Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PRAKTEK KEBIDANAN BERDASARKAN BUKTI

(EVIDENCE BASED MIDWIFERY)

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PRAKTIK


PROFESIONAL BIDAN

DOSEN : WAHYU WIJAYANTI,SSiT.,M.Keb

DISUSUN OLEH:

1. ROFIUL ADAUWIYAH (202007011)

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

PRODI S1 KEBIDANAN

2023/2024

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nyalah makalah ini yang berjudul “Praktek Kebidanan Berdasarkan Bukti (Evidence
Based Midwifery)” dapat selesai dengan baik. Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai
bahan pengisian nilai mata kulia praktek profesional bidan. Bahan dan sumber makalan ini
berasal dari buku online dan segala sesuatu yang bisa dijadikan sumber informasi dan
berhubungan dengan topik yang dibahas.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung sehingga makalan ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Kami berharap pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan dan masih banyak yang diperbaiki, Akhirnya tiada gading yang retak, kami
berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan pertimbangan pada
pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan
keilmuan bagi pembaca dan menjadi amal baik bagi penulis. Semoga Allah SWT membalas
segala kebaikan yang telah kita perbuat. Amin.

Kediri,16 Mei 2023

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................II
DAFTAR ISI............................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
I.I Latar Belakang...............................................................................................................................1
I.2 Tujuan..........................................................................................................................................1
I.3 Manfaat........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1 Evidence Based Midwifery (Practice)...........................................................................................2
2.2 Asuhan Persalinan Normal...........................................................................................................2
2.3 Contoh EBM Pada Asuhan Persalinan..........................................................................................3
2.4 Asuhan Sayang Ibu dan Bayi Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan............................................6
2.5 Contoh Evidence Based Posisi Meneran Saat Persalinan.............................................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................12
3.2 Saran..........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13

III
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering mendengar
tentang evidence based. Evidence based artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman
atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi
bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan
kebidanan berkembang sangat pesat.

Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan
temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang sebelumnya. Sementara hipotesis yang
diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian - pengujian hipotesis baru
yang lebih sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah jika sebelumnya diyakini bahwa
posisi meneran secara telentang/litotomi merupakan posisi yang biasanya atau rutin dipakai pada saat
proses persalinan, namun saat ini hal tersebut telah digugurkan oleh temuan yang menunjukkan
bahwa meneran dengan posisi telentang/litotomi dapat mengakibatkan sindrome supine dan
kurangnya oksigenisasi pada bayi yang menyebabkan hipoksia. Itulah evidence based, melalui
paradigma baru ini maka pedekatan medik barulah dianggap accountable apabila didasarkan pada
temuan terkini yang secara medic, ilmiah dan metodologi dapat diterima.

Atau dengan kata lain Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM
adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana
untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced
Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya
EBM maka dapat mencegah tindakan tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan
merugikan bagi pasien,terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan
aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

I.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui informasi tentang evidence based kebidanan

2. Untuk mengetahui informasi evidence based pada asuhan persalinan terkini

I.3 Manfaat

1. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based kebidanan

2. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based pada asuhan

persalinan terkini

IV
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Evidence Based Midwifery (Practice)

EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat
profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis.
RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987),
dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan
praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan
dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan
akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform yang paling
ketat dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh
dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk
penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun
2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam
mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama
meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003).

EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan
profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif,
analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis,
kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti
dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.

2.2 Asuhan Persalinan Normal

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Saifuddin, 10) Sedangkan persalinan normal menurut WHO
adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan
dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap.
Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

V
Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai 5 (lima)
benang merah yang perlu mendapatkan perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu:

1. Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan


Keputusan Klinik (Clinical Decision Making).

2. Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi

 Aman, sesuai evidence based, dan member sumbangan pada keselamatan


jiwa ibu.
 Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara emosional serta
merasa didukung dan didengarkan.
 Menghormati praktek-praktek budaya, keyakinan agama, dan
ibu/keluarganya sebagai pengambil keputusan
 Menggunakan cara pengobatan yang sederhanan sebelum memakai
teknologi canggih.
 Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat
dipahami ibu.

