SYAFIRA
P07524517032
SYAFIRA
P07524517032
1
2
3
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN MEDAN
SKRIPSI
Syafira
Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap jumlah perdarahan kala IV
persalinan
4
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat dan
rahmatnya kepada kita sehingga dapat terselesaikan Skripsi yang berjudul
“Pengaruh Inisisasi Menyusu Dini (IMD) Dengan Jumlah Perdarahan Kala IV Pada
Persalinan di Klinik Bersalin Winda Astuti Dan Klinik Mabar Medika Tahun 2018 ”,
sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains Terapan
Kebidanan pada Program Studi D-IV Kebidanan Medan Poltekkes Kemenkes RI
Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan, yang
telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes RI
Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun
dan membimbing skripsi ini.
4. Yulina Dwi Hastuti S.Kep, M. Bio.Med selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
5. Ardiana Batubara, SST, M.Keb selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
6. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) yang
telah memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Winda Astuti Am.Keb, SST selaku Pemilik Klinik Bersalin Winda Astuti yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Klinik
Bersalin Winda Astuti Medan Tahun 2018.
8. Rini Maulida, Am.Keb, SST selaku Pemilik Klinik Mabar MedikaMedan yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Klinik Mabar
Medika Medan Tahun 2018.
6
9. Kepada orang tua Ayahanda Ahmad Syafi’i dan Ibunda Ramadhani Pasaribu
yang telah membesarkan, membimbing, dan mengasuh saya dengan penuh
cinta dan kasih sayang, yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi penulis dan
juga telah memberikan dukungan moral selama penulis menyelesaikan
pendidikan.
10. Kepada teman-taman yaitu : Rahmah Syarif Armida, Ramadhai Putri utami,
Sulvia Putri Hutagalung yang selalu hadir untuk memberikan semangat serta
motivasi . Serta Aditya Nugraha yang selalu mendampingi penulis dan tak henti
memberi support kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
11. Seluruh teman – teman seperjuangan di Poltekkes Kemenkes RI Medan, terima
kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya sampai kita sama – sama tuntas
dalam penyelesaian skripsi ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang
telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang
memanfaatkan.
Syafira
7
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
DAFTAR SKEMA................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
8
B.7 Komplikasi perdarahan pasca persalinan................................29
9
B.1 Analisis Univariat...................................................................50
B.2 Analisis Bivariat......................................................................53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA
10
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Pada Ibu Yang Tidak
Melakukan Inisiasi Menyusu Dini Di Klinik Mabar Medika tahun
2018.................................................................................................49
Tabel 4.3 Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Pada Ibu Yang Melakukan
Inisiasi Menyusu Dini Di Klinik Bersalin Winda Astuti Tahun 2018
......................................................................................................... 49
11
41
DAFTAR LAMPIRAN
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberian ASI secara optimal sangatlah penting. Jika semua anak usia 0-23
bulan mendapat ASI optimal, maka selama periode ini dapat mendorong
perkembangan anak, mengurangi resiko penyakit kronis, dan menurunkan
morbiditas dan mortalitas. Target SDG’s diakhir tahun 2030 pada tujuan ketiga yakni
mengurangi angka kematian neonatal 12 per 1000 kelahiran dan anak dibawah 5
tahun 25 per 1000 kelahiran (WHO, 2015).
Menurut Riskesdas 2013, proses mulai menyusui terbanyak terjadi pada 1-6 jam
setelah kelahiran (35,2%) dan kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui dini) sebesar
34,5%. Sedangkan proses mulai menyusui terendah terjadi pada 7-23 jam setelah
kelahiran yaitu sebesar 3,7% Beberapa program terkini dalam proses pelaksanaan
percepatan penurunan AKB adalah program Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI
eksklusif, penyediaan konsultan ASI eksklusif di Rumah Sakit/Puskesmas, injeksi
vitamin K1 pada bayi baru lahir, inisiasi hepatitis pada bayi kurang dari 7 hari,
tatalaksana gizi buruk, dan program lainnya (Kemenkes, 2015).
Inisiasi Menyusu Dini sendiri masih rendah di laksanakan di Indonesia.
Berdasarkan data yang di peroleh dari Riskesdas tahun 2013 bahwa persentase
Inisiasi Menyusu Dini tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar
52,8% sedangkan terendah di Provinsi Papua Barat sebesar 21,7%. Cakupan
Inisiasi Menyusu Dini Nasional sebesar 34,5% dan terdapat 18 Provinsi yang
cakupannya dibawah angka Nasional. Sumatera utara ikut menyumbang angka
rendahnya pelaksanann IMD yaitu 24%. Perlu dilakukan upaya agar kedelapan
belas provinsi tersebut dapat meningkatkan nilai cakupannya, salah satunya dengan
cara melakukan penyuluhan oleh bidan tenaga kesehatan lainnya (Riskkesdas,
2013). Inisiasi menyusu dini berkaitan dengan produksi hormon oksitoksin, dimana
hormon tersebut akan membantu rahim berkontraksi sehingga secara tidak langsung
dapat mengurangi perdarahan pada ibu. Serta menghasilkan hormon-hormon
1
2
lainnya yang membuat ibu menjadi rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan
ambang nyeri, dan perasaan sangat bahagia (Roesli, 2013).
Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar
kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun,sekitar 15 % menderita komplikasi
berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun .
Berdasarkan Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI) data tahun 2012,
angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.00 kelahiran
hidup, angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan tahun 1991, yaitu
sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak
signifikan. Target global MGD’s (millenium development gaols) ke-5 adalah
menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.00 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDG’s
untuk menurunkan AKI adalah oof track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-
sungguh untuk mencapainya.Berdasarkan data di atas ada lima penyebab kematian
ibu terbesar yaitu perdarahan (30,1%), hipertensi dalam kehamilan (26,9%), infeksi
(5,5%), partus lama/macet (1,8%), abortus (1,6%) dan lain-lain (34,5%) (Kemenkes,
2015).
Dapat dilihat bahwa perdarahanlah yang mendominasi angka kematian ibu
tertinggi dibandingkan dengan komplikasi persalinan yang lainnya. Menurut
penelitian stanton et al upaya penanganan perdarahan postpartum adalah dengan
diberikan oksitosin, dimana oksitosin mempunyai peranan penting dalam
merangsang kontraksi otot polos uterus sehingga perdarahan dapat teratasi.
Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Thornton et al bahwa oksitosin
dapat dihasilkan oleh tubuh pada saat proses persalinan. Kadar oksitosin akan
meningkat pada kala III oleh karena pengurangan metabolisme secara tiba-tiba
karena pelepasan plasenta, hipotalamus testimulasi untuk menghasilkan hormon
oksitosin. Hormon oksitosin dapat dirangsang melalui IMD karena Inisiasi Menyusu
dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi uterus dimana saat
menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarkannya hormon antara lain oksitosin yang
berfungsi selain merangsang kontraksi dan retraksi uterus. Hal ini akan menekan
3
kelahiran pada periode september tahun 2017 hingga februari 2018 adalah 90 ibu
melahirkan dan 12 ibu mengalami perdarahan post partum dan 5 diantaranya di
rujuk ke RS Mitra Medika karena tidak bisa ditangani di Klinik Bersalin Mabar
Medika. Ibu mengalami perdarahan karena berbagai indikasi, yaitu atonia uteri
sebanyak 5 ibu , laserasi jalan lahir sebanyak 2 ibu dan salah satunya adalah ibu
gagal untuk menyusukan bayinya dan tidak menyusui bayinya karena kurang
pengetahuan pada ibu tentang inisisasi menyusui dini (IMD) sebanyak 5 ibu.
