Anda di halaman 1dari 17

PENERAPAN SISTEM PRESIDENSIL DI INDONESIA PASCA

AMANDEMEN UUD 1945

Dinoroy Marganda Aritonang*

Abstract Abstrak

The implementation of presidential system is Penerapan sistem presidensil di Indonesia


a crucial aspect in the reformation agenda adalah salah satu aspek yang penting dalam
RI ,QGRQHVLD 3XUL¿FDWLRQ RI SUHVLGHQWLDO agenda reformasi Indonesia. Pemurnian
system by reinforcing the parliament sistem presidensil dengan cara memperkuat
and implementing multiparty system is a peran DPR dan menerapkan sistem
correct step. However, in turns out that this multipartai sebenarnya adalah langkah yang
presidential system has never been a real tepat. Namun pada kenyataannya sistem
presidential system in its application. ini tidak pernah berjalan sebagaimana
seharusnya suatu sistem presidensial yang
riil berjalan.

Kata Kunci: presidensil, parlemen, multipartai.

A. Pendahuluan antaranya adalah (a) penegasan dianutnya


Reformasi yang terjadi di Indonesia cita demokrasi dan nomokrasi secara
pada tahun 1999 telah menyebabkan banyak sekaligus dan saling melengkapi secara
perubahan di negeri ini, termasuk terhadap komplamenter; (b) pemisahan kekuasaan
sistem dan praktik ketatanegaraan kita. dan prinsip “checks and balances” (c)
Setiap gagasan akan perubahan tersebut pemurnian sistem pemerintah presidensil;
sudah dituangkan dalam amandemen I dan (d) penguatan cita persatuan dan
s/d IV UUD 1945. Perubahan-perubahan keragaman dalam wadah Negara Kesatuan
tersebut juga turut mempengaruhi struktur Republik Indonesia.1
organ-organ negara sehingga tidak dapat Penegasan dianutnya cita demokrasi
lagi dijelaskan menurut cara berpikir lama dan nomokrasi semakin menegaskan letak
(UUD 1945 pra amandemen). kedaulatan yang sebenarnya di tangan rakyat.
Banyak pokok pikiran baru yang UUD 1945 memberikan kedudukan yang
diadopsi di dalam UUD 1945 itu. Empat di mutlak kepada rakyat sebagai pemegang

* Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi – Lembaga Administrasi Negara RI


(e-mail: dinoroy_aritonang@yahoo.com).
1
Jimly Asshiddiqie, “Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945”,
makalah disampaikan pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII yang diselenggarakan oleh BPHN
Dephukham RI, Denpasar, 14-18 Juli 2003, hlm. 2.
392 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 391 - 407

kekuasaan sesungguhnya. Kekuasaan kewenangan DPR dalam bidang legislasi


bahkan idealnya diselenggarakan bersama- dan pengawasan terhadap eksekutif.
sama dengan rakyat. Dalam sistem UUD Keinginan untuk menegaskan sistem
1945, pelaksanaan kedaulatan rakyat itu presidensil sendiri sudah cukup lama. Hal
disalurkan dan diselenggarakan menurut ini disebabkan oleh kelemahan-kelemahan
prosedur konstitusional yang ditetapkan yang terdapat dalam UUD 1945. Meskipun
dalam hukum dan konstitusi (constitutional dikatakan bahwa sistem pemerintahan
democracy). Indonesia adalah sistem presidensil, namun
Kedaulatan rakyat (democratie) pada kenyataannya sistem yang dianut ada-
Indonesia itu diselenggarakan secara lah sistem campuran atau quasi presidensil.
langsung dan melalui sistem perwakilan. Sebagaimana dikatakan oleh Sri Soemantri
Penyaluran kedaulatan rakyat secara bahwa sistem pemerintahan RI berdasar-
langsung diwujudkan melalui dilakukan kan UUD 1945 memperlihatkan sekaligus
melalui pemilihan umum untuk memilih segi-segi sistem pemerintahan presidensil
anggota lembaga perwakilan dan memilih dan sistem parlementer atau sistem
Presiden dan Wakil presiden. Di samping campuran.3 Hal ini disebabkan oleh
itu, kedaulatan rakyat dapat pula disalur- pengaturan dalam UUD 1945 sendiri yang
kan setiap waktu melalui pelaksanaan hak menyatakan bahwa presiden merupakan
dan kebebasan berpendapat, hak atas mandataris MPR dan bertanggung jawab
kebebasan pers, hak atas kebebasan infor- kepada MPR.
masi, kebebasan pers, hak atas kebebasan
berorganisasi dan berserikat serta hak-hak B. Konsep Sistem Pemerintahan Pre-
asasi lainnya yang dijamin dalam Undang- sidensil
Undang Dasar.2 Sebagaimana dikatakan Kranenburg
Hal-hal tersebut pada akhirnya dalam Joeniarto bahwa, demokrasi modern
turut berimplikasi kepada perubahan dapat dibagai dalam tiga kelas, tergantung
sistem pemerintahan secara keseluruhan. pada hubungan antara organ-organ
Perubahan tersebut menyebabkan tiga hal pemerintahan yang mewakili tiga fungsi
yaitu: (a) Penegasan karakter presidensil \DQJ EHUEHGD .ODVL¿NDVL WHUVHEXW \DLWX
dalam sistem pemerintahan Indonesia (1) pemerintahan rakyat melalui perwakilan
dengan menempatkan Presiden sebagai dengan sistem parlementer. (2) pemerintahan
¿JXU SLOLKDQ UDN\DW PHODOXL SHPLOLKDQ rakyat melalui perwakilan dengan sistem
umum. (b) Perubahan kedudukan MPR dari pemisahan kekuasaan. (3) pemerintahan
lembaga tertinggi negara menjadi lembaga rakyat melalui perwakilan dengan disertai
tinggi negara, dengan kewenangan yang pengawasan langsung oleh rakyat.4
sangat terbatas. (c) penguatan peran dan Sedangkan Miriam Budiardjo membedakan

2
ibid., hlm. 4.
3
Bagir Manan, 1999, Lembaga Kepresidenan, Gama Media, Yogyakarta, hlm. 41.
4
Joeniarto, 1982, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara, Bina Aksara, Yogyakarta, hlm. 69.
Aritonang, Penerapan Sistem Presidensil di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 393

