Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tiara Maharani Prasiska

Kelas : XII-8
No. Absen : 29

KONFLIK di AMERIKA LATIN

KUBA
A. Kuba Masa Awal Pemerintahan Castro
 Pada Januari 7 1959, Amerika mengakui keberadaan Kuba di bawah pemerintah
yang baru tersebut.
 Pada tanggal 16 Februari 1959, setelah pengunduran diri Miro Cardona, Fidel
Castro disumpah sebagai perdana menteri.
 Castro mulai mengambil alih kekuasaan, pada Mei 1959, Castro mendirikan
Nation Institute of Agrarian Reform yang ketuanya adalah Castro sendiri.
 Pada tanggal 17 Juli 1959 Fidel Castro mendesak Presiden Urrutia untuk
mengundurkan diri, setelah dinilai melakukan saboatase terhadap revolusi.
 Akhir tahun1959, setelah berbagai langkah konsolidasi ditempuh, kekuasaan atas
Kuba telah dipusatkan sepenuhnya pada Fidel Castro.

B. Tahun-Tahun Kekuasaan
Pemerintah mengonsolidasi kontrol atas bangsa dengan menasionalisasi industri,
mengambil alih kekayaan yang dimiliki rakyat Kuba dan yang bukan rakyat Kuba,
mengolektivasi pertanian dan membuat kebijakan-kebijakan yang mengklaim akan
menguntungkan rakyat. Berbagai kebijakan ini mengalenisasi banyak pendukung
revolusi di antara kelas menengah dan atas Kuba, yang kira-kira hal itu setengah dari
rakyat Kuba.

Pada tahun 1961, rakyat Amerika melakukan kampanye besar-besaran untuk


menjatuhkan Castro dari kekuasaan, Amerika mengadakan serangan di Teluk Babi,
dengan merekrut tentara Kuba yang ada di dalam pengasingan untuk menyerang
pulau tersebut.

1. Insiden Teluk Babi


Salah satu bagian penting dalam sejarah hubungan Kuba dan Amerika Serikat
adalah adnya insiden Teluk Babi. Insiden Teluk Babi berkaitan dengan perang dingin
di antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet. Insiden Teluk Babi berkaitan dengan
masa pemerintahan Fidel Castro.

Melalui CIA, Amerika Serikat kemudian menyusun rencana untuk menggulingkan


pemerintahan Fidel Castro. CIA mendartkan sekitar 1.500 pasukan anti-Castro.
Menurut CIA, pasukan ini akan mendapat dukungan dari masyarakat setempat dan
dapat memicu pemberontakan rakyat untuk melawan Fidel Castro. Namun rencana itu
diketahui oleh Fidel Castro. Pada tanggal 19 April 1961 pertempuran di Teluk Babi
berakhir dan kemenangan di pihak Fidel Castro. Pasukan anti-Castro yang tertangkap
dihukum oleh pemerintahan Kuba.
2. Krisis Misil Kuba
Latar belakang dari krisis misil Kuba ini adalah hubungan buruk antara Amerika
Serikat dan Kuba pasca revolusi yang dilakukan oleh Fidel Castro. Saat itu Fidel
Castro melakukan kudeta yang akhirnya menggulingkan presiden Kuba yang
didukung Amerika Serikat, yaitu Fulgencio Batista. Untuk kembali menjatuhkan Fidel
Castro, Amerika Serikat sempat melakukan dua operasi rahasia dan embargo
ekonomi. Pada tahun 1961 dilakukan operasi Margoose yang akhirnya gagal. Setelah
itu, pada tahun 1962 Amerika Serikat melakukan embargo ekonomi terhadap Kuba
yang dilanjutkan ancaman bahwa Amerika Serikat akan memakai kekuatan militer
bila kepentingan Amerika Serikat di Kuba terancam. Melihat itu, Uni Soviet
memberikan bantuan kepada Kuba, dimana hal ini berkaitan dedngan kebijakan Uni
Soviet membantu negara dunia ketiga yang baru merdeka. Melihat bantuan ini, Kuba
akhirnya berpaling kepada Uni Soviet.

BRASIL
A. Partai Komunis
1. Masalah
 Sebelum tahun 1947, di Brasil ada partai komunis yang anggotanya berjumlah
150.000 orang. Keberadaan partai dapat membahayakan Brasil. Hal ini karena
partai komunis ini ingin merebut kekuasaan dengan jalan kekerasan. Partai ini
terus-menerus berusaha merongrong pemerintahan.
 Pada tahun 1949-1950, partai komunis setelah dibubarkan pada tahun 1947
mencoba melakukan gerakan-gerakan revolusioner.

2. Penyelesaian
 Presiden Eurico Gasper yang berasal dari Partai Sosial Demokrat yang pada saat
itu memegang pemerintahan memutuskan untuk membubarka Partai Komunis di
Brasil ini karena dianggap membahayakan.

3. Dampak
 Sedikitnya partai oposisi yang berdiri di Brasil
 Membuat Brasil menjadi negara yang antikomunis.

B. Masalah dengan Negara-Negara yang berbatasan dengan Brasil


1. Masalah
Konflik ini terjadi karena Brasil tidak bisa mengawasi secara jelas adaya imigrasi dan
perpindahan penduduknya secara gelap ke wilayah-wilayah perbatasan, seperti di
sekitar Sungai Parana di daerah Itaipu.

2. Dampak
Menimbulkan kekhawatiran dan kecurigaan bagi negara-negara yang berbatasan
dengan Brasil, seperti Venezuela dan Peru.