Sebagian besar ibu post partum tidak mau melakukan inisiasi menyusui dini karena
masyarakat beranggapan jika dilakukan IMD bayinya akan kedinginan dan
menangis, selain itu sebagian besar ibu mengeluhkan masih merasa sakit saat
dilakukan jahitan pada robekan perineum sehingga tidak sanggup untuk menyusui,
maka bidan juga berperan sebagai orang yang mengarahkan masyarakat bahwa
IMD adalah salah satu progam pemerintah yang dibuat sebagai upaya menurunkan
angka kematian ibu yang salah satunya disebabkan oleh perdarahan, sehingga IMD
ini harus dilaksanakan agar program pemerintah tersebut tercapai.
Berdasarakan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Pengaruh penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap jumlah perdarahan
Kala IV di Klinik Bersalin Winda Astuti dan Klinik Mabar MedikaTahun 2018. Hasil
survey yang peneliti lakukan di Klinik Bersalin Winda, Klinik Bersalin Winda Astuti
adalah klinik bidan praktik swasta yang menerapkan Asuhan Persalinan Normal
(APN) yang menjadi acuan pertolongan persalinan dan menerapkan teknik Insiasi
Menyusu Dini (IMD) sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan sampel
pada ibu bersalin normal dengan IMD yang akan dijadikan sampel untuk kelompok
intervensi. Dan Klinik Mabar Medikaadalah klinik bersalin yang belum menerapkan
Asuhan Persalinan Normal yang mengacu pada penatalaksanaan IMD, sehingga
klinik ini dijadikan sebagai tempat untuk pengambilan sampel untuk kelompok
kontrol.
B. Rumusan Masalah
5
D. Manfaat Penelitian
D.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian dapat memberi masukan bagi dinas kesehatan dalam upaya
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini sehingga dapat meningkatkan cakupan ASI
Eksklusif
b. Bagi Klinik
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai referensi data kejadian kasus ibu
nifas terkait jumlah perdarahan pasca melahirkan.
c. Bagi Institusi Pendidikan
6
E. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian ini merupakan matriks yang memuat tentang judul
penelitaian, nama peneliti, tahun dan tempat penelitian, rancangan penelitian,
variabel yang diteliti dan hasil penelitian.
group
design
BAB II
10
TINJAUAN TEORI
10
11
sempurna, sehingga bayi dapat menerima makanan secara oral, namun melakukan
gerakan tersebut tidak berlangsung lama. Setelah usia gestasi 32-43 minggu,
mampu untuk melakukan dalam waktu yang lama. Segera setelah lahir, bayi belum
menunjukan kesiapan untuk menyusu. Refleks menghisap bayi timbul setelah 20-30
menit setelah lahir. Tanda-tanda kesiapan bayi untuk menyusu yaitu mengeluarkan
suara kecil, menguap, meregang, adanya pergerakan mulut. Selanjutnya
menggerakan tangan ke mulut, timbul refleks rooting, menggerakan kepala dan
menangis sebagai isyarat menyusu dini. Dengan indra peraba, penghirup,
penglihatan, pendengaran, refleks bayi baru lahir bisa menemukan dan menyentuh
payudara tanpa bantuan. Hal ini dapat merevitalisasi pencarian bayi terhadap
payudara.
Menurut hasil penelitian Dr. Lenard bayi baru lahir setelah dikeringkan tanpa
dibersihkan terlebih dahulu, diletakan di dekat putting susu ibunya segera setelah
lahir, memiliki respon menyusu lebih baik. Apabila dilakukan tindakan terlebih dahulu
seperti ditimbang, diukur atau dimandikan, refleks menyusu akan hilang 50%,
apalagi setelah dilahirkan dilakukan tindakan dan dipisahkan, maka refleks menyusu
akan hilang 100% (Roesli, 2013). Bayi yang tidak segera diberi kesempatan untuk
menyusu refleksnya akan berkurang dengan cepat dan akan muncul kembali dalam
kadar secukupnya dalam 40 jam kemudian. Dengan inisiasi menyusu dini akan
mencegah terlewatnya refleks menyusu dan meningkatkan refleks menyusu secara
optimal.
membuktikan bahwa bayi yang melakukan IMD memiliki tingkat gula darah yang
lebih baik daripada bayi baru lahir yang dipisahkan dari ibunya .
dengan bayi untuk pertama kalinya dimana mereka akan bersatu dalam satu rasa
yaitu cinta. Hal ini sangat baik dilakukan pada 1-2 jam pertama, karena pada saat itu
bayi dalam keadaan allert, setelah 2-3 jam bayi akan tidur lebih lama.
memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia 2 tahun. Dengan kata lain,
pemberian ASI membantu mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan
yang terhenti yang umum terjadi pada usia ini.
3) Mengurangi angka kematian anak
Saat ini sekitar 40% kematian balita terjadi pada satu bulan pertama kehidupan
bayi. Inisiasi menyusu dini akan mengurangi 22% kematian bayi dibawah usia 28
hari. Pemberian ASI eksklusif akan mengurangi 13% kematian bayi dan memberikan
makanan pendamping ASI (makanan keluarga) akan menurunkan 6% kematian
anak. Dengan denilian kematian balita yang dapat dicegah melalui inisiasi dini,
pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI sebesar 41% .
h. Bayi mendapatkan ASI kolostrum – ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini
kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberikan inisiasi menyusu
dinilebih dulu mendapatkan kolustrum dari pada yang tidak diberi kesempatan.
ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan
terhadap infeksi , penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup
bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayiyang
masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usu ini.
i. Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk
pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan
mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya
yang amat indah.
pada sudut bibir bayi. Membutuhkan lebar mulut bayi sebelum dipindahkan ke
payudara.
Menurut JHPIEGO, POGI, JNPKR (2014) Beberapa teknik untuk membuka mulut
bayi yaitu :
1. Hindari meletakkan bayi dalam posisi menghisap samai benar-benar siap untuk
menyusu. Bayi yang baru menunggu sambil bersiap (misalnya perubahan
payudara) semakin frustasi bayi dan kurang bisa membuka mulut bayi akan pergi.
Bayi bergerak ke payudara , menyentuh bibir atas terhadap puting memindahkan
mulut
2. Ulangi sampai bayi terbuka lebar dan memiliki lidah maju
3. Lebih baik lagi jari berjalan di sepanjang puting susu disamping bibir atas bayi,
dari satu sudut ke sudut yang lain dengan sentuhan ringan, sampai bayi terbuka
lebar.
