Anda di halaman 1dari 98

SKRIPSI

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP JUMLAH


PERDARAHAN KALA IV PERSALINAN DIKLINIK BERSALIN
WINDA ASTUTI DAN KLINIK MABAR MEDIKA
TAHUN 2018

SYAFIRA
P07524517032

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP JUMLAH


PERDARAHAN KALA IV PERSALINAN DI KLINIK BERSALIN
WINDA ASTUTI DAN KLINIK MABAR MEDICA
TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma IV

SYAFIRA
P07524517032

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018

1
2
3
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN MEDAN
SKRIPSI

Syafira
Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap jumlah perdarahan kala IV
persalinan

Viii + 57 halaman + 6 tabel + 10 lampiran


Abstrak
Target global MGDS salah satunya adalah penurunan AKI dan AKB. angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup.
Merujuk keterkaitan penanganan kelahiran hingga berbagai penanggulangan
penyebab AKI terbesar adalah perdarahan pasca kelahiran. Bentuk upaya telah
dilakukan dalam masalah yang berkaitan dengan perdarahan, bahkan beberapa
penelitian telah melakukan IMD dalam penanganan masalah perdarahan mengingat
dengan adanya IMD dapat mempengaruhi hormon oksitosin yang terkait dengan
pedarahan. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat bagaimana pengaruh IMD
terhadap jumlah perdarahan kala IV
Penelitianini bersifatQuasi Eksperimen dengan menggunakan data primer.
Populasi dan sampel ialah seluruh ibu primipara sebanyak 46 responden dengan
metode Purposive Sampling. Data dian alisis secara univariat dan bivariat
menggunakan uji t- test Independent
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara IMD
terhadap jumlah perdarahan kala IV. Rata-rata jumlah perdarahan kala IV responden
yang dilakukan Inisiasi Menyusu Diniadalah 150,63 dengan standar deviasi 22,149.
Sedangkan responden yang tidak dilakukan Inisiasi Menyusu Dini rata-rata jumlah
perdarahan kala IV adalah 166,09 dengan standar deviasi 21,580. Pada Uji statistic
didapatkan nilai P=0,000
Dengan adanya penelitian ini penelitian bahwa ada pengaruh IMD terhadap
jumlah perdarahan kala IV persalinan. Diharapkan para bidan dan dokter untuk
menerapkan IMD agar mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi

Kata Kunci : Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Jumlah Perdarahan Kala IV


Daftar Pustaka : 20 sumber (2006-2017)

4
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat dan
rahmatnya kepada kita sehingga dapat terselesaikan Skripsi yang berjudul
“Pengaruh Inisisasi Menyusu Dini (IMD) Dengan Jumlah Perdarahan Kala IV Pada
Persalinan di Klinik Bersalin Winda Astuti Dan Klinik Mabar Medika Tahun 2018 ”,
sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains Terapan
Kebidanan pada Program Studi D-IV Kebidanan Medan Poltekkes Kemenkes RI
Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan, yang
telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes RI
Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun
dan membimbing skripsi ini.
4. Yulina Dwi Hastuti S.Kep, M. Bio.Med selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
5. Ardiana Batubara, SST, M.Keb selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
6. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) yang
telah memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Winda Astuti Am.Keb, SST selaku Pemilik Klinik Bersalin Winda Astuti yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Klinik
Bersalin Winda Astuti Medan Tahun 2018.
8. Rini Maulida, Am.Keb, SST selaku Pemilik Klinik Mabar MedikaMedan yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Klinik Mabar
Medika Medan Tahun 2018.

6
9. Kepada orang tua Ayahanda Ahmad Syafi’i dan Ibunda Ramadhani Pasaribu
yang telah membesarkan, membimbing, dan mengasuh saya dengan penuh
cinta dan kasih sayang, yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi penulis dan
juga telah memberikan dukungan moral selama penulis menyelesaikan
pendidikan.
10. Kepada teman-taman yaitu : Rahmah Syarif Armida, Ramadhai Putri utami,
Sulvia Putri Hutagalung yang selalu hadir untuk memberikan semangat serta
motivasi . Serta Aditya Nugraha yang selalu mendampingi penulis dan tak henti
memberi support kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
11. Seluruh teman – teman seperjuangan di Poltekkes Kemenkes RI Medan, terima
kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya sampai kita sama – sama tuntas
dalam penyelesaian skripsi ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang
telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang
memanfaatkan.

Medan, Juli 2018

Syafira

7
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
DAFTAR SKEMA................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii

BAB I Pendahuluan .........................................................................................1


A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Perumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................5
C.1 Tujuan Utama.............................................................................5
C.2 Tujuan Khusus............................................................................5
D. Manfaat Penelitian.............................................................................5
D.1 Manfaat Teoritis...........................................................................5
D.2. Manfaat Praktis..........................................................................6
E. Keaslian Penelitian............................................................................7

BAB II Tinjauan Pustaka.................................................................................10


A. Inisiasi Menyusu Dini.......................................................................10

A.1 Pengertian inisiasi menyusu dini..............................................10


A.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini..................................................10
A.3 Inisiasi Menyusu Dini Yang Kurang Tepat................................16
A.4 Inisiasi Menyusu Dini Yang Dianjurkan....................................16
A.5 Pentingnya Kontak Kulit Dan Menyusu Sendiri........................17
A.6 Teknik laktasi pada bayi baru lahir ...........................................18
A.7 Langkah-langkah inisiasi menyusu dini....................................20
B. Perdarahan Kala IV..........................................................................23
B.1 Pengertian Pemantauan Kala IV.............................................23
B.2 Fisiologi kala IV........................................................................23
B.3 Evaluasi Uterus........................................................................24
B.4 Pemeriksaan serviks vagina dan perineum..............................24
B.5 Pemantauan dan evaluasi lanjut kala IV..................................25
B.6 Perkiraan Darah Yang Hilang...................................................28

8
B.7 Komplikasi perdarahan pasca persalinan................................29

C. PengaruhInisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Jumlah


Perdarahan Kala IV Pada Persalinan...............................................38
D. Kerangka teori..................................................................................39
E. Kerangka Konsep.............................................................................40
F Variabel dan Defenisi Operasional....................................................41
F.1 Variabel Penelitian.....................................................................41
F.2 Defenisi Operasional Penelitian.................................................41
G Hipotesis...........................................................................................42

BAB III Metode Penelitian.............................................................................43


A. Desain Penelitian...........................................................................43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................44
B.1 Lokasi Penelitian......................................................................44
B.2 Waktu penelitian.......................................................................44

C. Populasi Dan Sampel.....................................................................44


C.1 Populasi ..................................................................................44
C.2 Sampel ...................................................................................44
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data................................................45
D.1 Jenis........................................................................................45
D.2 Cara pengumpulan data .........................................................45
E. Pengolahan dan Analisis Data........................................................46
E.1 Pengolahan..............................................................................46
E.2 Analisis Data............................................................................46
F. Etika penelitian...............................................................................47

BAB IV Hasil dan Pembahasan ....................................................................48


A. Hasil Penelitian.............................................................................48
A.1 Analisis Univariat....................................................................48
A.2 Analisis Bivariat.......................................................................50
B. Pembahasan.................................................................................50

9
B.1 Analisis Univariat...................................................................50
B.2 Analisis Bivariat......................................................................53

BAB V Kesimpulan dan Saran.....................................................................57


A. Kesimpulan...................................................................................57
B. Saran ...........................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori ...............................................................................39

Skema 2.2 Kerangka Konsep ..........................................................................40

Skema 3.1 Desain Penelitian............................................................................43

10
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.............................................................................7

Tabel 2.1 Defenisi Operasional........................................................................41


Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden IbuPost Partu mDi Klinik
Bersalin Winda Astuti Dan Klinik Mabar Medika Tahun 2018......48

Tabel 4.2 Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Pada Ibu Yang Tidak
Melakukan Inisiasi Menyusu Dini Di Klinik Mabar Medika tahun
2018.................................................................................................49

Tabel 4.3 Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Pada Ibu Yang Melakukan
Inisiasi Menyusu Dini Di Klinik Bersalin Winda Astuti Tahun 2018
......................................................................................................... 49

Tabel 4.4 Distribusi rata-rata jumlah Perdarahan Kala IV responden yang


dilakukan IMD di Klinik Bersalin Winda Astuti dan Klinik Bersalin
Mabar Medika Medan Tahun 2018.................................................50

11
41

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Format persetujuan menjadi responden


Lampiran 2 : Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 3 : Lembar Observasi Melakukan IMD
Lampiran 4 : Lembar Observasi Tidak Melakukan IMD
Lampiran 5 : Protap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
Lampiran 6 : Master tabel hasil penelitian
Lampiran7 : Tabel hasil statistik penelitian
Lampiran 8 : Daftar konsultasi
Lampiran 9 : Surat balasan dari Klinik Bersalin Winda Astuti
Lampiran 10 :Surat balasan dari Klinik Mabar Medika
Lampiran 11 :Etnical Clearence
Lampiran 12 : Lembar Pernyataan Bukan Plagiat
Lampiran 13 : Lembar Pernyataan Publikasi Karya Ilmiah
Lampiran 14 :Daftar Riwayat Hidup

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberian ASI secara optimal sangatlah penting. Jika semua anak usia 0-23
bulan mendapat ASI optimal, maka selama periode ini dapat mendorong
perkembangan anak, mengurangi resiko penyakit kronis, dan menurunkan
morbiditas dan mortalitas. Target SDG’s diakhir tahun 2030 pada tujuan ketiga yakni
mengurangi angka kematian neonatal 12 per 1000 kelahiran dan anak dibawah 5
tahun 25 per 1000 kelahiran (WHO, 2015).
Menurut Riskesdas 2013, proses mulai menyusui terbanyak terjadi pada 1-6 jam
setelah kelahiran (35,2%) dan kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui dini) sebesar
34,5%. Sedangkan proses mulai menyusui terendah terjadi pada 7-23 jam setelah
kelahiran yaitu sebesar 3,7% Beberapa program terkini dalam proses pelaksanaan
percepatan penurunan AKB adalah program Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI
eksklusif, penyediaan konsultan ASI eksklusif di Rumah Sakit/Puskesmas, injeksi
vitamin K1 pada bayi baru lahir, inisiasi hepatitis pada bayi kurang dari 7 hari,
tatalaksana gizi buruk, dan program lainnya (Kemenkes, 2015).
Inisiasi Menyusu Dini sendiri masih rendah di laksanakan di Indonesia.
Berdasarkan data yang di peroleh dari Riskesdas tahun 2013 bahwa persentase
Inisiasi Menyusu Dini tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar
52,8% sedangkan terendah di Provinsi Papua Barat sebesar 21,7%. Cakupan
Inisiasi Menyusu Dini Nasional sebesar 34,5% dan terdapat 18 Provinsi yang
cakupannya dibawah angka Nasional. Sumatera utara ikut menyumbang angka
rendahnya pelaksanann IMD yaitu 24%. Perlu dilakukan upaya agar kedelapan
belas provinsi tersebut dapat meningkatkan nilai cakupannya, salah satunya dengan
cara melakukan penyuluhan oleh bidan tenaga kesehatan lainnya (Riskkesdas,
2013). Inisiasi menyusu dini berkaitan dengan produksi hormon oksitoksin, dimana
hormon tersebut akan membantu rahim berkontraksi sehingga secara tidak langsung
dapat mengurangi perdarahan pada ibu. Serta menghasilkan hormon-hormon

1
2

lainnya yang membuat ibu menjadi rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan
ambang nyeri, dan perasaan sangat bahagia (Roesli, 2013).
Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar
kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun,sekitar 15 % menderita komplikasi
berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun .
Berdasarkan Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI) data tahun 2012,
angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.00 kelahiran
hidup, angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan tahun 1991, yaitu
sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak
signifikan. Target global MGD’s (millenium development gaols) ke-5 adalah
menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.00 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDG’s
untuk menurunkan AKI adalah oof track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-
sungguh untuk mencapainya.Berdasarkan data di atas ada lima penyebab kematian
ibu terbesar yaitu perdarahan (30,1%), hipertensi dalam kehamilan (26,9%), infeksi
(5,5%), partus lama/macet (1,8%), abortus (1,6%) dan lain-lain (34,5%) (Kemenkes,
2015).
Dapat dilihat bahwa perdarahanlah yang mendominasi angka kematian ibu
tertinggi dibandingkan dengan komplikasi persalinan yang lainnya. Menurut
penelitian stanton et al upaya penanganan perdarahan postpartum adalah dengan
diberikan oksitosin, dimana oksitosin mempunyai peranan penting dalam
merangsang kontraksi otot polos uterus sehingga perdarahan dapat teratasi.
Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Thornton et al bahwa oksitosin
dapat dihasilkan oleh tubuh pada saat proses persalinan. Kadar oksitosin akan
meningkat pada kala III oleh karena pengurangan metabolisme secara tiba-tiba
karena pelepasan plasenta, hipotalamus testimulasi untuk menghasilkan hormon
oksitosin. Hormon oksitosin dapat dirangsang melalui IMD karena Inisiasi Menyusu
dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi uterus dimana saat
menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarkannya hormon antara lain oksitosin yang
berfungsi selain merangsang kontraksi dan retraksi uterus. Hal ini akan menekan
3

pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses


ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan.
Ditinjau berdasarkan laporan profil kesehatan kabupaten/kota, jumlah
kematian ibu pada tahun 2016 dilaporkan tercatat 239 kematian. Namun bila
dikonversi, maka berdasarkan profil kabupaten/kota maka AKI di Sumatera Utara
adalah sebesar 85/100.000 kelahiran hidup. Hal tersebut jauh berbeda dan
diperkirakan belum menggambarkan AKI yang sebenarnya pada populasi, terutama
bila dibandingkan dari hasil penduduk 2010. AKI di Sumatera Utara sebesar
328/100.000 KH. Namun masih, masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka
Nasional hasil SP 2010 yaitu sebesar 259/100.000 KH. Sedangkan berdasarkan
hasil survey AKI dan AKB yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara dengan FKM-USU tahun 2010 menyebutkan bahwa AKI di Sumatera Utara
adlah sebesar 268/100.000 KH. Berdasarkan estimasi tersebut, maka angka
kematian ibu ini belum mengalami penurunan yang berarti hingga tahun 2016.
Menurut dr. Utami Roesli pada tahun 2013dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Involusi Uterus menyebutkan bahwa salah
satu manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu adalah mempercepat involusi uterus
sehingga mengurangi terjadinya perdarahan pasca persalinan, ini karena pengaruh
hormon oksitoksin ditandai dengan rasa mules karna rahim berkontraksi, hentakan
kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya,
emutan dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 5 maret 2018 di
Klinik Bersalin Winda Astuti jumlah kelahiran pada periode september tahun 2017
hingga februari 2018 adalah 78 ibu melahirkan dan 7 ibu mengalami perdarahan
post partum dan 2 diantaranya di rujuk ke RS Mitra medika karena tidak bisa
ditangani di Klinik Bersalin Winda Astuti . Ibu mengalami perdarahan karena
berbagai indikasi, yaitu atonia uteri sebanyak 2 ibu , laserasi jalan lahir sebanyak 2
ibu dan salahsatunya adalah ibu gagal untuk menyusukan bayinya dan tidak
menyusui bayinya karena kurang pengetahuan pada ibu tentang inisisasi menyusui
dini (IMD) sebanyak 3 ibu. Sedangkan di Klinik Mabar Medikadimana jumlah
4

kelahiran pada periode september tahun 2017 hingga februari 2018 adalah 90 ibu
melahirkan dan 12 ibu mengalami perdarahan post partum dan 5 diantaranya di
rujuk ke RS Mitra Medika karena tidak bisa ditangani di Klinik Bersalin Mabar
Medika. Ibu mengalami perdarahan karena berbagai indikasi, yaitu atonia uteri
sebanyak 5 ibu , laserasi jalan lahir sebanyak 2 ibu dan salah satunya adalah ibu
gagal untuk menyusukan bayinya dan tidak menyusui bayinya karena kurang
pengetahuan pada ibu tentang inisisasi menyusui dini (IMD) sebanyak 5 ibu.
Sebagian besar ibu post partum tidak mau melakukan inisiasi menyusui dini karena
masyarakat beranggapan jika dilakukan IMD bayinya akan kedinginan dan
menangis, selain itu sebagian besar ibu mengeluhkan masih merasa sakit saat
dilakukan jahitan pada robekan perineum sehingga tidak sanggup untuk menyusui,
maka bidan juga berperan sebagai orang yang mengarahkan masyarakat bahwa
IMD adalah salah satu progam pemerintah yang dibuat sebagai upaya menurunkan
angka kematian ibu yang salah satunya disebabkan oleh perdarahan, sehingga IMD
ini harus dilaksanakan agar program pemerintah tersebut tercapai.
Berdasarakan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Pengaruh penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap jumlah perdarahan
Kala IV di Klinik Bersalin Winda Astuti dan Klinik Mabar MedikaTahun 2018. Hasil
survey yang peneliti lakukan di Klinik Bersalin Winda, Klinik Bersalin Winda Astuti
adalah klinik bidan praktik swasta yang menerapkan Asuhan Persalinan Normal
(APN) yang menjadi acuan pertolongan persalinan dan menerapkan teknik Insiasi
Menyusu Dini (IMD) sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan sampel
pada ibu bersalin normal dengan IMD yang akan dijadikan sampel untuk kelompok
intervensi. Dan Klinik Mabar Medikaadalah klinik bersalin yang belum menerapkan
Asuhan Persalinan Normal yang mengacu pada penatalaksanaan IMD, sehingga
klinik ini dijadikan sebagai tempat untuk pengambilan sampel untuk kelompok
kontrol.

