Anda di halaman 1dari 72

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan Tim Penguji Proposal Program Studi D III Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santu Paulus Ruteng

Pada tanggal …………………..

Pembimbing I Pembimbing II

Fransiska Nova Nanur, S.SiT.,M.Kes …………………………………….


NIDN : 0820109001

Mengetahui

STIKES Santu Paulus Ruteng

Program Studi D III Kebidanan

Ketua

Fransiska Nova Nanur, S.SiT.,M.Kes


NIDN : 0820109001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal ini telah dipertahankan di hadapan Tim penguji Proposal

Program Studi D III Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santu Paulus Ruteng

Pada tanggal………………….

Tim penguji :

1. ………

2. Fransiska Nova Nanur.S.SiT.,M.Kes : ……………..

3. ………

Mengetahui

STIKES Santu Paulus Ruteng

KETUA

David Djerubu, S.Fil.,MA


NIDN : 0831126119

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan anugerahnya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini

dengan judul “Gambaran pengetahuan Ibu Nifas tentang tanda – tanda bahaya

masa nifas di Puskesmas Borong tahun 2017 “.Proposal penelitian ini disusun

dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan pada Sekolah Tinggi Kesehatan Santu

Paulus Ruteng.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, proposal penelitian ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak David Djerubu, S.Fil., MA selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Santu Paulus Ruteng.

2. Ibu Fransiska Nova Nanur, S.SiT., M.Kes selaku ketua program studi D III

Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santu Paulus Ruteng.

3. Ibu Fransiska Nova Nanur , S.SiT., M.Kes , selaku Dosen Pembimbing 1 yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada

penulis .

4. Ibu………………,selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada Penulis.

iv
5. Seluruh Dosen dan Staf Prodi D III Kebidanan STIKES Santu Paulus Ruteng

atas segala bantuan yang telah diberikan.

6. Kepala Puskesmas Borong yang telah bersedia memberikan izin kepada

penulis dalam mengambil data.

7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna

oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan proposal penelitian

selanjutnya. Semoga Proposal Penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Ruteng, ………………..2017

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR SINGKATAN xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

E. Keaslian Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pengetahuan 11

1. Pengertian Pengetahuan 11

2. Tingkat Pengetahuan 12

3. Cara Memperoleh Pengetahuan 14

vi
4. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan 16

5. Kriteria Tingkat Pengetahuan 18

B. Konsep Dasar Masa Nifas 18

1. Pengertian Nifas 18

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas 19

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas 20

4. Tahapan Masa Nifas 21

5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 21

6. Kunjungan Masa Nifas 28

7. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas 30

C. Kerangka Teori 43

D. Kerangka Konsep 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian 47

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 47

C. Populasi Sampel 48

D. Variabel Penelitian 48

E. Defenisi Operasional 49

F. Instrumen Penelitian 49

G. Uji Validitas dan uji Reliabilitas 51

H. Jenis data dan Tehnik Pengumpulan Data 53

I. Metode Pengolahan dan Analisis Data 53

vii
J. Etika Penelitian 56

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian 7

2. Tabel 2.1 Perubahan Uterus Masa Nifas 22

3. Tabel 3.1 Definisi Operasional 49

4. Tabel 3.2 Kisi – kisi Kuisioner 50

ix
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Kerangka Teori 43

2. Gambar 2.2 Kerangka Konsep 44

x
DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu

ASI : Air Susu Ibu

BAB : BuangAir Besar

BAK : Buang Air Akecil

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan social

cm : centi meter

DEPKES : Departemen Kesehatan

DINKES : Dinas Kesehatan

gr : gram

HPL : Human Placental Laktogen

KEMENKES : Kementrian Kesehatan

Mmhg : Milimeter Hidragyrum

NTT : Nusa Tenggara Timur

PUSDIKNAKES : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat

SDKI : Survei Demografi Kesehatan I ndonesia

STiKES : Sekolah TInggi Kesehatan

WHO : World Health Organisation

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat permohonan menjadi responden .

Lampiran 2 : Pernyataan kesediaan menjadi responden .

Lampiran 3 : Kuisioner penelitian .

Lampiran 4 : Kunci jawaban .

Lampiran 5 : Lembar konsul proposal penelitian

Lampiran 6 : Permohonan pengambilan data awal penelitian .

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 2 per 100

ibu meninggal saat hamil, bersalin dan nifas, yang di sebabkan oleh berbagai

faktor, kehamilan dengan resiko, persalinan yang berakhir dengan komplikasi dan

infeksi pada masa nifas dan yang paling tinggi adalah persalinan dengan

perdarahan. Tinggi nya angka kematian ibu hamil, nifas dan bersalin menunjukan

buruknya pelayanan kesehatan, komplikasi tidak hanya terjadi ada masa

kehamilan dan bersalin infeksi pada masa nifas juga menyumbang angka

kematian ibu (Kemenkes, RI. 2012).

Masa nifas adalah masa pasca persalinan belum lagi anggapan dan mitos

yang beredar membuat para ibu semakin bingung menjalani hari-hari di masa

nifas. Proses pemulihan rahim dan alat-alat reproduksi membutuhkan waktu yang

berbeda bagi tiap orang. Involusi erat kaitannya dengan masa nifas, Involusi

adalah proses mengecil kembali rahim ke ukuran semula. Hal ini tentunya terjadi

berangsur-angsur. Namun, masa nifas bukan hanya masa pemulihan ragam

instrument reproduksi belaka. Kala ini, banyak ibu yang harus bersiap

menghadapi tantangan baru menjadi seorang ibu. Bukan hal mudah membiasakan

diri untuk berperan sebagai ibu. Ibu yang secara mentalitas belum dewasa,

biasanya rentan terkena sindrom babies blues (Depkes, RI, 2012).

1
2

Angka Kematian Ibu (AKI) dengan Angka Kematian Bayi senantiasa

menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan kesehatan. AKI mengacu

kepada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan

nifas. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012 menyebutkan bahwa AKI tahun

2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami peningkatan

dibandingkan AKI tahun 2002 yaitu sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup

(SDKI, 2012) .Tahun 2015 mengalami penurunan yaitu 305 per 100.000 kelahiran

hidup (Profil Dinas Kesehatan Indinesia tahun 2015) . Berdasarkan laporan profil

Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota se – Nusa Tenggara Timur tahun 2015

menunjukan bahwa perubahan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup

selama periode 3 tahun (2013 – 2015) menurun, pada tahun 2013 176 per 100.000

kelahiran hidup, tahun 2014 menurun menjadi 169 per 100.000 kelahiran hidup,

sedang tahun 2015 menjadi 133 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Dinas

Kesehatan Nusa Tenggara Timur tahun 2015).

