Anda di halaman 1dari 39

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM KEBERSIHAN GIGI

DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK


DI SEKOLAH DASAR INPRES KALUPAPI KABUPATEN
BANGGAI LAUT

PROPOSAL

HERLI

201801104

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM KEBERSIHAN GIGI
DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI
SEKOLAH DASAR INPRES KALUPAPI KABUPATEN BANGGAI
LAUT

PROPOSAL

HERLI

201801104

Tanggal

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Kartina Feby Lestari, S.Kep., M.P.H Wendi Muh. Fadhli, S.Farm.,Apt.,M.H
NIK : 20120901027 NIK : 20150901055

Mengetahui,
Ketua Prodi Ners
STIKesWidya Nusantara Palu

Ns. Yuhana Damantalm, S.Kep.,M.Erg


NIK : 20110901019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 18
C. Hipotesis 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 20
B. Tempat Dan Waktu Penelitian 20
C. Populasi Dan Sampel 20
D. Variabel Penelitian 22
E. Definisi Operasional 22

iii
F. Instrumen Penelitian 23
G. Teknik Pengumpulan Data 24
H. Analisis Data 24
I. Bagan Alur Penelitian 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


Gambar 2.2 Bagan Alur Penelitian

iv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pengambilan Data Awal


2. Lembar Permohonan Menjadi Responden
3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
4. Kuesioner

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia anak sekolah 6-12 tahun dimana usia tersebut memiliki
berbagai karakteristik perkembangan, seperti perkembangan kognitif, moral,
sosial, dan biologis. Perkembangan dalam kognitif menjadikan anak mulai
berfikir rasional tentang banyak hal, baik dalam Kesehatan maupun untuk
dirinya sendiri1.
Kesehatan merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan
kualitas hidup. Mulut sehat berarti terbebas kanker tenggorakan, infeksi dan
luka pada mulut, penyakit gusi, kerusakan gigi, kehilangan gigi, dan
penyakit lainnya, sehingga tidak terjadi gangguan yang membatasi dalam
mengigit, mengunyah, tersenyum, berbicara, dan kesejahteraan psikososial.
Salah satu kesehatan mulut adalah kesehatan gigi dan mulut khususnya
karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak di alami pada anak-
anak2.
Karies gigi menjadi salah satu masalah yang paling sering terjadi
pada masyarakat Indonesia, bukan hanya pada orang dewasa tetapi juga
pada anak-anak. Pada usia prasekolah, pemeliharaan kesehatan gigi mereka
masih bergantung kepada orang tua terutama ibu sebagai orang terdekat
dengan anak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari
pertumbuhan seorang anak2.
Berdasarkan World Health Organisation (WHO) 2019 mengatakan
angka kejadian karies pada anak-anak masih sebesar 60-90%. Menurut
penelitian negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia, Termasuk Indonesia,
ternyata 80-90% anak dibawah usia 18 tahun terserang karies gigi3.
Berdasarkan data kementrian kesehatan republik indonesia
(Kemenkes RI 2019) mengatakan bahwa anak usia 5-6 tahun yang
mengalami karies gigi 93%, hal ini tidak sesuai dengan target WHO dimana
50% dari anak usia 5-6 tahun bebas dari karies gigi. Sedangkan kelompok

1
umur, proporsi terbesar dengan masalah gigi dan mulut adalah kelompok
umur 5-9 tahun 67,3% dengan 14,6% telah mendapatkan perawatan oleh
tenaga medis4.

2
3

Menurut data profil kesehatan Sulawesi Tengah pada tahun 2019


menunjukan prevalensi anak prasekolah yang mengalami karies gigi yang
tertinggi berada diwilayah Kabupaten Luwuk Banggai sebesar 22,46%.
Sedangkan kabupaten Banggai Laut prevelensi anak prasekolah dengan
kejadian karies gigi berada di urutan ketiga sebesar 16,13%. Kabupten Buol
berada diposisi paling terendah sebesar 7,2% dengan jumlah yang
mendapatkan pelayanan kesehatan gigi sebesar 213 jiwa. Kota palu sendiri
berada diurutan ke tujuh dengan jumlah sebesar 11,4% 5.
Karies gigi adalah penyakit infeksi yang bersifat progresif serta
akumulatif pada jaringan keras gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi hingga meluas ke arah pulpa. Gigi
berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah
besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Karies gigi sampai saat
ini masih menjadi prioritas masalah karena dapat terjadi pada setiap orang
tanpa memandang umur, bangsa maupun keadaan ekonomi. Maka dari itu
peran dari setiap orang tua sangat dibutuhkan dalam membimbing,
mengingatkan dan juga memberikan fasilitas agar anak dapat memelihara
kesehatan gigi dan mulutnya Selain itu, orang tua juga berperan penting
dalam melakukan pencegahan terjadinya plak dan gigi berlubang pada gigi
anak6.
Perilaku menyikat gigi yang baik dan benar yaitu dilakukan secara
tekun, teliti dan teratur. Tekun artinya sikat gigi dilakukan dengan giat dan
sungguh-sungguh, teliti artinya sikat gigi dilakukan pada seluruh permukaan
gigi dan teratur artinya dilakukan minimal dua kali sehari pada waktu yang
tepat yaitu selesai sarapan dan sebelum tidur malam7.
Umumnya anak-anak memasuki usia sekolah mempunyai risiko
karies yang tinggi, karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya suka
jajan makanan dan minuman sesuai keinginannya. Pemilihan anak-anak
kelas I rata-rata berusia 7-8 tahun. Anak-anak pada usia ini rentan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan karies gigi karena memiliki kebiasaanjajan
makanan dan minuman, baik di sekolah maupun di rumah8.
4

