Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EVIDENCE BASED DALAM ASUHAN NIFAS, MENYUSUI DAN


NEONATUS SERTA KAJIAN JURNAL
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas
dan Neonatus di Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Tasikmalaya

Dosen Pengampu: Siti Saadah Mardiah, SSiT.,MPH

Oleh:
Eliani
Hilda Nurul Fauziah
Ineu Rahmawati
Kelas B RPL

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Evidence Based dalam Asuhan Nifas, Menyusui dan
Neonatus serta Kajian Jurnal dalam Asuhan Nifas, Menyusui dan Neonatus”.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat bimbingan,
bantuan, dorongan dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Nunung Mulyani, APP, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan.
2. Dr. Meti Widaya Lestari, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Tasikmalaya.
3. Siti Saadah Mardiah, SSiT.,MPH selaku dosen pengampu.
4. Pihak-pihak terkait yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang turut
berperan serta membantu penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dalam penyusunan maupun tata bahasa. Oleh karena itu,
tanggapan, kritik, dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan
untuk perbaikan makalah di masa yang akan datang.

Tasikmalaya, Agustus 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................... 1
DAFTAR ISi................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................ 4
C. Tujuan. ................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Evidence Based...................................................................... 6
B. Manfaat Evidence Based...................................................................... 6
C. Karakteristik Evidence Based.............................................................. 7
D. Proses Eksplorasi Evidence Based....................................................... 8
E. Etika Pemanfaatan Evidence Based..................................................... 8
F. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan Evidence
Based................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 18
B. Saran.................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan Asuhan Kebidanan masa sekarang ini terus berkembang
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan harus menerapkan asuhan
yang sudah berbasis bukti yang disebut Evidence Based. (Kasmiati, 2023).
Evidence based ini digunakan pada setiap asuhan kebidanan termasuk pada
masa nifas, menyusui dan neonatus.
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah
plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat
kandungan akan kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu
untuk memulihkan kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12
minggu (Nugroho,2014). Masa ini adalah masa penting untuk keberlangsungan
kesejahteraan ibu dan bayi pasca melahirkan sehingga membutuhkan perhatian
yang intens dari bidan, keluarga dan masyarakat. Karena pada masa nifas ini
erat kaitannya dengan aspek budaya kebiasaan dimasyarakat yang dapat
mempengaruhi pemulihan ibu nifas.
Dengan adanya evidence base asuhan pada masa nifas, menyusui dan
neonatus diharapkan seorang bidan dapat memperoleh data yang paling baik
sebagai respon dari persoalan di masyarakat mengenai nifas, menyusui dan
neonatus.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi evidence based dalam asuhan nifas, menyusui dan neonatus?
2. Apa manfaat evidence based asuhan nifas, menyusui dan neonatus?
3. Apa saja contoh evidence based dalam asuhan nifas, menyusui dan
neonatus?
4. Bagaimana kajian jurnal asuhan nifas, menyusui dan neonatus?

3
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembahasan ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi evidence based dalam asuhan nifas, menyusui
dan neonatus.
2. Untuk mengetahui manfaat evidence based dalam asuhan nifas, menyusui
dan neonatus.
3. Untuk mengetahui contoh evidence based dalam asuhan nifas, menyusui
dan neonatus.
4. Untuk mengetahui kajian jurnal dalam asuhan nifas, menyusui dan
neonatus.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Evidence Based


Evidence Based di tinjau dari kata bahasa inggris Evidence adalah bukti
atau fakta sedangkan Based adalah dasar. Berdasarkan dari dua kata tersebut
dapat diartikan bahwa Evidence Based adalah praktik berdasarkan bukti yang
mendasarkan bukti nyata atau konkrit. Sedangkan Evidence Based dalam
asuhan nifas, menyusui dan neonatus adalah asuhan kebidanan yang diberikan
yang telah teruji menurut metodologi ilmiah dan memiliki dasar bukti
penelitian terhadap penerapan asuhan kebidanan pada masa nifas, menyusui
dan neonatus. (Kasmiati,2023).
Bukti ini juga mempunyai tingkatan kepercayaan untuk dijadikan sebagai
evidence based. Untuk tingkat paling tinggi (Ia) adalah hasil penelitian dengan
meta analisi dibawahnya level Ib adalah hasil penelitian dengan randomized
control trial IIa. non randomized control trial, IIb. adalah hasil penelitian quasi
eksperimen lalu hasil studi observasi (III) dan terakhir adalah expert opinion,
clinical experience (IV). Melalui paradigma baru ini maka setiap asuhan
barulah dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan-temuan terkini
yang secara medik, ilmiah, dan metodologi dapat diterima. (Jayanti, 2019)

