Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

KELAINAN BAWAAN PADA NEONATUS

OLEH :

NAMA KELOMPOK 4 :

1. MARIA KLARITA MOUW


2. MELDA SUSAN K. Y. KOTA
3. NAOMI LAMALEI
4. MARLIN L.F. LETTE
5. MARIA OEMATAN

KELAS : B/V

PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun asuhan
keperawatan kelainan bawaan pada neonatus. Adapun maksud dari penyusunan askep ini
adalah untuk memenuhi tugas keperawatan neotal. Disusunnya askep ini tidak lepas dari
peran dan bantuan beberapa pihak dan sumber. Karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun askep ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya askep ini. Penulis berharap semoga askep ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Kupang,22 september 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
B. Tujuan Penelitian.................................................................................................................6
1. Tujuan Umum......................................................................................................................6
2. Tujuan Khusus.....................................................................................................................6
C. Manfaat Penulisan...............................................................................................................7
a. Manfaat praktis....................................................................................................................7
b. Manfaat akademis................................................................................................................7
c. Bagi peneliti..........................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................8
1.1 Konsep Dasar Medis............................................................................................................8
a) Definisi..................................................................................................................................8
b) Anatomi Fisiologi.................................................................................................................9
c) Etiology...............................................................................................................................16
d) Patofisiologi........................................................................................................................16
e) Manifestasi..........................................................................................................................17
f. Penatalaksanaan................................................................................................................17
BAB III KONSEP ASKEP................................................................................................................22
2.1.3Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................................22
I. Pengkajian..........................................................................................................................22
II. Pemeriksaan Fisik..............................................................................................................22
III. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................23
IV. Intervensi........................................................................................................................23
V. Implementasi......................................................................................................................23
VII. Evaluasi...........................................................................................................................23
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................24
a. Kesimpulan.........................................................................................................................24
b. Saran...................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan susunan jantung yang terjadi sejak
dalam kandungan sebelum bayi lahir. Kelainan jantung ini disebabkan oleh gangguan
perkembangan system kardiovaskuler pada embrio (Ngastiah,2014). Penyakit jantung
bawaan (PJB) digolongkan menjadi dua, yaitu penyakit jantung bawaan non-sianotik dan
sianotik. Penyakit jantung bawaan non-sianotik biasanya ditandai dengan sesak napas,
pucat, berkeringat, ujung-ujung jari hiperemik, cepat lelah dan dyspnea. Penyakit jantung
bawaan sianotik biasanya ditandai dengan sianosis yang disertai takipnea dan
hiperventilasi bahkan dapat disertai kejang-kejang dan berakibat fatal.
PJB merupakan suatu permasalahan yang terjadi pada struktur jantung yang tampak
setelah kelahiran. Kelainan ini dapat melibatkan bagian dalam dinding jantung, yaitu klep
didalam jantung atau arteri dan vena yang membawa darah kejantung atau keseluruh
tubuh. PJB yang berat bisa dikenali saat kehamilan dengan cara pemeriksaan USG dan
didapat detak jantung janin yang abnormal (mur-mur) atau segera setelah lahir yaitu anak
tampak kebiruan saat menangis. PJB yang ringan sering tidak menampakkan gejala, dan
diagnosisnya didasarkan pada pemerisaan fisik dan tes khusus untuk alas an yang lain
(Maramis, Kaunang & Rompis, 2014).
WHO (2016), menjelaskan bahwa sebanyak 4,2 juta (75%) dari semua kematian bayi
dan balita terjadi pada tahun pertama kehidupan. Data kematian bayi terbanyak dalam
tahun pertama kehidupan ditemukan diwilayah Eropa ditemukan ada 8/1000 dari
kelahiran. Hal ini menunjukkan bahwa diwilayah Afrika merupakan kejadian tertinggi
pada tahun 2016. Penyebab utama kematian pada anak balita adalah komplikasi kelahiran
premature, pneumonia, komplikasi terkait intrapartum, diare, dan kelainan bawaan. The
Global Action Report on Preterm Birth menyebutkan, secara global 15 juta bayi lahir
premature setiap tahun. Bahkan, lebih dari satu juta bayi meninggal karena komplikasi
akibat lahir premature (Handayani, 2017).
World Health Organization (WHO) (2015), mengatakan bahwa pada tahun 2013
bayi yang terkena syndrome rubella bawaan di Rumania sebanyak 45 kasus, Jepang
sebanyak 31 kasus, Banglades sebanyak 19 kasus, Irak sebanyak 9 kasus, Malaysia
sebanyak 4 kasus, Srilanka sebanyak 4 kasus, Kamboja sebanyak 3 kasus, Vietnam 3
kasus, Australia sebanyak 2 kasus, dan Polandia sebanyak 2 kasus. Hoffman (2014)
menjelaskan bahwa didunia kejadian penyakit jantung bawaan di dunia semakin
meningkat. penyakit jantung bawaan saat lahir bergantung pada bagaimana populasi yang
dipelajari. Dua koma tiga sebelum pengenalan ekokardiografi, angka kejadian berkisar
antara 5 sampai 8/1.000 kelahiran hidup namun diagnosis yang lebih baik telah terdeteksi,
sehingga perkiraan saat ini berkisar antara 10 sampai 12 per 1.000 kelahiran hidup.
Federasi Jantung Dunia (2014) menyebutkan bahwa angka kematian akibat penyakit
jantung di Indonesia 17,1 juta orang (19%) dari total kematian tiap tuhunya. Di Indonesia
pada tahun 2015 terdapat 38.547 bayi dengan penyakit jantung bawaan dan terdapat 107
kasus baru setiap hari serta setiap satu jam lahir 4-5 bayi dengan penyakit jantung bawaan
di Indonesia. Sekitar separuh dari kasus dengan PJB terdeteksi segera setelah lahir
(Handayani, 2016).Yayasan Jantung di Indonesia (2014) mengatakan prevalensi penyakit
jantung di Indonesia 7-12% per tahun (16,8 juta penduduk mengidap penyakit jantung dari
240 juta penduduk Indonesia). Arikrishnan (2015) menyebutkan bahwa di RS Adam
Malik terdapat 98 sampe BBLR dengan 8 orang menderita Penyakit Jantung Bawaan,
PDA 5 orang (5/6%), ASD 2 orang (2,2%) dan TOF 1 orang (1,1%). Maramis, Kaunang
dan Rompis (2014) mengatakan bahwa di RSUP Prof. Dr.R. D. Kandou tahun 2001-2013
didapat sebanyak 53 anak yang menderita penyakit jantung bawaan, 34 anak laki-laki dan
19 anak perempuan. Jenis PJB yang paling banyak diderita adalah jenis Atrial Septal
Defect. Kebanyakan penderita mengalami gizi kurang (54,7%), diikuti dengan gizi buruk
(37.8%) dan gizi baik (7.5%).
Profil Kesehatan Sumatra Barat (2014) menyebutkan bahwa kematian bayi di propinsi
Sumatra barat sebanyak 681 orang yang terbesar di 19 Kab/Kota dengan penyumbang
kematian tertinggi dari kota padang sebanyak 108 orang sedangkan angka kematian Balita
di Propinsi Sumatera Barat sebanyak 856 orang yang terbesar di 19 Kab/Kota dengan
penyumbang kematian tinggi dari Kota Padang sebanyak 25 orang. Hermawan (2017),
dalam penelitiannya menemukan bahwa 85 pasien yang menderita penyakit jantung