Posisi bayi sebelum dimulai :
1. Puting berada di atas bibir atau lubang hidung bayi
2. Tubuh bayi ditempatkan tidak cukup perut bayi ke perut ibu, tetapi agar bayi dari
atas ke payudara dan bayi di bawah mata membuat kontak dengan ibu.
Hal yang perlu diperhatikan :
1. Mendorong seluruh tubuh bayi menuju payudara
2. Terburu-buru menyusui bayi
3. Menggerak-gerakan payudara ke atas dan ke bawah
4. Memegang payudara dengan menggunting
5. Tidak mendukung kepala secara keseluruhan
6. Mempilin tubuh bayi dengan tujuan agar pusat puting ke mulut bayi
7. Menarik dagu bayi ke bawah untuk buka mulut
8. Melenturkan kepala bayi ketika membawa payudara
9. Memindahkan payudara ke dalam mulut bayi dari pada membawa mulut bayi
daripada membawa bayi ke payudara
10. Bayi bergerak menuju payudara tanpa membuka mulut
11. Bayi tidak bergerak dengan cepat ke payudara
12. Hidung bayi tidak menyentuh puting
13. Memegang payudara dari hidung bayi (tidak diperlukan jika bayi pada menyusu,
karena hidung akan keluar dari payudara).
b) Kemudian pegang tali pusat di antara dua klem tersebut. Satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, dan tangan yang lain
memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut.
c) Ikat punting tali pusat dengan jarak kira-kira 1cm dari dinding perut bayi
dengan tali yang steril. Lingkarkan tali di sekeliling putung tali pusat dan ikat
untuk kedua kalinya dengan simpul mati dibagian yang berlawanan.
d) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu, tapi
lebih rendah dari puting.
e) Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
f) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu
letakkan bantal dibawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual
antara ibu dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.
3) Langkah III : biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu
a) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.
b) Anjurkan ibu dan orang lainnya menginterupsi menyusu misalnya
memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu
pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu
satu payudara. Bayi kemudian dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan
penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vitamin K1, dan
mengoleskan salep antibiotik pada mata bayi.
c) Menunda asuhan bayi baru lahir lainnya hingga bayi selesai menyusu.
Tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah
terjadi hipotermi.
d) Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin hingga
bayi selesai menyusu.
e) Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti
menelan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akan merasa mengantuk.
22
B. Perdarahan Kala IV
B.1 Pengertian Pemantauan Kala IV
Kala IV persalinan dimulai sejak plasenta lahir sampai ± 2 jam setelah plasenta
lahir. Kala ini dimasukkan dalam persalinan karena pada masa ini sering timbul
perdarahan. Dua jam setela persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan
bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa yaitu, si ibu
melahirkan bayi dari perutnya dan si bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut
ibu ke dunia luar. dalam kala IV ini petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu
dan bayi unuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi (Hidayat, 2016).
mudah sebelum pelepasan plasenta karena tidak ada perdarahan dari rahim yang
mengaburkan pandangan.
Pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam waktu 5-10 menit pada akhir kala II.
Memijat fundus seperti memeras untu mempercepat pelepasan plasenta tidak
dianjurkan , karena dapat meningkatkan kemungkinan masuknya sel janin kedalam
sirkulasi ibu, setelah kelahiran plasenta, perhatian harus ditujukan pada setiap
perdarahan rahim yang mungkin berasal dari tempat implantasi plasenta.
Tekanan darah < 90/60 mmHg, jika denyut jantung nya normal, tekanan
darah yang rendah seperti ini tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi, jika
tekanan darah <90/60 mmHg dan nadinya >100 x/menit, ini mengidentifikasi
adanya suatu masalah. Bidan harus mengumpulkan data-sata lain untuk
25
membuat diagnosis mungkin ibu sedang egalami demam atau terlau banyak
mengeluarkan darah.
2. Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah <38°C. Jika suhunuya >38°C, bidan harus
mengumpulakan data-data lain untuk memungkinkan identifikasi masalah. Suhu
yang tinggi tersebut mungkin disebabkan oleh dehidrasi (karena persalinan
yang lama dan tidak cukup minum) atau ada infeksi
3. Tonus uterus dan ukuran tinggi uterus
Tonus uterus dan ukuran tinggi uterus, kontraksi tidak baik maka uterus
teraba lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; uterus
lembek (lakukan masase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau
metergin).
4. Perdarahan
Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan sebagai
pembalut perempuan per jam, selama enam jam pertama atau seperti darah
haid yang banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari ini, ibu hendaknya
diperiksa lebih sering dan penyebab-penyebab perdarahan berat harus
diselidiki. Apakah ada laserasi pada vagina atau serviks, apakah uterus
berkontraksi dengan baik, apakah kandung kemihnya kosong.
5. Kandung kemih
Jika kandung kemih penuh dengan air seni, uterus tidak dapat berkontraksi
dengan baik. Jika uterus naik di dalam abdomen dan tergeser ke samping, ini
biasanya merupaka pertanda bahwa kandung kemihnya penuh. Bantulah ibu
bangun dan coba apakah ia bisa buang air kecil. Jika tidak bisa buang air kecil,
bantulah ia agar merasa rileks dengan meletakkan jari-jarinya di dalam air
hangat, mengucurkan air ke atas perineum, dengan menjaga privasinya. Jika ia
tidak dapat kencing, lakukan kateterisasi. Setelah kandung kencingnya kosong,
uterus akan dapat berkontraksi dengan baik.
6. Lochea
a) Lochea rubra (cruenta) = berisi darah segar, sel-sel decidua dan choiron.
Terjadi selama dua hari pasca persalinan
b) Lochea sanguinolenta = warna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi
pada hari 3-7 pasca persalinan
26
c) Lochea serosa = bewarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi terjadi
pada hari ke 7-14 pasca persalinan
d) Lochea alba = cairan putih terjadi pada hari setelah 2 minggu
7. Perineum
Perineum dievaluasi untuk melihat adanya edema atau hematoma.
Bungkusan keping es yang dikenakan perineum memiliki efek ganda untuk
mengurangi ketidaknyamanan dan edema bila telah mengalami episiotomi atau
laserasi.
8. Pemantauan keadaan umum ibu
a. Setelah lahirnya plasenta:
1) Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara
melintang agar pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar
dengan pusat dan diatas fundus uteri, disebut dua jari di bawah pusat.
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4) Periksa perineum dari perdarahan aktif, misalnya apakah dari laserasi
atau episiotomi
5) Evaluasi kondisi ibu secara umum
6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan
di halaman belakang partograf segera stekah asuhan diberikan atau
stelah penilaian dilakukan
b. Asuhan dalam 2 jam postpartum , antara lain:
1) Melanjutkan pemantaun kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persainan
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anasthesi dan menggunakan teknik yang sesuai
2) Mengajarkan pada ibu dak keluarga melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi
3) Mengevaluasi kehilangan darah
4) Memeriksa tekanan darah, nadi, keadaan kandung kemih tiap 15 menit
pada 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit pada 1 jam
kedua pasca persalinan
5) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan
6) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
27
rambut pubis dan ketiak, penurunan metabolisme dengan hipotensi, amenore dan
kehilangan fungsi laktasi. (Asrina, 2017).
yang tidak diketahui sebelumnya. Pada perdarahan yang timbul setelah anak lahir,
ada dua hal yang harus segera dilakukan, yaitu menghentikan perdarahan secepat
mungkin dan mengatasi akibat perdarahan. Tetapi apabila plasenta sudah lahir,
perlu ditentukan apakah disini dihadapi perdarahan karena atonia uteri atau karena
perlukaan jalan lahir.
1. Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah
persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek
dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia
uteri ini adalah terjadinya pendarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal
dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang
lepas sebagian atau lepas keseluruhan. Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan
lapisan tengah merupakan bagian yang terpenting dalam hal kontraksi untuk
menghentikan pendarahan pasca persalinan. Miometrum lapisan tengah
tersusun sebagai anyaman dan ditembus oeh pembuluh darah. Masing-masing
serabut mempunyai dua buah lengkungan sehingga tiap-tiap dua buah serabut
kira-kira berbentuk angka delapan. Setelah partus, dengan adanya susunan otot
seperti tersebut diatas, jika otot berkontraksi akan menjepit pembuluh darah.
Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini akan menyebabkan
terjadinya pendarahan pasca persalinan. Atonia uteri merupakan penyebab
tersering dari pendarahan pasca persalinan. Sekitar 50-60% pendarahan pasca
persalinan disebabkan oleh atonia uteri.
keluar dengan beberapa cunam ovum, supaya batas antara robekan dapat
dilihat dengan baik. Apabila serviks kaku dan his kuat, serviks uteri dapat
mengalami tekanan kuat oleh kepala janin, sedangkan pembukaan tidak
maju. Akibat tekanan kuat dan lama ialah pelepasan sebagian serviks atau
pelepasan serviks secara sirkuler. Pelepasan ini dapat dihindarkan dengan
seksio secarea jika diketahui bahwa ada distosia servikali Apabila sudah
terjadi pelepasan serviks, biasanya tidak dibutuhkan pengobatan, hanya jika
ada perdarahan, tempat perdarahan di lanjut. Jika bagian serviks yang
terlepas masih berhubungan dengan jaringan lain, hubungan ini sebaiknya
diputuskan.
3. Retensio Plasenta
Adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi
lahir. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta: Kelainan dari uterus
sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya
kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction
ring. Kelainan dari placenta dan sifat perlekatan placenta pada uterus. Kesalahan
manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu
sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak
ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktu dapat menyebabkan serviks
kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang
melemahkan kontraksi uterus.
Sebab – sebab terjadinya Retensio Plasenta adalah :
a) Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena tumbuh melekat lebih
dalam. Perdarahan tidak akan terjadi jika plasenta belum lepas sama sekali
dan akan terjadi perdarahan jika lepas sebagian. Hal ini merupakan indikasi
untuk mengeluarkannya. Menurut tingkat perlekatannya dibagi menjadi
plasenta adhesiva, melekat pada endometrium, tidak sampai membran basal.
Plasenta inkreta, vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
sampai ke miometrium. Plasenta akreta, menembus lebih dalam ke
34
b) Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala
III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang
menghalangi keluarnya plasenta (plasenta inkarserata). Tanda-tanda lepasnya
plasenta adalah fundus naik dimana pada perabaan uterus terasa bulat dan
keras, bagian tali pusat yang berada di luar lebih panjang dan terjadi
perdarahan secara tiba-tiba.
4. Sisa Plasenta
Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab umum
terjadinya pendarahan lanjut dalam masa nifas (pendarahan pasca persalinan
sekunder). Pendarahan post partum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh
retensi potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah
persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang,
uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan. Sewaktu suatu bagian
dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi
secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja
pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.
35
5. Inversio Uteri
Inversio uteri dapat menyebabkan pendarahan pasca persalinan segera, akan
tetapi kasus inversio uteri ini jarang sekali ditemukan. Pada inversio uteri bagian
atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol
ke dalam kavum uteri. Inversio uteri terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera
setelah plasenta keluar. Inversio uteri bisa terjadi spontan atau sebagai akibat
tindakan. Pada wanita dengan atonia uteri kenaikan tekanan intraabdominal dengan
mendadak karena batuk atau meneran, dapat menyebabkan masuknya fundus ke
dalam kavum uteri yang merupakan permulaan inversio uteri. Tindakan yang dapat
menyebabkan inversio uteri adalah perasat Crede pada korpus uteri yang tidak
berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari
dinding uterus.
Pada penderita dengan syok, perdarahan, dan fundus uteri tidak ditemukan
pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai, pemeriksaan
dalam dapat menunjukkan tumor yang lnak di atas serviks atau dalam vagina
sehingga diagnosis inversio uteri dapat dibuat. Pada mioma uteri submukosum yang
lahir dalam vagina terdapat pula tumor yang serupa, akan tetapi fundus uteri
ditemukan dalam bentuk dan pada tempat biasa, sedang konsistensi mioma lebih
keras daripada korpus uteri setelah persalinan. Selanjutnya jarang sekali mioma
submukosum ditemukan pada persalinan cukup bulan atau hampir cukup bulan.
Walaupun inversio uteri kadang-kadang bisa terjadi tanpa gejala dengan penderita
tetap dalam keadaan baik, namun umumnya kelainan tersebut menyebabkan
keadaan gawat dengan angka kematian tinggi (15-70%). Reposisi secepat mungkin
memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.
C. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Jumlah Perdarahan Kala IV Pada
Persalinan
Selama ini banyak yang tidak mengetahui manfaat pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu dan adanya
keterikatan dengan budaya setempat yang mengatakan bahwa bayi akan kedinginan
jika di letakkan ke dada ibu tanpa pelapis kain. Dengan melakukan inisiasi menyusu
dini melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada putting susu ibu akan
merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki
bayi pada saat merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus
untuk merangsang kontraksi uterus. Oksitosin akan menyebabkan uterus
berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya
perdarahan post partum. Oksitosin akan merangsang hormon lain yang membuat
ibu menjadi tenang, rileks, euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan
mencintai bayinya. Oksitosin merangsang pengaliran ASI dari payudara.
Hal ini akan meningkatkan Intensitas kontraksi uterus segera setelah bayi
lahir,diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterine yang
sangat besar. Selama 1 sampai 2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Dengan demikian akan terjadi
komplikasi yaitu Atonia uteri. Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk
berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh,
melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah.
Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya pendarahan. Perdarahan pada atonia
uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya
plasenta yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan.
37
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Menurut Hasil penelitan yang dilakukan
oleh Ni Made Maria Sari dan Sri Handayani tahun 2012 mengenai hubungan inisiasi
menyusu dini (IMD) dengan jumlah perdarahan kala IV persalinan di klinik BPS
Ny.Hj. Endang Purwati, AMd.,Keb. Mergangsan Yogyakarta bahwa Rata-rata jumlah
perdarahan kala IV persalinan pada ibu yang melakukan inisiasi menyusui dini
adalah 76,33cc sedangkan Rata-rata jumlah perdarahan kala IV persalinan pada
ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusui dini adalah 131,00cc. Dari penelitian ini
diperoleh perbandingan jumlah perdarahan kala IV persalinan antara ibu yang
melakukan IMD dengan ibu yang tidak melakukan IMD yaitu sebesar 54,67cc. maka
dari penelitian ini dapat diketahui bahwa adanya pengaruh IMD dengan jumlah
perdarahan kala IV persalinan.