B. Manfaat Evidence Base


Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari penerapan Evidence Based
yaitu:
1. Memberikan asuhan yang bermutu sebagai tuntutan bagi tenaga
professional bidan.
2. Memberikan asuhan yang dapat memenuhi kepuasan dan keingginan klien
yang mengharapakan pelayanan yang terbukti bermafaat dan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Sebagai acuan dan pedoman pengetahuan bagi nakes dalam memberikan
intervensi berdasarkan bukti ilmiah

5
4. Memberikan peningkatan kognitif bagi tenaga kesehatan khususnya.
(Kasmiati,2023).

C. Karakteristik Evidence Based


Menurut Sackett et al. Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu
pendekatan medic yang di dasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk
kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam
praktiknya, EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik
dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya. Pengertian lain
dari evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara
sistematik untuk menemukan, menelaah/me-riview, dan memanfaatkan hasil-
hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.
Jadi secara rincinya lagi, EBM merupakan keterpaduan antara (1) Bukti-
bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence);
dengan (2) Keahlian klinis (clinical expertise) dan (3) Nilai-nilai yang ada pada
masyarakat (patient values). Publikasi ilmiah ada pada pempublikasian hasil
penelitian atau sebuah hasil pemikiran yang telah ditelaah dan disetujui dengan
beberapa pertimbangan baik dari accountable aspek metodologi maupun
accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang
diakui.
Adapun accountable aspek ilmiah adalah mensurvey secara langsung
tentang suatu pemasalahan dengan penelitian untuk mendapatkan dasar yang
valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Maksudnya adalah melalui evidence
based medicine kita mengadakan survei tentang kelainan fisik sejumlah
penderita penyakit tertentu. Selain mensurvei keluhan dan kelainan fisik
penderita, melalui evidence based medicine kita juga dapat mensurvei hasil
terapinya. Sedangkan accountable aspek metodologis adalah ilmu yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan tata cara tertentu dalam
pengumpulan data hasil penelitian yang telah ditelaah dan diakui
kebenarannya.

6
D. Proses Eksplorasi Evidance Based
Pada evidence based medicine, pengobatan didasar pada bukti ilmiah yang
dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan evidence based practice, bukti
tidak dapat hanya dikaitkan dengan bukti-bukti ilmiah saja, tetapi juga harus
dikaitkan dengan bukti/data yang ada pada saat praktik profesi dilakukan.
Dengan demikian perbedaan waktu, situasi, kondisi, tempat dan lain-lain,
mungkin akan mempengaruhi tindakan profesi, keputusan profesi, dan hasil
dari swamedikasi. Dan jalannya praktik profesi apoteker tetap harus berjalan
optimal pada setiap situasi dan kondisi termasuk pada swamedikasi. Agar tetap
menghasilkan praktik profesi yang optimal, setiap apoteker atau calon apoteker
harus terlatih dalam penguasaan dan penerapan skill dan knowledge dalam
praktik profesi sesuai kebutuhan.

E. Etika Pemanfaatan Evidence Based


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang
berperngaruh terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap mutu
pelayanan kesehatan terutama pelayanan kebidanan. Menjadi tantangan bagi
profesi bidan untuk mengembangkan kompetensi dan profesionalisme dalam
menjalankan praktik kebidanan serta dalam memberikan pelayanan
berkualitas.
Sikap etis professional bidan akan mewarnai dalam setiap langkahnya,
termasuk dalam mengambil keputusan dalam merespon situasi yang muncul
dalam usaha. Pemahaman tentang etika dan moral menjadi bagian yang
fundamental dan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan dengan
senantiasa menghormati nilai-nilai pasien.
Etika merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku
benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Etika berfokus pada prinsip dan konsep yang membimbang manusia berfikir
dan bertindak dalam kehidupannya dilandasi nilai-nilai yang dianutnya.

7
F. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan Evidence Based
1. Pengertian Asuhan Postnatal Care
Postnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih dari
28 hari setelah persalinan. Dimana selama waktu itu kehadiran yang
continue dari bidan kepada ibu dan bayi sedang diperlukan bertujuan untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi dan penyulit pada masa postnatal.
2. Konsep Dasar Masa Nifas
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu ata +- 40 hari (Prawirohardjo, 2002). Masa
nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya masa nifas ini
yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998). Masa nifas dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan
sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari, 2000:
122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
Cunningham, Mac Donald, 1995:281).
3. Peran dan Tanggungjawab Bidan
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara
lain :
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
c. Mendorong ibu untuk menyusui ayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.