bawaan di RSUO Dr. M. Djamil Padang dari januari 2013 sampai Desember 2015. Jenis
penyakit jantung bawaan terbanyak yaitu VSD sebanyak 40,00%. Sedangkan usia
terbanyak pada kelompok kurang dari 1 tahun (50,59%). Pasien terbanyak dengan jenis
kelamin laki-laki (54,12%). Status guzi pasien PJB didominasi oleh gizi kurang
(75,30%). Kelainan paru (40,00%), dengan penyakit trbanyak yaitu bronkopneumania
(21,18%). Pasien yang memiliki riwayat keluarga hanya 2,35%. Dari keseluruhan pasien
didapat rata-rata hemoglobin dan hematocrit pasien PJB sianotik lebih tinggi dari pada
PJB asianotik. Berdasarkan hasil data Rekam Medik RSUP DR. M. Djamil Padang,
didapatkan jumlah pasien yang dirawat pada tahun 2014 sebanyak 10 orang, tahun 2015
sebanyak 12 orang, tahun 2016 sebanyak 58 orang dan tahun 2017 sebanyak 64 0rang.
Bebby (2017) Kelainan jantung bawaan sebenarnya dapat dideteksi sejak dalam
kandungan. Sejak janin berusia 20 minggu di dalam kandungan, jantung bawaan dapat
dideteksi melalui pemeriksaan USG. Namun penanganan baru bisa dilakukan setelah bayi
lahir. Hingga saat ini belum diketahui apa penyebab pasti apa yang menyebabkan
terjadinya kelainan ini. Kelainan jantung bawaan terdiri dari beberapa jenis, seperti adanya
lubang pada jantung, penyempitan pembuluh darah, penyempitan aliran darah ke jantung,
dan adanya lubang di antara dua serambi jantung. Setiap jenis kelainan jantung bawaan
memiliki penanganan yang berbeda. "Ada yang harus segera ditangani setelah bayi lahir,
tapi ada juga yang baru bisa diatasi setelah bayi menginjak usia tertentu," ucap Ganesja
Harimurti, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Siloam Hospitals Kebon Jeruk.
Untuk kelainan jantung bawaan ringan yang tidak memerlukan penanganan segera,
kondisi kesehatan bayi tetap perlu dipantau. Selalu konsultasikan apapun kondisi
kesehatan bayi secara berkala. Jangan sungkan untuk segera membawanya ke rumah sakit
saat bayi menunjukkan tanda-tanda seperti napas yang berat, suara tangisan yang
mengecil, demam, hingga tubuh yang membiru akibat kekurangan oksigen. Semua tanda
kegawatdaruratan pada bayi dengan riwayat jantung bawaan tersebut, perlu ditangani
dengan tepat dan cepat. Sayangnya, angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong
tinggi. Hal tersebut lantaran kurangnya pengetahuan orangtua terhadap berbagai risiko
kesehatan yang dapat menimpa bayi mereka.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam mengaplikasikan teori asuhan
keperawatan kegawatdaruratan pada pasien Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
2. Tujuan Khusus
a. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan pengkajian
keperawatan kegawatdaruratan pada Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
b. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan perumusan
diagnosa keperawatan kegawatdaruratan dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
c. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan penyusunan
intervensi keperawatan kegawatdaruratan dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
d. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan implementasi
keperawatan kegawatdaruratan pada An. R dengan Penyakit Jantung Bawaan
(PJB).
e. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan evalua si
keperawatan kegawatdaruratan dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
A. Manfaat Penulisan
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini di harapkan dapat memberi manfaat:
a. Manfaat praktis
1. Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pelayanan di
rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan Penyakit
Jantung Bawaan (PJB).
2. Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang asuhan keperwatan pada klien penyakit jantung bawaan
(PJB).
b. Manfaat akademis
1. Hasil karya tulis ilmiah ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada klien Penyakit Jantung
Bawaan (PJB).
2. Sebagai bahan referensi dan menambah wawasan penerapan ilmu Penyakit
Jantung Bawaan (PJB)
c. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya, yang
akan melakukan asuhan keperawatan pada klien Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Konsep Dasar Medis


