Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

“ EVIDENCE KEBIDANAN DALAM ASUHAN PERSALINAN DAN

BAYI BARU LAHIR “

DOSENPENGAMPU : M.WATTIMENA, M.Kes

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK

AMELIA NUGRAHA PASILA

ELFRIDA J. PURBA

VERONIKA L

MARCELYN V. TUTUHATUNEWA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KEMENKES SORONG
PRODI D IV KEBIDANAN
KELAS KARYAWAN
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini, atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul “ Evidence Kebidanan Dalam Asuhan Persalinan Dan Bayi
Baru Lahir Serta Kajian Jurnal“ tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen pengampu M.Wattimena, M.Kes
pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Perasalinan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Sorong,
selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Evidence Kebidanan Dalam Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir Serta Kajian
Jurnal .

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu M.Wattimena, M.Kes


selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu pproses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Sorong, 26 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B.Tujuan..................................................................................................................... 2

C.Manfaat................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................

A.Evidence Based Midwifery.................................................................................... 2

B. Manfaat Evidence BaseMidwifery........................................................................ 5

C. Evidence Based Pada Kala II Persalinan............................................................... 5

D. Contoh EBM Pada Asuhan Persalinanan.............................................................. 7

E. Evidence Based Pada Bayi Baru Lahir………………………………………….. 8

F. Contoh evidence based bayi baru lahir …………………………………………. 8

BAB III PENUTUP ...................................................................................................

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 13

3.2 Saran .................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
lmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, dan kala
nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah
untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta pemberian ASI dengan
selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat
reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan
dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu
negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN,
merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti
kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk memberikan
pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih
bermutu.
Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 j iwa dapat
dijabarkan bahwa:
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27
menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis
17,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18- 20
menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi
24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-
3 %.
Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa:
a. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama
sangat  dibutuhkan.
b. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan
hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
c. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak,
terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.
d. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan
sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(NKKBS).
e. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
f. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan
kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan
modern.

Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian besar
negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting untuk
dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu
dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah
telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan
diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan
pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian perinatal.

1
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang evidence based kebidanan
2. Untuk mengetahui evidence based pada asuhan persalinan terkini
3. Untuk mengetahui evidence based pada bayi baru lahir.
C. Manfaat
1. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based kebidanan
2. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based pada
asuhan persalinan terkini.
3. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based pada bayi
baru lahir.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Evidence Based Midwifery (Practice)


Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman
atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar
bukti.Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan
mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk
pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997).
Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia
kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindaka – tindakan
yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada
proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
B. Manfaat Evidence Base
Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:
1)    Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
2)    Meningkatkan kompetensi (kognitif)
3)    Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan
asuhan yang bermutu
4)    Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi

C. Evidence Based Pada Kala II Persalinan


      Pada proses persalinan kala II ini ternyata ada beberapa hal yang dahulunya kita
lakukan ternyata setelah di lakukan penelitian ternyata tidak bermanfaat atau bahkan
dapat merugikan pasien.
Adapun hal – hal yang tidak bermanfaat pada kala II persalinan berdasarkan EBM
adalah :

No. Tindakan yang Sebelum EBM Setelah EBM


dilakukan
1 Asuhan sayang ibu Ibu bersalin dilarang untuk Ibu bebas
makan dan minum bahkan untuk melakukan aktifitas
mebersihkan dirinya apapun yang mereka
sukai
2 Pengaturan posisi Ibu hanya boleh bersalin dengan Ibu bebas untuk
persalinan posisi telentang memilih posisi yang
mereka inginkan
3 Menahan nafas saat Ibu harus menahan nafas pada Ibu boleh bernafas
mengeran saat mengeran seperti biasa pada
saat mengeran
4 Tindakan epsiotomi Bidan rutin melakukan Hanya dilakukan
episiotomy pada persalinan pada saat tertentu
saja

Semua tindakan tersebut diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat di kategorikan
aman jika dilakukan pada saat ibu bersalin. Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada :
1. Asuhan sayang ibu pada persalinan setiapkala
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Sehingga saat penting sekali diperhatikan

