahun sebanyak 8 gigi ataupun lebih.
(Kemenkes RI, 2018). Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di Posyandu Puskesmas
positif anak terhadap kesehatan gigi dan mulut. Keikutsertaan orang tua dalam memelihara
kesehatan gigi dan mulut anak dapat diterapkan dengan memperhatikan perilaku anak
mengenai kesehatan gigi dan mulut serta pola makan anak. Pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu secara signifikan mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku anak (Mentari et al.,
2016). Maka diharapkan pengetahuan orangtua khususnya ibu, mampu memperhatikan dan
Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang
mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. pengetahuan tersebut
dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan .
orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor
predisposisi dan perilaku yang tidak medukung kesehatan gigi dan mulut pada anak.
(Sariningsih e ,2012).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari Hasil evaluasi program kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan di Posyandu
Anggrek V dan VIII ditemukan bahwa tingkat kesehatan gigi dan mulut anak cukup
baik dengan indeks def-T pada kategori rendah yaitu 1,3 di posyandu anggrek V dan
2,3 di posyandu anggrek VIII. Pengetahuan ibu dalam menjaga dan memelihara
kesehatan gigi dan mulut anak sudah cukup baik. Tetapi masih ada ditemukan
beberapa anak dengan karies yang cukup parah.
2. Saran
- Diperlukan evaluasi berkala untuk meninjau kesehatan gigi dan mulut anak secara
rutin
- Tetap dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut anak dan ibu secara rutin
untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak.
DAFTAR PUSTAKA
Cameron Angus, Widmer Richard. 2008. Handbook Of Pediatric Dentistry. 3rd ed. Si
dney: Mosby Elsevier.
Chaerita Maulani, Jubilee Enterprise. Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta: Elex Media K
omputindo; 2005.p. 71, 125.
Depkes RI. Laporan Kerja Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional. Badan Penelitian da
n Pengembangan Kesehatan. 2018
Filstrup. (2003). Early Childhood Caries and Quality of Life:Parent Perspectives. Pedi
atric Dentistry, 431-440.
Jingga, Erliana et al. Hubungan Pola Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian
Early Chlidhood Caries (ECC) Pada Anak Prasekolah di TK Diponegoro Kota Semarang.
Jurnal kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 7, Nomor 1, Januari 2019
Mc Donald RE, Avery, DR, Dental caries in child and adolescent, in dentinstry for the
child and adolescent.Edt. 2010
Mentari Suci, Bany Usman Zuraida, N. F. C. (2016). Hubungan Peran Orang Tua Ter
hadap Indeks DMF-T Siswa Sekolah Dasar Dengan UKGS (Studi Pada SDN 20 Kecamatan
Kuta Alam Kota Banda Aceh). J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 6 3
- 6 9, 1
Rohmawati, Ninna. 2016. (Dental Caries and Nutritional Status of Children: An evide
nce-based review) Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 13 No.1 2016: 32-36
Sariningrum E. Hubungan tingkat pendidikan, sikap dan pengetahuan orang tua tentan
g kebersihan gigi dan mulut pada anak balita 3-5 tahun dengan tingkat kejadian karies di pau
d jatipurno. Vol 2. No.3 September 2012
Sutjipto, RW (2014). Prevalensi early childhood caries dan severe early childhood car
ies pada anak prasekolah di Gunung Anyar Surabaya. Dental Journal, Vol 47:4.
Tarigan, Rasinta. 2014. Karies Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC