Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEJARAH PEMINATAN

TENTANG
KRISIS KUBA
OLEH
KELOMPOK 4
ANGGOTA :
1. Deanada Putri Mahlinda
2. Dilham Afdol Rahman
3. Dyanita Riyanda
4. Novrizal Rahmadanil
5. Radiatul Ihsan
6. Ramadhani Putra Al Fadel

TAHUN 2022/2023
Di Mana Terjadinya Krisis Misil Kuba?

Peta surat kabar saat Krisis Misil Kuba menunjukkan jarak dari Kuba ke berbagai
kota di Amerika Utara.
Negara dengan ibukota Havana ini terletak di Benua Amerika, tepatnya di
Amerika Tengah, kepulauan Karibia. Sebagai informasi, negara ini merupakan
bekas jajahan Spanyol dan Amerika Serikat.

Jika bicara mengenai Kuba, maka tak lepas dengan peristiwa Revolusi Kuba, yakni
peristiwa awal mula terjadinya Invasi Teluk Babi hingga Krisis Misil Kuba.

Singkat cerita, Revolusi Kuba adalah peristiwa pemberontakan bersenjata yang


dipimpin oleh Fidel Castro dengan tujuan menggulingkan kediktatoran Fulgencio
Batista. Revolusi Kuba sendiri dimulai pada 26 Juli 1953, kemudian pada akhir
tahun 1958 Castro pun berhasil menguasai Kuba.

Nah, karena telah dikuasai oleh Fidel Castro, maka pada tanggal 1 Januari 1959,
Fulgencio Batista pun pergi meninggalkan Kuba. Semenjak itu, Fidel Castro telah
menjadi pemimpin dari Kuba. 
Awal mula peristiwa Krisis Misil Kuba sendiri berkaitan erat dengan gaya
kepemimpinan Fidel Castro pada saat itu. So, biar makin jelas, yuk, kita lanjut
pembahasan mengenai awal mula Krisis Misil Kuba di bawah ini!

Awal Mula Krisis Misil Kuba

Krisis Misil Kuba merupakan sebuah krisis yang dimulai dari 14-28 Oktober
1962. Meski hanya 13 hari, peristiwa ini hampir memicu adanya perang
nuklir, loh! Lantas, apa yang melatarbelakangi peristiwa tersebut?

Penyebab terjadinya krisis Kuba pada tahun 1962 adalah adanya perang
dingin antara Amerika Serikat yang dipimpin oleh John F. Kennedy dengan
Uni Soviet yang dipimpin oleh perdana menteri Nikita Khrushchev.

Krisis Misil Kuba ini terjadi setelah terungkap fakta bahwa AS telah ikut
mendukung serangan ke Teluk Babi. Peristiwa tersebut, dikenal juga
sebagai Invasi Teluk Babi. Namun, serangan tersebut berhasil digagalkan
oleh Fidel Castro yakni pemimpin Teluk Babi. 
Meski gagal, usaha John F. Kennedy untuk menjatuhkan pemerintahan Fidel
Castro masih berlanjut. Pada tanggal 30 November 1961, setelah Invasi
Teluk Babi, John F. Kennedy mulai merencanakan Operasi Mongoose yang
dipimpin oleh Jenderal Angkatan Udara AS Edward Lansdale. 

Lalu, pertanyaan yang sering muncul yaitu “mengapa Amerika Serikat tidak
menginginkan Fidel Castro memerintah Kuba?” 

Alasannya, karena Fidel Castro menerapkan sistem komunis dan


mendekatkan negaranya ke Uni Soviet. Hal tersebut tentu saja berkaitan
dengan adanya perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. 

Nah, pasti kalian pernah dengar tentang perang dingin ini, bukan? 

Singkat cerita, perang dingin ini terjadi karena Uni Soviet dan AS memiliki
perbedaan ideologi. Amerika Serikat dengan ideologi liberalisme sedangkan
Uni Soviet dengan ideologi  komunisme. Kedua negara ini pun sama-sama
memiliki keinginan untuk menyebarkan ideologinya. Tak hanya itu, kedua
negara adidaya ini juga selalu berlomba dalam hal kecanggihan teknologi. 

Oke, sekarang kita lanjut ke pembahasan awal, yuk! 

Uni Soviet yang mengetahui tindakan yang dilakukan oleh AS mulai semakin
khawatir. Oleh karenanya, pada bulan September 1962, Nikita Khrushchev
yakni perdana menteri Uni Soviet menyatakan kepada John F. Kennedy
apabila AS melakukan serangan berikutnya terhadap Kuba, maka akan
dianggap sebagai tindakan perang.

Tak lama kemudian, Uni Soviet mulai menempatkan pasukan militer Uni
Soviet di Kuba dan juga rudal nuklir. Nah, rudal-rudal tersebut terdiri dari
rudal jarak menengah hingga rudal jarak jauh yang ditempatkan di berbagai
lokasi sekitar Kuba. 
Rudal tersebut merupakan ancaman terhadap Amerika Serikat karena dapat
menghancurkan sebuah kota dalam waktu singkat.