3
pada saat seorang ibuakan  bersalin.
Adapun asuhan sayang ibu berdasarkan EBM yang dapat meningkatkan tingkat
kenyamanan seorang ibu bersalin antara lain :
a. Ibu tetap di perbolehkan makan dan minum karenan berdasarkan EBM
diperleh kesimpulan bahwa :
1) Pada saat bersalin ibu mebutuhkan energy yang besar, oleh karena
itu jika ibu tidak makan dan minum untuk beberapa waktu atau
ibu yang mengalami kekurangan gizi dalam proses persalinan
akan cepat mengalami kelelahan fisiologis, dehidrasi dan ketosis
yang dapat menyebabkan gawat janin.
2) Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi
tidak ada alasan untuk melarang makan dan minum.
3) Efek mengurangi/mencegah  makan dan minum mengakibatkan
pembentukkan glukosa intravena yang telah dibuktikan dapat
berakibat negative terhadap janin dan bayi baru lahir oleh karena
itu ibu bersalin tetap boleh makan dan minum. Ha ini berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Larence 1982, Tamow-mordi
Starw dkk 1981, Ruter Spence dkk 1980, Lucas 1980.
b. Ibu diperbolehkan untuk memilih siapa pendamping persalinannya
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Dimana dengan asuhan
sayang ibu ini kita dapat membantu ibu merasakan kenyamanan dan
keamanan dalam menghadapi proses persalinan. Salah satu hal yang dapat
membentu proses kelancaran persalinan adalah hadirnya seorang
pendamping saat proses persalinan ini berlangsung. Karena berdasarkan
penelitian keuntungan hadirnya seorang pendemping pada proses
persalinan adalah :
1) Pendamping persalinan dapat meberikan dukungan baik secara
emosional maupun pisik kepada ibu selama proses persalinan.
2) Kehadiran suami juga merupakan dukungan moral karena pada
saat ini ibu sedang mengalami stress yang sangat berat tapi dengan
kehadiran suami ibu dapat merasa sedikit rileks karena merasa ia
tidak perlu menghadapi ini semua seorang diri.
3) Pendamping persalinan juga dapat ikut terlibat langsung dalam
memberikan asuhan misalnya ikut membantu ibu dalam mengubah
posisi sesuai dengan tingkat kenyamanannya masing – masing,
membantu memberikan makan dan minum.
4) Pendamping persalinan juga dapat menjadi sumber pemberi
semangat dan dorongan kepada ibu selama proses persalinan
sampai dengan kelahiran bayi.
5) Dengan adanya pendamping persalinan ibu merasa lebih aman dan
nyaman karena merasa lebih diperhatikan oleh orang yang mereka
sayangi.
6) Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan
mengalami waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang
lebih sedikit, sehingga hasil persalinan akan lebih baik.

2. Pengaturan posisi persalinan pada persalinan kala II


Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk
mulai mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan ternyata posisi telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin
pada proses persalinan, hal ini dikarenankan :
a. Bahwa posisi telentang pada proses persalinan dapat
mengakibatkan berkurangnya aliran darah ibu ke janin.

4
b. Posisi telentang dapat berbahaya bagi ibu dan janin , selain itu posisi
telentang juga mengalami konntraksi lebih nyeri, lebih lama, trauma
perineum yang lebih besar.
c. Posisi telentang/litotomi  juga dapat menyebabkan kesulitan penurunan
bagian bawah janin.
d. Posisi telentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan
isinya akan menekan aorta, vena kafa inferior serta pembluh-pembuluh
lain dalam vena tersebut. Hipotensi ini bisa menyebabkan ibu pingsan dan
seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin.
e. Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di
punggung dan aka nada rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung
pada masa post partum (nifas).

Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain posisi
setengah duduk, berbaring miring, berlutut dan merangkak. Hal ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bhardwaj, Kakade alai 1995,
Nikodeinn 1995, dan Gardosi 1989. Karenan posisi ini mempunyai kelebihan
sebagai barikut :

a. Posisi tegak dilaporkan mengalami lebih sedikit rasa tak nyaman dan
nyeri.
b. Posisi tegak dapat membantu proses persalinan kala II yang lebih
seingkat.
c. Posisi tegak membuat ibu lebih mudah mengeran, peluang lahir
spontan lebih besar, dan robekan perineal dan vagina lebih sedikit.
d. Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan
terjadinya peregangan bagian bawah simfisis pubis akibat berat badan
sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu panggul.
e.  Posisi tegak dalam persalinan memiliki hasil persalinan yang lebih
baik dan bayi baru lahir memiliki nilai apgar yang lebih baik.
f. Posisi berlutut dapat mengurangi rasa sakit, dan membantu bayi dalam
mengadakan posisi rotasi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan)
dan juga mengurangi keluhan haemoroid.
g. Posisi jongkok atau berdiri memudahkan dalam pengosongan
kandung kemih. Karena kandung kemih yang penuh akan
memperlambat proses penurunan bagian bawah janin.
h. Posisi berjalan, berdiri dan bersandar efektif dalam membantu
stimulasi kontraksi uterus serta dapat memanfatkan gaya gravitasi.

Oleh karena itu sebaiknya sebelum bidan hendak menolong persalinan


sebaiknya melakukan hal – hal sebagai berikut :

a. Menjelaskan kepada ibu bersalina dan pendamping tentang


kekurangan dan kelebihan berbagai posisi pada saat persalinan.
b. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang
dirasakan nyaman.
c. Mebicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa kunjungan
kehamilan.
d. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu
sebelum memasuki kala II.
e. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.
f. Mengajak semua petugas untuk meninggalkan posisi litotomi.
g.  Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi kebebasan
menggunakan berbagai posisi dan mudah dibersihkan.

5
3. Menahan nafas pada saat mengeran
Pada saat proses persalinan sedang berlangsung bidan sering sekali menganjurkan
pasien untuk menahan nafas pada saat akan mengeran dengan alasan agar tenaga
ibu untuk mengeluarkan bayi lebih besar sehingga proses pengeluaran bayi pun
enjadi lebih cepat. Padahal berdasarkan penelitian tindakan untuk menahan nafas
pada saat mengeran ini tidak dianjurkan  karena :
a. Menafas nafas pada saat mengeran tidak menyebabkan kala II menjadi
singkat.
b. Ibu yang mengeran dengan menahan nafas cenderung mengeran hanya
sebentar.
c. Selain itu membiarkan ibu bersalin bernafas dan mengeran pada saat ibu
merasakan dorongan akan lebih baik dan lebih singkat.

4. Tindakan episiotomi
Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan terutama pada
primigravida.  Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin ini tidak boleh
dilakukan secara rutin pada proses persalinan karena :
a. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy yang
dilakukan terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan
perineum akan mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini
merupakan “perdarahan yang tidak perlu”.
b. Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka
episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi
dan kesehatan ibu kurang baik.
c. Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada ibu
d. Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas menjadi
derajat tiga dan empat.
e.  Luka episiotomi  membutuhkan waktu sembuh yang lebih lama.
Karena hal – hal di atas maka tindakan episiotomy tidak diperbolehkan lagi. Tapi
ada juga indikasi yang memperbolehkan tindakan epsiotomi pada saat persalinan.
Antara lain indikasinya adalah :
a. Bayi berukuran besar
Jika berat janin diperkirakan mencapai 4Kg, maka hal ini dapat menjadi
indikasi dilakukannya episiotomy. Tapi asalkan pinggul ibu luas karena
jika tidak maka sebaiknya ibu dianjurkan untuk melakukan SC saja untuk
enghindari factor resiko yang lainnya.
b. Perineum sangat kaku
Tidak semua persalinan anak pertama dibarengi dengan perineum yang
kaku. Tetapi bila perineum sangat kaku dan proses persalinan
berlangsung lama dan sulit maka perlu dilakukan episiotomi.
c. Perineum pendek
Jarak perineum yang sempit boleh menjadi pertimbangan untuk dilakukan
episiotomi, Apalagi jika diperkirakan bayinya besar. Hal ini
meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera pada anus akibat robekan
yang melebar ke bawah.
d. Persalinan dengan alat bantu atau sungsang
Episiotomi boleh dilakukan jika persalinan menggunakan alat bantu
seperti forcep dan vakum. Hal ini bertujuan untuk membantu
mempermudah melakukan tindakan. Jalan lahir semakin lebar sehingga
memperkecil resiko terjadinya cideraakibat penggunaan alat bantu
tersebut. Begitu pula pada persalinan sungsang.

D. Contoh Ebm Pada Asuhan Persalinan


Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang,

6
terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia,
sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan
kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang
efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Asuhan Kesehatan Ibu terfokus pada:
1. Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman
dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah
terjadinya kesakitan dan kematian.
2. Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah
persalinan.
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi
adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada
jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi,
dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan
penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut
derajat, keadaan dan tempat terjadinya
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma
dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi
pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan
komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan
atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini,
menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:
a. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia
Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap
yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan
upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi
minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan
melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik
dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis dan
dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
b. Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara
rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan
mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk
mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.
c. Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan,
mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan
pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan
penegangan tali pusat terkendali.
d. Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan
penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta
kemajuan proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan
dapat memberikan rasa tenang dan aman selama proses persalinan
berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung
kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung
jawab diantara penolong dan keluarga klien
e. Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya

7
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau
secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan,
mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan
mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik
meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila
terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap
hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir
secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan
pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan
untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan
adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.
3. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan dasar persalinan
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan
mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi
jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar)
dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
a. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya
sesuai martabatnya.
b. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu
sebelummemulai asuhan tersebut.
c. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
d. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
kuatir.
e. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
f. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan
perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain.
g. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga
yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
h. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran
bayinya.
i. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
j. Menghargai privasi ibu.
k. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan
dan kelahiran bayi.
l. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan
bila ia menginginkannya.
m. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak
memberi pengaruh yang merugikan.
n. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan
(episiotomy, pencukuran, dan klisma).
o. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah
kelahiran bayi
q. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-
bahan,perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan
resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

8
E. Evidence Based Pada Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir berdasarkan Evidence Based merupakan suatu kegiatan
asuhan yang di lakukan pada bayi baru lahir berdasarkan pengambilan keputusan
klinik yang telah di tetapkan oleh medisuntuk menyelesaikan masalah dan
menentukan asuhan yang di perlukan oleh pasien.
Keputusan itu harus akurat , komprehensif dan aman , baik bagi pasien dan
keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan di
gunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir.

F. Contoh Evidence Based Pada Bayi Baru Lahir.


1. Baby Friendly Baby friendly atau Baby Friendly Initiative (inisiasi sayang bayi)
adalah suatu prakarsa internasional untuk mempromosikan, melindungi dan
mendukung inisiasi dan kelanjutan menyusui. Sebuah fasilitas Baby Friendly
Hospital/ Maternity berfokus pada kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu untuk
memberikan bayi mereka awal kehidupan yang baik. Dalam hal praktis, rumah
sakit sayang bayi yang mendorong dan membantu wanita untuk sukses memulai
dan terus menyusui bayi mereka dan akan menerima penghargaan khusus karena
telah melakukannya.
Dalam rangka mencapai program Baby Friendly Initiative, semua penyedia
rumah sakit dan fasilitas bersalin akan :
 Memiliki kebijakan tentang menyusui secara rutin dan dikomunikasikan kepada
mendukung menyusui dan merasakan sakit ibu menghubungi mereka setelah
pulang dari rumah atau klinik. seluruh staf tenaga kesehatan.
 Melatih semua staf kesehatan dalam keterampilan yang diperlukan untuk
melaksanakan kebijakan ini.
 Member tahu semua ibu hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan menyusui.
 Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam waktu setengah jam kelahiran.
 Tampilkan pada ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan
menyusui jika mereka harus dipisahkan dari bayi mereka.
 Berikan ASI pada bayi baru lahir, kecuali jika ada indikasi medis.
 Praktek rooming-in agar mendukung ibu dan bayi tetap bersama-sama .
 Melatih semua staf kesehatan dalam keterampilan yang diperlukan untuk
melaksanakan kebijakan ini.

Pelaksanaan baby friendly dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Memulai pemberian ASI secara dini dan eklusif yaitu setelah bayi lahir
maksimal setengah jam setelah melahirkan.
2. Melakukan pemotongan tali pusat dengan penundaan selama 3 menit.
3. melakukan perawatan tali pusat.
4. melakukan ikatan pusat.

2. Memulai Memberikan Asi Dini Berdasarkan evidence based yang up to date,


upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia antara lain dengan jalan
memberikan ASI sedini mungkin (IMD) yang membantu meningkatkan kesehatan
dan gizi bayi baru lahir yang akhirnya bertujuan untuk menurunkan Angka
Kematian Bayi ( AKB). Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi setelah
dilahirkan, di mana bayi dibiarkan menemukan puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu). Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung
antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu
selekas mungkin setelah seluruh badan dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali
pada telapak tangan.

9
Manfaat memberikan ASI pada bayi dalam waktu kurang dari setengah jam pasca
persalinan. Bayi mendapat terapi psikologis berupa ketenangan pikiran akan
lingkungan Kadar hormon prolaktin tidak turun dalam peredaran darah ibu
Dengan isapan bayi yang benar oksitosin akan keluar lebih banyak.

3. Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir dengan Kontak Kulit ke Bayi baru lahir belum
dapat diatur suhu , sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan
lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi.
Suhu dingin ini menyebabkan udara ketuban menguap lewat kulit pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa aktivitas merupakan usaha
utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas pada tubuhnya. Kontak
kulit bayi dengan ibu dengan metode perawatan kangguru dapat menjaga suhu
bayi dan mencegah bayi kedinginan/hipotermi.

4. Pemotong tali pusat


Berdasarkan bukti, pemotongan tali pusat lebih baik ditunda karena tidak
menguntungkan bagi bayi maupun bagi ibunya. Fenomena yang terjadi di
Indonesia antara lain angka morbiditas ataupun mortalitas pada bayi salah satunya
yang disebabkan karena Assia Hyperbillirubinemia/icterik neonatorum, selain itu
juga terkait dengan tajam kejadian autis pada anak-anak di Indonesia tahun ke
tahun tanpa tahu pemicu terjadinya. Ternyata salah satu asumsi sementara atas
kasus fenomena di atas adalah karena adanya ICC (Imediettly Cord Clamping) di
langkah APN yaitu penghentian tali pusat setelah bayi lahir. Dalam jurnal ilmiah
yang dilakukan oleh George Marcom Morley (2007) dikatakan bahwa seluruh
proses biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah kelahiran, dan pada saat
bayi mulai menangis dan kulitnya berwarna merah muda, menandakan prosesnya
sudah komplit. Menjepit dan tali pusat pada saat proses sedang berlangsung, dari
sirkulasi oksigen janin menjadi sirkulasi sangat penting untuk mendukung sistem
kehidupan ini dan bisa penyakit serius. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa saat
talipusat dilakukan pengekleman, denyut nadi dan cardiac out put berkurang 50%
karena 50% dari vena yang kembali ke jantung telah dimatikan (clamped off).
Banyak akibat yang tidak menguntungkan pada pemotongan tali pusat segera
setelah bayi lahir dan dalam penelitian ini diperkirakan akan terjadinya cedera
otak, cerebral palsy, asfiksia, autis, kejadian bayi kuning bahkan anemia pada
bayi banyak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eillen K. Hutton (2007) bahwa
dengan penundaan penundaan tali pusat dapat :
 Peningkatan kadar hematokrit dalam darah.
 Peningkatan kadar hemoglobin dalam darah.
 Penurunan angka Anemia pada bayi.
 Penurunan resiko bayi kuning. Mencermati dari hasil-hasil penelitian di
atas, dapat dikatakan bahwa penurunan tali pusat segera setelah bayi lahir
sangat tidak menguntungkan bagi bayi maupun bagi ibunya. Namun dalam
praktek APN dikatakan bahwa pemotongan tali pusat dilakukan segera
setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa melihat besarnya resiko kerugian,
baik kematian maupun kematian yang dapat terjadi.

5. Perawatan tali pusat Saat bayi dilahirkan


Tali pusar yang terhubungnya dan plasenta ibunya akan dipotong tidak
semuanya. Tali pusar yang menempel di perut bayi, akan disisakan beberapa
senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-pelan menyusut dan mengering,
lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak menimbulkan infeksi, sisa potongan
harus dirawat dengan benar.