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rasuna Ulfah


(2020) menunjukkan ada hubungan pengetahuan dan perilaku orang tua
dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak
TK Pertiwi Simpang Empat Kabupaten Banjar. Dimana hasil yang
didapatkan pengetahuan dan perilaku orang tua sangat mempengaruhi tinggi
rendahnya karies gigi pada anak, sehingga perilaku ibu sangat dibutuhkan
dalam mengawasi dan mengajarkan anak untuk memelihara kesehatan gigi
anaknya9.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Ajeng Nindya Cahyaningrum
(2017) menunjukkan bahwa adanya hubungan perilaku ibu terhadap
kejadian karies gigi pada balita di PAUD putra sentosa dimana didapatkan
hasil sikap seorang ibu yang baik dalam melakukan suatu tindakan akan
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu mengenai pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut6. Penelitian lain juga dilakukan oleh Sunarjo et al., (2016)
menjelaskan adanya pengaruh faktor lingkungan terhadap terjadinya karies
gigi. Faktor lingkungan terdiri dari faktor lingkungan fisik. Faktor
lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap terjadinya karies gigi seperti
kandungan flour pada air yang dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari.
Bila flour diberikan sejak dini maka email akan banyak flour sehingga akan
memberikan efek besar terhadap pencegahan penyakit gigi dan mulut10.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di UPTD
Puskesmas Lantibung pada tanggal 17 Desember 2021 didapatkan bahwa
jumlah siswa dari kelas 1 sampai kelas 3 sebanyak 114 siswa dan yang
mengalami karies gigi di tahun 2021 sebenyak 87 siswa, dimana kelas 1
berjumlah 29 siswa, kelas 2 berjumlah 30 siswa, dan kelas 3 berjumlah 28
siswa. Peneliti juga memperoleh bahwa setiap tahun ajaran baru tim
kesehatan melakukan pemeriksaan tentang kesehatan gigi dan mulut pada
siswa Sekolah Dasar Inpres Kalupapi. Berdasarkan hasil wawancara kepada
kelapa UPTD Puskesmas Lantibung mengangatakan bahwa setiap ajaran
baru tim kesehatan UPTD Puskesmas Lantibung malakukan pemeriksaan
kesehatan gigi dan mulut pada anak Sekolah Dasar Inpres Kalupapi.
Berdasarkan hasil wawancara pada Kepala Sekolah mengatakan bahwa di
5

Sekolah Dasar Inpres Kalupapi setiap tahunnya di adakan pemeriksaan


kesehatan gigi dan mulut.
Dari hasil wawancara kepada 8 orang tua siswi didapatkan hasil 6
orang ibu mengatakan bahwa anak mereka mengalami gigi berlubang dan
juga tidak melarang anaknya memakan makanan manis yang dapat merusak
gigi, dan juga tidak menganjurkan anaknya untuk berkumur setelah makan
makanan manis. 2 orang ibu mempercayai bahwa karies gigi terjadi pada
setiap anak-anak dan akan sembuh dengan sendirinya. 3 orang ibu mengaku
tidak mendampingi anak pada saat menyikat gigi, ibu hanya menyuruh anak
untuk menyikat gigi saat mandi saja tetapi tidak memperhatikan apakah
anak sudah melakukan cara menyikat gigi dengan benar dan tidak
mendampingi anak menyikat gigi sesuai dengan waktu yang dianjurkan.
Bersadarkan latar belakang yang dianjurkan diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian “Hubungan peran orang tua dalam kebersihan
gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi pada anak di sekolah dasar inpres
kalupapi kabupaten banggai laut.?”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas telah diuraikan permasalahan dalam


penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Adakah hubungan antara
peran orang tua dalam kebersihan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi
pada anak di Sekolah Dasar Inpres kalupapi Kabupaten Banggai Laut?”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum
untuk mengetahui hubungan peran orang tua dalam kebersihan
mulut dan gigi dengan kejadian karies gigi pada anak di Sekolah Dasar
Inpres Kalupapi Kabupaten Banggai laut.
2. Tujuan khusus
a. Untuk Mengidentifikasi peran orang tua dalam kebersihan gigi dan
mulut pada anak di Sekolah Dasar Inpres kalupapi Kabupaten
Banggai Laut.
6

b. Untuk Mengidentifikasi kejadian karies gigi pada anak di Sekolah


Dasar Inpres kalaupapi Kabupaten Banggai Laut.
c. Untuk Menganalisis hubungan orang tua dalam kebersihan gigi dan
mulut dengan kerjadian karies gigi pada anak di Sekolah Dasar Inpres
kalupapi Kabupaten Banggai Laut.

3. Manfaat Penelitian

a. Bagi institusi pendidikan ( STIKes Widya Nusantara Palu )


Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan tambahan referensi
di perpustakaan dan bias dimanfaatkan untuk penelitian selanjutnya
b. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan motivasi para orang tua terkait kejadian karies gigi pada anak di
sekolah dasar inpres kalupapi
c. Bagi Sekolah Dasar Inpres kalupapi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
berguna tentang tingkat pengetahuan para orang tua terkait kejadian
karies gigi sehingga setiap tenaga kesehatan dapat mengerti hal apa yang
perlu dilakukan dalam memberikan intervensi yang berhubungan dengan
peningkatan pengetahuan ibu harapanya angka kejadian karies gigi dapat
menurun atau tidak terjadi sama sekali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Teori

1. Konsep tentang Peran orang tua


a. Definisi
Peran serta orang tua sangat diperlukan didalam
membimbing,memberika pengertian, mengingatkan, dan menyediakan
fasilitas kedapa anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan
mulut, selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di
dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada
anak10.
Peran orang tua sangat di pengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang menjadikan baik atau buruknya perilaku orang tua
dalam menanamkan perilaku PHBS pada anak11. Pemeliharaan
kesehatan gigi pada anak sangat bergantung pada orang tua khususnya
ibu sebagai orang tua terdekat anak, sehingga ibu harus mengetahui cara
merawat gigi12. Anak pra sekolah menyukai manakan yang manis,
menjadi salah satu faktor resiko terjadinya karies gigi. Dengan
keterbatasan anak pra sekolah dalam menggosok gigi secara bersih, maka
di butuhkan peran orang tua dalam membaantu, mengarahkan, da
mengajarkan cara menggosok gigi dengan benar13.
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi peran orang tua, yaitu sebagai
berikut :
1) Pendidikan
Pendidikan memiliki peranan yang penting Semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk bisa menerima hal
yang baru dan dapat menyesuaikan dengan mudah. Pendidikan yang
tinggi memungkinkan seseorang untuk bisa menerima informasi
dengan baik.

7
8

2) Perilaku
Perilaku merupakan perbuatan atau tindakan seseorang yang
sifat nya dapat diamati, digambarkan, dicatat orang lain.
3) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari apa yang kita pahami atau
mengerti, dan ini terjadi setelah seseorang pengindraan terhadap objek
tertentu.
4) Perhatian
Perhatian merupakan keaktifan jiwa yang akan diarahkan
kepada suatu objek.
5) Ekonomi
Kurangnya pendapatan ekonomi keluarga membawa
konsekuensi yang buruk terhadap suatu peran.
6) Sikap
Sikap merupakan suatu pandangan atau perasaan yang di dasar
kecenderungan untuk dapat bertindak terarah terhadap suatu hal atau
objek. Sikap merupakan suatu kesiapan atau kesediaan dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu14.
Faktor yang mempengaruhi peran pengasuhan orang tua yaitu
sebagai berikut :
1) Pekerjaan / Pendapatan Keluarga
Pekerjaan anggota keluarga adalah satu sumber penghasilan
bagi keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan fisik, psikologi dan
spiritual keluarga. Orang tua, terutama ibu yang memiliki peran ganda
sering kali dihadapkan pada konflik antara kepentingan pekerjaan dan
keberadaannya dalam keluarga. Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan
menyita waktu sering kali menghambat pemenuhan kebutuhan untuk
kebersamaan dalam keluarga, merawat, dan mengasuh anak
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan
anak baik yang primer maupun yang sekunder
9

