Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERAN PELAYANAN OBSTETRI ESENSIAL DALAM UPAYA MENURUNKAN


ANGKA KEMATIAN MATERNAL DI INDONESIA

OLEH :
Alya Bakti Destiani 030.14.009
Alya Shafira 030.14.010
Eva Wulandari 030.14.058
Feny Lestari 030.14.069
Hani Aprilianti 030.14.078
Immanuella Yosephine 030.14.093
Luthfia Mahyarizqy 030.14.114
Novita Rahmawati 030.14.146
Risa Anindia Putri 030.14.167
Tiara Naviera Putri S. 030.14.193

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 28 OKTOBER 2019 – 05 JANUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................2
2.1 Kematian Maternal...........................................................................................................2
2.2 Kematian Maternal di Indonesia......................................................................................2
2.3 Upaya Safe Motherhood...................................................................................................3
2.3.1 Keluarga Berencana...............................................................................................3
2.3.2 Pelayanan Antenatal...............................................................................................4
2.3.3 Persalinan yang Aman............................................................................................6
2.3.4 Pelayanan Obstetri Esensial...................................................................................6
2.4 Peranan Obstetri Esensial di Puskesmas..........................................................................8
BAB III DATA PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA....................................................9
3.1 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur............................................................9
3.1.1 Jumlah Kematian Ibu hamil...................................................................................9
3.1.2 Jumlah Kematian Ibu Bersalin...............................................................................9
3.1.3 Jumlah Kematian Ibu Nifas....................................................................................9
3.2 Jumlah Kematian Ibu Menurut Penyebab......................................................................10
3.3 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Hamil............................................................10
3.4 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Bersalin dan Ibu Nifas..................................10
3.5 Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan.........................................11
BAB IV KESAMPULAN..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

Angka Kesakitan dan Kesehatan Ibu dapat tergambarkan melalui Angka Kematian
Ibu (AKI) dari nilai tersebut dapat menggambarkan status kesehatan ibu. Kematian ibu
berkisar 305 per 100.000 menurut Survei Angka Sensus (Supas) tahun 2015. Dari 14.640
total kematian ibu yang dilaporkan hanya 4.999, berarti ada 9.641 yang tidak dilaporkan ke
pusat. Dari data tersebut, ada 83.447 kematian ibu di desa maupun kelurahan, semntara di
Puskesmas ada 9.825 kematian ibu, dan 2.868 kematian ibu di rumah sakit.1 Indikator AKI
tidak hanya menilai angka kesehatan ibu namun juga mampu menilai pelayanan kesehatan
dan angka kesehatan masyarakat.2 Sementara itu, Pemerintah Republik Indonesia
menargetkan turunnya angka kematian ibu menjadi 306 kasus per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2019.1
Untuk mengurangi angka kematian ibu, Pelayanan Obstetri Essential harus tersedia
dan dapat diakses oleh semua wanita. Pelayanan obstetri esensial adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan unsur pelayanan kebidanan yang diperlukan pada
penanganan persalinan normal dan komplikasi kehamilan, kelahiran dan masa nifas.
Pelayanan obstetri esensial diperuntukkan bagi ibu yang mengalami kehamilan
risiko tinggi atau komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu hamil.
Pelayanan yang berkualitas dan baik harus tersedia secara universal dan dapat diakses, semua
wanita harus melahirkan bayinya di tolong oleh seorang profesional, bidan yang terlatih, dan
layanan utama ini harus diintegrasikan ke dalam sistem kesehatan.
Berdasakan program yang ada sumber daya manusia disadari memiliki peranan
yang cukup penting dalam upaya membuat seluruh komponan dan sistem pelayan kesehtan
bekerja secara baik. Sebagai bagian dari program kesehatan maternal dan neonatal yang
komprehensif, kesipan pelayan dalam menangani keadaan gawat darurat harus dipersiapkan
dan dikembangakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kualifikasi dalam bidang tersebut.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kematian Maternal


Kematian Ibu atau maternal mortality yaitu kematian perempuan hamil atau kematian
dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa mempertimbangkan umur dan jenis
kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas dengan penyebab terkait atau diperberat
oleh kehamilan dan manajemen kehamilan, tetapi bukan karena kecelakaan.4
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan
suatu negara. AKI juga mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan,
kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan, dan pengetahuan masyarakat, kualitas
kesehatan lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam memperoleh akses terhadap
pelayanan kesehatan.4