10
Cara merawatnya adalah sebagai berikut :
 Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat. Mensucikan tali
pusat saat bayi tidak berada di dalam bak air. keterlambatan waktu yang
lama bayi di air karena bisa menyebabkan hipotermi.
 Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat terlebih
dahulu.
 Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering tanpa
diolesi dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium yang
terkandung di dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran darah bayi dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok.
 Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburkan bedak
karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman.
 Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa steril
hingga tali pusat lepas sempurna. tumbuh berkembang terbatas mencakup
dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

6. Bounding Attachment
Bounding Attachment yaitu interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik
fisik maupun sensorik. Dilakukan segera setelah bayi lahiragar terciptanya.antara
orang tua dan bayi terikat keterikatan dilakukan dengan sentuhan,kontak
mata,suara,dll. Dukungan terikat lampiran yaitu :
 Kadar oksitoksinmdan prolaktin meningkat.
 Reflek penggunaan.
 Pembetukan kekebalan aktif.
 Mempercapat proses kasih mengatakan orang tua dan anak.

7. Stimulasi pertumbuhan dan Perkembangan Bayi


Stimulasi perkembangan bayi sudah dapat dilakukan sejak dalam
kandungan. Pentingnya melakukan stimulasi dini (sejak janin dalam kandungan)
bertujuan untuk mengembangkan otak Waktu yang ideal untuk stimulasi adalah
saat bayi bangun tidur/tidak memaksakan, tenang, siap bermain dan sehat.
Gunakan peralatan yang aman dan bersih antara lain tidak mudah pecah, tidak
mengandung racun/ bahan kimia, tidak tajam dan sebagainya. Stimulasi dilakukan
setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi atau balita setiap hari, terus
menerus, bervariasi, dan disesuaikan dengan umur perkembangan
kemampuannya. Stimulasi juga harus dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/ balitanya. Jangan
memberikan minat yang terburu-buru dan tidak memperhatikan minat atau
keinginan bayi/ balita, atau bayi sedang senang, bosan atau ingin bermain yang
lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari seseorang
menunjukkan rangsangan emosional yang negatif. Karena prinsipnya semua
ucapan, sikap, dan perbuatan merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan
ditiru atau justru ketakutan bagi bayi/ balitanya. Berbagai tahapan dalam baby spa
dapat menyehatkan organ tubuh serta meningkatkan kesadaran bayi, stimulasi
kesadaran bayi adalah mengoptimalakan kemampuan organ sensoris. Berenang
juga bisa meningkatkan kesehatan,perkembangan, dan juga dapat menghindari
bayi untuk tidak takut air dikemudian hari. Berenang juga bisa meningkatkan
keseimbangan dan koordinasi karena gravitasi didalam udara tidak terlalu besar
sehingga bayi bisa melatih otot-ototya lebih efektif. Penelitian di jerman
menyebutkan bahwa bayi yang berenang akan memiliki kelebihan dalam
perkembngan motorik,kecerdasan dan keterampilan sosial. .

11
8. Baby spa dan berenang juga dapat meningkatkan kerja organ tubuh menjadi lebih
optimal, seperti jantung,dan paru-paru. Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang dapat diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter). Sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (keterampilan) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan balita adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru
lahir yang dilakukan setiap hari untuk meningkatkan semua sistem indera
(pendengaran, penglihatan perabaan, pembauan, dan pengecapan). Selain itu
harus pula menggerakkan kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak
berkomunikasi serta memunculkan perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi
dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi
dengan suasana bermain dan kasih sayang akan memicu kecerdasan anak.

12
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya yang berdasarkan evidence based
terkini, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini
memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian
ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau
di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana
kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat
diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten
untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dinisecara aktif terhadap berbagai
komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat
waktu, dan melakukan upaya rujukan yang optimal maka semua upaya tersebut dapat
secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

B. Saran
Diharapkan akan adanya peningkatan pengetahuan bidan terhadap pelayanan melalui
EBM sehingga dalam asuhan kebidanan khususnya persalinan dan bayi baru lahir
semakin baik dalam upaya penurunan AKI dan AKB.

13
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC :


Jakarta..
Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi,
Jakarta.
Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.
www.google.com
Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D, editors. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
Jurnal ilmu kesehatan, Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Stimulasi
Perkembangan.
Ika Putri dkk,2014, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir:
Yogyakarta.
Sodikin.2008.Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta

14
15

Anda mungkin juga menyukai