Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan,
dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet
(beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947-1991. Persaingan
keduanya terjadi di berbagai bidang yaitu: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi;
militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan;
dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, walaupun yang
akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh
Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang
terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut.
Setelah AS dan Uni Soviet bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi pada perang dunia
II, kedua belah pihak berbeda pendapat tentang bagaimana cara yang tepat untuk membangun
Eropa pascaperang. Selama beberapa dekade selanjutnya, persaingan di antara keduanya
menyebar ke luar Eropa dan merambah ke seluruh dunia ketika AS membangun "pertahanan"
terhadap komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai negara, terutama
dengan negara di Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah yang melatarbelakangi terjadinya perang dingin?
2. Bagaimana posisi Indonesia dalam perang dingin?
3. Apakah dampak dari perang dingin bagi dunia dan Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Perang Dingin
Setelah Perang Dunia II berakhir, muncul beberapa peristiwa penting yang
mempengaruhi kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Peristiwa-peristiwa itu antara lain yaitu:
Pertama, Amerika Serikat muncul sebagai salah satu negara pemenang perang di pihak Sekutu.
Peran Amerika Serikat sangat besar membantu negara-negara Eropa Barat untuk memperbaiki
kehidupan perekonomiannya setelah Perang Dunia II. Kedua, Uni Soviet juga muncul sebagai
negara besar pemenang perang dan berperan membangun perekonomian negara-negara Eropa
Timur. Ketiga, munculnya negara-negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia II di wilayah
Eropa.
Perang Dunia II yang berakhir dengan kemenangan di pihak Sekutu tidak terlepas dari
peran Uni Soviet, Uni Soviet membebaskan Eropa Timur dari tangan Jerman. Sambil
membebaskan Eropa Timur dari tangan Jerman, Uni Soviet mempergunakan kesempatan itu
untuk meluaskan pengaruhnya, dengan cara mensponsori terjadinya perebutan kekuasaan di
berbagai negara Eropa Timur seperti di Bulgaria, Albania, Hongaria, Polandia, Rumania, dan
Cekoslowakia, sehingga negara-negara tersebut masuk kedalam pengaruh pemerintahan
komunis Uni Soviet. Uni Soviet mengalami penguatan otoritas yang cukup berarti setelah
Perang Dunia II. Kerjasama diplomatik dengan 52 negara terbentuk pada saat itu. Uni Soviet
pun turut serta dalam Konferensi Paris tahun 1946, untuk membahas nasib negara-negara bekas
sekutu Jerman seperti Italia, Bulgaria, Hungaria, Rumania, dan Finlandia. Amerika Serikat
bersama Uni Soviet juga memprakarsai berdirinya PBB pada tahun 1945 bersama dengan
kekuatan anti-Fasis lainnya.
Namun kemesraan hubungan negara-negara yang tergabung dalam koalisi anti-Fasisme
itu tidak bertahan lamam dan semulus yang diharapkan. Pada tahun 1946, Stalin yang
mengusung ide “Komunisme Internasional” (Komintern) menuduh Inggris dan Amerika Serikat
melancarkan kebijakan-kebijakan internasional yang agresif. Tuduhan ini dijawab oleh Perdana
Menteri Inggris dengan menentang kekuatan yang disebutnya “Komunis Timur”, yang akhirnya
membelah sistem perpolitikan internasional menjadi dua, yaitu demokratis-kapitalis dan
komunis.
Dampak Perang Dingin
1. Dampak Perang Dingin Bagi Dunia
a. Dampak positif
1) Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi ternyata perang dingin juga membawa dampak positif pada
perekonomian dunia. Baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal ini ditandai dengan
munculnya negara super power. Dengan adanya negara super power, maka perekonomian dunia
banyak dikuasai oleh para pemegang modal. Mereka saling berlomba untuk mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara menginvestasikan modal mereka ke negara-
negara berkembang yang upah buruhnya masih relatif rendah. Sehingga keuntungan mereka
juga melambung tinggi.
2) Bidang Militer
Karena adanya rasa iri di antara negara- negara yang berseteru, masing-masing negara mulai
meningkatkan persenjataannya. Mereka melakukan hal ini agar tidak kalah dengan negara besar.
Dengan begitu persaingan senjata semakin maju dan berkembang pesat. Itu semua memacu tiap
negara untuk terus mengembangkan pertahanan negaranya masing-masing.
3) Bidang Sosial Budaya.
Menyebarnya isu-isu HAM mulai sedikit demi sedikit mengglobal. Secara langsung adanya
undang-undang tentang HAM mulai diakui, karena itu rakyat menyetujui peresmian HAM itu
sendiri. Dengan adanya HAM, rakyat semakin percaya akan adanya demokrasi dan tidak ada
lagi penindasan bagi kaum lemah.
4) Luar angkasa
Perang dingin ini juga membawa pengaruh besar pada perkembangan keruangangkasaan yang
kita miliki. Mungkin jika tidak ada perang dingin, kita tidak akan tahu bagaimana bentuk tata
surya kita. Pada saat itu kedua negara yang bersengketa saling berlomba-lomba menunjukkan