a) Definisi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas struktur makroskopis
jantung atau pembuluh darah besar intratoraks yang mempunyai fungsi pasti atau
potensial yang berarti. Kelainan ini merupakan kelainan kongenital yang paling sering
terjadi pada bayi baru lahir. Prevalensi penyakit jantung bawaan yang diterima secara
internasional adalah 0.8%, walaupun terdapat banyak variasi data yang terkumpul,
secara umum, prevalensi penyakit jantung bawaan masih diperdebatkan.(Moons,201).
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan
malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yangtelah ada sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutamaditemukan pada bayi dan anak.
Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akanmeninggal waktu bayi. Apabila penyakit
jantung bawaan ditemukan padaorang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien
tersebut mampu melaluiseleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada
usia muda.(Rahwamati. 2015).
a. Jenis Penyakit Jantung Bawaan
Adapun jenis penyakit jantung bawaan terdiri dari 2 tipe yaitu : (Kasron.
2012 ):

a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik


PJB non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung
yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya
lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kirike kanan,
kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur
keluarventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di
sekat jantung.Masing-masing mempunyai spektrum presentasi
klinis yang bervariasidari ringan sampai berat tergantung pada jenis
dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru. Yang akan
dibicarakan disini hanya 2 kelompok besar PJB non sianotik;
yaitu :
a. PJB non sianotik dengar, lesi atau lubangdi jantung sehingga
terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan,misalnya ventricular
septal defect (VSD),atrial septal defect(ASD) dan dengan
b. patentductus arteriosus (PDA).
c. PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian
kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung ,
misalnya aortic stenosis(AS),coarctatio aorta (CoA) dan
pulmonary stenosis(PS).
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Pada PJB sianotik di dapatkan kelainan struktur dan fungsi
jantung sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik
vena sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali
beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kir
i atau terdapat percampuran darah balik vena sistemik dan vena
pulmonalis. Sianosis pada mukosa bibir dan mulut serta
kuku jari tangan  dan kaki adalah penampilan utama pada
golongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce haemoglobin yang
beredar dalam darah lebih dari 5 gram %. Bila dilihat dari
penampilan klinisnya, secara garis besar terdapat 2 golongan PJB
sianotik, yaitu:
1) Dengan gejala aliran darah ke paru yang berkurang,misalnya
Tetralogi of Fallot (TF) dan Pulmonal Atresia (PA)
denganVSD.
2) Dengan gejala  aliran  darah  ke  paru  yang  bertambah.Misal
nya Transposition of the Great Arteries (TGA) dan Common
Mixing
b) Anatomi Fisiologi
Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh kita. Fungsi jantung secara
umum adalah bekerja sebagai pompa. Fungsi pompa ini adalah kaitannya dengan
sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung bekerja untuk dan dalam rangka
memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh kita.

Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua bilik yang
terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah disebut Ventrikel.
Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan yang
bertugas memompa darah ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas
memompa darah ke seluruh tubuh manusia.

1) Ukuran, Posisi atau letak Jantung

Ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya


atau deng an ukuran panjang kira-kira 5″ (12 cm) dan lebar sekitar 3,5″
(9 cm). Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang
mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan

diafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal


notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari midline
sternum, 2/3 nya disebelah kiri dari midline sternum. Sedangkan
bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah
puting susu sebelah kiri. (lihat gambar: 2.1)

2) Lapisan Pembungkus Jantung

Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan


perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3
lapisan, yaitu:

 Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung


yang melindungi jantung ketika jantung mengalami
overdistention. Lapisan fibrosa bersifat sangat keras dan
bersentuhan langsung dengan bagian dinding dalam sternum
rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini termasuk
penghubung antar. jaringan, khususnya pembuluh darah besar
yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava,
aorta, pulmonal arteri dan vena pulmonal).

 Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan


fibrosa

 Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan


dengan lapisan luar dari otot jantung atau epikardium.
3) Lapisan Otot jantung
Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot jantung yang
tersusun secara spiral dan saling berhubungan melalui diskus interkalatus.
Lapisan jantung itu sendiri terdiri dari Perikardium, Miokardium, dan
Endokardium.
Berikut ini penjelasan ketiga lapisan jantung yaitu:
a) Perikardium (Epikardium)
Epi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana
bagian ini adalah suatu membran tipis di bagian luar yang
membungkus jantung.
b) Miokardium
Myo berarti "otot", merupakan lapisan tengah yang terdiri dari
otot jantung, membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-
serat otot ini tersusun secara spiral dan melingkari jantung. Lapisan
otot ini yang akan menerima darah dari arteri koroner.
c) Endokardium
Endo berarti "di dalam", adalah lapisan tipis endothelium, suatu
jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem
sirkulasi peredaran darah.
4) Katup Jantung

Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang


menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan
katup atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan
sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup
semilunar.
Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup
yang menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel
kanan, katup atrioventrikuler yang lain adalah katup yang
menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri yang
dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid.

Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup


yang menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal
trunk, katup semilunar yang lain adalah katup yang
menghubungkan antara ventrikel kiri dengan asendence aorta
yaitu katup aorta. Katup berfungsi mencegah aliran darah balik
ke ruang jantung sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau
sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap bagian
daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada
saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang
sebelumnya yang bertekanan rendah.