8
d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan
ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang aman.
g. Melakukan menejemen asuhan kebidanan dengan cara
mengumpulkan data, menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode
nifas.
h. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
i. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam
peranannya sebagai orangtua.
4. Tahapan Masa Nifas
Nifas dapat dibagi ke dalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan
b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali
dan sehat sempurna baik selama hamil ataupun sempurna berminggu-
minggu, berbulan-bulan atau tahunan.
5. Perubahan Fisik dan Psikis Masa Nifas
a. Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim
(involusi)
b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia)
c. Kelelahan kaena proses melahirkan
d. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar
e. Kesulitan buang sir besar (BAB) dan BAK
f. Ganggun otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong).

9
g. Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)

Perubahan psikis masa nifas


a. Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan
sampai hari ke 2 (Fase Taking In)
b. Ibu merasa kuatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul
perasaan sedih (Baby Blues disebut Fase Taking Hold hari ke 3-10)
c. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut Fase
Letting Go. (hari ke 10-akhir masa nifas)
6. Pengeluaran Lochea
a. Lochea rubra : Hari ke 1-2 : Terdiri dari darah yang bercampur sisa-sisa
ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo dan
mekonium.
b. Lochea sanguinolenta : Hari ke 3-7, terdiri dari : Darah bercampur
lender, warna kecoklatan.
c. Lochea serosa : Hari ke 7—14, berwarna kekuningan.
d. Lochea alba : Hari ke 14- selesai nifas, hanya merupakan cairan putih
lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent
7. Tujuan kunjungan masa nifas yaitu :
a. Menilai kondisi kesehatan Ibu dan bayi
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
8. Kunjungan masa nifas terdiri dari :
a. Kunjungan 1 : 6-8 jam setelah persalinan, tujuannya:
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut.

10
3) Memberian konseling pada Ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan, tujuannya:
1) Memastikan, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda-tanda
penyakit.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan, Tujuannya: sama dengan
di atas (6 hari setelah persalinan).
d. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan, Tujuannya : Menanyakan
ibu tentang penyakit-penyakit yang di alami, Memberikan konseling
untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).

Table 5. Perkembangan Evidence Base dalam Praktik Kebidanan Postnatal


Care :
Kebiasaan Keterangan
Tampon vagina Tampon vagina menyerap darah tetapi
tidak menghentikan perdarahan, bahkan
perdarahan tetap terjadi dan dapat
menyebabkan infeksi.
Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama atau selanjutnya
penggunaan gurita akan menyebabkan
kesulitan pemantauan involusio rahim.

11
Memisahkan Ibu dan Bayi Bayi benar-benar siaga selama 2 jam
pertama setelah kelahiran. Ini merupakan
waktu yang tepat untuk melakukan kontak
kulit ke kulit kulit ke kulit untuk
mempererat bounding attachment serta
keberhasilan pemberian ASI.

Asuhan Kebidanan Postnatal : Deteksi dini komplikasi masa postnatal,


Persiapan pasien pulang. Home visit dalam asuhan postnatal, Suport system
dalam asuhan postnatal breastfeeding, Peran menjadi orangtua, Kelompok ibu
postpartum.
9. Based Practice Berdasarkan Kajian Jurnal
a. Melakukan Senam Nifas
Jurnal : Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus dan
Pengeluaran Lokia di Wilayah Kerja Puskesmas Cilembang Kota
Tasikmalaya Tahun 2015 oleh Etin Rohmatin pada tahun 2015.
1) Apakah senam nifas perlu dilakukan?
Senam nifas perlu dilakukan oleh ibu pasca melahirkan karena
memiliki manfaat untuk proses involusi uterus dan pengeluaran lokia
yang normal.
2) Manfaat senam nifas
a) Membantu mencegah pembekuan (thrombus) pada pembuluh
tungkai
b) Membantu ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak
ketergantungan
c) Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar
vagina maupun otot-otot dasar panggul
d) Sirkulasi darah menjadi teratur dan optimal
e) Mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya
komplikasi

