DAN
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK III
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
pada waktu.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang sudah membantu baik
bantuan fisik maupun batin.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari
kesempurnaan baik dalam cara penulisannya, pemilihan katanya atau dalam
penyusunannya. Maka dari itu, penulis sangat memohon pada para pembaca agar
memberikan kritik-kritik yang positif dan bisa memperbaiki kekurangan dalam makalah
ini.
Januari 2020
Bolmut
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................... 2
C. Manfaat.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
1.1 STRATEGI EBM EVIDENCE BASED POSISI MENERAN SAAT
PERSALINAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian ................................................................................................ 3
B. Tujuan dan Keuntungan ......................................................................... 4
C. Posisi yang Dianjurkan ........................................................................... 4
D. Posisi yang Tidak Dianjurkan .................................................................. 8
E. Tindakan Bidan Sebelum Menolong Persalinan ........................... .. 9
1.2 KETERKAITAN EBM DAN HEALTH TECHNOLOGY ASSESSMEN..10
A. Pengertian ................................................................................................. 10
B. Jenis – Jenis Teknologi ............................................................................. 11
C.Tujuan HTA ............................................................................................... 12
D. LANGKAH – LANGKAH EBM ............................................................. 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering
mendengar tentang evidence based. Evidence based artinya berdasarkan bukti, tidak lagi
berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti
inipun tidak sekedar bukti.Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat
pesat.Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan
dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang sebelumnya.Sementara
hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian
– pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan
adalah jika sebelumnya diyakini bahwa posisi meneran secara telentang/litotomi
merupakan posisi yang biasanya atau rutin dipakai pada saat proses persalinan, namun saat
ini hal tersebut telah digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa meneran dengan
posisi telentang/litotomi dapat mengakibatkan sindrome supine dan kurangnya oksigenisasi
pada bayi yang menyebabkan hipoksia.
Itulah evidence based, melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik barulah
dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang secara medic, ilmiah
dan metodologi dapat diterima.
Atau dengan kata lain Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan
EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit
dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan
(Sackett et al,1997).Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya
pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan –
tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama
pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi
1
B. Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan ilmu yang terbaru tentang Posisi Meneran saat
Persalinan.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Institusi
Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk posisi meneran saat persalinan dan
sebagai pelengkap buku diperpustakaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu terlentang terus menerus dalam masa
persalinannya. Jika ibu sudah semakin putus asa dan merasa tidak nyaman, bidan
bisa mengambil tindakan-tindakan yang positif untuk merubah kebiasaan atau
merubah setting tempat yang sudah ditentukan 9seperti misalnya menyarankan agar
ibu berdiri atau berjalan-jalan).Bidan harus memberikan suasana yang nyaman dan
tidak menunjukkan ekspresi yang terburu-buru, sambil memberikan kepastian yang
menyenangkan serta pujian lainnya.
Saat bidan memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, atau
membantu keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan tersebut harus
melakukan semuanya itu dengan cara yang bersifat sayang ibu meliputi;
3
1. Aman, sesuai evidence based, dan member sumbangan pada keselamatan jiwa
ibu.
5. Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami ibu.
2. Keuntungan dan manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin dan bayi
4
Posisi setengah duduk juga posisi melahirkan yang umum diterapkan di
berbagai rumah sakit atau klinik bersalin di Indonesia. Posisi ini mengharuskan ibu
duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah
samping.
Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena membantu ibu untuk
beristirahat diantara kontarksi, alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa
keluar lebih pendek, suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal, dan gaya
grafitasi membantu ibu melahirkan bayinya.
5
2. Lateral(miring)
Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah
satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan
bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di
depan jalan lahir, menjadi tidak normal bila posisi ubun-ubun berada di belakang
atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika
di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar.
Posisi ini juga bisa digunakan bila persalinan berlangsung lama dan ibu sudah
kelelahan dengan posisi lainnya.
6
3. Berdiri atau jongkok
Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang
membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat. Supaya hal
ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk
menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit kesulitan bila harus
membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan
pembukaan.
7
4. Merangkak
Posisi meragkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada
punggung. Keuntungan : ibu merasa lebih nyaman dan efektif untuk meneran,
mempermudah janin dalam melakukan rotasi, membantu ibu mengurangi nyeri
punggung, dan peregangan pada perinium berkurang.
