Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

STRATEGI MELATIH EVIDENCE BASED MEDICINE

DAN

KETERKAITAN EVIDENCE BASED MEDICINE DAN

HEALTH TECHNOLOGY ASSESSMENT

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK III

1. PRASTIWI MUJI RAHAYU Nim : C02419062


2. ALFANRIA S HADATI Nim : C02419054
3. NURMALA Br PANGKAR Nim : C02419061
4. YULIANA MASUARA Nim : C02419068
5. SRI RAHAYU. L UNINI Nim : C02419065

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIV KEBIDANAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan

rahmat serta hidayah-NYA kami dapat menyelesaikan makalah mengenai S t r a t e g i

elatih Evidence Based Medicine Dan Keterkaitan

Evidence Based Medicine Dan Health Technology Assessment tepat

pada waktu.

Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang sudah membantu baik
bantuan fisik maupun batin.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari
kesempurnaan baik dalam cara penulisannya, pemilihan katanya atau dalam
penyusunannya. Maka dari itu, penulis sangat memohon pada para pembaca agar
memberikan kritik-kritik yang positif dan bisa memperbaiki kekurangan dalam makalah
ini.

Januari 2020

Bolmut

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................... 2
C. Manfaat.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
1.1 STRATEGI EBM EVIDENCE BASED POSISI MENERAN SAAT
PERSALINAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian ................................................................................................ 3
B. Tujuan dan Keuntungan ......................................................................... 4
C. Posisi yang Dianjurkan ........................................................................... 4
D. Posisi yang Tidak Dianjurkan .................................................................. 8
E. Tindakan Bidan Sebelum Menolong Persalinan ........................... .. 9
1.2 KETERKAITAN EBM DAN HEALTH TECHNOLOGY ASSESSMEN..10
A. Pengertian ................................................................................................. 10
B. Jenis – Jenis Teknologi ............................................................................. 11
C.Tujuan HTA ............................................................................................... 12
D. LANGKAH – LANGKAH EBM ............................................................. 14

BAB III PENUTUP


A. Simpulan .................................................................................................... 15
B. Saran .......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering
mendengar tentang evidence based. Evidence based artinya berdasarkan bukti, tidak lagi
berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti
inipun tidak sekedar bukti.Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.

Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat
pesat.Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan
dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang sebelumnya.Sementara
hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian
– pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan
adalah jika sebelumnya diyakini bahwa posisi meneran secara telentang/litotomi
merupakan posisi yang biasanya atau rutin dipakai pada saat proses persalinan, namun saat
ini hal tersebut telah digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa meneran dengan
posisi telentang/litotomi dapat mengakibatkan sindrome supine dan kurangnya oksigenisasi
pada bayi yang menyebabkan hipoksia.

Itulah evidence based, melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik barulah
dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang secara medic, ilmiah
dan metodologi dapat diterima.

Atau dengan kata lain Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan
EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit
dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan
(Sackett et al,1997).Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya
pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan –
tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama
pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi

1
B. Tujuan

Untuk mengetahui perkembangan ilmu yang terbaru tentang Posisi Meneran saat
Persalinan.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan


mahasiswa,sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.

2. Bagi Institusi

Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk posisi meneran saat persalinan dan
sebagai pelengkap buku diperpustakaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 STRATEGI EBM EVIDENCE BASED POSISI MENERAN SAAT


PERSALINAN

A. Pengertian

Menurut Syafrudin (2012) posisi dalam persalinan adalah posisi yang


digunakan untuk persalinan yang dapat mengurangi rasa sakit pada saat bersalin dan
dapat mempercepat proses persalinan.

Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa


disadari dan mau tidak mau harus berlangsung.Untuk membantu ibu agar tetap
tenang dan rileks sedapata mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi
yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya.Sebaliknya, peranan bidan adalah
untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang dipilihnya, menyarankan
alternative-alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan
bagi dirinya sedndiri atau bagi bayinya.Bila ada anggota keluarga yang hadir untuk
melayani sebagai pendamping ibu, maka bidan bisa menawarkan dukungan pada
orang yang mendukung ibu tersebut.

Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu terlentang terus menerus dalam masa
persalinannya. Jika ibu sudah semakin putus asa dan merasa tidak nyaman, bidan
bisa mengambil tindakan-tindakan yang positif untuk merubah kebiasaan atau
merubah setting tempat yang sudah ditentukan 9seperti misalnya menyarankan agar
ibu berdiri atau berjalan-jalan).Bidan harus memberikan suasana yang nyaman dan
tidak menunjukkan ekspresi yang terburu-buru, sambil memberikan kepastian yang
menyenangkan serta pujian lainnya.