2.2 Kematian Maternal di Indonesia


Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, Angka Kematian Ibu
(AKI) masih menempati posisi 305 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka tersebut lebih rendah
dibandingkan survey pada tahun 2010 dengan AKI 346 per 100 ribu kelahiran hidup.
Meskipun dari tahun ketahun mengalami penurunan, AKI di Indonesia masih jauh lebih
tinggi daripada AKI di negara Asia Tenggara yang lain, terutama jika dibandingkan dengan
negara - negara maju. Nilai AKI yang tinggi mempunyai arti bahwa banyak ibu yang
seharusnya tidak meninggal, tetapi meninggal karena tidak mendapatkan upaya pencegahan
dan penanganan yang seharusnya.5 Diperlukan upaya untuk mengatasi masalah kematian
maternal agar target Sustainable Development Goals (SDGs) sebesar 70 per 100.000
kelahiran hidup pada 2030 bisa dicapai.6,7
Secara umum kematian maternal di Indonesia disebabkan oleh penyebab langsung seperti
pendarahan, hipertensi, infeksi, partus lama, dan abortus ataupun penyebab tidak langsung
seperti faktor kondisi medis, faktor pelayanan kesehatan (pelayanan saat hamil, melahirkan,
dan setelah melahirkan), faktor status reproduksi, faktor demografi seperti pendidikan dan
kependudukan, dan factor ekonomi seperti kemiskinan. 6 Berdasarkan Kementrian Kesehatan
RI pada tahun 2014, dinyatakan bahwa penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010 –
2013 adalah perdarahan. Sedangkan partus lama merupakan penyumbang kematian ibu
terendah. Faktor kondisi medis yang berperan dalam kematian ibu antara lain penyakit
kanker, ginjal, jantung, tuberkulosis, atau penyakit lain yang diderita ibu.8
2
2.3 Upaya Safemotherhood
2.3.1 Keluarga Berencana
1. Definisi KB
Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran dan merupakan program yang memiliki tujuan
membantu pasangan suami istri pada usia subur untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan.
Menurut WHO, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami
istri maupun individu untuk: 9
● Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
● Mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
● mengatur interval diantara kehamilan.
● Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, dan
● Menentukan jumlah anak dalam sebuah keluarga.

2. Jenis Kontrasepsi
a. Iutrauterine Device (IUD)
Intrauterine device merupakan inserter kimia yang tersusun dari bahan yang
tidak mudah diserap. IUD (Intra Uterine Device), atau alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) adalah alat kontrasepsi yang oleh masyarakat awam biasa disebut spiral.
Sesuai dengan namanya AKDR, alat ini dipakai di dalam rahim.10
b. Kontrasepsi Hormon9
Kontrasepsi hormone terdapat dalam bentuk kombinasi estrogen dan progestin
atau hanya mengandung progestin saja. Kontrasepsi hormon yang hanya mengandung
progestin tersedia dalam bentuk injeksi dan pil, sedangkan kontrasepsi hormon
kombinasi tersedia dalam bentuk pil, cincin trans vaginal atau patch transdermal.
c. Kontrasepsi Barrier
1. Spermisid9
Penggunaan obat – obatan spermatisida untuk tujuan kontrasepsi dari
berbagai bahan telah digunakan dalam berbagai bentuk untuk dimasukkan
kedalam vagina. Walter Rendell tahun 1855 untuk pertama kali membuat
suppositorium, terdiri atas sulfaskinin dalam oleumkakao, kemudian seiring
3
perkembangan waktu sulfas kini diganti dengan hidrokuinon yang mempunyai
daya spermatisida yang lebih kuat.
2. Kondom9
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus dan mencegah pengumpulan sperma di dalam vagina.

d. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua
tuba Falopii perempuan atau kedua vas deferens laki – laki yang mengakibatkan
akseptornya tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.11
Alat kontrasepsi ini hanya dianjurkan untuk mereka yang tidak berkeinginan
menambah jumlah anak atau yang memiliki masalah berat lainnya sehingga
kehamilan akan sangat berbahaya baginya.10

