Anda di halaman 1dari 132

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA MASA KEHAMILAN,

PERSALINAN, NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR PADA NY.Y G3P2A₀


DI PMB Ny.W DESA PAKUON KECAMATAN SUKARESMI
KABUPATEN CIANJUR
TAHUN 2021

STUDI KASUS

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas akhir

Disusun Oleh:

ANITA SITI NURFALAH

A.13.18.0035

AKADEMI KEBIDANAN CIANJUR

CIANJUR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

studi kasus ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Nabi besar Muhammad SAW dan para sahabat-Nya hingga akhir jaman.

Studi kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan Program Studi D III Kebidanan di Akademi Kebidanan

Cianjur. Studi kasus yang penulis ajukan ini berjudul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Masa Kehamilan, Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru

Lahir Pada Ny.Y G3P2A₀ Di PMB Ny.W Desa Pakuon Kecamatan Kecamatan

Sukaresmi Kabupaten Cianjur Tahun 2021”.

Dalam penyusunan studi kasus ini penulis mengalami banyak masalah

dan hambatan, akan tetapi masalah dan hambatan tersebut dapat penulis hadapi

dengan baik berkat adanya dorongan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar besarnya kepada :

1. Drs. H.U Suryana, MM., MHA selaku ketua Yayasan Priangan Cianjur, yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan studi

kasus yang menjadi salah satu syarat menempuh ujian akhir program studi

diploma III Kebidanan.

2. Sofa Abdillah, SST.M.Keb selaku Direktur Akademi Kebidanan Cianjur, yang

telah memberikan motivasi dan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan bimbingan asuhan komprehensif sebagai salah satu syarat

menempuh ujian akhir program studi diploma III Kebidanan.

i
3. Ai Ana Rodiana, SST.,M.Keb selaku pembimbing yang telah membimbing

penulis dengan kesabarannya yang telah memberikan masukan, arahan,

bimbingan dan motivasi yang sangat berharga bagi penulis dalam studi

kasus ini.

4. Ai Ana Rodiana, SST.,M.Keb selaku penguji dalam studi kasus ini yang telah

memberikan waktunya untuk memberikan arahan dan sasaran kepada

penulis.

5. Bidan Windy Windianti, Am.keb selaku pembimbing lapangan selama PKK II

dan PKK III dengan ketulusannya telah memberikan bimbingan, motivasi dan

arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Ny. Y dan keluarga yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan tugas

studi kasus ini.

7. Seluruh dosen dan staf D III Akademi kebidanan Cianjur yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis

8. Ayahanda Iskandar dan Ibunda Yati Nurhayati tercinta serta kaka satu-

satunya yang tersayang Anisa Nurhasanah, SST terimakasih atas motivasi

dan doanya dalam setiap langkah dan perjuangan yang selalu memberikan

dorongan semangat lahir dan batin kepada penulis, serta menjadikan penulis

bisa berdiri tegar hingga saat ini.

9. Bripda Muhamad Andi Arief tersayang yang telah menjadi motivasi dan

selalu memberikan doa, dukungan, serta semangatnya.

10. Teman-teman terdekat tersayang Eva Poernama, Chindy Apriani, Cahya

Gina Amalia, Delia Siti Fatimah, Ajeng Novitasari, Halvi Hermawan yang

telah memberikan dukungan semangat dan informasi dalam penyusunan

studi kasus ini.

ii
11. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan XII Akademi Kebidanan

Cianjur yang telah memberikan dukungan dan bantuannya.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan studi kasus ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan

dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa studi kasus ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan

saran yang dapat membantu perbaikan studi kasus ini.

Penulis berharap studi kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Cianjur,

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 7

1. Tujuan Umum 7

2. Tujuan Khusus 7

C. Manfaat Penelitian 8

1. Institusi Akademi Kebidanan Cianjur 8

2. Instansi Kesehatan (Puskesmas) 8

3. Ibu/Klien 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan 9

1. Definisi Kehamilan 9

2. Proses Kehamilan 10

3. Diagnosa Kehamilan 15

4. Perubahan Anatomi Dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan 20

5. Perubahan Dan Adaptasi Psikologis Kehamilan 25

6. Asuhan Antenatal Care 27

B. Asuhan Kebidanan Persalinan 39

1. Definisi Persalinan 39

iv
2. Jenis Persalinan 39

3. Sebab Terjadinya Persalinan 41

4. Tanda-Tanda Persalinan 43

5. Proses Persalinan 45

6. Asuhan Persalinan Normal 61

C. Asuhan Kebidanan Nifas 72

1. Definisi Masa Nifas 72

2. Proses Masa Nifas 73

3. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas 74

4. Tahapan Masa Nifas 77

5. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas 78

6. Kebutuhan Pada Masa Nifas 79

7. Penyulit dan Komplikasi Pada Masa Nifas 83

8. Keluarga Berencana 84

D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 91

1. Definisi Bayi Baru Lahir 91

2. Penanganan Bayi Baru Lahir 92

3. Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir 98

4. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir 102

5. Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir 103

6. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 105

7. Imunisasi 106

E. Pendokumentasian 108

1. Pengertian Dokumentasi 108

2. Tujuan Dan Fungsi Dokumentasi 109

3. Prinsip Dokumentasi Kebidanan 110

v
4. Teknik Dokumentasi 110

5. Manajemen Kebidanan 111

BAB III TINJAUAN KASUS 114

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan 105

1. Kunjungan Pertama 105

2. Kunjungan Ulang 125

B. Asuhan Kebidanan Persalinan 132

1. Asuhan Kala I Fase Aktif 132

2. Asuhan Kala II140

3. Asuhan Kala III 145

4. Asuhan Kala IV 149

C. Asuhan Kebidanan Nifas 154

1. Asuhan Nifas 6 Jam 154

2. Asuhan Nifas 6 Hari 160

3. Asuhan Nifas 2 Minggu 167

4. Asuhan Nifas 6 Minggu 174

D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 180

1. Asuhan Bayi Baru Lahir 6 Jam 180

2. Asuhan Bayi Baru Lahir 6 Hari 189

3. Asuhan Bayi Baru Lahir 2 Minggu 193

4. Asuhan Bayi Baru Lahir 6 Minggu 197

BAB IV IDENTIFIKASI DAN PEMBAHASAN MASALAH 200

A. Identifikasi Masalah 200

B. Pembahasan Masalah 202

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 222

A. Simpulan 222

vi
B. Saran 223

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Garis Besar Informasi Setiap Kali Kunjungan....................... 28

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri Normal…………………………………… 31

Tabel 2.3 Jadwal Imunisasi TT…………………………………………….32

Tabel 2.4 Kebutuhan makanan sehari-hari ibu tidak hamil & ibu hamil.36

Tabel 2.5 Pemantauan Kemajuan Persalinan…………………………....47

Tabel 2.6 Perbedaan His Pendahuluan Dan His Persalinan…………...53

Tabel 2.7 Perhitungan Nilai APGAR……………………………….…......94

Tabel 2.8 Jadwal Imunisasi…………………….…..................................107

Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.............. 115

Tabel 3.2 Pola sehari-hari………………………………………………….116

Tabel 3.3 Observasi kala I fase aktif….…………………………………..139

Tabel 3.4 Pemantauan kala IV persalinan………………………………..153

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jadwal Imunisasi……………………...................................... 106

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Persetujuan Ujian Komprehensif

Lampiran 2 : Partograf

Lampiran 3 : Daftar Tilik

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi

Lampiran 5 : Lembar Informed Consent

Lampiran 6 : Surat Rekomendasi

Lampiran 7 : Lembar Referensi

Lampiran 8 : Daftar Riwayat Hidup

x
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

AKB : Angka Kematian Bayi

AKI : Angka Kematian Ibu

ANC : Antenatal Care

APGAR : Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration

ASI : Air Susu Ibu

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BMI : Body Mass Index

BMR : Basal Metabolisme Rate

CCT : Conditional Cash Transfer

Hb : Hemoglobin darah

HBV : Hepatitis B

HCG : Human Chorionic Gonadotropin

HIV : Human Immunodeficiency Virus

HPL : Human Placenta Lactogen

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia

I.V : Intra Vena

I.M : Intra Muscular

IMS : Infeksi Menular Seksial

IMD : Inisiasi Menyusu Dini

IMT : Indeks Massa Tubuh

xi
JVP : Jugular venous pressure

KB : Keluarga Berencana

Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

KH : Kelahiran hidup

LBK : letak belakang kepala

LH : Luteinizing hormone

MAL : Metode Amenore Laktasi

PAP : Pintu Panggul Atas

PD3I : Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

PKH : Program Keluarga Harapan

PERMENKES : Peraturan Menteri Kesehatan

Permensos : Peraturan Menteri Sosial

PTT : Peregangan Tali pusat Terkendali

RDS : Respiratory distress syndrome

SC : Sectio Caesaria

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

SDGs : Sustainable Development Goals

SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional

SPM :Standar Pelayanan Minimal

TBBJ : Taksiran Berat Badan Janin

TFU : Tinggi Fundus Uteri

TT : Toksoid tetanus

UUK : Ubun-ubun kecil

USG : Ultrasonografi

VT : Vagina toucher

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mortalitas dan Morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah

masalah besar di Negara berkembang. Negara miskin sekitar 25 - 50%

kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan

kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama

mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya (Praworohardjo,

2010).

Menurut definisi World Health Organization (WHO) kematian ibu

adalah kematian seorang wanita hamil atau dalam 42 hari sesudah

berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan

dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Definisi Angka

Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu yang disebabkan oleh

proses produktif per 100.000 kelahiran hidup dan definisi Angka Kematian

Bayi (AKB) adalah angka yang menunjukan banyaknya kematian bayi

berusia dibawah satu tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup (Prawirohardjo,

2010).

Data World Health Organization (WHO) menyatakan secara global

sekitar 810 wanita meninggal setiap hari di tahun 2017, karena komplikasi

selama kehamilan dan persalinan. Sebanyak 94 persen kematian ibu akibat

masalah kehamilan, persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara

berkembang. Angka kematian ibu di negara berkembang sangat tinggi yaitu

462/100.000 kelahiran hidup dibandingkan angka kematian ibu di negara

1
2

maju yaitu hanya 11/100.000 kelahiran hidup. (Key facts. Maternal mortality,

¶ 1, https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality,

diunduh tanggal 14 April 2021).

Selain angka kematian ibu, angka kematian anak di dunia juga

masih tinggi setiap harinya. Pada tahun 2016, 15.000 anak meninggal

sebelum mereka berumur 4 tahun. Anak - anak menghadapi resiko kematian

tertinggi pada bulan pertama kelahiran, dengan 2,6 juta bayi meninggal pada

tahun 2016 mayoritas kematian ini terjadi pada minggu pertama kelahiran.

(World Health Statistics, 2018)

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 305 per 100.000 kelahiran

hidup dengan jumlah kasus sebesar 14.623 kasus. Sedangkan untuk Angka

Kematian Bayi (AKB) mencapai 24 per 1.000 kelahiran hidup dengan jumlah

kasus sebesar 151.200 kasus. Dari target SDGs sebesar 12/1000 kelahiran

hidup di tahun 2030. Hal ini menunjukan status kesehatan ibu di Indonesia

masih dibawah harapan, dimana target SDGs yaitu tahun 2030 sebesar 70

per 100.000 kelahiran hidup (KH). (Profil Kesehatan Indonesia, 2018).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2019.

Jumlah kematian ibu sebanyak 684 kasus atau 74,19 per 100.000 KH,

menurun 16 kasus dibandingkan tahun 2018 yaitu 700 kasus. Adapun 10

Kabupaten/Kota dengan kematian ibu tertinggi, yaitu : Kabupaten Bogor,

Kabupaten Karawang, Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung Barat,

Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Bandung, Kota

Depok, Kabupaten Cirebon dan Kota Bandung. Kematian ibu sebanyak 684
3

orang terjadi pada ibu hamil sebanyak 18,7%, ibu bersalin sebanyak

22,95%, kelompok umur >35 tahun sebesar 31,72%. Sedangkan untuk

Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Barat di dapat dari jumlah

kematian bayi dibagi jumlah kelahiran hidup, dikali 1000 KH. Kematian bayi

tahun 2019 yaitu 3,28/1000 KH, menurun dibandingkan tahun 2018. 10

Kabupaten/Kota dengan kematian bayi tertinggi yaitu : Kabupaten Garut,

Kabupaten Indramayu, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi,

Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung Barat,

Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cirebon dan Kota Bandung. (Dinkes

Jabar, 2019).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

Kabupaten Cianjur Tahun 2020 mengalami sedikit peningkatan. Menurut

data terbaru dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Tahun 2020 jumlah

Angka kematian Ibu (AKI) menjadi 33 kasus. Sedangkan untuk Angka

Kematian Bayi (AKB) menjadi 173 kasus. Sedangkan Angka Kematian Ibu

(AKI) diwilayah Puskesmas Sukaresmi Tahun 2020 berdasarkan data dari

Dinkes Cianjur adalah 1/100 KH dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah

5/100 KH. (Dinkes Cianjur, 2020).

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan banyak

faktor, diantaranya kualitas perilaku ibu hamil yang tidak memanfaatkan ANC

(Antenatal Care) pada pelayanan kesehatan. Disamping faktor geografis

maupun ekonomi, pengetahuan ibu yang minim berkaitan dengan

kehamilannya menjadi masalah tersendiri bagi para tenaga medis dalam

memberikan pelayanan yang menjadi kurang sempurna. Rendahnya

kunjungan pada ANC dapat meningkatkan komplikasi maternal dan neonatal


4

serta kematian ibu dan anak karena adanya kehamilan beresiko tinggi yang

tidak segera ditangani (Wulandari, 2016).

Menurut (Prawirohardjo, 2018) Faktor penyebab AKI dibagi menjadi

dua yaitu kematian langsung dan tidak langsung. kematian ibu langsung

adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas seperti : perdarahan,

preeklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet, abortus dan segala

intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian

ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau

penyakit yang timbul sewaktu kehamilan serta beberapa faktor seperti 4

TERLALU (Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu sering melahirkan, Terlalu

dekat jarak kelahiran) dan 3 TERLAMBAT (Terlambat mengambil keputusan,

Terlambat mencapai fasilitas kesehatan, Terlambat dalam penanganan

kegawatdaruratan).