5) Ruang Jantung
Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan
ventriker yang masing-masing dari ruang jantung. Jantung terdiri dari
beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel yang masing-
masing dari ruang jantung :
a) Atrium
Berikut fungsi dari masing-masing atrium jantung yaitu:
 Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah
yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut
mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta
sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian
darah dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru.
Atrium kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui
vena kava superior (kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior
vena kava (kaki dan dada lebih rendah). Simpul sinoatrial
mengirimkan impuls yang menyebabkan jaringan otot jantung
dari atrium berkontraksi dengan cara yang terkoordinasi seperti
gelombang. Katup trikuspid yang memisahkan atrium kanan
dari ventrikel kanan, akan terbuka untuk membiarkan darah de-
oksigen dikumpulkan di atrium kanan mengalir ke ventrikel
kanan.
 Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru
melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke
ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.
Atrium kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui vena
paru-paru. Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial kemajuan
melalui atrium, darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri.
b. Ventrikel
Berikut adalah fungsi ventrikel yaitu :
 Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan
ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel kanan menerima
darah de- oksigen sebagai kontrak atrium kanan. Katup paru
menuju ke arteri paru tertutup, memungkinkan untuk mengisi
ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh, mereka kontrak.
Sebagai kontrak ventrikel kanan, menutup katup trikuspid dan katup
paru terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah dari
dukungan ke atrium kanan dan pembukaan katup paru
memungkinkan darah mengalir ke arteri pulmonalis menuju paru-
paru.
 Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke
seluruh tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang
mengandung oksigen sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati
katup mitral ke ventrikel kiri. Katup aorta menuju aorta tertutup,
memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel
penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri, menutup katup
mitral dan katup aorta terbuka. Penutupan katup mitral mencegah darah
dari dukungan ke atrium kiri dan pembukaan katup aorta memungkinkan
darah mengalir ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh. tertutup,
memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel
penuh, dan tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel tertutup,
memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel
penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri, menutup katup
mitral dan katup aorta terbuka. Penutupan katup mitral mencegah darah
dari dukungan ke atrium kiri dan pembukaan katup aorta memungkinkan
darah mengalir ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh.
6. Pembuluh darah besar jantung
Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu :
a) Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah
kotor dari bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
b) Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah
kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
c) Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang
membawa darah kotor dari jantung sendiri.
d) Pulmonary Trunk, yaitu pembuluh darah besar yang
membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri
pulmonalis.

e) Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri


yang membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua
paru-paru.
f) Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri
yang membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke
atrium kiri.
g) Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang
membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke
cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ tubuh
bagian atas.
h) Desending Aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah
bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian
bawah.
7. Arteri Koroner

Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab


dengan jantung sendiri, karena darah bersih yang kaya akan
oksigen dan elektrolit sangat penting sekali agar jantung bisa
bekerja sebagaimana fungsinya. Apabila arteri koroner
mengalami pengurangan suplainya ke jantung atau yang di
sebut dengan ischemia, ini akan menyebabkan terganggunya
fungsi jantung sebagaimana mestinya. Apalagi arteri koroner
mengalami sumbatan total atau yang disebut dengan serangan
jantung mendadak atau miokardiac infarction dan bisa
menyebabkan kematian. Begitupun apabila otot jantung
dibiarkan dalam keadaan iskemia, ini juga akan berujung
dengan serangan jantung juga atau miokardiac infarction.
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik,
dimana muara arteri koroner berada dekat dengan katup aorta
atau tepatnya di sinus valsava. Arteri koroner dibagi dua, yaitu:
 Arteri koroner kanan
Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai
darah ke atrium kanan, ventrikel kanan, permukaan bawah
dan belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV Node, dan
55% mensuplai SA Node.
 Arteri koroner kiri
Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD
(Left Anterior Desenden) dan arteri sirkumflek. Kedua arteri
ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna,
yaitu sulcus coronary atau sulcus atrioventrikuler yang
melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, yang
kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua
ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini dibagian permukaan
posterior jantung yang merupakan bagian dari jantung yang
sangat penting yaitu kruks jantung. Nodus AV node berada
pada titik ini.
b) Klasifikasi
Menurut (Rilantono 2016) PJB dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu, PJB
tipe non sianotik dan PJB sianotik. PJB tipe non sianotik adalah suatu kelainan
struktur dan fungsi jantung yang di bawa lahir yang tidak ditandai dengan
sianosis. PJB non sianotik terdiri dari 3 kelompok yaitu :
 terjadi aliran darah dari kiri ke kanan contohnya paten duktus arterio-
sus (PDA), ventrikel septal defek (VSD) dan atrial septal defek (ASD).
 terjadi obstruksi jantung kiri pada stenosis katub aorta dan stenosis
katup mitral.
 terjadi obstruk- si jantung kanan pada stenosis katup pulmonal. PJB
tipe sianotik adalah suatu kelainan struktur dan fungsi jantung
sedemikian rupa sehingga seluruh darah balik vena siste- mik yang
mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi
sistemik. Terdapat aliraan pirau dari kanan ke kiri. PJB sianotik terjadi
25% dari semua kasus penyakit jantung yang terjadi pada anak dimana
aliran darah dari kanan ke kiri misalnya tetralogi fallot, atresia
pulmoner dan atresia tricuspid.
c) Etiology
Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap
berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain : infeksi
virus pada ibu hamil ( misalnya campak jerman atau rubella ), obat-obatan atau
jamu jamuan,alcohol. faktor keturunan atau kelainan genetic dapat juga menjadi
penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui.misalnya Sindroma
Down(Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam
kelainan,dimana salah satunya PJB (Wajan J. 2015 ).
Menurut (Rilantono, 2016). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa
ditimbulkan beberapa faktor, salah satunya disebabkan oleh genetic dan
maternal dimana saat ini sebagai faktor yang paling berperan. Selain itu infeksi
virus, paparan radisasi,alcohol dan obat-obatan yang diminum pada ibu hamil
juga diduga sebagai penyebab penyakit jantung bawaan.
d) Patofisiologi
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik
dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit
jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit
jantung bawaan asianotik kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan
darah shuntdari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah
dengan penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2015).

Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri
kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari
atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan
menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium
kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka
darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini
menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli
membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif. Volume di ventrikel kiri
menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini
akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi
penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan
kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh
membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan
menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2016).
e) Manifestasi
Menyebutkan bahwa tanda dan gejala PJB yaitu anak mengalami sianosis,
dyspnea jika melakukan aktivitas fisik, hipertrofi dan pembesaran jantung, tekanan nadi
besar, takikardi, retraksi dada, dan hipoksemia. Selain tanda dan gejala tersebut,
terdapat beberapa tanda dan gejala pertumbuhan dan perkembangan seperti
keterlambatan berbicara, berjalan, mengalami kesulitan makan, meningkatnya resistensi
vascular paru, adanya tanda gejala jantung kongestik seperti gagal jantung, mur-mur
persisten, dan ujung jari hiperemik. Aspiani(2015).

f. Penatalaksanaan
1. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru .:
a. Ventricular Septal Defect (VSD).
Pasien dengan VSD besar perlu ditolong dengan obat-obatan
untuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan
diuretic,misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang
dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat
badan, rnakaoperasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan
bedah sangatmenolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup
berkurang.
b. Atrial Septal Defect (ASD)
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang
suatu graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.
c. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan,kelainan
biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontra
ksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5tahun, cukup
kuat untuk dilakukan operasi.
1) Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
a) Stenosis Aorta (SA)
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat
anak mampu dilakukan pembedahan toraks.
b) Stenosis Pulmonal (SP)
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada
saat anak berusia 2-3 tahun.
c) Koarktasio AortaKelainan dapat dikoreksi dengan
Balloon Angioplasty,pengangkatan bagian aorta yang
berkontriksi atau anastomi bagianakhir , atau dengan cara
memasukkan suatu graf.
2) Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru
berkurang :
a) Tetralogi Of Fallot (TOF).
b) Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-
anak, untuk mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam
masa pertumbuhan.Pembedahan berikutnya pada masa usia
sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua
pendekatan paliatif adalah dengan caraBlalock-Tausing,
dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi subciavikula kanan
atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan.Secara
Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari
aortaassenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini
meningkatakandarah yang teroksigenasi dan membebaskan
gejala-gejala penyakit jantung sianosi.

g. pemeriksaan penunjang
1) Foto thoraks :
Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kirimembesar secara
signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.