kepada dunia bahwa negara merekalah yang paling baik dengan menyebarkan doktrin-doktrin
yang mereka miliki. Karena untuk meningkatkan gengsi negara mereka maka mereka sama-
sama berlomba untuk meluncurkan roket ke luar angkasa.
5) Teknologi
Pada masa perang dingin sains dan teknologi yang terpaut dengan kegiatan militer mendapat
sorotan yang lebih dari pemerintah. Pemerintah bersedia mengeluarkan dana yang besar demi
kemajuan iptek di negara mereka. Pada periode ini tumbuh disiplin-disiplin ilmu yang
mempelajari dampak sains pada masyarakat.
Di negara-negara maju, teknologi di era modern bukan lagi urusan individu atau komunitas
berskala kecil. Teknologi modern mempunyai tujuan-tujuan nasional pada wilayah ideologi,
militer, ataupun ekonomi dan bentuk kesadaran nasional untuk menggali sumber-sumber alam
yang ada. Ini juga bertujuan untuk mewujudkan produksi barang dengan skala yang besar.
b. Dampak Negatif
Perang Dingin ini juga membawa dampak yang negatif pula, selama Perang Dingin berlangsung
masyarakat mengalami ketakutan akan perang nuklir yang lebih dahsyat dari perang dunia
kedua. Dampak lainnya adalah terbaginya Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan
Jerman Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin. Dampak negatif di tiap bidang :
1) Bidang Militer
Dengan adanya senjata nuklir yang dikembangkan secara pesat oleh kedua negara, maka
masyarakat dunia mengalami ketakutan yang luar biasa akan adanya kemungkinan perang nuklir
yang sebenarnya oleh kedua negara yang bersengketa itu. Saat itu memang sempat beredar kabar
bahwa uni soviet sudah meletakkan nuklir-nuklirnya di kuba dan diarahkan ke Amerika.
Mendapat ancaman nuklir seperti itu Amerika tidak tinggal diam. Amerika kemudian
menandatangani terbentuknya NATO.
Ini adalah suatu organisasi pertahanan yang kira-kira menyetujui tentang perjanjian bahwa
apabila salah satu negaranya diserang maka dianggap sebagai serangan terhadap NATO. Setelah
mengetahui hal ini maka pemerintah Uni Soviet menarik kembali rudal-rudal nuklirnya dari
Kuba.
2) Bidang Politik
Dampak dalam bidang politik dapat kita lihat dari dibangunnya tembok berlin di Jerman sebagai
batas antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Dalam perang dunia kedua negara ini memang
sudah terbagi menjadi 2, yaitu Jerman Barat yang beribukota di Bonn dan Jerman Timur yang
beribukota di Berlin. Negara ini mengalami perpecahan karena adanya 2 paham yang berbeda
berlaku di negara ini, yaitu liberal yang dianut jerman barat dan Komunis yang dianut jerman
timur.
2. Dampak Perang Dingin bagi Indonesia
Sistem politik-ekonomi Indonesia telah dibawa pada arus komunisme-sosialisme pada masa
Orde Lama. Sementara pada masa Orde baru berkembang liberalisme-kapitalisme. Pada masa
akhir dua kepemimpinan di atas, Indonesia mengambil keterpurukan ekonomi.
E. Berakhirnya Perang Dingin
Perang dingin akhirnya berakhir, karena:
1. Sampai 1980, 11 % GNP Uni Soviet dibelanjakan untuk kepentingan militer. Uni Soviet
mengalokasikan dana besar-besaran bagi negara yang berada dibawah kekuasaannya agar negara
tersebut tidak lepas dari kendalinya.
2. Tahun 1980, harga minyak jatuh sehingga keadaan ekonomi Uni Soviet yang tidak stabil
benar-benar berhenti. Padahal serbelumnya Uni Soviet sangat tergantung dengan ekspor
minyaknya sementara sejak 1980 minyak tidak mampu membiayai Perang Dingin.
3. Muncul krisis kredibilitas/kepercayaan terhadap sistem komunisme.
Berakhirnya perang dingin memberi dampak luas bagi perubahan dunia, yaitu antara lain:
1. Terjadinya perubahan di Eropa Timur, Rusia dan Jerman dalam upaya mengakhiri
kekuasaan komunis dan dominasi Uni Soviet di daerah tersebut.
2. Muncul perubahan politik dan ekonomi dunia yang menimbulkan terciptanya hubungan
secara menyeluruh (global) maupun kawasan (regional), yang terlihat dengan:
a. Kebangkitan Jepang. Setelah perekonomian Jepang lumpuh akibat perang dunia II dan
serangan sekutu terhadap kota Jepang maka rakyat Jepang mulai bangkit untuk membangun
kembali ekonomi negara yang hancur tersebut.Dalam perkembangannya Jepang mampu
memanfaatkan segala dukungan dan bantuan Amerika Serikat bahkan akhirnya Jepang mampu
mengambil alih fungsi-fungsi ekonomi global yang disandang Amerika Serikat dan mampu
memberikan bantuan ekonomi bagi negara di kawasan Asia Pasifik. Hingga akhirnya Jepang
mampu mendominasi kedudukan di daerah Asia-Pasifik sebagai pasar impor, penyedia bantuan
luar negeri, dan sumber investasi asing yang dia pertahankan hingga sekarang.
b. Berdirinya Group of Seven,(Perancis, Jerman Barat, Jepang, Inggris, Amerika
Serikat,Kanada dan Italia yang bergabung untuk memecahkan masalah ekonomi dunia).
Berdirinya European Union (bentuk kerja sama ekonomi antara negara Eropa Barat).
c. Berdirinya Gerakan Nonblok.
d. Berdirinya ASEAN (stabilitas politik regional dan pembangunan ekonomi masing-masing
negara anggota).
e. Berdirinya APEC, dan
f. Berdirinya OKI.
3. Muncul ketergantungan satu sama lain sehingga terjadi transformasi kekuasaan silih
berganti.
4. Terbentuklah tatanan dan nilai baru di dunia yang lebih damai, aman dan sejahtera.
PERANAN INDONESIA DALAM GNB

Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia ternyata mempunyai peranan yang cukup
penting dalam Gerakan Non Blok. Peran serta Indonesia dalam Gerakan Non Blok adalah sebagai
berikut :

1. Sebagai pemprakarsa lahirnya GNB

2. Presiden Soekarno sebagai duta untuk menyampaikan keputusan KTT I kepada Presiden
Amerika serikat John F. Kennedi.

3. Indonesia menjadi penyelenggara sekaligus ketua Gerakan Non Blok dalam KTT GNB di
Jakarta pada Bulan September 1992.

4. Presiden Soeharto merintis dibukanya kembali Dialog Untara Selatan yang telah lama
mengalami pemutusan, yakni dalam KTT G-7 di Tokyo Jepang tahun 1993.

5. Indonesia selalu mengusulkan dalam KTT kemajuan Ekonomi, penghapusan penjajahan,


dan kemurnia GNB tetap dipertahankan.

Indonesia tentu sangat berperan dengan organisasi Gerakan Non-Blok ini karena pencetusnya
sendiri adalah orang Indonesia seperti yang telah disebut sebelumnya yaitu Ir. Soekarno. Adapun
Indonesia pernah menjadi tuan rumah KTT Non-Blok pada tahun 1992 pada konferensi kesepuluh
di Jakarta yang menghasilkan “Pesan Jakarta”. Adapun isi Pesan Jakarta adalah sebagai berikut :

1. Hak asasi manusia dan kemerdekaan merupakan keabsahan universal dan percaya
kemajuan ekonomi serta sosial akan memudahkan tercapainya semua sasaran. GNB
menolak konsep mengenai hak asasi manusia dan demokrasi yang didiktekan oleh negara
tertentu atas negara lain.