Kematian ibu nifas di NTT tahun 2015 berjumlah 60 orang dari jumlah

ibu nifas 87.199 orang (Profil Dinas Kesehatan NTT 2015), untuk Kabupaten

Manggarai timur 1 orang dari jumlah ibu nifas 5707 orang (Dinkes Manggarai

Timur) dan Puskesmas Borong: 1 orang dari jumlah ibu nifas 774 orang

(Puskesmas Borong). Tahun 2016 jumlah kematian ibu nifas untuk Kabupaten

Manggarai Timur: 1 orang dari jumlah ibu nifas 5457 orang (Dinkes Manggarai

Timur) dan untuk Puskesmas Borong : tidak ada (Puskesmas Borong) .


3

Berdasarkan data tersebut di atas, kematian ibu pada masa nifas biasanya

disebabkan oleh : perdarahan,(penyebabnya adalah: rahim yang tidak berkontraksi

secara efektif (atonia) , plasenta masih tertinggal di dalam rahim baik seluruhnya

atau sebagian ,perlukaan jalan lahir / laserasi di vagina atau di serviks (leher

rahim), robekan rahim). Jumlah kematian ibu nifas karena perdarahan 42 %,

infeksi nifas / sepsis (penyebab nya: kurangnya perawatan luka). Jumlah kematian

ibu nifas karena infeksi nifas 10 %, eklamsi, jumlah kematian ibu nifas karena

eklamsi 13 %, penyebab lain berjumlah 13 %.

Meskipun di Puskesmas Borong di tahun 2016 tidak ada kematian ibu

nifas , namun berdasarkan data bulan Desember 2016 di dapatkan dari 705 orang

ibu nifas yang mempunyai masalah masa nifas diantaranya 5 orang dengan

masalah penyulit menyusui yaitu bendungan ASI, 2 orang ibu nifas dengan

masalah infeksi, 3 0rang ibu nifas dengan masalah perdarahan setelah melahirkan,

2 orang ibu nifas dengan preeklamsia (Puskesmas Borong) .

Berdasarkan uraian diatas di dapatkan 12 orang ibu nifas yang mempunyai

masalah bahaya masa nifas. Data tersebut merupakan sebagian data dari ibu nifas

dengan masalah bahaya masa nifas yang di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga

kesehatan. Tapi sebenarnya masih banyak ibu nifas yang mengalami masalah

bahaya masa nifas, yang tidak di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan.

Penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan ibu nifas tentang tanda dan bahaya

masa nifas yang di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: factor pendidikan,

usia, sosial ekonomi, social budaya, lingkungan, informasi, pengalaman dan juga
4

konseling dari tenaga kesehatan selama kehamilan dan setelah persalinan

(Notoatmodjo, 2009 ) . Asuhan masa nifas sangat di perlukan dalam periode masa

nifas karena masa nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayi. Di perlukan

peran serta masyarakat terutama ibu nifas untuk memiliki pengetahuan tentang

tanda dan bahaya masa nifas .Selain itu juga diperlukan peran serta dari tenaga

kesehatan dengan memberikan konseling selama kehamilan , persalinan , dan

nifas dan melakukan kunjungan nifas .Dari upaya tersebut diharapkan dapat

mengetahui dan mengenal secara dini tanda dan bahaya masa nifas .

(Notoatmodjo, 2009)

Disamping itu asuhan kebidanan pada ibu saat persalinan, masa nifas dan

bayi baru lahir juga merupakan bagian yang sangat penting.Bidan memiliki

peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan masa nifas. Seperti

melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan

diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses

pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

selama priode nifas dengan memberikan asuhan secara profesional (Yetti

Anggraini, 2010).

Berdasarkan data awal yang diperoleh dari Puskesmas Borong terdapat 33

ibu nifas dan dari hasil wawancara dengan 10 ibu nifas , ditemukan 7 diantaranya

memiliki pengetahuan yang kurang tentang tanda – tanda bahaya masa nifas .

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan


5

penelitian yang berjudul “Gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda

bahaya masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Borong tahun 2017.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah” Bagaimana gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tanda-

tanda bahaya masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Borong Tahun 2017.

C. Tujuan penelitian

1) Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas

tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Borong

2) Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik ibu nifas berdasarkan umur, pendidikan,

dan pekerjaan.

b. Untuk mengetahui tanda – tanda bahaya masa nifas.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis :

Sebagai penambah literatur tentang tanda – tanda bahaya pada masa nifas di

perpustakaan STIKes St Paulus Ruteng.


6

2. Manfaat bagi praktisi :

a) Bagi STIKes St Paulus Ruteng

Untuk dapat dijadikan acuan (referensi) bagi penelitian lebih lanjut

sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan institusi

tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

b) Bagi ibu nifas

Dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu tentang tanda-

tanda bahaya masa nifas dan tahu kapan waktu yang tepat untuk

pengambilan keputusan bila terjadi dan mengalami tanda bahaya pada

masa nifas.

c) Bagi Bidan

Sebagai bahan masukan untuk kesehatan agar dapat memotivasi

masyarakat untuk lebih peduli terhadap ibu nifas dan dapat berperan aktif

jika ibu nifas mengalami komplikasi masa nifas.

d) Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian selanjutnya, yang

berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya masa

nifas.

e) Bagi Puskesmas Borong

Dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan informasi

atau penyuluhan pada ibu nifas dan dapat dijadikan masukan serta
7

pengetahuan tentang kesehatan khususnya tentang tanda bahaya masa

nifas di Puskesmas Borong.