kedua sistem ini kedalam dua kelompok, dapat diberhentikan dari jabatan melalui
yaitu: Sistem parlementer (parliamentary “impeachment” karena alasan tersangkut
executive) dan sistem presidensil dengan melakukan pengkhianatan, menerima suap,
¿[HG H[HFXWLYH atau non parliamentary atau melakukan kejahatan yang serius.7
executive.5 Menurut Bagir Manan, sistem presi-
Dalam konteks Indonesia, salah densil di Indonesia sebelum amandemen
satu kesepakatan dalam pelaksanaan UUD 1945, mempunyai ciri-ciri yang ham-
amandemen UUD 1945 adalah tetap mem- pir mirip dengan sistem di Amerika Serikat
pertahankan sistem presidensil, sekaligus dengan beberapa ciri khusus, yaitu: (a)
menyempurnakan agar betul-betul meme- Presiden RI dipilih oleh badan perwakilan
nuhi ciri-ciri umum sistem prsidensil.6 rakyat (MPR). (b) Presiden RI tunduk dan
Sistem Presidensil murni sebagai bertanggung jawab kepada badan perwakil-
model pemerintahan Amerika Serikat an rakyat (MPR), tetapi tidak tunduk dan
pada hakekatnya mempunyai ciri-ciri bertanggung jawab kepada DPR. Selain itu,
yaitu: (a) Presiden adalah pemegang Presiden RI dapat diberhentikan oleh MPR.
kekuasaan eksekutif tunggal. (b) Presiden (c) Presiden RI dapat dipilih kembali tanpa
adalah penyelenggara pemerintahan yang batas setiap 5 tahun sekali. (d) Presiden RI
bertanggung jawab di samping berbagai bersama-sama DPR menjalankan kekuasaan
wewenang konstitusional yang bersifat membentuk undang-undang.8
prerogatif yang lazim melekat pada jabatan Meskipun demikian, sistem Presidensil
kepala negara (head of state). (c) Presiden Pemerintahan RI berdasarkan Undang-
tidak bertanggung jawab kepada badan Undang Dasar 1945 pra amandemen sifat-
perwakilan rakyat (kongres), karena itu nya tidak murni. Hal ini disebabkan sistem
tidak dapat dikenai mosi tidak percaya. (d) tersebut bercampur baur dengan elemen-
Presiden tidak dipilih dan tidak diangkat elemen sistem parlementer. Percampuran
oleh kongres, dalam praktik langsung oleh itu antara lain tercermin dalam konsep
rakyat, walaupun secara formal dipilih pertanggungjawaban presiden kepada
badan pemilih (electoral college). (e) MPR yang termasuk ke dalam pengertian
Presiden memangku jabatan empat tahun lembaga parlemen, dengan kemungkinan
¿[HG , dan hanya dapat dipilih untuk dua pemberian kewenangan kepadanya untuk
kali masa jabatan berturut-turut (8 tahun). memberhentikan Presiden dari jabatanya,
Dalam hal mengganti jabatan Presiden yang meskipun bukan karena alasan hukum.
berhalangan tetap, jabatan tersebut paling Selain karena alasan di atas, dalam
lama 10 tahun berturut-turut. (f) Presiden perkembangan praktek ketatanegaraan

5
Miriam Budardjo, 2009, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 301 dan 303.
6
Jimly Asshiddiqie, 2005, Implikasi Perubahan UUD 1945 Terhadap Pembangunan Hukum Nasional, Mah-
kamah Konsitusi RI, Jakarta, hlm. 10.
7
Bagir Manan, op. cit., hlm. 50.
8
Bagir Manan, op. cit., hlm. 59.
394 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 391 - 407

Indonesia selama ini memang selalu proteksi yang sangat berharga untuk
dirasakan adanya kelemahan-kelemahan kebebasan individu terhadap pemerintahan
dalam praktek penyelenggaraan sistem tirani.10
pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD Namun di sisi lain, sistem presidensil
1945. Karena itu, dengan empat perubahan juga mengandung beberapa kelemahan,
pertama UUD 1945, khususnya dengan \DLWX NRQÀLN DQWDUD SDUOHPHQ GDQ
diadopsinya sistem pemilihan Presiden eksekutif yang dapat menyebabkan ke-
langsung, dan dilakukannya perubahan buntuan (GHDGORFN dan kelumpuhan. Hal
struktural maupun fungsional terhadap ini dapat saja tidak terhindarkan akibat
kelembagaan MPR, maka anutan sistem kedudukan kedua lembaga yang sama-
pemerintahan kita menjadi makin tegas VDPD LQGHSHQGHQ .HWLND NRQÀLN DWDX
menjadi sistem pemerintahan presidensil.9 ketidaksepakatan terjadi, maka tidak ada
Dipandang dari segi praktek, institusi yang dapat menyelesaikan masalah
sistem presidensil memang memberikan tersebut. (2) kekakuan pemerintahan dalam
beberapa keuntungan (dibanding sistem batas waktu tertentu (temporal rigidity). Hal
parlementer) yaitu: (1) stabilitas eksekutif ini disebabkan oleh masa jabatan Presiden
yang didasarkan oleh jaminan terhadap yang tetap dapat menyebabkan proses
kepastian lamanya jabatan presiden. Hal politik menjadi terhambat dan tidak
ini berbeda dengan sistem parlementer menyisakan ruang untuk penyesuaian
yang lebih memungkinkan terjadinya sesuai kebutuhan. (3) berlakunya sistem
instabilitas eksekutif yang disebabkan “the winner takes all” yang menyebabkan
oleh besarnya memungkinan penggunaan hanya satu kandidat dan partai yang me-
kekuasaan parlemen untuk menjatuhkan nang, dan yang lain kalah. Selain itu, sistem
kabinet melalui mosi tidak percaya atau ini menyebabkan Presiden akan susah untuk
juga tanpa mosi tidak percaya secara formal bernegosiasi atau berkoalisi dengan oposisi
ketika kabinet telah kehilangan dukungan jika dalam waktu tertentu muncul masalah
mayoritas anggota parlemen. (2) pemilihan yang membutuhkan penyelesaian.11
umum terhadap presiden dapat dianggap Dalam sistem presidensil dapat
lebih demokratis dari pada pemilihan secara disimpulkan beberapa kewenangan Presiden
tidak langsung baik formal maupun secara yang biasa dirumuskan dalam UUD berbagai
informal sebagaimana eksekutif dalam negara, yang mencakup lingkup kewenangan
sistem parlementer. (3) adanya pemisahan sebagai berikut:12
kekuasaan yang berarti pembatasan terhadap 1. Kewenangan yang bersifat eksekutif
kekuasaan eksekutif yang merupakan atau menyelenggarakan pemerintahan

9
Jimly Asshiddiqie, op. cit., hlm. 37.
10
Arend Lijphart, 2002, Parliamentary versus Presidential Government, Oxford University Press, New York,
hlm. 11-15.
11
Arend Lijphart, op. cit., hlm. 15-19.
12
Jimly Asshiddiqie, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, FH UII
Press, Yogyakarta, hlm. 75-77.
Aritonang, Penerapan Sistem Presidensil di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 395

