Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EVIDENCE BASED PADA MASA NIFAS

D
I
S
U
S
U
N

Oleh:
NAMA:LIDIA LESTARI

NIM: 154012012020

Dosen Pembimbing :

Tiara Pratiwi, SST, M.Keb

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

PRODI DIII KEBIDANANTAHUN

PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah askeb nifas dan
menyusui dengan judul evidence based pada masa nifas .

Terimakasih juga saya ucapkan kepada Ibu selaku dosen pembimbing. saya
Ucapan terimakasih tak lupa saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
membantu proses pembuatan makalah ini baik secara moril maupun materil

Besar harapan saya makalah ini dapat memberi ko`ntribusi dalam


pengembangan ilmu pengetahuan dalam kebidanan yang bisa bermanfaa tnantinya.
Sebagai penyusun saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak saya harapkan. Atas
segala masukan tersebut saya mengucapkan terimakasih

Penulis

Lidia Lestari

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….l

DAFTAR ………………………………………………………….ll

BAB 1 PENDAHUALUAN

A. LATAR BELAKANG

MASALAH . ………………………………………..….……….…...….1

B.TUJUAN .……………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

A.EVIDENCE BASED .…………………………………..………………….…....4

1.pengertian evidence based ………….………………………………..……………….4

2. manfaat evidence based ..…………………………………………..………………..4

B. posnatal care ……………………………………………………………...5

C.ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL ……… ………………………….….…10

D. CONTOH JURNAL EVIDENCE BASED

PADA MASSA NIFAS………………………………………………………………10

BAB III PENUTUP

1 KESIMPULAN ……………………………………………………………….12

2.SARAN ………………………………………………………………..12

DAFTAR FUSTAKA .………………………………………………………………..13

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, dan
kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan
adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta pemberian ASI
dengan selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat
reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan
dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu
negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN,
merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti
kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk memberikan pelayanan
kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.
Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat
dijabarkan bahwa:

1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27
menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %,
dan anestesia 2,0 %.

2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18- 20
menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34
%, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3
%.Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa:

1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat di
butuhkan.

1
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil
dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.

3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu
muda, dan terlalu tua untuk hamil.

4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber


daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).

5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.

6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan


secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.

Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian
besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting
untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu
yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah
telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan
diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan
pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian perinatal.

1.2 Tujuan

Tujuan makalah ini adalah : .

1. Untuk mengetahui informasi tentang evidence based kebidanan

2. Untuk mengetahui informasi evidence based pada asuhan Postnatal terkini

1.3 Manfaat

2
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based


kebidanan.

2. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based pada


Asuhan post natal terkini.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Evidence Based

1. Pengertian Evidence Based

Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka
evidence Base dapat diartikan sebagai beriku tEvidence adalah Bukti atau fakta dan Based
adalah Dasar. Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.

Evidence Based Midwifery (Practice) didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu
mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan
berorientasi akademis. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk
penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun
2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong
maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan
untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003). EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus
berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta
sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka
terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga
bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih
lanjut.

Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan


berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.

2. Manfaat Evidence Base

Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:

a. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah

b. Meningkatkan kompetensi (kognitif)


4

c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan


yang bermutu

d.Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan
asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

B. Postnatal Care

1. Pengertian Asuhan Postnatal Care

Posnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih dari 28 setelah
persalinan. Dimana selama waktu itu kehadiran yang continue dari bidan kepada ibu dan
bayi sedang di perlukan bertujuan untuk mendeteksi dini adanya kompiliasi dan penyulit
pada masa postnatal.

2. Konsep dasar masa nifas

1. Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung
kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari
(Prawirohardjo, 2002).

2. Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat
– alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu
(Mochtar, 1998).

3. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul
Bari,2000:122).

4. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan
tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
5

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum.
Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

· Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan


kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa
nifas.Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.Membuat


kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu
melakukan kegiatan administrasi.

Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.Memberikan informasi dan konseling untuk


ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan


diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
periode nifas.Memberikan asuhan kebidanan secara professional.Mendukung pendidikan
kesehatan termasuk pendidikan dalam peranannya sebagai orang tua.

4. Tahapan Masa Nifas

Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :

· Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan –
jalan.

· Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6
– 8 minggu.

· Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat
sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau
tahunan.

6
5. Perubahan fisik masa nifas

· Rasa Kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim (involusi)

· Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia)

· Kelelahan karena proses melahirkan.

· Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.

· Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK.

· Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)

· Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)

Perubahan psikis masa nifas

1 Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan sampai hari ke 2
(Fase Taking In)

2 Ibu merasa merasa kwatir akan ketidak mampuan merawat bayi, muncul perasaan sedih
(Baby Blues disebut Fase Taking Hold (hari ke 3 – 10)

3 Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut Fase Letting Go. (hari
ke 10-akhir masa nifas)

6. Pengeluaran lochea terdiri dari :

o Lochea rubra : hari ke 1 – 2.

Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix
kaseosa, lanugo, dan mekonium

o Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7

Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.

o Lochea serosa : hari ke 7 – 14.

7
Berwarna kekuningan.

o Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas

Hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea
purulent.

7. Tujuan kunjungan masa nifas yaitu:

a Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

b Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan


kesehatan ibu nifas dan bayinya.

c Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.

d Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya.

8. Kunjungan masa nifas terdiri dari :

1. Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan, tujuannya :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b.Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut.

c Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d Pemberian ASI awal.

e Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

f Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan, tujuannya :

8
a.emastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b, Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.

c Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.

d Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit

e Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari

3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.

Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )

4. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.

Tujuannya :

a). Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.

b). Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).

9. Perkembangan Evidence Base dalam praktik Kebidanan postnatal care :

Keterangan

Tampon Vagina

Tampon vagina menyerap darah tetapi tidak menghentikan perdarahan, bahkan perdarahan
tetap terjadi dan dapat menyebabkan infeksi

Gurita atau sejenisnya

Selama 2 jam pertama atau selanjutnya penggunaan gurita akan menyebabkan kesulitan
pemantauan involusio rahim

Memisahkan ibu dan bayi

9
Bayi benar-benar siaga selama 2 jam pertama setelah kelahiran. Ini merupakan waktu yang
tepat untuk melakukan kontak kulit ke kulit untuk mempererat bonding attachment serta
keberhasilan pemberian ASI

C. Asuhan Kebidanan Postnatal

a. Deteksi dini komplikasi masa postnatal

b. Persiapan pasien pulang

c. Home visit dalam asuihan postnatal

d. Suport sistem dalam asudan postnatal

e. Breastfeeding

f. Peran menjadi orang tua

g. Kelompok ibu postpartum

D. Contoh jurnal evidence pada masa nifas

1. pengobatan tradisional (jamu) dalam perawatan kesehatan ibu nifas dan


menyusui di kabupaten tegal.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang


mempengaruhi ibu nifas dalam mengkonsumsi jamu, serta melihat efek jamu
terhadap kesehatan ibu selama masa nifas. Kabupaten Tegal merupakan salah satu
kabupaten di Jawa Tengah yang masih sangat kental tradisi mengkonsumsi jamu
sebagai pengobatan tradisional. Tidak terlepas pada ibu hamil, bersalin dan nifas.
Jamu mulai dikonsumsi segera setelah bayi lahir. Ibu mendapatkan 3 jenis jamu
yang dikonsumsi secara bertahap adapula ibu yang mengkonsumsi satu jenis jamu
selama 40 hari.

10
Menurut saya penelitian pengobatan tradisional (jamu) dalam perawatan
kesehatan ibu nifas Masa nifas merupakan masa pemulihan organ reproduksi
wanita yang mana sangat rentan terjadi gangguan pada organ reproduksinya.
Masyarakat Jawa meyakini dengan mengkonsumsi jamu selama masa nifas, mampu
menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu nifas,Adapun jamu yang dikonsumsi
bervariasi, ada yang dikonsumsi dalam bentuk pil ada pula jamu olahan. Jamu yang
dikonsumsi merupakan jamu untuk menjaga daya tahan tubuh, meningkatkan
produksi ASI serta menjaga badan agar tetap ramping.