B. Rumusan Masalah
5

Berdasarkan masalah di atas maka penulis merumuskan masalah penelitian


yaitu “Bagaimanakah Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Jumlah
Perdarahan Kala IV Persalinan Di Kinik Bersalin Winda Astuti Dan Klinik Mabar
MedikaTahun 2018?”
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Di Kinik Bersalin Winda Astuti Dan
Klinik Mabar MedikaTahun 2018 .

C.2. Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi jumlah perdarahan kala IV pada ibu yang tidak dilakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Klinik Mabar MedikaTahun 2018.
b. Mengidentifikasi jumlah perdarahan kala IV pada ibu yang dilakukan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) di Klinik Bersalin Winda Astuti Tahun 2018.
c. Membandingkan jumlah perdarahan pada ibu yang melakukan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) di Klinik Bersalin Winda Astuti dengan ibu yang tidak
melakukan Inisiasi Menyusi Dini (IMD) di Klinik Mabar MedikaTahun 2018.
d. Untuk mengetahui pengaruh pelaksana IMD terhadap perdarahan kala IV.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian dapat memberi masukan bagi dinas kesehatan dalam upaya
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini sehingga dapat meningkatkan cakupan ASI
Eksklusif
b. Bagi Klinik
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai referensi data kejadian kasus ibu
nifas terkait jumlah perdarahan pasca melahirkan.
c. Bagi Institusi Pendidikan
6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkuat


pengetahuan tentang Pengaruh Inisasi Menyusu Dini (IMD) dengan jumlah
darah kala IV persalinan.
d. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai Inisiasi
Menyusu Dini dengan jumlah perdarahan kala IV persalinan.
e. Bagi Responden
Responden mendapat informasi mengenai manfaat dan cara Inisiasi Menyusu
Dini serta pengetahuan terkait perdarahan post partum.
f. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian dapat menjadi masukan untuk mengetahui PengaruhInisiasi
Menyusu Dini terhadap jumlah perdarahan kala IV persalinan.

D.2. Manfaat Praktis


a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi pemerintah untuk lebih
mengoptimalkan program Insiasi Menyusu Dini agar dapat terealisasikan
secara baik sehingga meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan bayi.
b. Bagi Klinik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan evaluasi kebijakan
yang berkaitan dengan Inisasi Menyusu Dini (IMD) pada persalinan sebagai
sebagai upaya pencegahan dan menurunkan angka kematian ibu akibat
perdarahan post partum.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk memberikan pengajaran
yang berkaitan dengan Inisasi Menyusu Dini (IMD) pada persalinan.
d. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki khususnya
mengenai Inisiasi Menyusu Dini dengan benar.
2. Menambah keterampilan dalam membuat dan melakukan penelitian ilmiah.
7

3. Membangun sikap ramah, hormat, dan cara berkomunikasi yang baik


terhadap pihak - pihak terkait selama persiapan dan proses penelitian.
4. Peneliti dapat mengembangkan karakter diri selama pembuatan karya tulis
ilmiah.
e. Bagi Responden
Responden mampu mendeteksi apabila terjadi perdarahan dini pasca
melahirkan.
f. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam penelitian
selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna

E. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian ini merupakan matriks yang memuat tentang judul
penelitaian, nama peneliti, tahun dan tempat penelitian, rancangan penelitian,
variabel yang diteliti dan hasil penelitian.

Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian

No Judul Nama Peneliti Tahun Rancangan Variabel Penelitian Hasil Penelitian


Penelitian dan Penelitian
Tempat
1 Pengaruh Pawastri, Klinik Desain Variabel Bebas : Dapat disimpulkan bahwa
IMD Nikwatul Bidan kohort Inisiasi Menyusu IMD dapat meningkatkan
Dengan Khayati Surti prospektiv Dini kadar oksitoksin sehingga
perdarahan tahun e terjadi peningkatan
Variabel Terikat :
ibu 2 jam 2017 kontraksi uterus yang dapat
perdarahan ibu 2
post partum mengurangi perdarahan ibu
jam postpartum
di kota postpartum dan juga
semarang menyebabkan proses
involusio semakin cepat
8

2 Pengaruh Ni Made Di klinik Kuantitatif Variabel Bebas : Dapat disimpulkan bahwa


Inisiasi Maria Sari Endang dengan Inisiasi Menyusu inisisai menyusu dini
Menyusu Dan Sri Purwati desain pra Dini memiliki pengaruh terhadap
Dini Handayani tahun eksperime jumah perdarahan yang
Variabel Terikat :
Terhadap 2012 n dengan akan keluar karena dari
Jumlah
Jumlah pendekata hasil analisa bivariat
Perdarahan Kala
Perdarahan n static terdapat perbeaan rata-rata
IV Persalinan
Kala IV group pengeluaran darah yang
Persalinan compariso berbeda antara ibu yang
Di Klinik n/posttest dilakukan IMD dan ibu yang
Endang only tidak dilakukan IMD
Purwati control
group
design
3 Pengaruh Sonya BPM Jenis Variabel Bebas : Dapat disimpulkan bahwa
Inisiasi Menyusu
inisiasi Yulina Dwi penelitian tidak terdapat pengaruh
Dini
Menyusu Sahetapy Inggrini kuantitatif yang signifikan antara
Dini Samari yang inisiasi menyusu dini
Variabel
Terhadap nda bersifat dengan percepatan
Terikat :
Kecepatan Tahun pre involusio uterus pada ibu
kecepatan
Involusio 2016 eksperime yang memiliki usia yang
Involusio uterus
Uterus n dengan sudah tua. Selain itu juga
Pada Ibu rancangan terdapat responden yang
Nifas Di penelitian tidak diberi perlakuan IMD
BPM Dwi mengguna akan tetapi penurunan TFU
Inggrini kan static nya cepat hal ini
Samarinda group disebabkan paritas dimana
compariso ibu baru pertama kali
n/posttest melahirkan serta umur ibu
only yang masih muda
control
9

group
design

Bullough et Early Case Variabel Bebas : Rata-rata kehilangan darah


4. Kelompok
al. (1989) sucking and control kelompok menyusui 258 ml
eksperimen (23
postpartum dan kelompok kontrol 256
dukun bayi dilatih
haemorrhag ml. Tidak ada perbedaan
melakukan IMD)
e: jumlah perdarahan yang
controlled Variabel signifikan
Terikat :
trial in
Kelompok kontrol
Deliveries
(26 dukun bayi
by
tidak melakukan
Traditional
IMD)
Birh
Attendants

BAB II
10

TINJAUAN TEORI

A. Inisiasi Menyusu Dini


A.1 Pengertian inisiasi menyusu dini
Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi
mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia sama
seperti bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri.
Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam
segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the
breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2013).
Inisiasi dini sebenarnya telah di laksanakan di Indonesia, tetapi pelaksanaannya
belum tepat. Ada empat kesalahan dalam pelaksanannya selama ini, pertama, bayi
baru lahir biasanya sudah dibungkus sebulum diletakan didada ibu akibatnya tidak
terjadi kontak kulit. Kedua, bayi bukan menyusu malah disusui, berbeda antara
menyusu sendiri dengan disusui. Ketiga, memaksakan bayi untuk menyusu sebelum
ia siap disusukan. Keempat, bayi dipisahkan dari ibunya untuk dibawa ke ruang
pemulihan untuk tindakan lanjutan. Pada 1-2 jam pertama bayi lebih rensponsif dan
mudah melekat pada payudara. Pada praktiknya, bayi baru lahir langsung
dipisahkan dengan ibunya, sehingga setelah ia siap untuk menyusu, ibu tidak dapat
meresponsnya. Pelaksanaan yang kurang tepat ini menyebabkan keberhasilan
menyusu tidak optimal (Ariescha, 2012).

A.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini


Menurut Ariescha (2012) manfaat inisiasi menyusu dini yaitu :
a. Meningkatkan refleks menyusu bayi secara optimal
Menyusu pada bayi baru lahir merupakan keterpaduan antara tiga refleks yaitu
refleks mencari (Rooting refleks), refleks menghisap (Sucking refleks), refleks
menelan (Swallowing refleks) dan bernafas. Gerakan menghisap berkaitan dengan
syaraf otak nervus ke-5, ke-7 dan ke-12. Gerakan menelan berkaitan dengan nervus
ke-9 dan ke-10. Gerakan tersebut salah satu upaya terpenting bagi individu untuk
mempertahankan hidupnya. Pada masa gestasi 28 minggu gerakan ini sudah cukup

10
11

sempurna, sehingga bayi dapat menerima makanan secara oral, namun melakukan
gerakan tersebut tidak berlangsung lama. Setelah usia gestasi 32-43 minggu,
mampu untuk melakukan dalam waktu yang lama. Segera setelah lahir, bayi belum
menunjukan kesiapan untuk menyusu. Refleks menghisap bayi timbul setelah 20-30
menit setelah lahir. Tanda-tanda kesiapan bayi untuk menyusu yaitu mengeluarkan
suara kecil, menguap, meregang, adanya pergerakan mulut. Selanjutnya
menggerakan tangan ke mulut, timbul refleks rooting, menggerakan kepala dan
menangis sebagai isyarat menyusu dini. Dengan indra peraba, penghirup,
penglihatan, pendengaran, refleks bayi baru lahir bisa menemukan dan menyentuh
payudara tanpa bantuan. Hal ini dapat merevitalisasi pencarian bayi terhadap
payudara.
Menurut hasil penelitian Dr. Lenard bayi baru lahir setelah dikeringkan tanpa
dibersihkan terlebih dahulu, diletakan di dekat putting susu ibunya segera setelah
lahir, memiliki respon menyusu lebih baik. Apabila dilakukan tindakan terlebih dahulu
seperti ditimbang, diukur atau dimandikan, refleks menyusu akan hilang 50%,
apalagi setelah dilahirkan dilakukan tindakan dan dipisahkan, maka refleks menyusu
akan hilang 100% (Roesli, 2013). Bayi yang tidak segera diberi kesempatan untuk
menyusu refleksnya akan berkurang dengan cepat dan akan muncul kembali dalam
kadar secukupnya dalam 40 jam kemudian. Dengan inisiasi menyusu dini akan
mencegah terlewatnya refleks menyusu dan meningkatkan refleks menyusu secara
optimal.

b. Perkembangan indra (sensory inputs)


Bayi baru lahir mempunyai kemampuan indra yang luar biasa, terdiri dari
penciuman terhadap bau khas ibunya setelah melahirkan, penglihatan; karena bayi
baru mengenal pola hitam putih, bayi akan mengenali putting dan wilayah areola
ibunya karena warna gelapnya. Berikutnya adalah indra pengecap: meskipun bayi
hanya mentolelir rasa manis pada periode segera setelah lahir, bayi mampu
merasakan cairan amniotic yang melekat pada jari-jari tangannya, sehingga bayi
pada saat lahir suka menjilati jarinya sendiri. Indra pendengaran bayi sudah
berkembang sejak dalam kandungan, dan suara ibunya adalah suara yang paling
12

dikenalinya. Terakhir, indra perasa dengan sentuhan; sentuhan kulit-ke-kulit antara


bayi dengan ibunya adalah sensasi pertama yang memberi kehangatan dan
rangsangan lainnya.Perkembangan indra ini diatur oleh central component yaitu otak
bayi, dimana otak bayi baru lahir sudah siap untuk segera mengeksplorasi
lingkungannya dan lingkungan yang paling dikenalnya adalah tubuh ibunya.
Kemampuan ini memungkinkan bayi secara dini dapat mencari dan menemukan
putting susu ibu, jika dibiarkan terlalu lama bayi akan kehilangan kemampuan ini.

c. Menurunkan kejadian hipotermi, hipoglikemi, dan asfiksia


Luas permukaan tubuh bayi ± 3 kali luas permukaan tubuh orang dewasa.
Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, kecepatan kehilangan panas
pada tubuh bayi baru lahir ± 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang bersalin dengan
suhu 20-25° celcius, suhu kulit tubuh bayi akan turun 0,3° celcius, suhu tubuh
bagian dalam turun 0,1° celcius / menit. Selama periode dini setelah bayi lahir,
biasanya berakibat kehilangan panas komulatif 2-3° celcius. Kehilangan panas ini
terjadi
Menurut penelitian Dr. Niels Bergman, kulit ibu berfungsi sebagai incubator,
tinggi dari ibu yang tidak bersalin. Apabila pada saat lahir bayi mengalami
hipothermi, dengan terjadi skin to skin contact secara otomatis suhu kulit ibu akan
meningkat 2° celcius. Sebaliknya apabila bayi mengalami hipethermi, suhu kulit ibu
akan turun 1° celcius (Roesli, 2013). Ini berarti, dengan IMD resiko hipothermi pada
bayi baru lahir yang dapat menimbulkan kematian dapat dikurangi. Bayi baru lahir
sebaiknya tidak dibersihkan, cukup hanya dikeringkan saja, karena akan
menghilangkan vernik caseosa. yaitu lapisan lemak hasil produksi kelenjar sebum
berfungsi sebagai pelindung. Lapisan ini akan terlepas dengan sendirinya.
Membersihkan tubuh bayi dengan menggunakan sabun yang mengandung
heksaklorofen akan mengakibatkan adanya vaskuolisasi di susunan saraf pusat bayi
yang ditandai dengan adanya kejang pada bayi. Dengan inisiasi menyusu dini, ibu
dan bayi menjadi lebih tenang. Hal ini akan membantu pernapasan dan bunyi
jantung lebih stabil. Inisiasi menyusu dini membuat bayi menjadi tenang dan
frekwensi menangis kurang sehingga mengurangi pemakaian energy. Penelitian
13

membuktikan bahwa bayi yang melakukan IMD memiliki tingkat gula darah yang
lebih baik daripada bayi baru lahir yang dipisahkan dari ibunya .

d. Meningkatkan kekebalan tubuh bayi


Bayi akan mendapatkan kolostrum (Liquid Gold) untuk minuman pertama yang
merupakan hadiah kehidupan (The gift of live). Meskipun volumenya sedikit, tetapi
sangat baik untuk bayi baru lahir. Kolostrum mengandung banyak zat kekebalan
aktif, antibody dan banyak protein protective. Zat kekebalan yang diterima bayi
pertama kali akan melawan banyak infeksi. Hal ini akan membantu bayi untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kolostrum mengandung faktor pertumbuhan
akan membuat lapisan yang melindungi usus bayi yang masih belum matang
sekaligus mematangkan usus bayi dan mengefektifkan fungsinya. Menyususi dini
yang efisisen berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kadar protein
yang tinggi didalam kolostrum mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif
kolostrum unutk mempermudah perjalanan mekonium.
Kolostrum kaya akan vitamin A yang akan membantu menjaga kesehatan mata
dan mencegah infeksi. Melalui jilatan bayi pada saat mulai menyusu, bayi akan
tercemar terlebih dahulu oleh bakteri ibu yang tidak berbahaya. Bakteri ini akan
membuat koloni di usus dan kulit bayi sehingga dapat menyaingi bakteri yang ganas
dari lingkungan sekitar.

e. Meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin


Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir,diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volemue intra uterine yang
sangat besar. Selama 1 sampai 2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Ibu yang berencana menyususkan
bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena
isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
Melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada putting susu ibu akan
merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki
bayi pada saat merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus
14

untuk merangsang kontraksi uterus. Oksitosin akan menyebabkan uterus


berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya
perdarahan post partum. Oksitosin akan merangsang hormon lain yang membuat
ibu menjadi tenang, rileks, euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan
mencintai bayinya. Oksitosin merangsang pengaliran ASI dari payudara.

f. Memfasilitasi bounding attachment


Bounding atau ikatan batin menunjukan perjalinan hubungan orang tua dan bayi
pada saat awal kelahiran. Sebagai individu, orang tua akan mengembangkan
hubungan kasih sayang dengan bayi menurut gaya dan cara mereka. Jam pertama
merupakan saat peka dimana kontak pertama akan mempermudah jalinan batin.
Sifat dan tingkah laku jalinan saling berhubungan yang tercipta antara ibu dan bayi
sering berupa sentuhan halus ibu dengan ujung jarinya pada anggota gerak dan
wajah bayi serta membelai dengan penuh kasih sayang. Sentuhan pada pipi akan
membangkitkan respon berupa gerakan memalingkan wajah ke ibu untuk
mengadakan kontak mata dan mengarah ke payudara disertai gerakan mencari dan
menjilat putting susu selanjutnya menghisap payudara. Kontak pertama ini harus
berlangsung pada jam pertama setelah kelahirannya.
Bayi baru lahir matanya terbuka lebih lama daripada hari-hari selanjutnya,
sehingga paling baik untuk memulai perlekatan dan kontak mata antara ibu dan bayi.
Janin dalam kandungan akan merasakan suasana yang aman, nyaman, merasa
dilindungi, merasa dicintai dan disayangi. Bagi bayi, kelahiran merupakan suatu
trauma. Bayi harus pindah dari pelukan rahim yang hangat ke suatu ruangan tanpa
batas gerak yang menakutkan serta jauh dari detak jantung ibu yang menenangkan.
Bayi yang diberikan ASI dini akan sering berada dalam dekapan ibu yang hangat
pada saat menyusu sehingga akan sering merasakan lagi keadaan yang
menenangkan, menyenangkan, dicintai dan dilindungi seperti waktu dalam rahim.
Bayi seperti ini akan tumbuh dalam suasana aman atau secure attachment.
Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan
emosi yang baik dan membentuk kepribadian yang percaya diri serta akan mudah
bersosialisasi dengan lingkungannya.Ibu dan bapak akan merasa bahagia bertemu
15

dengan bayi untuk pertama kalinya dimana mereka akan bersatu dalam satu rasa
yaitu cinta. Hal ini sangat baik dilakukan pada 1-2 jam pertama, karena pada saat itu
bayi dalam keadaan allert, setelah 2-3 jam bayi akan tidur lebih lama.

g. Meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif


Inisiasi menyusu dini dalam menit pertama sampai satu jam pertama
kehidupannya, dimulai dengan skin to skin contac, akan membantu ibu dan bayi
menerima menyusu secara optimal. Menunda permulaan menyusu lebih dari satu
jam menyebabkan kesukaran menyusu (Roesli, 2013).Inisiasi menyusu dini akan
meningkatakan peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusu
secara eksklusif. Hal ini dibuktikan dengan beberapa penelitian, diantaraya
penelitian yang dilakukan Sose dkk (1978) yang menyatakan bahwa menyusu dini
disertai kontak kulit akan meningkatkan dua kali keberhasilan pemberian ASI.
Penelitian terkini pada tahun 2003 yang dilakuka oleh Fikawati & Syafiq dari FK
Trisakti tentang dampak kontak dini ibu-bayi terhadap lamanya menyusu. Hasil yang
didapatkan pemberian ASI dini akan meningkatkan 2-8 kali lebih besar kemungkinan
memberikan ASI eksklusif .

h. Mencapai tujuan Millenium Development Goals (MDGs)


1) Membantu mengurangi kemiskinan
Mulai menyusu dini dalam satu jam pertama akan meningkatkan ASI eksklusif
dan lama menyusu sehingga akan memenuhi kebutuhan sampai usia 2 tahun, akan
mengurangi pembiayaan untuk membeli susu formula sehingga akan mengurangi
angka kemiskinan.
2) Membantu mengurangi kelaparan
Inisiasi menyusu dini yang dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan diteruskan dengan menyusu hingga 2 tahun akan mencegah terjadinya
malnutrisi . bagi anak usia 2 tahun, sebanyak 500 cc ASI ibunya mampu memenuhi
kebutuhan kalori 31%, protein 38%, vitamin A 45% dan vitamin C 95%. ASI masih
memenuhi kebutuhan kalori 70% untuk bayi usia 6-8 bulan, 55% untuk bayi usia 9-
11 bulan, dan 40% untuk bayi usia 12-23 bulan. Keadaan ini akan secara bermakna
16

memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia 2 tahun. Dengan kata lain,
pemberian ASI membantu mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan
yang terhenti yang umum terjadi pada usia ini.
3) Mengurangi angka kematian anak
Saat ini sekitar 40% kematian balita terjadi pada satu bulan pertama kehidupan
bayi. Inisiasi menyusu dini akan mengurangi 22% kematian bayi dibawah usia 28
hari. Pemberian ASI eksklusif akan mengurangi 13% kematian bayi dan memberikan
makanan pendamping ASI (makanan keluarga) akan menurunkan 6% kematian
anak. Dengan denilian kematian balita yang dapat dicegah melalui inisiasi dini,
pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI sebesar 41% .

A.3 Inisiasi Menyusu Dini Yang Kurang Tepat


Menurut (Roesli, 2013) Saat ini umumnya praktek inisisasi menyusu dini seperti
berikut :
a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat.
c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi
d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak kontak
denga ibu) . Bayi dibiarkan di dada ibu (bounding) untuk
e. beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit
perineum
f. Setelah itu bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room)
untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberikan suntikan vitamin K,
dan kadang diberikan tetes mata

A.4 Inisiasi Menyusu Dini Yang Dianjurkan


Menurut (Roesli, 2013) Berikut adalah langkah-langkah inisiasi menyusu dini yang
dianjurkan:
a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu dan yang sudah dialasi dengan kain
kering
b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya.
c. Tali pusat dipotong lalu diikat.
d. Verniks (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknua tidak dibersihkan
karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
e. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan
kontak kulit bayi dan kulit ibu dan bayi diselimuti bersama-sama.bayi diberi topi,
17

untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Menurut penelitian Dr.


Niels Bregman dari Afrika Selatan, kulit dada ibu yang melahirkan satu derajat
lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu kulit ibu
otomatis akan naik dua derajat untuk menghangatkan bayi. Jika bayi kepanasan,
suhu kulit ibu otomatis akan turun satu derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit
ibu bersifat termoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi.

A.5 Pentingnya Kontak Kulit Dan Menyusu Sendiri


Menurut (Bayu, 2016) Kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan bayi
menyusu sendiri dalam satu jam pertama dalam kehidupan karena :
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari
payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia).
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil.
Bayi akan lebih sering menangis sehingga mengurangi pemakaian energi
c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit di
ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak
membentuk koloni di kulut dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan.
d. Bounding (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karemna pada 1-2
jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam
waktu yang lama
e. Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan beraal dari susu
manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan
fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal.
f. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan
akan lebih lama disusui
g. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting ibu
merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
Pentingnya hormon oksitosin
1. Membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran ari-ari
(plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu
2. Meragsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih
mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri, dan perasaan sangat
bahagia.
3. Menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka berdua. Oleh karena
itu, dinamakan juga hormon kasih sayang.
4. Merangsang pengaliran ASI dari payudara
18

h. Bayi mendapatkan ASI kolostrum – ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini
kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberikan inisiasi menyusu
dinilebih dulu mendapatkan kolustrum dari pada yang tidak diberi kesempatan.
ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan
terhadap infeksi , penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup
bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayiyang
masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usu ini.
i. Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk
pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan
mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya
yang amat indah.

A.6 Teknik laktasi pada bayi batu lahir


Menurut (Proverawati, 2017) Crandle untuk lintas posisi kiri payudara:
a. Luruskan hidung bayi sehingga tidak tertutup puting susu
b. Letakkan tangan kanan di bawah bayi sehingga 4 jari ibu membuat bantal untuk
pipi bayi
c. Ibu mndukung berat kepala bayi dengan tangan
d. Jika ibu ingin duduk, letakkan bayi di bawah lengan , jika ingin biarkan bayi jatuh
ke bawah secara diagonal sedikit.
e. Tubuh bayi dan kaki ibu harus dibungkus sekitar ibu
f. Tarik ke bawah bayi dengan tubuh bagian dalam atau bawah jika sebelumnya
tangan memegang tubuh bayi
g. Bayi akan menuju payudara dengan puting susu yang mengarah ke atas dari
mulutnya
h. Kepala bayi didukung tetapi tidak mendorong payudara
i. Hidung bayi tidak menyentuh payudara
j. Gunakan selurh tangan untuak membawa bayi ke payudara, ketika mulut bayi
melebar

Watchliplow bertujuan untuk mencegah isapan jatuh dari pangkal puting


,sehingga mulut dalam lidah mengacu payudara. Memindahkan tubuh bayi dan
kepala bersama-sama, pergelangan tangan lurus, dengan kepala bayi di sela-sela
jari sehingga isapan bayi tidak akan putus dari payudara ke arah bawah dada.
Setelah menyusui, bibir atas bayi akan menempel pada puting dan bibir bawah akan
menempel pada aerola. Sehingga untuk memutuskan isapan masukkan jari telunjuk
19

pada sudut bibir bayi. Membutuhkan lebar mulut bayi sebelum dipindahkan ke
payudara.
Menurut JHPIEGO, POGI, JNPKR (2014) Beberapa teknik untuk membuka mulut
bayi yaitu :
1. Hindari meletakkan bayi dalam posisi menghisap samai benar-benar siap untuk
menyusu. Bayi yang baru menunggu sambil bersiap (misalnya perubahan
payudara) semakin frustasi bayi dan kurang bisa membuka mulut bayi akan pergi.
Bayi bergerak ke payudara , menyentuh bibir atas terhadap puting memindahkan
mulut
2. Ulangi sampai bayi terbuka lebar dan memiliki lidah maju
3. Lebih baik lagi jari berjalan di sepanjang puting susu disamping bibir atas bayi,
dari satu sudut ke sudut yang lain dengan sentuhan ringan, sampai bayi terbuka
lebar.
Posisi bayi sebelum dimulai :
1. Puting berada di atas bibir atau lubang hidung bayi
2. Tubuh bayi ditempatkan tidak cukup perut bayi ke perut ibu, tetapi agar bayi dari
atas ke payudara dan bayi di bawah mata membuat kontak dengan ibu.
Hal yang perlu diperhatikan :
1. Mendorong seluruh tubuh bayi menuju payudara
2. Terburu-buru menyusui bayi
3. Menggerak-gerakan payudara ke atas dan ke bawah
4. Memegang payudara dengan menggunting
5. Tidak mendukung kepala secara keseluruhan
6. Mempilin tubuh bayi dengan tujuan agar pusat puting ke mulut bayi
7. Menarik dagu bayi ke bawah untuk buka mulut
8. Melenturkan kepala bayi ketika membawa payudara
9. Memindahkan payudara ke dalam mulut bayi dari pada membawa mulut bayi
daripada membawa bayi ke payudara
10. Bayi bergerak menuju payudara tanpa membuka mulut
11. Bayi tidak bergerak dengan cepat ke payudara
12. Hidung bayi tidak menyentuh puting

13. Memegang payudara dari hidung bayi (tidak diperlukan jika bayi pada menyusu,
karena hidung akan keluar dari payudara).

A.7 Langkah-langkah inisiasi menyusu dini


Menurut JHPIEGO, POGI, JNPKR (2014) ada beberapa langkah dalam inisiasi
menyusu dini dalam asuhan bayi baru lahir yaitu :
20

1) Langkah I : lahirkan, keringkan, dan lakukan penilaian pada bayi.


a) Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran
b) Kemudian letakkan bayi di perut bawah ibu
c) Nilai usaha nafas dan pergerakkan bayi apa diperlukan resusitasi atau tidak
(dua detik)
d) Setelah itu keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain kering
untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem. Keringkan tubuh bayi
mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa
membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi.
e) Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi juga
membantunya mencari puting ibunya yang berbau sama.
f) Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Hindari isap lendir di dalam hidung
atau mulut bayi karena penghisap dapat merusak selaput lendir hidung bayi
dan meningkatkan risiko infeksi pernafasan.
g) Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki.
Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta membantu bayi dapat
bernapas lebih baik.
h) Setelah satu menit mengeringkan dan menilai bayi, periksa kembali uterus
untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal) kemudian
suntikkan intramuscular 10 IU oksitosin pada ibu. Biarkan bayi diatas handuk
atau kain bersih di perut ibu.
2) Langkah II : lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam
a) Setelah dua menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali pusat dengan
klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Dari titik jepitan, tekan tali
pusat dengan 2 jari, kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu. Lakukan
penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat penjepitan pertama pada
sisi ibu. Pemotongan tali pusat ditunda sampai tali pusat berhenti berdenyut
agar nutrien dan oksigen yang mengalir dari plasenta ibu ke bayi lebih
optimal.
21

b) Kemudian pegang tali pusat di antara dua klem tersebut. Satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, dan tangan yang lain
memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut.
c) Ikat punting tali pusat dengan jarak kira-kira 1cm dari dinding perut bayi
dengan tali yang steril. Lingkarkan tali di sekeliling putung tali pusat dan ikat
untuk kedua kalinya dengan simpul mati dibagian yang berlawanan.
d) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu, tapi
lebih rendah dari puting.
e) Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
f) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu
letakkan bantal dibawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual
antara ibu dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.
3) Langkah III : biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu
a) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.
b) Anjurkan ibu dan orang lainnya menginterupsi menyusu misalnya
memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu
pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu
satu payudara. Bayi kemudian dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan
penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vitamin K1, dan
mengoleskan salep antibiotik pada mata bayi.
c) Menunda asuhan bayi baru lahir lainnya hingga bayi selesai menyusu.
Tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah
terjadi hipotermi.
d) Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin hingga
bayi selesai menyusu.
e) Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti
menelan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akan merasa mengantuk.
22

f) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga


kehangatannya, tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari
pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka
pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu sampai bayi hangat
kembali.
g) Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan hepatitis B pertama.
h) Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Letakkan kembali bayi
dekat dengan ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi bisa menyusu
sesering keinginannya.

B. Perdarahan Kala IV
B.1 Pengertian Pemantauan Kala IV
Kala IV persalinan dimulai sejak plasenta lahir sampai ± 2 jam setelah plasenta
lahir. Kala ini dimasukkan dalam persalinan karena pada masa ini sering timbul
perdarahan. Dua jam setela persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan
bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa yaitu, si ibu
melahirkan bayi dari perutnya dan si bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut
ibu ke dunia luar. dalam kala IV ini petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu
dan bayi unuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi (Hidayat, 2016).

B.2 Fisiologi kala IV


Kala IV persalinan dimulai dengan lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam
kemudian pada kenyataannya disebut periode satu jam post partum. Walaupun
persainan secara teknis telah berakhir jam pertama postpartum sering berhubungan
dengan kala IV. Hal itu disebakan karena masa kritis wanita yang diawali dengan
pengambilan kondisi dari tekanan masa persalinan, dia harus berada dalam
pengawasan yang ketat oleh bidan dan karena bidan akan menghabiskan waktu
tersebut dengan melakukan aktivitas yang secara langsung berhubungan dengan
periode intrapartum meliputi:
a) Evaluasi uterus
b) Inspeksi dan evaluasi plasenta selaput dan tali pusat
23

c) Menjahit luka episiotomi dan laserasi bila ada.