Dampak yang mungkin timbul jika tidak dilakukan asuhan kebidanan

secara berkesinambungan akan mengakibatkan tidak terdeteksinya

komplikasi secara dini, sehingga bisa berlanjut pada keterlambatan

penanganan terhadap komplikasi tersebut. Sehingga menyebabkan

morbiditas dan mortalitas tinggi. Komplikasi yang dapat timbul pada

kehamilan diantaranya adalah anemia dalam kehamilan, hipertensi dalam

kehamilan, perdarahan, abortus, pre-eklampsi, janin meninggal dalam rahim,

adanya penyakit yang tidak diketahui, dan lain-lain (Syaifuddin, 2014).

Upaya lain yang komprehensif untuk memperbaiki status kesehatan

ibu dan anak adalah dengan dilaksanakannya conditional cash transfer

(CCT) atau Program Bantuan Tunai Bersyarat dengan sasaran keluarga

miskin dan rentan melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Sebagai


5

sebuah program bantuan sosial bersyarat, PKH membuka akses keluarga

miskin terutama ibu hamil dan anak untuk memanfaatkan berbagai fasilitas

layanan kesehatan (faskes) dan fasilitas layanan pendidikan (fasdik).

Kewajiban KPM PKH di bidang kesehatan meliputi pemeriksaan kandungan

bagi ibu hamil, pemberian asupan gizi dan imunisasi serta timbang badan

anak balita dan anak prasekolah. Sedangkan kewajiban di bidang

pendidikan adalah mendaftarkan dan memastikan kehadiran anggota

keluarga PKH ke satuan pendidikan sesuai jenjang sekolah dasar dan

menengah (Permensos Nomor 1 Tahun 2018).

Upaya yang dilakukan bidan untuk mendukung percepatan

penurunan AKI dan AKB yaitu melakukan tugas dan kewenangan sesuai

dengan PERMENKES/28/Menkes/PER/X/2017 yang menjelaskan tentang

izin penyelenggaraan dan praktik bidan. Dalam peraturan ini dijelaskan

bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan

pelayanan meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak,

dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

dalam keadaan fisiologis serta kegawatdaruratan dilanjutkan dengan

tindakan rujukan (Kemenkes RI, 2017).

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang profesional harus memberikan

pelayanan sesuai dengan standar asuhan kebidanan. Standar asuhan

kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan

yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup

praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan sesuai aturan dalam

Undang Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan. (Profil Bidan).


6

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berusaha untuk berperan

menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan cara salah satunya yaitu

memperdalam ilmu kebidanan dengan memberikan asuhan kebidanan

secara berkesinambungan (Continuty Of Care) dengan harapan asuhan

kebidanan yang dilakukan mampu menekan terjadinya penyulit dan

komplikasi yang dapat terjadi baik pada kehamilan, persalinan, nifas,

neonatus dan KB. Pelayanan yang diberikan tentunya sesuai dengan

standar dan kode etik kebidanan yang terintegritas dengan melakukan studi

kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan,

Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir pada Ny. Y di PMB Ny.W Desa

Pakuon Kesamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur Tahun 2021”.

2. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif

Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir pada Ny. Y di PMB

Ny.W Desa Pakuon Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur Tahun

2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan analisa data asuhan kebidanan pada masa

kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny.Y di PMB

Ny.W Desa Pakuon Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur Tahun

2021.

b. Mampu menyusun rencana asuhan, penatalaksanaan rencana

asuhan dan evaluasi penatalaksanaan asuhan kebidanan pada masa

kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny.Y di PMB
7

Ny.W Desa Pakuon Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur Tahun

2021.

c. Mampu melakukan asuhan kebidanan dengan management Varney

dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP pada masa kehamilan,

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny. Y di PMB Ny.W Desa

Pakuon Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur Tahun 2021.

3. Manfaat Asuhan

1. Institusi Akademi Kebidanan Cianjur

Diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan Akademi

Kebidanan Cianjur sebagai bahan referensi Akademi Kebidanan Cianjur.

2. Instansi Kesehatan (PMB Bidan W)

Hasil pengkajian asuhan komprehensif ini diharapkan dapat

memberikan informasi bagi Praktek Mandiri Bidan terutama dalam

menyusun perencanaan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu

hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.

3. Ibu/Klien

Diharapkan ibu mendapatkan pelayanan yang nyaman dan aman,

sehingga ibu mau mempercayakan tenaga profesional untuk

membantunya mendapatkan pertolongan medis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di

definisikan sebagai fertilisasi atau penyautan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester

kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu

(minggu ke - 13 hingga ke - 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu

ke - 28 hingga ke – 40). (Prawirohardjo, 2010).

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu

serta perubahan sosial didalam keluarga. Pada umumnya kehamilan itu

berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat

cukup bulan, melalui jalan lahir namun kadang - kadang tidak sesuai

dengan yang diharapkan (Prawirohardjo, 2016).

2. Proses Kehamilan

a. Pembuahan

Pembuahan (fertilisasi) adalah suatu peristiwa penyatuan

antara ovum (sel telur) dengan spermatozoa (sperma) di tuba fallopi,

umumnya terjadi di ampula tuba pada hari ke sebelas sampai empat

belas dalam siklus menstruasi. Fertilisasi meliputi penetrasi

8
9

spermatozoa kedalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri

dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah

mengalami proses kapitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan

masuk ke vitelus ovum.

Zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat

dilalui sperma lain. Proses ini diikuti oleh penyatuan ke dua pronuklei

yang disebut zigot, yang terdiri atas acuan genetik dari wanita dan

pria. Pembuahan mungkin akan menghasilkan XX zigot menurunkan

bayi perempuan dan XY zigot menurunkan bayi laki-laki.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah

pembelahan zigot selama tiga hari sampai stadium morula. Hasil

konsepsi tetap digerakkan kearah rongga rahim oleh arus dan

getaran rambut getar (silia) serta kontraksi tuba. Hasil konsepsi tuba

dalam kavum uteri pada tingkat blastula (Walyani, 2015).

b. Nidasi

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke

dalam endometrium. Umunya nidasi terjadi pada depan atau

belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri. Pada hari keempat hasil

konsepsi mencapai stadium blastula yang disebut blastokista, suatu

bentuk yang bagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya

disebut inner cell mass. Massa inner cell berkembang menjadi janin

dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta.

Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai

yang disebut trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan

kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi


10

hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran

darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak

tropoblas terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin

(HCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium

akan menerima (resesif) dalam proses implantasi embrio (Walyani,

2015).

c. Plasentasi

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis

plasenta. Setelah nidasi embrio kedalam endometrium, plasenta

dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu

setelah fertilisasi. Sirkulasi embrio-plasenta-ibu terbentuk pada hari

ke-7 saat jantung embrio mulai berdenyut. Pada akhir minggu ketiga,

darah embrio bersirkulasi di antara embrio dan vili korion. Darah

embrio mengalir melaui dua arteri umbilikalis, lalu ke kapiler-kapiler

vili, dan akhirnya kembali melalui sebuah vena umbilikalis menuju ke

embrio. Plasenta memiliki lima fungsi utama yaitu respirasi, nutrisi,

ekskresi, proteksi, prodks hormon (Walyani, 2015).

d. Pertumbuhan Dan Perkembangan Hasil Konsepsi

Menurut ringkasan Walyani, 2015. Pertumbuhan dan

perkembangan hasil konsepsi diantaranya yaitu :

1) Minggu ke-0

Sperma membuahi ovum, membelah, masuk di uterus dan

menempel pada hari ke-11


11

2) Minggu ke-4

Dari diskus embrionik, bagian tubuh pertama muncul yang

kemudian akan menjadi tulang belakang, otak dan saraf tulang

belakang. Jantung, sirkulasi darah dan saluran pencernaan

terbentuk. Jari-jari telah terbentuk, namun masih tergenggam.

Panjang janin kira-kira 7,5-10 mm.

3) Minggu ke-8

Perkembangan cepat. Ukuran janin kira-kira 2,5 cm.

Jantung mulai memompa darah. Anggota badan terbentuk

dengan baik. Perut muka dan bagian utama otak dapat dilihat.

Telinga terbentuk dari lipatan kulit tulang dan otot yang kecil

terbentuk dibawah kulit.

4) Minggu ke-12

Embrio menjadi janin. Denyut jantung dapat terlihat

dengan ultrasound. Diperkirakan lebih berbentuk manusia karena

tubuh berkembang. Panjang janin 7-9 cm. Ginjal memproduksi

urine, gerakan pertama dimulai selama minggu ke 12 dan jenis

kelamin dapat diketahui.

5) Minggu ke-16

Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo

(rambut janin). Sistem muskuloskeletal sudah matang. Sistem

syaraf mulai melaksanakan kontrol. Pembuluh darah berkembang

dengan cepat. Tangan janin dapat menggenggam. Kaki

menendang dengan aktif. Semua organ mulai matang dan

tumbuh. Berat janin sekitar 200 gram dan panjangnya sekitar 15


12

cm. Denyut jantung janin dapat didengar dengan doppler.

Pankreas memproduksi insulin.

6) Minggu ke-20

Sidik jari terbentuk. Verniks melindungi tubuh. Lanugo

menutupi tubuh dan menjaga minyak dari kulit. Alis, bulu mata

dan rambut terbentuk. Janin mengembangkan jadwal yang teratur

untuk tidur, menelan dan menendang.

7) Minggu ke-24

Kerangka berkembang dengan cepat karena sel

pembentukan tulang meningkatkan aktifitasnya. Perkembangan

pernafasan dimulai. Berat janin 700-800 gram dan panjang sekitar

30-32 cm.

8) Minggu ke-28

Janin dapat bernafas, menelan dan mengatur suhu.

Surfactant terbentuk di dalam paru-paru. Mata mulai membuka

dan menutup. Ukuran janin 2/3 ukuran pada saat lahir. Kira-kira

panjang janin 35 cm dan berat janin sekitar 1.000 gram.

9) Minggu ke-32

Bila bayi dilahirkan kemungkinan hidup 50-70%.

Simpanan lemak coklat berkembang dibawah kulit untuk

persiapan pemisahan bayi setelah lahir. Ukuran bayi sekitar 38-43

cm. Mulai menyimpan zat besi, kalsium, dan fosfor.

10) Minggu ke 36

Kulit menjadi halus tanpa kerutan, tubuh menjadi lebih

bulat lengan dan tungkai tampak montok. Pada janin laki-laki


13

biasanya testis sudah turun ke skrotum. Berat janin sekitar 1.500-

2.500 gram. Lanugo mulai berkurang, saat 35 minggu paru telah

matur, janin akan dapat hidup tanpa kesulitan

11) Minggu ke 38– 40

Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa

bergerak atau berputar banyak. Air ketuban mulai berkurang,

tetapi masih dalam batas normal. Antibodi ibu ditransfer ke bayi.

Hal ini akan memberikan kekebalan untuk enam bulan pertama

sampai system kekebalan bayi bekerja sendiri.

Panjang janin sekitar 50-55 cm. Janin kini bulat sempurna

dengan dada dan kelenjar payudara menonjol pada kedua janis

kelamin, kedua testis telah masuk ke dalam skrotum pada akhir

bulan ini, kuku-kuku mulai mengeras. Warna kulit bervariasi mulai

dari putih, hingga merah muda hingga merah muda kebiruan

tanpa menghiraukan ras.

3. Diagnosa Kehamilan

Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan

melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan

(Yulizawati, 2017).

a. Tanda-tanda dugaan hamil (presumtif)

1) Amenorea (terlambat datang bulan)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi

tidak terjadi. Lamanya Amenore dapat diinformasikan dengan

memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan


14

untuk memperkirakan usia kehamilan dan tafsiran persalinan.

Tetapi, amenorrhea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik

tertentu, tumor pituitari, perubahan dan faktor lingkungan,

malnutrisi dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan

akan kehamilan.

2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

Pengaruh ekstrogen dan progesteron terjadi pengeluaran

asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah

yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning

sicknes. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila

terlampaui sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang

disebut dengan hiperemesis gravidarum.

3) Ngidam (menginginkan makanan khusus)

Wanita hamil sering menginginkan makanan khusus,

keinginan yang demikian disebut dengan ngidam. Ngidam sering

terjadi pada bulan-bulanan pertama kehamilan dan akan

menghilang dengan sendirinya atau dengan tuanya kehamilan.

4) Pingsan (syncope)

Jika berada pada tempat yang ramai dan biasanya akan

hilang setelah 16 minggu. Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah

kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan

menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi pada ibu

hamil.
15

5) Kelelahan (fatigue)

Jika pada trimester pertama sering terjadi kelelahan akibat

dari penurunan kecepatan basal metabolisme (basal metabolisme

rate-BMR) pada kehamilan yang akan meningkat seiring

pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil

konsepsi.

6) Payudara tegang

Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada

payudara, sedangkan progesterone menstimulasi perkembangan

sistem alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-

hormon ini menimbulkan pembesaran pada payudara.

7) Sering miksi

Karena adanya desakan rahim kedepan menyebabkan

kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi

miksi yang sering, terjadi pada triwulan pertama akibat desakan

uterus ke kandung kemih.

8) Konstipasi atau obstipasi

Karena pengaruh dari hormone progesteron dapat

menghambat tonus otot menurun sehingga kesulitan untuk BAB.

9) Pigmentasi kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12

minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta

yang merangsang melanofor dan kulit.