F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan penulis menemukan beberapa

penelitian yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda-

tanda dan bahaya masa nifas di Puskesmas Borong tahun 2017 Kecamatan

Borong. Penelitian yang pernah dilakukan, antara lain:

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

No Nama Judul Variabel Populasi dan Metode Hasil


Peneliti Penelitian Sampel Penelitian Penelitian

1 Evi Astuti Tingkat Pengetahuan Semua ibu Deskriptif Hasil


Pengetahuan Ibu Nifas nifas dan kuatitatif , penelitian
Ibu Nifas tentang tanda sampel pengumpulan pada
tentang bahaya masa sebanyak 36 data responden
tanda bahaya nifas orang.Teknik menggunakan dalam
Ibu Nifas di pengambilan kuesioner penelitian
BPS Siti sampel yaitu menunjukan
Murwani accidental bahwa
Batuwarno sampling tingkat
Wonogiri pengetahuan
tahun ibu nifas
2017 tentang
tanda
bahaya
masa nifas
di BPS Siti
Murwani
Batuwarno
Wonogiri
pada
kategori
baik
sebanyak 5
responden
(13,5 %),
kategori
cukup
sebanyak 23
8

responden
(63,9 %) ,
kategori
kurang
sebanyak 8
responden
(22,2 %)

2 Zumratul Tingkat Pengetahuan Deskriptif , Hasil


Ula (2012) pengetahuan Ibu Nifas pengambilan penelitian
Ibu Nifas tentang tanda data pada
tentang – tanda bahaya menggunakan responden
tanda – tanda masa nifas purposive dalam
bahaya masa sampling penelitian
nifas di ini
Klinik menunjukan
Hj.Nani bahwa
Rantauprapat Responden
Kabupaten dengan
Labuan Batu pengetahuan
tahun 2012 cukup ada
empat
kategori
yang
mengalami
demam
(35,3 %) ,
mengalami
perdarahan
pervaginam
post partum
(38,2 %) ,
mengalami
preeklamsia
dan
eklamsia
(41,2 %) ,
dan
mengalami
depresi post
partum
(61,8 %) .
Sedangkan
responden
dengan
pengetahuan
baik dua
kategori
yaitu infeksi
payudara
9

(38,2 %)
dan
eliminasi :
BAK dan
BAB (47,1
%) .

Hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan sebelumnya terletak pada

lokasi penelitian, waktu penelitian, jumlah responden, menggunakan teori

perubahan fisiologis masa nifas dan pengambilan sampel. Persamaanya dengan

penelitian sebelumnya terletak pada instrumen pengumpulan data.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan suatu pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindra terjadi melalui panca indra

manusia yaitu ; indra penglihatan, penciuman, peraba dan pengecapan.

Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga (Soekidjo

Notoatmodjo, 2012 dalam Evi Astuti, 2012).

Pengetahauan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan “what”. Baik pengetahuan ataupun

keyakinan, keduanya merupakan respon mental seseorang dalam

hubungannya objek tertentu yang didasari sebagai “ada” atau terjadi.

Hanya saja dalam hal keyakinan, objek yang didasari sebagai “ada”

tersebut tidak perlu harus ada sebagaimana adanya. Sedangkan dalam hal

pengetahuan, objek yang didasari memang harus “ada” sebagaimana

adanya. Dengan demikian, pengetahuan tidak sama dengan keyakinan,

karena keyakinan dapat saja keliru tetapi sah sebagai keyakinan

(Notoatmodjo, S. 2012, dalam Evi Astuti, 2012).

11
12

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek

yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan

sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari

objek diketahui maka menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek

tersebut.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi dalam kutipan Notoatmodjo (2007),

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbukanya tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan

yang di cukup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan,

yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat. Ini

adalah meningkat kembali (recall) terhadap yang spesifik dari seluruh

bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh

sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari

antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan

dan sebagainya (Wawan dan Dewi, 2010).


13

b. Memahami (comprehension)

Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang yang di ketahui dan dapat di

interpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya (Wawan dan Dewi, 2010).

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi

real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya (Wawan dan Dewi, 2010).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam kompone-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti: pengelompokan, membedakan dan sebagainya (Wawan dan

Dewi, 2010).

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan meletakakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan


14

yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi-formulasi yang ada misal: dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan

sebagainya. Terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada (Wawan dan Dewi, 2010).

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

telah ada, misal: dapat menafsirkan tanda bahaya masa nifas (Wawan

dan Dewi, 2010).

3. Cara Memperoleh Pengetahauan

Menurut Wawan dan Dewi (2010), cara memperoleh pengetahuan

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Cara Kuno

Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan, antara lain

meliputi:

1) Cara coba-salah ( Trial and eror)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban apabila seseorang menghadapi

persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan

coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan


15

beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan (Wawan dan Dewi,

2010).

2) Cara kekuasaan atau otoriter

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin masyarakat,

baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan

berbagai prinsip orang lain yang menerima, mempunyai yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji

terlebih dahulu, membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan

fakta empiris maupun penalaran sendiri (Wawan dan Dewi, 2010).

3) Berdasarkan pengalaman sendiri

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu (Wawan dan Dewi, 2010).

b. Cara modern

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah yang disebut metode penelitian ilmiah.

Kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh B.Bacon

dilanjutkan oleh Van Dalen bahwa dalam memperoleh kesimpulan di

lakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat


16

pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek yang di

amati.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan, yaitu:

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kea rah cita-cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan

diperlukan untuk mendapat informasi, sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup. Menurut Y.B. Mantra, pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang, termasuk juga perilaku seseorang

akan pola hidup, terutama dalam memotivasi untuk berperan dalam

pembangunan (Wawan dan Dewi, 2010).

2) Pekerjaan

Menurut Thomas (2003) dalam buku Wawan dan Dewi

(2010), pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan, terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih merupakan cara mencari

nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan.


17

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

3) Umur

Menurut Elizabeth B.H (2003) dalam buku Wawan dan

Dewi (2010), Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai dengan berulang tahun. Sedangkan menurut

Hurlock, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya

dari orang yang belum tinggi kedewasaanya. Hal ini sebagai dari

pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Faktor eksternal

1) Lingkungan

Menurut Ann Mariner (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010),

lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.


18

5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2013), mengemukakan untuk mengetahui

secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat

dibagi menjadi empat tingkatan yaitu:

1) Baik : ≥76%-100%

2) Cukup : 56% -75%

3) Kurang : 40%-55%

4) Buruk : ≤ 40 %

B. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira enam minggu. Periode masa nifas (puerperium)

adalah periode waktu selama enam sampai delapan minggu setelah persalinan.

Periode pasca partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin

(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi

wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini juga disebut periode puerperium,

dan wanita yang mengalami puerperium disebut puerperal. Proses ini dimulai

setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali

seperti keadaan sebelum hamil atau tidak hamil sebagai akibat adanya
19

perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Ambarwati E. R.

Dan Wulandari, 2010).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta

sampai alat-alat reproduksi seperti sebelum hamil. Wanita yang melalui

periode puerperium disebut puerperal (nifas) berlangsung selama enam

minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat

kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Masa nifas adalah dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai enam minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu. Masa nifas

merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi

minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali keadaan

tidak hamil yang normal. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu

melahirkan bayi yang di pergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali

yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Marmi, 2010).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut (Marmi, 2010), tujuan asuhan masa nifas:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan screening yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi.
20

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Menurut Marmi (2012), peran serta tanggung jawab bidan dalam masa

nifas antara lain:

a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama masa nifas.

b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga

c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu

dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

f. Memberi konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah

perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta

mempraktekan kebersihan yang aman.

g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

mengidentifikasi, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta


21

melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah

komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama masa nifas.

h. Memberikan asuhan secara profesional.