Dan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh dr. Utami Roesli pada tahun
2011 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap
Involusi Uterus menyebutkan bahwa salah satu manfaat inisiasi menyusu dini bai ibu
adalah mempercepat involusi uterus sehingga mengurangi terjadinya perdarahan
pasca persalinan, ini karena pengaruh hormon oksitoksin ditandai dengan rasa
mules karna rahim berkontraksi, hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan
bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada puting ibu
merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
Inisiasi menyusu dini juga akan membantu ibu dan bayi menerima menyusu
secara optimal. Menunda permulaan menyusu lebih dari satu jam menyebabkan
kesukaran menyusu (Roesli, 2013).Inisiasi menyusu dini akan meningkatakan
peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusu secara
eksklusif. Hal ini dibuktikan dengan beberapa penelitian, diantaranya penelitian yang
dilakukan Sose dkk (1978) yang menyatakan bahwa menyusu dini disertai kontak
kulit akan meningkatkan dua kali keberhasilan pemberian ASI. Penelitian terkini
pada tahun 2003 yang dilakuka oleh Fikawati & Syafiq dari FK Trisakti tentang
dampak kontak dini ibu-bayi terhadap lamanya menyusu. Hasil yang didapatkan
pemberian ASI dini akan meningkatkan 2-8 kali lebih besar kemungkinan
memberikan ASI eksklusif.
38
D. Kerangka teori
Hormon oksitoksin
Inisiasi Menyusu Jumlah Perdarahan Kala
Dini (IMD) IV
Kontraksi uterus
Komplikasi pasca
persalinan
Atonia uteri
Retensio plasenta
Laserasi jalan lahir
Plasenta rest
Inversio uteri
Kelainan
pembekuan darah
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian atau visualisasi tentang hubungan atau
kaitan antara konsep-konsep dan variabel-variabel yang akan diamati atau diukur
melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Variabel independent
dalam penelitian ini adalah pengaruh Inisiasi Menyususi Dini dan variable
dependent adalah perdarahan post partum. Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok
yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Secara skematis, kerangka konsep penelitian digambarkan sebagai berikut :
No. Variabel Definisi Operasinal Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Inisiasi Pemberian ASI Lembar Observasi 1.Dilakukan Nominal
Meyusui yang dilakukan observasi
0. Tidak Dilakukan
Dini kepada bayi
segera setelah
bayi lahir dengan
cara meletakkan
bayi dia atas perut
ibu dan
membiarkan bayi
mencari putting
susu sendiri
sampai akhirnya
bayi menemukan
putting susu dan
terjadi proses
laktasi diatas perut
ibu.
2. Jumlah Jumlah 1. Duk Duk yang telah 1 gram berat
Perdara Perdarahan Kala digunakan di kala pembalut = 1 cc
2.Timbanga Rasio
han IV ialah berapa IV ditimbang pengeluaran darah
n
Kala IV banyak darah yang kemudian setelah
keluar setelah bayi 3. Lembar didapatkan
dilahirkan. Jumlah Observasi hasilnya di tulis di
perdarahan akan lembar observasi
41
G. Hipotesis
A. Desain Penelitian
Keterangan:
X: Kelompok intervensi
Y: Kelompok kontrol
1 : Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini
0: Tidak dilakukan Inisiasi Menyusu Dini
01: Penilaian perdarahan setelah dilakukan inisiasi menyusu dini
survey awal jumlah pasien di kedua klinik tersebut mencukupi untuk dijadikan
sampel pada penelitian ini.
diolah sehingga menjadi informasi yang akhirnya digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar.
Langkah-langkah pengolahan data dilakukan dengan empat tahap:
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa data kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Kegunaannya adalah memudahkan pada
saat analisa data.
c. Processing
Processing adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam
master table atau database computer
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry
apakah ada kesalahan atau tidak.
E.2 Analisis Data
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Analisa Univariat
Analisis ini adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan
data dalam bentuk tabel atau grafik, meliputi data yang bersifat kategorik dicari
frekuensi dan proporsinya yaitu data demografi responden yaitu usia,pendidikan
dan pekerjaan. Sedangkan data yang bersifat numerik dicari mean, dan standar
deviasinya yakni jumlah perdarahan kala IV persalinan.
b. Analisa Bivariat
Analisis ini digunakan untuk membandingkan jumlah perdarahan kala IV
persalinan oleh ibu yang dilakukan IMD dengan jumlah perdarahan kala IV
persalinan pada ibu yang tidak dilakukan IMD. Menggunakan uji t- independen
untuk menguji hipotesis. Pedoman dalam menerima hipotesis adalah apabila
nilai P < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha menyatakan adanya pengaruh. Jika nilai
P > 0,05 maka Ho gagal ditolak dan Ha menyatakan tidak ada nya pengaruh.
46
F. Etika penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin / Ethnical Clearence dari
komite etik Poltekkes Kemenes Medan . Ethnical Clearence merupakan keterangan
tertulis yang diberikan oleh komisi Etik Penelitian untuk riset yang melibatkan
makhluk hidup yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan
setelah memenuhi syarat.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV Pada Persalinan Di
Klinik Besalin Winda Astuti dan Klinik Mabar MedikaTahun 2018. Jumlah
responden adalah 23 orang kelompok intervensi dan 23 orang adalah kelompok
kontrol. Jadi total sample untuk kedua kelompok yaitu 46 orang
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1.
Distribusi responden berdasarkan karakteristik data demografi ibu post
partum pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Klinik
Bersalin Winda Astuti dan Klinik Mabar MedikaTahun 2018
48
49
Tabel 4.3
Distribusi Jumlah perdarahan responden kelompok yang dilakukan IMD di
Klinik Bersalin Winda Astuti Tahun 2018
Analisa ini untuk menguji pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terhadap
jumlah perdarahan kala IV persalinan responden di Klinik bersalin Winda Astuti
dan Klinik Bersalin Mabar Medika Medan Tahun 2017. Berdasarkan hasil
penelitian rata-rata jumlah perdarahan kala IV responden yang dilakukan Inisiasi
Menyusui Dini adalah 150,63 dengan standar deviasi 22,149. Sedangkan
responden yang tidak dilakukan Inisiasi Menyusui Dini rata-rata julah perdarahan
kala IV adalah 166,09 dengan standar deviasi 21,580. Pada Uji statistik
didapatkan nilai P=0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh jumlah
rata rata perdarahan kala IV responden yang dilakukan IMD di Klinik Bersalin
Winda Astuti dan Klinik Bersalin Mabar Medika Medan Tahun 2018.