berdasarkan UUD (to govern based on abolisi dan amnesti itu ditentukan
the constitution). Bahkan dalam sistem berada di tangan Presiden.
yang lebih ketat, semua kegiatan pe- 4. Kewenangan yang bersifat diplomatik,
merintahan yang dilakukan oleh pre- yaitu menjalankan perhubungan
siden haruslah didasarkan atas perintah dengan negara lain atau subjek hukum
konstitusi dan peraturan perundang- internasional lainnya dalam konteks
undangan yang berlaku. Sehingga hubungan luar negeri, baik dalam
kecenderungan discretionary power keadaan perang dan damai.
dibatasi sesempit mungkin wilayahnya. 5. Kewenangan yang bersifat admins-
2. Kewenangan yang bersifat legislatif tratif untuk mengangkat dan mem-
atau untuk mengatur kepentingan berhentikan orang dalam jabatan-
umum atau publik (to regulate jabatan kenegaraan dan jabatan-jabatan
public affair based on the law and administrasi negara. Hal ini disebabkan
the constitution). Dalam sistem pula karena presiden juga merupakan
pemisahan kekuasaan (separation of kepala eksekutif.
power), kewenangan untuk mengatur 6. Kewenangan dalam bidang keamanan,
ini dianggap ada di tangan lembaga yakni untuk mengatur polisi dan
perwakilan, bukan di tangan eksekutif. angkatan bersenjata, menyelenggarakan
Jika lembaga eksekutif merasa perlu perang, pertahanan negara, serta
mengatur, maka kewenangan mengatur keamanan dalam negeri.13
di tangan eksekutif itu bersifat derivatif
dari kewenangan legislatif. Artinya, C. Sistem Presidensil di Indonesia Pasca
Presiden tidak boleh menetapkan suatu Amandemen UUD 1945
peraturan yang bersifat mandiri. Dari konsep dan model sistem pe-
3. Kewenangan yang bersifat judisial merintahan di atas, dapat dilakukan analisis
dalam rangka pemulihan keadilan yang atau perbandingan terhadap penerapan
terkait dengan putusan pengadilan, konsep dan model tersebut di dalam UUD
yaitu untuk mengurangi hukuman, 1945 pasca amandemen. Salah satu ketentuan
memberikan pengampunan, ataupun yang sangat menandakan kuatnya sistem
menghapuskan tuntutan yang terkait presidensil dalam UUD 1945 tersirat dalam
erat dengan kewenangan pengadilan. Pasal 7C, yang menyatakan Presiden tidak
Dalam sistem parlementer yang mem- dapat membekukan dan/atau membubarkan
punyai kepala negara, ini biasanya DPR.
mudah dipahami karena adanya peran Secara historis, banyak pihak ber-
simbolik yang berada di tangan kepala pendapat bahwa pasal ini dimunculkan
negara. Tetapi dalam sistem presidensil, sebagai respon terhadap pernyataan Mantan
kewenangan untuk memberikan grasi, Presiden Abdurrahman Wahid yang pernah

13
Miriam Budiarjo, op. cit., hlm. 297.
396 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 391 - 407

mengeluarkan Dekrit untuk membubarkan dengan menggunakan sistem pemilih-


DPR pada saat beliau menjabat sebagai an langsung oleh rakyat, sebagaimana
Presiden RI. Namun, apabila dipandangan diatur dalam Pasal 6A. Format
dari segi konsep maka pasal di atas telah pemilihan umum yang terpisah antara
memenuhi salah satu persyaratan esensial pemilu legislatif dan Presiden dan
dalam kultur demokrasi presidensil yaitu Wapres turut menandakan dianutnya
pemisahan kekuasaan VHSDUDWLRQ RI SRZHU . sistem presidensil. Sebab, jika pada
Akibat dari penerapan model ini, maka baik pemilu legislatif salah satu partai
DPR maupun Presiden tidak dapat saling menguasai kursi parlemen (meskipun
membubarkan. tidak mayoritas), tidak otomatis
Beberapa kondisi lain yang menanda- menjadikan pemimpin partai tersebut
kan dianutnya sistem presidensil di menjadi seorang kepala pemerintahan.
Indonesia, yaitu: Sebagaimana lazimnya dalam budaya
a. Digunakannya istilah ‘Presiden’ se- demokrasi parlementer.
bagai kepala pemerintahan sekaligus d. Kewenangan Presiden dalam legislasi
kepala negara. Tidak dikenal adanya yang hanya menjadi pengusul sebuah
pemisahan dua fungsi tersebut, RUU kepada DPR, sebagaimana
sebagaimana lazimnya dalam budaya diatur dalam Pasal 5 ayat (1). Hal ini
demokrasi parlementer. 14 berbeda dengan format kewenangan
b. Dianutnya prinsip pemisahan ke- legislasi yang sebelumnya diatur dalam
kuasaan, sebagaimana dilihat dalam UUD 1945 pra-amandemen, di mana
Pasal 1 ayat (2), kedaulatan berada kekuasaan legislasi pada dasarnya
di tangan rakyat dan dilaksanakan berada di tangan Presiden.
menurut UUD. Hal ini menandakan, e. Pengangkatan dan pemberhentian
tidak ada satu lembaga pun yang lebih menteri merupakan hak prerogatif
supreme dari lembaga lainnya. Semua Presiden tanpa perlu mekanisme per-
lembaga negara yang termasuk main setujuan dari DPR, sebagaimana diatur
organ berada dalam kedudukan yang dalam Pasal 17 ayat (2). Oleh karena
setara dengan fungi masing-masing. itu, tanggung jawab pemerintahan
c. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sepenuhnya berada di tangan Presiden.

14
Terhadap hal ini, Jimly berpendapat, dalam sistem presidensil saat ini tidak perlu ada lagi pembedaan terha-
dap kedudukan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Sebab sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan negara didalamnya terkandung status kepala negara (head of state) sekaligus kepala pemerin-
tahan (head of government) yang menyatu dan tidak terpisahkan. Namun jika dipandang dari paham negara
hukum, dan prinsip rule of law, dapat dikatakan secara simbolik, yang dinamakan kepala negara dalam sistem
presidensil itu adalah konstitusi. Dengan kata lain, kepala negara dari negara konstitusional Indonesia adalah
UUD. Presiden dan wapres cukup disebut sebagai presiden dan wapres saja, tidak perlu membedakan kapan
berperan sebagai kepala pemerintahan dan kapan berperan sebagai kepala negara seperti dalam kebiasaan sistem
parlementer. Dalam sistem kenegaraan constitutional democratic republic, kedudukan konstitusi pada dasarnya
merupkan Kepala Negara yang sesungguhnya. Lihat Jimly Asshiddiqie, “Konstitusi dan Konstitusionalisme”,
http://www.jimly.com, www.jimly.com/pemikiran/getbuku/9, diakses pada tanggal 24 Oktober 2009.
Aritonang, Penerapan Sistem Presidensil di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 397