2) Usia
Usia antara 17 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki laki
mempunyai alasan kuat dalam kaitannya dengan kesiapan menjadi
orang tua. Rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran
pengasuhan. Apabila terlalu muda atau terlalu tua mungkin tidak dapat
menjalankan peran tersebut secara optimal
3) Tingkat Pendidikan
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang
penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan
yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar
terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga
kesehatan anaknnya, pendidikannya dan sebagainya
4) Jumlah Anak dalam Keluarga
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial
ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan
kasih sayang yang anak terima. Lebih-lebih kalau jarak kelahiran anak
terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial
ekonomi yang kurang, jumlah anak banyak akan mengakibatkan selain
kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan
primer seperti makanan, sandang dan perumahanpun tidak terpenuhi14.
c. Pola asuh orang tua
merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan
anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan
pengasuhan. Setiap orang tua memiliki karakteristik yang berbeda dalam
memperlakukan anaknya, yang bergantung pada pendidikan,
pengetahuan, budaya, serta lingkungan demografi tempat orang tua
tersebut berada. Mengidetifikasi ada tiga pola pengasuhan orang tua
terhadap anaknya. Yaitu:
1) Pola asuh otoritarian yaitu pola asuh yang membatasi dan
menghukum, serta membuat batasan – batasan yang sifatnya kaku
terhadap anak.
10

2) Pola asuh otoritatif yaitu pola asuh yang mendorong anak untuk
mandiri namun tetap memberikan batasan – batasan yang wajar.
3) Pola asuh memanjakan yaitu orang tua yang sangat terlibat, namun
tidak memberikan batasan – batasan untuk mengendalikan sikap dan
perilaku anak anaknya. ( Hoskins, 2014 ). Eleeanor Moccoby dan
john martin menambahkan pola asuh ke
4) Mengabaikan atau tidak terlibat, yang mengambarkan orang tua yang
hanya fokus pada kebutuhannya sendiridan mengabaikan kebutuhan
anak15
d. Peran aktif orang tua
Peran aktif orang terhadap perkembangan anak sangat diperlukan
pada saat mereka masih berada dibawah usia prasekolah. Peran aktif
orang tua yang dimaksud adalah membimbing, memberikan pengertian,
mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak. Anak usia
prasekolah tidak dapat menjaga kebersihan mulutnya secara benar dan
efektif maka orang tua harus melakukan penyikatan gigi anak setidaknya
sampai anak berumur 6 tahun kemudian mengawasi prosedur ini secara
terus-menerus16.
e. Tehnik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dapat
dilaksanakan dan merupakan peran dari orang tua adalah:
1) Membersikan gigi
Yang paling penting dalam mencegah gigi berlubang adalah
dengan menghilangkan penyebab utamanya yaitu plak. Setelah
dibersihkan, plak akan muncul kembali karena bakteri di dalam mulut
kita tidak akan bisa hilang 100%. Sehabis makan makanan yang
manis, anak dibiasakan berkumur dengan air putih, selain itu rutinitas
menyikat gigi sangat diperlukan untuk mengendalikan pembentukan
plak yang ada di dalam mulut.
Pemilihan sikat gigi pada anak balita sebaiknya dipilih sikat
gigi yang ukurannya kecil dengan tangkai yang mudah digenggam.
Pilihlah sikat gigi yang berbulu lunak untuk mencegah terjadinya
11

iritasi, baik pada gigi maupun untuk mencegah terjadinya iritasi pada
gigi maupun gusi.38 Bagian kepala sikat menyempit agar mudah
menjangkau bagian dalam rongga mulut anak.
Biasakan anak-anak menggosok giginya secara teratur sejak
dini, terutama sehabis makan dan sebelum tidur malam. Karena pada
waktu tidur di malam hari itulah proses karies paling mudah terjadi.
Untuk anak-anak 3 sampai 6 tahun menggunakan pasta gigi sejumlah
seukuran kacang polong. Gosoklah gigi dengan pasta berfluoride pada
semua gigi dan pada semua permukaan gigi selama antara satu
setengah sampai dua menit.
2) Diet sehat anak
Anak-anak membutuhkan gigi yang sehat untuk mengunyah
makanan mereka, berbicara dan memiliki senyum yang indah.
Keluarga adalah faktor utama yang berpengaruh terhadap kebiasaan
makan anak. Orang tua dan saudara yang lebih tua merupakan model
bagi anak yang lebih muda terhadap kebiasaan makannya. Kebiasaan
makan, makanan favorit dan makanan yang tidak disukai anak sejak
usia dini akan terbawa sampai dewasa dan sulit dihilangkan. Diet yang
baik sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hampir semua makanan, termasuk susu memiliki beberapa jenis gula
yang dapat menyebabkan kerusakan gigi.
Berikut hal-hal yang dapat dilakukan dalam melakukan diet
sehat untuk anak:
a) Buah-buahan dan sayur-sayuran. Gabungan ini harus setengah dari
apa yang anak makan setiap hari.
b) Hindari mengisi botol dengan cairan seperti air gula, jus atau
minuman ringan.
c) Jika anak menggunakan dot, sediakan satu yang bersih-tidak
dicelupkan kedalam gula atau madu sebelum memberikannya
kepada anak.
d) Jangan membiasakan anak minum susu botol sampai terlelap tidur.
Hal ini menyebabkan terjadinya proses karies.
12