2.Pengaruh Pendidikan Kesehatan Masa Nifas Terhadap Kemampuan


Perawatan Mandiri Ibu Nifas Post Sectio Caesarea (SC)
Penelitian ini dilakukan di bangsal nifas (Sakinah) dari tanggal 1 Mei sampai
4 Juni 2010.Responden penelitian merupakan ibu nifas Post SC dengan jumlah
responden sebanyak 20 orang, terdiri dari 10 orang kelompok eksperimen dan 10
orang kelompok kontrol.Ibu melahirkan dengan SC membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk mengembalikan organ-organ tubuh kembali seperti sebelum
hamil. Dalam kenyataanya di lapangan, masih sering dijumpai keterlambatan ibu
Post SC untuk mobilisasi dini dan perawatan mandiri. Peran dan tanggung jawab
perawat sangat diperlukan dalam pemberian informasi dan pendidikan kesehatan
sebagai upaya untuk menghindari self care deficit, komplikasi perdarahan, dan
infeksi Post SC, serta menurunkan angka kematian maternal.

Menurut saya pendidikan kesehatan dan konseling merupakan proses


pemberian informasi yang obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik
dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik
penyampaian, dan penguasaan pengetahuan klinik. Pendidikan kesehatan yang
diberikan didalamnya mengandung unsur-unsur tentang informasi dan
pengetahuan mengenai masa nifas dan perubahan- perubahannya baik fisiologis
maupun psikologis

11
BAB III

PENUTUP

1 KESIMPULAN

Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian
besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting
untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu
yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah
telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan
diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan
pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian perinatal.

2 SARAN

Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, akan
pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan khususnya dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam upaya penurunan AKI dan AKB.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aftab S, Abdul BK, and Ghulam R. The assessment of risk factors of postoperative
nausea and vomiting. Journal of the College Physicians and Sergeons Pakistan
2008; 18 (3): 137-141.

American Society of PeriAnesthesia Nurse (ASPAN). (2006). ASPAN’S


Evidence-Based Clinical Practice Guideline for the Prevention and/or Management
of PONV. Journal PeriAnesthesia Nursing, Vol 21, No.4 (August), 2006 : pp 230-
250

Apfel, CC., et al. (2004). A Factorial Trial of Six Interventions for the
Prevention of Postoperative Nausea and Vomiting. The New England Journal of
Medicine. Vol.350 No.24.

Apfel, CC., et al. (2012). Evidence Based Analysis of Risk Factors For
Postoperative Nausea and Vomiting. Article BJA British Journal of Anaesthesia

Brunner & Sudarth, B.A.R. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Edisi
ke 12. Jakarta :EGC

Chintamania dan Elsa sd. 2008. Moroney’s Surgery For Nurse 17/e. Published by
Elsevier. India

Collins AS. (2011). Postoperative nausea and vomiting in adults:implications for


critical care. American Association of Critical-Care Nurses Journal

Craigo, P. (2006). Physiologic and Pharmacologic Bases of Anesthesia;Williams


and Wilkins. Philadelphia, USA

Depkes RI. (2009). Standar Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi Rumah Sakit.
Jakarta: Depkes RI.

Ditya, W., Zahari, A dan Afriwardi. (2016). Hubungan Mobilisasi Dini dengan
Proses Penyembuhan Luka pada Pasien Pasca Laparatomi di Bangsal Bedah Pria
dan Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 724-729.

Doubravska, L., Dostalova, K., Fritscherova, S., Zapletalova, J., & Adamus, M.,
2010. Incidence of Postoperatuve Nausea and Vomiting in Patients at A
University Hospital. Where Are We Today?. Biomed Pap Med Fac Univ
Palacky Olomouc Czech Repub., 164(1): 69-76.

13

Anda mungkin juga menyukai