2.3.2 Pelayanan Antenatal


Anjuran ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang
berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami / pasangan atau
anggota keluarga.12 Perawatan Ante Natal (ANC) adalah pemeriksaan yang sistematik dan
teliti pada ibu hamil serta perkembangan / pertumbuhan janin dalam kandungannya serta
penanganan ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan dalam kondisi yang terbaik.2 Komponen
penting dalam pelayanan antenatal meliputi:13
1. Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual.
2. Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi, edema, dan pre-
eklampsia.
3. Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan bagaimana cara
memperoleh pelayanan rujukan.
Asuhan antenatal dalam masa kehamilan:13
a. Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil tentang cara menjaga diri
agar tetap sehat
b. Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran bayi.
c. Meningkatkan kesadaran tentang adanya risiko tinggi atau terjadinya komplikasi yang
dapat terjadi saat kehamilan/ persalinan.
Petugas kesehatan diharapkan mampu untuk mengindentifikasi dan menangani risiko
tinggi / komplikasi secara dini serta meningkatkan status kesehatan wanita hamil. Kunjungan
4
ANC Dilakukan minimal sebanyak 4x selama kehamilan, trimester I sebelum usia kehamilan
16 minggu, trimester II usia kehamilan 24 – 28 minggu, trimester III usia kehamilan 30 – 32
minggu dan 36 – 38 minggu.12
Pemberian suplemen mikronutrien seperti tablet FeSO4 320 mg (sesuai dengan zat besi
60 mg) dan asam folat 400 mg sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang.
Diberikan selama 90 hari / 3 bulan dan ibu perlu diberitahu agar tidak mengkonsumsi
bersamaan dengan teh/kopi karena dapat mengganggu penyerapan dari suplemen
mikronutrien yang sudah dikonsumsi12
Pemberian vaksin tetanus toksoid (TT) sesuai status imunisasinya. Pemberian imunisasi
pada waktu wanita usia subur atau ibu hamil harus didahului dengan skrining untuk
mengetahui jumlah dosis (dan status) imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh
selama hidupnya. Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval waktu maksimal, hanya
terdapat interval minimal antar dosis TT. Jika ibu belum pernah imunisasi atau status
imunisasinya tidak diketahui, berikan dosis imunisasi TT 0,5 cc (IM di lengan atas) dengan
interval waktu;12
1. TT 1: didapatkan pada kunjungan ANC pertama (sedini mungkin pada kehamilan)
2. TT 2: 4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan)
3. TT 3: 6 bln setelah TT 2 (pada kehamilan, jika selang waktu minimal terpenuhi)
4. TT 4: 1 tahun setelah TT 3
5. TT 5: 1 tahun setelah TT 4
Dosis booster mungkin diperlukan pada ibu yang sudah pernah diimunisasi. Pemberian dosis
booster 0,5 ml IM disesuaikan dengan jumlah vaksin yang pernah diterima sebelumnya.12

2.3.3 Persalinan yang Aman


Salah satu pilar safe motherhood adalah persalinan yang aman yang bertujuan agar seluruh
ibu hamil memiliki pengetahuan dan mendapatkan persalinan bersih dan aman, serta mendapatkan
asuhan post partum bagi si ibu dan si bayi. Intervensi fasilitas kesehatan tingkat primer pada pilar
persalinan yang aman berlangsung saat proses persalinan yang mencakup deteksi dini dan tatalaksana
komplikasi saat persalinan seperti perdarahan, eklampsia, maupun partus lama. 14

5
Gambar 1. Empat pilar safe motherhood14

2.3.4 Pelayanan Obstetri Esensial


Pelayanan obstetri esensial atau Essential Obstetric Care (EOC) atau Pelayanan
obstetri esensial komprehensif atau Comprehensive essential obstetric care (CEOC) tidak
hanya menyediakan sarana untuk mengelola komplikasi darurat, tetapi juga mencakup
prosedur untuk deteksi dini dan pengobatan untuk mencegah terjadinya masalah dalam
kehamilan seperti anemia, preeklampsia, dan persalinan lama, termasuk dalam hal bedah,
anestesi, dan transfusi darah.15 Diperlukan peran serta masyarakat, seperti strategis berbasis
masyarakat yang meliputi:
● Melibatkan anggota masyarakat
● Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun untuk mengubah
sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.
● Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang
komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan.
Khusus dalam pelayanan obstetri esensial harus mampu melakukan Pelayanan Obstetri
Esensial Dasar dan Pelayanan Obstetri dan Neonatus Esensial Dasar.
Dalam kasus kematian maternal, terdapat tiga hal keterlambatan yang penting
dikaitkan:
a. Keterlambatan dalam mencari pelayanan kesehatan
b. Terlambat mencapai fasilitas kesehatan.
c. Keterlambatan dalam memperoleh perawatan yang tepat setelah mencapai fasilitas
kesehatan.16
PBB telah menentukan pengembangan layanan kegawatdaruratan kebidanan sebagai
prioritas dan berpusat untuk mengatasi tiga keterlambatan utama yang menjadi penyebab
masalah pada kematian maternal. WHO merekomendasikan panduan berikut untuk tingkat
minimum layanan kegawatdaruratan kebidanan:17