f. Penggunaan “¿[HG WHQXUH RI RI¿FH´ Sebagaimana dikatakan oleh Richard


untuk Presiden dan Wakil Presiden Holder Williams bahwa, a constitution is a
yaitu 5 (lima) tahun. Hal ini dapat legal document which contains “the rules
dilihat dalam Pasal 7. of the political game”.15 Selain itu, politik
g. Lama jabatan tersebut ditegaskan praktis Indonesia yang berubah secara
pula dalam Pasal 3 ayat (3), yang VLJQL¿NDQ VDODK VDWXQ\D GLVHEDENDQ ROHK
menyatakan bahwa, MPR hanya dapat kemajuan dari pemahaman dan praktik
memberhentikan Presiden dan/atau konsitutisionalisme pasca amandemen UUD
Wakil Presiden dalam masa jabatannya 1945. Hal ini sebagimana diutarakan oleh
menurut UUD. Yang tidak lain adalah Rosen, the form in which the consitutition
mekanisme impeachment, sebagaimana making process is adopted may reveal the
diatur pula dalam Pasal 7A. FKDUDFWHU RI WKH IXWXUH SROLWLFDOFRQ¿JXUDWLRQ
h. Presiden tidak bertanggung jawab particularly if the process takes place during
kepada lembaga politik tertentu tetapi a transition from an authoritarian rule.16
langsung kepada rakyat pemilihnya. Dalam hal konteks penerapan sistem
Sebagai konsekuensi legal dan politis presidensil di Indonesia, setidaknya ada
dari dianutnya sistem pemilihan secara dua hal yang menyebabkan tidak bertajinya
langsung bagi Presiden dan Wakil penerapan sistem teressbut, yaitu penegasan
Presiden. Meskipun secara praktek, terhadap sistem presidensil yang turut
Presiden pada setiap akhir tahun tetap diiringi dengan penguatan peran dan
membacakan laporan kinerja di hadapan wewenang parlemen dalam hubungannya
DPR. Namun hal itu bukan merupa- dengan eksekutif, serta sistem politik yang
kan mekanisme pertanggungjawaban menggunakan sistem multi partai.
sebagaimana eksekutif bertanggung
jawab kepada parlemen dalam sistem D. Penguatan DPR Bersamaan dengan
parlementer. Penegasan Sistem Presidensil
Dari beberapa kondisi di atas Isu utama perdebatan para perumus
maka dapatlah dikatakan bahwa sistem perubahan UUD 1945 pada perubahan
pemerintahan yang dianut oleh UUD 1945 pertama tahun 1999 adalah bagaimana
pasca amandemen adalah sistem presidensil menyempurnakan struktur ketatanegaraan
murni. Tetapi, kebenaran konsep di atas yang ada. Begitu kompleks dan banyaknya
hendaknya perlu diuji dalam tataran politik persoalan yang disampaikan dalam
praktis, sebab demokrasi pada hakekatnya perdebatan awal itu, maka perubahan yang
adalah merupakan konteks budaya politik disepakati pada perubahan pertama ini ada-
bukan hanya konteks penafsiran dan lah bagaimana mengurangi dan membatasi
pelaksanaan terhadap konsitusi. kekuasaan Presiden dan memperkuat

15
Denny Indrayana, 2008, Indonesian Contitutional Reform 1999-2002 an Evaluation of Constitution Making in
Transition, Kompas, Jakarta, hlm. 29.
16
ibid., hlm. 36.
398 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 391 - 407

posisi DPR sebagai lembaga negara yang kan pandangan bahwa, perubahan UUD
memiliki kekuasaan membentuk undang- 1945 telah menyiratkan peralihan dari yang
undang.17 semula sistem presidensil sistem executive
Perubahan selanjutnya terhadap DPR heavy kepada sistem presidensil legislative
adalah pada fungsi pengawasannya yang heavy, sehingga lebih menegaskan supre-
dalam UUD 1945 sebelum perubahan masi parlemen terhadap eksekutif. Ini
hanya disinggung dalam bagian penjelasan. terlihat dari kekuasaan legislatif yang
Karena fungsi pengawasan ini dianggap sangat luas mulai dari pembuatan undang-
penting dimiliki oleh DPR untuk berjalan- undang sampai wewenang kontrol. Selain
nya mekanisme kontrol terhadap eksekutif, itu pengangkatan pimpinan dan anggota
maka ketentuan dalam penjelasan UUD 1945 komisi-komisi atau badan-badan independen
itu dimuat secara tegas dalam pasal-pasal serta duta besar harus melalui pemilihan dan
UUD 1945 secara lebih jelas dan rinci. Pasal pengujian di DPR.
20 ayat 1, mempertegas tiga fungsi yang Amandemen terhadap kedudukan dan
dimiliki oleh DPR, yaitu fungsi legislasi, fungsi DPR sebagai parlemen atau badan
fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.18 legislatif memang mutlak dilakukan. Sebab
Oleh karena itu, hubungan parlemen UUD 1945 sebelum amademen memang
dan eksekutif dalam sistem presidensil mengandung banyak kelemahan mendasar,
Indonesia pasca amandemen UUD 1945, yang diantaranya, adalah:19
setidaknya dapat dilihat dalam tiga konteks, 1. UUD 1945 membangun sistem
yaitu: politik yang executive heavy dengan
(a) Penguatan peran dan kewenangan DPR memberikan porsi yang sangat besar
setelah amandemen UUD 1945. kepada kekuasaan presiden tanpa
(b) Penegasan fungsi dan hak yang dimiliki adanya mekanisme check and balances
DPR sebagai lembaga pengawas yang memadai.
eksekutif. 2. UUD 1945 terlalu banyak memberikan
(c) Penegasan check and balances sistem atrbusi dan delegasi kewenangan
parlemen dan eksekutif. kepada presiden untuk mengatur lagi
Dalam hal ini, amandemen UUD 1945 hal-hal penting dengan undang-undang
tidak hanya memberikan penegasan saja maupun dengan peraturan pemerintah.
kepada sistem presidensil di Indonesia, 3. UUD 1945 memuat beberapa pasal yang
tetapi juga mengembalikan kewibawaan ambigu atau multi tafsir sehingga bisa
parlemen sesuai fungsi utamanya. Penguatan ditafsirkan dengan bermacam-macam
kelembagaan tersebut akhirnya memberi- tafsir, tetapi tafsir yang harus diterima

17
Hamdan Zoelva, “Sistem Penyelenggaraan Kekuasaan Negara Setelah Perubahan UUD 1945, Sekretariat
Negara RI, http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=11&Itemid=33, diakses
pada tanggal 29 Oktober 2009.
18
ibid.
19
ibid., hlm. 6.
Aritonang, Penerapan Sistem Presidensil di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 399

adalah tafsir yang dibuat presiden. pembahasan dan persetujuan terhadap


4. UUD 1945 lebih mengutamakan se- undang-undang harus dilakukan ber-
mangat penyelenggaraan negara dari sama-sama.
pada sistemnya. (2) Fungsi pengawasan (control), yakni
Sebagai lembaga legislatif atau par- mengontrol badan eksekutif dalam arti
lemen, DPR sendiri mempunyai beberapa menjaga agar semua tindakan badan
fungsi. Fungsi-fungsi tersebut mengandung eksekutif sesuai dengan kebijakan-
hak-hak yang akan dimiliki oleh parlemen kebijakan yang telah ditetapkan
sebagai individu atau kelembagaan RYHUVLJKW . Untuk menyelenggarkan
untuk mengawasi kinerja (performance) tugas ini lembaga parlemen diberi
pemerintah. Fungsi-fungsi tersebut, yaitu: hak-hak kontrol khusus, seperti hak
(1) Fungsi legislasi, yakni menentukan bertanya, interpelasi, angket, dan mosi
kebijakan (policy) dan membuat (dalam sistem parlementer). Fungsi
undang-undang. Untuk itu lembaga Pengawasan beserta hak-haknya,
parlemen diberi hak inisiatif, hak untuk tertuang di dalam pasal 20A. Ruang
mengadakan amandemen terhadap lingkup pengawasan DPR terhadap
rancangan undang-undang yang disusun eksekutif termasuk didalamnya,
oleh pemerintah, terutama dibidang pengawasan terhadap pengelolaan
budget atau anggaran. Fungsi ini jelas APBN, pembentukan dan pelaksanaan
tertuang dalam Pasal 20 ayat (1), yang kebijakan eksekutif, beserta tindakan-
menyatakan bahwa, DPR memegang tindakan lain dari pemerintah.
kekuasaan membentuk undang-undang. (3) Fungsi perwakilan (representasi), yakni
Meskipun pelaksanaan wewenang ini merupakan fungsi yang paling pokok.
tidak dapat dilaksanakan sendiri atau Dalam hal ini dibedakan dalam dua
sepihak oleh DPR sebab pembahasan pengertian perwakilan yaitu perwakilan
sebuah undang-undang harus dilaku- VHFDUD ¿VLN GDQ SHUZDNLODQ VHFDUD
kan bersama-sama dengan Presiden pemikiran atau ide.21 Fungsi Perwakilan
dan DPD (dalam hal tertentu). Saldi sendiri secara tersirat tertuang dalam
Isra bahkan menyatakan bahwa, tidak Pasal 19 ayat (1), yang menyatakan
tepat jika dikatakan kewenangan bahwa anggota DPR dipilih melalui
pembentukan undang-undang sepenuh- pemilihan umum. Dari pasal ini dapat
nya berada di tangan DPR, sebab dalam disimpulkan, DPR pada hakikatnya
hal ini Presiden tetap mempunyai adalah penjelmaan dari seluruh ke-
kewenangan dalam legislasi (bagian pentingan rakyat.
dari legislasi) meskipun hanya (4) Fungsi lainnya, yakni seperti menge-
untuk mengajukan RUU.20 Selain itu sahkan (ratify) perjanjian-perjanjian