Pigmentasi ini meliputi tempat tempat berikut ini :


16

a) Sekitar pipi: clolasma gravidarum (penghitaman pada daerah

dahi, hidung, pipi, dan leher). Sekitar leher tampak lebih

hitam.

b) Dinding perut: strie lividae/gravidarum (terdapat pada seorang

primigravida, warnanya membiru), strie nigra, linea alba

menjadi lebih hitam (linea grisae/nigra).

c) Sekitar payudara: hiperpigmentasi aerola mamae sehingga

terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda

pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit

putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada

wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar montgomeri menonjol

dan pembuluh darah menifes sekitar payudara.

d) Sekitar pantat dan paha atas: terdapat striae akibat

pembesaran bagian tersebut.

10) Epulis

Epulis sering terjadi di triwulan pertama pada hipertropi

papila ginggivae/gusi.

11) Varises

Varises terjadi karena adanya pengaruh estrogen dan

progesteron. Terjadi pada sekitar genitalia eksterna, kaki dan

betis,serta payudara.

b. Tanda-tanda kemungkinan hamil (Probability sign)

Tanda kemungkinan adalah perubahan perubahan fisiologis

yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan

fisik kepada wanita hamil. Tanda kemungkinan ini diantaranya yaitu:


17

1) Pembesaran perut

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada

bulan keempat kehamilan.

2) Tanda hegar

Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus

uteri.

3) Tanda goodel

Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil

serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil

melunak seperi bibir.

4) Tanda chadwick

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan

mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.

5) Tanda piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi

karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu

sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.

6) Kontraksi braxton hicks

Merupakan peregangan sel sel otot uterus, akibat

meningkatnya actomysin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak

bermitrik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan

delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan

abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus


18

meningkat frekuensinya, lamanya dan kekuatannya sampai

mendekati persalinan.

7) Teraba ballottement

Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin

bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan

pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena

perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena

dapat saja merupakan myoma uteri.

8) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human

chorionic gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh

sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon dieksresi ini

peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan dieksresi pada

urine ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah

konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30 sampai 60.

Tingkat tertinggi pada hari 60 sampai 70 usia gestasi, kemudian

menurun pada hari ke 100 hingga 130.

c. Tanda-tanda pasti kehamilan (Positive sign)

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung

keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa.

Tanda-tanda pasti kehamilan diantaranya yaitu:

1) Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh

pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia

kehamilan sekitar 18-20 minggu.


19

2) Denyut jantung janin

Dapat didengar dengan pada usia 12 minggu dengan

menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler).

Dengan stethoscope laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia

kehamilan 18-20 minggu.

3) Bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan

bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba

dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir).

Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan

USG (ultrasonografi).

4) Kerangka janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

4. Perubahan Anatomi Dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan

a. Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima

dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan

sel-sel otot, sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas.

Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan sel ikat dan

elastic, terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan

meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada

bulanbulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan


20

bertambahnya usia kehamilan akan menipis. Pada akhir kehamilan

ketebalannya hanya berkisar 1,5 cm bahkan kurang (Yulizawati,

2017).

b. Serviks

Serviks merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang

mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan

persalinan. Bersifat seperti katup yang bertanggung jawab menjaga

janin dalam uterus sampai akhir kehamilan dan selama persalinan

(Yulizawati, 2017).

c. Indung telur (ovarium)

Proses ovulasi selama kehilan akan terhenti dan pematangan

folikel baru juga tertunda. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama

6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai

penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal

(Yulizawati, 2017).

d. Vagina dan vulva

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-otot diperineum dan vulva, sehingga

vagina akan terlihat berwarna keunguan. Perubahan ini meliputi

lapisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipetrofi

pada sel-sel otot polos (Yulizawati, 2017).

e. Payudara (mammae)

Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang dan

berat. Dapat teraba nodule-noduli, akibat hipenrovi kelenjar alveoli;


21

bayangan vena-vena lebih membiru. Hiperpigmentasi terjadi pada

putting susu dan aerola payudara (Yulizawati, 2017).

f. Sistem endokrin

Menurut Walyani (2015), hormon adalah zat kimia (biasa

disebut bahan kimia pembawa pesan) yang secara langsung

dikeluarkan ke dalam aliran darah oleh kelenjar kelenjar, dan pada

kehamilan hormon membawa berbagai perubahan, terpusat pada

berbagai bagian tubuh wanita. Hormon yang paling berkaitan dengan

kehamilan adalah : Perubahan perubahan hormonal selama

kehamilan (trimester I sampai trimester III)

1) Estrogen

Produksi ekstrogen plasenta terus naik selama kehamilan

dan pada akhir kehamilan kadarnya kira kira 100 kali sebelum

hamil.

2) Progesteron

Produksi produksi progesteron bahkan lebih banyak

dibandingkan estrogen, pada akhir kehamilan produksinya kira kira

250 mg/hari.

3) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

Puncak sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah

konsepsi, fungsinya adalah untuk mempertahankan korpus

luteum.

4) Human Placenta Lactogen (HPL)


22

Hormon ini diproduksi terus naik dan pada saat aterm

mencapai 2 gram/hari. Ia bersifat diabetogenik, sehingga

kebutuhan insulin wanita hamil naik.

5) Pituitary Gonadotropin

Follicle stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing

hormone (LH) berada dalam keadaan sangat rendah selama

kehamilan karena ditekan oleh ekstrogen dan progesteron

plasenta.

6) Prolaktin

Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan

sekresi ekstrogen. Sekresi air susu sendiri dihambat oleh

ekstrogen di tingkat target organ.

g. Sistem Kardiovaskuler

Peredaran darah wanita hamil dipengaruhi beberapa faktor,

antara lain meningkatnya kebutuhuan darah, terjadi hubungan

langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter, dan

pengaruh hormon esterogen dan progesteron yang makin meningkat.

Perubahan terjadi pada volume darah yang meningkat sehingga

jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah,

sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Hemodilusi akan

disertai dengan penurunan penurunan konsetrasi hemoglobin hingga

dibawah 11 gr/dl dan timbulah masalah yang disebut dengan anemia

defesiensi zat besi. (Prawirohardjo, 2016).


23

h. Sistem Pernapasan

Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan

ukuran uterus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30,

peningkatan volume tidal, volume ventilasi per menit, dan

pengambilan oksigen per menit akan mencapai puncaknya pada

minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam sehingga

memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen

meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya

sekresi progesteron (Prawirohardjo, 2016).

i. Sistem Urinaria

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas

panggul menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria.

Keluhan sering berkemih pun dapat muncul kembali (Prawirohardjo,

2016).

j. Sistem Muskuloskletal

Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita

hamil memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Mobilitas

tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap pada wanita hamil

dan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada bagian bawah

punggung (Prawirohardjo, 2016).

k. Sistem Pencernaan

Penurunan motilitas usus memungkinkan penyerapan nutrisi

lebih banyak, tetapi dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi.

Sedangkan mual dapat terjadi akibat penurunan asam lambung

(Prawirohardjo, 2016)
24

5. Perubahan Dan Adaptasi Psikologis Kehamilan

Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2016). Perubahan dan

adaptasi psikologis kehamilan diantaranya yaitu :

a. Trimester pertama

1) Trimester pertama sering dianggap periode penyesuaian.

Penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung.

2) <80% wanita mengalami kekecewaan, membenci kehamilan,

merasakan depresi, penolakan, kecemasan, dan kesedihan.

3) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar benar hamil

dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali

memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya.

4) Hasrat melakukan seks berbeda beda pada setiap wanita.

b. Trimester kedua

1) Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa

dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat

kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu

besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban.

2) Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat dimulai

menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif.

3) Pada trimester ini pula ibu dapat merakan gerakan janinnya dan

ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar

dirinya dan dirinya sendiri.


25

4) Banyak ibu yang merasakan terlepas dari rasa kecemasan dan

tidak nyaman seperti seperti yang dirasakannnya pada trimester

pertama dan merasakan meningkatnya libido

c. Trimester ketiga

1) Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu / penantian

dan waspada sebab pada saat itu ibu marasa tidak sabar

menunggu kelahiran bayinya.

2) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan

tidak menarik.

3) Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena

perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body image.

4) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

5) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

6) Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

7) Pada 6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin

meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya.

8) Merasa sedih akan terpisah darinya.

9) Merasa kehilangan perhatian.

10) Perasaan mudah terluka dan sensitif.

11) Libido menurun.


26

12) Merasa tidak feminin menyebabkan perasaan takut perhatian

suami berpaling atau tidak menyenangi kondisinya.

6. Asuhan Antenatal Care

a. Pengertian Antenatal Care

Asuhan Antenatal Care adalah suatu program yang terencana

berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil,

untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan

yang aman dan memuaskan (Walyani, 2015).

b. Tujuan Antenatal Care

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu juga bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum,kebidanan, dan pembedahan.

4) Mempersiapakan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapakan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI ekslusif.


27

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

(Walyani, 2015).

c. Jadwal pemeriksaan Antenatal Care

1) Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui

terlambat haid.

2) Pemeriksaan ulang

a) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan

b) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan

c) Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi

persalinan.

Menurut Walyani (2015) frekuensi pelayanan antenatal oleh

WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan

antenatal, selama kehamilan dengan ketentuan sebagai berikut :

a) 1 kali pada trimester pertama (K 1)

b) 1 kali pada trimester dua

c) 2 kali pada trimeter ketiga (K 4)

Tabel 2.1 Garis Besar Informasi Setiap Kali Kunjungan

Kunjungan Waktu Informasi Penting


TM I <12 mg  Menjalin hubungan dan
saling percaya
 Deteksi masalah dan
penanganannya.
 Melakukan tindakan
pencegahan seperti
tetanus neonatorum,
anemia kekurangan zat
besi, penggunaan praktik
tradisional yang
merugikan.
28

Kunjungan Waktu Informasi Penting


 Memulai persiapan
kelahiran bayi dan
kesiapan menghadapi
kelainan serta komplikasi
kehamilan
 Motivasi hidup sehat
(Gizi, latihan, istirahat,
hygiene)
TM II <28 mg Sama seperti di atas,
ditambah kewaspadaan
khusus mengenai pre-
eklampsia (Tanya ibu
tentang gejala preeklampsi,
pantau tekanan darah,
evaluasi edema, periksa
untuk mengetahui
proteinuria)
TM III 28 – 36 mg Sama seperti di atas,
ditambah palpasi abdominal
untuk mengetahui apakah
ada kehamilan ganda.

TM III >36 mg Sama seperti di atas,


ditambah deteksi letak janin
dan tanda-tanda abnormal
lain. Memantapkan rencana
persalinan dan mengenali
tanda-tanda persalinan.
Sumber : Yulizawati,(2017).

d. Pelayanan Asuhan Standar Antenatal Care

Dalam Profil Kesehatan Indonesia (2018) Pelayanan Asuhan

Antenatal Care terdiri dari 10 T, yaitu :

1) Pengukuran tinggi badan dan berat badan

Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil

pengukuran < 145 cm karena mempunyai resiko memiliki panggul

sempit. Tinggi badan diukur saat pertama kali ibu datang

melakukan kunjungan, sementara berat badan ditimbang setiap

ibu datang atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan

penurunan BB.
29

Penambahan berat badan merupakan suatu hal yang

menjadi bagian pada proses kehamilan, dimana hal ini

menggambarkan keadaan suatu kehamilan seseorang.

Penambahan berat pada kehamilan harus di pantau dengan baik,

hal ini menjadi salah satu indikator keadaan kehamilan.

Penambahan berat badan terjadi karena bertambahnya komposisi

uterus, berkembangnya plasenta, janin dan cairan ketuban. Selain

itu, penambahan berat badan diakibatkan karena bertambahnya

jumlah volume darah, peningkatan retensi cairan serta produksi

lemak selama kehamilan (Husin, 2013).

Penambahan berat badan selama kehamilan ditentukan

dengan menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) atau

Body Mass Index (BMI). Dimana IMT dihitung dengan

menggunakan rumus :

Rumus : BB sebelum hamil

TB (m)²

IMT dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut :

a) <19,8 : Berat kurang atau rendah

b) 19,8 – 26,0 : Normal

c) 26,0 – 29 : Berat lebih atau tinggi

d) >29 : Obesitas

Berat badan wanita hamil akan mengalami kenaikan

sekitar 6,5-16 kg. Kenaikan BB ibu yang dianjurkan sekitar 1-2,5

kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0,5 kg setiap


30

minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang

dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (Susilawati, 2012)

Kenaikan berat badan yang direkomendasikan Committee of

Natonal Academy of Science :

a) Untuk ibu dengan BB dibawah berat badan seharusnya

kenaikan yang dianjurkan yaitu 12,5-18 kg.

b) Untuk ibu dengan BB normal kenaikan yang dianjurkan yaitu

11,5-16 kg.

c) Untuk ibu dengan BB berlebih kenaikan yang dianjurkan yaitu

7-11,5 kg.

2) Pengukuran tekanan darah

Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung, Deteksi

tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala

hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun dibawah normal kita

pikirkan kearah anemia. Tekanan darah normal berkisar

systole/diastole: 110/80 hingga 120/80 mmHg.

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

Bila <23,5cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang

Energi Kronis (Ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR).

4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik no pada tepi

atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak

boleh ditekan).

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri Normal


31

Tinggi Fundus
Umur Menggunakan palpasi
Kehamilan Dalam Cm abdomen
12 - Teraba di atas simfisis pubis
16 - Di tengah, antara simfisis pubis
dan umbilicus
20 20 cm Pada umbilicus
24 24 cm -
28 28 cm Di tengah, antara umbilicus dan
prosesus sifoideus
32 32 cm -
36 36 cm Pada prosesus sifoideus
Sumber : Kementrian kesehatan RI (2016)

5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi

tetanus sesuai status imunisasi

Immunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen.

Vaksinasi dengan Toksoid Tetanus (TT), dianjurkan untuk dapat

menurunkan angka kematian bayi karena infeksi tetanus.

Vaksinasi toksoid tetanus dilakukan dua kali selama hamil.

Immunisasi TT sebaiknya diberikan pada ibu hamil dengan umur

kehamilan antara tiga bulan sampai satu bulan sebelum

melahirkan dengan jarak minimal empat minggu.