C. Krisis Energi
1. Masalah
Karena Brasil hanya mampu menghasilkan 180.000 barel seharinya, walaupun cukup
banyak ditemukn sumber-sumber minyak.
2. Penyelesaian
Brasil harus mengimpor minyak sebanyak 720.000 barel sehari. Brasil mencoba
menjalin hubungan dengan Libya dengan Kuwait. Begitu juga ketika Brasil
mengadakan persekutuan antikomunis dengan Bolivia dan Cile. Brasil menginginkan
minyak bumi dan gas alam yang dimiliki oleh Bolivia.

3. Dampak
Brasil harus menganggarkan banyak biaya untuk minyak. Begitu juga dalam menjalin
hubungann dengn Libya dan Kuwait Brasil harus rela menanggung beberapa
konsekuensi politik.

D. Masalah Tanah
1. Masalah
Pada masa pemerintahan Medici terjadi persengketaan dengan orang-orang Indian.
Hal ini menyangkut tanah-tanah yang ditinggali oleh orang-orang Indian

2. Dampak
Orang-orang Indian yang merasa haknya diambil ini pun menantang pemerintah ntuk
bertempur secara fisik. Hal ini membuat hubungan antara pemerintah dan suku Indian
menjadi tidak begitu baik.

Konflik Venezuela-Kolombia
Venezuela atau Republik Bolivariana Venezuela merupakan salah satu negara di
Amerika Latin yang beribukota di Caracas. Negara ini berbatasan dengan Laut
Karibia dan Samudra Atlantik di sebelah utara, Guyana di timur, Brasil di selatan, dan
Kolombia di barat. Di lepas pantai Venezuela juga terdapat negarra-negara Karibia,
yaitu Aruba, Antillen Belanda, dan Trinidad dan Tobago. Venezuela memiliki luas
wilayah kurang lebih 912.050 km2 dan memiliki kekyaan alam maupun sumber daya
tambang yang melimpah. Sehingga banyak investor asing yang menanamkan
modalnya di Venezuela.
Venezuela sejak dekade 1974, telah menjalin hubungan baik dengan Amerika
Serikat dalam hal perekonomian, sehingga Venezuela menganut kebijakan ekonomi
liberal-kapitalis. Pada masa ini, muncul jurang perbedaan yang mencolok antara si
kaya (kaum borjuis) dan kaum miskin (kaum proletar) di Venezuela, sehingga juga
mempengaruhi stabilitas sosial, politik, dan ekonomi negara tersebut.
Memasuki tahun 1998, wajah Venezuela berubah setelah presiden terpilih baru
Venezuela, yaitu Hugo Chaves menggalakkan Revolusi Bolivarian. Di bawah
kepemimpinan Chaves, Venezuela diubah menjadi negara sosialis. Revolusi
Bolivarian ini merupakan langkah konkrit Chaves selaku presiden Venezuela untuk
mensejahterakan rakyat dan terbebas dari jerat neoliberalisme yang ditanamkan oleh
Amerika Serikat. Chaves menganggap bahwa neoliberalisme tidak akan mampu
menyejahterakan rakyat miskin. Justru sebaliknya akan semakin memperkaya para
pemilik modal (kaum borjuis) dengan cara mengeksploitasi rakyat miskin sebagai
pekerja.
Langkah awal presiden Chaves dalam menentang liberalisme tersebut, diawali
dengan melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan swasta yang
memiliki saham terbesar di bidang perminyakan. Selama masa 2001-2002, Hugo
Chavez berhasil menasionalisasi Statoil (Norwegia), TOTAL (Prancis), ENI (Italia),
dan Exxon Mobil (Amerika Serikat). Selain itu Chaves juga menasionalisasi PDVSA
(Petroleos de Venezuela SA) milik Venezuela yang sebelumnya dimiliki oleh seorang
konglomerat kaya.
Pemerintah Venezuela juga menetapkan kebijakan luar negeri yang memiliki visi
untuk mengintegrasikan kawasan Amerika Latin dan Karibia ke dalam sebuah blok
regional berbasis sosialisme. Kebijakan tersebut diwujudkan dengan memberikan
dukungan tertutup kepada FARC di Kolombia. Namun, di mata Chaves, FARC
bukanlah pemberontak, melainkan pihak yang berperang.
Dukungan Venezuela kepada FARC tersebut, mendapatkan kecaman dari
Kolombia dan membuat hubungan regional kedua negara menjadi memanas.
Kolombia yang merupakan sekutu Amerika Seirikat, meminta bantuan keamanan
untuk menjaga stabilitas negeri dari aksi pemberontakan FARC. Amerika Serikat
kemudian mengirimkan pasukan dan membentuk pangkalan militer di Kolombia
dengan motif menjaga keamanan dari pasukan pemberontak FARC.
Berdirinya pangkalan militer Amerika Serikat di Kolombia menambah
ketegangan antara Venezuela dengan Kolombia. Hingga memasuki tahun 2000-an,
konflik kedua negara tersebut semakin memanas. Dari pihak Venezuela, menganggap
bahwa berdirinya pangkalan militer Amerika Serikat di Kolombia merupakan
tindakan provokatif Kolombia untuk mengganggi stabilitas negara Venezuela.
Memasuki tahun 2015, Venezuela telah mendeportasi ribuan warga Kolombia yang
tinggal di negaranya. Kedua negara saling menempatkan pasukan masing-masing di
perbatasan negara.

Anda mungkin juga menyukai