e) Jaga makanan manis dalam jumlah minimum, khususnya permen


yang lengket atau permen kunyah dan buah kering (kismis).
f) Hindari makan kudapan yang manis dengan sering.
3) melakukan pemeriksaan kedokter gigi
Saat gigi pertama anak muncul, itulah saatnya membawa
ke dokter gigi. American Dental Association (ADA)
merekomendasikan bahwa kunjungan ke dokter gigi pertama
berlangsung setiap enam bulan sekali setelah gigi pertama muncul
agar anak nyaman dengan kebiasaan baik untuk kesehatan mulut17.
2. Konsep tentang kebersihan gigi dan mulut
Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut pada anak usiah sekolah
merupakan hal yang sangat penting mengingatkan pada saat inilah seorang
anak dalam masa tumbuh kembangnya, oleh karna itu peran ibu dalam
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut anak menjadi pendidikan yang
paling dasar dalam membentuk kepribadian anak agar selalu menjaga
kebersihan gigi dan mulutnya sendiri. Sehingga pada saat anak memasuki
usia dewasa, seorang anak telah siap dengan sesuatu hal yang baru yang
akan di jalaninya tanpa terganggu oleh permasalahan kesehatan gigi yang
dapat mempengaruhi kesehatan secara umum dan segala proses pendidikan
yang dijalaninya18
Kebersihan gigi dan mulut juga merupakan faktor yang penting bagi
kesehatan gigi dan mulut agar bebas dari penyakit, oleh kerena itu
kebersihan gigi dan mulut harus di jaga dan dipelihara supaya tercipta
kesehatan yang optimal16. Kebersihan rongga mulut dapat di tentukan
dengan cara mengukur status kebersihan mulut.Mengukur kebersihan gigi
dan mulut
Menurut green dan varnillion untuk mengukur kebersihan gigi dan
mulut adalah dengan mempergunakan suatu indeks yang disebut dengan
Oral hygiene indeks simplified ( OHI-S ).OHI-S adalah angka yang
menyatakan keadaan klinis atau kebersihan gigi dan mulut seseorang yang
didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan.dan nilai dari OHI-S ini
13

merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan anatar debris indeks
dan kulkulus indeks
a. Debris indeks adalah lapisan bahan lunak pada pgigi terdiri atas mucin,
bakteri sisa – sisa makanan berwarna putih kehijauan sampai jingga,
sedangkan
b. Calcukus indeks adalah endapan pada permukaan gigi yang mengalami
klasifikasi keras, warna putih kekuningan sampai hijau kecoklatan19.
Menurut Sihite (2011), perilaku menyikat gigi dipengaruhi oleh :
1) Menyikat Gigi
Menyikat gigi merupakan salah satu usaha untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada gigi. Tujuan menyikat gigi adalah untuk
membersihkan plak dan semua sisa-sisa makanan yang melekat pada
permukaan gigi serta gingiva. Plak adalah lapisan lengket yang
merupakan kumpulan dari bakteri (Ramadhan, 2010).
Menyikat gigi adalah suatu tindakan yang penting dilakukan
setiap hari untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dari bakteri dan
sisa makanan yang melekat pada gigi dengan menggunakan sikat gigi
dan pasta gigi. Menyikat gigi adalah proses menjaga agar gigi tetap
dalam kondisi bersih dan sehat.
2) Frekuensi dan Waktu Menyikat Gigi
Howink menyatakan bahwa selain cara menyikat gigi,
frekuensi dan waktu membersihakan gigi sangat berpengaruh. Waktu
kegiatan menyikat gigi selama ini sering dilakukan adalah adanya
anjuran menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur (Indrayanti,
2019).
Waktu menyikat gigi sebaiknya dua kali sehari, yaitu
dilakukan pada pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
Menyikat gigi sebelum tidur penting dilakukan karena interaksi
bakteri dan sisa-sisa makanan dapat terjadi setelah tidur
malam.NWaktu yang tepat untuk sikat gigi selain sebelum tidur,
adalah setelah sarapan pagi setelah 30 menit.Tidak langsung setelah
makan langsung sikat gigi. Jeda waktu tadi untuk memberi
14

kesempatan sistem pencernaan kita, utamanya di rongga mulut,


bekerja optimal.
Kondisi rongga mulut setelah makan akan berubah menjadi
asam dan hal ini berlangsung selama lima menit pertama. Sehingga
dianjurkan untuk menyikat gigi pada waktu suasana rongga mulut
tidak dalam keadaan asam atau menyikat gigi segera setalah makan,
yaitu kurang dari 5 menit atau setelah 15 menit setelah makan
(Praptiningsih, 2010 dalam Indrayanti, 2019
a. Metode Menyikat Gigi
Menurut Tjipwodjojo (2018) dikutip dari Indrayanti (2019), ada
beberapa metode yang bisa digunakan dalam menyikat gigi. Metode
dibedakan berdasarkan gerakan yang digunakan untuk menyikat gigi :
1) Metode Roll
Pada metode roll ini, cara menyikat gigi dilakukan dengan
keadaan gigi terbuka, tidak dalam keadaan menggigit. Sikat gigi
diletakkan di vestibulum, ujung bulu sikat diarah keakar gigi dengan
sisi bulu sikat menyentuh gusi. Individu melakukan tekanan kearah
sisi bulu sikat dan diarahkan ke mahkota gigi. Bulu sikat kemudian
diletakkan lagi di vestibulum kemudian lakukan pada sisi yang sama.
Sisi lidah dan langit-langit dibersihkan dengan cara yang sama
(Tjiptowidjojo, 2018 dalam Indrayanti, 2019).
2) Metode Horizontal
Pada metode ini permukaan oklusal, bukal dan lingual digosok
dengan sikat yang digerakkan maju-mundur / kedepan ke belakang
dengan bulu-bulunya tegak lurus pada permukaan yang dibersihka.
Metode ini juga disebut dengan metode menggosok (Indrayanti,
2019).
3) Metode Charters
Pada metode charters, bulu-bulu sikat ditempatkan pada sudut
45 derajat terhadap poros elemen-elemen pada arah permukaan
oklusal dan agak ditekan pada ruang aproksimal. Kemudian dibuat
tiga sampai empat gerakan bergetar. Setelah itu, sikat diangkat dari
15

permukaan gigi untuk mengulangi tiga sampai empat kali gerakan


yang sama bagi tiap daerah yang dapat dicapai ujung sikat. Dengan
metode ini dimaksudkan memberikan pijitan pada ginggiva marginal
dan memberikan ruang interproksimal. Permukaan oklusal
dibersihkan dengan gerakan berputar (Hidayat, 2016 dalam
Indrayanti, 2019).
4) Metode Stilman
Pada metode ini, bulu-bulu sikat ditempatkan pada sudut kecil
terhadap elemen gigi pada arah apeks. Hal ini dilakukan sedemikian
sehingga ujung bulu-bulu sikat terletak baik pada ginggiva marginal
maupun bagian servikal mahkota. Kemudian dibuat gerakan-gerakan
bergetar dengan sedikit tekanan. Pada metode ini, bulu sikat
dimodifikasi diletakkan jauh kearah mukobukal (Haryanti dkk, 2014).
b. Cara menyikat Gigi