Tabel 2.3 Jadwal Imunisai TT

Interval (Waktu Lama


Antige Minimal) perlindungan %
n (tahun) Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan - -
pertama (sedini
mungkin pada
kehamilan)
TT 2 4 minggu setelah 3 80
TT 1
TT 3 6 bulan setelah 5 95
TT 2
TT 4 1 tahun setelah 10 99
TT 3
TT 5 1 tahun setelah 25 – seumur 99
32

TT 4 hidup
Sumber : Kementrian kesehatan RI (2016)

6) Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)

Pemberian tablet tambah darah dimulai dengan

memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa

mual hilang minimal 90 tablet selama kehamilan untuk memenuhi

kebutuhan volume darah pada ibu hamil, karena masa kehamilan

kebutuhan meningkat seiring dengan pertumbuhan janin. Tablet fe

sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan

mengganggu penyerapan.

7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Detak jantung janin yang normal adalah 120-160

detak/menit. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/ menit

atau lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala

belum masuk panggul kemungkinan adanya kelainan letak atau

ada masalah lain. Maka untuk mengetahui keadaan janin didalam

abdomen digunakan pemeriksaan palpasi menggunakan

maneuver leopod, meliputi :

a) Leopold I

Untuk mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis untuk

mengetahui usia kehamilan (jika >12mg) atau cara Mc.Donald

dengan pita ukuran (jika >22mg) dan menetukan bagian janin

yang ada pada fundus uteri.

b) Leopold II
33

Untuk menentukan bagian janin yang teraba disebelah

kiri atau kanan dan menentukan letak janin memanjang atau

melintang.

c) Leopold III

Untuk menentukan bagian janin yang berada di uterus

bagian bawah (presentasi).

d) Leopold IV

Untuk menentukan apakah bagian janin sudah masuk

panggul atau belum.

Gambar 2.1
Leopold 1 - 4
(Sumber: Manuaba 2010 : 11)
34

8) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes Hemoglobin

darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan

darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).

a) Memeriksa kadar Hb

Guna mengetahui apakah ibu kekurangan darah

(Anemia). Patokan berapa kadar Hb normal menurut World

Health Organization (WHO) pada ibu hamil, sekaligus

memberikan batasan kategori untuk anemia ringan dan berat

selama kehamilan:

(1) Normal: Hb > 11 gr/dl

(2) Anemia Ringan: Hb 8-11 gr/dl

(3) Anemia Berat: Hb < 8 gr/dl

b) Melakukan pemeriksaan urin (terutama protein)

Pemeriksaan protein urine untuk mengetahui adanya

protein dalam urine ibu hamil. Protein urine ini untuk

mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi.

c) Test golongan darah

Untuk mengetahui golongan darah (bagi yang belum

mengetahui) serta mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila

diperlukan.

d) Pemeriksaan darah lainnya sesuai indikasi, seperti

malaria HIV, sifilis dan lain-lain.

9) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal

dan konseling, termasuk KB pasca persalinan). Konseling yang

diberikan meliputi :
35

a) Tanda tanda bahaya pada ibu hamil

Menurut Walyani (2015) ada 7 tanda bahaya kehamilan,

yaitu :

(1) Pendarahan pervaginam

(2) Sakit kepala yang hebat

(3) Penglihatan kabur

(4) Bengkak diwajah dan jari – jari tangan

(5) Keluar cairan pervaginam

(6) Gerakan janin tidak terasa

(7) Nyeri abdomen yang hebat

b) Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Sesuai Dengan Tahap

Perkembangannya Pada TM I,II,III

(1) Kebutuhan fisik ibu hamil (Kementrian Kesehatan RI,

2016).

a. Kebutuhan Oksigen

Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem

respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2 ibu dan

O2 janin dengan udara bersih, tidak kotor dan bebas

polusi.

b. Kebutuhan Nutrisi

Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi

selama masa hamil, banyak diperlukan zat gizi dalam

jumlah yang lebih besar dari pada sebelum hamil.

Untuk memenuhi penambahan BB maka kebutuhan

zat gizi harus dipenuhi melalui makanan sehari-hari.


36

Tabel 2.4 Kebutuhan makanan sehari-hari ibu tidak

hamil dan ibu hamil.

Nutrien Tak hamil Hamil


Kalori 2.000 2300
Protein 55 g 65 g
Kalsium (Ca) 0,5 g 1g
Zat besi (Fe) 12 g 17 g
Vitamin A 5000 IU 6000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU
Tiamin 0,8 mg 1 mg
Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg
Niasin 13 mg 15 mg
Vitamin C 60 mg 90
Sumber : Kemenkes RI, 2016.

(2) Personal Hygiene

(a) Mandi

Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit

(ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia) dengan

cara dibersihkan dan dikeringkan.

(b) Perawatan vulva dan vagina

Membersihkan vulva dan vagina setiap mandi,

setelah BAB / BAK, cara membersihkan dari depan ke

belakang kemudian dikeringkan dengan handuk

kering. Pakaian dalam dari katun yang menyerap

keringat, jaga vulva dan vagina selalu dalam keadaan

kering, hindari keadaan lembab pada vulva dan

vagina.
37

(c) Perawatan gigi

Untuk menjaga supaya gigi tetap dalam

keadaan sehat perlu dilakukan perawatan seperti

periksa ke dokter gigi minimal satu kali selama hamil,

makan makanan yang mengandung cukup kalsium

(susu, ikan), sikat gigi setiap selesai makan dengan

sikat gigi yang lembut.

(d) Perawatan kuku

Kuku supaya dijaga tetap pendek sehingga

kuku perlu dipotong secara teratur.

(e) Perawatan rambut

Cuci rambut hendaknya dilakukan 2– 3 kali

dalam satu minggu dengan cairan pencuci rambut

yang lembut, dan menggunakan air hangat supaya ibu

hamil tidak kedinginan.

(4) Pakaian

Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah

pakaian yang longgar, nyaman dipakai, tanpa sabuk atau

pita yang menekan bagian perut atau pergelangan tangan

karena akan mengganggu sirkulasi darah.

(5) Eliminasi

Buang Air Besar (BAB) Pada ibu hamil sering terjadi

obstipasi. Hal tersebut dapat dikurangi dengan minum


38

banyak air putih, makan-makanan yang berserat seperti

sayuran dan buah-buahan. Sementara dalam Buang Air

Kecil (BAK) Masalah buang air kecil tidak mengalami

kesulitan, lebih sering BAK karena ada penekanan

kandung kemih oleh pembesaran uterus.

(6) Seksual

Seksualitas adalah ekspresi atau ungkapan cinta

dari 2 individu atau perasaan kasih sayang, menghargai,

perhatian dan saling menyenangkan satu sama lain.

(7) Mobilisasi dan body mecanic

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk

bergerak secara bebas, mudah dan teratur dan mempunyai

tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat.

Manfaat mobilisasi adalah sirkulasi darah menjadi baik,

nafsu makan bertambah, pencernaan lebih baik dan tidur

lebih nyenyak.

(8) Exercise/senam hamil

Dengan berolah raga tubuh seorang wanita menjadi

semakin kuat. Selama masa kehamilan olah raga dapat

membantu tubuhnya siap untuk menghadapi kelahiran.

(9) Istirahat/tidur

Istirahat/tidur dan bersantai sangat penting bagi

wanita hamil dan menyusui. Jadwal ini harus diperhatikan

dengan baik, karena istirahat dan tidur secara teratur dapat

meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk


39

kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin dan

juga membantu wanita tetap kuat dan mencegah penyakit,

juga dapat mencegah keguguran, tekanan darah tinggi,

bayi sakit dan masalah-masalah lain.

(10)Tatalaksana kasus sesuai indikasi

Dilakukan apabila ibu memiliki masalah dalam

kesehatan saat hamil.

B. Asuhan Kebidanan Persalinan

1. Definisi Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang

sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput

janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung

dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri) (Kementrian

Kesehatan RI, 2016).

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi, sehingga

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Damayanti, 2014).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,

produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif,

sering dan kuat yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam

keharmonisan untuk melahirkan bayi (Walyani, 2019).

2. Jenis Persalinan

Jenis persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :


40

a. Persalinan Spontan

Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu

sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.

b. Persalinan Buatan

Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya

ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria (SC).

c. Persalinan Anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau

prostaglandin (Kementrian Kesehatan, 2016).

Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat

janin yang dilahirkan :

a. Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu

atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr.

b. Partus immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28

minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999

gram.

c. Partus prematurus

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37

minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499

gram

d. Partus maturus atau a’terme


41

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42

minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

e. Partus postmaturus atau serotinus

Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu

(Kementrian Kesehatan, 2016).

3. Sebab Terjadinya Persalinan

Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Banyak

faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi

persalinan. Perlu diketahui ada dua hormon yang dominan saat hamil

menurut (Damayanti, 2014) adalah sebai berikut :

a. Estrogen

1) Meningkatkan sensitivitas otot rahim.

2) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin rangsangan prostaglandin, serta rangsangan

mekanis.

b. Progesteron

1) Menurunkan sensitivitas otot rahim.

2) Menyulitkan penerimaan dari luar seperti rangsangan oksitosin,

rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis.

3) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Beberapa teori yang menyebabkan mulainya persalinan menurut

(Kementrian Kesehatan, 2016) adalah sebagai berikut :

a. Penurunan Kadar Progesteron


42

1) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh

darah mengalami penyempitan dan buntu.

2) Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim

lebih sensitive terhadap oxitosin.

3) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat

penurunan progesteron tertentu.

b. Teori Oxitosin

1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior.

2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton Hicks.

3) Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxitocin

bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang

memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda

persalinan.

c. Teori Keregangan Otot

1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu.

2) Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai.

d. Pengaruh Janin

1) Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga

memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan sering

lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk hipotalamus.


43

2) Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi janin, dan

induksi (mulainya ) persalinan.

e. Teori Prostaglandin

1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan oleh desidua.

2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi

otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar.

3) Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya

persalinan.

4. Tanda-Tanda Persalinan

Tanda persalinan sudah dekat menurut (Damayanti, 2014) yaitu :

a. Lightening

Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan

fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP. Sedangkan pada

multipara gambarannya tidak sejelas primigravida, karena masuknya

kepala janin kedalam panggul terjadi bersamaan dengan proses

persalinan. Masuknya kepala kedalam panggul dapat dirasakan oleh

wanita hamil dengan tanda-tanda :

1) Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak berkurang.

2) Dibagian bawah terasa penuh dan mengganjal

3) Kesulitan berjalan

4) Sering berkemih

b. Terjadinya his permulaan

Sifat his permulaan (palsu) adalah sebagai berikut :

1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah


44

2) Datang tidak teratur

3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda

4) Durasi pendek

5) Tidak bertambah bila beraktivitas

Tanda pasti dari persalinan menurut (Kementrian Kesehatan,

2016) adalah :

a. Timbulnya kontraksi uterus

Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his

pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut :

1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.

2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.

3) Sifatnya teratur, interval makin lama makin pendek dan

kekuatannya makin besar.

4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan

cervix.

5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.

Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks

(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi

dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan

serviks.

b. Penipisan dan pembukaan serviks

Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya

pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.

c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)


45

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis

cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang

sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian

bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah

terputus.

d. Premature Rupture of Membrane

Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong

dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin

robek. Ketuban biasanya pecah jika pembukaan lengkap atau hampir

lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang

lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada

pembukaan kecil, bahkan kadang-kadang selaput janin robek

sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan

mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.

5. Proses Persalinan

a. Tahapan Persalinan

Proses persalinan meliputi 4 fase/kala yaitu :

1) Kala I (Kala Pembukaan)

a) Pengertian

Kala I persalinan disebut kala pembukaan, dimulai

sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks

hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Lamanya

primigravida berlangsung 12-14 jam, sedangkan pada

multigravida sekitar 6-8 jam. Persalinan kala I terbagi menjadi


46

dua fase yaitu fase laten dan fase aktif (Kementrian

Kesehatan, 2016).

b) Fase laten

Dimana pembukaan servik berlangsung lambat dimulai

sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan secara bertahap.

(1) Pembukaan kurang dari 4 cm

(2) Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam

c) Fase aktif

(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat

(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali

atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama

40 detik atau lebih

(2) Serviks membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan

kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga permbukaan

lengkap (10 cm)

(3) Terjadi penurunan bagian terendah janin

(4) Berlangsung selama 6 jam

Berdasarkan kurva friedman diperhitungkan

pembukaan primigravida 1 cm per jam dan pembukaan

multigravida 2cm per jam. Terbagi 3 sub fase yaitu :

(1) Fase Akselerasi

Berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4 cm

(2) Fase Dilatasi Maksimal


47

Berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

(3) Fase Diselerasi

Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

Observasi kala I sangat penting dilakukan untuk

mengetahui kekuatan his (kontraksi) rahim, pembukaan, DJJ,

bila mungkin perdengarkan pada ibu (Walyani, 2019).

2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala ini disebut juga kala pengeluaran. Persalinan kala II

dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir

dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada

primigravida dan 1 jam pada multigravida.

a) Tanda dan gejala kala II :

(1) Ibu ingin meneran

(2) Perineum menonjol

(3) Vulva vagina dan sphincter anus membuka

(4) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat

(5) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali

(6) Pembukaan lengkap (10 cm)

(7) Pada primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan

multipara rata-rata 0.5 jam

(8) Pemantauan

Tabel 2.5 Pemantauan Kemajuan Persalinan

Kemajuan Kondisi Kondisi


Persalinan Pasien Janin
48

Tenaga
Usaha mengedan Periksa nadi dan Periksa detak
tekanan darah jantung janin
Palpasi kontraksi selama 30 menit. setiap 15 menit
uterus (kontrol atau lebih
tiap 10 menit ) Respons sering dilakukan
 Frekuensi keseluruhan pada dengan makin
 Lamanya kala II: dekatnya
 Kekuatan  Keadaan kelahiran
dehidrasi
 Perubahan Penurunan
sikap/perilaku presentasi dan
 Tingkat perubahan
tenaga (yang posisi
memiliki)
Warna cairan
tertentu
Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2016.

b. Mekanisme Persalinan

Menurut Walyani (2019) menjelaskan mekanisme persalinan

normal yaitu:

(1) Penurunan Kepala

Pada banyak nulipara, masuknya bagian kepala janin ke

pintu atas panggul telah mencapai sebelum persalinan normal

dan penurunan janin lebih jauh tidak akan terjadi sampai awal

persalinan. Sementara itu, pada multipara masuknya kepala janin

ke pintu atas panggul mula-mula tidak begitu sempurna,

penurunan lebih jauh akan terjadi pada kala I.