2) Echokardiografi :

Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada
bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi prat erm (disebabkanoleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri kekanan).
3) Pemeriksaan laboratorium :
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobindan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnyahemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
4) Nilai BGA
menunjukkan peningkatan tekanan parsial karbon dioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.
5) Pemeriksaan dengan Doppler berwarna :
digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
6) Elektrokardiografi (EKG) :
ervariasi sesuai tingkat keparahan, adanyahipertropi ventrikel kiri,
kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
7) Ka teterisasi jantung :
Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau
Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defektambahan
lainnya.
8) Diagnosa
Ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso
enzim(CK,CKMB) meningkat.
h. Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi
antara lain :
a. Gagal jantung kongestif
b. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
c. Aritmia
d. Endokarditis bakterialistis.
e. Hipertensi
f. Hipertensi pulmonal
g. Tromboemboli dan abses otak
BAB III

KONSEP ASKEP

2.1.3 Konsep Asuhan Keperawatan


I. Pengkajian
a. Anamnesis :
Mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal
suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
b. Keluhan Utama :
Merupakan pernyataan mengenai masalah atau penyakit yang mendorong
penderita memeriksakan dirinya.
c. Riwayat Kesehatan :
Merupakan informasi yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan
pertanyaan tertentu dengan pasien dapat memberikan jawaban yang sesuai.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : Merupakan riwayat penyakit fisik maupun
psikologis yang pernah di derita sebelumnya.
II.Pemeriksaan Fisik
a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya
distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
b. Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
c. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit
yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
d. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan
sakit pinggang.
e. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
f. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening.
III. Diagnosa Keperawatan

Menurut SDLKI setelah pengumpulan data, menganalisa data dan


menentukan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai dengan data yang
ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa
keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.
1. Penurunan curah jantung b.d Perubahan irama jantung
2. Pola nafas tidak efetif b.d hambatan upaya nafas
3. Perfusi perifer tidak efeftif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin

IV. Intervensi

No SDKI SLKI SIKI


1 Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung
jantung tindakan keperawatan Obsevasi
selama 1x24 jam 1. Identifikasi tanda atau gejala
diharapkan Curah primer penurunan curah
jantung meningkat jantung
dengan criteria hasil: 2. Identifikasi tanda atau gejala
- Kekuatan nadi sekunder penurunan curah
perifer menigkat jantung
(5) 3. Monitor aritnia (kelainan
- Leleh menurun irama dan frekuensi)
(5) 4. Monitor fungsi alat pacu
- Distensi vena jantung
jugularis Terapeutik
menurun (5) 1. Posisikan pasien semifoler
atau foler dengan kaki
kebawah atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang
sesui
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur badan harian
2. Ajaran pasien dan keluarga
mengukur intek dan ouput
cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk keprogram rehabilitasi
jantung
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas
efetif tindakan keperawatan Obsevasi
selama 1x24 jam 1. Monitor pola nafas
diharapkan Pola nafas 2. Monitor bunyi nafas
membaik dengan criteria tambahan
hasil: 3. Monitor sputum
- Kapasitas Terapeutik
meningkat (5) 1. Pertahankan kepatenan jalan
- Tekanan nafas
ekspirasi 2. Lakukan fisioterapi dada, jika
meningkat (5) perlu
- Tekanan 3. Lakukan penghisapan lender
inspirasi < 15 detik
meningkat (5) 4. Berikan oksigen, jika perlu
- Penggunaaan Edukasi
alat bantu nafas 1. Anjurkan asupan cairan 200
menurun (5) ml/hari
- Pernafasan Kolaborasi
cuping hidung 1. Kolaborasi pemberian
menurun (5) bronkondilator, ekspektoran,
- Frekuensi nafas mukolitik, jika perlu
mmembaik (5)

3 Perfusi perifer Setelah dilakukan Manajemen Sensasi Perifer


tidak efeftif tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam 1. Identifikasi penyebab
diharapkan Perfusi perubahan sensasi
perifer meningkat 2. Periksa perbedaan sensasi
dengan criteria hasil: panas atau dingin
- Denyut nadi 3. Monitor perubahan kulit
meningkat (5) Terapeutik
- Warna kulit 1. Hindari pemakaian benda-
pucat menurun benda yang berlebihan
(5) sushunya
- Akral membaik Edukasi
(5) 1. Anjurkan penggunaan untuk
- Turgor kulit menguji suhu air
membaik (5) Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu

V. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap
perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.
VII. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan
yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai
atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi
dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan
asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan
dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai
dengan kriteria evaluasi.

BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan

Malformasi kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi


sejak konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10 – 20 % dari kematian
janin dalam kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital.
Khususnya pada bayi berat badan diperkirakan kira- kira 20 % diantaranya meninggal
karena kelainan kongenital dalam minggu pertama kehidupannya. Penyebab
sebenarnya malformasi kongenital tidak diketahui. Secara umum pertumbuhan embrio
dan janin dalam kandungan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
genetik, lingkungan, atau keduanya.

Di bawah ini dikemukakan berbagai faktor :


1. Faktor Kromosom
2. Faktor Mekanis
3. Faktor Infeksi
4. Faktor Umur
5. Faktor obat
6. Faktor Hormonal
7. Faktor Pengaruh Radiasi
8. Faktor Gizi
b. Saran
Dalam perawatanpada bayi baru lahir harus diperhatikan semaksimal
mungkin, karna bayi baru lahir masih rentang sekali terhadap penyakit. Dalam
penyususnan askep ini selain mengambil teknik observasi langsung dilapangan,
penulis juga menggunakan studi kepustakan, makan diharapkan bagi pihak
pendidikan agar dapat wawasan yang berhubungan dengan kepustakan tentang
perawatan bayi dan anak .

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli 2015. Buku ajar keperawatan klien gangguan kardiovaskular,
Jakarta:EGC

Alfyana Nadya Rahwamati. 2015. Jurnal Hubungan Penyakit Jantung Bawaan dengan


Perkembangan Anak usia 0-5 tahun di Unit Perawatan Jantung RS Dr. Kariadi
Semarang diunduh. http://jurnal.stikeskusumahu
sada.ac.id/index.php/JK/article/view/12padatanggal 08/11/2019.

Federasi, Jantung Dunia. 2014. Pengidap jantung usia produktif naik. Kompas.
Diakses
tanggal 1 november 2019. http;//travel.kompas.com/read/2014/03/16/06305643/pengida
jantung.usia.produktif.naik.

Hoffman, Julien IE. 2013. The global burden of congenital heart disease,
Cardiovascular Journal of Africa. Diakses tanggal 2 November 2019.
http;//www.nbci.nim.nih.gov/pmc/ article/PMC3721933/.

Handayani, Indah. 2017. Kenali penyakit jantung bawaan pada anak Diakses tanggal
1 November 2019, http.//id.berita satu.com/family/kenali-penyakit-jantung-bawaan-
pada anak/ 150272.

Kurniawan, Resky, Rahmat. 2015. Asuhan keperawatan pada An N dengan gangguan


kardiovaskuler : penyakit jantung bawaan di ruang cempaka III Rsud padan Arang
Boyolali. Diakses tanggal 1 november 2019. http;//epronts.ums.ac.id/34279.

Kasron. 2016. Buku ajaran keperawatan kardiovaskuler, Jakarta; CV. Trans Info
Media. 2012. Buku ajaran gangguan system kardiovaskuler, Yogyakarta;.

Muttaqin Arief . 2009 . Pengantar Asuhan keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

Nur’ain, Hariyanto, D, Rusdan, S. 2015. Karakteristik penderita penyakit jantung


bawaan pada anak di RSUP.Dr.M.Djamil padang periode janiari 2010-mei
2012.jurnal kesehatan andalas 2015. Diakses tanggal 3 november 2019.http;//jurnal.fk.
unand.ac.id.

Budi Anna Keliat, dkk,,: NANDA ,Diaknosa keperawatan definisi & klasifikasi 2018-
2020 Edisi 11.).Jakarta : EGC

Padila.2015.Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogjakarta: Nuha Medika.

Udjianti, Wajan J. 2016. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit Salemba


Medika
WHO. 2016. Global Healrth Observatory (GHO) data. Diperole dari
http;//ww.who.int/gho/child health/mortalisty/neonatal/infant text/en/. Diakses tanggal
1 november 2019.

2015. World Health Statistics 2015. Switzerland : World Health Organizati.


1.2

Anda mungkin juga menyukai