Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SEJARAH

“KONFLIK DI AMERIKA”
Insiden Teluk Babi
Perang Malvinas

Disusun Oleh: Kelompok 7

Muh.Rialdy
Abdul Arif Ode
Rahmat Alif Tawakal

SMAN 10 KENDARI
XII IPS 1
BAB 1
INSIDEN TELUK BABI
Latar Belakang
CIA telah mulai merekrut dan melatih para pelarian Kuba pada masa pemerintahan Eisenhower,
berbulan-bulan sebelum AS memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba pada Januari 1966,
ketika ketegangan antara Washington dan Havana meningkat. Namun, Wakil Presiden Richard
Nixon, dan bukan Eisenhower yang mendorong agar rencana itu dilaksanakan. Setelah itu Nixon
selalu kuatir bahwa keterlibatan dan tanggung jawabnya atas kegagalan operasi itu akan muncul.
CIA mula-mula yakin bahwa badan itu mampu menggulingkan Castro, karena sebelumnya telah
berhasil menggulingkan Perdana Menteri Mohammed Mossadegh dari Iran pada 1953 dan
Presiden Jacobo Arbenz Guzmán dari Guatemala pada 1954.
Rencana semula adalah mendaratkan brigade pelarian (Brigade 2506) di daerah sekitar kota
kolonial tua Trinidad, Kuba, yang terletak di provinsi tengah Sancti Spiritus sekitar 400 km barat
daya Havana di kaki pegunungan Escambray. Pemilihan lokasi Trinidad memberikan sejumlah
pilihan yang dapat dimanfaatkan oleh brigade pelarian itu dan yang akan menguntungkan mereka
pada waktu penyerbuan. Penduduk Trinidad umumnya menentang Castro dan pegunungan yang
terjal di luar kota itu memberikan daerah operasi dan kesana pasukan penyerbu dapat
mengundurkan diri dan melakukan perang gerilya apabila pendaratan itu gagal. Sepanjang tahun
1960, pasukan Brigade 2506 yang terus bertambah itu berlatih di lokasi-lokasi di seluruh Florida
selatan dan di Guatemala untuk melakukan pendaratan pantai dan kemungkinan pengunduran
diri ke gunung.
Namun, atas perintah Kennedy, misi itu diubah sehingga pendaratan Brigade 2506 dilakukan di
dua titik di Provinsi Matanzas, 202 km tenggara Havana di ujung timur jazirah Zapata di Bahia
de Cochinos (Teluk Babi). Pendaratan itu akan dilakukan di pantai Girón dan Larga. Pemerintah
Castro telah diperingatkan oleh agen-agen senior KGB Osvaldo Sánchez Cabrera dan "Aragon,"
yang masing-masing meninggal dengan menyedihkan sebelum dan sesudah penyerbuan itu
(Welch dan Blight, hlm. 113). Pemerintah AS sadar bahwa kemungkinan akan terjadi banyak
korban.
berhasil menggulingkan Perdana Menteri Mohammed Mossadegh dari Iran pada 1953 dan
Presiden Jacobo Arbenz Guzmán dari Guatemala pada 1954.
Rencana semula adalah mendaratkan brigade pelarian (Brigade 2506) di daerah sekitar kota
kolonial tua Trinidad, Kuba, yang terletak di provinsi tengah Sancti Spiritus sekitar 400 km barat
daya Havana di kaki pegunungan Escambray. Pemilihan lokasi Trinidad memberikan sejumlah
pilihan yang dapat dimanfaatkan oleh brigade pelarian itu dan yang akan menguntungkan mereka
pada waktu penyerbuan. Penduduk Trinidad umumnya menentang Castro dan pegunungan yang
terjal di luar kota itu memberikan daerah operasi dan kesana pasukan penyerbu dapat
mengundurkan diri dan melakukan perang gerilya apabila pendaratan itu gagal. Sepanjang tahun
1960, pasukan Brigade 2506 yang terus bertambah itu berlatih di lokasi-lokasi di seluruh Florida
selatan dan di Guatemala untuk melakukan pendaratan pantai dan kemungkinan pengunduran
diri ke gunung.