20
Saldi Isra, 2010, Pergeseran Fungsi Legislasi dalam Sistem Pemerintahan Indonesia Setelah Perubahan UUD
1945, Disertasi, Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, hlm. 318.
21
Jimly Asshiddiqie, 2007, Pokok-Pokok HTN Pasca Reformasi, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, hlm. 165.
400 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 391 - 407

internasional yang dibuat oleh badan sangat mempengaruhi hubungan antara


eksekutif, wewenangan untuk menuntut DPR dan eksekutif. Pengaruh tersebut dapat
(impeach) dan mengadili pejabat tinggi, dilihat dari segi pelaksanaan setiap fungsi
WHUPDVXN SUHVLGHQ )XQJVL UDWL¿NDVL dan hak yang dimiliki oleh DPR. Dari segi
dengan jelas tertuang dalam Pasal 11 pelaksanaan fungsi legislasi, pada tahun
ayat (1) UUD 1945 bahwa Presiden 1999-2004 DPR menyelesaikan pembuatan
dengan persetujuan DPR menyatakan sebanyak 172 undang-undang 22, pada tahun
perang, membuat perdamaian, dan 2004-2009 sebanyak 186 undang-undang.
perjanjian dengan negara lain. Selain itu, pelaksanaan pembahasan
Selain fungsi-fungsi di atas, dalam pe- sebuah RUU juga tidak mudah. Selain
laksanaan penyelenggaraan pemerintahan, membutuhkan waktu yang cukup panjang
eksekutif tidak dapat melepaskan diri dari WHUNDGDQJ PHQ\HEDENDQ NRQÀLN DWDX
peran DPR. Peran tersebut terwujud dalam pertentangan antara DPR dan presiden.
pemberian kewenangan untuk memberikan Sebagai contoh diantaranya adalah
hak menyetujui atau menolak tindakan pembahasan RUU Kebebasan Memperoleh
atau kebijakan yang hendak diambil oleh Informasi Publik (KMIP)23 dan undang-
eksekutif. Hal ini dapat dilihat dengan undang Kementerian Negara. Dari segi
jelas dalam UUD 1945. Hal tersebut antara pelaksanaan fungsi pengawasan, DPR cukup
lain: memperlihatkan supremasinya. Peran ini
(1) Pengangkatan duta dan menerima pe- sangat menonjol dalam kaitannya dengan
nempatan duta negara lain, sebagai- pengawasan kinerja eksekutif.
mana diatur dalam Pasal 13 UUD Bahkan menurut Jimly, terjadi per-
1945. geseran peran parlemen dari legislasi
(2) Pemberian amnesti dan abolisi, se- ke controlling. Apabila didasarkan pada
bagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat terminologi parlemen, maka tugas utama
(2) UUD 1945. parlemen adalah berbicara (WR VSHDN atau
(3) Persetujuan atau penolakan terhadap parle yang pada dasarnya merupakan fungsi
Perpu yang diterbitkan oleh Presiden, controlling atau pengawasan bukan legislasi.
sebagaimana diatur dalam Pasal 22 Bahkan, meskipun secara formil fungsi
UUD 1945. legislatif itu ditentukan dalam konstitusi
(4) Pengangkatan dan pemberhentian sebagai fungsi pokok, namun dalam
anggota Komisi Yudisial, sebagaimana prakteknya justru fungsi legislatif itu tetap
diatur dalam Pasal 24B ayat (3). tidak efektif untuk menggambarkan adanya
Dengan semakin kuatnya kedudukan kesetaraan derajat antara pemerintah dan
DPR sebagai representasi rakyat, hal ini parlemen.24

22
Bivitri Susanti, “Problem Kelembagaan dalam Proses Legislasi”, http://www.parlemen.net/privdocs/a00c1d97
0adc5df910b5d67a8b7167ac.pdf, diakses pada tanggal 8 Maret 2007.
23
ibid.
24
Jimly Asshiddiqie, op. cit., hlm. 185.
Aritonang, Penerapan Sistem Presidensil di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 401

E. Sistem Presidensil dengan Sistem kebijakan Bantuan Tunai Langsung (BLT)


Multipartai serta konversi minyak tanah ke elpiji yang
Salah satu kelemahan dalam sistem akhirnya menimbulkan pro dan kontra. Pada
presidensil adalah sangat dimungkinkannya akhirnya hal ini berpotensi melemahkan
WHUMDGL NRQÀLN DQWDUD SDUOHPHQ GDQ HNVHNXWLI legitimasi dan kewibawaan Presiden di
yang dapat menyebabkan deadlock dan hadapan DPR selaku pengambil kebijakan.
kelumpuhan25. Hal ini dapat saja tidak Berbicara mengenai demokrasi
terhindarkan akibat kedudukan kedua memang tidak lepas dari pada peran dan
lembaga yang masing-masing terpisah atau fungsi partai politik dalam sistem politik.
terbagi dan tidak bergantung satu sama Dengan dibukanya kesempatan yang luas
ODLQ 2OHK NDUHQD LWX NHWLND NRQÀLN DWDX kepada setiap warga negara Indonesia
ketidaksepakatan terjadi maka tidak ada untuk berpartisipasi secara langsung dalam
institusi yang dapat menyelesaikan masalah sistem politik, maka hal ini menyebabkan
tersebut.26 tumbuhnya berbagai macam jenis partai
Hal ini pun dapat terjadi dalam politik. Dalam sistem politik, peran partai
sistem presidensil di Indonesia. Salah politik sangat penting, sebagaimana
satu contoh termutakhir yang bisa diamati dinyatakan Miriam Budiarjo, partai politik
adalah ditolaknya Perpu No. 4 Tahun 2008 berperan sebagai: (1) Sebagai sarana
tentang JPSK oleh DPR yang menyebabkan komunikasi politik yang dapat digunakan
penyertaan modal sementara terhadap sebagai ruang untuk menggabungkan
Bank Century menjadi dipertanyakan dan merumuskan berbagai kepentingan-
keabsahanya. Kebuntuan terjadi akibat tidak kepentingan (interest articulation); (2)
ada mekanisme lain yang bisa ditempuh oleh Sebagai sarana sosialisasi politik, yakni
presiden selain mencabut Perpu tersebut.27 proses untuk menyampaikan budaya politik
Selain itu, sering pula terjadi yaitu norma-norma dan nilai-nilai dari satu
percekcokan atau saling serang antara DPR generasi ke generasi berikutnya; (3) Sebagai
dengan pemerintah, apabila hal tersebut rekrutmen politik, yakni untuk memilih atau
menyangkut kebijakan tidak populis menyeleksi seorang pemimpin, baik untuk
yang dilakukan pemerintah. Sebut saja kepentingan internal maupun eksternal