Peta instalasi rudal-rudal di Kuba.


Kemudian, pada tanggal 14 Oktober 1962, pesawat mata-mata U2 Amerika
Serikat memotret sejumlah rudal balistik di Kuba yang sedang dibangun.
Amerika Serikat yang mengetahui hal tersebut pun mulai membentuk
pasukan militer di Florida yang siap menyerang Kuba apabila diperlukan.

Pada tanggal 22 Oktober 1962, dalam pidato televisi, John F. Kennedy


memberitahukan publik AS tentang keputusannya dalam memblokade Kuba
dengan Angkatan Laut AS. Tak hanya itu, JFK juga menuntut Uni Soviet
untuk menarik rudal-rudalnya atau AS akan menyerang Kuba. 

Di hari berikutnya, tepat pada tanggal 23 Oktober 1962, Khrushchev


menyatakan bahwa ia menolak permintaan JFK untuk menarik rudal-
rudalnya. Di saat yang bersamaan, kapal-kapal AS sudah bergerak menuju
perairan sekitar Kuba. Di lain sisi, kapal selam Uni Soviet pun juga bergerak
menuju Kuba. 
Lalu, pada tanggal 24 Oktober 1962, Krushchev pun marah dan menuduh JFK
telah mengancam Uni Soviet.

Bagaimana Krisis Misil Kuba Berakhir?

1 November 1962. Rudal Soviet meninggalkan Kuba.


Pada tanggal 27 Oktober 1962, Mayor Rudolf Anderson yang merupakan
pilot U-2 AS ditembak jatuh dan dibunuh di atas Kuba. Meski begitu, JFK
menyimpulkan bahwa Khrushchev tidak mungkin memberikan perintah
untuk menembak jatuh pesawat Rudolf Anderson.

Lalu, di malam harinya, Jaksa Agung AS Robert Kennedy bertemu dengan


duta besar Uni Soviet Anatoly Dobrynin untuk membahas Krisis Misil Kuba.
Hasil pertemuan tersebut pun menemui titik terang. 

Akhirnya, pada tanggal 28 Oktober 1962, krisis Kuba tahun 1962 berakhir
setelah Khruschev menulis surat terbuka untuk JFK yang menyatakan setuju
untuk menarik rudal miliknya. Namun, dengan syarat AS tidak akan
menyerang Kuba dan berjanji menarik rudalnya dari Turki. Presiden John F.
Kennedy pun menyetujui perjanjian tersebut dan merespons dengan damai. 
Embargo Ekonomi Terhadap Kuba

Embargo ekonomi berarti pelarangan kegiatan perniagaan maupun


perdagangan terhadap suatu negara. Amerika Serikat memulai kebijakan-
kebijakan yang bertujuan untuk mengisolasi Kuba, seperti mencegah arus
informasi, perjalanan, hingga perdagangan dengan Kuba. 

Embargo ekonomi di Kuba sendiri telah terjadi sejak 1960. Alasan


diberlakukannya embargo ekonomi terhadap Kuba yaitu karena Kuba
menasionalisasikan seluruh aset milik AS.

Lalu, apa kaitannya dengan Krisis Misil Kuba? Nah, kaitannya adalah
semenjak berakhirnya Krisis Misil Kuba, embargo ekonomi terhadap Kuba
semakin diperketat di bawah pemerintahan Presiden John F. Kennedy. 

Hal tersebut pun berimbas terhadap menurunnya pasokan makanan dan


obat-obatan yang sebelumnya di suplai dari AS. Tidak hanya itu, kegiatan
ekspor gula Kuba pun ikut terhambat dan terjadi penurunan angka.

Bahkan, perjalanan warga negara dari AS ke Kuba, maupun sebaliknya pun


ikut dibatasi dan diperketat.

Kuba sebagai negara kecil yang selalu dihubungkan dengan negara –


negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia) telah banyaK
dilakukan karena sejarah hubungan kedua negara yang panjang dan tak
berkesudahan. Ketiga negara tersebut telah membentuk sistem tersendiri
dalam dunia internasional, terutama pada Perang Dingin. Segala ketegangan
dan ancaman akan terjadinya perang membuat para ilmuwan Hubungan
Internasional tertarik untuk menelaah setiap aspek yang ada. Bahkan negara
komunis yang kecil seperti Kuba turut memegang peranan yang penting
dalam menentukan nasib dunia pada masa itu.
Hingga pada masa pasca Perang Dingin pun, Kuba tetap menjadi musuh
utama Amerika Serikat yang dalam beberapa dekade, membuat kebijakan
Amerika Serikat tidak mengalami perubahan untuk memberikan tekanan
pada Kuba yang juga tetap kokoh dengan komunismenya dan menentang
liberalisasi yang berusaha dilakukan Amerika Serikat. Kuba semakin menjadi
ganjalan bagi Amerika Serikat untuk menanamkan hegemoninya di kawasan
Amerika Latin. Penelitian yang dilakukan oleh Coen Husain Pontoh, 23
Januari 2009, dalam artikelnya yang berjudul Kisah Balada antara
Washington dan Kuba8 merupakan bahasan mengenai kebijakan – kebijakan
yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Kuba dalam setiap kebijakan luar
negerinya.