Masuknya kepala ke pintu atas panggul dapat dalam

keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak

lurus dengan bidang pintu atas panggul (PAP). Dapat pula dalam
49

keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring

dengan bidang pintu atas panggul (PAP).

Asinklitismus terbagi dua jenis, yaitu:

a) Asinklitismus anterior, yaitu arah sumbu kepala membuat

sudut lancip kedepan terhadap PAP

b) Asinklitismus posterior, merupakan kebalikan dari

Asinklitismus anterior.

(2) Penguncian (enggagement)

Tahap penurunan pada waktu diameter biparental dari

kepala janin telah melalui lubang masuk panggul pasien.

(3) Fleksi

Sangat penting bagi penurunan kepala selama kala 2 agar

bagian terkecil masuk panggul dan terus turun. Dengan majunya

dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang lebih kecil

melalui jalan lahir yaitu diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm)

menggantikan diameter suboccipito frontalis (11,5 cm). Fleksi

disebabkan karena janin didorong maju, dan sebaliknya

mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks,

dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan

dorongan dan tahanan ini terjailah fleksi, karena momen yang

menimbulkan fleksi lebih besar dari momen yang menimbulkan

defleksi.

(4) Putaran paksi dalam

Putaran paksi dalam menyebabkan diameter

anteroposterior kepala janin menjadi sejajar dengan diameter


50

anteroposterior pelvis ibu. Putar paksi dalam adalah usaha

menyesuaikan kepala janin dengan jalan lahir sehingga titik putar

(hipomoklion) berada tepat dibawah tulang kemaluan (simfisis

pubis).

(5) Ekstensi

Kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat

dilahirkan. Pada tiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin

makin tampak. Perineum menjadi semakin lebar dan tipis, anus

membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his dan refleks

mengejan terjadilah ekstensi (defleksi) kepala janin sehingga

berturut-turut lahir ubun-ubun, dahi mulut dan dagu. Selanjutnya

diikuti oleh persalinan belakang kepala sehingga seluruh kepala

janin dapat lahir.

(6) Putaran paksi luar

Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi,

yang disebut putaran paksi luar. Putaran paksi luar ialah gerakan

kembali ke posisi sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk

menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.

Perputaran kepala sejauh 45⁰ baik kearah kiri atau kanan

bergantung pada arah dimana ia mengikuti perputaran dilanjutkan

hingga belakang kepala berhadapan dengan tiber ischidium.

Gerakan paksi luar yang disebabkan karena ukuran bahu,


51

menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu

bawah panggul.

(7) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah

sympisis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu

belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya

seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir

mengikuti lengkung carrus (kurva jalan lahir).


52

Gambar 2.2
Mekanisme Terjadinya Persalinan
(Sumber : Lowdermilk, 2006, Labor and Birth Processes)

c. Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan

Menurut Kemenkes RI, 2016 faktor yang berperan dalam

persalinan yaitu :

1) Passage (Faktor jalan lahir)

Perubahan serviks, pendataran serviks, pembukaan

serviks dan perubahan pada vagina dan dasar panggul. Janin

harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang

relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus

ditentukan sebelum persalinan dimulai.

Jalan lahir dibagi atas :

(a) Bagian keras: tulang tulang panggul (rangka panggul)

(b) Bagian lunak: otot-otot, jaringan- jaringan dan ligament-

ligament

2) Ruang panggul (Pelvic Cavity) dibagi menjadi 2 yaitu :

(a) Pelvis Mayor (flase pelvic), bagian pelvis diatas linea terminali

dan tidak berkaitan dengan persalinan.


53

(b) Pelvis Minor (true pelvic), bagian pelvis dibawah linea

terminalis. Bentuk pelvis menyerupai saluran yang

menyerupai sumbu melengkung ke depan. Pelvis minor terdiri

atas: pintu atas panggul (PAP) disebut pelvic inlet. Bidang

tengah panggul terdiri dari bidang luas dan bidang sempit

panggul.

3) Bidang Hodge

Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman

untuk menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh

penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam/vagina toucher

(VT). Adapun bidang hodge sebagai berikut:

(a) Hodge I: Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP)

yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio sakro iliaca,

sayap sacrum, linia inominata, ramus superior os pubis, dan

tepi atas symfisis pubis.

(b) Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis

berhimpit dengan PAP (Hodge I).

(c) Hodge III: Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan

PAP (Hodge I).

(d) Hodge IV: Bidang setinggi ujung os coccygis berhimpit

dengan PAP (Hodge I).

4) Power (Tenaga yang mendorong bayi keluar)

(a) His (Kontraksi Uterus)


54

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan

adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan

aksi dari ligament.

Tabel 2.6 Perbedaan His Pendahuluan Dan His Persalinan


His Pendahuluan His persalinan
Tidak teratur Teratur
Tidak nyeri Nyeri
Tidak pernah kuat Tambah kuat sering
Tidak ada pengaruh pada Ada pengaruh pada
serviks serviks
Sumber : Kemenkes RI, 2016

Perubahan akibat his yaitu :

(1) Pada uterus dan serviks : Uterus teraba keras/padat

karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan

tekanan intrauteri naik serta menyebabkan serviks

menjadi mendatar (affecement) dan terbuka (dilatasi).

(2) Pada ibu : Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi

uterus. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.

(3) Pada janin : Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero

plasenta kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut

jantung janin melambat kurang jelas didengar karena

adanya iskemia fisiologis, jika benar-benar terjadi hipoksia

janin yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik

maka terjadi gawat janin.

5) Passanger

Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. Ukuran

kepala janin lebih lebar dari pada bagian bahu, kurang lebih

seperempat dari panjang ibu. 96% bayi dilahirkan dengan kepala


55

lahir pertama. Passanger terdiri dari janin, plasenta, dan selaput

ketuban.

a) Janin

(1) Presentasi Janin :

(a) Presentasi janin: bagian janin yang pertama kali

memasuki PAP dan terus melalui jalan lahir saat

persalinan mencapai aterm.

(b) Bagian presentasi: bagian tubuh janin yang pertama

kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan

pemeriksaan dalam.

(c) Bagian presentasi: presentasi kepala, presentasi

bokong, presentasi bahu, presentasi muka, dll.

(2) Letak Janin :

(a) Letak janin: hubungan antara sumbu panjang

(punggung) janin terhadap sumbu panjang

(punggung) ibu.

(b) Letak janin: memanjang, melintang, obliq/miring.

(c) Letak janin memanjang: letak kepala, letak bokong.

(d) Sikap Janin: hubungan bagian tubuh janin yang satu

dengan yang lain, hal ini sebagian merupakan akibat

pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat

penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim.

(e) Sikap: Fleksi umum, punggung janin sangat fleksi,

kepala fleksi kearah sendi lutut, tangan disilangkan di


56

depan toraks dan tali pusat terletak di antara lengan

dan tungkai.

(3) Posisi Janin

Posisi: hubungan antara bagian presentasi

(occiput, sacrum, mentum, sinsiput/puncak kepala

menengadah) yang merupakan indikator untuk

menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah

kanan, kiri, depan atau belakang terhadap empat

kuadran panggul ibu, missal pada letak belakang kepala

(LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan

belakang

b) Plasenta

(1) Plasenta adalah produk kehamilan yang akan lahir

mengiringi kelahiran janin, yang berbentuk bundar atau

oval, ukuran diameter 15- 20 cm, tebal 2-3 cm, berat

plasenta 500 600 gram.

(2) Letak plasenta yang normal: pada korpus uteri bagian

depan atau bagian belakang agak ke arah fundus uteri.

Bagian plasenta: permukaan maternal, permukaan fetal,

selaput ketuban, tali pusat.

(3) Variasi anatomi plasenta :

(a) Plasenta suksenturiata

(b) Plasenta sirkumvalata: insersi lateralis

(c) Insersi battledore tali pusat: insersi marginalis

(d) Insersi velamentosa


57

(e) Plasenta bipartite

(f) Plasenta tripartite

c) Air ketuban

(a) Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira

1000-1500 cc.

(b) Ciri-ciri air ketuban: berwarna putih keruh, berbau amis

dan berasa manis, reaksinya agak alkalis dan netral,

dengan berat jenis 1,008.

(c) Komposisi: terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea,

asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks

caseosa, dan garam organik. Kadar protein kira-kira 2,6%

gram per liter, terutama albumin.

(d) Fungsi air ketuban Pada persalinan: selama selaput

ketuban tetap utuh, cairan amnion/air ketuban melindungi

plasenta dan tali pusat dari tekanan kontraksi uterus.

Cairan ketuban juga membantu penipisan dan dilatasi

cerviks.

d) Psikologis ibu

Penerimaan klien atas jalannya perawatan antenatal

(petunjuk dan persiapan untuk menghadapi persalinan),

kemampuan klien untuk bekerjasama dengan penolong, dan

adaptasi terhadap rasa nyeri persalinan.

e) Penolong
58

Meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,

kesabaran, pengertiannya dalam menghadapi klien baik

primipara dan multipara (Walyani, 2019)

3) Kala III (Pengeluaran Plasenta)

a) Pengertian

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran

plasenta. Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih 30

menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Lepasnya

plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan

tanda-tanda sebagi berikut :

(1) Uterus menjadi berbentuk bundar

(2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim

(3) Tali pusat bertambah panjang

(4) Terjadi perdarahan.

b) Sebab - sebab terlepasnya plasenta, antara lain :

(1) Saat bayi dilahirkan, rahim sangat mengecil dan setelah

bayi lahir uterus merupakan organ dengan dinding yang

tebal dan rongganya hampir tidak ada. Posisi fundus

uterus turun sedikit dibawah pusat, karena terjadi

pengecilan uterus, maka tempat perlekatan plasenta juga

sangat mengecil. Plasenta harus mengikuti proses

pengecilan ini hingga tebalnya menjadi dua kali lipat

daripada permulaan persalinan, dan karena pengecilan

tempat perlekatannya maka plasenta menjadi berlipat-


59

lipat pada bagian yang terlepas dari dinding rahim

karena tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya.

Jadi faktor yang paling penting dalam pelepasan

plasenta ialah retraksi dan kontraksi uterus setelah anak

lahir.

(2) Di tempat pelepasan plasenta yaitu antara plasenta dan

desidua basalis terjadi perdarahan, karena hematom ini

membesar maka seolah - olah plasenta terangkat dari

dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah

pelepasan meluas.

4) Kala IV (Kala Pengawasan)

a) Pengertian

Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam.

Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca

persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

b) Tingkat kesadaran pasien

(1) Pemeriksaan tanda - tanda vital : tekanan darah, nadi,

suhu, dan pernapasan

(2) Kontraksi uterus

(3) Terjadinya perdarahan, perdarahan dianggap masih

normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

(Rohani, dkk. 2011)

6. Asuhan Persalinan Normal


60

Asuhan persalinan normal (APN) adalah persalinan bersih dan

aman, serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan

pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian

mengenal komplikasi, menjadi pencegah komplikasi (Marisah, 2011).

Menurut JNPK KR (2013), asuhan persalinan normal memiliki

tujuan yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan memberikan derajat

kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang

terintegrasi dan lengkap serta dengan intervensi yang minimal sehingga

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan tetap terjaga pada tingkat yang

optimal

5 aspek dasar dalam persalinan yang merupakan bagian dari

standar APN yakni membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan

sayang bayi, pencegahan infeksi pencatatan (rekam medis) asuhan

persalinan, dan rujukan pada kasus komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

Semua aspek tersebut hanya dapat dilakukan di Fasyankes (Kemenkes,

2017).

Menurut APN Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan

Reproduksi (JNPK-KR 2013), tindakan pencegahan komplikasi yang

dilakukan selama proses persalinan adalah:

a. Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik pencegahan

infeksi seperti cuci tangan penggunaan sarung tangan, menjaga

sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan, kebutuhan

bayi dan proses dekontaminasi serta sterilisasi peralatan bekas pakai.

b. Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan dan

menolong persalinan serta kelahiran bayi. Menggunakan partograf


61

untuk membuat keputusan klinik, sebagai upaya pengenalan adanya

gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar dapat

memberikan tindakan paling tepat dan memadai.

c. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan,

kelahiran bayi dan masa nifas, termasuk memberikan penjelasan bagi

ibu dan keluarga tentang proses persalinan dan kelahiran bayi serta

menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi

dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.

d. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan

optimal bagi ibu di setiap tahapan persalinan dan tahapan baru bagi

bayi baru lahir.

e. Menghindar berbagai tindakan yang tidak perlu dan atau berbahaya

seperti misalnya kateterisasi urin atau episiotomi secara rutin,

amniotomi sebelum terjadi pembukaan lengkap, meminta ibu untuk

meneran secara terus - menerus, penghisapan lendir secara rutin

pada bayi baru lahir.

f. Melaksanakan penatalaksanaan aktif kala tiga untuk mencegah

perdarahan pasca persalinan.

g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk

mengeringkan dan menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini

mungkin dan eksklusif, mengenali tanda-tanda komplikasi dan

mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan ibu

dan bayi baru lahir

h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk

memastikan kesehatan, keamanan dan kenyamanan ibu dan bayi


62

baru lahir, mengenali secara 15 dini gejala dan tanda bahaya

komplikasi pasca persalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan

yang sesuai. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali

gejala dan tanda bahaya pada masa nifas pada ibu dan bayi baru

lahir.

i. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

Menurut Prawirohardjo (2016) terdapat 60 langkah asuhan

persalinan normal di antaranya yaitu:

1. Melihat tanda dan gejala persalinàn kala dua

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan

vagina

c) Perineum menonjol

d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka

2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan

tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi        yang

bersih.