12
f) Dapat menimbulkan kebugaran dan tenaga yang lebih baik
sehingga mampu meningkatkan mobilisasi pada diri ibu nifas.
3) Hasil penelitian
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan mengenai pengaruh
senam nifas terhadap involusi uterus dan pengeluaran lokia di wilayah
kerja Puskesmas Cilembang Kota Tasikmalaya Tahun 2015 dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pelaksanaan intervensi senam
nifas ini dilakukan pada 32 ibu nifas. Involusi uterus pada ibu yang
melakukan senam nifas terbanyak pada kategori normal sebanyak 24
orang (75%). Pengeluaran lokia pada ibu yang melakukan senam nifas
terbanyak pada kategori normal sebanyak 23 orang (71,9%). Ada
pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus dengan  value sebesar
0,005 (<0,05). Ada pengaruh senam nifas terhadap pengeluaran lokia
dengan  value sebesar 0,013 (<0,05).
4) Mengapa harus dilakukan senam nifas?
Senam nifas harus dilakukan untuk menyadarkan ibu nifas yang
beranggapan bahwa setelah persalinan tidak boleh banyak melakukan
gerakan-gerakan karena akan mengganggu penyembuhan setelah
persalinan, padahal gerakan-gerakan yang dilakukan pasca
melahirkan dapat merangsang otot-otot untuk cepat kembali normal
dan mobilisasi sangat diperlukan untuk mengurangi ketergantungan
ibu.

b. Konseling dan Pendampingan Suami Selama Pemberian ASI Pertama Kali

Jurnal : Pengaruh Pelaksanaan Konseling dan Pendampingan Suami


Terhadap Keberhasilan Ibu Menyusui dalam Pemberian Kolostrum oleh
Nuraeni, Suryani Soepardan, Bahiyatun, Ari Soewondo pada tahun 2017.

1) Apakah pelaksanaan konseling dan pendampingan suami dalam


pemberian kolostrum perlu dilakukan?

13
Perlu, karena ibu nifas dan suami perlu diberikan edukasi yang jelas
dan tepat agar mereka tahu pentingnya memberikan kolostrum pada
bayinya.
2) Manfaat pelaksanaan konseling dan pendampingan suami dalam
pemberian kolostrum
Manfaat dilakukan pemberian konseling agar ibu menyusui dapat
memberikan kolostrum pada bayinya sedini mungkin karena kolostrum
mengandung protein, antibody, dan immunoglobulin yang dapat
berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi pada bayi karena zat
antibody yang dimiliki dapat mencegah dan menetralisir bakteri, virus,
jamur dan parasit, serta untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit
seperti diare yang menduduki peringkat ke 3 penyebab kematian bayi.
Pendampingan suami dalam pemberian kolostrum ialah memberikan
dukungan penuh pada ibu menyusui untuk memberikan kolostrumnya
dengan baik.
3) Hasil penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan di BPM Kota Cirebon pada tanggal
01 November 2013 – 31 Desember 2013 dengan responder berjumlah
30 ibu hamil aterm dan ibu menyusui, menunjukan bahwa responder
yang diberi tindakan konseling dan pendampingan suami terdapat 14
orang (93,30%) yang memberikan kolostrum pada bayinya, sedangkan
pada responder yang tidak diberikan tindakan konseling dan
pendampingan suami ada 6 orang (40%) yang memberikan kolostrum
pada bayinya.
Hasil : Pengaruh dari tindakan pemberian konseling dan pendampingan
suami adalah bahwa responden yang diberikan tindakan konseling dan
pendampingan suami mempunyai peluang 2,333 kali lebih besar untuk
memberikan kolostrum pada bayinya dibandingkan dengan responden
yang tidak diberikan konseling dan pendampingan suami.
4) Mengapa harus dilakukan pelaksanaan konseling dan pendampingan
suami dalam pemberian kolostrum?

14
Pelaksanaan konseling dan pendampingan suami dalam pemberian
kolostrum harus dilakukan agar wanita hamil, ibu menyusui dan para
suami mendapatkan informasi yang jelas, lengkap dan berkelanjutan
mengenai pemberian kolostrum sedini mungkin sehingga dapat
menurunkan AKB yang terjadi dengan cara pemberian kolostrum yang
memiliki banyak manfaat.

c. Pijat Oksitosin

Jurnal : Efektifitas Pijat untuk Merangsang Hormon Oksitosin Pada Ibu


Nifas Primipara oleh Murti Ani, Novita Ika Wardani, Septalia Isharyanti
2014.