4. Tahapan Masa Nifas

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), masa nifas dibagi dalam

tiga periode:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia

yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium adalah waktu yang diprlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa sampai berminggu-minggu,

bulan atau tahun.

5. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), perubahan fisiologis pada

masa nifas antara lain:

a. Perubahan Sistem Reproduksi :

1) Involusi

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.


22

Tabel 2.1 Perubahan Uterus Masa Nifas

Involusi Tinggi Berat Diameter Valvasi


Uteri Fundus Uterus Uterus Cervik
Uteri
Plasenta Setinggi 1000 gr 12,5 cm Lembut/
lahir pusat lunak
7 hari (1 Pertengahan 500 gr 7,5 cm 2 cm
minggu) antara pusat
dan
shympisis
14 hari (2 Tidak 350 gr 5 cm 1 cm
minngu) teraba
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit

2) Lochea

Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Proses

keluaran lochea terdiri atas empat tahapan yaitu:

(a) Lochea rubra (Kruenta)

Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ke empat masa

post partum

(b) Lochea sanguilenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecokelatan dan berlendir.

Berlangsung dari hari ke empat sampai hari ke tujuh post partum.

(c) Lochea serosa

Lochea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung

serum, leukosit dan robekan/ laserasi plasenta. Muncul pada hari ke

tujuh sampai hari ke 14 post partum.


23

(d) Lochea Alba/ putih

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks

dan serabut jaringan mati. Lochea Alba bisa berlangsung selama

dua sampai enam minggu post partum.

3) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.

Warna serviks sendiri merah kehitam- hitaman karena penuh pembuluh

darah. Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat

laserasi/perlukaan kecil.

4) Vulva dan Vagina

Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara

bertahap 6-8 minggu post partum.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasa ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan

yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,

haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur

dapat diberikan sedikit makanan yang mengandung serat dan pemberian

cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu dua atau tiga
24

hari dapat di tolong dengan pemberian gliserin spuit atau diberikan obat

yang lain (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

c. Perubahan Sistem Perkemihaan

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya.

Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena

sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus

sfingter ini selama persalinan, juga oleh adanya oedema kandung kemih

yang terjadi selama persalinan. Kadang-kadang oedema dari trigonium

menimbulkan obsturksi dari uretra sehingga sering terjadi retensio urine

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

d. Perubahan Sistem Musculoskelental

Ligamen, fasia, dan diafagma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsu-angsur menjadi kuat dan

pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi

retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara

sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat

putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama

akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak

kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dapat dibantu dengan latihan

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).


25

e. Perubahan Sistem Endokrin

1) Hormon plasenta

Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang

besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan

hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta

menurun dengan cepat setelah persalinan. Penurunan hormon Human

placental lagtogen (HPL) estrogen dan progesteron serta plasenta

enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga

kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa nifas

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2) Hormon Oksitosin

Oksitosin di keluarkan dari kelenjar bawah otak bagian

belakang atau (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan

payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan

pemisahan plasenta (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

3) Hipotalamik Pitutary Ovarium

Untuk wanita menyusui dan tidak menyusui akan

mempengaruhi lamanya ia akan mendapatkan menstruasi. Sekaligus

menstruasi pertama itu bersifat anovulasi. Yang dikarenakan

rendahnya kadar estrogen dan progesteron (Ambarwati dan Wulandari,

2010).
26

f. Perubahan tanda- tanda vital

1) Suhu Badan

Pada 24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5 °c

- 38 °c) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan

cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa

lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena adanya

pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak, berwarna merah bila

banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi

pada endometrium, mastitis, traktu augenitalis, atau sistem lain. Kita

anggap nifas terganggu kalau ada demam lebih dari 38°c pada kedua

hari berturut- turut pada hari kesepuluh yang pertama post partum,

kecuali hari pertama dan suhu harus di ambil sekurang-kurangnya

empat kali sehari (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.

Sehabis melahirkan denyut nadi tidak akan lebih cepat. Setiap denyut

nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin

disebabkan oleh infeksi atau pendarahan post partum yang tertunda.

Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yang disebut bradikardi

nifas (puerperal bradycardia).


27

3) Tekanan Darah

Biasanya tidaak berubah, kemungkinan tekanan darah akan

rendah setelah ibu melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah

tinggi pada post partum dapat menandakan terjadi preeklampsi post

partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu

dan denyut nadi. Apabila denyut nadi dan suhu tidak normal

pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada

saluran pernapasan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

g. Perubahan Sistem Kardiosvaskuler

Pada persalinan pervaginam terjadi kehilangan darah sekitar 300-

400 cc. Bila kelahiran melalui sectio caesaria kehilangan darah dapat

terjadi dua kali lipat Perubahan terdiri dari volume darah dan

hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan pervaginam

hemokonsentrasi akan naik dan pada section caesaria hemokonsentrasi

cenderung stabil dan kembali normal setelah empat sampai enam minggu

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

h. Perubahan Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan

plasma serta fakor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama

post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan semakin menurun tetapi
28

darah lebih mengental dengan peningkatan fiksositas sehingga

meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat

dimana sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan

tetapi tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa post partum. Jumlah

sel darah putih bisa saja naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya

kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah

hemoglobin, hematokrit dan erytrosyt akan sangat berfariasi pada awal-

awal masa post partum sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta

dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan di

pengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama

kelahiran dan masa post parum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500

ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan di

asosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke

tiga sampai hari ke tujuh post partum dan akan kembali normal dalam

empat sampai lima minggu post partum (Ambarwati dan Wulandari,

2010)..

6 Kunjungan Masa Nifas

Menurut Marmi (2012), paling sedikit empat kali kunjungan masa

nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi dan untuk mencegah,

mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.


29

a. Enam sampai delapan jam setelah melahirkan

1) Mencegah terjadinya masa nifas karena atonia uteri.

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk bila

perdarahan berlanjut.

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

b. Enam hari setelah persalinan

1) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada

bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayitetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

c. Dua minggu setelah persalinan.

1) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tdak ada

bau.
30

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulitan.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayitetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

d. Enam minggu setelah persalinan

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ibu atau bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

7. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas

Menurut PUSDINAKSES (2010), tanda-tanda bahaya masa nifas

adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya atau

komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau

terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. Tanda-tanda bahaya masa nifas

sebagai berikut:

a. Perdarahan post partum

Post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa

24 jam setelah anak lahir (Marmi, 2012). Menurut waktu terjadinya dibagi

atas dua bagian:

1) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage) yang

terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia
31

uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir.

Terbanyak dalam dua jam pertama.

2) Perdarahan Post Partum Sekunder (Late Post Partum Hemorrhage)

yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke lima sampai

hari ke 15 post partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan

sisa placenta (Prawirohardjo, 2005 dalam Marmi, 2012).

Menurut Manuaba (2009), perdarahan post partum merupakan

penyebab penting kematian maternal khusunya di negara berkembang.

a) Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah :

(1) Grandemultipara.

(2) Jarak persalinan pendek kurang dari dua tahun.

(3) Persalinan yang dilakukan dengan tindakan; pertolongan kala uri

sebelum waktunya, pertolongan persalinan dengan tindakan paksa,

persalinan dengan narkosa.

b) Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)

Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina

dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari

pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir

(cairan ini berasal dari bekas melekatnya placenta).

Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Mocthar 2007

dalam Sofian, A. 2011).


32

1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sia-sia selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum

selama dua hari pasca persalinan.

2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning bersih darah dan

lendir hari ke tiga sampai hari ke tujuh pasca persalinan.

3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada

hari ke 7-14 pasca persalinan.

4) Lochea Alba: cairan putih, setelah dua minggu.

5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

6) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.

Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang

disebutkan atas kemungkinan adanya:

(a) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus

yang kurang baik.

(b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih

banyak karena kontraksi uterus cepat.

(c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga

lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.

Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut

bagian bawah kemungkinan diagnosisnya adalah meritis. Meritis

adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu


33

penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau

kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik

(Sofian, A, 2011).

c) Sub-involusi uterus (pengecilan rahim yang terganggu)

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim

dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-

60 mg enam minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau

terganggu disebut sub-involusi. Faktor penyebab sub-involusi, antara

lain: sisa plasenta dalam uterus, endometris, adanya mioma uteri

(Sofian, A, 2011).

Pada pemeriksaan bimanual di temukan utrus lebih besar dan

lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan

berbau dan tidak jarang terdapat pula perdarahan (Sofian, A, 2011).

d) Nyeri perut dan pelvis

Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan

komplikasi nifas seperti: peritonitis. Peritonitis adalah peradangan

pada peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33 %

dari seluruh kematian karena infeksi.

Menurut Sofian, A (2011), gejala klinis peritonitis dibagi dua

yaitu:
34

1) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis

Tanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah tetapi

keadaan umum tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum douglas

menonjol karena ada abses.

2) Peritonitis umum

Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut

nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anoreksia, kadang-

kadang muntah.

e) Pusing dan lemas yang berlebihan

Menurut Sofian, A (2011), Pusing merupakan tanda-tanda

bahaya pada nifas, pusing disebabkan oleh karena tekanan darah

rendah (sistol < 160 mmHg dan distolnya 110 mmHg. Pusing dan

lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar

haemoglobin rendah.

Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya

dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan

kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah

rendah.

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2) Makan dengan sedikit berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup.

3) Minum air putih sedikit 3 liter setiap hari.


35

4) Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat besi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin.

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan

kadar-kadar vitamin kepada bayinya.

6) Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

7) Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan

memperlambat proses involusi uterus.

f) Suhu tubuh ibu > 38 °c

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu

sedikit baik antara 37,2 °c - 37,8 °c oleh karena reabsorbsi benda-

benda dalam rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam

reabsorbsi. Hal itu adalah normal.

Menurut Sofian, A (2011), terjadi peningkatan melebihi 38 °c

berturut-turut selama dua hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi

adalah keadaan yang mncakup semua peradangan alat-alat genetalia

dalam masa nifas.

Penanganan umum bila terjadi demam:

1) Istirahat baring

2) Rehidrasi peroral atau infus

3) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu


36

Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas

gejala syok, harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi hal

ini dapat memburuk dengan cepat (Sofian, A, 2011).

Menurut Sofian, A (2011), Pencegahan infeksi nifas sebagai

berikut:

(a) Masa kehamilan

Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi

seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan, serta mengobati

penyakit-penyakit yang di derita ibu. Pemeriksaan dalam jangan di

lakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus

pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan

hati-haati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini

terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.

(b) Masa persalinan

(1) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada

indikasi dengan strerilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah

pecah.

(2) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.

(3) Jagalah strilisasi kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat

harus suci hama.


37

(4) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik

pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-

baiknya dan menjaga sterilitas.

(5) Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan

dengan penderita harus terjaga kesuci hamanya.

(6) Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang

hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah.

(c) Masa nifas

(1) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi,

begitu pula alat-alat dan pakain serta kain yang berhubungan

dengan alat kandungan harus steril.

(2) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam

ruangan khusus, tidak bercanpur dengan ibu sehat.

(3) Tamu yang berkunjung harus dibatasi.

g) Penyulit dalam menyusui

Kelenjar mamae telah dipersiapkan semenjak kehamilan.

Umumnya produksi ASI baru terjadi pada hari kedua atau ketiga pasca

persalian. Pada hari pertama keluar kolostrum. Cairan yang telah

kental labih dari air susu, mengandung banyak protein, albumin,

globulin dan kolostrum. Untuk dapat melancarkan ASI, dilakukan

persiapan sejak awal hamil dengan melakukan massase,


38

menghilangkan kerak pada puting susu sehingga duktusnya tidak

tersumbat (Arif Mansjoer, 2004).

Untuk menghindar puting rata sebaiknya sejak hamil, ibu dapat

menarik-narik puting susu danibu harus tetap menyusui agar puting

susu selalu sering tertarik (Arif Mansjoer, 2004).

Sedangkan untuk menghindari puting lecet yaitu dengan

melakukan tehnik menyusui yang benar, puting harus kering saat

menyusui, puting diberi lanolin monelia di terapi dan menyusui pada

payudara yang tidak lecet. Selain itu puting lecet dapat disebabkan

oleh karena cara menyusui dan perawatan payudara yang tidak benar

dan infeksi monelia, bila lecetnya luas, menyusul 24-48 jam ASI

dikeluarkan dengan tangan atau dipompa (Arif Mansjoer, 2004).