Menurut (Sariningsih, 2012), cara menyikat gigi yang baik adalah


sebagai berikut:
1) Siapkan sikat gigi yang kering dan pasta yang mengandung fluor,
banyaknya pasta gigi sebesar sebutir kacang tanah.
2) Kumur-kumur dengan air sebelum menyikat gigi.
3) Pertama-tama rahang bawah dimajukan kedepan sehingga gigi rahang
atas merupakan sebuah bidang datar. Kemudian sikatlah gigi rahang
atas dan gigi rahang bawah dengan gerakan ke atas dan ke bawah.
4) Sikatlah semua dataran pengunyahan gigi atas dan bawah dengan
gerakan maju mundur. Menyikat gigi sedikitnya 8 kali gerakan untuk
setiap permukaan.
16

5) Sikatlah permukaan gigi yang menghadap ke pipi dengan gerakan


naik turun sedikit memutar.
6) Sikatlah permukaan gigi depan rahang bawah yang menghadap ke
lidah dengan arah sikat keluar dari rongga mulut.
7) Sikatlah permukaan gigi belakang rahang bawah yang menghadap ke
lidah dengan gerakan mencongkel keluar.
8) Sikatlah permukaan gigi depan rahang atas yang menghadap ke langit-
langitdengan gerakan sikat mencongkel ke luar dari rongga mulut.
9) Sikatlah permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap ke
langit-langit dengan gerakan mencongkel. Selain itu, penggunaan
pasta gigi dan sikat gigi perlu diperhatikan. Menyikat gigi dengan
pasta yang mengandung fluoride akan mengurangi resiko karies. Hal
lainnya yang menjadi perhatian adalah sikat gigi yang digunakan.
Sikat gigi hendaknya memiliki pegangan yang lurus dan kepala sikat
harus cukup kecil agar dapat menjangkau semua bagian mulut. Bulu
halus yang bundar menstimulasi gusi tanpa menyebabkan pendarahan
atau barasi. Sikat gigi juga hendaknya diganti setiap tiga bulan sekali
(Potter & Perry, 2005 dalam Nurfauzia,2017).
3. Konsep tentang karies gigi
Karies gigi atau gigi berlubang merupakan suatu penyakit pada
jaringan keras gigi ( email, dentin, dan sementum ), yang disebabkan oleh
aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Karies gigi
ditandai adanya demineralisasi jaringan keras yang di ikuti oleh kerusakan
bahan organiknya, sehingga mengakibatkan terjadinya invansi bakteri dan
kematian pulpa serta pemyebaran infeksi ke jaringan di sekitar akar gigi dan
menyebabkan nyeri20.
Karies gigi didefinisikan sebagai kerusakan jaringan keras yang
terlokalisasi pada area spesifik di permukaan gigi.kerusakan jaringan ini
disebabkan oleh hilangnya struktur jaringan keras gigi (email dan dentin)
karena adanya deposit asam yang di hasilkan oleh bakteri plak yang
terakumulasi di permukaan gigi. Proses tersebut diakibatkan oleh
metabolisme bakteri pada makanan yang menpunyai kadar gula tinggi21.
17

karies gigi adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan


jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure, dan daerah
interproximal) meluas kearah pulpa22. Karies gigi adalah suatu proses kronis
yang dimulai dengan larutnya mineral email, sebagai akibat terganggunya
keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh
pembentukan asam mikrobal destruksi komponen organic dan akhirnya
terjadi kavitas atau pembentukan tulang23.
a. Faktor – faktor penyebab karies gigi
Ada empat faktor utama yang saling mempengaruhi untuk
terjadinya karies gigi. Ke empat faktor tersebut digambarkan sebagai
empat lingkaran yan saling berinteraksi yaitu
1) Host yang meliputi gigi dan saliva
Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi
terhadap karies. Diketahui adanya pits dan fisur pada gigi yang
merupakan daerah gigi yang sangat rentan terhadap karies oleh karena
sisa-sisa makanan maupun bakteri akan mudah tertumpuk disini.
Saliva merupakan sistem pertahanan utama terhadap karies.
Saliva disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu glandula
parotida, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis, serta
beberapa kelenjar saliva kecil. Sekresi saliva akan membasahi gigi dan
mukosa mulut sehingga gigi dan mukosa tidak menjadi kering. Saliva
membersihkan rongga mulut dari debris-debris makanan sehingga
bakteri tidak dapat tumbuh dan berkembang biak. Mineralmineral di
dalam saliva membantu proses remineralisasi email gigi. Enzim-enzim
mucine, zidine, dan lysozyme yang terdapat dalam saliva mempunyai
sifat bakteriostatis yang dapat membuat bakteri mulut menjadi tidak
berbahaya. Selain itu, saliva mempunyai efek buffer yaitu saliva
cenderung mengurangi keasaman plak yang disebabkan oleh gula dan
dapat mempertahankan pH supaya tetap konstan yaitu pH 6-7. Aliran
saliva yang baik akan cenderung membersihkan mulut termasuk
melarutkan gula serta mengurangi potensi kelengketan makanan.
18

2) Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan faktor paling penting dalam
proses awal terjadinya karies. Mereka memfermentasikan karbohidrat
untuk memproduksi asam. Plak gigi merupakan lengketan yang berisi
bakteri produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaan
gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan
terbentuk melalui serangkaian tahapan.
Jika email yang bersih terpapar di rongga mulut makan akan
ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel
ini terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan
terbentuk segera setelah menyikat gigi. Sifatnya sangat lengket dan
mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada
permukaan gigi.
Asam terbentuk dari hasil fermentasi sakar diet oleh bakteri di
dalam plak gigi. Sumber utamanya adalah glukosa yang masuk dalam
plak gigi, sedangkan sumber utama glukosa adalah sukrosa. Penyebab
utama terbentuknya asam tadi adalah S.Mutans serotipe c yang
terdapat di dalam plak karena kuman ini memetabolisme sukrosa
menjadi asam lebih cepat dibandingkan kuman lain.
3) Substrat
Substrat/diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang
ada pada permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi
metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan
yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan yang aktif yang
menyebabkan timbulnya karies
4) waktu
Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta alam dan
frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Secara umum,
lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi
suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan24.
19