1) Apakah pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada ibu nifas perlu
dilakukan?
Perlu
2) Manfaat pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada ibu nifas
a) Meminimalkan jumlah perdarahan post partum
b) Menstimulasi sekresi oksitosin yang merangsang sekresi ASI
c) Memperbanyak jumlah produksi kolostrum
d) Membuat ibu nifas lebih nyaman, rileks dan mengurangi kelelahan
setelh melahirkan
3) Hasil penelitian
Intervensi pijat untuk merangsang hormone oksitosin mampu
memperbanyak produksi ASI yang dalam hal ini di ukur dari
perningkatan berat badan bayi. Adanya pengaruh pijat oksitosin dapat
mempercepat penurunn TFU dari kondisi normal pada umumnya. Rata-
rata perubahan TFU pada ibu nifas primipara tertinggi pada hari ke 7
pada kelompok control sebesar 5,420 dan kelompok perlakuan sebesar
3,330. Terdapat perbedaan penurunan sebesar 2.090 cm.
4) Mengapa harus dilakukan pijat untuk merangsang hormone oksitosin
pada ibu nifas?

15
Karena penyebab kematian ibu pada waktu nifas diantaranya adalah
perdarahan post partum. Upaya untuk mengendalikan terjdinya
perdarahan di tempat plasenta yaitu dengan memperbaiki kontraksi dan
retraksi myometrium yang kuat dengan pijatan yang merangsang
pengeluaran oksitosin. Serta, pemberian ASI saat ini masih terhalang
dengan banyaknya kendala, diantaranya adalah produksi ASI yang
kurang lancar.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6-8 minggu. Tahap-tahap masa nifas meliputi : puerperium
dini, puerperium intermedial, remot puerperium. Tujuan dari evidence base
pada masa nifas yaitu untuk mengetahui kesejahteraan ibu dan bayi, baik dari
kesehatan, kebersihan, nutrisi, pemberian ASI, tanda bahaya masa nifas dan
perdarahan.

Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebaagai asuhan kebidanan


berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang
sistematis. Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Based
antara lain:
a. Keamanan bagi tenaga kesehatan karena intervensi yang dilakukan
berdasarkan bukti ilmiah.
b. Meningkatkan kompetensi (kognitif).
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai professional dalam
memberikan asuhan yang bermutu.
d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar sesuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Based practice dari kajian jurnal yang bisa diterapkan dalam pelayanan
asuhan kebidanan nifas dan menyusui, yaitu:
1. Analisis masukan dan proses asuhan pelayanan nifas oleh bidan pelaksana.
2. Konseling dan pendampingan Suami agar menemani ibu saat memberi
ASI pertama kalinya.
3. pemberian KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) untuk persiapan
persalinan dan nifas.

17
4. Dianjurkannya pijat oksitosin pada ibu nifas primipara.
5. Melakukan senam nifas
6. Melakukan tujuh kontak konseling laktasi.

B. Saran
Dewasa ini penerapan asuhan pada ibu nifas sangat diperlukan karena
sangat membantu ibu dalam menjalankan perannya sebagai seorang ibu ketika
mengalami kesulitan dalam mengasuh bayinya. Serta, dengan adanya
konseling masa nifas ibu menjadi lebih memahami betapa pentingnya menjaga
kebersihan, pemenuhan nutrisi, waspada akan terjadinya kelainan-kelainan
yang dapat membahayakan ibu dan bayi. Sehingga diharapkan setiap bidan
maupun tenaga kesehatan yang lainnya dapat melakukan asuhan pada ibu nifas
dan menyusui dengan benar. Serta untuk mahasiswa kebidanan diharapkan
dapat belajar tentang betapa pentingnya asuhan kebidanan untuk ibu nifas dan
menyusui.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahman E, Zupan J. Neonatal and perinatal mortality: country, region and


global estimates 2004. World Healt Organization, Geneva. 2007.
Asih, Yuri dan Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui, Dilengkapi dengan Evidence Based Practice dan Daftar Tilik Asuhan
Nifas. Jakarta: TIM.
Fort AL, Kothari MT, Abderrahim N. Postpartum Care: Levels and
determinants in developing countries: DHS Comparative Reports 15. Marylang
USA2006.
Make every mother and child count. World Healt Organization, Geneva.
2005.
Maternal mortality in 2005; Estimates developed by UNICEF, UNFPA, and
The World Bank. World Healt Organization, Geneva. 2008.
Pitriani, Risa dan Rika Andriyani. 2014. Panduan Lengkap Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Normal (Askeb III). Yogyakarta : Deepublish.
Proportion of births attended by skilled helath worker; 2008 Updated — Fact
sheet. Geneva: The World Health Organization; 2008.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Repiblik Indonesia; 2012.
WHO Technical Consultation on Postpartum and Postnatal Care. World Healt
Organization, Geneva. 2010.

19

Anda mungkin juga menyukai