B. Pembahasan
B.1 Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap usia, pendidikan dan
pekerjaan maka peneliti dengan ini menguraikan sebagai berikut :
51
dilakukan IMD jumlah perdarahan kala IV yang perdarahan > 200 cc sebanyak
1 responden (4,35%).
Menurut Greenhill cit Pranoto (2013), Kehilangan darah pasca persalinan
yang masih dianggap dalam batas normal adalah maksimal 300 ml. Jika
perdarahan lebih dari 300 ml maka hal tersebut dapat berdampak tidak baik bagi
ibu dan bayi. Dampaknya seperti ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun
serta tekanan darah sistolik turun lebih Dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya,
telah terjadi perdarahan lebih 500 ml.
Sejalan dengan penelitian Enita Dewi dan Sri Rahayu (2013) yang berjudul
kegawatdaruratan syok hipovolemik bahwa kehilangan darah sekitar 50% dari
total jumlah darah ibu. Tanpa darah yang cukup atau penggantian cairan, syok
hipovolemik dapat menyebabkan kerusakan irrevesible pada organ dan system
tubuh.
Komplikasi yang disebabkan akibat jumlah perdarahan yang meningkat
antara lain atonia uteri, retensio plasenta, plasenta rest, dan laserasi jalan lahir.
Didukung oleh penelitian Sugi Purwati dkk (2014) yang berjudul determinan
faktor penyebab perdarahan bahwa komplikasi yang lebih determinan terjadi
akibat komplikasi perdarahan yaitu atonia uteri. Dari beberapa faktor lainnya
atonia memiliki angka yang cukup tinggi terjadi yaitu 60% hal ini akibat tidak
berkontraksinya uterus sehingga pembuluh darah yang terbuka tidak bisa
tertutup dan jumlah perdarahan akan semakin meningkat.
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
jumlah perdarahan kala IV yang katagori sedang sebanyak 18 orang (78,3%), hal
ini bisa saja disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti faktor komplikasi lainnya.
statistik didapatkan nilai P=0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
jumlah rata rata perdarahan kala IV responden yang dilakukan IMD di Klinik
Bersalin Winda Astuti dan Klnik Bersalin Mabar MedikaMedan Tahun 2018.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putri Ayu Yessy Ariesca (2012)
yang berjudul Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Perdarahan Post Partum
dimana dalam penelitian ini di dapatkan Rata-rata jumlah perdarahan responden
yang dilakukan Inisiasi Menyusu Dini adalah 302,70 cc, dengan standar deviasi
32,64. Sedangkan pada responden yang tidak dilakukan IMD, rata-rata jumlah
perdarahannya adalah 340,04 cc dengan standar deviasi 28,35. Pada uji statistik
didapatkan nilai P= 0.000. maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan jumlah
rata-rata perdarahan responden yang dilakukan IMD di Klinik Bersalin Tanjung
dengan yang tidak dilakukan IMD di Klinik Bersalin Kurnia Delitua.Dapat dilihat
bahwa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi menyusu dini memiliki
pengaruh yang significant terhadap perdarahan post partum. Perdarahan ini
dapat teratasi akibat adanya rangsangan kontraksi dengan melakukan inisiasi
menyusu dini yang menghasilkan hormon oksitoksin.
Sejalan dengan penelitian Sri Handayani (2012) yang berjudul pengaruh
inisiasi menyusu dini terhadap jumlah perdarahan kala IV perdalinan dimana
dalam penelitian ini didapatkan rata-rata jumlah perdarahan kala IV persalinan
pada ibu yag melakukan inisiasi menyusu dini di klinik BPS Ny. Hj. Endang
Purwati adalah 76,33 cc sedangkan rata-rata jumlah perdarahan kala IV
persalinan pada ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini di klinik BPS Ny.
Hj. Endang Purwati adalah 131,00 cc. dan perbandingan rata-rata jumlah
perdarahan kala IV persalinan pada ibu yang melakukan inisiasi dengan ibu yang
tidak melakukan inisiasi menyusu dini adalah 54,67 cc. Pada uji statistik
didapatkan nilai p= 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh
inisiasi menyusu dini terhadap jumlah perdarahan kala IV.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Shinta bahwa salah satu
manfaat IMD saat bayi menyusu oksitosin akan di lepas, oksitosin adalah hormon
yang menyebabkan kontraksi, sehingga otot-otot rahim akan berkontraksi
kembali seperti semula dan ukurannya kembali normal, hal ini dapat mengurangi
pendarahan pada saat persalinan dan dapat membantu involusi uterus. ( Roesli
Utami, 2012)
55
Lebih lanjut, hasil penelitian ini juga sesuai dengan WBW (World
Breastfeeding Week ) tahun 2017, menyatakan bahwa, melalui sentuhan,
emutan dan jilatan bayi pada putting susu ibu akan merangsang pengeluaran
hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki bayi pada saat
merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus untuk
merangsang kontraksi uterus. Oksitosin akan menyebabkan uterus berkontraksi
sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya
perdarahan post partum.
Menurut Guyton C & Hall JE (2006), oksitosin adalah salah satu hormon
yang sangat kuat merangsang kontraksi pada uterus terutama pada akhir
kehamilan. Oleh karena itu banyak ahli kebidanan yang meyakini bahwa hormon
ini yang yang berperan dalam proses kelahiran bayi. Berdasarkan pernyataan
Praborini dari Jakarta Brestfeeding Center menyebutkanbahwa ibu yang
melakukan inisiasi menyusu dini akan mempercepat involusi uterus
danmengurang perdarahan karena pengaruh hormon oksitosin ditandai dengan
rasa mules karena rahim yang berkontraksi (Praborini, A, 2014).Hal ini
disebabkan karena pada ibu bersalin Sdengan inisiasi menyusu dini ketika bayi
baru lahir langsung diletakkan di atas perut ibu sehingga bayi dapat melakukan
kontak langsung kulit dengan kulit dan mampu merangsang keluarnya hormone
oksitosin yang berfungsi untuk merangsang otot uterus sehingga pembuluh
darah di daerah pelepasan terjepit. Oleh karena itu darah yang keluar menjadi
lebih sedikit (CaturTheresia, 2009)
Selain dapat menghasilkan Hormon oksitosin inisiasi menyusu dini juga
memiliki Manfaat lainnya salah satu nya inisiasi menyusu dini dapat dapat
meningkatkan keselamatan bayi . Menurut Roesli (2012) presentasi kematian
bayi dapat dicegah dengan beberapa intervensi yaitu IMD, menyusui eksklusif
enam bulan dan diteruskan dengan memberikan makanan pensamping ASI (MP-
ASI). IMD dapat mengurangi 22 % kematian bayi28 hari dari sekitar 40%
kematian balita yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi. Berarti
IMD mengurangi angka kematian balita 88%.