5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.
63

6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai

sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan

kembali di partus set/wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa

mengkontaminasi tabung suntik).

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

perieneum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan

ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam

wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi

(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam

larutan terkontaminasi)

8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila

selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,

lakukan amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan yang kotor ke dalam larutan klorin

0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci

kedua tangan.

10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ). Setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 - 160 

×/menit).
64

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

dekontaminasikan temuan-temuan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan

untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya

d) Manganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat

pada ibu.

f) Menilai DJJ setiap lima menit.


65

g) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau

60 menit (1 jam ) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu

tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

h) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,

anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-

kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.

i) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 - 6 cm,

letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15. Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong

ibu.

16. Membuka partus set.

17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan

yang lain di kepala bayi dan lakukan tekana yang lembut dan tidak

menghambat pada kepala bayi, mwmbiarkan kepala keluar perlahan-

lahan. Menganjurkan ibu unutk meneran perlahan-lahan atau

bernapas cepat saat kepala lahir.

19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain

atau kasa yang bersih.


66

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika

hal itu terjadi, kemuadian meneruskan segera proses kelahiran bayi.

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua

tempat dan memotongnya.

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke

arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah

arcus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan

ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan

bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan

kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan

lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.

Menggunakan tangan anterior untuk mengendalikan siku dan tangan

anterior bayi saat keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi dengan hati-hati

membantu kelahiran kaki.


67

25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan

bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah

dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di

tempat yang memungkinkan) Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan

resusitasi.

26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu - bayi.

27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.

Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti

bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi

bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami

kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan  ibu untuk

memeluk bayinya dengan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen

untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin.

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntukan

oksitosin 10 unit I.M di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian

luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.


68

34. Memindahkan klem pada tali pusat.

35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di

atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan

palpasi kontraksi dan menstabilakn uterus. Memegang tali pusat dan

klem dengan tangan yang lain.

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan

ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang

berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan

uterus ke atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati-hati untuk

membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir

setelah 30 - 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga kontraksi berikut mulai.

Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk menekan sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan

arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5 -10 cm, dari vulva.

b) Jika plasetanya tidak lepas setelah melakukan penegangan tali

pusat selama 15 menit  :

(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M

(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu


69

(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya

(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi.

38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plaenta

dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan

dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin. Dengan lembut perlahah melahirkan selaput ketuban

tersebut.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, melakukan telapak tangan di fundus dan melakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan

selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam

kantung plastik atau tempat khusus.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan sgera

menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik

43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan

klorin 0,5 % membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan

tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan

dengan kain yang bersih dan kering.


70

44. Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau

mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling

tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45. Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin

0,5%.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam.

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan

yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan

penjahitan dengan anastesi lokal dan menggunakan teknik yang

sesuai.

50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus

dan memeriksa kontraksi uterus.

51. Mengevaluasi kehilangan darah


71

52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap

15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30

menit selama jam kedua pascapersalinan

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam, selama dua

jam pertama pascapersalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan

setelah dekontaminasi.

54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu

memakai pakaian yang bersih dan kering.

56. Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.

57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan

larutan klorin 0,5%  dan membilas dengan air bersih.

58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit

59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

60. Melengkapi partograf.


72

7. Pemantauan Partograf

Partograf dipantau untuk memantau kemajuan persalinan dan

membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dan

penatalaksaan. Partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam fase

aktif kala satu persalinan sampai dengan kelahiran bayi (Prawirohardjo,

2014)

Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang

dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk

mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan termasuk

yaitu:

a. Informasi tentang ibu

1) Nama,umur

2) Gravida, para, Abortus(Keguguran)

3) Nomor catatan medik/nomor Puskesmas

4) Tanggal dan waktu mulai dirawat atau jika dirumah tanggal dan

waktu penolong persalinan mulai merawat ibu.

b. Waktu pecahnya selaput ketuban

c. Kondisi janin

1) DJJ (denyut jantung janin)

2) Warna dan adanya air ketuban

3) Penyusupan(molase) kepala janin

d. Kemajuan persalinan

1) Pembukaan serviks

2) Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin

3) Garis waspada dan garis bertindak


73

e. Jam dan Waktu

1) Waktu dan mulainya fase aktif persalinan

2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilain

f. Kontraksi Uterus

Frekuensi dan lamanya

g. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

1) Oksitosin

2) Obat-obatan lainnya dan cairan I.V yang diberikan

h. Kondisi Ibu

1) Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh

2) Urin (volume, aseton, atau protein)

i. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya. Dicatat dalam

kolom tersedia di isi partograf atau di catatan kemajuan persalinan.

Latar belakang partograf

Catatan persalinan adaah terdiri atas unsur-unsur yaitu:

1) Data dasar

2) Kala I

3) Kala II

4) Kala III

5) Kala IV (Prawirohardjo, 2016),

Gambar 2.3 Partograf


74

Gambar 2.3 Partograf


(Sumber: Kemenkes RI, 2018)

A. Asuhan Kebidanan Nifas

1. Definisi Masa Nifas

Masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung kira-kira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru
75

pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan.

(Kementrian Kesehatan RI, 2016)

Periode postnatal adalah waktu penyerahan dari selaput dan

plasenta (menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali ke

saluran reproduktif wanita pada masa sebelum hamil (Walyani, 2017).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masa

nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi

pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dan masa nifas berlangsung

selama 6 minggu atau 40 hari.

2. Proses Masa Nifas

a. Pengecilan rahim (involusi)

Pada wanita yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram

dengan ukuran sebesar telur ayam. Selama kehamilan rahim makin

lama akan makin membesar. Setelah plasenta lepas, otot rahim akan

berkontraksi atau mengerut, sehingga pembuluh darah terjepit dan

perdarahan berhenti.

b. Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal

Selama hamil darah ibu relatif encer, karena cairan darah ibu

banyak, sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan

pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) akan tampak sedikit menurun

dari angka normal sebesar 11-12 gr%. Setelah melahirkan, sistem

sirkulasi darah ibu akan kembali seperti semula. Darah kembali

mengental, dimana kadar perbandingan sel darah dan cairan darah

kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-15

pascasalin
76

c. Proses laktasi dan menyusui

Proses ini timbul setelah plasenta lepas. Plasenta

mengandung hormone penghambat prolactin (hormon plasenta) yang

menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon

plasenta itu tidak dihasilkan lagi, sehingga terjadi produksi ASI. ASI

keluar 2-3 hari pasca melahirkan. Namun, hal yang luar biasa adalah

sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum yang sangat baik

untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibody

pembunuh kuman.

3. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

a. Tujuan melakukan kunjungan nifas :

1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan

adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.

3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada

masa nifas.

4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu dan bayi. (Kementrian Kesehatan RI, 2016)

b. Kunjungan masa nifas

1) Kunjungan 1

Dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan, dengan tujuan yaitu :

a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan

memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut.


77

c) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota

keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa

nifas karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.

e) Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

Kunjungan 1 terjadi perubahan seperti :

a) Uterus : Saat plasenta lahir, TFU setinggi pusat, berat 1000

gram.

b) Lochea : Lochea rubra ini muncul pada hari pertama sampai

hari ketiga postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah

kehitaman. Terdiri dari darah segar, jaringan sisa-sisa

plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo dan mekonium.

2) Kunjungan 2

Dilakukan pada 6 hari setelah persalinan dengan tujuan :

a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal dan

tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan

pasca melahirkan.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-

tanda penyulit.
78

e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada

bayi, cara merawat tali pusat dan menjaga bayi agar tetap

hangat.

Kunjungan 2 terjadi perubahan seperti :

a) Uterus : Saat 1 minggu, TFU pertengahan pusat simfisi, berat

500 gram.

b) Lochea : Lochea Sanguinolenta berlangsung dari hari

keempat sampai ketujuh. Cairan yang berwarna merah

kecoklatan dan berlendir.

3) Kunjungan 3

Dilakukan 2 minggu setelah persalinan, dengan tujuan :

a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal dan tidak ada bau,

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan

pasca melahirkan.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-

tanda penyulit.

e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada

bayi, cara merawat tali pusat dan menjaga bayi agar tetap

hangat.

Kunjungan 3 terjadi perubahan seperti :

a) Uterus : Saat 2 minggu, TFU tidak teraba, berat 350 gram.


79

b) Lochea : Lochea Serosa muncul pada hari ketujuh sampai

hari keempat belas post partum. Cairan yang berwarna

kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan

robekan atau laserasi plasenta.

4) Kunjungan 4

Dilakukan 6 minggu setelah persalinan, dengan tujuan :

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami

ibu maupun bayinya.

b) Memberikan konseling KB secara dini.

Kunjungan 4 terjadi perubahan seperti :

a) Uterus : Saat 6 minggu, TFU normal, berat 50 gram.

b) Lochea : Lochea Alba berlangsung 2 minggu sampai 6

minggu. Cairan yang berwarna putih mengandung leukosit,

sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut

jaringan yang mati.

4. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

a. Puerpurium dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

b. Puerpurium intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.


80

c. Remote puerpurium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi (Vita, 2018).

5. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Proses adaptasi psikologi menurut (Walyani, 2017) yaitu :

a. Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang

berlangsung dari hari pertama samapi hari kedua setelah melahirkan.

Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala

kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu

cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Komunikasi yang

baik sangat diperlukan pada fase ini.

b. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.

Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan

dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi, selain itu

perasaannya sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika

komunikasinya kurang hati-hati. Pada saat ini ibu memerlukan

dukungan karena saat ini merupkan kesempatan yang baik untuk

menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya

sehingga tumbuh rasa percaya diri.

c. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu


81

sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi.

Kebutuhan akan istirahat masih dibutuhkan ibu untuk menjaga

kondisi fisiknya.

6. Kebutuhan Pada Masa Nifas

a. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk

keperluan metabolismenya. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum

dan menyusui meningkat 25%, karena berguna untuk proses

penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi ASI untuk

pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga

kali yaitu 3.000-3.800 kal. Nutrisi yang dikonsumsi berguna untuk

melakukan aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses

memproduksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi (Kemenkes RI, 2016)

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi

sebagai berikut :

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari.

2) Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)

3) Minum minimal 3 liter/hari.

4) Suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan pascasalin,

terutama di daerah dengan prevalensi anemia tinggi.


82

5) Suplemen vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU diminum

segera setelah persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU diminum 24

jam kemudian (Kemenkes RI, 2016)

b. Kebutuhan Ambulasi

Mobilisasi dini pada ibu postpartum disebut juga early

ambulation, yaitu upaya sesegera mungkin membimbing klien keluar

dari tempat tidurnya dan membimbing berjalan. Dalam 2 jam setelah

bersalin ibu harus sudah bisa melakukan mobilisasi. Dilakukan

secara bertahap dan perlahan-lahan. Dapat dilakukan dengan miring

kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk dan berangsur-

angsur untuk berdiri dan jalan (Walyani, 2017).

c. Kebutuhan Eliminasi

1) Miksi

Seorang ibu nifas dalam keadaan normal dapat buang air

kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan buang air kecil

sendiri, bila tidak dapat dilakukan tindakan:

a) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien.

b) Mengompres air hangat di atas simpisis

Apabila tindakan di atas tidak berhasil, yaitu selama

selang waktu 6 jam tidak berhasil, maka dilakukan kateterisasi.

Namun dari tindakan ini perlu diperhatikan risiko infeksi saluran

kencing (Vita, 2018).

2) Defekasi

Agar buang air besar dapat dilakukan secara teratur dapat

dilakukan dengan diet teratur, pemberian cairan banyak,


83

makanan yang cukup serat dan olah raga. Jika sampai hari ke 3

post partum ibu belum bisa buang air besar, maka perlu diberikan

supositoria dan minum air hangat (Vita, 2018).

d. Kebutuhan Personal Hygiene

Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap

infeksi. Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Kebersihan tubuh,

pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk dijaga

(Kemenkes RI, 2016).

1) Perawatan perineum

Setelah buang air besar ataupun buang air kecil, perinium

dibersihkan secara rutin. Caranya adalah dibersihkan dengan

sabun yang lembut minimal sekali sehari. Membersihkan dimulai

dari arah depan ke belakang sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu

diberitahu cara mengganti pembalut. Pembalut yang sudah kotor

diganti paling sedikit 4 kali sehari. Apabila ibu mempunyai luka

episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari

menyentuh daerah luka (Kemenkes RI, 2016).

2) Perawatan payudara

Menjaga payudara tetap bersih dan kering dengan

menggunakan BH yang menyokong payudara. Apabila puting

susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar

puting susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan


84

dimulai dari puting susu yang tidak lecet agar ketika bayi dengan

daya hisap paling kuat dimulai dari puting susu yang tidak lecet.

Apabila puting lecet sudah pada tahap berat dapat diistirahatkan

selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan

menggunakan sendok. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat

diberikan paracetamol 1 tablet 500 mg setiap 4 - 6 jam sehari

(Kemenkes RI, 2016).

e. Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang

dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada

siang hari. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan karena akan mempengaruhi berbagai hal

seperti mengurangi jumlan ASI yang di produksi, memperlambat

proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, serta

menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya (Walyani, 2017).

f. Kebutuhan Seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan apabila darah sudah

berhenti dan luka episiotomi sudah sembuh. Coitus bisa dilakukan

pada 3-4 minggu postpartum. Secara fisik aman untuk melakukan

hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat

melakukan simulasi dengan memasukkan satu atau dua jari ke dalam

vagina, apabila sudah tidak terdapat rasa nyeri, maka aman untuk

melakukan hubungan suami istri. Meskipun secara psikologis ibu

perlu beradaptasi terhadap berbagai perubahan postpartum, mungkin


85

ada rasa ragu, takut dan ketidaknyamanan yang perlu difasilitasi

pada ibu (Kemenkes RI, 2016).

g. Latihan Senam Nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami

perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya

liang senggama dan otot dasar panggul. Untuk mengembalikan

kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima,

senam nifas sangat baik dilakukan setelah melahirkan. Senam nifas

adalah senam yang dilakukan ibu postpartum setelah keadaan

tubuhnya pulih kembali. Senam nifas ini bertujuan untuk

mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi serta

memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul

dan otot perut sekitar rahim (Vita, 2018).