25
Meskipun demikian Jose Antonio Cheibub memberikan penegasan berbeda dalam tulisannya, bahwa “Based
RQ GDWD IRU DOO SUHVLGHQWLDO GHPRFUDFLHV WKDW H[LVWHG LW VKRZV D WKDW FKDUDFWHULVWLFV RI WKH HOHFWRUDO DQG
party sistems do affect the level of support for the president in congress and hence the probability of minority
SUHVLGHQWV DQG PLQRULW\ JRYHUQPHQWV E WKDW WKHVH FKDUDFWHULVWLFV DQG WKH PLQRULW\ JRYHUQPHQWV WKH\
JHQHUDWH GR QRW PDNH GHDGORFN PRUH OLNHO\ DQG F WKDW PLQRULW\ SUHVLGHQWV PLQRULW\ JRYHUQPHQWV DQG
GHDGORFN GR QRW DIIHFW WKH VXUYLYDO RI SUHVLGHQWLDO GHPRFUDFLHV 7RJHWKHU WKHVH ¿QGLQJV VXJJHVW WKDW WKH YLHZ
that explains the instability of presidential democracies in terms of the type of executive-legislative rela-
tions these regimes are likely to induce must be abandoned.” Jose Antonio Cheibub, “Minority Governments,
Deadlock Situations, and the Survival of Presidential Democracies”, Comparative Political Studies,
http://cps.sagepub.com/cgi/content/abstract/35/3/284, diakses pada tanggal 29 Oktober 2009.
26
Arend Lijphart, op. cit., hlm. 15.
27
Mohammad Fajrul Falaakh, “Involusi Perpu (Bank Century)”, Harian Kompas, 6 Januari 2010.
402 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 391 - 407

SDUWDL 6HEDJDL VDUDQD SHQJDWXU NRQÀLN mutual independence spells a mutual


(FRQÀLFW PDQDJHPHQW), yakni menekan atau antagonism that weakens both of them
PHQJDWXU NRQÀLN NRQÀLN \DQJ PXQJNLQ (parliaments and executive).”
terjadi sebagai akibat sifat heterogen suatu 2. Dalam sistem presidensil dengan multi
bangsa.28 partai mutlak diperlukan kedisiplinan
Banyaknya partai politik yang turut partai-partai yang berkoalisi. Sebab jika
ambil bagian dalam penyelenggaraan tidak maka presiden dapat kehilangan
pemilihan umum pada satu sisi memberikan dukungan dalam parlemen. Inilah yang
dampak yang positif. Hal ini menandakan bisa menyebabkan kebuntuan. Ciri ini
bahwa iklim demokrasi benar-benar sebenarnya sangat dimiliki dalam sistem
mendapat tempat yang layak. Namun hal parlementer. Sebagaimana dikatakan
ini sangat berbeda jika sistem politik multi Linz bahwa, perdana menteri dapat
partai dihubungkan dengan pelaksanaan mengkombinasikan kekuasaannya de-
sistem presidensil di Indonesia. Komposisi ngan pertanggungjawaban, yang pada
ini sangat rentan menyebabkan kebuntuan gilirannya membutuhkan kedisiplinan
dan perseteruan antara DPR dan eksekutif. dan keutuhan dari partai-partai politik
Oleh karena itu hal ini dapat dipandang (well disciplined and strong political
sebagai kelemahan mendasar dalam sistem parties).30 Sebab jika tidak demikian,
presidensil Indonesia. Beberapa kelemahan maka kejatuhan kabinet menjadi tidak
tersebut antara lain: terhindarkan. Dalam hal ini, Jose
1. Dapat menyebabkan instabilitas pe- Antonio Cheibub juga menyatakan:31
merintahan, sebab sistem presidensil “the majoritarian imperative that
memberikan kedudukan yang sama kuat supposedly characterizes parliamentary
kepada eksekutif dan legislatif, sehingga regimes provides ineluctable incentives
tidak dapat saling membubarkan. for political parties to cooperate with the
Namun sistem impeachment, sangat government and for individual members
memungkinkan presiden dijatuhkan of parliament to comply with party
meskipun hal tersebut tidak serta merta directives. As a consequence, highly
terjadi pada kabinet. Dalam sistem disciplined parties tend to cooperate
presidensil, lobi atau negosiasi dalam with each other in forming legislatif
proses politik menjadi sangat rigid atau coalitions out of which governments
WLGDN ÀHNVLEHO NDUHQD SDUOHPHQ WLGDN will emerge and upon which they will
mempunyai ikatan emosional politik rely for their existence.”
yang kuat dengan presiden. Dalam hal 3. Dalam sistem presidensil dengan
ini Bagehot menyatakan:29 “…that their multi partai, memang dapat dikatakan

28
Miriam Budiarjo, op. cit., hlm. 405-410.
29
Arend Lijphart, op. cit., hlm. 15.
30
ibid., hlm. 126.
31
Jose Antonio Cheibub, op. cit., hlm. 24.
Aritonang, Penerapan Sistem Presidensil di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 403

