Anda di halaman 1dari 18

KONFLIK DI ASIA TENGGARA YANG MENJADI KONFLIK DI

KAMBOJA

Portofolio ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kelulusan di SMA Negeri


12 Depok

Disusun Oleh:

XII IPS 1

Kelompok 3:

1. Fauzan Azim
2. Firmansyah
3. Kaiyla Amirah
4. Kurniasih (PJ)

SMA NEGERI 12 DEPOK

Tahun Ajaran 2022/2023

Jl. Raya Cipayung Jaya No.27, Cipayung Jaya, Kec. Cipayung, Kota Depok,
Jawa Barat 16437
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Portofolio Sejarah Peminatan ini dengan baik
serta tepat waktu. Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Konflik-konflik Di
Asia Tenggara Yang Terjadi Konflik Di Kamboja. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini
bisa menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Guru mata pelajaran
Sejarah Peminatan, kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah
ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

BAB II PENELITIAN

2.1 Konflik Masa Pol Pot

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Penyebab Terjadinya Konflik Kamboja

3.2 Jalannya Konflik Kamboja

3.3 Pasca Konflik Kamboja

3.4 Upaya Penyelesaian Konflik Kamboja

3.5 Dampak Dari Adanya Konflik Kamboja

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perang Saudara Kamboja adalah sebuah konflik militer yang mengadu kekuatan Partai
Komunis Kampuchea (dikenal sebagai Khmer Merah) dan sekutunya Republik Demokratik
Vietnam (Vietnam Utara) dan Viet Cong melawan pasukan pemerintah dari Kerajaan Kamboja
dan, setelah bulan Oktober 1970, Republik Khmer, yang didukung oleh Amerika Serikat (AS)
dan Republik Vietnam (Vietnam Selatan).

Serbuan Vietnam ke Kamboja tahun 1978 telah menarik perhatian dunia. Negara Negara barat
yang dipelopori oleh Amerika Serikat tidak mendukung invasi Vietnam tersebut, sedangkan
negara-negara Blok Timur yang dipelopori oleh Uni Soviet mendukung sikap Vietnam tersebut.
situasi ini mendorong Menteri Kamboja Letjen Lon Nol yang Pro Amerika Serikat melakukan
kudeta (pengembalikkan kekuasaan) pada tanggal 18 Maret 1970. Keadaan genting akibat kudeta
yang dilakukan oleh Lon Nol mendesak Norodom Sihanouk (Raja Kamboja) untuk melarikan
diri kenegara tetangga. Pada tanggal 9 Oktober 1970, Lon Nol mengangkat dirinya menjadi
Presiden Kamboja. Norodom Sihanouk pun mendirikan Pemerintahan Pengasingan di Peking
(Beijing). Pada tahun 1975 Lon Nol dijatuhkan oleh Pol Pot, ketika Pol pot berkuasa Pol Pot
menolak dominasi Vietnam dan lebih condong ke RRC. Pemerintahan Pol Pot penuh dengan
kekejaman dan kekerasan. Hal ini menumbahkan rasa kebencian rakyat kamboja terhadap
pemerintahan Pol Pot. Oleh sebab itu, muncul kelompok perlawanan dibawah pimpinan Heng
Samrin yang didukung oleh Vietnam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa penyebab terjadinya Konflik Kamboja?


2. Bagaimana jalannya peristiwa Konflik Kamboja?
3. Bagaimana keadaan pasca Konflik Kamboja?
4. Bagaimana upaya penyelesaian Konflik Kamboja?
5. Apa dampak dari adanya Konflik Kamboja?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Konflik Kamboja.


2. Untuk mengetahui bagaimana jalannya peristiwa Konflik Kamboja.
3. Untuk mengetahui keadaan pasca Konflik Kamboja.
4. Untuk mengetahui upaya penyelesaian Konflik Kamboja.
5. Untuk mengetahui dampak dan adanya Konflik Kamboja.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui penyebab terjadinya Konflik Kamboja


2. Dapat mengetahui bagaimana jalannya peristiwa Konflik Kamboja.
3. Dapat mengetahui keadaan pasca Konflik Kamboja
4. Dapat mengetahui upaya penyelesaian Konflik Kamboja.
5. Dapat mengetahui dampak dari adanya Konflik Kamboja.
BAB II

PENELITIAN

2.1 Konflik masa Pol Pot

Rezim Demokratik Kamboja pimpinan Pol Pot mulai berkuasa pada tahun 1975. Pol Pot
menerapkan ideologi Komunis Maois di Kamboja selama 4 tahun pemerintahannya. Dalam buku
Sejarah Asia Tenggara.

Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer (2013) karya M.C Ricklefs dkk, Rezim Pol Pot
melaksanakan pemerintahan secara otoriter dan ekstrem. Selama 4 tahun kepemimpinan Pol Pot,
terjadi genosida yang menimbulkan jutaan korban jiwa dari masyarakat Kamboja. Selain itu,
terjadi kelaparan masal dan wabah penyakit malaria yang berakar dari blunder kebijakan agraria
Pol Pot. Krisis yang terjadi pada rezim Pol Pot menimbulkan perlawanan dari aktivis
revolusioner Heng Samrin dan Hun Sen.

Mereka membuat Front Bersatu Kampuchean untuk Keselamatan Nasional (FUNSK) yang
mengorganisir perlawanan terhadap rezim Pol Pot. Pada 7 Januari 1979, FUNSK melancarkan
serangan terhadap Pol Pot dengan bantuan dari Vietnam. Serangan gabungan tersebut berhasil
menggulingkan rezim Pol Pot dan pasukan Khmer Merah di Kamboja.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penyebab Terjadinya Konflik Kamboja

Menegangnya Hubungan Cina dan Uni Soviet Sebagai 2 negara yang sama-sama mengusung
ideologi komunisme, keduanya memiliki hubungan yang dekat satu sama lain. Namun semuanya
berubah setelah Josip Stalin meninggal pada tahun 1953. Nikita Khruschev selaku pemimpin
baru Soviet mencoba menyingkirkan jejak-jejak. pendahulunya dengan memaparkan keburukan
Stalin. Tindakan Khruschev tersebut. menuai rasa tidak suka dari Mao Zedong, pemimpin Cina
yang menjadikan almarhum Stalin sebagai panutannya. Mao juga menganggap Khruschev terlalu
lembek karena alih alih menganggap kalau negara-negara kapitalis harus diperangi, Khruschev
justru menganggap kalau negara-negara komunis dan kapitalis bisa hidup damai bersama-sama.
Akhirnya, hubungan Cina & Uni Soviet yang awalnya dekat berubah menjadi renggang
Memburuknya hubungan kedua negara tadi lantas membuat negara-negara Blok Timur ikut
terpecah ke dalam 2 kubu.

Sementara itu di Vietnam, sedang terjadi Perang Vietnam antara Vietnam Utara yang
komunis melawan Vietnam Selatan yang anti komunis. Baik Cina maupun Uni Soviet sepakat
untuk mengesampingkan dulu permusuhan mereka & kompak mendukung Vietnam Utara,
sehingga kubu komunis akhirnya berhasil memenangkan Perang Vietnam di tahun 1975.
Berakhirnya Perang Vietnam dan bersatunya wilayah Vietnam di bawah rezim komunis lantas
diikuti pula dengan berdirinya republik komunis di Kamboja / Kampuchea oleh kelompok
Khmer Merah pimpinan Pol Pot. Jika sesudah perang Vietnam mencondongkan din pada Uni
Soviet, maka Kampuchea mencondongkan dirinya pada Cina.

Sengketa Wilayah antara Kamboja & Vietnam. Permusuhan antara Kamboja & Vietnam bisa
ditelusuri jauh hingga era kerajaan, tepatnya saat Kekaisaran Khmer masih berdiri di wilayah
Kamboja sekarang. Sejak abad ke-17, sebagai akibat dari lokasinya yang diapit oleh Kerajaan
Siam (Thailand) & Kekaisaran Vietnam, wilayah Kekaisaran Khmer menjadi arena konflik &
perebutan pengaruh antara keduanya di mana kedua monarki tetangga Khmer tersebut
memanfaatkan konflik perebutan tahta di Khmer supaya bisa memiliki sekutu. Akibat konflik itu
pula, sebagian wilayah Khmer ada yang kemudian berpindah tangan ke Vietnam.