7. Penyulit dan Komplikasi Pada Masa Nifas

a. Infeksi masa nifas

1) Infeksi yang terlokalisasi di jalan lahir biasaya pada perineum,

vulva, serviks, endometrium.

2) Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui pembuluh darah

vena, pembuluh limfe dan endometrium (Vita, 2018).

b. Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi pada

jalan lahir yang volumenya lebih dari 500 ml dan berlangsung dalam

24 jam setelah bayi lahir. Menurut waktu terjadinya, perdarahan

postpartum dibagi menjadi 2 tahap, yaitu :


86

1) Postpartum dini (Early postpartum) atau disebut juga perdarahan

postpartum primer, yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah

bayi lahir.

2) Postpartum lanjut (Late postpartum) disebut juga perdarahan

postpartum sekunder, yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah

bayi lahir. (Vita, 2018).

c. Kelainan pada payudara

1) Bendungan ASI

Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI

tidak dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang muncul adalah

mamae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu badan

meningkat.

2) Mastitis

Adalah suatu peradangan payudara yang disebabkan

kuman terutama staphylococcus aureus melalui luka pada putting

susu atau melalui peredaran darah. (Vita, 2018).

8. Keluarga Berencana

a. Definisi KB

Keluarga Berencana adalah upaya untuk mewujudkan

keluarga yang berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan

bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta

penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan yang

diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal,

mengatur jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan anak, mengatur


87

kehamilan dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak

(BKKBN, 2014)

KB merupakan suatu upaya meningkatkan kepedulian dan

peran serta masyarakat, melalui pendewasaan usia perkawinan

(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,

peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Upaya ini berdampak terhadap penurunan angka kesakitan dan

kematian ibu akibat kehamian yang tidak direncanakan (KIA, 2016).

b. Macam-Macam KB

1) Kontrasepsi Alamiah

Dalam menggunakan kontrasepsi alamiah. Dianjurkan

untuk tidak menggunakan salah satu metode, tetapi dengan

mengkombinasikan keduanya. (BKKBN, 2014)

2) Metode Amenore Laktasi (MAL)

a) Definisi

Metode amenore laktasi (MAL) adalah kontrasepsi

yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara

eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makan

atau minum apapun lainya.

b) Syarat

Bayi harus berusia kurang dari 6 bulan, wanita tersebut

tidak mengalami perdarahan vaginal setelah 56 hari

postpartum, dan menyusui secara penuh (full breast feeding).


88

c) Cara kerja

Penundaan atau penekanan ovulasi

d) Keuntungan

(1) Tanpa biaya

(2) Tidak menganggu senggama

(3) Tidak ada efek samping secara sistemik

e) Keterbatasan

(1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera

menyusui dalam 30 menit pascapersalinan.

(2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social.

f) Efek Samping

Tidak ada (BKKBN, 2014).

3) Kondom

a) Definisi

Kondom merupakan selubung atau sarung karet

sebagai salah satu metode kontrasepsi atau alat untuk

mencegah kehamilan dan penularan penyakit kelamin pada

saat bersenggama.

b) Cara kerja

(1) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan

sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung

selubung karet yang di pasang pada penis sehingga

sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi

perempuan.
89

(2) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termsuk HBV

dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang

lainya (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).

c) Keuntungan

(1) Tidak mengganggu produksi ASI

(2) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks

(3) Mencegah penularan IMS, HIV

d) Keterbatasan

(1) Efektivitas tidak terlalu tinggi.

(2) Cara penggunaan sangat mempengruhi keberhasilan

kontrasepsi.

(3) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi

sentuhan langsung).

e) Efek samping

Tidak ada. (BKKBN, 2014)

4) Kontrasepsi Mekanis (AKDR/IUD)

a) Definisi

Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan

menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur

sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik

polietilena ada yang dililit tembaga da nada yang tidak.

b) Jenis IUD di Indonesia

(1) Copper-T

(2) Copper-7
90

(3) Multi Load

(4) Leippes loop

c) Mekanisme kerja

(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba

fallopi

(2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum

uteri

(3) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam

uterus

d) Keuntungan

(1) Efektivitas yang tinggi

(2) Dapat efektif segera setelah pemasangan

(3) Metode jangka panjang

e) Keterbatasan

(1) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan

(2) Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri

(3) Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke

waktu.

f) Efek samping

(1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama

dan akan berulang setelah 3 bulan)

(2) Haid lebih lama dan banyak (BKKBN, 2014).

5) Kontrasepsi hormonal

a) Pil
91

(1) Pil kombinasi

Tiap pil mengandung dua hormone sintesis, yaitu

hormone estrogen dan progestin. Pil ini mencegah

kehamilan dengan cara menekan ovulasi dan mencegah

implantasi. Pada pemakaian yang seksama efektivitas

99% mencegah kehamilan, pada pemakaian yang

kurang seksama efektivitasnya 93%. Pil kombinasi

memiliki keuntungan seperti memiliki efektivitas tingggi,

risiko terhadap kesehatan kecil dan tidak mengganggu

hubungan seksual. Selain itu, keterbatasannya harus

digunakan setiap hari pada waktu yang sama serta

menyebabkan mual, pusing, nyeri payudara dan

perdarahan bercak (BKKBN, 2014).

(2) Pil mini

Tiap pil mengandung dosis kecil bahan progestin

sintesis dan memiliki sifat pencegah kehamilan. Pil mini

memiliki keuntungan seperti tidak mempengaruhi ASI,

kesuburan cepat kembali dan sedikit efek samping.

Selain itu keterbatasannya harus digunakan setiap hari

pada waktu yang sama, resiko kehamilan ektopik cukup

tinggi dan tidak melindungi dari IMS (BKKBN, 2014).

b) Suntik

(1) Suntikan kombinasi


92

Suntik kombinasi merupakan kontrasepsi suntik

yang berisi hormone sintesis estrogen dan progesterone.

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo

Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat

yang diberikan injeksi IM Sebulan sekali (Cyclofem), dan

50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat

yang diberikan injeksi IM sebulan sekali. Dengan

mekanisme kerja menekan ovulasi dan membuat lendir

serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma

terganggu (BKKBN, 2014).

(2) Suntikan Progestin

Suntik progestin merupakan kontrasepsi suntikan

yang berisi hormone progesteron. Jenis suntikan

progestin adalah Depo Medroxyprogesterone Asetat dan

Depo Noretisteron Enantat. Dengan mekanisme kerja

menekan ovulasi dan membuat lendir serviks menjadi

kental sehingga penetrasi sperma terganggu (BKKBN,

2014).

6) Implant

a) Pengertian

Implant merupakan salah satu metode kontrasepsi

yang efektif berjangka waktu 2-5 tahun.

b) Jenis-jenis

(1) Norplant
93

(2) Implanon

(3) Jadena dan indoplant

(4) Sinoplan

c) Mekanisme kerja

(1) Lendir serviks menjadi kental

(2) Menekan ovulasi

(3) Mengurangi transportasi sperma

d) Keuntungan

(1) Daya guna tinggi

(2) Perlindungan jangka panjang

e) Keterbatasan

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan

perubahan pola menstruasi berupa bercak darah (spotting),

hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah menstruasi,

serta amenorea (BKKBN, 2014).

B. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

1. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan

genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 -

4000 gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Nurhasiyah,

2017).

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan

harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra

uterin. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital
94

neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi

pada bayi baru lahir yang paling dramatik dan cepat berlangsung adalah

pada sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan glukosa.

(Nurhasiyah, 2017)

Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria

sebagai berikut:

a. Usia kehamilan aterm 37-42 minggu.

b. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.

c. Panjang badan bayi 48-52 cm.

d. Lingkar dada bayi 30-38 cm.

e. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

f. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit.

g. Pernapasan ± 40-60x/menit.

h. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk

dan dilapisi vernik caseosa.

i. Rambut lanugo telah hilang.

j. Nilai APGAR >7.

k. Gerak aktif.

l. Bayi lahir langsung menangis kuat.

m. Kuku panjang dan lemas.

n. Reflek hisap, menelan, dan moro telah terbentuk.

o. Genetalia testis sudah turun (pada laki-laki) dan labia mayora telah

menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

p. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam

pertama (Nurhasiyah, 2017).


95

2. Penanganan Bayi Baru Lahir

Tujuan utama perawatan bayi segera setelah lahir menurut (Sinta,

2019) adalah:

a. Pencegahan Infeksi

1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan

dengan bayi.

2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan.

3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama

klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah

didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.

4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang

digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula

dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop

b. Melakukan penilaian

Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan

kering dan disiapkan pada perut bagian bawah ibu. Segera lakukan

penilaian awal meliputi :

1) Apakah bayi cukup bulan atau tidak.

2) Apakah air ketuban bercampur meconium atau tidak.

3) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan.

4) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas. Jika bayi tidak

bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka

segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.


96

Biasanya untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit

pertama dan menit kelima setelah kelahirannya menggunakan sistem

APGAR. Nilai APGAR akan membantu dalam menentukan tingkat

keseriusan dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah

segera yang akan diambil. Hal yang perlu dinilai antara lain warna

kulit bayi, frekuensi jantung reaksi terhadap rangsangan, aktivitas

tonus otot, dan pernapasan bayi, masing-masing diberi tanda 0,1 atau

2, sesuai dengan kondisi bayi.

Tabel 2.7 Perhitungan Nilai APGAR (APGAR SCORE)


Penilaian 0 1 2
Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(Warna Kulit) ekstremitas kemerahan
biru
Pulse Rate Tidak ada Kurang dari Lebih dari
(Frekuensi Nadi) 100x/menit 100x/menit
Grimace (Reaksi Tidak ada Sedikit gerak Batuk dan
Terhadap mimik, bersin
Rangsangan) menyeringai
Activity (Tonus Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
Otot) dalam sedikit
fleksi
Respiration Tidak ada Lemah/ tidak Baik/menangis
(Pernafasan) teratur kuat
Sumber : Prawirohardjo, 2016.

Keterangan :

1) Nilai 7-10 : bayi normal

2) Nilai 4-6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang

3) Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia berat

c. Pencegahan kehilangan panas

1) Mekanisme kehilangan panas

Panas hilang selama kelahiran, resusitasi dan transportasi.

a) Evaporasi
97

Kehilangan panas akibat bayi tidak segera dikeringkan.

Akibatnya cairan ketuban pada permukaan tubuh menguap.

b) Konduksi

Kehilangan panas akibat kontak langsung antara tubuh bayi

dengan permukaan yang dingin.

c) Konveksi

Kehilangan panas akibat bayi terpapar dengan udara sekitar

yang lebih dingin.

d) Radiasi

Kehilangan panas akibat bayi ditempatkan di dekat benda

yang temperaturnya lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.

2) Mencegah kehilangan panas

a) Keringkan bayi dengan seksama

b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

c) Selimuti bagian kepala bayi

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

Gambar 2.4
Mekanisme Kehilangan Panas Pada Bayi Baru Lahir
(Sumber : Dewi, 2011: 11)
d. Membebaskan Jalan Nafas
98

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi

tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas

dengan cara sebagai berikut:

1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat.

2) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher

bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur

lurus sedikit tengadah ke belakang.

3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan

jari tangan yang dibungkus kassa steril.

4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit

bayi dengan kain kering dan kasar.

5) Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya

yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah

ditempat.

6) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.

7) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar

Score).

8) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau

mulut harus diperhatikan.

e. Memotong dan merawat tali pusat.

1) Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat

atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
99

2) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi

tubuh lainnya.

3) Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.

4) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk

atau kain bersih dan kering.

5) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan

menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali

pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci

atau jepitkan secara mantap klem tali pusat tertentu.

6) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling

ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul

kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.

7) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan

klorin 0,5%.

8) Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa

bagian kepala bayi tertutup dengan baik.

f. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap

suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk

membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.

Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur

yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil.


100

g. Pencegahan infeksi.

1) Memberi vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi

vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di

beri vitamin K per oral 1 mg/hari selama 3 hari, dan bayi beresiko

tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5–1 mg IM.

2) Memberi obat tetes mata atau salep mata

Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia

(penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam

pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 %

atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5

jam setelah bayi lahir.

h. Identifikasi.

Apabila bayi di lahirkan di tempat bersalin yang persalinannya

mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang

efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di

tempatnya sampai waktu bayi di pulangkan.

3. Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir

a. Perubahan sistem pernafasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30

detik pertama sesudah lahir. Faktor-faktor yang berperan pada

rangsangan napas pertama bayi :

1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan

luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.


101

2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi

paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara

ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system

pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat

menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan

serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

3) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2

meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.

Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin,

tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan

tingkat gerakan pernapasan janin.

4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan

(Kemenkes RI, 2016)

b. Perubahan sistem peredaran darah

Setelah lahir, darah bayi harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna

mengantarkan oksigen ke jaringan. Dua peristiwa penting yang

mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah:

1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik

meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium

kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium

kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan

tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu

darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru paru

untuk menjalani proses oksigenasi ulang.


102

2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-

paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada

pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya

sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan resistensi

pembuluh darah paru paru). Peningkatan sirkulasi ke paru paru

mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan atrium

kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan

penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara

fungsional akan menutup (Kemenkes RI, 2016).

c. Perubahan metabolisme glukosa

Selama dalam kandungan kebutuhan glukosa bayi dipenuhi

oleh ibu. Saat bayi lahir dan tali pusat dipotong, bayi harus

mempertahankan kadar glukosanya sendiri. Kadar glukosa bayi akan

turun dengan cepat (1-2 jam pertama kelahiran) yang sebagian

digunakan untuk menghasilkan panas dan mencegah hipotermia

(Kemenkes RI, 2016).

d. Perubahan sistem gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan

menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah

terbentuk baik pada saat lair. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan

untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas

(Kemenkes RI, 2016).

e. Perubahan sistem kekebalan tubuh/imun

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.