EDKZD ¿JXU \DQJ WHUSLOLK PHPDQJ Apabila dibandingkan dengan sistem


merupakan pilihan rakyat. Namun, parlementer, instabilitas pemerintahan
hal tersebut akan kontras atau terbalik pun sebenarnya bisa terjadi dalam sistem
jika ternyata dalam pelaksanaan parlementer yang berbasis multi partai.
pemerintahan presiden tidak men- Sebagaimana dikatakan oleh Miriam
dapatkan dukungan mayoritas suara Budiardjo, sistem multi partai, apalagi jika
parlemen. Meskipun pada akhirnya, dihubungkan dengan sistem pemerintahan
DPR memang tidak dapat membubar- parlementer, mempunyai kecenderungan
kan kabinet namun kebuntuan dan untuk menitikberatkan kekuasaan pada
perseteruan dapat terjadi berke- badan legislatif, sehingga peran badan
panjangan. eksekutif sering lemah dan ragu-ragu. Hal
4. Sistem ini mengharuskan presiden untuk ini sering disebabkan karena tidak ada satu
membuka koalisi kepada banyak partai partai yang cukup kuat untuk membentuk
dengan berbagai cara. Sebagaimana suatu pemerintahan sendiri, sehingga
dikatakan Jose Antonio Cheibub, terpaksa membentuk koalisi dengan partai-
³3UHVLGHQWV ZKR ¿QG WKHPVHOYHV LQ partai lain. Dalam keadaan semacam
a minority situation may enter into ini partai yang berkoalisi harus selalu
coalition to obtain thesupport of a mengadakan kemungkinan bahwa sewaktu-
majority in congress. They do so waktu dukungan dari partai yang duduk
by distributing cabinet positions to dalam koalisi akan ditarik kembali, sehingga
parties that pledge their support to the mayoritas dalam parlemen hilang.34
government in congress.8 Government, Dalam kaitannya dengan sistem multi
WKXV LV KHUH GH¿QHG E\ DOO WKH SDUWLHV partai yang diterapkan di Indonesia, kondisi
that hold cabinet positions, and the tersebut memang akan sangat berpengaruh
government legislatif support by the terhadap efektivitas pelaksanaan sistem
sum of seats held by all the parties that presidensil itu sendiri. Sebagai acuan,
are in the government.”32 sistem presidensil Amerika Serikat
Selain itu, Lowell juga menyatakan, menggunakan sistem dwi partai. Sehingga
“…that coalition cabinets are short dapat memberikan stabilitas jangka panjang
lived compared with one party cabinet. terhadap eksekutifnya. Sistem dwi partai
The larger the number of discordant pernah disebut sebagai a convenient
groups that form the majority the harder sistem for contented people. Sistem ini
the task of pleasing them all, and more dapat berjalan baik apabila terpenuhi tiga
feeble and unstable the position of the syarat, yaitu komposisi masyarakat bersifat
cabinet.”33 homogen (social homogeneity), adanya

32
ibid., hlm. 6.
33
Arend Lijphart, 1984, Democracies: Pattern of Majoritarian and Consensus Government in Twenty-one
Countries, Oxford University Press, New York, hlm. 109.
34
Miriam Budiardjo, op. cit., hlm. 419.
404 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 391 - 407

konsensus kuat dalam masyarakat mengenai masyarakat, sebab hanya terpecah dalam
asas dan tujuan sosial dan politik (political dua dimensi (left-right dimension).
consensus), dan adanya kontinuitas sejarah
(historical continuity).35 F. Pengalaman Empiris dari Pemerin-
Namun, sistem dwipartai juga buka tahan SBY-Boediono
tanpa kritik. Sebagaimana dikatakan oleh Secara empiris, kelemahan dari sistem
Lijphart36, (1) penggunaan sistem dwi- presidensil dengan sistem multi partai
partai sebenarnya lebih merupakan bentuk dapat dilihat dalam proses pemilihan umum
“pengkambinghitaman” instabilitas peme- Presiden dan Wakil Presiden untuk periode
rintahan dibanding dengan sistem multi- 2009-2014. Pemilu periode ini dimulai
partai. Sebab pada pengalaman beberapa sebelumnya dengan pemilu legislatif yang
negara, terbukti bahwa sistem multipartai diikuti oleh 38 parpol nasional37. Namun,
tidak memberikan efek yang fatal yang pada akhirnya hanya 9 (Sembilan) partai
merusak demokrasi. (2) sistem dwi-partai politik yang berhasil memperoleh kursi di
malah dapat mengaburkan demokrasi parlemen.
itu sendiri. Penggunaan sistem dwipartai Komposisi parpol yang memperoleh
memungkinkan partai-partai yang memiliki suara dalam parlemen (DPR) sangatlah
program-program yang hampir sama bervariasi, sehingga suara mayoritas tidak
sehingga malah menutup akses alternatif dimiliki oleh parpol manapun. Bahkan
pilihan bagi masyarakat. (3) sistem multi Partai Demokrat yang mempunyai suara
partai lebih memungkinkan untuk meng- terbanyak hanya mempunyai 26,4% (148)38
akomodasi pertanggungjawaban kinerja pe- dari total kursi di parlemen (560 kursi). Oleh
merintah. Sebab dalam sistem presidensil karena itu, dapat dipahami ketika Presiden
pemilihan presiden dan parlemen terpisah. SBY menghendaki adanya koalisi terhadap
(4) sistem dwi-partai lebih memungkinkan beberapa parpol yaitu, Partai Golkar, PKS,
hilangnya isu-isu penting dan alternatif- PPP, PAN, dan PKB. Total kursi yang
alternatif program yang penting. Dalam diperoleh adalah 423 kursi. Jauh di atas
hal ini sistem dwipartai tidak dapat jumlah minimal simple majority (mayoritas
mengakomodasi semua kepentingan sederhana).

35
ibid., hlm. 417. Salah satu keunggulan Amerika Serikat dapat mempertahanakn sistem dwi partainya karena,
rakyat Amerika tidak benar-benar mempercayai keraguan mereka terhadap kelemahan sistem dwi partai yang
selama ini berjalan. Meskipun ternyata dalam masa tertentu, baik dalam pemilihan Presiden maupun Guber-
QXU QHJDUD EDJLDQ SDUWDL NHWLJD DWDX ¿JXU VHODLQ 3DUWDL 5HSXEOLN GDQ 'HPRNUDW VHODOX PXQFXO QDPXQ WLGDN
mendapat dukungan dari rakyat Amerika. Padahal, dalam survey yang pernah dilakukan, rakyat Amerika sangat
PHQGDPEDNDQ PXQFXOQ\D ¿JXU ODLQ VHODLQ GXD SDUWDL \DQJ EHUNXDVD 6HEDE GDQ NRQGLVL KLVWRULVQ\D GDSDW GLEDFD
dalam buku John F. Bibby and L. Sandy Maisel, 1998, Two Parties-Or More? The American Party System,
Westview Press, USA.
36
Arend Lijphart, op. cit., hlm. 111-114.
37
Antara News, “38 Parpol Ditetapkan Menjadi Peserta Pemilu 2009”,
http://www.antara.co.id/view/?i=1218891252&c=NAS&s=, diakses pada tanggal 24 Mei 2010.
38
Dewan Perwakilan Rakyat RI, “Tata Tertib DPR RI Mengenai Fraksi”,
http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/fraksi, diakses pada tanggal 25 Maret 2010.
Aritonang, Penerapan Sistem Presidensil di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 405