Ketika Kamboja berubah menjadi negara komunis dengan nama "Kampuchea Demokratik",
Pol Pot selaku pemimpin Kampuchea merangkap Khmer Merah mengklaim kalau wilayah
Vietnam yang ada di perbatasan kedua negara aslinya adalah wilayah Kampuchea, dengan
memakai alasan historis sebagai dasar klaimnya. Rezim Khmer Merah di Kampuchea juga
menaruh rasa tidak percaya pada Vietnam karena walaupun Vietnam membantu kelompok
Khmer Merah berkuasa di wilayah Kamboja, Khmer Merah curiga kalau Vietnam berencana
menjadikan Kampuchea sebagai negara bonekanya. Kombinasi dari kedua hal tadi lantas
dijadikan pembenaran oleh pihak Kampuchea untuk memerangi Vietnam.

3.2 Jalannya Konflik Kamboja

Tanggal 30 April 1977 pasukan Kampuchea melakukan serangan mendadak ke Provinsi An


Giang & Chau Doc di Vietnam. Akibat serangan tersebut, ratusan warga sipil Vietnam
dilaporkan tewas. Vietnam lantas meresponnya dengan cara mengirimkan pasukannya ke
wilayah Kampuchea sambil menawarkan opsi dialog. Kampuchea menolak tawaran tersebut
sambil mengajukan tawaran balik kalau mereka bakal berhenti menyerang wilayah Vietnam
kalau Vietnam bersedia membiarkan Kampuchea menguasai daerah-daerah sengket. Kali ini
giliran Vietnam yang menolak tawaran Kampuchea.

September 1977, pasukan Kampuchea kembali melakukan serangan ke wilayah Vietnam.


Merasa geram dengan tindakan Kampuchea, Vietnam langsung mengerahkan 60.000 tentaranya
ke perbatasan. Pesawat-pesawat Vietnam juga mulai melakukan serangan ke wilayah
Kampuchea yang terletak di dekat perbatasan kedua negara. Karena pasukan Vietnam memiliki
keunggulan dalam hal persenjataan & pengalaman tempur sebagai hasil dari keterlibatan mereka
dalam Perang Vietnam, pasukan Vietnam berhasil memukul mundur pasukan Kampuchea &
bergerak jauh ke dalam wilayah negara tetangganya tersebut.

Januari 1978. Vietnam menarik mundur pasukannya dan wilayah Kampuchea. Bersama
pasukan Vietnam, ada pula orang-orang Kamboja penentang rezim Khmer Merah (salah satunya
Hun Sen) yang ikut menyeberang ke wilayah Vietnam. Mundurnya pasukan Vietnam dari
Kampuchea lalu dijadikan dasar oleh pemerintah Kampucheal untuk mengklaim kalau
pasukannya lebih hebat daripada pasukan Vietnam. Namun yang terjadi sebenarnya adalah,
Vietnam sengaja menarik mundur pasukannya karena Vietnam berencana melakukan invasi
dalam skala yang lebih besar. Invasi untuk menggulingkan paksa rezim Khmer Merah di
Kamboja. Sembari mengumpulkan kekuatan untuk kembali menyerbu Kampuchea, Vietnam
juga mendukung milisi-milisi penentang Khmer Merah di wilayah Kampuchea timur.
Kampuchea lantas meresponnya dengan cara membantai etnis Vietnam di Kampuchea beserta
orang-orang Kampuchea yang dianggap bersimpati kepada Vietnam.

3 Desember 1978, radio milik pemerintah Vietnam mengumumkan berdirinya. Kampuchean


National United Front for National Salvation (KNUFNS; Front Nasional Bersatu Kampuchea
untuk Keselamatan Nasional), organisasi yang keanggotaannya. didominasi oleh orang-orang
Kampuchea yang melarikan diri ke Vietnam Berdirinya KNUFNS ini lantas dijadikan dasar oleh
pemerintah Vietnam kalau Kampuchea harus diinvasi supaya penduduk yang ada di sana
terbebas dari kediktatoran Pol Pot.