6
a. Harus ada setidaknya empat fasilitas PONED dan satu fasilitas PONEK per
500.000 penduduk.
b. Tingkat fasilitas minimum juga harus dipenuhi di daerah subnasional.
c. Setidaknya 15% dari semua kelahiran dalam populasi harus dilakukan di fasilitas
kegawatdaruratan kebidanan.
d. 100% dari perempuan yang memiliki komplikasi kebidanan harus dirawat di
fasilitas kegawatdaruratan kebidanan.
e. Angka kematian maternal di fasilitas kegawatdaruratan kebidanan harus <1%.
Untuk memenuhi target pelayanan obstetri yang ada, fasilitas pelayanan harus
memiliki air, listrik,lingkungan yang steril (udara bersih, seprai bersih), peralatan untuk
memberikan anestesi yang aman (monitor, oksigen, suction, ventilator, obat-obatan,
perlengkapan intravena), instrumen bedah yang tepat (kauter, gaun, sarung tangan, benang,
jarum), peralatan resusitasi neonatal, kemampuan laboratorium dasar, dan kapasitas untuk
memberikan transfusi darah bila diperlukan.
Pengaturan penyediaan bahan habis pakai dan obat–obatan diperlukan untuk
keberhasilan pengimplementasian layanan. Advokasi di tingkat pemerintah juga diperlukan
untuk memastikan bahwa kementerian kesehatan setempat turut bertanggung jawab untuk
kelanjutan fasilitas yang ada.

2.4 Peranan Obstetri Esensial di Puskesmas


Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas mendefinisikan puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.15 Maka dari itu,
puskesmas juga menjadi salah satu mata rantai pelayanan kesehatan dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu melalui program-programnya yang mengacu pada empat
pilar Safe Motherhood. Dalam pilar pelayanan obstetri esensial, puskesmas menekankan
kebijakan berupa:18
1. Memberikan pelayanan kesehatan untuk semua macam penyakit obstetri
2. Khusus untuk obstetri harus mampu melakukan POED, PONED, dan konsep saying
ibu dan saying bayi. 

7
Secara keseluruhan, keempat tonggak tersebut merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan primer. Dua di antaranya, yaitu asuhan ante-natal dan persalinan bersih dan aman,
merupakan bagian dari pelayanan kebidanan dasar. Sebagai dasar/fondasi yang dibutuhkan
untuk menca-pai keberhasilan upaya ini adalah pemberdayaan wanita.18

8
BAB III
DATA PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA

3.1 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur


3.1.1 Jumlah Kematian Ibu hamil
Jumlah Lahir Jumlah Kematian Ibu Hamil
No Nama Puskesmas <20 >35
Hidup 20-34 tahun
tahun tahun
1 Kecamatan Jagakarsa 448 0 0 0
Jumlah 448 0 0 0
Angka Kematian Ibu (Dilaporkan) 0 0 0 0

3.1.2 Jumlah Kematian Ibu Bersalin


Jumlah Kematian Ibu Bersalin
Jumlah Lahir
No Nama Puskesmas 20-34
Hidup <20 tahun >35 tahun
tahun
1 Kecamatan Jagakarsa 448 0 0 0
Jumlah 448 0 0 0
Angka Kematian Ibu (Dilaporkan) 0 0 0 0

3.1.3 Jumlah Kematian Ibu Nifas


Jumlah Kematian Ibu Nifas
Jumlah Lahir
No Nama Puskesmas 20-34
Hidup <20 tahun >35 tahun
tahun
1 Kecamatan Jagakarsa 448 0 0 0
Jumlah 448 0 0 0
Angka Kematian Ibu (Dilaporkan) 0 0 0 0
Dari tiga tabel di atas, tidak didapatkan kematian pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu
nifas berdasarkan kelompok umur.

9
3.2 Jumlah Kematian Ibu Menurut Penyebab
Penyebab Kematian Ibu
Nama Hipertensi Gangguan
No Gangguan Lain-
Puskesmas Perdarahan Dalam Infeksi Metabolik*
Vaskular* Lain
Kehamilan *
Kecamatan
1 0 0 0 0 0 0
Jagakarsa
Jumlah 0 0 0 0 0 0
Keterangan:
* : Jantung, Stroke, dll
** : Diabetes Melitus, dll
Beberapa penyebab kematian ibu diantaranya kematian akibat perdarahan, hipertensi
dalam kehamilan, infeksi, gangguan sistem peredaran darah, gangguan metabolik dan lain-
lain. Dari tabel diatas tidak didapatkan kematian ibu berdasarkan penyebab.