Dalam kala IV penderita belum boleh dipindahkan ke kamarnya dan tidak boleh
ditinggalakan oleh bidan karena ibu masih membutuhkan pengawasan yang intensif
disebabkan perdarahan atonia uteri masih mengancam sebagai tambahan, tanda-
tanda vital manifestasi psikologi lainnya dievaluasi sebagai indikator pemulihan dan
strees persalinan. Melalui periode terebut, aktivitas yang paling pokok adalah
perubahan peran, hubungan keluarga, akan dibentuk selama 2 jam tersebut, bayi
berada pada tiap-tiap “taking in” pada saat ini sangat di perlukan bounding dan
sekaligus inisiasi dini (Hidayat, 2016).
B.3 Evaluasi Uterus
Perlu diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk mencegah
terjadinya perdarahan dan pengembalian uterus ke bentuk normal. Kontraksi uterus
yang tidak kuat dan terus menerus dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri, yang
dapat mengganggu keselamatan ibu. Untuk itu evaluasi terhadap uterus pasca
pengeluaran plasenta sangat penting untuk diperhatikan.
Untuk membantu uterus berkontraksi, bisa dulakukan dengan masase agar
uterus tidak lembek dan mampu berkontraksi secara kuat. Setelah kelahiran
plasenta, pemeriksaan kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika masih
ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tinggal dalam uterus, akan
mengganggu kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan
Bila dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan
terjadi atonia uteri. Oleh karena itu diperlukan tindakan rangsangan taktil (masase)
fundus uteri dan bila perlu dilakukan kompresi bimanual. Dapat diberikan obat
oksitosin dan harus diawasi kurang-kurangnya selama satu jam sambil mengamati
terjadinya perdarahan postpartum (Asrina, 2017).

B.4 Pemeriksaan serviks vagina dan perineum


Untuk mengetahui apakah tidak tidaknya robekan jalan lahir periksa daerah
perineum , vagina dan vulva setelah ayi lahir, vagina akan mengalami peregangan,
oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan
terluka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Segera setelah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperikas secara
menyeluruh untuk mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat
pembedahan kalau diperlukan. Serviks, vagina dan perineum dapat diperiksa lebih
24

mudah sebelum pelepasan plasenta karena tidak ada perdarahan dari rahim yang
mengaburkan pandangan.
Pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam waktu 5-10 menit pada akhir kala II.
Memijat fundus seperti memeras untu mempercepat pelepasan plasenta tidak
dianjurkan , karena dapat meningkatkan kemungkinan masuknya sel janin kedalam
sirkulasi ibu, setelah kelahiran plasenta, perhatian harus ditujukan pada setiap
perdarahan rahim yang mungkin berasal dari tempat implantasi plasenta.

Kontraksi uterus yang mengurangi perdarahan dapat dilakukan dengan pijat


uterus dan pemberian oksitosin. Kalau pasien menghadapi perdarahan nifas
(misalnya karena anemia, perpanjangan masa augmentasi oksitosn pada
persalinan, kehamilan kembar, atau hidramnion), diperlukan pembuangan plasenta
secara manual (Asrina, 2017).Untuk megetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid
yang keluar, periksa anus dengan rectal toucher.

B.5 Pemantauan dan evaluasi lanjut kala IV


Menurut (Yeyeh, 2013) Sebagian besar kematian ibu di periode pasca
persalinan terjadi pada enam jam pertama setelah persalinan.kematian ini
disebabkan oleh infeksi, perdarhan dan dan eklamsia. Oleh karena itu, pemantauan
2 jam setelah postpartum sangat penting. Selama kala IV ini bidan harus
meneruskan proses pelaksanaan bidan yang telah mereka lakukan selama kala I, II,
III untuk memastikan ibu tidak memiliki masalah apapun. Mereka mengumpulkan
data, mengitepretasi data , serta membuat rencana asuhan berdasarkan intepretasi
mereka atas data tersebut. Mereka kemudian mengevaluasi rencana asuhan
dengan cara mengumpulkan data lebih banyak karena terjadi perubahan fisiologis,
pemantauan dan penanganan yang dilakukan oleh tenaga medis adalah:
1. Vital sign

Tekanan darah < 90/60 mmHg, jika denyut jantung nya normal, tekanan
darah yang rendah seperti ini tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi, jika
tekanan darah <90/60 mmHg dan nadinya >100 x/menit, ini mengidentifikasi
adanya suatu masalah. Bidan harus mengumpulkan data-sata lain untuk
25

membuat diagnosis mungkin ibu sedang egalami demam atau terlau banyak
mengeluarkan darah.
2. Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah <38°C. Jika suhunuya >38°C, bidan harus
mengumpulakan data-data lain untuk memungkinkan identifikasi masalah. Suhu
yang tinggi tersebut mungkin disebabkan oleh dehidrasi (karena persalinan
yang lama dan tidak cukup minum) atau ada infeksi
3. Tonus uterus dan ukuran tinggi uterus
Tonus uterus dan ukuran tinggi uterus, kontraksi tidak baik maka uterus
teraba lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; uterus
lembek (lakukan masase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau
metergin).
4. Perdarahan
Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan sebagai
pembalut perempuan per jam, selama enam jam pertama atau seperti darah
haid yang banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari ini, ibu hendaknya
diperiksa lebih sering dan penyebab-penyebab perdarahan berat harus
diselidiki. Apakah ada laserasi pada vagina atau serviks, apakah uterus
berkontraksi dengan baik, apakah kandung kemihnya kosong.
5. Kandung kemih
Jika kandung kemih penuh dengan air seni, uterus tidak dapat berkontraksi
dengan baik. Jika uterus naik di dalam abdomen dan tergeser ke samping, ini
biasanya merupaka pertanda bahwa kandung kemihnya penuh. Bantulah ibu
bangun dan coba apakah ia bisa buang air kecil. Jika tidak bisa buang air kecil,
bantulah ia agar merasa rileks dengan meletakkan jari-jarinya di dalam air
hangat, mengucurkan air ke atas perineum, dengan menjaga privasinya. Jika ia
tidak dapat kencing, lakukan kateterisasi. Setelah kandung kencingnya kosong,
uterus akan dapat berkontraksi dengan baik.
6. Lochea
a) Lochea rubra (cruenta) = berisi darah segar, sel-sel decidua dan choiron.
Terjadi selama dua hari pasca persalinan
b) Lochea sanguinolenta = warna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi
pada hari 3-7 pasca persalinan
26

c) Lochea serosa = bewarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi terjadi
pada hari ke 7-14 pasca persalinan
d) Lochea alba = cairan putih terjadi pada hari setelah 2 minggu
7. Perineum
Perineum dievaluasi untuk melihat adanya edema atau hematoma.
Bungkusan keping es yang dikenakan perineum memiliki efek ganda untuk
mengurangi ketidaknyamanan dan edema bila telah mengalami episiotomi atau
laserasi.
8. Pemantauan keadaan umum ibu
a. Setelah lahirnya plasenta:
1) Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara
melintang agar pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar
dengan pusat dan diatas fundus uteri, disebut dua jari di bawah pusat.
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4) Periksa perineum dari perdarahan aktif, misalnya apakah dari laserasi
atau episiotomi
5) Evaluasi kondisi ibu secara umum
6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan
di halaman belakang partograf segera stekah asuhan diberikan atau
stelah penilaian dilakukan
b. Asuhan dalam 2 jam postpartum , antara lain:
1) Melanjutkan pemantaun kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persainan
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anasthesi dan menggunakan teknik yang sesuai
2) Mengajarkan pada ibu dak keluarga melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi
3) Mengevaluasi kehilangan darah
4) Memeriksa tekanan darah, nadi, keadaan kandung kemih tiap 15 menit
pada 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit pada 1 jam
kedua pasca persalinan
5) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan
6) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
27

B.6 Perkiraan Darah Yang Hilang


Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah
sering sekali bercampur dengan cairan ketuban atau urine dan mungkin terserap
handuk, kain dan sarung. Tidak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat
melalui perhitungan jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan
mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakkan
wadah atau pispot dibawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah bukan cara
efektif untuk mengukur kehilangan darah dan cerminan asuhan sayang ibu, karena
berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk
memegang dan menyusui bayi nya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah
yang terkumpul sehingga memperkirakan barapa banyak botol ukuran 500 ml bisa
menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mengisi 2 botol, ibu telah
kehilangan darah 1 liter, jika darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan kia-
kira 250 ml darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untu
menilai kondisi ibu. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah
adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan
menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran menurnserta tekanan darah sistolik
turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya, telah terjadi perdarahan hingga
500 ml. Bila mengalami syok hipovolemik, ibu telah kehilangan darah 50% dari
jumlah total darah ibu. Penting untuk memantau setiap keadaan umum ibu dan
menilai jumlah kehilangan darah ibu selama kala IV melalui tanda vital, jumlah darah
yang keluar dan kontraksi uterus (Asrina, 2017).

B.7 Komplikasi perdarahan pasca persalinan


Disamping menyebabkan kematian, perdarahan pascapersalinan memperbesar
kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang. Perdarahan
banyak kelak bisa menyebabkan sindrom Sheehan sebagai akibat nekrosis pada
hipofisisis pars anterior sehingga terjadi insufisiensi pada bagian tersebut. Gejalanya
adalah asthenia, hipotensi, anemia, turunnya berat badan sampai menimbulkan
kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat alat genital, kehilangan
28

rambut pubis dan ketiak, penurunan metabolisme dengan hipotensi, amenore dan
kehilangan fungsi laktasi. (Asrina, 2017).

a. Penanganan perdarahan pasca persalinan


Penanganan perdarahan pasca persalinan pada prinsipnya adalah hentikan
perdarahan, cegah/atasi syok, ganti darah yang hilang dengan diberi infus cairan
(larutan garam fisiologis, plasma ekspander, Dextran-L, dan sebagainya), transfusi
darah, kalau perlu oksigen. Walaupun demikian, terapi terbaik adalah pencegahan.
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus kasus yang disangka
akan terjadi perdarahan adalah penting.Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan
sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan
“antenatal care” yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat
perdarahan post partum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit. Di rumah
sakit, diperiksa kadar fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah, dan bila
mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi persalianan, dipersiapkan
keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat rahim.
Anemia dalam kehamilan, harus diobati karena perdarahan dalam batas batas
normal dapat membahayakan penderita yang sudah menderita anemia. Apabila
sebelumnya penderita sudah pernah mengalami perdarahan post partum, persalinan
harus berlangsung di rumah sakit. Kadar fibrinogen perlu diperiksa pada perdarahan
banyak, kematian janin dalam uterus, dan solutio plasenta.Dalam kala III, uterus
jangan dipijat dan didorong kebawah sebelum plasenta lepas dari dindingnya.
Penggunaan oksitosin sangat penting untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.
Sepuluh satuan oksitosin diberikan intramuskular segera setelah anak lahir untuk
mempercepat pelepasan plasenta. Sesudah plasenta lahir, hendaknya diberikan 0,2
mg ergometrin, intramuskular. Kadang-kadang pemberian ergometrin setelah bahu
depan bayi lahir pada presentasi kepala menyebabkan plasenta terlepas segera
setelah bayi seluruhnya lahir; dengan tekanan pada fundus uteri, plasenta dapat
dikeluarkan dengan segera tanpa banyak perdarahan.
Namun salah satu kerugian dari pemberian ergometrin setelah bahu bayi lahir
adalah terjadinya jepitan (trapping) terhadap bayi kedua pada persalinan gameli
29

yang tidak diketahui sebelumnya. Pada perdarahan yang timbul setelah anak lahir,
ada dua hal yang harus segera dilakukan, yaitu menghentikan perdarahan secepat
mungkin dan mengatasi akibat perdarahan. Tetapi apabila plasenta sudah lahir,
perlu ditentukan apakah disini dihadapi perdarahan karena atonia uteri atau karena
perlukaan jalan lahir.
1. Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah
persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek
dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia
uteri ini adalah terjadinya pendarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal
dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang
lepas sebagian atau lepas keseluruhan. Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan
lapisan tengah merupakan bagian yang terpenting dalam hal kontraksi untuk
menghentikan pendarahan pasca persalinan. Miometrum lapisan tengah
tersusun sebagai anyaman dan ditembus oeh pembuluh darah. Masing-masing
serabut mempunyai dua buah lengkungan sehingga tiap-tiap dua buah serabut
kira-kira berbentuk angka delapan. Setelah partus, dengan adanya susunan otot
seperti tersebut diatas, jika otot berkontraksi akan menjepit pembuluh darah.
Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini akan menyebabkan
terjadinya pendarahan pasca persalinan. Atonia uteri merupakan penyebab
tersering dari pendarahan pasca persalinan. Sekitar 50-60% pendarahan pasca
persalinan disebabkan oleh atonia uteri.

Faktor-faktor predisposisi atonia uteri antara lain :


1) Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan disfungdi instrinsik uterus
2) Penatalaksanaan yang slah pada kala plasenta : kesalahan paling sering
adalah mencoba mempercepat kala tiga. Dorongan dan pemijatan uterus
menganggu mekanisme fisiologis pelepasan plasenta dan dapat
menyebabkan pemisahan sebagian plasenta yang mengakibatkan
perdarahan.
30

3) Anasthesi inhalasi yang dalam merupakan factor yang sering menjadi


penyebab. Terjadi relaksasi miometrium yang berlebihan, kegagalan
kontraksi serta retraksi.atonia uteri dan perdarahan post partum.
4) Kerja uterus yang tidak efektif selama dua kala persalinan yang pertama
kemungkinan besar akan diikuti oleh kontraksi serta retraksi miometrium
yang jelek pada kala tiga.
5) Uterus yang mengalami distensi yang berlebihan akibat keadaan seperti bayi
yang besar, kehamilan kembar dan polihidramnion cenderung mempunyai
daya kontraksi yang jelek.
6) Kelelahan akibat partus lama : bukan hanya rahim yang lelah cenderung
berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi ibu yang keletihan kurang
mampu bertahan terhadap kehilangan darah.
7) Multiparitas : uterus yang telah melahirkan banyak anak cenderung bekerja
tidak efisien dalam semua kala persalinan
8) Mioma uteri dapat menimbulkan perdarahan dengan mengganggu kontraksi
serta retraksi miometrium.
9) Melahirkan dengan tindakan, keadaan ini mencakup prosedur operatif seperti
forceps tengah dan versi ekstraksi.

Penanganan atonia uteri adalah :


1) Masase uterus + pemberian utero tonika (infus oksitosin 10 IU s/d 100 IU
dalam 500 ml Dextrose 5%, 1 ampul Ergometrin I.V, yang dapat diulang 4
jam kemudian, suntikan prostaglandin.
2) Jika tindakan poin satu tidak memberikan hasil yang diharapkan dalam waktu
yang singkat, perlu dilakukan kompresi bimanual pada pada uterus. Tangan
kiri penolong dimasukkan ke dalam vagina dan sambil membuat kepalan
diletakkan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan diletakkan pada perut
penderita dengan memegang fundus uteri dengan telapak tangan dan
dengan ibu jari di depan serta jari-jari lain dibelakang uterus.Sekarang korpus
31

uteri terpegang dengan antara 2 tangan; tangan kanan melaksanakan


massage pada uterus dan sekalian menekannya terhadap tangan kiri.
3) Tampon utero-vaginal secara lege artis, tampon diangkat 24 jam
kemudian.Tindakan ini sekarang oleh banyak dokter tidak dilakukan lagi
karena umumnya dengan dengan usaha-usaha tersebut di atas pendarahan
yang disebabkan oleh atonia uteri sudah dapat diatasi. Lagi pula
dikhawatirkan bahwa pemberian tamponade yang dilakukan dengan teknik
yang tidak sempurna tidak menghindarkan pendarahan dalam uterus
dibelakang tampon. Tekanan tampon pada dinding uterus menghalangi
pengeluaran darah dari sinus-sinus yang terbuka; selain itu tekanan tersebut
menimbulkan rangsangan pada miometrium untuk berkontraksi.
4) Tindakan operatif dilakukan jika upaya-upaya diatas tidak dapat menhentikan
pendarahan. Tindakan opertif yang dilakukan adalah : Histerektomi, Ligasi
arteri uterina, Ligasi arteri hipogastrika. Tindakan ligasi arteri uterina dan
arteri hipogastrika dilakukan untuk yang masih menginginkan anak. Tindakan
yang bersifat sementara untuk mengurangi perdarahan menunggu tindakan
operatif dapat dilakukan metode Henkel yaitu dengan menjepit cabang arteri
uterina melalui vagina, kiri dan kanan atau kompresi aorta abdominalis.