3. Aspek Pencegahan Infeksi

4. Aspek Pencatatan (Dokumentasi)

5. Aspek Rujukan

2.3 Contoh EBM Pada Asuhan Persalinan

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang,


terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis dan
komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu
tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa
negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.

Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:

a) Keluarga Berencana

VI
Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan

b) Asuhan Antenatal Terfokus

Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya


menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi

c) Asuhan Pascakeguguran

Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap


terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya

d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi

Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan
tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan
dan kematian

e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.

Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya
keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan
tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana
pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang
umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya Fokus
asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu
terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi.
Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan
terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut
diatas:

1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri

Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling


dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan
pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan
aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan

VII
obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis dan dilakukan
saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.

2. Laserasi/episiotomi

Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin


karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala,
bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan
minimal pada perineum.

3. Retensio plasenta

Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan,


mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika
segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali.

4. Partus Lama

Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan


penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses
persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang
dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat
mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung
jawab diantara penolong dan keluarga klien

5. Asfiksia Bayi Baru Lahir

Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya


pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan
teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk
memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter
terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat,
menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar,
memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu).
Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan
secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.

VIII
2.4 Asuhan Sayang Ibu dan Bayi Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa
aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan
tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung
lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :

 Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai


martabatnya.
 Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
 Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
 Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
 Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
 Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
 Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
 Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
 Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
 Menghargai privasi ibu.
 Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
 Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
 Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan.
 Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,
pencukuran, dan klisma).

IX
 Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
 Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
 Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
 Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi
bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

2.5 Contoh Evidence Based Posisi Meneran Saat Persalinan

Tujuan dan Keuntungan

a.) Tujuan

1) Memberikan kenyamanan dalam proses persalinan


2) Mempermudah atau memperlancar proses persalinan dan kelahiran bayi
3) Mempercepat kemajuan persalinan

b.) Keuntungan dan manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin dan bayi

1) Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan


2) Lama kala II lebih pendek
3) Laserasi perineum lebih sedikit
4) Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan
5) Nilai APGAR lebih baik

Posisi yang Dianjurkan


Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain :
1) Setengah duduk atau duduk
Posisi ini mengharuskan ibu duduk dengan punggung bersandar
bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping.
Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena
membantu ibu untuk beristirahat diantara kontarksi, alur jalan lahir
yang perlu ditempuh untuk bisa keluar lebih

X
pendek, suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal, dan gaya
grafitasi membantu ibu melahirkan bayinya.
Kekurangan : Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di
punggung dan kelelahan, palagi kalau proses persalinannya lama.

2) Lateral (miring)

Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke


kanan. Salah satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan
lurus. Biasa dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya
posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir, menjadi tidak
normal bila posisi ubun-ubun berada di belakang atau samping. Miring
ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika di kanan,
ibu diminta miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar.
Posisi ini juga bisa digunakan bila persalinan berlangsung lama dan ibu
sudah kelelahan dengan posisi lainnya.

Keuntungan : Peredaran darah balik ibu mengalir lancar, pengiriman


oksigen dalam darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu,
karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan berlangsung
perlahan-lahan sehingga persalinan relatif lebih nyaman, dan dapat
mencegah terjadinya laserasi.

Kekurangan : Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan


membantu proses persalinan, kepala bayi lebih sulit dipegang atau
diarahkan, bila harus melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.

3) Berdiri atau jongkok

Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur


hingga Papua, wanitanya mempunyai kebiasaan melahirkan dengan
cara jongkok.

Keuntungan : Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi


tubuh, ibu tak harus

bersusah-payah mengejan, bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan


sendirinya (membantu mempercepat kemajuan kala dua), memudahkan

XI
dalam pengosongan kandung kemih, dan mengurangi rasa nyeri. Pada
posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan
terjadinya peregangan bagian bawah simfisis pubis akibat berat badan
sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu panggul.

Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat


berpeluang membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa "meluncur"
dengan cepat. Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan
bantalan yang empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi.
Dokter atau bidan pun sedikit kesulitan bila harus membantu
persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan
pembukaan.

4) Merangkak

Posisi meragkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa


sakit pada punggung. Keuntungan ibu merasa lebih nyaman dan efektif
untuk meneran, mempermudah janin dalam melakukan rotasi,
membantu ibu mengurangi nyeri punggung, dan peregangan pada
perinium berkurang.

5) Menungging

Keuntungan Mendorong kepala bayi keluar dari panggul


selama kontraksi, kadang-kadang dianjurkan pada persalinan dini jika
kontraksi sering terjadi dan untuk mengurangi nyeri pinggang, serta
mengurangi tekenan pada leher rahim yang bengkak.

6) Berjalan-jalan

Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan
bila ibunya masih mampu untuk melakukannya. Posisi ini dapat
menyebabkan ibu cepat menjadi lelah. Keuntungan Menyebabkan
terjadinya perubah sendi panggul, dapat mmempercepat turunnya
kepala janin

Posisi yang Tidak Dianjurkan

XII
Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di
anjurkan untuk mulai mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata posisi telentang
ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada proses persalinan, hal
ini dikarenankan :

a. Dapat menyebabkan Sindrome supine hypotensi karena tekanan


pada vena kava inferior oleh kavum uteri, yang mengakibatkan
ibu pingsan dan hilangnya oksigen bagi bayi
b. Dapat menambah rasa sakit
c. Bisa memperlama proses persalinan
d. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan
e. Membuat buang air lebih sulit
f. Membatasi pergerakan ibu
g. Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya
h. Bisa membuat kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum
i. Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.

Patofisiologi

Jika ibu berbaring telentang maka berat uterus (isinya janin,


cairan, ketuban dan lain-lain) akan menekan vena kava interior, hal ini
dapat mengakibatkan kurangnya aliran darah ibu ke plasenta sehingga
menyebabkan hipoksia/difisiensi oksigen pada janin. Pada posisi ini
juga akan menyulitkan ibu untuk meneran.

Tindakan Bidan Sebelum Menolong Persalinan

Sebelum bidan menolong persalinan sebaiknya melakukan hal – hal


sebagai berikut :

1. Menjelaskan kepada ibu bersalin dan pendamping tentang


kekurangan dan kelebihan berbagai posisi pada saat persalinan
2. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang
dirasakan nyaman
3. Membicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa
kunjungan kehamilan.

XIII
4. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu
sebelum memasuki kala II.
5. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.
6. Mengajak semua petugas untuk meninggalkan posisi litotomi.
7. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi
kebebasan menggunakan berbagai posisi dan mudah
dibersihkan.

XIV
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Evidence based intranatal artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan


pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak
sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan dalam proses
persalinan. Dengan evidence based midwifevery (EBM) sangat bermanfaat bagi bidan
dalam pengambilan keputusan pasien secara bijak. Salah satu EBM dalam persalinan yang
terkini contohnya posisi meneran, terdahulu posisi meneran secara telentang/litotomi rutin
dilakukan dalam persalinan, namun setelah adanya penelitian posisi tersebut ternyata
kurang baik bagi ibu dan bayi, sehingga pemilihan posisi lain menjadi alternatif yang lebih
baik karena menguntungkan ibu dan bayi.

3.2 Saran

Adapun saran dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut: Bidan sebagai
tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat seyogyanya bertindak
konservatif artinya tidak terlalu banyak intervensi. Selain itu diharapkan bidan mengikuti
perkembangan yang ada, sehingga bidan dapat memberikan asuhan sesuai dengan
perkembangan yang ada dan bidan dapat melakukan asuhan sayang ibu saat persalinan.

XV
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..

Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.

Pusdiknakes - WHO - JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

www.google.com

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-based-kebidanan-

dalam.html#ixzz2JHRI1r1B

http://blogdiahcungir.blogspot.com/2012/10/evidence-based-posisi-meneran-saat.html

XVI

Anda mungkin juga menyukai