5. Menungging
6. Berjalan-jalan
Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan bila ibunya masih
mampu untuk melakukannya. Posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat menjadi
lelah.
Keuntungan : Menyebabkan terjadinya perubah sendi panggul , dapat
mmempercepat turunnya kepala janin
Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk
mulai mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah
8
dilakukan ternyata posisi telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada
proses persalinan, hal ini dikarenankan :
a. Dapat menyebabkan Sindrome supine hypotensi karena tekanan pada vena kava
inferior oleh kavum uteri, yang mengakibatkan ibu pingsan dan hilangnya
oksigen bagi bayi.
Patofisiologi
Jika ibu berbaring telentang maka berat uterus (isinya janin, cairan, ketuban dan
lain-lain) akan menekan vena kava interior, hal ini dapat mengakibatkan
kurangnya aliran darah ibu ke plasenta sehingga menyebabkan
hipoksia/difisiensi oksigen pada janin. Pada posisi ini juga akan menyulitkan
ibu untuk meneran.
Sebelum bidan menolong persalinan sebaiknya melakukan hal – hal sebagai berikut
2. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang dirasakan nyaman
9
4. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu sebelum
memasuki kala II.
A. Pengertian
10
Technology Assessment (2002) mendefinisikan HTA ―a multidisciplinary field of
policy analysis. It studies the medical, social, ethical, and economic implications of
development, diffusion, and use of health technology”.HTAadalah“a form of
policyresearch that systematically examines the short-and long-term consequences,
interms of health and resource use, of the application of a health technology, aset of
related technologies or a technology related issue”(Hensall et al., 1997).
11
C.Tujuan HTA
HTA bertujuan memberikan informasi yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan dalam sistem pelayanan kesehatan di tingkat nasional, regional, maupun
lokal, bertalian dengan:
Informasi yang diberikan oleh HTA digunakan oleh aneka pengguna (user) sebagai
berikut:
12
EBM dan HTA memiliki kesamaan dan perbedaan(Hollowing dan Jarvik,
2007). Persamaannya, baik EBM maupun HTA bertujuan meningkatkan
penggunaan pelayanan medis berbasis bukti ilmiah. Dengan demikian EBM dan
HTA diharapkan memberikan dampak kepada status kesehatan pasien yang lebih
baik(kelangsungan hidup dan morbiditas), dan selanjutnya secara makro
meningkatkan efektivitas dan efisiensi investasi/ pengeluaran kesehatandari produk
domestik bruto (PDB).
13
Pasien, dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi investasi/ pengeluaran
kesehatan di tingkat makro.HTA dibutuhkan dalam EBM, karena HTA merupakan
produsen bukti dan EBM pengguna bukti.Agar HTA dapat digunakan dengan
optimal oleh klinisi dalam praktik EBM, maka bukti HTA perlu terkini (up-to-
date), aksesibel, relevan, dan benar (valid)(Chantler, 2004, dikutip Hollowing dan
Jarvik, 2007).7.RingkasanEBM merupakan praktik kedokteran klinis yang
memadukan bukti terbaik yang ada, keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien.
EBM bertujuan membantu klinisi agar pelayanan medis memberikan hasil klinis
yang optimal kepada pasien. Penggunaan bukti ilmiahdari
risetterbaikmemungkinkan pengambilan keputusan klinis yang lebih efektif, bisa
diandalkan, aman, dan cost-effective.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
EBM dan HTA memiliki kesamaan dan perbedaan(Hollowing dan Jarvik, 2007).
Persamaannya, baik EBM maupun HTA bertujuan meningkatkan penggunaan pelayanan
medis berbasis bukti ilmiah. Dengan demikian EBM dan HTA diharapkan memberikan
dampak kepada status kesehatan pasien yang lebih baik(kelangsungan hidup dan
morbiditas), dan selanjutnya secara makro meningkatkan efektivitas dan efisiensi investasi/
pengeluaran kesehatandari produk domestik bruto (PDB).
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
http://blogdiahcungir.blogspot.com/2012/10/evidence-based-posisi-meneran-saat.html
16