103

Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami

maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur

pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut

beberapa contoh kekebalan alami:

1) Perlindungan oleh kulit membran mukosa.

2) Fungsi saringan saluran napas.

3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.

4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung (Kemenkes RI,

2016).

f. Perubahan system saraf

Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lainnya, sistem syaraf

belum matang secara anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan

kontrol yang minim oleh cortex serebri terhadap sebagian besar

batang otak dan aktivitas refleks tulang belakang pada bulan pertama

kehidupan walaupun sudah terjadi interaksi sosial. Adanya beberapa

aktivitas refleks yang terdapat pada bayi baru lahir menandakan

adanya kerjasama antara sistem syaraf dan system muskuloskeretal.

Refleks tersebut antara lain :

1) Refleks menggenggam (grasping reflex)

Timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, lalu

bayi akan menutup telapak tangannya atau ketika telapak kaki

digores dekat ujung jari kaki, jari kaki menekuk dia.


104

2) Refleks babinsky

Muncul ketika ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari

akan bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka, menghilang

pada usia 1 tahun.

3) Refleks mencari (rooting reflex)

Timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi

akan memutar kepala seakan mencari putting susu. Refleks ini

menghilang pada usia 7 bulan.

4) Refleks terkejut (morro reflex)

Bayi akan mengembangkan tangan lebar dan melebarkan

jari, lalu membalikkan dengan tangan yang cepat seakan-akan

memeluk seseorang. Diperoleh dengan memukul permukaan yang

rata dimana dekat bayi dibaringkan dengan posisi telentang.

5) Refleks menghisap (suckling reflex)

Timbul bersamaan dengan reflek rooting untuk mengisap

putting susu dan menelan ASI.

6) Refleks menoleh (tonikneck reflex)

Reflek ini timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh

kekanan atau kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini bisa diamati

saat bayi berusia 3-4 bulan.

7) Refleks menelan (swallowing reflex)

Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot di

daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan dan

mendorong ASI ke dalam lambung bayi.


105

8) Refleks melangkah (stepping and walking reflex)

Refleks ini timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada

gerakan spontan kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut

belum bisa berjalan. Menghilang pada usia 4 bulan.

9) Refleks membengkokkan badan (gallant reflex)

Ketika bayi tengkurap, gerakan bayi pada punggung

menyebabkan pelvis membengkok ke samping. Berkurang pada

usia 2-3 bulan.

10) Refleks merangkak (bauer reflex)

Pada bayi aterm dengan posisi tengkurap. BBL akan

melakukan gerakan merangkak (Sinta, 2019).

4. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda

kegawatan/kelainan yang menujukan suatu penyakit. Bayi baru lahir

dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda

antra lain:

a. Sesak nafas

b. Frekuensi pernafasan 60 kali/menit

c. Gerak retraksi di dada

d. Malas minum

e. Panas atau suhu badan bayi rendah

f. Kurang aktif

g. Berat lahir rendah (1500 - 2500 gram) dengan kesulitan minum

(Nurhasiyah, 2017).
106

5. Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir

a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang

berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram. Istilah BBLR sama

dengan prematuritas. Namun, BBLR tidak hanya terjadi pada bayi

premature, juga bayi yang cukup bulan dengan BB <2500 gram

(Sinta, 2019).

b. Asfiksia.

Asfiksia pada bayi baru lahir atau asfiksia neonatorum adalah

suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan

dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia dapat mengakibatkan

kematian dan diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah

mengalami asfiksia saat lahir hidup dengan morbiditas jangka

panjang seperti cereblal palsy, retardasi mental, dan gangguan belajar

faktor-faktor resiko terjadinya asfiksia neonatorum adalah faktor ibu,

faktor plasenta, faktor janin, dan faktor persalinan (Nurhasiyah, 2017).

c. Hipotermi/hipertermi

Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal

(<36ºC) pada pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh

bayi baru lahir normal adalah 36,5ºC - 37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi

merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan

terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan

kegagalan fungsi jantung paru dan kematian (Sinta, 2019).


107

d. Syndrom Gangguan Nafas

Syndrom gangguan napas atau respiratory distress syndrome

(RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernapasan

pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan

dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru (Sinta, 2019)

e. Ikterus

Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi

baru lahir. Semua bayi baru lahir akan mengalami proses “menjadi

kuning” yang disebut sebagai ikterus neonatorum. Ikterus yang

dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir ini merupakan ikterus

yang fisiologis, memiliki derajat ringan, yang terjadi karena adanya

peningkatan bilirubin bebas (indirect) di dalam darah neonatuis

(Nurhasiyah, 2017).

f. Tetanus neonatorum

Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi

pada neonatus (bayi berusia kurang dari 1 bulan) yang disebabkan

oleh Clostridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksik

(racun) dan menyerang system saraf pusat, oleh karena adanya

tetano-spamin dari clostridium tetani. Tetanus juga dikenal dengan

nama Lockjaw, karena salah satu gejala penyakit ini adalah mulut

yang sukar dibuka (seperti terkunci). Penyakit ini merupakan kausa

kedua kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

(Nurhasiyah, 2017).
108

6. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini dimulai sedini mungkin. Segera setelah bayi

lahir setelah tali pusat dipotong letakkan bayi tengkurap di dada ibu

dengan kulit ke kulit biarkan selama 1 jam/lebih sampai bayi menyusu

sendiri, selimuti dan beri topi. Suami dan keluarga beri dukungan dan siap

membantu selama proses menyusui. Pada jam pertama si bayi

menemukan payudara ibunya dan ini merupakan awal hubungan

menyusui yang berkelanjutan yang bisa mendukung kesuksesan ASI

Eksklusif selama 6 bulan. Berdasarkan penelitian bayi baru lahir yang

dipisahkan dari ibunya dapat meningkatkan hormon stres sekitar 50% dan

membuat kekebalan tubuh bayi menjadi menurun.

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,

mengendalikan suhu tubuh lebih baik dibandingkan dengan inkubator,

menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi

nosocomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena

pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden

ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit ke kulit juga membuat bayi lebih

tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik (Sinta, 2019).

7. Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak

diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga

apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit

atau hanya mengalami sakit ringan. Tujuan pemberian imunisasi adalah


109

menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) (Nur Hadianti, 2015).

Tabel 2.8 Jadwal Imunisasi Bayi


Jenis Imunisasi Usia Pemberian Keterangan
Hepatitis B 0-7 hari Deskripsi :
Vaksin Virus recombinan yang
telah diinaktivasikan dan bersifat
non-infecious, berasal dari
HBsAg.
Cara pemberian dan dosis:
Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB
PID, secara IM sebaiknya pada
anterolateral paha. Pemberian
sebanyak 3 dosis. Dosis
pertama usia 0-7 hari dosis
berikutnya interval minimum 4
minggu.
BCG 1 bulan Deskripsi :
Vaksin BCG merupakan vaksin
beku kuning yang mengandung
Mycrobacterium bovis hidup
yang dilemahkan (Bacillus
Calmette Guerin), strain paris.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap tuberkulosis
Cara pemberian dan dosis:
Dosis pemberian 0,05 ml,
sebanyak 1 kali. Disuntikkan
secara intrakutan di daerah
lengan kanan atas (insertio
musculus deltoideus) dengan
menggunakan ADS 0,05 ml.
Polio OPV/IPV 1,2,3,4 bulan Deskripsi :
Vaksin Polio Trivalent yang
terdiri dari suspense virus
poliomyentis tipe 1,2, dan 3
(Strain sabin) yang sudah
dilemahkan.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap poliomielitis
Cara pemberian dan dosis:
OPV secara oral, 1 dosis (dua
tetes) sebanyak 4 kali (dosis)
pemberian, dengan interval
setiap dosis min 4 minggu.
IPV secara IM atau Subkutan
110

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Keterangan


dalam dengan dosis 0,5 ml. Dari
usia 2 bulan 3 suntikan berturut-
turut dengan interval satu atau
dua bulan.
DPT-HB-Hib 2,3,4 bulan Indikasi :
Pencegahan terhadap difteri,
tetanus, pertussis (batuk rejan),
hepatitis B dan infeksi
Haemophilus influenza tipe b
secara stimultan.
Cara pemberian dan dosis:
Disuntikkan secara IM pada
anterolateral paha atas. Satu
dosis anak adalah 0,5 ml.
Campak 9 bulan Deskripsi :
Vaksin virus hidup yang
dilemahkan.
Indikasi :
Pemberian kekebalan aktif
terhadap penyakit campak.
Cara pemberian dan dosis:
Disuntikkan secara subkutan
pada lengan kiri atas atau
anterolateral paha dengan dosis
0,5 ml pada usia 9-11 bulan.
Sumber : Nurhadianti, (2015).

C. Pendokumentasian

1. Pengertian Dokumentasi

Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan

pelaporan yang di miliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan

yang berguna untuk kepentingan Klien, bidan dan tim kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat

dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan.

Dokumentasi kebidanan sangat penting bagi bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan. Hal ini karena asuhan kebidanan yang

diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang

dapat digunakan sebagai acuan untuk menuntut tanggung jawab dan


111

tanggung gugat dari berbagai permasalahan yang mungkin dialami oleh

klien berkaitan dengan pelayanan yang diberikan. Selain sebagai sistem

pencatatan dan pelaporan, dokumentasi kebidanan juga dipakai sebagai

informasi tentang status kesehatan pasien pada semua kegiatan asuhan

kebidanan yang dilakukan oleh bidan (Kemenkes RI, 2017)

2. Tujuan Dan Fungsi Dokumentasi

a. Fungsi dokumentasi kebidanan:

1) Untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukan

bidan.

2) Sebagai bukti dari setiap tindakan bidan bila terjadi gugatan

terhadapnya. (Kemenkes RI, 2017)

b. Tujuan dokumentasi kebidanan

1) Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat

kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan,

mengevaluasi tindakan.

2) Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika.

Terkait penelitian, keuangan, hukum, dan etika, dokumentasi

memiliki tujuan sebagai berikut :

(a) Bukti kualitas asuhan kebidanan.

(b) Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada

klien.

(c) Informasi terhadap perlindungan individu.

(d) Bukti aplikasi standar praktik kebidanan.

(e) Sumber informasi statistik untuk standar dan riset kebidanan.

(f) Pengurangan biaya informasi.


112

(g) Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan.

(h) Komunikasi konsep risiko tindakan kebidanan. (Kemenkes RI,

2017).

3. Prinsip Dokumentasi Kebidanan

a. Dokumentasi secara lengkap tentang suatu masalah penting yang

bersifat klinis

b. Lakukan penandatanganan dalam setiap pencatatan data.

c. Tulislah dengan jelas dan rapi.

d. Gunakan ejaan dan kata kata baku serta tata bahasa medis yang

tepat dan umum.

e. Gunakan alat tulis yang terlihat jelas, seperti tinta untuk menghindari

terhapusnya catatan.

f. Gunakan singkatan resmi dalam pendokumentasian.

g. Gunakan pencatatan dengan grafik untuk mencatat tanda vital.

h. Catat nama pasien di setiap halaman.

i. Berhati - hati ketika mencatat status pasien dengan HIV/AIDS.

j. Hindari menerima intruksi verbal dari dokter melalui telepon, kecuali

dalam kondisi darurat.

k. Tanyakan apabila ditemukan intruksi yang tidak

l. Dokumentasi terhadap tindakan atau obat yang tidak diberikan

(Fauziah, 2010).

4. Teknik Dokumentasi

a. Teknik dokumentasi naratif

Merupakan teknik yang dipakai untuk mencatat

perkembangan pasien dari hari ke hari dalam bentuk narasi, yang


113

mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Teknik naratif

merupakan teknik yang paling sering digunakan dan yang paling

fleksibel. Teknik ini dapat digunakan oleh berbagai petugas

kesehatan

b. Teknik dokumentasi flow sheet (lembar alur)

Bentuk catatan perkembangan aktual yang dirancang untuk

memperoleh informasi dari pasien secara spesifik menurut parameter

yang telah ditentukan sebelumnya. Flow sheet memungkinkan

petugas untuk mencatat hasil observasi atau pengukuran yang

dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara naratif,

termasuk data klinik klien (Kemenkes RI, 2017)

c. Metode Pendokumentasian

Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan adalah

SOAP.

1) S adalah data subyektif

Mencatat hasil anamnesa dengan klien.

2) O adalah data obyektif

Mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap klien.

3) A adalah hasil analisa

Mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.

4) P adalah penatalaksanaan

Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah

dilakukan, seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan

secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,

evaluasi dan rujukan (Kemenkes RI, 2017).


114

D. Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak

secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar

menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan

(Kemenkes RI, 2017)

1. Manajemen kebidanan menurut varney

a. Pengumpulan data dasar

Semua informasi yang berkaitan dengan kondisi kesehatan dari klien

atau narasumber dikumpulkan. Data yang dikumpulkan meliputi

subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan

b. Interpretasi data dasar

Data dasar yang telah dikumpulkan, kemudian diinterpretasikan

sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

c. Diagnosis atau masalah potensial

Langkah ini merupakan langkah ketika bidan mengidentifikasi

diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi masalah

penanganannya.

d. Penetapan kebutuhan tindakan segera

Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan

konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan

kondisi klien.

e. Penyusunan rencana

Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh

berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat


115

harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan,

teori up to date dan perawatan berdasarkan bukti.

f. Pelaksanaan asuhan

Pada langkah ini yaitu merealisasikan rencana asuhan yang diuraikan

pada langkah sebelumnya.

g. Evaluasi

Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan

mengatasi diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi.

(Kemenkes RI, 2017).

Anda mungkin juga menyukai