Sejak kemerdekaan Kuba dari Spanyol, Kuba telah menjadi target Amerika
Serikat untuk menanamkan hegemoninya. Namun, revolusi yang dilakukan
Fidel Castro, menjadi ganjalan bagi kepentingan Amerika Serikat tersebut.
Rezim Castro semakin menjadi ancaman bagi kepentingan Amerika Serikat
terutama terhadap Amerika Latin ditengah perang antara kapitalis dengan
sosialis, sehingga dengan segala cara, Amerika Serikat berusaha untuk
menjatuhkan Castro. Usaha yang dilakukan Amerika Serikat untuk menekan
Kuba yang sosialis, tidak hanya dilakukan dengan tindakan politik – militer,
namun juga dengan melakukan embargo ekonomi, kultural, hingga larangan
bepergian bagi warga Amerika Serikat ke Kuba. Namun Kuba masih tetap
dapat bertahan dengan segala tindakan Amerika Serikat tersebut, bahkan
pernah terjadi usaha pembunuhan Fidel Castro yang disebut Bay Pigs
Invasion yang juga gagal dilakukan oleh CIA. Bahkan kebijakan terhadap
Kuba tersebut telah turun temurun dilakukan oleh presiden – presiden
Amerika Serikat dari Dwight Eisenhower, John F. Kennedy, hingga George W.
Bush yang selalu gagal menjatuhkan rezim Castro, hingga kebijakan yang
sedikit longgar pada pemerintahan Obama namun belum menemukan titik
terang bagi hubungan kedua negara. Penelitian tersebut telah menegaskan
adanya sejarah yang panjang terhadap ketegangan Kuba dengan Amerika
Serikat, meski Presiden Amerika Serikat saat ini Barrack Obama berjanji
untuk melakukan normalisasi namun, tetap tidak mengubah arah kebijakan
Amerika Serikat tersebut, seperti dalam penelitian Sumantri B. Sugeo, 2010,
yang berjudul Hegemoni Amerika Serikat terhadap Kuba9 yang membahas
tentang usaha Kuba untuk menarik kembali Guantanamo dari tangan
Amerika Serikat tanpa syarat. Kuba menyewakan Guantanamo pada
Amerika Serikat dalam waktu yang tidak ditentukan sejak 1903 setelah
Amerika Serikat menduduki Kuba dalam perang melawan Spanyol.

Namun usaha Kuba sepertinya masih mengalami ganjalan. Karena sampai


saat ini, tidak ada tanggapan dari Amerika Serikat untuk mengembalikan
Guantanamo kepada Kuba, bahkan Amerika Serikat berencana untuk
menjadikan Guantanamo sebagai pangkalan militer Amerika Serikat yang
permanen di kawasan Amerika Latin.

Hal ini semakin ditegaskan dengan pernyataan Obama bahwa Obama


ingin melakukan normalisasi Amerika Serikat – Kuba, tetapi tidak akan
mencabut embargo perdagangan Amerika Serikat ke Kuba. Sehingga dapat
disimpulkan hingga saat ini, meskipun Amerika Serikat telah berkali – kali
berganti kepemimpinan, namun kebijakan Amerika Serikat terhadap Kuba
tidak mengalami perubahan yang mendasar. Hal inilah yang menjadi salah
satu alasan Kuba untuk memperkuat bargaining powernya terhadap
Amerika Serikat dengan kembali menjalin hubungan diplomatik dan
kerjasama dengan Rusia. Begitupun dengan Rusia melakukan kerjasama
dengan Kuba yang memiliki letak strategis, karena Rusia tengah mengalami
ketegangan dengan Amerika Serikat yang memuncak sejak adanya kebijakan
Amerika Serikat menempatkan basis sistem penangkal rudal di Cheko dan
Polandia. Serta adanya keterlibatan Rusia dalam konflik Georgia dan Ossetia
Selatan.

Hubungan antara Rusia dengan Amerika Serikat pun memiliki sejarah


yang panjang terutama menjadi klimaks pada masa Perang Dingin. Hal ini
seperti yang ditelaah oleh Wim Tangkilisan yaitu Hubungan AS – Rusia
Pasca-Perang Dingin yang memandang hubungan kedua negara masih
mengacu pada pola Perang Dingin. Oleh karena itu, dalam artikel tersebut
menerangkan mengenai proses langkah meninggalkan pola Perang Dingin.
PENUTUP

Sekian makalah ini kami buat, jika ada yang salah mohon
dimaafkan/dikoreksi. Sekian terimakasih.

wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Anda mungkin juga menyukai