Saat bidan memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, atau
membantu keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan tersebut harus
melakukan semuanya itu dengan cara yang bersifat sayang ibu meliputi;

3
1. Aman, sesuai evidence based, dan member sumbangan pada keselamatan jiwa
ibu.

2. Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara emosional serta merasa


didukung dan didengarkan.

3. Menghormati praktek-praktek budaya, keyakinan agama, dan ibu/keluarganya


sebagai pengambil keputusan

4. Menggunakan cara pengobatan yang sederhanan sebelum memakai teknologi


canggih.

5. Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami ibu.

B. Tujuan dan Keuntungan

1. Tujuan posisi meneran bagi ibu bersalin dan bayi

a ) Memberikan kenyamanan dalam proses persalinan

b ) Mempermudah atau memperlancar proses persalinan dan kelahiran bayi

c ) Mempercepat kemajuan persalinan

2. Keuntungan dan manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin dan bayi

a) Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan

b) Lama kala II lebih pendek

c) Laserasi perineum lebih sedikit

d) Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan

e) Nilai APGAR lebih baik

C. Posisi yang Dianjurkan

Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain :

1. Setengah duduk atau duduk

4
Posisi setengah duduk juga posisi melahirkan yang umum diterapkan di
berbagai rumah sakit atau klinik bersalin di Indonesia. Posisi ini mengharuskan ibu
duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah
samping.

Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena membantu ibu untuk
beristirahat diantara kontarksi, alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa
keluar lebih pendek, suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal, dan gaya
grafitasi membantu ibu melahirkan bayinya.

Kekurangan : Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan


kelelahan, apalagi kalau proses persalinannya lama.

5
2. Lateral(miring)

Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah
satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan
bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di
depan jalan lahir, menjadi tidak normal bila posisi ubun-ubun berada di belakang
atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika
di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar.
Posisi ini juga bisa digunakan bila persalinan berlangsung lama dan ibu sudah
kelelahan dengan posisi lainnya.

Keuntungan : Peredaran darah balik ibu mengalir lancar, pengiriman


oksigen dalam darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu, karena tidak
terlalu menekan, proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga
persalinan relatif lebih nyaman, dan dapat mencegah terjadinya laserasi.

Kekurangan : Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan


membantu proses persalinan, kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan, bila
harus melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.

6
3. Berdiri atau jongkok

Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur hingga Papua,


wanitanya mempunyai kebiasaan melahirkan dengan cara jongkok.

Keuntungan : Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh,


ibu tak harus bersusah-payah mengejan, bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan
sendirinya (membantu mempercepat kemajuan kala dua), memudahkan dalam
pengosongan kandung kemih, dan mengurangi rasa nyeri. Pada posisi jongkok
berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan bagian
bawah simfisis pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya
perluasan pintu panggul.

Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang
membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat. Supaya hal
ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk
menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit kesulitan bila harus
membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan
pembukaan.

7
4. Merangkak

Posisi meragkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada
punggung. Keuntungan : ibu merasa lebih nyaman dan efektif untuk meneran,
mempermudah janin dalam melakukan rotasi, membantu ibu mengurangi nyeri
punggung, dan peregangan pada perinium berkurang.

5. Menungging

Keuntungan : Mendorong kepala bayi keluar dari panggul selama kontraksi


, kadang – kadang dianjurkan pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan
untuk mengurangi nyeri pinggang , serta mengurangi tekenan pada leher rahim
yang bengkak.

6. Berjalan-jalan

Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan bila ibunya masih
mampu untuk melakukannya. Posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat menjadi
lelah.
Keuntungan : Menyebabkan terjadinya perubah sendi panggul , dapat
mmempercepat turunnya kepala janin

D. Posisi yang Tidak Dianjurkan

Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk
mulai mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah

8
dilakukan ternyata posisi telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada
proses persalinan, hal ini dikarenankan :

a. Dapat menyebabkan Sindrome supine hypotensi karena tekanan pada vena kava
inferior oleh kavum uteri, yang mengakibatkan ibu pingsan dan hilangnya
oksigen bagi bayi.

b. Dapat menambah rasa sakit

c. Bisa memperlama proses persalinan

d. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan

e. Membuat buang air lebih sulit

f. Membatasi pergerakan ibu

g. Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya

h. Bisa membuat kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum

i. Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.