Meskipun dasar dari koalisi diakui feeble and unstable the position of the
lebih merupakan hasil asimilasi atau sintesa cabinet.”40
dari setiap kepentingan parpol-parpol
Salah satu kelemahan mendasar da-
tersebut demi rakyat, namun pada dasarnya
ri sistem presidensil adalah terjadi dead-
dapat dipahami bahwa koalisi tidak lebih
lock (kebuntuan) dan kelumpuhan penye-
dari sekedar penawaran kepentingan partai-
lenggaraan pemerintahan oleh eksekutif
partai tersebut. Salah satunya adalah kursi
oleh aksi ‘boikot’ atau pertentangan terus
menteri. Hal ini dapat dilihat dari komposisi
menerus dari parlemen. Ke depan hal ini
dan jumlah kursi menteri yang dipegang oleh
sangat mungkin terjadi sebab koalisi selalu
masing-masing partai yang berkoalisi.
tidak menjamin kuatnya dukungan parlemen
Kondisi tersebut tepat sebagaimana
terhadap eksekutif. Banyak faktor politik
dikatakan oleh Jose Antonio Cheibub,
yang membantu keberhasilan Presiden
³3UHVLGHQWV ZKR ¿QG WKHPVHOYHV LQ D dengan suara minoritas di parlemen untuk
minority situation may enter into coali- menyelesaikan pemerintahannya dengan
tion to obtain the support of a majority bantuan koalisi.
in congress. They do so by distributing
cabinet positions to parties that pledge G. Penutup
their support to the government in Amandemen terhadap UUD 1945 telah
congress.8 Government, thus, is here menegaskan bahwa sistem pemerintahan
defined by all the parties that hold yang dianut adalah sistem pemerintahan
cabinet positions, and the government presidensil. Hal ini merupakan salah satu
legislatif support by the sum of seats tindakan perbaikan atau korektif terhadap
held by all the parties that are in the sistem presidensil yang lama sebelum
government.”39 UUD 1945 diamandemen. Sistem yang
lama melahirkan banyak kelemahan dalam
Secara kuantitas memang koalisi sangat
pelaksanaan check and balances system.
baik dalam mengatasi problem kekuasaan
Selain itu terlihat bahwa UUD 1945
yang minoritas, namun sebenarnya koalisi
sebelum amandemen memberikan banyak
tetap bukan merupakan jawaban tepat untuk
kewenangan kepada eksekutif, sehingga
mengatasi masalah tersebut. Sebagaimana
bersifat executive heavy.
dikatakan Lowell,
Selain penegasan terhadap sistem
“…that coalition cabinets are short presidensil, perubahan ketatanegaraan juga
lived compared with one party cabinet. memberikan penguatan terhadap peran dan
The larger the number of discordant kedudukan DPR. UUD 1945 amandemen
groups that form the majority the harder menegaskan fungsi-fungsi dan hak-hak DPR
the task of pleasing them all, and more sebagai lembaga legislatif dan pengawas

39
Jose Antonio Cheibub, loc. cit.
40
Arend Lijphart, op. cit., hlm. 109.
406 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 391 - 407

kinerja pemerintah. Pelaksanaan fungsi- Dipandang dari sisi demokrasi, pengguna-


fungsi dan hak-hak ini merupakan hal yang an sistem multi partai memang memberi-
mutlak sebagai bagian dari penyempurna- kan kesempatan yang luas kepada setiap
an check and balances system. Namun orang untuk ambil bagian dalam pelaksa-
ternyata, amandemen UUD 1945 malah naan hak-hak politiknya. Namun dipandang
menggeser kedudukan DPR ke arah yang GDUL VLVL HIHNWL¿WDV SHQ\HOHQJJDUDDQ
lebih kuat, sehingga lebih bersifat legislative pemerintahan, sistem ini malah memper-
heavy. Sehingga hampir semua hal yang lemah pelaksanaan sistem presidensil.
menjadi kewenangan eksekutif pada Pertaruhan politik antara DPR dan Presiden
prakteknya harus mendapatkan persetujuan kerap menyebabkan pertentangan antara
dari DPR. kedua lembaga negara tersebut. Akibat-
Kondisi berikutnya yang mewarnai nya, penyelenggaraan pemerintahan lebih
pelaksanaan sistem presidensil Indonesia banyak diwarnai persoalan politik daripada
adalah dengan digunakannya format multi realisasi kebijakan pemerintah terhadap
partai dalam sistem politik Indonesia. masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Antara News, “38 Parpol Ditetapkan Press, Yogyakarta.
Menjadi Peserta Pemilu 2009”, Asshiddiqie, Jimly, 2005, Implikasi
h t t p : / / w w w. a n t a r a . c o . i d / v i e w / Perubahan UUD 1945 Terhadap
?i=1218891252&c=NAS&s=, diakses Pembangunan Hukum Nasional,
pada tanggal 24 Mei 2010. Mahkamah Konsitusi RI, Jakarta.
Arend Lijphart, 2002, Parliamentary versus Asshiddiqie, Jimly, 2007, Pokok-Pokok
Presidential Government, Oxford Uni- HTN Pasca Reformasi, Bhuana Ilmu
versity Press, New York. Populer, Jakarta.
Asshiddiqie, Jimly, “Konstitusi dan Kons- Cheibub, Jose Antonio, “Minority Govern-
titusionalisme”, http://www.jimly.com, ments, Deadlock Situations, and the
www.jimly.com/pemikiran/getbuku/9, Survival of Presidential Democracies”,
diakses pada tanggal 24 Oktober 2009. Comparative Political Studies,
Asshiddiqie, Jimly, “Struktur Ketatanegara- http://cps.sagepub.com/cgi/content/
an Indonesia Setelah Perubahan Ke- abstract/35/3/284, diakses pada tanggal
empat UUD Tahun 1945”, makalah 29 Oktober 2009.
disampaikan pada Seminar Pemba- Dewan Perwakilan Rakyat RI, “Tata Tertib
ngunan Hukum Nasional VIII yang DPR RI Mengenai Fraksi”, http://www.
diselenggarakan oleh BPHN Dep- dpr.go.id/id/tentang-dpr/fraksi, diakses
hukham RI, Denpasar, 14-18 Juli 2003. pada tanggal 25 Maret 2010.
Asshiddiqie, Jimly, 2005, Format Kelem- Falaakh, Mohammad Fajrul, “Involusi Perpu
bagaan Negara dan Pergeseran (Bank Century)”, Harian Kompas, 6
Kekuasaan dalam UUD 1945, FH UII Januari 2010.
Aritonang, Penerapan Sistem Presidensil di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 407

Indrayana, Denny, 2008, Indonesian can Party System, Westview Press,


Contitutional Reform 1999-2002 an USA.
Evaluation of Constitution Making in Manan, Bagir, 1999, Lembaga Kepresi-
Transition, Kompas, Jakarta. denan, Gama Media, Yogyakarta.
Isra, Saldi, 2010, Pergeseran Fungsi Miriam Budardjo, 2009, Dasar-Dasar Ilmu
Legislasi dalam Sistem Pemerintahan Politik, Gramedia Pustaka Utama,
Indonesia Setelah Perubahan UUD Jakarta.
1945, Disertasi, Fakultas Hukum Susanti, Bivitri, “Problem Kelembagaan
UGM, Yogyakarta. dalam Proses Legislasi”, http://www.
Joeniarto, 1982, Demokrasi dan Sistem parlemen.net/privdocs/a00c1d970adc
Pemerintahan Negara, Bina Aksara, 5df910b5d67a8b7167ac.pdf, diakses
Yogyakarta. pada tanggal 8 Maret 2007.
Lijphart, Arend, 1984, Democracies: Zoelva, Hamdan, “Sistem Penyelenggaraan
Pattern of Majoritarian and Consensus Kekuasaan Negara Setelah Perubah-
Government in Twenty-one Countries, an UUD 1945, Sekretariat Negara
Oxford University Press, New RI, http://www.setneg.go.id/index.
York. php?option=com_content&task=vie
Maisel, John F. Bibby and L. Sandy, 1998, w&id=11&Itemid=33, diakses pada
Two Parties-Or More? The Ameri- tanggal 29 Oktober 2009.

Anda mungkin juga menyukai