INVASI
mengantisipasi serangan itu, pemerintah menangkapi sejumlah besar orang Kuba anti Castro.
Meskipun pasukan-pasukan Castro yang berada di lapangan itu sendiri menyerah, segera menjadi
jelas setelah beberapa kontak senjata dengan pasukan-pasukan tambahan Castro bahwa para
pelarian itu tidak akan mendapatkan dukungan efektif di lapangan penyerbuan dan kemungkinan
akan kalah. Kennedy memutuskan untuk tidak memberikan dukungan udara AS kepada invasi
yang gagal itu (meskipun empat penerbang AS konon terbunuh atau tertangkap di Kuba pada
waktu invasi) karena ia menentang intervensi terbuka dan kenyataannya tak suatupun kecuali
pasukan-pasukan darat AS yang dapat menyelamatkan operasi itu. Kennedy pun membatalkan
sejumlah sortie pengeboman (hanya dua yang terjadi) pada Angkatan Udara Kuba yang diberikan
perintah untuk tidak terbang, yang mungkin sudah akan melumpuhkan Angkatan Udara Kuba
dan memberikan keunggulan udara kepada para penyerang. Marinir AS tidak dikirim, meskipun
ada kapal-kapal pendukung di lepas pantai yang siap untuk mendarat begitu mendapat perintah.
Pada saat pertempuran berakhir pada 19 April, 114 orang pelarian Kuba meninggal dan sisanya
tertangkap.

Ke-1189 pasukan pelarian Kuba itu dengan cepat diadili dan dijatuhi hukuman 30 tahun penjara
karena pengkhianatan. Setelah perundingan selama 20 bulan dengan AS, Kuba melepaskan para
tawanan itu dengan imbalan bantuan makanan dan obat-obatan senilai $53 juta.

Invasi Teluk Babi yang gagal ini sangat memalukan pemerintahan Kennedy, dan membuat Castro
kuatir tentang kemungkinan intervensi AS pada masa depan di Kuba. Akibat kegagalan ini,
Direktur CIA Allen Dulles, Wakil Direktur CIA Charles Cabell, dan Wakil Direktur Operasi
Richard Bissell dipaksa mengundurkan diri. Ketiga orang ini bertanggung jawab atas
perencanaan operasi di CIA. Namun, pemerintah AS tetap melanjutkan operasi-operasi rahasia
yang tidak kompeten di Kuba, dan belakangan melakukan Proyek Kuba untuk "menolong Kuba
menggulingkan rezim Komunis itu." Ketegangan kemudian memuncak kembali dalam Krisis
Misil Kuba tahun 1962.

CIA menulis sebuah laporan internal yang terinci yang menuduh bahwa kegagalan itu terletak
semata-mata pada ketidakkompetenan internal. Sejumlah kekeliruan fatal oleh CIA dan analis
Amerika lainnya ikut menyebabkan kegagalannya:
1.Pemerintah yakin bahwa pasukan-pasukan itu dapat mengndurkan diri ke pegunungan untuk
memimpin sebuah perang gerilya bila mereka kalah dalam perang terbuka. Pegunungan itu
terlalu jauh untuk dijangkau dengan berjalan kaki, dan pasukan-pasukan itu diterjunkan di daerah
berawa-rawa di mana mereka dengan mudah dikepung.
2.Mereka percaya bahwa keterlibatan AS dalam insiden itu dapat disangkal.
3.Mereka yakin bahwa orang-orang Kuba akan berterima kasih bila dibebaskan dari Castro dan
segera akan bergabung dalam pertempuran, tetapi kebanyakan rakyat Kuba sangat mendukung
Castro dan Revolusi; ribuan orang lainnya ditangkap sebelum pendaratan. Keyakinan CIA yang
nyaris total bahwa rakyat Kuba akan bangkit dan bergabung dengan mereka hampir pasti
didasarkan pada kehadiran badan itu yang sangat lemah di daratan Kuba. Karena itu, hampir
semua informasi mereka datang dari para pengungsi dan pembelot, yang ternyata bukan sumber-
sumber informasi yang layak dipercaya. Agen CIA E. Howard Hunt telah mewawancarai orang-
orang Kuba di Havana sebelum invasi; dalam sebuah wawancara di kemudian hari dengan CNN,
ia berkata, "...apa yang dapat saya temukan hanyalah antusiasme besar untuk Fidel Castro." [1]
4.Mereka percaya bahwa semangat pasukan invasi itu tinggi, karena itu invasi harus berlangsung
dengan cepat.
Banyak pemimpin militer cukup yakin bahwa invasi itu akan gagal namun mereka mengira
bahwa Kennedy akan mengirimkan Marinir untuk menyelamatkan para pelarian itu. Namun,
Kennedy tidak menginginkan perang besar-besaran dan meninggalkan para pasukan pelarian.