Patofisiologi

 Jika ibu berbaring telentang maka berat uterus (isinya janin, cairan, ketuban dan
lain-lain) akan menekan vena kava interior, hal ini dapat mengakibatkan
kurangnya aliran darah ibu ke plasenta sehingga menyebabkan
hipoksia/difisiensi oksigen pada janin. Pada posisi ini juga akan menyulitkan
ibu untuk meneran.

E. Tindakan Bidan Sebelum Menolong Persalinan

Sebelum bidan menolong persalinan sebaiknya melakukan hal – hal sebagai berikut

1. Menjelaskan kepada ibu bersalin dan pendamping tentang kekurangan dan


kelebihan berbagai posisi pada saat persalinan

2. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang dirasakan nyaman

3. Membicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa kunjungan kehamilan.

9
4. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu sebelum
memasuki kala II.

5. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.

6. Mengajak semua petugas untuk meninggalkan posisi litotomi.

7. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi kebebasan menggunakan


berbagai posisi dan mudah dibersihkan.

1.2 KETERKAITAN EBM DAN HEALTH TECHNOLOGY ASSESSMENT

A. Pengertian

Dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi perkembangan pesat inovasi


teknologi yang berpengaruh besar terhadap pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, dalam
beberapa tahun terakhir terjadi terobosan di bidang antivirus, bioteknologi, pencitraan
diagnostik, diagnostik molekuler, penggantian organ dan jaringan, teknik bedah, perawatan
luka, teknologi komputer, yang semuanya diharapkan dapat memperbaiki pelayanan
kesehatan dan memperbaiki keadaan pasien. Tetapi di sisi lain perkembangan, difusi, dan
penggunaan teknologi kesehatan memberikan implikasi/ akibat yang luas di bidang medis,
sistem pelayanan kesehatan, sosial, ekonomi, etika, dan hukum. Sebagai contoh,
penggunaan teknologi baru dapat menyebabkan meroketnya biaya pelayanan kesehatan.
Pengembangan teknologi baru bisa memberikan implikasi etika, berkaitan dengan potensi
terjadinya malpraktik, dan sebagainya.Dengan latar belakang itu maka pada pertengahan
1960an timbul gagasan di AS dan negara maju tentang perlunya melakukan penilaian
sistematis terhadap karaktersitik, manfaat, kerugian, dan berbagai implikasi lainnyadari
pengembangan dan penerapan teknologi kesehatan, disebut health technology assessment
(HTA)(Goodman, 2004).

Health technology assessment (HTA)didefinisikan sebagai “any process of examining


and reporting properties of a medical technology used in health care, such assafety,
efficacy, feasibility, and indications for use, cost, and cost-effectiveness, as well associal,
economic, and ethical consequences, whether intended or unintended”(Institute of
Medicine, 1985). International Network of Agencies for Health

10
Technology Assessment (2002) mendefinisikan HTA ―a multidisciplinary field of
policy analysis. It studies the medical, social, ethical, and economic implications of
development, diffusion, and use of health technology”.HTAadalah“a form of
policyresearch that systematically examines the short-and long-term consequences,
interms of health and resource use, of the application of a health technology, aset of
related technologies or a technology related issue”(Hensall et al., 1997).

B. Jenis – Jenis Teknologi


Goodman (2004) membedakan aneka jenis teknologi kesehatan berdasarkan tujuan
penggunaannyadalam pelayanan kesehatan:
1.Pencegahan. Teknologi kesehatan memberikan perlindungan terhadap penyakit, dengan
cara mencegah terjadinya penyakit, mengurangi risiko terjadinya penyakit, atau
membatasi meluasnya penyakit (misalnya, imunisasi, program pengendalian infeksi
nosokomial di rumah sakit, suplai air minum berfluor)
2.Skrining. Teknologi kesehatan mendeteksi penyakit, abnormalitas, atau faktor risiko
pada orang yang asimtomatis (misalnya, hapusan Pap, tes tuberkulin, mamografi, tes
kolesterol serum)
3.Diagnosis.Teknologi kesehatan mengidentifikasi penyakit, sifat,derajat keparahan, dan
etiologipenyakit pada seorang dengan tanda dan gejala klinis (misalnya,
elektrokardiogram,tesserologis untuk tifoid, sinar X untuk patah tulang)
4.Terapi. Teknologi kesehatan memperbaiki atau memelihara status kesehatan, mencegah
kerusakan gen/ sel/ jaringan/ organ/ sistem/ fungsi yang lebih jauh, memberikan paliasi
(misalnya, terapi antivirus, bedah cangkok pintas arteri koroner, psikoterapi, obat untuk
nyeri kanker)
5.Rehabilitasi. Teknologi kesehatan memulihkan atau memperbaiki fungsi dari keadaan
disfungsi kognitif-afektif-psikomotor, kecacatanfisik atau jiwa (misalnya, program
latihan untuk pasien pasca-stroke, alat bantu untuk gangguan bicara berat, alat bantu
untuk inkontinensia/ urinasi dan defikasi tak terkendali).