2. Prihatin atas beban utang dari negara-negara berkembang.

3. Mendesak dilakukannya pembaruan ekonomi dunia guna memperkuat kemampuan PBB


dalam meningkatkan kerja sama dan penggabungan internasional.

4. Menyerukan pengalihan anggaran militer untuk memudahkan peningkatan ekonomi dan


sosial negara-negara berkembang.

5. GNB memberikan perhatian terhadap masalah Apartheid di Afrika Selatan dan mengutuk
pembasmian etnik Bosnia.
6. Menyambut baik hasil pertemuan puncak bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro tentang
lingkungan hidup san pembangunan.

GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal
memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang diselenggarakan di Bandung
dan menghasilkan Dasa Sila Bandung menjadi prinsip-prinsip utama GNB, merupakan bukti
peran Indonesia dalam mengawali pendirian GNB.

Dari Konferensi ini dihasilkan 10 prinsip yang disepakati bersama yang sering juga
disebutkan sebagai Dasa Sila Bandung, yaitu :
 Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam
piagam PBB;

 Menghormati kedaulatan dan integrits territorial semua bangsa;

 Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil;

 Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri orang lain;

 Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendiri atau
kolektif sesuai dengan piagam PBB;

 Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi


kepentingan khusus salah satu Negara besar. Dan tidak melaukan tekanan terhadap Negara
lain.

 Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan


terhadap integritas territorial atau kemerdekaan politik suatu Negara.

 Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan,


persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, atau cara damai lain berdasarkan pilihan
pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan piagam PBB.

 Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.

 Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.


 Indonesia dan GNB

Politik luar negeri yang memihak pada salah satu blok akan menyukarkan kedudukannya ke dalam
dan menjauhkan tercapainya konsolidasi. Terlepas dari cita-citanya yang subyektif dan historis
akan hidup damai dan bersahabat dengan segala bangsa, masalah yang dihadapi RI memaksa
dengan sendirinya melakukan politik bebas. Itulah sebabnya RI tidak memihak antara dua blok
besar, blok Amerika dan blok Soviet.
Sebaliknya, jika Indonesia berada di luar blok bersama-sama dengan Negara-negara Nonblok
lainnya, peranannya akan terlihat sebagai kekuatan moral dan diharapkan akan dapat meredam
ketajaman konfrontasi Negara adikuasa jika Negara Nonblok bersedia bertindak secara kolektif
sebagai penengah.

Bagi Indonesia, Gerakan Non Blok merupakan wadah yang tepat bagi Negara-negara berkembang
untuk memperjuangkan cita-citanya dan untuk itu Indonesia senantiasa berusaha secara konsisten
dan aktif membantu berbagai upaya kearah pencapaian tujuan dan prinsip-prinsip Gerakan Non
Blok.

GNB mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat dikatakan lahir sebagai
Negara netral yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan
diatas dunia haurs dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Selain itu diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kedua mandat tersebut juga
merupakan falsafah dasar GNB.

Pada tanggal 2 September 1988, Menlu RI, Ali Alatas, mengutarakan “Indonesia telah dilahirkan
sebagai Negara Nonblok.” Drs. Mohammad Hatta selaku Perdana Menteri di depan Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada tanggal 2 September 1948 mengatakan bahwa
sebagai negar merdeka, Indonesia seharusnya menjadi subjek yang berhak menentukan sikap
sendiri dan berhak memperjuangkan tujuannya sendiri tanpa menjadi pro-Rusia dan pro-Amerika.

Sesuai dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif, Indonesia memilih untuk menentukan
jalannya sendiri dalam upaya membantu tercapainya perdamaian dunia dengan mengadakan
persahabatan dengan segala bangsa.

Sebagai implementasi dari politik luar negeri yang bebas dan aktif itu, selain sebagai salah satu
Negara pendiri GNB, Indonesia juga senantiasa setia dan commited pada prinsip-prinsip dan
aspirasi GNB.

 Indonesia dalam GNB

Peranan penting Konferensi Asia Afrika tahun 1955 bagi pembentukan Gerakan Non Blok
menunjukan keterlibatan Indonesia dalam gerakan itu sejak masih dalam gagasannya. Indonesia
pun terlibat aktif dalam persiapan penyelenggaraan KTT I GNB di Beograd, Yugoslavia.