Sebuah artikel Washington Post, "Soviets Knew Date of Cuba Attack" (Soviet tahu tanggal
penyerangan Kuba) (April 29, 2000), menunjukkan bahwa CIA memiliki informasi yang
menunjukkan bahwa Uni Soviet mengetahui invasi yang akan dilakukan dan tidak
memberitahukannya kepada Kennedy. Radio Moskow malah menyiarkan siaran berbahasa
Inggris pada 13 April 1961 yang meramalkan invasi "dalam sebuah rencana yang ditelurkan oleh
CIA" dengan menggunakan "kriminal-kriminal" bayaran dalam tempo seminggu. Invasi itu
terjadi empat hari kemudian.
Invasi ini sering kali dikritik karena menjadikan Castro bahkan lebih populer, menambahkan
sentimen-sentimen nasionalistik terhadap dukungan bagi kebijakan-kebijakan ekonominya.
Setelah pengeboman B-26 yang pertama, Castro mengumumkan revolusi "Marxis-Leninis".
Setelah invasi itu, ia mengembangkan hubungan yang lebih erat dengan Uni Soviet, sebagian
untuk mendapatkan perlindungan, yang merintis jalan bagi Krisis Misil Kuba satu setengah
tahun kemudian.
Setiap tahun masih dilakukan latihan bahaya penyerangan tahunan di seluruh Kuba pada 'Dia de
la Defensa' (hari pertahanan) untuk mempersiapkan seluruh penduduk terhadap invasi.
Istilah "Teluk Babi" juga digunakan oleh Presiden Richard Nixon sebagai acuan rahasia terhadap
pembunuhan Kennedy dalam percakapan Gedung Putih yang terekam dalam pita-pita rekaman
Watergate.
Perlawanan terhadap Castro berlanjut di wilayah umum sekurang-kurangnya sampai 1965 dalam
tindakan-tindakan yang disebut pemerintah Kuba sebagai Perang melawan para bandit.

BAB 2
PERANG MALVINAS
Perang Kepulauan Falkland atau Perang Kepulauan Malvinas adalah perang tanpa deklarasi yang
berlangsung sekitar 2 bulan antara Argentina dan Britania Raya karena memperebutkan
Kepulauan Falkland dan Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan. Kepulauan ini terdiri
dari 2 pulau besar dan beberapa pulau kecil lainnya di bagian selatan Samudra Atlantik, bagian
timur wilayah Argentina

Klaim Argentina atas Kepulauan Falkland (yang disebutnya Malvinas), didasarkan semata-mata
pada kedekatan ke daratan Argentina dan apa yang disebutnya sebagai "warisan" kedaulatan dari
pemerintahan Spanyol yang gagal pada 1810. Klaim ini mempunyai makna emosional penting
bagi rakyat Argentina, yang mana selama beberapa generasi menjadi bagian kurikulum sejarah di
sekolah negeri. Motivasi sesungguhnya bagi invasi Argentina pada April 1982 itu lebih
disebabkan oleh ancaman yang dirasakan oleh junta militer Jenderal Leopoldo Galtieri yang
berkuasa: ketidakstabilan internal di Argentina yang mengancam pemerintahan diktaturnya.
Galtieri membutuhkan pengalihan perhatian yang mempersatukan, konflik luar untuk
mengalihkan publik dan mempertahankan kontrol di dalam negeri.
AWAL PERANG
Pada 19 Maret 1982, Argentina membuka konflik dengan mendaratkan 30 kapal rongsokan di
Pulau Georgia Selatan dan mengibarkan bendera Argentina. Esok harinya, kapal HMS
Endurance dikirim dari Stanley dengan setengah dari pengawal Falklands di dalamnya - 22
Marinir Kerajaan dan seorang letnan. Mereka diperintahkan untuk mengusir kapal-kapal
rongsokan itu kembali ke Argentina. Endurance tiba pada 23 Maret dan para marinir itu
mendarat. Pada 26 Maret, 100 pasukan Argentina tiba lewat laut, konon untuk menyelamatkan
kapal-kapal mereka. Pasukan Inggris yang kalah besar jumlahnya mengamati pasukan Argentina
hingga 3 April, ketika Marinir Kerajaan di Georgia Selatan menyerah setelah jatuhnya Stanley.

Pengalihan serangan ke Georgia Selatan oleh Argentina merupakan kejutan, dan memberikan
alasan bagi invasi 2 April di Pulau Falkland Timur dan direbutnya Stanley. Pasukan-pasukan
tambahan Argentina tiba secara teratur dan dalam tempo 24 jam lebih dari 4000 pasukan
Argentina mendarat di pulau-pulau itu.