2. Laserasi jalan lahir

1) Robekan vulva : Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang


primipara, bisa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang
biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan
banyak, khususnya pada luka dekat klitoris.
2) Robekan perineum : terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi
di garis tengah dan menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah
panggul dengan ukuran yang lebih besar dari sirkumferensia
32

suboksipitobregmatika atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal.


Derajat robekan perineum yaitu :
a. Derajat 1 : ruptur terjadi hanya pada mukosa vagina, komisura
posterior dan kulit perineum .
b. Derajat 2 : ruptur terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum dan otot perineum .
c. Derajat 3 : ruptur terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum dan otot spingter ani .
d. Derajat 4 : ruptur terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, otot spingter ani dan rectum .
Pada persalinan yang sulit, dapat pula terjadi kerusakan dan peregangan m.
puborectalis kanan dan kiri serta hubungannya di garis tengah. Kejadian ini
melemahkan diafragma pelvis dan menimbulkan predisposisi untuk terjadinya
prolapsus uteri.
3) Perlukaan vagina : yang tidak berhubungan dengan luka perineum jarang
dijumpai. Kadang ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering
terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin
harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan spekulum. Robekan atas vagina terjadi sebagai akibat
menjalarnya robekan serviks. Apabila ligamentum latum terbuka dan cabang-
cabang arteri uterina terputus, dapat timbul perdarahan yang banyak. Apabila
perdarahan tidak bisa diatasi, dilakukan laparotomi dan pembukaan
ligamentum latum. Jika tidak berhasil maka dilakukan pengikatan arteri
hipogastika.
4) Robekan Serviks : Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks,
sehingga serviks seorang multipara berbeda dari yang belum pernah
melahirkan pervaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan
perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi
perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan
uterus sudah berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir,
khususnya robekan serviks uteri. Apabila ada robekan, serviks perlu ditarik
33

keluar dengan beberapa cunam ovum, supaya batas antara robekan dapat
dilihat dengan baik. Apabila serviks kaku dan his kuat, serviks uteri dapat
mengalami tekanan kuat oleh kepala janin, sedangkan pembukaan tidak
maju. Akibat tekanan kuat dan lama ialah pelepasan sebagian serviks atau
pelepasan serviks secara sirkuler. Pelepasan ini dapat dihindarkan dengan
seksio secarea jika diketahui bahwa ada distosia servikali Apabila sudah
terjadi pelepasan serviks, biasanya tidak dibutuhkan pengobatan, hanya jika
ada perdarahan, tempat perdarahan di lanjut. Jika bagian serviks yang
terlepas masih berhubungan dengan jaringan lain, hubungan ini sebaiknya
diputuskan.

3. Retensio Plasenta
Adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi
lahir. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta: Kelainan dari uterus
sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya
kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction
ring. Kelainan dari placenta dan sifat perlekatan placenta pada uterus. Kesalahan
manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu
sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak
ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktu dapat menyebabkan serviks
kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang
melemahkan kontraksi uterus.
Sebab – sebab terjadinya Retensio Plasenta adalah :

a) Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena tumbuh melekat lebih
dalam. Perdarahan tidak akan terjadi jika plasenta belum lepas sama sekali
dan akan terjadi perdarahan jika lepas sebagian. Hal ini merupakan indikasi
untuk mengeluarkannya. Menurut tingkat perlekatannya dibagi menjadi
plasenta adhesiva, melekat pada endometrium, tidak sampai membran basal.
Plasenta inkreta, vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
sampai ke miometrium. Plasenta akreta, menembus lebih dalam ke
34

miometrium tetapi belum menembus serosa. Plasenta perkreta, menembus


sampai serosa atau peritoneum dinding rahim.

b) Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala
III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang
menghalangi keluarnya plasenta (plasenta inkarserata). Tanda-tanda lepasnya
plasenta adalah fundus naik dimana pada perabaan uterus terasa bulat dan
keras, bagian tali pusat yang berada di luar lebih panjang dan terjadi
perdarahan secara tiba-tiba.

Cara memastikan lepasnya plasenta adalah Kustner : Tangan kanan


menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan di atas simfisis. Bila tali pusat tak
tertarik masuk lagi berarti tali pusat telah lepas. Strassman : Tangan kanan
menegangkan tali pusat, tangan kiri mengetuk-ngetuk fundus. Jika terasa getaran
pada tali pusat, berarti tali pusat belum lepas. Ibu disuruh mengejan. Bila plasenta
telah lepas, tali pusat yang berada diluar bertambah panjang dan tidak masuk lagi
ketika ibu berhenti mengejan. Apabila plasenta belum lahir ½ jam-1 jam setelah bayi
lahir, harus diusahakan untuk mengeluarkannya. Tindakan yang dapat dikerjakan
adalah secara langsung dengan perasat Crede dan Brant Andrew dan secara
langsung adalah dengan manual plasenta.

4. Sisa Plasenta
Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab umum
terjadinya pendarahan lanjut dalam masa nifas (pendarahan pasca persalinan
sekunder). Pendarahan post partum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh
retensi potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah
persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang,
uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan. Sewaktu suatu bagian
dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi
secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja
pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.
35

5. Inversio Uteri
Inversio uteri dapat menyebabkan pendarahan pasca persalinan segera, akan
tetapi kasus inversio uteri ini jarang sekali ditemukan. Pada inversio uteri bagian
atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol
ke dalam kavum uteri. Inversio uteri terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera
setelah plasenta keluar. Inversio uteri bisa terjadi spontan atau sebagai akibat
tindakan. Pada wanita dengan atonia uteri kenaikan tekanan intraabdominal dengan
mendadak karena batuk atau meneran, dapat menyebabkan masuknya fundus ke
dalam kavum uteri yang merupakan permulaan inversio uteri. Tindakan yang dapat
menyebabkan inversio uteri adalah perasat Crede pada korpus uteri yang tidak
berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari
dinding uterus.
Pada penderita dengan syok, perdarahan, dan fundus uteri tidak ditemukan
pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai, pemeriksaan
dalam dapat menunjukkan tumor yang lnak di atas serviks atau dalam vagina
sehingga diagnosis inversio uteri dapat dibuat. Pada mioma uteri submukosum yang
lahir dalam vagina terdapat pula tumor yang serupa, akan tetapi fundus uteri
ditemukan dalam bentuk dan pada tempat biasa, sedang konsistensi mioma lebih
keras daripada korpus uteri setelah persalinan. Selanjutnya jarang sekali mioma
submukosum ditemukan pada persalinan cukup bulan atau hampir cukup bulan.
Walaupun inversio uteri kadang-kadang bisa terjadi tanpa gejala dengan penderita
tetap dalam keadaan baik, namun umumnya kelainan tersebut menyebabkan
keadaan gawat dengan angka kematian tinggi (15-70%). Reposisi secepat mungkin
memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.

6. Kelainan pembekuan darah


Kegagalan pembekuan darah atau koagulopati dapat menjadi penyebab dan
akibat perdarahan yang hebat. Gambaran klinisnya bervariasi mulai dari perdarahan
hebat dengan atau tanpa komplikasi trombosis, sampai keadaan klinis yang stabil
yang hanya terdeteksi oleh tes laboratorium. Setiap kelainan pembekuan, baik yang
idiopatis maupun yang diperoleh, dapat merupakan penyulit yang berbahaya bagi
36

kehamilan dan persalinan, seperti pada defisiensi faktor pembekuan, pembawa


faktor hemofilik A (carrier), trombopatia, penyakit Von Willebrand, leukemia,
trombopenia dan purpura trombositopenia. Dari semua itu yang terpenting dalam
bidang obstetri dan ginekologi ialah purpura trombositopenik dan
hipofibrinogenemia.

C. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Jumlah Perdarahan Kala IV Pada
Persalinan
Selama ini banyak yang tidak mengetahui manfaat pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu dan adanya
keterikatan dengan budaya setempat yang mengatakan bahwa bayi akan kedinginan
jika di letakkan ke dada ibu tanpa pelapis kain. Dengan melakukan inisiasi menyusu
dini melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada putting susu ibu akan
merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki
bayi pada saat merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus
untuk merangsang kontraksi uterus. Oksitosin akan menyebabkan uterus
berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya
perdarahan post partum. Oksitosin akan merangsang hormon lain yang membuat
ibu menjadi tenang, rileks, euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan
mencintai bayinya. Oksitosin merangsang pengaliran ASI dari payudara.
Hal ini akan meningkatkan Intensitas kontraksi uterus segera setelah bayi
lahir,diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterine yang
sangat besar. Selama 1 sampai 2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Dengan demikian akan terjadi
komplikasi yaitu Atonia uteri. Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk
berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh,
melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah.
Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya pendarahan. Perdarahan pada atonia
uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya
plasenta yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan.
37

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Menurut Hasil penelitan yang dilakukan
oleh Ni Made Maria Sari dan Sri Handayani tahun 2012 mengenai hubungan inisiasi
menyusu dini (IMD) dengan jumlah perdarahan kala IV persalinan di klinik BPS
Ny.Hj. Endang Purwati, AMd.,Keb. Mergangsan Yogyakarta bahwa Rata-rata jumlah
perdarahan kala IV persalinan pada ibu yang melakukan inisiasi menyusui dini
adalah 76,33cc sedangkan Rata-rata jumlah perdarahan kala IV persalinan pada
ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusui dini adalah 131,00cc. Dari penelitian ini
diperoleh perbandingan jumlah perdarahan kala IV persalinan antara ibu yang
melakukan IMD dengan ibu yang tidak melakukan IMD yaitu sebesar 54,67cc. maka
dari penelitian ini dapat diketahui bahwa adanya pengaruh IMD dengan jumlah
perdarahan kala IV persalinan.
Dan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh dr. Utami Roesli pada tahun
2011 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap
Involusi Uterus menyebutkan bahwa salah satu manfaat inisiasi menyusu dini bai ibu
adalah mempercepat involusi uterus sehingga mengurangi terjadinya perdarahan
pasca persalinan, ini karena pengaruh hormon oksitoksin ditandai dengan rasa
mules karna rahim berkontraksi, hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan
bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada puting ibu
merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
Inisiasi menyusu dini juga akan membantu ibu dan bayi menerima menyusu
secara optimal. Menunda permulaan menyusu lebih dari satu jam menyebabkan
kesukaran menyusu (Roesli, 2013).Inisiasi menyusu dini akan meningkatakan
peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusu secara
eksklusif. Hal ini dibuktikan dengan beberapa penelitian, diantaranya penelitian yang
dilakukan Sose dkk (1978) yang menyatakan bahwa menyusu dini disertai kontak
kulit akan meningkatkan dua kali keberhasilan pemberian ASI. Penelitian terkini
pada tahun 2003 yang dilakuka oleh Fikawati & Syafiq dari FK Trisakti tentang
dampak kontak dini ibu-bayi terhadap lamanya menyusu. Hasil yang didapatkan
pemberian ASI dini akan meningkatkan 2-8 kali lebih besar kemungkinan
memberikan ASI eksklusif.
38

D. Kerangka teori

Hormon oksitoksin
Inisiasi Menyusu Jumlah Perdarahan Kala
Dini (IMD) IV
Kontraksi uterus

Komplikasi pasca
persalinan
 Atonia uteri
 Retensio plasenta
 Laserasi jalan lahir
 Plasenta rest
 Inversio uteri
 Kelainan
pembekuan darah

Skema 2.1 Kerangka Teori

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian atau visualisasi tentang hubungan atau
kaitan antara konsep-konsep dan variabel-variabel yang akan diamati atau diukur
melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Variabel independent
dalam penelitian ini adalah pengaruh Inisiasi Menyususi Dini dan variable
dependent adalah perdarahan post partum. Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok
yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Secara skematis, kerangka konsep penelitian digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Jumlah Perdarahan Kala IV


Persalinan
39

Inisisasi Menyusu Dini


(IMD)

Skema 2.2 Kerangka Konsep

F. Variabel dan Defenisi Operasional


F.1 Variabel Penelitian
Menurut Setiadi (2009), variabel adalah karakteristik yang diamati dan
mempunyai nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat
diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya.
a. Variabel tergantung, terikat, akibat, terpengaruh atau dependen variabel yang
dipengaruhi yang merupakan variabel dependen yaitu status Inisiasi Menyusu
Dini.
b. Variabel bebas, sebab, mempengaruhi atau independen variabel atau variabel
resiko yang merupakan variabel independen yaitu jumlah perdarahan kala IV
40

F.2 Defenisi Operasional Penelitian


Defenisi operasional merupakan metode yang digunakan untuk mengukur
konsep, berhubungan dengan metode pengukuran atau instrumen yang
memperhatikan sabagai variabel ( Wood & Haber, 2010 ).

No. Variabel Definisi Operasinal Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Inisiasi Pemberian ASI Lembar Observasi 1.Dilakukan Nominal
Meyusui yang dilakukan observasi
0. Tidak Dilakukan
Dini kepada bayi
segera setelah
bayi lahir dengan
cara meletakkan
bayi dia atas perut
ibu dan
membiarkan bayi
mencari putting
susu sendiri
sampai akhirnya
bayi menemukan
putting susu dan
terjadi proses
laktasi diatas perut
ibu.
2. Jumlah Jumlah 1. Duk Duk yang telah 1 gram berat
Perdara Perdarahan Kala digunakan di kala pembalut = 1 cc
2.Timbanga Rasio
han IV ialah berapa IV ditimbang pengeluaran darah
n
Kala IV banyak darah yang kemudian setelah
keluar setelah bayi 3. Lembar didapatkan
dilahirkan. Jumlah Observasi hasilnya di tulis di
perdarahan akan lembar observasi
41

bertambah jika berap jumlah


terjadi komplikasi pengeluaran
yang disebabkan darah
karena atonia uteri
(lemahnya
kontraksi rahim),
laserasi jalan lahir,
plasenta rest, dan
retensio plasenta.

Tabel 2.1 Defenisi Operasional

G. Hipotesis

Hipotesis adalah asumsi / perkiraan / dugaan sementara mengenai suatu hal


atau permasalahan yang harus dibuktikan dengan kebenaran data / fakta atau
informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan cara
yang telah ditentukan.
Ha : Ada Pengaruh Inisiasi Dini Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV persalinan di
Klinik Bersalin Winda Astuti dan Klinik Mabar Medikatahun 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, menggunakan desain penelitian quasi - eksperimen yang


dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol untuk
mengidentifikasi Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Jumlah
Perdarahan Kala IV Persalinan Di Kinik Bersalin Winda Astuti Dan Klinik Mabar
MedikaTahun 2018. Desain ini digambarkan :

Kelompok Perlakuan Post-test


X 1 01
Y 0 01
42

Skema 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:
X: Kelompok intervensi
Y: Kelompok kontrol
1 : Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini
0: Tidak dilakukan Inisiasi Menyusu Dini
01: Penilaian perdarahan setelah dilakukan inisiasi menyusu dini

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


43
B.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Winda Astuti dan Klinik Bersalin
Mabar Medika. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian di klinik tersebut adalah
karena kllinik Winda adalah klinik bidan praktik swasta yang menerapkan Asuhan
Persalinan Normal (APN) yang menjadi acuan pertolongan persalinan normal dan
menerapkan tekhnik Inisiasi Menyusu Dini sehingga memudahkan peneliti dalam
melakukan penelitian terhadap kelompok intervensi. Sedangkan Klinik Mabar
Medikaadalah Klinik bidan praktek swasta yang belum menerapkan pelaksanaan
Iniasasi Menyusu Dini pada bayi barui lahir sehingga peneliti melakukan
pengambilan sampel ibu bersalin sebagai kelompok kontrol. Selain itu dari hasil
43

survey awal jumlah pasien di kedua klinik tersebut mencukupi untuk dijadikan
sampel pada penelitian ini.

B.2 Waktu penelitian


Peneltian ini telah dilakukan sejak bulan Maret – Mei tahun 2018.