Dan manfaat lain dari IMD yang lain ialah mendorong keberhasilan ASI
eksklusif yang didukung dengan teori menurut BKKBN (2013) bahwa IMD pada 1
jam pertama kelahiran bayi dapat meningkatkan keselamatan bayi dan
mendorong keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Seperti yang kita ketahui
56
bahwa ASI eksklusif sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang bayi serta
mengandung zat gizi yang optimal dan mudah diserap untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif
tidak terlepas dari pemberian ASI secara dini kepada bayi. Dengan melakukan
menajemen laktasi maka upaya pemberian ASI Eksklusif akan lebih mudah
dilakukan. Apalagi adanya penyuluhan tentang keutungan dari ASI ekslusif yang
sudah dimulai dari sejak masa kehamilan. Ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti air susu
kurang sehingga bayi sering menangis dan rewel. Kendala dalam pemberian ASI
eksklusif juga yaitu pemberian makanan dan minuman kepada bayi kepada bayi
sebelum ASI keluar seperti madu dan susu formula dan ketidakpercayaan ibu
memberikan ASI kepada bayi. Disamping gencarnya promosi susu formula juga
termasuk salah satu gagalnya pemberian ASI eksklusif.
2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian disini adalah pada pengukuran jumlah perdarahan,
dimana dalam proses pengukuran perdarahan ada kesulitan dalam menimbang
duk, dimana darah yang terkumpul di dalam duk kurang akurat karena terkadang
ada darah yang tercecer disekitar pakaian dalam atau merembes di kain sarung,
sehingga pengukuran perdarahan tidakmaksimal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian untuk mengetahui pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap
jumlah perdarahan kala II sampai kala IV, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mayoritas responden kelompok ibu yang tidak dilakukan IMD jumlah
perdarahan kala IV yang perdarahan ≤200 sebanyak 22 responden
(95,65%) dan Minoritas responden kelompok ibu yang tidak dilakukan IMD
jumlah perdarahan kala IV yang perdarahan > 200 sebanyak 1
responden (4,35%).
2. Mayoritas responden kelompok ibu yang dilakukan IMD jumlah perdarahan
kala IV yang perdarahan ≤200 sebanyak 22 responden (100%) dan
Minoritas responden kelompok kelompok ibu yang dilakukan IMD jumlah
perdarahan kala IV yang perdarahan > 200 sebanyak responden (0%).
3. Rata-rata jumlah perdarahan kala IV responden yang dilakukan Inisiasi
Menyusui Dini adalah 150,63 dengan standar deviasi 22,149. Sedangkan
responden yang tidak dilakukan Inisiasi Menyusui Dini rata-rata julah
perdarahan kala IV adalah 166,09 dengan standar deviasi 21,580. Pada Uji
statistik didapatkan nilai P=0,000
4. Ada pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap jumlah perdarahan kala II
sampai kala IV.
B. Saran
1. Bagi Klinik
Diharapkan Klinik bersalin winda astuti dan klinik mabar Medikadapat
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada ibu yang bersalin untuk
mengurangi jumlah perdarahan kala IV persalinan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk memberikan pengajaran
yang berkaitan dengan Inisasi Menyusu Dini (IMD) pada persalinan.
5
7
58
DAFTAR PUSTAKA
Proverawati. A. 2017. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Nuha Medika. Jakarta.
Lampiran 1
Nim : P07524517032
Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, ibu bebas menerima
menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu
bersedia menjadi responden, silahkan menanda tangani surat persetujuan ini
pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti ibu bersedia
menjadi responden pada penelitian ini. Terimakasih atas perhatian ibu untuk
penelitian ini.
Lampiran 2
( INFORMENT CONSENT )
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia dan tidak keberatan
menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program
Studi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan dengan judul “ Pengaruh
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Di
Klinik Bersalin Winda Astuti Dan Klinik Mabar Medika Tahun 2018”.
Saya berharap penelitian ini tidak mempunyai dampak negatif serta
merugikan bagi saya dan keluarga saya, sehingga hal yang dilakukan benar-
benar dirahasiakan
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari
pihak manapun untuk diperlukan sebagaimana mestinya
( )
5
Lampiran 3
No Responden :
DATA DEMOGRAFI
1. Usia : …………………. Tahun
2. Pendidikan :
1. SD/ Pendidikan dasar 4. Diploma
2. SMP/Sederajat 5. Sarjana
3. SMA/Sederajat
3. Pekerjaan :
1. Ibu rumah tangga
2. Wiraswasta
3. PNS
2.
Lampiran 4
6
No Responden :
DATA DEMOGRAFI
1. Umur : …………………. Tahun
2. Pendidikan :
1. SD/ Pendidikan dasar 4. Diploma
2. SMP/Sederajat 5. Sarjana
3. SMA/Sederajat
3. Pekerjaan :
1. Ibu rumah tangga
2. Wiraswasta
3. PNS
2.
Lampiran 5
2. Dalam menolong ibu saat melahirkan, sarankan untuk tidak atau mengurangi
mempergunakan obat kimiawi dapat digantikan dengan misalnya pijat,
5. Tengkurapkan di dada atau perut dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Selimuti keduanya. Kalau perlu menggunakan topi bayi
6. Biarkan bayi mencari susu ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu.
8. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Inisiasi Menyususi Dini dalam
waktu 30 – 60 menit.
9. Bayi baru dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap, setelah Inisiasi
Menyusu selesai. Tunda prosedur yang invasive seperti suntikan vit K dan
menetes mata bayi
• Bayi mulai bergerak kearah payudara ibu. Areola sebagai sasaran dan
bayi bergerak kearah payudara ibu dengan kaki menekan perut ibu. Bayi
menjilati kulit ibu, menghentak hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke
kakan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah putting susu dan
sekitarnya dengan tangan.
• Setelah itu bayi menemukan putting susu ibu dan bayi pun mulai menjilat,
mengulum putting dan membuka lebar mulutnya, setelah itu bayi mulai
menghisap dengan baik
Setelah Perdarahan
Responden Kosong
Digunakan Kala IV
1 18 SMA IRT YA 18 gr 162 gr 144 cc
2 22 SMA IRT YA 18 gr 179 gr 161 cc
3 21 SMA IRT YA 18 gr 157 gr 139 cc
4 24 SMA Wiraswasta YA 18 gr 202 gr 184 cc
5 21 SMA IRT YA 18 gr 173 gr 155 cc
6 25 SMA IRT YA 18 gr 156 gr 138 cc
7 21 SMA IRT YA 18 gr 225 gr 207 cc
8 19 SMA IRT YA 18 gr 161 gr 143 cc
9 27 SMA IRT YA 18 gr 167 gr 149 cc
10 23 SMA IRT YA 18 gr 183 gr 165 cc
11 24 Diploma PNS YA 18 gr 165 gr 147 cc
12 18 SD IRT YA 18 gr 189 gr 171 cc
13 26 SMP IRT YA 18 gr 170 gr 152 cc
14 18 SMA Wiraswasta YA 18 gr 161 gr 143 cc
15 19 SD IRT YA 18 gr 143 gr 125 cc
16 26 Diploma IRT YA 18 gr 165 gr 147 cc
17 33 Sarjana PNS YA 18 gr 127 gr 109 cc
18 23 SMP IRT YA 18 gr 160 gr 142 cc
19 24 Diploma IRT YA 18 gr 181 gr 163 cc
20 30 Sarjana PNS YA 18 gr 160 gr 142 cc
21 27 SMA IRT YA 18 gr 143 gr 127 cc
22 22 SMP IRT YA 18 gr 142 gr 117 cc
23 21 SD IRT YA 18 gr 142 gr 124 cc
24 22 SMA IRT TIDAK 18 gr 196 gr 178 c
25 24 SMA IRT TIDAK 18 gr 175 gr 157 cc
26 19 SD IRT TIDAK 18 gr 213 gr 195 cc
27 26 SMA IRT TIDAK 18 gr 186 gr 168 cc
28 32 SMA IRT TIDAK 18 gr 210 gr 192 cc
29 23 SMA IRT TIDAK 18 gr 163 gr 145 cc
30 33 SMA IRT TIDAK 18 gr 176 gr 158 cc
31 19 SMP IRT TIDAK 18 gr 162 gr 144 cc
32 23 SMA IRT TIDAK 18 gr 205 gr 187 cc
33 27 Diploma PNS TIDAK 18 gr 166 gr 148 cc
34 23 SMA IRT TIDAK 18 gr 183 gr 165 cc
35 22 SMA IRT TIDAK 18 gr 215 gr 197 cc
36 26 SMA IRT TIDAK 18 gr 171 gr 153 cc
37 22 SMP IRT TIDAK 18 gr 179 gr 161 cc
38 23 SMA IRT TIDAK 18 gr 190 gr 172 cc
39 27 SMA Wiraswasta TIDAK 18 gr 207 gr 189 cc
40 28 Diploma PNS TIDAK 18 gr 120 gr 102 cc
10
Lampiran 7
Frequencies Usia
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
/ORDER=ANALYSIS.