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi karies gigi


1) Oral hygiene
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam
pembentukan karies adalah plak. Insiden karies dapat dikurangi
dengan melakuka penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan
gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif.
Perilaku menyikat gigi meliputi rutin sikat gigi, frekuensi menyikat
gigi, waktu menyikat gigi, waktu menyikat gigi, teknik menyikat gigi
dan jenis pasta gigi.
2) Makanan
Komposisi diet dan kebiasaan makan seperti kandungan
sukrosa, sisa makanan dalam mulut dan frekuensi makan merupakan
faktor terjadinya kaires gigi. Anak yang diberi minuman manis dari
botol dot menjelang tidur atau mereka yang sering minum manis
sepanjang hari adalah sangat mudah terkena karies.
Berikut pengaruh makanan terhadap gigi dan mulut:
a) Isi dari makanan yang menghasilkan energi. Misalnya, karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, serta mineral-mineral. Unsurunsur tersebut
pada masa pra-erupsi serta pasca erupsi dari gigi geligi.
b) Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan. Makanan yang
bersifat membersihkan gigi. Jadi, makanan merupakan penggosok
gigi alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan
bersifat membersihkan ini adalah apel, jambu air, bengkuang dan
lain sebagainya. Sebaliknya makananmakanan yang lunak dan
melekat pada gigi amat merusak gigi, seperti coklat, biskuit, dan
lain sebagainya.46 Perilaku mengkonsumsi makanan kariogenik
dapat menyebabkan karies dapat dilihat dari intensitas konsumsi
makanan kariogenik dan waktu konsumsi makanan kariogenik.
c) Vitamin berpengaruh pada proses terjadinya karies gigi, terutama
pada periode pembentukan gigi.
d) Unsur kimia yang paling mempengaruhi persentasi karies gigi
adalah fluor24.
20

c. Klasifikasi karies gigi


1) Karies Berdasarkan Stadium (Kedalaman)
a) Karies Superfisialis (KME)
Karies Superfisialis merupakan karies yang baru mengenai atau
mencapai bagian terluar gigi (Enamel) dan belum mengenai dentin.
b) Karies Media (KMD)
Karies media merupakan karies yang telah mengenai atau mencapai
dentin tetapi belum mengenai setengah dentin.
c) Karies Profunda (KMP)
Karies Profunda merupakan karies yang telah mengenai atau
mencapai setengah dentin bahkan hingga kepulpa (Sihotang, 2010)
2) Karies Berdasarkan Lokalisasi
Menurut Parkin dalam G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi dapat
dibagi atas 5 kelas, yaitu :
a) Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi
posterior.
b) Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan
oklusal dan bagian aproksimal gigi posterior.
c) Kelas III adalah karies yang mengenai bagian aproksimal gigi
anterior
d) Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian aproksimal
dan meluas ke bagian incisal gigi anterior.
e) Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi.
3) klasifikasi berdasarkan keparahan
Klasifikasi tingkat keparahan karies gigi menurut WHO,
dikategorikan menjadi lima kategori yaitu:
a) Tingkat keparahan sangat rendah dengan nilai DMF-T sebesar 0,0-
1,0.
b) Tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T sebesar 1,2-2,6.
c) Tingkat keparahan sedang dengan nilai DMF-T sebesar 2,7-4,4.
d) Tingkat keparahan tinggi dengan nilai DMF-T sebesar 4,5-6,5.
21

e) Tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T sebesar >6,6


(Ghani dan Tjahja, 2015).
4) Karies berdasarkan tingkat kedalaman karies menurut ICDAS,
kariesterbagi menjadi 7 yaitu :
a) D0: Tidak terdapat karies, atau gigi masih sehat;
b) D1: Pada lapisan email terjadi perubahan, dapat terlihat jika gigi
dikeringkan;
c) D2: Pada lapisan email terjadi perubahan, dapat terlihat jelas walau
kondisi gigi dalam keadaan basah;
d) D3: Terjadi kerusakan email, tanpa melihat dentin (karies email)
e) D4: Terlihat bayangan dentin pada kavitas, tetapi karies tersebut
belum mencapai dentin, baru sampai dentino enamel junction
f) D5: Karies sudah mencapai lapisan dentin (karies dentin)
g) D6: Karies mengenai pulpa
5) Indeks karies gigi
Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis
penyakit karies gigi. Indeks karies yang bisa dipakai adalah :
a) Indeks DMF-T(DMF-TTeeth)
D = Decay : - Gigi karies yang masih dapat ditambal- Karies
sekunder yang terjadi pada gigi dengan tambalan - Gigi
dengan tambalan sementara
M = Missing : - Gigi tetap yang dicabut karena karies - Gigi karies
dengan indikasi pencabutan.
F = Filling : Gigi dengan tambalan tetap
T=Teeth :yaitu total gigi yang ada Angka DMF - T
menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang
dari dulu sampai sekarang.
b) Indeks def-t (def-tteeth)
D = decay : - Gigi karies yangmasih dapat ditambal - Karies
sekunder yang terjadi pada gigi dengan tambalan - Gigi
dengan tambalan sementara.
22

E = extraksi : - Gigi susu yang dicabut karena karies - Gigi karies


dengan indikasi pencabutan
F = filling : - Gigi dengan tambalan tetap Kekurangan indeks def-te
extraksi, seharusnya dapat.
Menunjukkan jumlah gigi yang dicabut karena karies. Pada
gigi susu kadangkadang gigi yang tidak ada disebabkan lepas
dengan sendirinya karena faktor fisiologis tersebut extraksi, bukan
karena karies tetapi seorang anak biasanya bingung dan tidak
mengerti apakah gigi yang hilang karena karies atau extraksi25.
B. Kerangka konsep
Adapun kerangkan dalam peenelitian ini dapat di lihat sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Peran orang tua dalam


kebersihan gigi dan Kejadian Karies Gigi
mulut

Gambar 2.1 kerangka konsep

C. Hipotesis
Ha : Ada hubungan peran orang tua dalam kebersihan gigi dan mulut
dengan kejadian karies gigi pada anak di Sekolah Dasar Inpres
Kalupapi Kabupaten Banggai Laut.
Ho : Tidak ada hubungan peran orang tua dalam kebersihan gigi dan mulut
dengan kejadian karies gigi pada anak di sekolah Dasar Inpres
Kalupapi Kabupaten Banggai Laut.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif


adalah suatu pendekatan penelitian yang bersifat obyektif, mencakup
pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode
pengujian statistic. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif
korelasi. Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan
secara obyektif26. Deskriptif korelasi adalah metode penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan hubungan antar dua variabel atau lebih 27. Adapun
bentuk penelitian yang digunakan adalah cross sectional, yaitu dalam
penelitian seksional silang, variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus
yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan,
sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu yang bersamaan, tidak ada
follow up. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara
peran orang tua dalam kebersihan gigi dan mulut anak dengan kejadian karies
gigi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian
Penelitian akan dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Kalupapi Kabupaten
Banggai Laut
b. Waktu penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Mei 2022
C. Populasi dan sampel

a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti. Populasi
dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh

23
peneliti28. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan orang tua
di Sekolah Dasar Inpres Kalupapi Kabupaten Banggai Laut. sejumlah 114
sepasang siswa dan orang tua.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruh an obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi29. Penelitian ini menggunakan sampel
anak di Sekolah Dasar Inpres Kalupapi Kabupaten Banggai Laut.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan menggunakan rumus
Slovin, sebagai berikut :
N
n¿ 2
1+ N (d)
Keterangan:
N: Besar populasi
n: Besar sampel
d: Tingkat kepercayaan yang diinginkan (10%)
N
n¿
1+ N (d)2
114
n¿ 2
1+114 (0,1)
114
n¿
1+114 (0,01)❑
114
n¿ ❑
1+1,14
114
n¿
2,14❑
n ¿ 53,27
n = 53

c. Tehnik pengambilan sampel


Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu non probability
sampling artinya pengambilan sampel dengan semua unsur elemen
dalam populasi yang tidak memiliki kriteria sama dijadikan sampel.
Adapun cara yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu

24
purposive sampling, dimana metode pengambilan sampel yang
dilakukan secara sengaja dengan memilih sampel itu sendiri karena
beberapa pertimbangan tertentu. Adapun kriteria sampel dalam
penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
1) Ibu/Bapak yang dapat membaca dan menulis untuk mengisi
kuesioner
b. Kriteria eksklusi
1) Anak yang sedang sakit
D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah segala bentuk yang ditentukan oleh
penelitian untuk diteliti guna untuk menjadi pembeda antara satu dengan yang
lain dalam memperoleh informasi menganai hasil tersebut, adapun variable
dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam Bahasa Indonesia sering disebut variable
bebas, Di mana merupakan variabel yang berpengaruh dan menjadi
penyebab berubahnya dan munculnya variabel independen30 . Adapun
variabel independen dalam penelitian ini adalah Peran orang tua dalam
kebersihan gigi dan mulut
2. Variabel Dependen
Dalam Bahasa Indonesia variabel dependen dinyatakan sebagai variabel
terkait. Variabel yang berpengaruh atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas disebut variabel dependen30. Variabel terkait yang
digunakan pada penelitian ini ialah Karies gigi pada anak

E. Definisi Oprasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan


bagaimana caranya menentukan variable dan mengukur suatu variable,
sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan
membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variable yang sama.

25
1. Peran orang tua dalam kebersihan gigi dan mulut
Definisi : Tindakan Bapak Dan Ibu dalam kebersihan gigi dan mulut anak,
seperti: membimbing dan mengingatkan ( membersikan gigi anak,
memperhatikan pola makan anak, pemeriksaan runtin ke dokter
gigi ), memberikan pengertian, dan meyediakan fasilitas kepada
anak.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : pengisian kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Baik jika nilainya >50
Kurang baik jika nilainya <50
2. Karies gigi pada anak
Definisi : Suatu penyakit yang mengenai jaringan keras gigi berupa
daerah yang membusuk pada gigi yang menyebkan gigi
berlubang
Alat ukur : Lembar observasi
Cara ukur : Observasi
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Penilanain karies gigi dengan ketentuan sebagai berikut:
Karies gigi
Tidak karies gigi
F. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data atau instrument yang digunakan dalam


penelitian ini adalh lembar kuesioner.pertanyaan tertulis yang berguna untuk
mendapatkan infomasi dari responden adalah kuesioner. Alat ukur yang
digunakan pada penelitian ini di susun secara sistematis dan berisikan
pertanyaan yang di jawab oleh responden. Tujuan dari alat ukur sebagai alat
memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian dan penjabaran dari
hipotesis. Adapun kuesioner dari penelitian ini adalah
1. Kuesioner Data Demografi
Kuesioner merupakan lembar data demografi yang terdiri dari 10
pertanyaan meliputi nama, umur, jenis kelamin.

26
2. Kuesioner Tentang Pengetahuan Orang Tua
Kuesioner pengetahuan orang tua diadopsi dari penelitian HERLINA
(2018), dimana formulir lembar kuesioner yang terdiri dari 11 pertanyaan
untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam kebersihan gigi dan
mulut anak.
3. Lembar Observasi Karies Gigi
Alat penelitian yang digunakan menggunakan lembar observasi dan
dilakukan pemeriksaan karies gigi.

G. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang


digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam pengum,pulan data
penelitian, data diperoleh dari dua jenis meliputi data primer dan data
sekundert31

H. Analisa Data

1. Pengelolah data

Setelah data yang terkumpul, kemudian data akan diolah dengan

beberapa tahan antara lain:32

1. Editing.
Peneliti mempertimbangkan lembar jawaban kuesioner yang
dibagikan kepada partisipan selama penelitian, data atau identitas
responden pada saat mengisi formulir jawaban, dan kemungkinan
kesalahan pada saat pengisian kuesioner.
2. Coding
Coding atau Enkripsi merupakan penyandian data agar tidak terjadi
kesalahan dalam tabulasi data.data.
3. Tabulating
Tabulasi ialah kombinasi data di tabel utama dan memberikan
ringkasan dan informasi.

27
4. Entry Data
Entry data yaitu proses menginput data ke computer

5. Cleaning
Untuk melihat variabel yang digunakan apakah datanya sudah
benar atau belum, oleh karena itu digunakan pembersihan data.

6. Describing
Describing ialah mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan.

Setelah data di olah data kemudian di analisa dengan


menggunakan dua jenis analisis data yang digunakan dalam penelitian
yaitu secara Univariate dan Bivariate menggunakan program computer.
2. Analisa Univariat

Hal ini dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi masing-


masing variabel, variabel bebas (Pengetahuan Pola Makan) dan
variabel terikat ( Kadar Asam Urat). Secara umum analisis ini
diperoleh dalam bentuk persentase menggunakan rumus berikut33:

Rumus:

f
P= x 100 %=… %
N
Keterangan:
P : Persntase
f : Jumlh subjek yang ada kepada kategori terntu
N : Jumlah atau keseluruhan responden

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk melihat pengaruh antara variabel bebas


dan terikat. Nilai signifikansi 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%.
Tingkat signifikan 5% atau 0,05 artinya kita mengambil risiko salah
mengambil keputusan dengan menolak hipotesis yang benar sebanyak

28
5% dan benar dalam mengambil keputusan minimal 95% (tingkat
kepercayaan). Dikatakan ada hubungan jika p-value <0,05 sedangkan
jika p-value > 0,05 tidak ada hubungan.33

Uji Chi-Square adalah uji yang digunakan dalam penelitian ini


dengan rumus berikut:

Rumus:

2
2 N {( ad−bc ) −½ N }
x=
( a+b )( c +d ) ( a+ c ) ( c+ d)