Dengan demikian Indonesia termasuk perintis dan pendiri GNB. Keikutsertaan Indonesia dalam
GNB sejak awal disebabkan oleh kesesuaian prinsip gerakan dengan politik luar negeri bebas
aktif. Indonesia berkeyakinan, perdamaian hanya mungkin tercipta dengan sikap tidak
mendukung pakta militer (NATO dan Pakta Warsawa).

Soekarno sangat mendukung GNB karena pada waktu itu dia sedang menggalang kekuatan
negara-negara baru atau New Emerging Forces (Nefos) untuk membebaskan Irian Barat yang
masih diduduki Belanda, di mana Soekarno sudah tidak percaya dengan perundingan diplomasi
dengan pihak Belanda.
 Tuan Rumah KTT X GNB
Berdasarkan Keputusan Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri Gerakan Non-Blok di Acccra,
Ghana, tanggal 4-7 September 1991, Indonesia telah ditetapkan sebagai tuan rumah/penyelenggara
KKTT GNB X. Dan selanjutnya KTT GNB X berlangsung pada tanggal 1 – 7 September 1992 di
Jakarta dan Bogor.

Selama tiga tahun dipimpin Indonesia, banyak kalangan menyebut, GNB berhasil memainkan
peran penting dalam percaturan politik global. Lewat Jakarta Message, Indonesia memberi warna
baru pada gerakan ini. Antara lain, dengan meletakkan titik berat kerjasama pada pembangunan
ekonomi dengan menghidupkan kembali dialog Selatan-Selatan.

Hal tersebut diatas, dirasa sangat perlu sebab Komisi Selatan dalam laporannya yang
berjudul “The Challenge to the South” (1987), menegaskan bahwa negara-negara Selatan harus
mengandalkan kemampuannya sendiri, kalau sekedar berharap pada kerjasama Utara-Selatan
ibarat pungguk merindukan bulan. Sebaliknya, dialog Selatan-Selatan akan memperkuat posisi
tawar (bargaining-position) Negara-negara berkembang meski hal ini masih harus dibuktikan.

Dengan profil positifnya selama ini, Indonesia dipercaya untuk turut menyelesaikan berbagai
konflik regional, antara lain : Kamboja, gerakan separatis Moro di Filipina dan sengketa di Laut
Cina Selatan. Konflik Kamboja mereda setelah serangkaian pembicaraan Jakarta Informal
Meeting (I & II) serta Pertemuan Paris yang disponsori antara lain oleh Indonesia.

KTT X GNB di Jakarta berhasil merumuskan “Pesan Jakarta” yang disepakati bersama. Dalam
“Pesan Jakarta” tersebut terkandung visi GNB yaitu :

Hilangnya keraguan sementara anggota khususnya mengenai relevansi GNB setelah


berakhirnya Perang Dingin dan ketetapan hati untuk meningkatkan kerjasama yang konstruktif
serta sebagai komponen integral dalam “arus utama” (mainstream)hubungan internasional;

Arah GNB yang lebih menekankan pada kerjasama ekonomi internasional dalam mengisi
kemerdekaan yang telah berhasil dicapai melalui cara-cara politik yang menjadi cirri menonjol
perjuangan GNB sebelumnya.

Adanya kesadaran untuk semakin meningkatkan potensi ekonomi Negara-negara anggota


melalui peningkatan kerjasama Selatan-Selatan.

Selama mengemban kepemimpinan GNB, Indonesia telah melakukan upaya-upaya penting


dalam menghidupkan kembali dialog konstruktif Utara-Selatan berdasarkan saling
ketergantungan yang setara (genuine interdependence), kesamaan kepentingan dan manfaat, dan
tanggung jawab bersama. Selain itu, Indonesia juga mengupayakan penyelesaian masalah utang
luar negeri negara-negara berkembang miskin (HIPCs/Heavily Indebted Poor Countries) yang
terpadu, berkesinambungan dan komprehensif.

Guna memperkuat kerja sama Selatan-Selatan, KTT GNB ke-10 di Jakarta sepakat untuk
mengintensifkan kerja sama Selatan-Selatan berdasarkan prinsip collective self-reliance. Sebagai
tindak lanjutnya, sesuai mandat KTT Cartagena, Indonesia bersama Brunei Darussalam
mendirikan Pusat Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan GNB.