3.3 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Hamil


K1 K4
No Nama Puskesmas Jumlah
Jumlah % Jumlah %
1 Kecamatan Jagakarsa 1105 472 42,7 460 42,7
Jumlah 1105 472 42,7 460 42,7
Cakupan pelayanan kesehatan pada ibu hamil saat K1 dan K2 di Kecamatan Jagakarsa
belum mencapai standar pelayanan minimal yaitu 100%.

3.4 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Bersalin dan Ibu Nifas
Ditolong NAKES Kujungan Nifas
No Nama Puskesmas Jumlah
Jumlah % Jumlah %
1 KecamatanJagakarsa 1105 443 40,0 443 40,0
Jumlah 1105 443 40,0 443 40,0
Cakupan pelayanan kesehatan pada ibu bersalin dan ibu nifas di Kecamatan Jagakarsa
belum mencapai standar pelayanan minimal yaitu 100%.

10
3.5 Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan
Perkiraan Ibu Penanganan Komplikasi
Jumlah Ibu Hamil Dengan Kebidanan
No Nama Puskesmas
Hamil Komplikasi
Jumlah %
Kebidanan
1 Kecamatan Jagakarsa 448 117 100 85,4%
Penanganan komplikasi kebidanan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa yaitu sebesar
85,4 % dari 117 ibu yang diperkirakan memiliki kehamilan disertai komplikasi kebidanan.

11
BAB IV
KESIMPULAN

 Kematian maternal yaitu kematian perempuan hamil atau kematian dalam 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan.
 AKI merupakan salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan suatu negara.
 AKI di Indonesia jauh lebih tinggi daripada AKI di negara Asia Tenggara lainnya
sehingga diperlukan upaya untuk mengatasi masalah kematian maternal agar target
SDGs dapat dicapai.
 Upaya safe motherhood yang dapat dilakukan menurunkan AKI di Indonesia sesuai
dengan pilar safe motherhood antara lain program Keluarga Berencana (KB),
Antenatal Care (ANC), persalinan bersih dan aman, pelayanan obstetric esensial.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI, 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2. Badan Pusat Statisktik.Profil Penduduk Indonesia Hasil SUPAS 2015: Badan Pusat
Statistik;2015:pg53
3. World Health Organization (WHO). Monitoring Emergency Obstetry care: Handbook.
Geneva:WHO;2009: pg 1-11
4. Rachmatin H. Gambaran determinan kematian ibu di kota Surabaya tahun 2015-2017.
2018;7(2): 179-187
5. Badan pusat statistik. Profil penduduk indonesia hasil supas 2015. Supas 2015.
Tersedia di: shorturl.at/uDM05.
6. Nurrizka RS, Wahyono TYM. Disparitas Kematian Maternal di Indonesia: Studi
Ekologi dengan Analisis Spasial. Jurnal MKMI 2018;Vol.14(2):Hal.119-21.
7. World Health Organization. World Health Statistic: Monitoring Health for the SDGs
(Sustainable Development Goals). Geneva: WHO; 2017.
8. Kementrian Kesehatan RI. InfoDATIN: Situasi kesehatan ibu. PUSDATIN 2014.
Tersedia di:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf
9. World Health Organization. Medical eligibility criteria for contraceptive use, 5th ed.
Available at:
https://www.who.int/reproductivehealth/publications/family_planning/MEC-5/en/.
Accessed on oktober 4st, 2019.
10. Sulistio E, Ispriyanti D. Penerapan regresi logistik multinomial pada pemilihan alat
kontrasepsi wanita. Semarang. Media statistika, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 31-40
11. Prawirohardjo, S.. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2011
12. Kemenkes RI. Buku Saku: Pelayaan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Asuhan Antenatal. 2015; 22-35
13. Safe Motherhood. Available at: www.safemotherhood.org. Accessed on: November
4th 2019.
14. World Health Organization. Mother-baby package: implementing safe motherhood in
countries. Available at:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/63268/WH;jsessionid=D6CB032943
13
76C2F9A58BD7BF56A70151?sequence=1. Acessed November 3, 2019
15. Stanton ME, Koblinsky M. Essential Obstetric Care and Subsets - Basic and
Emergency Obstetric Care: What’s the Difference? Available at :
http://www.jsi.com/intl/mothercare. [Accessed on 4 November 2019].
16. Adisasmita A, Deviany PE, Nandiaty F, Stanton C, Ronsmans C. Obstetric near miss
and deaths in public and private hospitals in Indonesia. BMC Pregnancy and
Childbirth. 2008;8.
17. World Health Organization (WHO). Monitoring Emergency Obstetric Care: A
Handbook. Geneva: WHO; 2009.
18. Kemenkes, R.I. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI.

14

Anda mungkin juga menyukai