11
C.Tujuan HTA
HTA bertujuan memberikan informasi yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan dalam sistem pelayanan kesehatan di tingkat nasional, regional, maupun
lokal, bertalian dengan:

1) Penggunaan teknologi kesehatan;


2) Pendanaan teknologi;
3) Pengadaan teknologi;
4) Penentuan inklusi dan ekslusi teknologi dalam paket pelayanan kesehatan
5) Perijinan pemasaran;
6) Petunjuk untuk praktik kesehatan yang terbaik;
7) Organisasi penyediaan pelayanan kesehatan;
8) Disinvestasi (penghentian investasi) terhadap teknologi kesehatan yang
tidak efektif;
9) Pendanaan/ investasi riset teknologi kesehatan(Goodman, 2004; Velasco-
Garrido dan Busse, 2005); Hailey et al., 2010)

Informasi yang diberikan oleh HTA digunakan oleh aneka pengguna (user) sebagai
berikut:

1) Pembuat kebijakan kesehatan(regulator)baik pemerintah ataupun parlemen,


2) Perencana program kesehatan;
3) Manajer dan administrator pelayanan kesehatan (misalnya, manajer rumah
sakit),
4) Pembayar pelayanan kesehatan (perusahaan asuransi),
5) Industri manufaktur/ produsen teknologi(memperbaiki atau menghentikan
produk yang b ermasalah );
6) Klinisidan tenaga kesehatan profesional lainnya,
7) Pasien,
8) Lembaga advokasi pasien,
9) Warga masyarakat umum;
10) Lembaga riset HTA(Goodman, 2004; Velasco-Garrido dan Busse, 2005;
Hailey et al., 2010).

12
EBM dan HTA memiliki kesamaan dan perbedaan(Hollowing dan Jarvik,
2007). Persamaannya, baik EBM maupun HTA bertujuan meningkatkan
penggunaan pelayanan medis berbasis bukti ilmiah. Dengan demikian EBM dan
HTA diharapkan memberikan dampak kepada status kesehatan pasien yang lebih
baik(kelangsungan hidup dan morbiditas), dan selanjutnya secara makro
meningkatkan efektivitas dan efisiensi investasi/ pengeluaran kesehatandari produk
domestik bruto (PDB).

Dalam praktik EBM, klinisi melakukan penilaian kritis (critical appraisal)


bukti riset, menyangkut aspek validitas, kepentingan, dan kemampuan penerapan
bukti-bukti (disingkat ―VIA‖). Demikian pula dalam HTA, peneliti HTA
melakukan penilaian terhadap teknologi kesehatan, dan memberikan bukti-bukti
yang valid (tidak bias)tentang karakteristik,efikasi, efektivitas, keamanan, cost-
effectiveness, dan aneka dampak penggunaan teknologi kesehatan.

. EBM diterapkan oleh klinisidan tenaga kesehatan profesional lainnya, baik


secara individual atau dalam tim pelayanan kesehatan. EBM memberikan
keterampilan kepada para klinisi dan tenaga kesehatan profesional lainnya dalam
menggunakan bukti-bukti ilmiah terbaik untuk pengambilan keputusan klinis yang
lebih baik pada praktik klinis individu pasien atau sekelompok pasien. Jika
sebagian besar klinisi dan tenaga kesehatan profesional menerapkan EBM, maka
praktik tersebut akan meningkatkan hasil klinis yang diinginkan pasien, dan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi investasi/ pengeluaran kesehatan di tingkat
makro. Di pihak lain, HTA dilakukan oleh peneliti HTA. HTA memberikan
informasi kepada pembuat kebijakan maupun administrator dalam sistem pelayanan
kesehatan, baik di tingkat nasional, regional, dan lokal, yang berhubungan dengan
pengadaan, pendanaan, atau penggunaan yang tepat teknologi kesehatan, dan
disinvestasi teknologi yang tidak efektif. Informasi tentang teknologi kesehatan
digunakan untuk memutuskan apakah akan mengadakan/ tidak mengadakan,
mendanai/ tidak mendanai, menggunakan/ tidak menggunakan teknologi kesehatan
pada sistem pelayanan kesehatan untuk populasi pasien. Jika pembuat kebijakan
dan pengambil keputusan hanya mengadakan, mendanai, dan menggunakan
teknologi kesehatan yang terbukti secara ilmiah bermanfaat dan cost-effective,
maka keputusan itu akan meningkatkan hasil kilinis yang diinginkan pada populasi