Dalam bidang ekonomi, selama menjadi Ketua GNB, Indonesia juga secara konsisten telah
mengupayakan pemecahan masalah hutang luar negeri negara-negara miskin baik pada
kesempatan dialog dengan Ketua G-7 maupun dengan menyelenggarakan Pertemuan Tingkat
Menteri GNB mengenai Hutang dan Pembangunan yang diselenggarakan di Jakarta pada bulan
Agustus 1994 serta berbagai seminar mengenai penyelesaian hutang luar negeri.

Sedangkan untuk hutang multilateral, dimana lembaga Bretton Woods semula enggan untuk
membahasnya, pada akhirnya telah mendapatkan perhatian Bank Dunia dan Dana Moneter
Internasional dengan diluncurkannya Prakarsa HIPCs (Heavily Indebted Poor Countries).
Peningkatan Fasilitas Penyesuaian Struktural (Enhanced Structural Adjustment Facility) dan
pembentukan Dana Perwalian oleh Bank Dunia serta komitmen negara-negara Paris Club bagi
penyelesaian hutang bilateral dengan menaikkan tingkat pengurangan beban hutang dari 67%
menjadi 80%. Hal ini merupakan suatu keberhasilan upaya GNB dalam kerangka memerangi
kemiskinan.

Melalui pendekatan baru yang dikembangkan sewaktu Indonesia menjadi Ketua, GNB telah
berhasil mengubah sikap negara-negara anggota GNB tertentu yang pada intinya menerapkan
standard ganda terhadap lembaga Bretton Woods.

Disatu pihak secara bilateral negara-negara anggota GNB termasuk ingin memanfaatkan dana
yang tersedia dari Bretton Woods, tetapi secara politis menunjukkan sikap apriori terhadap Bank
Dunia dan Dana Moneter Internasional. Seperti diketahui, bahwa pengambilan keputusan pada
lembaga Bretton Woods pada prinsipnya didasarkan atas besarnya jumlah kekayaan anggota, dan
ini dapat berarti selalu merugikan kepentingan negara-negara berkembang. Namun sekarang,
dapat dikatakan bahwa telah terjalin hubungan yang baik dimana lembaga Bretton Woods telah
mau mendengarkan argumentasi dan mempertimbangkan usulan-usulan GNB.

Meskipun sekarang, Indonesia tidak lagi menjabat sebagai Ketua maupun Troika GNB
(kepemimpinan GNB terdiri dari Ketua satu periode sebelumnya, Ketua sekarang dan Ketua yang
akan datang), namun tidak berarti bahwa penanganan oleh Indonesia terhadap berbagai
permasalahan penting GNB akan berhenti atau mengendur. Sebagai anggota GNB, Indonesia akan
tetap berupaya menyumbangkan peranannya untuk kemajuan GNB dimasa yang akan datang
dengan mengoptimalkan pengalaman yang telah didapat selama menjadi Ketua dan Troika GNB.
BAB III

KESIMPULAN

PERANAN INDONESIA DALAM GNB


Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia ternyata mempunyai peranan yang cukup
penting dalam Gerakan Non Blok. Peran serta Indonesia dalam Gerakan Non Blok adalah sebagai
berikut :

1. Sebagai pemprakarsa lahirnya GNB

2. Presiden Soekarno sebagai duta untuk menyampaikan keputusan KTT I kepada Presiden
Amerika serikat John F. Kennedi.

3. Indonesia menjadi penyelenggara sekaligus ketua Gerakan Non Blok dalam KTT GNB di
Jakarta pada Bulan September 1992.

4. Presiden Soeharto merintis dibukanya kembali Dialog Untara Selatan yang telah lama
mengalami pemutusan, yakni dalam KTT G-7 di Tokyo Jepang tahun 1993.

5. Indonesia selalu mengusulkan dalam KTT kemajuan Ekonomi, penghapusan penjajahan,


dan kemurnia GNB tetap dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA

https://maghfiroherdan.wordpress.com/tag/negara-negara-yang-terlibat-perang-dingin/

http://www.ilmusocial.com/2015/01/dampak-perang-dingin-bagi-dunia.html

http://ben-ni.blogspot.co.id/2008/11/dampak-perang-dingin.html

http://worldisyourlivingplace.blogspot.co.id/2012/07/blok-timur-dan-blok-barat.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Blok_Timur

http://www.amazine.co/39023/bagaimana-perang-dingin-berakhir-ini-5-faktor-
pendorongnya/

Anda mungkin juga menyukai