C. Populasi Dan Sampel


C.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 46 responden. Yaitu ibu yang bersalin di
Klinik Bersalin Winda Astuti dan Klinik Mabar Medikatahun 2018
C.2.Sampel
Pada penelitian ini peneliti menggunakan tekhnik Purposive sampling sehingga
populasi dijadikan sampel yang sesuai dengan inklusi yang telah ditetapkan peneliti
yaitu didapatkan 46 respoden kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu ibu yang
tidak diakukan IMD dan ibu yang melakukan IMD. Kriteria inklusi yang telah
ditetapkan yaitu :
a. Ibu post partum/melahirkan normal di Klinik Bersalin Winda Astuti dan di Klinik
Bersalin Mabar Medika.
b. Primipara
c. Bersedia sebagai responden dan melakukan IMD bagi kelompok Intervensi.
d. Tidak ada kendala dalam proses persalinan dan riwayat penyakit reproduksi

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


D.1 Jenis Pengumpulan Data
Jenis pengumpuan data menggunakan data primer merupakan sumber data
yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data
primer yang didapat berupa usia, pendidikan, pekerjaan dan jumlah perdarahan kala
IV yang diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan
pada ibu post partum kala IV persainan di Klinik Bersalin Winda Astuti dan Klinik
Bersalin Mabar MedikaTahun 2018.

D.2 Cara pengumpulan data


44

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat surat izin penelitian dari


Program Studi D-IV Kebidanan Alih Jenjang Poltekkes Medan dan mengajukan
permohonan izin kepada Kepala Bidan di Klinik Bersalin Winda Astuti dan Klinik
Bersalin Mabar Medica. Setelah mendapat persetujuan maka peneliti menjumpai
ibu-ibu yang akan bersalin di Klinik Bersalin Winda Astuti dan Klinik Mabar
Medikadan menjelaskan tentang prosedur penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti
meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Setelah mendapat
persetujuan responden, pengumpulan data dimulai.
Kemudian Peneliti melakukan penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini kepada
ibu yang menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol serta menilai
perdarahan kala IV persalinan setelahdilakukan Inisiasi Menyusu Dini dan ibu yang
tidak me lakukan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Bersalin Winda Astuti dan Klinik
Mabar Medica. Alat yang digunakan untuk menilai perdarahan yaitu lembar
observasi yang berisi data demografi ibu.

Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan


menggunakan duk, timbangan dan lembar observasi. Duk yang digunakan disini
memiliki panjang 45 cm dan berat 18 gr. Sebelum digunakan d . uk ditimbang dahulu
untuk mengetahui berapa berat bersih duk kosong. Dan satuan yang digunakan
dalam pengukuran darah adalah berat 1 gr duk sama dengan 1 cc darah. Kemudian
dilkukan penimbangan duk yang sudah digunakan di kala IV persalinan dengan
menggunakan timbangan. Setelah mendapatkan hasilnya maka di tuliskan di lembar
observasi yang telah disediakan yaitu berapa berat duk yang kosong dan berapa
berat duk setelah digunakan pada kala IV persalinan. Maka didapatkanlah jumlah
perdarahan pada kala IV dari selisih berat duk kosong dan berat duk yang telah
digunakan di kala IV persalinan yaitu berapa jumlah perdarahan ibu yang tidak
dilakukan IMD dan berapa jumlah perdarahan ibu yang melakukan IMD

E. Pengolahan dan Analisis Data


E.1 Pengolahan Data
Pengolahan data adalah merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan
penelitian setelah pengumpulan data. Data yang masih mentah (raw data), perlu
45

diolah sehingga menjadi informasi yang akhirnya digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar.
Langkah-langkah pengolahan data dilakukan dengan empat tahap:
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa data kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Kegunaannya adalah memudahkan pada
saat analisa data.
c. Processing
Processing adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam
master table atau database computer
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry
apakah ada kesalahan atau tidak.
E.2 Analisis Data
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Analisa Univariat
Analisis ini adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan
data dalam bentuk tabel atau grafik, meliputi data yang bersifat kategorik dicari
frekuensi dan proporsinya yaitu data demografi responden yaitu usia,pendidikan
dan pekerjaan. Sedangkan data yang bersifat numerik dicari mean, dan standar
deviasinya yakni jumlah perdarahan kala IV persalinan.
b. Analisa Bivariat
Analisis ini digunakan untuk membandingkan jumlah perdarahan kala IV
persalinan oleh ibu yang dilakukan IMD dengan jumlah perdarahan kala IV
persalinan pada ibu yang tidak dilakukan IMD. Menggunakan uji t- independen
untuk menguji hipotesis. Pedoman dalam menerima hipotesis adalah apabila
nilai P < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha menyatakan adanya pengaruh. Jika nilai
P > 0,05 maka Ho gagal ditolak dan Ha menyatakan tidak ada nya pengaruh.
46

F. Etika penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin / Ethnical Clearence dari
komite etik Poltekkes Kemenes Medan . Ethnical Clearence merupakan keterangan
tertulis yang diberikan oleh komisi Etik Penelitian untuk riset yang melibatkan
makhluk hidup yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan
setelah memenuhi syarat.
48

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV Pada Persalinan Di
Klinik Besalin Winda Astuti dan Klinik Mabar MedikaTahun 2018. Jumlah
responden adalah 23 orang kelompok intervensi dan 23 orang adalah kelompok
kontrol. Jadi total sample untuk kedua kelompok yaitu 46 orang

A.1 Analisis Univariat


Analisa ini meliputi karakteristik demografi yaitu usia, pendidikan dan
pekerjaan, serta jumlah perdarahan setelah dilakukan IMD pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Data yang bersifat kategori dicari frekuensi dan
presentasenya.

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1.
Distribusi responden berdasarkan karakteristik data demografi ibu post
partum pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Klinik
Bersalin Winda Astuti dan Klinik Mabar MedikaTahun 2018

No. Kategori Frekuensi Presentase


Responden Berdasarkan Usia (%)
Usia
1 Usia <20 Tahun 8 39,2
2 Usia 21-29 Tahun 34 48,4
3 Usia > 30 4 12,4
Pendidikan
1 SD 4 8,7
2 SMP 5 10,9
3 SMA 28 60,9
4 Diploma 6 13,0
5 Sarjana 3 6,5
Pekerjaan
1 IRT 36 78,3
2 PNS 7 15,2
3 Wiraswasta 3 6,5
Total 46 100

48
49

Berdasarkan tabel 4.1 Mayoritas responden berusia 21-29 tahun yaitu


sebanyak 34 orang (48,4%), berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas
responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 29 orang (63,2%), sedangkan
berdasarkan pekerjaan mayoritas responden adalah Ibu Rumah Tangga yaitu
sebanyak 36 orang (79,0%).

2. Jumlah perdarahan responden kelompok yang tidak dilakukan IMD di


Klinik Mabar Medikatahun 2018
Tabel 4.2
Distribusi perdarahan responden kelompok yang tidak dilakukan IMD di
Klinik Mabar MedikaTahun 2018
No. Katagori Jumlah Frekuensi Persentase
Perdarahan Kala IV (%)
Responde
n
1 ¿ 200 cc 22 95,65
2 ≤200 cc 1 4,35
Total 23 100

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh Mayoritas responden kelompok yang tidak


dilakukan IMD jumlah perdarahan kala IV yang perdarahan ≤200 cc sebanyak
22 responden (95,65%) dan Minoritas responden kelompok kelompok yang tidak
dilakukan IMD jumlah perdarahan kala IV yang perdarahan > 200 cc sebanyak
1 responden (4,35%).

3. Jumlah perdarahan responden kelompok yang dilakukan IMD di Klinik


Bersalin Winda Astuti Tahun 2018

Tabel 4.3
Distribusi Jumlah perdarahan responden kelompok yang dilakukan IMD di
Klinik Bersalin Winda Astuti Tahun 2018

No. Katagori Jumlah Frekuensi Persentase


Perdarahan Kala IV (%)
Responde
n
1 ¿ 200 cc 0 0
2 ≤200 cc 23 100
Total 23 100
50

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh Mayoritas responden kelompok yang


dilakukan IMD jumlah perdarahan kala IV yang perdarahan ≤200 cc sebanyak
22 responden (100%) dan Minoritas responden kelompok kelompok yang
dilakukan IMD jumlah perdarahan kala IV yang perdarahan > 200 cc sebanyak
responden (0%).

A.2 Analisis Bivariat


Tabel 4.4
Rata-rata jumlah perdarahan kala IV responden yang tidak dilakukan
dilakukan IMD dan yang dilakukan IMD di Klinik Bersalin
Winda Astuti dan Klinik Bersalin Mabar Medika Medan
Tahun 2018.

Variabel Mean Selisih SD SE P


Mean Value
IMD 150,63 15,46 22,14 0,380 0,000
9
Tidak 166,09 21,58 0,353
Dilakukan IMD 0

Analisa ini untuk menguji pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terhadap
jumlah perdarahan kala IV persalinan responden di Klinik bersalin Winda Astuti
dan Klinik Bersalin Mabar Medika Medan Tahun 2017. Berdasarkan hasil
penelitian rata-rata jumlah perdarahan kala IV responden yang dilakukan Inisiasi
Menyusui Dini adalah 150,63 dengan standar deviasi 22,149. Sedangkan
responden yang tidak dilakukan Inisiasi Menyusui Dini rata-rata julah perdarahan
kala IV adalah 166,09 dengan standar deviasi 21,580. Pada Uji statistik
didapatkan nilai P=0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh jumlah
rata rata perdarahan kala IV responden yang dilakukan IMD di Klinik Bersalin
Winda Astuti dan Klinik Bersalin Mabar Medika Medan Tahun 2018.

B. Pembahasan
B.1 Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap usia, pendidikan dan
pekerjaan maka peneliti dengan ini menguraikan sebagai berikut :
51

Berdasarkan tabel 4.1 Mayoritas responden berusia 21-29 tahun yaitu


sebanyak 34 orang (48,4%), berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas
responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 29 orang (63,2%), sedangkan
berdasarkan pekerjaan mayoritas responden adalah Ibu Rumah Tangga yaitu
sebanyak 36 orang (79,0%).
Perubahan yang terjadi akibat bertambahnya Usia seseorang akan terjadi
pada aspek fisik secara garis besar ada empat kategori yaitu perubahan ukuran,
perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru menurut
Mubarak (2012)
Berdasarkan hasil penelitian dan didukung dengan teori Mubarak bahwa
salah satu faktor yang menyebabkan adanya perubahan adalah Usia karena hal
tersebut dapat menimbulkan terlewatnya beberapa informasi penting
Menurut Dalyono (2012) pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses
dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
pemahaman. Pendidikan dapat menentukan pengetahuan ibu tentang pengaruh
inisiasi menyusu (IMD).
Berdasarkan hasil penelitian dan didukung dengan teori Dalyono bahwa
semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka tingkat pengetahuan dan
pemahaman sesuatu hal akan semakin baik.
Menurut Pandji Anoraga (2010) Motivasi kerja adalah kemauan kerja
karyawan yang timbulnya karena adanya dorongan dari dalam pribadi karyawan
yang bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan dari pada kebutuhan
pribadi, pengaruh lingkungan fisik dan pengaruh lingkungan sosial dimana
kekuatannya tergantung dari pada proses pengintegrasian tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dan didukung dengan teori Pandji Anoraga
bahwa hasil dari keseluruhan setiap kegiatan yang dilakukan sangat
berpengaruh terutama aspek Lingkungan, maka dari itu pekerjaan yang di
lakukan setiap hari ikut mengambil peran penting dalam kepribadian.

2. Jumlah Perdarahan Responden Kelompok Kontrol di Klinik Mabar


MedikaTahun 2018
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh Mayoritas responden kelompok yang tidak
dilakukan IMD jumlah perdarahan kala IV yang perdarahan ≤200 cc sebanyak
22 responden (95,65%) dan Minoritas responden kelompok kelompok yang tidak
52

dilakukan IMD jumlah perdarahan kala IV yang perdarahan > 200 cc sebanyak
1 responden (4,35%).
Menurut Greenhill cit Pranoto (2013), Kehilangan darah pasca persalinan
yang masih dianggap dalam batas normal adalah maksimal 300 ml. Jika
perdarahan lebih dari 300 ml maka hal tersebut dapat berdampak tidak baik bagi
ibu dan bayi. Dampaknya seperti ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun
serta tekanan darah sistolik turun lebih Dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya,
telah terjadi perdarahan lebih 500 ml.
Sejalan dengan penelitian Enita Dewi dan Sri Rahayu (2013) yang berjudul
kegawatdaruratan syok hipovolemik bahwa kehilangan darah sekitar 50% dari
total jumlah darah ibu. Tanpa darah yang cukup atau penggantian cairan, syok
hipovolemik dapat menyebabkan kerusakan irrevesible pada organ dan system
tubuh.
Komplikasi yang disebabkan akibat jumlah perdarahan yang meningkat
antara lain atonia uteri, retensio plasenta, plasenta rest, dan laserasi jalan lahir.
Didukung oleh penelitian Sugi Purwati dkk (2014) yang berjudul determinan
faktor penyebab perdarahan bahwa komplikasi yang lebih determinan terjadi
akibat komplikasi perdarahan yaitu atonia uteri. Dari beberapa faktor lainnya
atonia memiliki angka yang cukup tinggi terjadi yaitu 60% hal ini akibat tidak
berkontraksinya uterus sehingga pembuluh darah yang terbuka tidak bisa
tertutup dan jumlah perdarahan akan semakin meningkat.
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
jumlah perdarahan kala IV yang katagori sedang sebanyak 18 orang (78,3%), hal
ini bisa saja disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti faktor komplikasi lainnya.

3. Jumlah Perdarahan Responden Pada Kelompok Intervensi di Klinik


Bersalin Winda Astuti Tahun 2018
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh Mayoritas responden kelompok yang
dilakukan IMD jumlah perdarahan kala IV yang perdarahan ≤200 cc sebanyak
22 responden (100%) dan Minoritas responden kelompok kelompok yang
dilakukan IMD jumlah perdarahan kala IV yang perdarahan > 200 cc
sebanyak responden (0%).
Menurut Ni Made Maria Sari (2012) jumlah perdarahan kala IV normal pada
ibu postpartum yaitu kira-kira sebanyak 100-300 cc. perdarahan ini bisa
53

disebabkan oleh lepasnya placenta dari tempat implementasi hal ini


menyebabkan pembuluh darah tempat plasenta melekat terbuka lebar. apabila
kontraksi tidak baik akan menyebabkan jumlah perdarahan meningkat. Dengan
adanya kontraksi maka pembuluh darah yang terbuka akan tertutup kembali
sehingga mengurangi jumlah perdarahan kala IV yang keluar.
Didukung dengan penelitian Risma Aprinda Kristanti (2014) bahwa jumlah
perdarahan akan berkurang dengan dibantu oleh kontraksi yang terjadi di uterus.
Kontraksi tersebut dapat dirangsang dengan melakukan masase fundus.
Melakukan masase terlihat teralu sederhana untuk mengurangi perdarahan yang
menjadi penyebab kematian no 1 di dunia. Tetapi berbagai riset telah
membuktikan bahwa degan melakukan masase dapat merangsang kontraksi
secara alami.Maka setelah kala III selesai dianjurkan untuk memasase uterus
untuk merangsang kontraksi. Jika kontraksi uterus baik maka pembuluh darah
yang terbuka akan tertutup dibantu dengan adanya kontraksi. Sehingga jumlah
perdarahan kala IV normal. Jika pengeluaran darah ibu normal secara tidak
langsung kita dapat mencegah terjadinya anemia. Anemia bisa terjadi akibat
perdarahan yang berlebih, ibu akan merasa lemas dan kadar Heamoglobin akan
turun
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
jumlah perdarahan kala IV yang katagori sedang sebanyak 16 orang (69,6%), hal
ini bisa saja disebabkan akibat kurang nya rangsangan sehingga kontraksi tidak
stabil dan menyebabkan jumlah perdarahan meningkat.