Pengeluaran ASI pun dapat bervariasi seperti tidak keluar sama

sekali (agalaksida), ASI sedikit (aligolaksia), dan terlalu banyak

(poligalaksia) dan pengeluaran berkepanjangan (galaktorial)

(Manuaba, 2005). Beberapa keadaan abnormal pada masa menyusui

yang mungkin terjadi karena:

1) Bendungan ASI

Adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus

laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

sempurna/karena kelainan pada puting susu (Arif Mansjoer, 2004).


39

(a) Penyebab

1) Penyempitan duktus laktiferus

2) Kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna

3) Kelainan pada puting susu

(b) Gejala

1) Timbul pada hari ke tiga sampai hari ke lima

2) Payudara bengkak, keras, tegang, panas dan nyeri

3) Suhu tubuh naik

(c) Penatalaksanaan

1) Susukan payudara sesering mungkin

2) Kedua payudara disusukan

3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan

4) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan

menyusui

5) Kompres dingin payudara pada payudara diantara

menyusui.

6) Bila diperlukan brikan parasetamol 500 mg peroral

2) Mastitis

Adalah suatu peradangan pada payudara biasanya terjadi

pada tiga minggu setelah melahirkan. Penyebab kuman terutama

stapilokokus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui

peredaran darah (Arif Mansjoer, 2004).


40

(a) Tanda dan gejala:

1) Payudara membesar dan keras

2) Payudara nyeri dan bengkak

3) Payudara memerah dan membisul

4) Suhu badan naik dan menggigil (Arif Mansjoer, 2004).

(b) Penatalaksanaan:

1) Beri antibiotik 500 mg/6 jam selama 10 hari

2) Sangga payudara

3) Kompres dingin

4) Susukan bayi sesering mungkin

5) Banyak minum dan istirahat yang cukup

6) Bila terjadi abses lakukan insisi radial (Arif Mansjoer,

2005)

3) Abses payudara

Adalah terdapat masa padat mengeras dibawah kulit yang

kemerahan terjadi karena mastitis yang tidak segera diobati. Gejala

sama dengan mastitis terdapat bisul yang pecah dan mengeluarkan

pus (nanah) (Arif Mansjoer, 2004).

h) Perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues)

Ada kalanya ibu mengalami persaan sedih yang berkaitan

dengan bayinya, keadaan ini disebut dengan baby blues, yang

disebabkan perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga


41

sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan merupakan

respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan, selain itu, juga karena

perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kemudian

(Marmi, 2012).

Secara besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di

tingkat perilaku, emosional, intelektual, social dan psikologis secara

bersama-sama, dengan melibatkan lingkungan, yaitu; suami, keluarga

juga teman-teman. Cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas

dengan post partum blues ada dua cara yaitu;

1) Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik, tujuan dari

komunikasi terapeutik adalah menciptkan hubungan baik antara

bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :

(a) Mendorong pasien mampu meredakkan segala ketegangan

emosi.

(b) Dapat memahami dirinya

(c) Dapat mendukung tindakan konstruktuif

2) Dengan cara peningkatan support mental, beberapa cara yang dapat

dilakukan keluarga adalah :

(a) Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam

mengerjakan pekerjaaan rumah.

(b) Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam

menghadapi kesibukan merawat bayi


42

(c) Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya

dan lebih perhatian terhadap istrinya.

(d) Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang

akan lahir.

(e) Memperbanyak dukungan dari suami.

(f) Suami menggantikan peran istri saat istri kelelahan

(g) Ibu dianjurkan untuk sering sharing keteman-temannya yang

baru saja melahirkan

(h) Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu.

(i) Mengganti suasanadengan bersosialisasi.

i) Depresi masa nifas (post partum)

Depresi postpartum merupakan problem psikis sesudah

melahirkan sepeti labilitsas efek kecemasan dan depresi pada ibu yang

dapat berlangsung berbulan-bulan (Marmi, 2012)

Menurut Marmi (2012), depresi postpartum mempunyai

karakteristik yang spesifik antara lain:

1) Buruk Mimpi

2) Insomnia

3) Phobia

4) Kecemasan

5) Meningkatkan sensitivitas dan perubahan mood


43

C. Kerangka Teori

Tingkat pengetahuan : Macam-macam tanda


bahaya masa nifas
Tahu,memahami,aplikasi, meliptu:
analisis,sintesis,evaluasi
1 Perdarahan
pervaginam
2 Lokhea yang
berbau
Pengetahuan ibu 3 Sub involusi
nifas tentang uteri
tanda bahaya 4 Nyeri perut
masa nifas dan pelvis
5 Pusing dan
lemas yang
berlebihan
Faktor yang 6 Suhu tubuh ibu
mempengaruhi >38°c
pengetahuan yaitu: 7 Payu darah
pendidikan,pekerjaan,u berubah
mur,lingkungan,dan menjadi
sosial budaya merah,panas,b
engkak
8 Baby blues
9 Depresi post
partum

Gambar 2.2 kerangka teori

(Sumber : Marmi (2012), Ambarwati dan Wulandari (2010)


44

D. Kerangka Konsep

baik

Tingkat pengetahuan ibu


nifas tentang tanda-tanda
cukup
bahaya masa nifas

kurang

Faktor-faktor yang
mempengaruhi

1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Lingkungan
5. Sosial budaya

Keterangan;

: Ditelit : Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2. 3 kerangka konsep


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010), penelitian ini menggunakan penelitian

deskriptif kuantitatif. Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran atau deskrpsi suatu keadaan secara objektif.

Penelitian kuantitatif, dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto,

2010). Penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda-

tanda bahaya masa nifas di Puskesmas Borong tahun 2017.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi:

Lokasi penelitian merupakan rencana tentang tempat yang akan

dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat,

2007) penelitian ini akan dilaksanakan di puskesmas Borong Kecamatan

Borong.

2. Waktu:

Waktu penelitian merupakan rencana tentang waktu yang akan

dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat,

2007 Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan januari tahun 2018.

47
48

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Pada

penelitian ini populasinya adalah ibu nifas yang ada di Wilayah Puskesmas

Borong Kecamatan Borong pada bulan Agustus 2017 dengan jumlah 33

orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek

penelitian dan di anggap mewakili populasi (Suyanto dan Umi Salamah,

2009). Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang ada

di wilayah Puskesmas Borong Kecamatan Borong pada bulan Agustus 2017.

3. Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik total sampling. Total

sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian

(Notoadmodjo, 2012).

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sulistyaningsih, 2012). Variabel

penelitian dalam penelitian ini adalah variable tunggal yaitu tingkat pengetahuan

ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di puskesmas Borong kecamatan
49

Borong tahun 2017 (merupakan suatu objek yang akan diteliti dan mempuyai

variasi nilai).