13
Pasien, dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi investasi/ pengeluaran
kesehatan di tingkat makro.HTA dibutuhkan dalam EBM, karena HTA merupakan
produsen bukti dan EBM pengguna bukti.Agar HTA dapat digunakan dengan
optimal oleh klinisi dalam praktik EBM, maka bukti HTA perlu terkini (up-to-
date), aksesibel, relevan, dan benar (valid)(Chantler, 2004, dikutip Hollowing dan
Jarvik, 2007).7.RingkasanEBM merupakan praktik kedokteran klinis yang
memadukan bukti terbaik yang ada, keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien.
EBM bertujuan membantu klinisi agar pelayanan medis memberikan hasil klinis
yang optimal kepada pasien. Penggunaan bukti ilmiahdari
risetterbaikmemungkinkan pengambilan keputusan klinis yang lebih efektif, bisa
diandalkan, aman, dan cost-effective.

D. LANGKAH – LANGKAH EBM

EBM terdiri atas lima langkah: (1)

1. Merumuskan pertanyaan klinistentang masalah pasien;


2. Mencari buktidari sumber database hasil riset yang otoritatif;
3. Menilai kritis buktitentang validitas, kepentingan, dan kemampuan penerapan
bukti;
4. Menerapkan bukti pada pasien;
5. Mengevaluasi kinerja penerapan bukti yang telah dilakukan pada
pasien.Mempelajaridan mempraktikkan EBM merupakan proses yang
berkelanjutandan membutuhkan komitmen. Pelatihan EBM lebih efektif
jikadiselenggarakan dengan memadukannya ke dalam praktik klinis, melibatkan
tim pelayanan kesehatan, daripada diselenggarakan dengan cara klasikal dan
individual. HTA menghasilkan bukti-bukti tentang karakteristik, efektivitas,
keamanan, cost-effectiveness, dan dampak medis, sosial, ekonomi, etika, legal,
dan politik dari teknologi kesehatan.HTA menghasilkan bukti, EBM
menggunakan bukti. Informasi HTA digunakan untuk membuat keputusan
dalam sistem pelayanan kesehatan..

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Evidence based intranatal artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan


pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak
sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan dalam proses
persalinan. Dengan evidence based midwifevery (EBM) sangat bermanfaat bagi bidan
dalam pengambilan keputusan pasien secara bijak. Salah satu EBM dalam persalinan yang
terkini contohnya posisi meneran, terdahulu posisi meneran secara telentang/litotomi rutin
dilakukan dalam persalinan, namun setelah adanya penelitian posisi tersebut ternyata
kurang baik bagi ibu dan bayi, sehingga pemilihan posisi lain menjadi alternatif yang lebih
baik karena menguntungkan ibu dan bayi.

EBM dan HTA memiliki kesamaan dan perbedaan(Hollowing dan Jarvik, 2007).
Persamaannya, baik EBM maupun HTA bertujuan meningkatkan penggunaan pelayanan
medis berbasis bukti ilmiah. Dengan demikian EBM dan HTA diharapkan memberikan
dampak kepada status kesehatan pasien yang lebih baik(kelangsungan hidup dan
morbiditas), dan selanjutnya secara makro meningkatkan efektivitas dan efisiensi investasi/
pengeluaran kesehatandari produk domestik bruto (PDB).

B. Saran

Adapun saran dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut:

Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat


seyogyanya bertindak konservatif artinya tidak terlalu banyak intervensi.Selain itu
diharapkan bidan mengikuti perkembangan yang ada, sehingga bidan dapat memberikan
asuhan sesuai dengan perkembangan yang ada dan bidan dapat melakukan asuhan sayang
ibu saat persalinan.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://blogdiahcungir.blogspot.com/2012/10/evidence-based-posisi-meneran-saat.html

16

Anda mungkin juga menyukai