Statistics
umur2
N Valid 46
Missing 0
umur2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frequencies Pendidikan
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
/ORDER=ANALYSIS.
Statistics
P1
Valid 46
Missing 0
P1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frequencies Pekerjaan
15
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
/ORDER=ANALYSIS.
Statistics
P2
N Valid 46
Missing 0
16
P2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
T-Test
Group Statistics
kalaIV Equal
variances 14.409 .000 -29.856 7139 .000 -15.460 .518 -16.475 -14.445
assumed
Equal
variances 7.029E
-29.817 .000 -15.460 .518 -16.476 -14.444
not 3
assumed
Lampiran 8
LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Syafira
NIM : P07524517032
Kelas : A
Judul Skripsi : Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV
persalinan di Klinik Bersalin Winda dan Klinik
Bersalin Mabar Medika Tahun 2018
18
Kegiatan Uraian
No Tanggal Paraf
Bimbingan Bimbingan
Pengajuan
5 Maret
Judul Proposal Acc Judul
1 2018
(Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)
Pengajuan
5 Maret Acc Judul
2 2018 Judul Proposal
(Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)
22 Maret
3 Konsul BAB I Perbaikan BAB I
2018
(Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)
Perbaikan BAB I
4 22 Maret
Konsul BAB I
2018 (Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)
Perbaikan BAB I
23 Maret
Konsul BAB I Dan BAB II
2018
5 Dan BAB II (Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)
19
Perbaikan BAB I
26 Maret
Dan BAB II
2018 Konsul BAB I
6 (Yulina Dwi Hastuty,
Dan BAB II
S.Kep.Ners,
M.Biomed)
Perbaikan BAB II
28 Maret Konsul BAB II
Dan BAB III
7 2018 Dan BAB III
(Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)
15.
Konsul
21 April ACC Sidang
Perbaikan
(Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)
Konsul BAB I,
10 Mei II, Dan III
16. ACC
2018 Setelah Sidang
(Yulina Dwi Hastuty,
Proposal
S.Kep.Ners,
M.Biomed)
Konsul BAB I,
11 Mei II, Dan III
17. ACC
2018 Setelah Sidang
Proposal (Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)
23 Mei
21. Konsul BAB III ACC
2018
(Elizawarda, SKM,
M.KES)
M.Biomed)
18 Juli
27. Konsul BAB V ACC
2018
(Yulina Dwi Hastuty,
S.Kep.Ners,
M.Biomed)
18 Juli
28 Konsul BAB V ACC
2018
(Ardiana Batubara,
SST, M.KEB)
29 Konsul
26 Juli Perbaikan BAB IV
Perbaikan BAB (Yulina Dwi Hastuty,
2018 dan BAB V
IV dan BAB V S.Kep.Ners,
M.Biomed)
Konsul
31 Juli
30 Perbaikan BAB ACC (Yulina Dwi Hastuty,
2018
IV dan BAB V S.Kep.Ners,
M.Biomed)
23
Konsul
31 Juli
31 Perbaikan BAB ACC
2018
IV dan BAB V (Elizawarda, SKM,
M.KES)
Nomor : M
Lampiran : Medan, 04 Juni 2018
Perihal : Telah melakukan penelitian
Kepada Yth :
Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Medan
Di –
Nama : Syafira
NIM : P07524517032
Semester : II (Dua)
Program Studi : D-IV Kebidanan Alih Jenjang
Judul penelitian : “ Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap
Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Di Klinik
Bersalin Winda Astuti Dan Klinik Mabar Medica
Tahun 2018”.
Dengan ini diberitahukan bahwa Mahasiswa tersebut telah melakukan
penelitian Di Klinik Bersalin Winda Astuti untuk melengkapi syarat lulus yaitu
mengerjakan skripsi. Demikian surat balasan dari kami, atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.
M
Medan, 04 Juni 2018
Lampiran 10
P
Pimpinan Klinik Bersalin
Winda Astuti
( MMC )
KLINIK MABAR MEDIKA
IDI
MEDAN
(MMC)
Jl. RPH. Mangan I No. 146 Mabar Medan Deli 20242
M
Nomor :
Medan, 04 Juni 2018
Lampiran :
Perihal : Telah melakukan penelitian
Kepada Yth :
Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Medan
Di –
25
Nama : Syafira
NIM : P07524517032
Semester : II (Dua)
Program Studi : D-IV Kebidanan Alih Jenjang
Judul penelitian : “ Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap
Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Di Klinik
Bersalin Winda Astuti Dan Klinik Mabar Medica
Tahun 2018”.
PERNYATAAN P
Pimpinan Klinik Mabar Medica
PENGARUH INISIANI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP JUMLAH
PERDARAHAN KALA IV PERSALINAN DIKLINIK BERSALIN
WINDA ASTUTI DAN KLINIK MABAR MEDIKA
TAHUN 2018
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut
dalam daftar pustaka.
26
SYAFIRA
P07524517032
Lampiran 13
Nama : Syafira
NIM : P07524517032
Program Studi : D-IV Kebidanan
Jurusan : Kebidanan Medan
Dibuat : Medan
Pada Tanggal : 23 Agustus 2018
Yang Menyatakan
(Syafira)
Lampiran 14
I. Identitas Pribadi
Nama : Syafira
Tempat/Tgl Lahir : Medan, 19 juli 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 1 Dari 2 bersaudara
Nama Ayah : Ahmad Syafi`i
Nama Ibu : Ramadhani Pasaribu
Alamat : Jalan Putri Hijau LINK.XVI No. 26 H Kelurahan Pulo
Brayan Kota Kecamatan Medan Barat
28