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup

atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoadmojo, 2010).

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Nama Variabel Definisi Alat ukur Kategori Skala


operasional

Tingkat Kemampuan Kuesioner Baik : nilainya ≥ ordinal


pengetahuan ibu Ibu Nifas 76 % - 100 %.
nifas tentang untuk
tanda bahaya menjawab Cukup baik:
masa nifas pertanyaan nilainya berkisar
tentang tanda- antara 56 %-75
tanda bahaya %
masa nifas.
Kurang baik:
nilainya berkisar
antara 40 %-50
%.

(Riwidikdo,
2010)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
50

baik (cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah. Jenis

instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner (Suryono, 2009).

Kuesioner ini disusun dengan menggunakan pertanyaan tertutup, dengan

dua alternatif jawaban yaitu benar dan salah. Pernyataan positif (favorable), jika

menjawab benar diberi nilai 1, dan jika menjawab salah diberi nilai 0, sedangkan

untuk pernyataan negatif (unfavorabel), jika menjawab benar maka diberi nilai 0

dan jika menjawab salah diberi nilai 1. Kuesioner yang akan dibagi kepada

responden akan diuji validitas dan reabilitas terlebih dahulu (Sulistyaningsih,

2011).Kisi–kisi kuesioner pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa

nifas dapat dilihat pada table sbb:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner

Variabel Indikator No.Item No Item Jumlah


favourable unifavourable Item
Gambaran 1 . Pengertian masa nifas 1,12,25 25
pengetahuan 2. Pengertian tanda 15,17
ibu nifas bahaya nifas 3,4,23
tentang tanda- 3.Perdarahan post 5,7
tanda bahaya partum
masa nifas 4.Lochea yang berbau 21
busuk 9,8
5.Sub-involusi uterus 2,6,10,14,18,22
6..Nyeri perut dan pelvis 11,12,19,20,24
7.Pusing dan lemas yang 13
berlebihan 16
8.Suhu tubuh > 38°c
9.Penyulit dalam
menyusui.
10.Baby Blues
11..Depresi masa nifas
51

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengukur

instrumen yang telah di buat, digunakan rumus product moment (Riwidikdo,

2010).

𝑟𝑥𝑦= 𝑁⅀𝑋𝑌−(⅀𝑋)(⅀𝑌)
√{𝑁⅀𝑋2 −(⅀𝑋)2 }{𝑁⅀𝑌2 −(⅀𝑌)2 }

Keterangan:

ry = Korelasi antara variabel X dan Y

N = Jumlah Kuesioner

X = Skor responden untuk tiap item

Y = Total skor tiap responden dari seluruh item

Uji validitas dilakukan pada 20 responden, maka rtabel = 0,444 dengan

tingkat kemaknaan 5 % (Notoatmodjo, 2010). Setelah diperoleh harga r

hitung, selanjutnya untuk dapat diputuskan instrumen valid atau tidak, harga

tersebut dibandingkan dengan harga r tabel. Jika rxy lebih besar dari r tabel

maka dapat disimpulkan instrumen tersebut valid dan dapat dipergunakan

untuk penelitian (Sugiyono, 2008).Uji validitas di lakukan di puskesmas Lebi

kecamatan Borong.
52

2. Uji Reliabilitas

Relibilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data.

Instrumen yang baik tidak akan bersifat tedensius, mengarahkan responden

memilih jawaban- jawaban tertentu (Arikunto, 2010).

Untuk menguji apakah instrumen yang disusun reliabel atau tidak,

maka dilakukan uji reliabilitas menggunakan Rumus Kuder Richadson (KR)

20, Sebagai berikut:

𝐾 𝑉𝑡 − ⅀𝑝𝑞
𝑟11 = ( )( )
𝐾−1 𝑉𝑡

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

K = banyaknya soal

Vt = varians skor total

P = proporsi subjek yang mendapat skor 1

q = proporsi subjek yang mendapat skor 0

Dari perhitungan juga harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi

nilaai r. Angket atau kuesioner dikatakan reliable apabila nilai r total lebih

besar dengan nilai reliabilitas lebih besar dari 0,6 (Ghozali dalam Rinasulis,

2012).
53

H. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Cara pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. (Sugiyono,

2010). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer

diperoleh secara langsung dari sumbernya atau obyek penelitian oleh peneliti

perorangan atau organisasi (Riwidkdo, 2009). Data primer dalam penelitian ini

adalah pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas di puskesmas

Borong kecamatan Borong tahun 2017, yang didapat dari pengisian kuesioner

yang diisi ibu nifas tersebut.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang di dapat tidak secara langsung dari

obyek penelitian (Pimidikdo, 2009). Data sekunder diperoleh dari tempat lain

dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Dalam penelitian ini yang termasuk

data sekunder adalah jumlah ibu nifas di Puskesmas Borong yang di peroleh

dari data rekam medis.

I. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya

adalah pengolahan data. Proses data menurut Arikunto (2010), adalah:


54

a. Editing

Data editing adalah kegiatan memeriksa data, kelengkapan, kebenaran

pengisian data, keseragaman ukuran, keterbacaan tulisan dan konsistensi

data berdasarkan tujuan penelitian.

b. Coding

Coding adalah pemberian kode pada data yang berskala nominal

dan ordinal. Kodenya berbentuk angka/numerik/nomor bukan simbol

karena hanya angka yang dapat diolah secara statistik dengan bantuan

program komputer. Data berskala interval dan ratio tidak perlu dikoding

karena sudah dalam bentuk angka. Pengkodean yang akan diberikan

adalah sebagai berikut: Kategori tingkat pengetahuan

1) Pernyataan Positif :

Benar: kode 1

Salah: kode 0

2) Pernyataan Negatif

Benar: kode 0

Salah: kode 1

c. Entry

Data entry adalah memasukan data yang telah dikoding ke dalam

program computer.
55

d. Cleaning

Data cleaning adalah proses pembersihan data sebelum diolah

secara statistik, mencakup pemeriksaan konsistensi dan perawatan

responden yang ulang serta consistency checks yaitu mengidentifikasi data

yang keluar dari range, tidak konsisten secara logis atau punya nilai

extreme.

2. Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2010), Analisis data yang digunakan dalam

penelitian adalah analisis univariat. Analisis univariat bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik untuk tingkat pengetahuan ibu

nifas. Penguji data dalam penelitian ini akan menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝑓
× 100%
𝑁

Keterangan:

f : Frekuensi

N : Jumlah Responden

Menurut Arikunto (2008) untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu

dapat di bagi menjadi tiga kategori, yaitu:

a) 76 % - 100 % jawaban benar : baik

b) 56 % - 75 % jawaban benar : cukup baik

c) < 56 % jawaban benar : kurang


56

J. Etika Penelitian

Menurut Sulistianingsih (2011), beberapa etika penelitian yang harus

diperhatikan antara lain:

1. Informent consent (surat persetujuan)

Surat persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti.

Jika subyek bersedia menjadi responden, maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan menjadi responden dan sebaliknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Salah satu cara untuk menjamin kerahasiaan responden adalah tidak

mencantumkan nama responden dalam penyajian hasil penelitian, nama

responden diganti dengan pemberian nomor kode responden.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti dan hanya

kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati E.R dan Wulandari D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta:


Nuha Medika

Arikunto, S.2013. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta.

BKKBN, 2014. Data diambil dari menteri kesehatan RI 2012. Diakses melalui
http://www.google.co.id/search?

Depkes Ri. 2007. Data diambil dari profil kesehatan Indonesia 2010. Diakses
melalui http://www.google.co.id/search?

Evi A, 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Masa
NifasDi BPJS Siti Muwarni Batuwarno Wonogori. Karya Tulis Ilmiah

Hidayat, A, A. 2013. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.Jakarta:


Salemba Medika

Profil Kesehatan NTT, 2015. Angka Kematian Ibu dan Anak. Kupang. Dinas
Kesehatan Propinsi NTT.

Profil Dinkes Manggarai Timur. 2016. Angka Kematian Ibu dan Anak. Borong.
Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur.

Profil KIA Puskesmas Borong. 2016. Angka Kematian Ibu dan Anak. Borong.
Puskesmas Borong.

Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Hidayat, A, A. 2013. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta:


Salemba Medika

57
KUESIONER GAMBARAN TINGKATPENGETAHUAN IBU NIFAS

TENTANG TANDA BAHAYA MASA NIFAS

I. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Pendidikkan :

SD

SMP

SMU/ SEDERAJAT

PT

Pekerjaan :

Petani

PNS

TNI / POLRI

Wiraswasta

Ibu rumah tangga / tidak bekerja

Alamat :
II. Pernyataan

Petunjuk berilah tanda centang ( √ ) pada pilihan jawaban yang

anda pilih untuk pertanyaan berikut.

Petunjuk : B = Benar

S = Salah

No Pernyataan Benar Salah

1 masa nifas adalah masa setelah persalinan

2 Melakukan perawatan luka robek didaerah kemaluan


ibu saat melahirkan berguna untuk mencegah
terjadinya infeksi
3 Salah satu penyebab terjadinya perdarahan post
partum (nifas) adalah robekan jalan lahir

4 Ibu yang mengalami perdarahan setelah melahirkan


lebih dari 500 ml bukan termasuk tanda dan bahaya
masa nifas
5 Cairan yang keluar dari kelamin wanita setelah
persalinan ( melahirkan ) yang normal adalah cairan
yang berbau busuk
6 Ibu nifas seharusnya mengganti pembalutnya 2 kali
dalam 1 hari.
7 Cairan yang berbau busuk akibat masih
tertinggalnya sisa plasenta dalam rahim
8 Ibu nifas sebaiknya mengkonsumsi makan yang
mengandung gizi

9 Pusing disertai pandangan kabur dan lemah


merupakan hal biasa saat nifas
10 Penanganan untuk tubuh panas pada masa nifas
(setelah persalinan ) yaitu dikompres dan minum
obat penurunan panas
11 Penanganan dari masalah bendungan ASI yaitu
memberikan ASInya sesering mungkin kepada
bayinya
12 Salah satu contoh penyulit dalam menyusui adalah
ASI keluar lancar
13 Perasaan sedih yang dialami ibu nifas yang
berkaitan dengan bayi bukan merupakan tanda
bahaya masa nifas
14 Demam saat nifas disebabkan karena infeksi

15 Tanda bahaya masa nifas merupakan tanda yang


normal selama nifas
16 Kelelahan , mudah marah , kesedihan , merasa
mendengar suara orang yang sesunggunya tidak ada
merupakan cirri – cirri ibu nifas dengan depresi post
partum
17 Salah satu tanda bahaya masa nifas adalah ibu
mengalami mual pada pagi hari
18 Efek samping jika ibu tidak melakukan perawatan
dengan baik yaitu akan terjadi infeksi
19 Perawatan payudara berguna untuk memperlancar
keluarnya ASI
20 Perawatan payudara dilakukan pada waktu
kehamilan saja.
21 Nyeri perut yang berlebihan setelah melahirkan
bukan termasuk tanda bahaya nifas
22 Mencegah terjadinya infeksi merupakan tujuan dari
perawatan luka setelah persalinan
23 Salah satu factor penyebab terjadinya perdarahan
adalah jarak persalinan lebih dari dua tahun
24 Untuk menghindari lecet pada putting susu yaitu
dengan melakukan teknik menyusui yang benar

25 Masa nifas berlangsung selama 12 bulan


KUNCI JAWABAN

NO BENAR SALAH
1 B
2 B
3 B
4 S
5 S
6 B
7 B
8 B
9 S
10 B
11 B
12 S
13 S
14 B
15 S
16 B
17 S
18 B
19 B
20 S
21 S
22 B
23 S
24 B
25 S
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth……………………..
Di Tempat

Dengan hormat,

Yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : Edeltrudis Pasofisalin Deho
Program Studi : D III Kebidanan, Stikes Santu Paulus, Ruteng

Dengan ini memohon kesediaan ibu untuk berkenan menjadi responden


dalam penelitian saya yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Tanda-Tanda Bahaya Nifas Di Puskesmas Borong Tahun 2017”. Untuk itu
peneliti mengharapkan dengan hormat kepada ibu-ibu untuk meluangkan waktu,
untuk mengisi kuisioner pengumpulan data dalam penelitian saya di Puskesmas
Borong.
Demikian surat permohonan ini dibuat, atas kesediaan ibu saya ucapkan
limpah terima kasih.

Peneliti

(Edeltrudis P. Deho)
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tanggan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjan :

Alamat :

Setelah mendengarkan penjelasan yang diberikan, dengan ini saya

menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian berjudul “Gambaran

Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya Nifas Di Puskesmas Borong

Tahun 2017” tanpa ada unsur paksaan dari siapa pun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sadar tanpa paksaan.

Borong,…………….2018

Responden

(…………………..)

Anda mungkin juga menyukai