B.2 Analisis Bivariat


1. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV
Persalinan di Klinik Bersalin Winda Astuti dan Klinik Mabar
MedikaTahun 2018
Analisa ini untuk menguji pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terhadap
jumlah perdarahan kala IV persalinan responden di Klinik bersalin Winda Astuti
dan Klinik Bersalin Mabar MedikaMedan Tahun 2018. Berdasarkan hasil
penelitian rata-rata jumlah perdarahan kala IV responden yang dilakukan Inisiasi
Menyusui Dini adalah 150,63 dengan standar deviasi 22,149. Sedangkan
responden yang tidak dilakukan Inisiasi Menyusui Dini rata-rata jumlah
perdarahan kala IV adalah 166,09 dengan standar deviasi 21,580. Pada Uji
54

statistik didapatkan nilai P=0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
jumlah rata rata perdarahan kala IV responden yang dilakukan IMD di Klinik
Bersalin Winda Astuti dan Klnik Bersalin Mabar MedikaMedan Tahun 2018.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putri Ayu Yessy Ariesca (2012)
yang berjudul Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Perdarahan Post Partum
dimana dalam penelitian ini di dapatkan Rata-rata jumlah perdarahan responden
yang dilakukan Inisiasi Menyusu Dini adalah 302,70 cc, dengan standar deviasi
32,64. Sedangkan pada responden yang tidak dilakukan IMD, rata-rata jumlah
perdarahannya adalah 340,04 cc dengan standar deviasi 28,35. Pada uji statistik
didapatkan nilai P= 0.000. maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan jumlah
rata-rata perdarahan responden yang dilakukan IMD di Klinik Bersalin Tanjung
dengan yang tidak dilakukan IMD di Klinik Bersalin Kurnia Delitua.Dapat dilihat
bahwa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi menyusu dini memiliki
pengaruh yang significant terhadap perdarahan post partum. Perdarahan ini
dapat teratasi akibat adanya rangsangan kontraksi dengan melakukan inisiasi
menyusu dini yang menghasilkan hormon oksitoksin.
Sejalan dengan penelitian Sri Handayani (2012) yang berjudul pengaruh
inisiasi menyusu dini terhadap jumlah perdarahan kala IV perdalinan dimana
dalam penelitian ini didapatkan rata-rata jumlah perdarahan kala IV persalinan
pada ibu yag melakukan inisiasi menyusu dini di klinik BPS Ny. Hj. Endang
Purwati adalah 76,33 cc sedangkan rata-rata jumlah perdarahan kala IV
persalinan pada ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini di klinik BPS Ny.
Hj. Endang Purwati adalah 131,00 cc. dan perbandingan rata-rata jumlah
perdarahan kala IV persalinan pada ibu yang melakukan inisiasi dengan ibu yang
tidak melakukan inisiasi menyusu dini adalah 54,67 cc. Pada uji statistik
didapatkan nilai p= 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh
inisiasi menyusu dini terhadap jumlah perdarahan kala IV.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Shinta bahwa salah satu
manfaat IMD saat bayi menyusu oksitosin akan di lepas, oksitosin adalah hormon
yang menyebabkan kontraksi, sehingga otot-otot rahim akan berkontraksi
kembali seperti semula dan ukurannya kembali normal, hal ini dapat mengurangi
pendarahan pada saat persalinan dan dapat membantu involusi uterus. ( Roesli
Utami, 2012)
55

Lebih lanjut, hasil penelitian ini juga sesuai dengan WBW (World
Breastfeeding Week ) tahun 2017, menyatakan bahwa, melalui sentuhan,
emutan dan jilatan bayi pada putting susu ibu akan merangsang pengeluaran
hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki bayi pada saat
merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus untuk
merangsang kontraksi uterus. Oksitosin akan menyebabkan uterus berkontraksi
sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya
perdarahan post partum.
Menurut Guyton C & Hall JE (2006), oksitosin adalah salah satu hormon
yang sangat kuat merangsang kontraksi pada uterus terutama pada akhir
kehamilan. Oleh karena itu banyak ahli kebidanan yang meyakini bahwa hormon
ini yang yang berperan dalam proses kelahiran bayi. Berdasarkan pernyataan
Praborini dari Jakarta Brestfeeding Center menyebutkanbahwa ibu yang
melakukan inisiasi menyusu dini akan mempercepat involusi uterus
danmengurang perdarahan karena pengaruh hormon oksitosin ditandai dengan
rasa mules karena rahim yang berkontraksi (Praborini, A, 2014).Hal ini
disebabkan karena pada ibu bersalin Sdengan inisiasi menyusu dini ketika bayi
baru lahir langsung diletakkan di atas perut ibu sehingga bayi dapat melakukan
kontak langsung kulit dengan kulit dan mampu merangsang keluarnya hormone
oksitosin yang berfungsi untuk merangsang otot uterus sehingga pembuluh
darah di daerah pelepasan terjepit. Oleh karena itu darah yang keluar menjadi
lebih sedikit (CaturTheresia, 2009)
Selain dapat menghasilkan Hormon oksitosin inisiasi menyusu dini juga
memiliki Manfaat lainnya salah satu nya inisiasi menyusu dini dapat dapat
meningkatkan keselamatan bayi . Menurut Roesli (2012) presentasi kematian
bayi dapat dicegah dengan beberapa intervensi yaitu IMD, menyusui eksklusif
enam bulan dan diteruskan dengan memberikan makanan pensamping ASI (MP-
ASI). IMD dapat mengurangi 22 % kematian bayi28 hari dari sekitar 40%
kematian balita yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi. Berarti
IMD mengurangi angka kematian balita 88%.
Dan manfaat lain dari IMD yang lain ialah mendorong keberhasilan ASI
eksklusif yang didukung dengan teori menurut BKKBN (2013) bahwa IMD pada 1
jam pertama kelahiran bayi dapat meningkatkan keselamatan bayi dan
mendorong keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Seperti yang kita ketahui
56

bahwa ASI eksklusif sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang bayi serta
mengandung zat gizi yang optimal dan mudah diserap untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif
tidak terlepas dari pemberian ASI secara dini kepada bayi. Dengan melakukan
menajemen laktasi maka upaya pemberian ASI Eksklusif akan lebih mudah
dilakukan. Apalagi adanya penyuluhan tentang keutungan dari ASI ekslusif yang
sudah dimulai dari sejak masa kehamilan. Ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti air susu
kurang sehingga bayi sering menangis dan rewel. Kendala dalam pemberian ASI
eksklusif juga yaitu pemberian makanan dan minuman kepada bayi kepada bayi
sebelum ASI keluar seperti madu dan susu formula dan ketidakpercayaan ibu
memberikan ASI kepada bayi. Disamping gencarnya promosi susu formula juga
termasuk salah satu gagalnya pemberian ASI eksklusif.

2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian disini adalah pada pengukuran jumlah perdarahan,
dimana dalam proses pengukuran perdarahan ada kesulitan dalam menimbang
duk, dimana darah yang terkumpul di dalam duk kurang akurat karena terkadang
ada darah yang tercecer disekitar pakaian dalam atau merembes di kain sarung,
sehingga pengukuran perdarahan tidakmaksimal.

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Kebidanan


Hasil penelitian ini telah diketahui, bahwa Inisiasi Menyusu Dini (IMD) efektif
terhadap jumlah perdarahan post partum, hal ini dilihat dari rata-rata jumlah
darah yang keluar pada ibu yang dilakukan IMD lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah pengeluaran darah pada ibu yang tidak dilakukan IMD. Jadi, Inisiasi
Menyusu Dini dapat digunakan sebagai intervensi dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu post partum.
57

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian untuk mengetahui pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap
jumlah perdarahan kala II sampai kala IV, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mayoritas responden kelompok ibu yang tidak dilakukan IMD jumlah
perdarahan kala IV yang perdarahan ≤200 sebanyak 22 responden
(95,65%) dan Minoritas responden kelompok ibu yang tidak dilakukan IMD
jumlah perdarahan kala IV yang perdarahan > 200 sebanyak 1
responden (4,35%).
2. Mayoritas responden kelompok ibu yang dilakukan IMD jumlah perdarahan
kala IV yang perdarahan ≤200 sebanyak 22 responden (100%) dan
Minoritas responden kelompok kelompok ibu yang dilakukan IMD jumlah
perdarahan kala IV yang perdarahan > 200 sebanyak responden (0%).
3. Rata-rata jumlah perdarahan kala IV responden yang dilakukan Inisiasi
Menyusui Dini adalah 150,63 dengan standar deviasi 22,149. Sedangkan
responden yang tidak dilakukan Inisiasi Menyusui Dini rata-rata julah
perdarahan kala IV adalah 166,09 dengan standar deviasi 21,580. Pada Uji
statistik didapatkan nilai P=0,000
4. Ada pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap jumlah perdarahan kala II
sampai kala IV.

B. Saran
1. Bagi Klinik
Diharapkan Klinik bersalin winda astuti dan klinik mabar Medikadapat
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada ibu yang bersalin untuk
mengurangi jumlah perdarahan kala IV persalinan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk memberikan pengajaran
yang berkaitan dengan Inisasi Menyusu Dini (IMD) pada persalinan.

5
7
58

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan Penelitian ini dapat ditingkatkan lagi dengan sampel yang lebih
banyak, metode yang berbeda dan lokasi yang berbeda sehingga dapat
dijadikan sebagai pembanding dalam penelitian selanjutnya untuk
mendapatkan hasil yang lebih sempurna.
1

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. 2012. Psikologi Kerja . Rineka Cipta. Jakarta


Ariescha, P. A. Y . 2012. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Jumlah
Perdarahan Post Partum. Skripsi. Program D-IV Kebidanan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Medan

Asrina et al. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Graha Ilmu.


Yogyakarta.
Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional . 2013 . www.depkes.go.id.
Inisiasi Menyusu Dini. Diakses pada tanggal 10 Juli 2018.
Bayu, M. 2016. Pintar ASI dan Menyusui. Panda Media. Jakarta.

C, Guyton , & JE, H. 2006. Fisiologi Kedokteran . EGC.Jakarta


Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta.Jakarta
Departemen Kesehatan. 2013 . www.depkes.go.id. Infodatin ASI. Diakses pada
tanggal 15 Maret 2018.
Dewi, E., & Rahayu, S. 2013. Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. Jurnal
Keperawatan , 93-96. Diakses pada tanggal 6 Juli 2018
Handayani, S. 2012. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Jumlah
Perdarahan Kala IV Persalinan. Jurnal Kebidanan, 135-141. Diakses
pada tanggal 4 Juli 2018
Hidayat, A., dan Sujiyatni. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan. Nuha Medika.
Yogyakarta

JHPIEGO, POGI, JNPKR. 2014. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi


Menyusu Dini. JHPIEGO, POGI, JNPKR. Jakarta.

Kemenkes Indonesia. 2015 . www.depkes.go.id. Infodatin Ibu (Angka Kematian


Ibu). Diakses pada tanggal 15 Maret 2018.
Kristanti, R. A. 2014. Pengaruh Oksitosin Terhadap Kontraksi Otot Polos Uterus.
Jurnal Kebidanan, 17-21. Diakses tanggal 4 Juli 2018
Mubarak. 2012. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar
Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Perpusnas. 2016 . ipi.perpusnas.go.id. Sosialisasi Sustainable Development
Goals (SDGs). Diakses pada tanggal 15 Maret 2018
Praboni, A. 2014. Obstetric Ginekologi. Rineka Cipta. Yogyakarta.
Pranoto, G. C. (2013). Paritas dan Perdarahan Postpartum Khususnya Kala III
dan IV (On-Line) . Jurnal Ilmiah Kebidanan , 5-6.
2

Proverawati. A. 2017. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Nuha Medika. Jakarta.

Purwanti, S., & Trisnawati, Y. 2014. Determinan Faktor Penyebab Kejadian


Perdarahan Post Partum Karena Atonia Uteri. Jurnal Ilmiah Kebidanan ,
97-107. Diakses tanggal 3 Juli 2017
Roesli, U. 2012. Panduan Inisiasi Menyusu Dini . Pustaka Bunda . Jakarta.
Roesli, U. 2013. Panduan Inisiasi Menyusu Dini. Pustaka Bunda. Jakarta
Rukiah et el. 2013. Asuhan Kebidanan II Persalinan. Trans Info Media.Jakarta
Timur.
Sari, Maria dan Sri Handayani . 2012 . https://media .neliti.com. Pengaruh Inisiasi
[ CITATION Sri12 \l 1057 ]Menyusu Dini Terhadap Jumlah Perdarahan
Kala IV Persalinan di Klinik BPS Ny.Endang Purwati-Merangsan-
Yogyakarta. Diakses pada tanggal 17 Maret 2018.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Soekidjo, N. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan . Rineka Cipta. Jakarta.

Theresia, C. 2015. Patologi Post Partum. EGC . Bandung.


Ulandari, D. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Imd Pada
Pasien Pasca Persalinan . (Vol. XVI No. 1 Februari 2018).65.
World Breast Feeding Week (WBW). 2017. www.indiacelebreting.com. ASI
Eksklusif. Diakses pada tanggal 3 Juli 2018
3

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Judul : Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Jumlah


Perdarahan Kala IV persalinan di Klinik Bersalin Winda dan Klinik
Bersalin Mabar Medika Tahun 2018
Nama peneliti : Syafira

Nim : P07524517032

Saya adalah mahasiswa Program D-IV Kebidanan Alih Jenjang


Poltekkes Kemenkes Medan yang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi hunbungan Inisiasi Menyusu Dini dengan jumlah perdarahan
perdarahan kala IV persalinan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan
dalam menyelesaikan tugas akhir di program D IV Kebidanan Alih Jenjang
Poltekkes Kemenkes Medan.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, ibu bebas menerima
menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu
bersedia menjadi responden, silahkan menanda tangani surat persetujuan ini
pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti ibu bersedia
menjadi responden pada penelitian ini. Terimakasih atas perhatian ibu untuk
penelitian ini.

Tanggal Tanda tangan :


4

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

( INFORMENT CONSENT )

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia dan tidak keberatan
menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program
Studi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan dengan judul “ Pengaruh
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Di
Klinik Bersalin Winda Astuti Dan Klinik Mabar Medika Tahun 2018”.
Saya berharap penelitian ini tidak mempunyai dampak negatif serta
merugikan bagi saya dan keluarga saya, sehingga hal yang dilakukan benar-
benar dirahasiakan
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari
pihak manapun untuk diperlukan sebagaimana mestinya

Medan, Maret 2018


Responden

( )
5

Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI MELAKUKAN IMD


PENGARUH INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) TERHADAP JUMLAH
PERDARAHAN KALA IV PERSALINAN DI KLINIK BERSALIN
WINDA DAN KLINIK BERSALIN MABAR MEDIKA
TAHUN 2018

No Responden :
DATA DEMOGRAFI
1. Usia : …………………. Tahun
2. Pendidikan :
1. SD/ Pendidikan dasar 4. Diploma
2. SMP/Sederajat 5. Sarjana
3. SMA/Sederajat
3. Pekerjaan :
1. Ibu rumah tangga
2. Wiraswasta
3. PNS

TABEL OBSERVASI PERDARAHAN


NO TANGGAL PUKUL BERAT DUK JUMLAH KETERANGAN
KOSONG SETELAH
DIGUNAKAN
1.

2.

Lampiran 4
6

LEMBAR OBSERVASI YANG TIDAK MELAKUKAN IMD


PENGARUH INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) TERHADAP JUMLAH
PERDARAHAN KALA IV PERSALINAN DI KLINIK BERSALIN
WINDA DAN KLINIK BERSALIN MABAR MEDIKA
TAHUN 2018

No Responden :
DATA DEMOGRAFI
1. Umur : …………………. Tahun
2. Pendidikan :
1. SD/ Pendidikan dasar 4. Diploma
2. SMP/Sederajat 5. Sarjana
3. SMA/Sederajat
3. Pekerjaan :
1. Ibu rumah tangga
2. Wiraswasta
3. PNS

TABEL OBSERVASI PERDARAHAN


NO TANGGAL PUKUL BERAT DUK JUMLAH KETERANGAN
KOSONG SETELAH
DIGUNAKAN
1.

2.

Lampiran 5

PROTAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI


7

1. Anjurkan SUAMI atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan

2. Dalam menolong ibu saat melahirkan, sarankan untuk tidak atau mengurangi
mempergunakan obat kimiawi dapat digantikan dengan misalnya pijat,

3. Biarkan ibu menentukan cara dan posisi melahirkan

4. Keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan vernix yang


menyamankan kulit bayi

5. Tengkurapkan di dada atau perut dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Selimuti keduanya. Kalau perlu menggunakan topi bayi

6. Biarkan bayi mencari susu ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu.

7. Dukung dan bantu ibu mengenali tanda-tanda atau perilaku sebelum


menyusu yg dpt berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan lebih.
Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses
menyusu pertama selesai.

8. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Inisiasi Menyususi Dini dalam
waktu 30 – 60 menit.

9. Bayi baru dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap, setelah Inisiasi
Menyusu selesai. Tunda prosedur yang invasive seperti suntikan vit K dan
menetes mata bayi

MERANGKAK MENCARI PAYUDARA (THE BREAST CRAWL) 5 TAHAPAN

PERILAKU SEBELUM MENYUSU (PRE-FEEDING BEHAVIOUR )


8

Berlangsung beberapa menit sampai satu jam bahkan lebih

• Dalam 30’ pertama : Bayi dalam keadaan siaga sekali-kali melihat


ibunya, dan bayi mulai menyesuaikan dengan lingkungan.

• Antara 30’-40’ : Mengeluarkan suara, memasukkan tangan ke mulut, dan


mencium bau ketuban yang ada di tangannya.

• Setelah menyadari ada makanan disekitarnya, maka bayi akan mulai


mengeluarkan air liurnya.

• Bayi mulai bergerak kearah payudara ibu. Areola sebagai sasaran dan
bayi bergerak kearah payudara ibu dengan kaki menekan perut ibu. Bayi
menjilati kulit ibu, menghentak hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke
kakan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah putting susu dan
sekitarnya dengan tangan.

• Setelah itu bayi menemukan putting susu ibu dan bayi pun mulai menjilat,
mengulum putting dan membuka lebar mulutnya, setelah itu bayi mulai
menghisap dengan baik

No Umur Pendidikan Pekerjaan IMD Berat Duk Jumlah


9

Setelah Perdarahan
Responden Kosong
Digunakan Kala IV
1 18 SMA IRT YA 18 gr 162 gr 144 cc
2 22 SMA IRT YA 18 gr 179 gr 161 cc
3 21 SMA IRT YA 18 gr 157 gr 139 cc
4 24 SMA Wiraswasta YA 18 gr 202 gr 184 cc
5 21 SMA IRT YA 18 gr 173 gr 155 cc
6 25 SMA IRT YA 18 gr 156 gr 138 cc
7 21 SMA IRT YA 18 gr 225 gr 207 cc
8 19 SMA IRT YA 18 gr 161 gr 143 cc
9 27 SMA IRT YA 18 gr 167 gr 149 cc
10 23 SMA IRT YA 18 gr 183 gr 165 cc
11 24 Diploma PNS YA 18 gr 165 gr 147 cc
12 18 SD IRT YA 18 gr 189 gr 171 cc
13 26 SMP IRT YA 18 gr 170 gr 152 cc
14 18 SMA Wiraswasta YA 18 gr 161 gr 143 cc
15 19 SD IRT YA 18 gr 143 gr 125 cc
16 26 Diploma IRT YA 18 gr 165 gr 147 cc
17 33 Sarjana PNS YA 18 gr 127 gr 109 cc
18 23 SMP IRT YA 18 gr 160 gr 142 cc
19 24 Diploma IRT YA 18 gr 181 gr 163 cc
20 30 Sarjana PNS YA 18 gr 160 gr 142 cc
21 27 SMA IRT YA 18 gr 143 gr 127 cc
22 22 SMP IRT YA 18 gr 142 gr 117 cc
23 21 SD IRT YA 18 gr 142 gr 124 cc
24 22 SMA IRT TIDAK 18 gr 196 gr 178 c
25 24 SMA IRT TIDAK 18 gr 175 gr 157 cc
26 19 SD IRT TIDAK 18 gr 213 gr 195 cc
27 26 SMA IRT TIDAK 18 gr 186 gr 168 cc
28 32 SMA IRT TIDAK 18 gr 210 gr 192 cc
29 23 SMA IRT TIDAK 18 gr 163 gr 145 cc
30 33 SMA IRT TIDAK 18 gr 176 gr 158 cc
31 19 SMP IRT TIDAK 18 gr 162 gr 144 cc
32 23 SMA IRT TIDAK 18 gr 205 gr 187 cc
33 27 Diploma PNS TIDAK 18 gr 166 gr 148 cc
34 23 SMA IRT TIDAK 18 gr 183 gr 165 cc
35 22 SMA IRT TIDAK 18 gr 215 gr 197 cc
36 26 SMA IRT TIDAK 18 gr 171 gr 153 cc
37 22 SMP IRT TIDAK 18 gr 179 gr 161 cc
38 23 SMA IRT TIDAK 18 gr 190 gr 172 cc
39 27 SMA Wiraswasta TIDAK 18 gr 207 gr 189 cc
40 28 Diploma PNS TIDAK 18 gr 120 gr 102 cc
10

41 19 SMA IRT TIDAK 18 gr 165 gr 147 cc


42 24 SMA IRT TIDAK 18 gr 144 gr 126 cc
Lampiran 628
43 Sarjana PNS TIDAK 18 gr 201 gr 183 cc
44 25 SMA IRT TIDAK 18 gr 195 gr 177 cc
45 24 Diploma PNS TIDAK 18 gr 172 gr 154 cc
46 22 SMA IRT TIDAK 18 gr 167 gr 149 cc
11

Lampiran 7

Frequencies Usia

Notes

Output Created 16-Jul-2018 19:55:28

Comments

Input Data D:\spss fira\SPSS FIRA.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 46

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid


data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=umur2

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.017


12

Statistics

umur2

N Valid 46

Missing 0

umur2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <20 8 17.4 17.4 17.4

21-29 34 73.9 73.9 91.3

>30 4 8.7 8.7 100.0

Total 46 100.0 100.0


13

Frequencies Pendidikan

Notes

Output Created 16-Jul-2018 19:55:47

Comments

Input Data D:\spss fira\SPSS FIRA.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 46

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid


data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=P1

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.000


14

Statistics

P1

Valid 46

Missing 0

P1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 4 8.7 8.7 8.7

SMP 5 10.9 10.9 19.6

SMA 28 60.9 60.9 80.4

DIPLOMA 6 13.0 13.0 93.5

SARJANA 3 6.5 6.5 100.0

Total 46 100.0 100.0

Frequencies Pekerjaan
15

Notes

Output Created 16-Jul-2018 19:56:04

Comments

Input Data D:\spss fira\SPSS FIRA.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 46

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid


data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=P2

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.032

Elapsed Time 00:00:00.016

Statistics

P2

N Valid 46

Missing 0
16

P2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 36 78.3 78.3 78.3

PNS 7 15.2 15.2 93.5

WIRASWASTA 3 6.5 6.5 100.0

Total 46 100.0 100.0

T-Test

Group Statistics

IMD2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

kalaIV YA 23 150.63 22.149 .380

TIDAK 23 166.09 21.580 .353


17

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality


of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the


Difference
Mean Std. Error
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper

kalaIV Equal
variances 14.409 .000 -29.856 7139 .000 -15.460 .518 -16.475 -14.445
assumed

Equal
variances 7.029E
-29.817 .000 -15.460 .518 -16.476 -14.444
not 3
assumed
Lampiran 8

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JL. Jamin Ginting KM. 13,5 Kel. Lau Cih Medan Tuntungan
Kode Pos : 20136
Telepon : 061-8368633- Fax : 061-8368644
Webside :www.poltekkes-medan.ac.id,email :
poltekkes_medan@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Syafira
NIM : P07524517032
Kelas : A
Judul Skripsi : Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV
persalinan di Klinik Bersalin Winda dan Klinik
Bersalin Mabar Medika Tahun 2018
18

Dosen Pembimbing I : Yulina Dwi Hastuty, S.Kep.Ners, M.Biomed


Dosen Pembimbing II : Ardiana Batubara, SST, M.Keb

Kegiatan Uraian
No Tanggal Paraf
Bimbingan Bimbingan

Pengajuan
5 Maret
Judul Proposal Acc Judul
1 2018
(Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)

Pengajuan
5 Maret Acc Judul
2 2018 Judul Proposal
(Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)

22 Maret
3 Konsul BAB I Perbaikan BAB I
2018
(Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)

Perbaikan BAB I
4 22 Maret
Konsul BAB I
2018 (Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)

Perbaikan BAB I
23 Maret
Konsul BAB I Dan BAB II
2018
5 Dan BAB II (Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)
19

Perbaikan BAB I
26 Maret
Dan BAB II
2018 Konsul BAB I
6 (Yulina Dwi Hastuty,
Dan BAB II
S.Kep.Ners,
M.Biomed)

Perbaikan BAB II
28 Maret Konsul BAB II
Dan BAB III
7 2018 Dan BAB III
(Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)

2 April Konsul BAB I, II


2018 Dan III Perbaikan BAB I,
8
II Dan III
(Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)

4 April Perbaikan BAB I,


2018 Konsul BAB I, II II Dan III
Dan III
9
(Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)

10. Perbaikan BAB III

Konsul BAB III


5 April
Dan Lembar
2018
Observasi (Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)
11. ACC Sidang

6 April Konsul BAB I,


2018 II, Dan III
(Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)
20

9 April Konsul BAB I, Perbaikan Tulisan


12.
2018 II, Dan III BAB III
(Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)

13. 11 April Konsul BAB I, Perbaikan Spasi


2018 II, Dan III BAB I,II, Dan III
(Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)

20 April Konsul BAB I, Perbaikan Daftar


14.
2018 II, Dan III Pustaka
(Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)

15.
Konsul
21 April ACC Sidang
Perbaikan
(Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)

Konsul BAB I,
10 Mei II, Dan III
16. ACC
2018 Setelah Sidang
(Yulina Dwi Hastuty,
Proposal
S.Kep.Ners,
M.Biomed)

Konsul BAB I,
11 Mei II, Dan III
17. ACC
2018 Setelah Sidang
Proposal (Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)

Konsul BAB I, Perbaikan BAB I,


14 Mei II, Dan III
18. II, Dan III Setelah
2018 Setelah Sidang
Proposal Sidang Proposal (Elizawarda, SKM,
M.KES)
21

Konsul BAB I, Perbaikan BAB II,


16 Mei II, Dan III
19. Dan III Setelah
2018 Setelah Sidang
Proposal Sidang Proposal (Elizawarda, SKM,
M.KES)

Konsul BAB II,


18 Mei Dan III Setelah
20. Perbaikan BAB III
2018 Sidang
Proposal (Elizawarda, SKM,
M.KES)

23 Mei
21. Konsul BAB III ACC
2018
(Elizawarda, SKM,
M.KES)

22. 3 Juli Konsul BAB IV Perbaikan BAB IV


2018 dan BAB V dan BAB V (Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)

4 Juli Konsul BAB IV Perbaikan BAB IV


23
2018 dan BAB V dan BAB V
(Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)

6 Juli Konsul BAB IV Perbaikan BAB IV


24.
2018 dan BAB V dan BAB V
(Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)
16 Juli Konsul BAB IV Perbaikan BAB IV
2018 dan BAB V dan BAB V
25.

(Yulina Dwi Hastuty,


S.Kep.Ners,
22

M.Biomed)

16 Juli Konsul BAB IV Perbaikan BAB IV


26.
2018 dan BAB V dan BAB V
(Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)

18 Juli
27. Konsul BAB V ACC
2018
(Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)

18 Juli
28 Konsul BAB V ACC
2018
(Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)

29 Konsul
26 Juli Perbaikan BAB IV
Perbaikan BAB (Yulina Dwi Hastuty,
2018 dan BAB V
IV dan BAB V S.Kep.Ners,
M.Biomed)

Konsul
31 Juli
30 Perbaikan BAB ACC (Yulina Dwi Hastuty,
2018
IV dan BAB V S.Kep.Ners,
M.Biomed)
23

Konsul
31 Juli
31 Perbaikan BAB ACC
2018
IV dan BAB V (Elizawarda, SKM,
M.KES)

32 10 Konsul (Ardiana Batubara,


Agustus Perbaikan BAB ACC SST, M.KEB)
2018 IV dan BAB V

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Yulina Dwi Hastuty, S.Kep.Ners, M.Biomed) (Ardiana Batubara, SST, M.Keb)


NIP: 19780701 200003
Lampiran 9 2001 NIP: 19660523 199601 2001

KLINIK WINDA ASTUTI AMKeb


No. Izin : 445/2414/1/2016
Jl. Marelan V Pasar. II Barat Link XVII
No HP: 0812-6540-0356

Nomor : M
Lampiran : Medan, 04 Juni 2018
Perihal : Telah melakukan penelitian
Kepada Yth :
Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Medan
Di –

Berdasarkan surat No : LB. 01.04/00.02/0389/2018 perihal permohonan


izin penelitian untuk penyusunan skripsi, pada mahasiswa:
24

Nama : Syafira
NIM : P07524517032
Semester : II (Dua)
Program Studi : D-IV Kebidanan Alih Jenjang
Judul penelitian : “ Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap
Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Di Klinik
Bersalin Winda Astuti Dan Klinik Mabar Medica
Tahun 2018”.
Dengan ini diberitahukan bahwa Mahasiswa tersebut telah melakukan
penelitian Di Klinik Bersalin Winda Astuti untuk melengkapi syarat lulus yaitu
mengerjakan skripsi. Demikian surat balasan dari kami, atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.

M
Medan, 04 Juni 2018
Lampiran 10

P
Pimpinan Klinik Bersalin
Winda Astuti

( MMC )
KLINIK MABAR MEDIKA
IDI
MEDAN
(MMC)
Jl. RPH. Mangan I No. 146 Mabar Medan Deli 20242

Telp : 061-6842913 – Fax : 061-6850636

M
Nomor :
Medan, 04 Juni 2018
Lampiran :
Perihal : Telah melakukan penelitian
Kepada Yth :
Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Medan
Di –
25

Berdasarkan surat No : LB. 01.04/00.02/0389/2018 perihal permohonan izin


penelitian untuk penyusunan skripsi, pada mahasiswa:

Nama : Syafira
NIM : P07524517032
Semester : II (Dua)
Program Studi : D-IV Kebidanan Alih Jenjang
Judul penelitian : “ Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap
Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Di Klinik
Bersalin Winda Astuti Dan Klinik Mabar Medica
Tahun 2018”.

Dengan ini diberitahukan bahwa Mahasiswa tersebut telah melakukan


penelitian Di Klinik Mabar Medikauntuk melengkapi syarat lulus yaitu
mengerjakan skripsi. Demikian surat balasan dari kami, atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.
M
Lampiran 12 Medan, 04 Juni 2018

PERNYATAAN P
Pimpinan Klinik Mabar Medica
PENGARUH INISIANI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP JUMLAH
PERDARAHAN KALA IV PERSALINAN DIKLINIK BERSALIN
WINDA ASTUTI DAN KLINIK MABAR MEDIKA
TAHUN 2018

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut
dalam daftar pustaka.
26

Medan, 23 Agustus 2018


Peneliti

SYAFIRA
P07524517032

Lampiran 13

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes Medan, saya yang bertanda


tangan dibawah ini :

Nama : Syafira
NIM : P07524517032
Program Studi : D-IV Kebidanan
Jurusan : Kebidanan Medan

Demi pengembanganilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Kemenkes Medan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexclusive
Royalti Free Right) atas skripsi saya yang berjudul :
27

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV


Persalinan di Klinik Bersalin Winda Astuti dan Klinik Mabar Medika Tahun
2018.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Medan berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat : Medan
Pada Tanggal : 23 Agustus 2018

Yang Menyatakan

(Syafira)

Lampiran 14

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi
Nama : Syafira
Tempat/Tgl Lahir : Medan, 19 juli 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 1 Dari 2 bersaudara
Nama Ayah : Ahmad Syafi`i
Nama Ibu : Ramadhani Pasaribu
Alamat : Jalan Putri Hijau LINK.XVI No. 26 H Kelurahan Pulo
Brayan Kota Kecamatan Medan Barat
28

II. Pendidikan Penulis

1. Tahun 2002-2008 : SD Swasta Al Ikhsan


Lulus dan Berijazah

2. Tahun 2008-2011 : SMP Swasta Laksamana Martadinata


Lulus dan Berijazah

3. Tahun 2011-2014 : SMA Swasta Budi Agung


Lulus dan Berijazah

4. Tahun 2014- 2017 : STIKes Medistra Lubuk Pakam


Lulus dan Berijazah

5. Tahun 2017-2018 : Sedang menyelesaikan pendidikan D-IV Kebidanan Alih


Jenjang Poltekkes Kemenkes Medan

Anda mungkin juga menyukai