Keterangan:
2
x : Chi Square
N : Sampel

Uji Chi-Square adalah uji non parametris yang paling sering


digunakan. Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square sebagai
berikut:41
a. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai harapan (expexted count) kurang dari
5, maka yang digunakan adalah fisher exact test.
b. Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai harapan (expected count)< 5 maka uji
yang digunakan sebaiknya contuity corecction.
c. Bila tabelnya lebih 2x2 , misalnya 3x2, 3x3 dan sebagainya, maka
digunakan uji pearson chi square
d. Uji likelihood ratio dan linier by linear association biasanya digunakan
untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis strafikasi pada bidang
epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel,
kategorik, sehingga kedua jenis ini jarang diguna.
Apabila tabel kontigensi lebih dari 2x2, tidak memenuhi syarat
dalam uji Chi-Square maka rumus yang digunakan adalah Fisher’s
Exact Test. Sedangkan apabila tabel kontigensi lebih dari 2x2 misal 2x3
maka rumus yang digunakan adalah Pearson Chi-Square

29
I . Bagan Alur Penelitian

Proposal Penelitian

Mengurus Surat Izin Pengambilan data diruang TU

Mengurus surat izin pengambilan data awal di ruang tata


usaha STIKes Widya Nusantara Palu
Mengajukan surat izin pengambilan data awal di ruang
TU (Tata Usaha ) Stikes Widya Nusantara Palu

Populasi anak dengan kejadian karies gigi di Sekolah


Dasar Inpres Kalupapi Sebanyak 114 orang

Sampel 114 orang

Variabel Independen Variabel Dependen


Peran orang Tua dalam Kejadian Karies
kebersihan gigi dan mulut

Analisa Data
Uji Chi- Square, Fisher’s Exact Test
Fffffff

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran


30
Gambar 3.1 Bagan alur penelitian

DAFTAR PUSTAKA

1. Triswari D, Aulia R, Zashika Q. The Effect of Audiovisual


Dissemination on Students 13 – 14 Years Old to Oral Hygiene Status.
2019;6183(Triswari D):43–7.
2. Jahirim, Guntur. Hubungan peran orang tua dan perilaku menggosok
gigi dengan kejadian karies gigi pada sisiwa sekolah dasar. ilmu
Kesehat. 2020;VIII:48–57.
3. World Health Organization. No Title. Dent caries Child. 2019;114.
4. Kementerian Kesehatan RI. InfoDATIN Kesehatan Gigi Nasional
September 2019. Pusdatin Kemenkes RI. 2019;1–6.
5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Dinkes
Sulteng 2019. Dinas Kesehat Provinsi Sulawesi Teng. 2019;1–222.
6. Cahyaningrum AN, Surabaya A, Timur J. Hubungan perilaku ibu
terhadap kejadian karies gigi pada balita di paud putra sentosa. 2017;
(August):142–51.
7. Karies I, Ditinjau G, Penyakit D, Dan U. SEKRESI SALIVA PADA
ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 30 PALEMBANG 2017.
2018;12(2).
8. Indeks P, Saliva V. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES
GIGI PADA SISWA SD SAMBIROTO 02 SEMARANG 2017;04(1).
9. Ulfah R, Utami NK. TAMAN KANAK KANAK RELATIONSHIPS
TO KNOWLEDGE AND BEHAVIOR OF PARENTS IN
MAINTAINING DENTAL HEALTH WITH DENTAL CARE IN
KINDERGARTEN. 2020;7(2):146–50.
10. Miftakhun NF, Sunarjo L, Mardiati E. FAKTOR EKSTERNAL
PENYEBAB TERJADINYA KARIES GIGI PADA ANAK PRA
SEKOLAH DI PAUD STROWBERRY RW 03 KELURAHAN
BANGETAYU WETAN KOTA SEMARANG TAHUN 2016

31
PENDAHULUAN Masalah kesehatan gigi di Indonesia masih sangat
perlu penanganan lebih lanjut . Hasil Riskesdas. 2017;03(2).
11. Peran H, Tua O, Menggosok D, Kejadian D, Gigi K, Siswa P, et al.
Vol . VIII No . 2 , Oktober 2020 Vol . VIII No . 2 , Oktober 2020.
2020;VIII(2):20–9.
12. Mahirawatie IC, Ramadhani F, Gigi JK, Kesehatan P, Surabaya K.
ORANG TUA PADA KARIES GIGI ANAK USIA SEKOLAH.
2021;1(3):487–92.
13. Fahmi R, Prasetyowati S, Mahirawatie IC, Keperawatan J, Politeknik
G, Kementerian K, et al. Peran orang tua dengan karies gigi pada anak
prasekolah. 2021;2(2):295–300.
14. Dayak M, Kabupaten H. TERHADAP PENDIDIKAN ANAK.
2017;7:33–48.
15. Pgsd PS, Santu S, Ruteng P. ANAK DALAM KELUARGA DI
MANGGARAI , NTT. 2019;(April):167–73.
16. Orang P, Kesehatan P. Dental Therapist Journal. 2019;1(2):74–9.
17. Peranan H, Dalam I, Kesehatan P, Mulut G, Angka T, Gigi K, et al.
Jurnal Kesehatan Gigi. 2020;1.
18. Kota DI, Aceh B. DAN MULUT PADA MURID KELAS V
SEKOLAH DASAR NEGERI. 2018;5(1).
19. Elianora D, Atigah SN. Status kesehatan rongga mulut anak dilihat dari
kepedulian orang tua tentangkebersihan rongga mulut anak dan status
gizi di sd negeri no. 98/iii desa baru lempur, kerinci. 2018;XII(10):14–
23.
20. Karies T, Pada G, Di A, Negeri SD, Kabupaten M. Open Acces.
2021;02(02):733–40.
21. Gigi K, Anak P, Sekolah U, Tahun D. Faktor-faktor yang
mempengaruhi angka kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar
7-12 tahun di kelurahan kenjeran surabaya. :1–6.
22. R T. Karies Gigi. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2012.
23. Setiari LS, Sulistyowati M. Tindakan Pencegahan Karies Gigi Pada
Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Teori Health Belief Model. J

32
PROMKES. 2018;5(1):65.
24. No Title. 2017;39–48.
25. Prasasti I. Hubungan Peran Orang Tua Dalam Kebersihan Gigi dan
Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah di Taman
Kanak-Kanak (TK) PGRI Kelurahan Ngesrep Semarang. Semarang;
2018.
26. Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jakarta: EGC; 2014.
27. Wasis. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC;
2012.
28. Notoatmodjo. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2010.
29. Sujarweni. Metode Penelitian : lengkap. praktis dan mudah dipahami.
Pustaka Baru Press; 2014.
30. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R & D. CV Alfabeta. 2016.
31. Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta; 2015.
32. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta; 2017.
33. Machfoedz. Statistika Deskriptif : Bidang Kesehatan. Keperawatan.
Dan Bidan (Bio Statistik). Yogyakarta: Fitramaya Raja Grafindo
Persada; 2013.

33

Anda mungkin juga menyukai