RESPON INGGRIS
Pada 12 April, Inggris mengumumkan Zona Eksklusif Maritim 200 mil di sekitar pulau-pulau
itu, dengan maksud memperlemah pasokan Argentina dan upaya-upaya memperkuat pasukannya.
Tiga kapal selam penyerang nuklir Inggris memperkuatnya sampai tibanya gugus tugas atas air
tiga minggu berikutnya. Sementara kapal-kapal selam itu terus melakukan operasi-operasi
blokade sementara, 65 kapal Inggris dikirim ke Falklands pada akhir April: 20 kapal perang, 8
kapal amfibi, dan 40 kapal logistik dari Pasukan Tambahan Angkatan Laut Kerajaan dan
Angkatan Laut Perdagangan. Gugus tugas Inggris membawa 15.000 orang, termasuk kekuatan
pendaratan yang terdiri atas 7000 Marinir Kerajaan dan tentara. Kapal-kapal logistik membawa
bekal untuk pertempuran selama sekitar tiga bulan.

Akhirnya, pada 25 April, sebuah kelompok aksi atas air Inggris yang terdiri atas dua kapal
perusak, enam helikopter dan 230 pasukan menaklukkan pasukan pengawal Argentina yang
jumlahnya 156 orang di Georgia Selatan.

Gugus tugas AL Kerajaan tiba di timur Falkland pada 1 Mei. Rencananya adalah membangun
keunggulan laut dan udara dengan memikat kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat Argentina
keluar dari daratan dan menghancurkan mereka, diikuti dengan pendaratan amfibi di Stanley.
Dua kapal selam penyerang Inggris ditempatkan di utara Falklands untuk mengamati kapal-kapal
Inggris dalam menghadapi gugus tugas AL Argentina yang utama dan kapal induk Veinticinco de
Mayo, yang telah beroperasi di wilayah itu sejak 20 April.

POSISI NEGARA PIHAK KETIGA


Persemakmuran Bangsa-Bangsa
Inggris menerima dukungan politik dari negara anggota Persemakmuran Bangsa-Bangsa.
Australia, Kanada, dan Selandia Baru menarik diplomat mereka dari Buenos Aires.[4]
Pemerintah Selandia Baru mengusir duta besar Argentina setelah invasi dimulai. Sang perdana
Menteri, Robert Muldoon, berada di London ketika perang dimulai[5]
Prancis
Presiden prancis, François Mitterrand, menyatakan pembatasan untuk penjualan senjata Prancis
dan bantuan ke Argentina.
Negara anggota Organisasi Negara-Negara Amerika selain AS
Argentina didukung secara politik oleh mayoritas negara di Amerika Latin (kecuali Chili).
Beberapa anggota Gerakan Non-blok juga mendukung posisi Argentina, seperti Kuba dan
Nikaragua
Uni Soviet
Uni Soviet menggambarkan Falklands sebagai "wilayah yang disengketakan," menyadari adanya
ambisi Argentina atas pulau-pulau itu dan menyerukan agar semua pihak menahan diri.
SEBAB-SEBAB KEKALAHAN ARGENTINA
Selain kurangnya kesatuan di antara bangsa Argentina, juga terdapat jarak sosial yang lebar
antara perwira, perwira administratif dan para wajib militer (wamil). Para wamil berdinas satu
tahun atau kurang di ketentaraan. Ketika perang meletus, “sebagian besar angkatan 1962 (tahun
lahir mereka) sudah dikirim pulang, sementara angkatan 1963 belum … mendapatkan
pendidikan dasar sekalipun.” Lebih jauh, kebanyakan dari wamil yang tidak terlatih berasal dari
provinsi-provinsi utara yang beriklim tropis dan sama sekali tidak siap untuk menghadapi
“kondisi-kondisi mengerikan dan musuh yang terlatih baik serta lengkap persenjataannya.”

Marinir Kerajaan secara rutin berlatih di rawa-rawa Dartmouth Moors dan telah menyelesaikan
manuver-manuver tahunan di lingkungan kutub di Norwegia pada April 1982. Pasukan
komandonya berlatih di dataran-dataran dingin di Salisbury dan baru saja kembali bertugas di
Irlandia Utara. Salah seorang pasukan komando berkata, “Saya mulai dengan kelas yang terdiri
dari 83 orang dan hanya 11 dari kami yang selesai. Kami tahu bahwa kami adalah pasukan
terbaik di dunia ketika selesai dengan latihan itu.” Yang lainnya mengatakan, “Saya tidak pernah
dapat mengerti mengapa kami berlatih selokan dan lumpur di Salisbury sementara kami
sebetulnya akan berperang di Eropa Utara. Kemudian kami dikirim ke Falkland, dan saya
berkata kepada teman saya, ‘Setan! Tempat ini sungguh seperti rumah sendiri.’” Tradisi adalah
tali pengikat yang kuat. Seorang komando Marinir Kerajaan

Anda mungkin juga menyukai