22 Desember 1978, Vietnam akhirnya kembali menginvasi Kampuchea. Dalam invasi


tersebut, pasukan Vietnam terdiri dari 120.000 lebih tentara yang dilengkapi dengan meriam
artileri dan kendaraan lapis baja. Pasukan Kampuchea mencoba menghentikan pergerakan
pasukan Vietnam, namun yang terjadi adalah Kampuchea harus kehilangan separuh jumlah
tentara regulernya hanya dalam kurun waktu 2 minggu. Rakyat Kampuchea yang awalnya
diharapkan bakal ikut mengangkat senjata memerangi Vietnam ternyata malah bersikap pasif
karena mereka sudah tidak setuju dengan gaya pemerintahan Khmer Merah yang kejam. Karena,
sejak Khmer Merah menjadi penguasa Kampuchea, 2 juta penduduk Kampuchea dilaporkan
tewas akibat kelaparan, kerja paksa, & eksekusi massal. Tanggal 7 Januari 1979, ibukota Phnom
Penh akhirnya jatuh ke tangan pasukan Vietnam sekaligus mengakhiri rezim Khmer Merah
Vietnam lalu mendirikan tata pemerintahan baru di Kamboja dengan Heng Samrin sebagai
kepala negaranya. Sebuah pemerintahan baru yang tunduk pada Vietnam lalu didirikan dengan
nama resmi "Republik Rakyat Kampuchea" (RRK). Terhitung sejak tahun 1985, Hun Sen
menjadi perdana menteri rezim baru tersebut. Sementara itu di pihak yang berseberangan, Pol
Pot dan para pengikutnya berhasil melarikan diri ke kawasan pelosok di Kampuchea barat
sebelum pasukan Vietnam tiba di Pnomh Penh. Di tempat persembunyian barunya. Pol Pot lalu
memerintahkan para pengikutnya yang masih tersisa untuk melakukan perlawanan.
3.3 Pasca Konflik Kamboja

Walaupun Vietnam sudah berhasil menggulingkan rezim Khmer Merah, Vietnam masih tetap
menempatkan pasukannya di wilayah Kampuchea dan menjadikan wilayah tersebut sebagai
daerah bawahannya. Sekitar 380,000 petani lokal dijadikan pekerja paksa. Kebijakan-kebijakan
yang hendak diambil pemerintah RRK harus disetujui terlebih dahulu oleh pemerintah Vietnam
Bantuan makanan ke wilayah-wilayah Kampuchea yang sedang dikuasai milisi-milisi Khmer
Merah diblokir Sebagai akibatnya, timbul bencana kelaparan di Kampuchea & rakyat
Kampuchea yang awalnya memandang Vietnam sebagai pembebas kini memandang Vietnam
tidak lebih sebagai penjajah baru.

Khmer Merah bukanlah satu-satunya kelompok bersenjata yang aktif menentang pendudukan
Vietnam di Kampuchea. Selain Khmer Merah, ada kelompok Khmer People's National
Liberation Front (KPNLF: Front Pembebasan Nasional Rakyat Khmer) yang tidak berhaluan
komunis, kelompok FUNCINPEC yang juga tidak berhaluan komunis & dibentuk oleh mantan
raja Norodom Sihanouk, serta kelompok FULRO yang keanggotaannya didominasi oleh p anut
Kristen di Vietnam Selatan yang mengungsi ke Kamboja Tahun 1982, kelompok-kelompok tadi
sepakat untuk membentuk Pemerintahan Koalisi Demokratik Kampuchea sebagai pemerintahan
tandingan dari RRK.

Di luar Kampuchea, keberhasilan Vietnam memenangkan Perang Kamboja Vietnam harus


dibayar mahal. Negara-negara selain sekutu Uni Soviet beramai-ramai tidak mendukung
tindakan Vietnam sebagai bentuk pelanggaran kedaulatan dan kemudian menjatuhkan embargo
ekonomi kepada Vietnam Cina yang dahulunya merupakan sekutu dari Khmer Merah bahkan
bertindak lebih jauh dengan menginvasi Vietnam pada tahun 1979. Perang antara Cina dan
Vietnam berakhir di tahun yang sama dengan mundurnya pasukan Cina dari wilayah Vietnam.
Namun akibat perang tersebin, konsentrasi Vietnam terpecah karena selain harus menempatkan
pasukannya di Kampuchea, Vietnam kini juga harus menempatkan pasukannya di dekat
perbatasan Cina-Vietnam.

Pertengahan dekade 1980-an. Uni Soviet yang sedang dilanda krisis internal memutuskan
untuk mengurangi jumlah bantuannya kepada negara-negara sekutunya (termasuk Vietnam).
Sadar kalau perekonomian negaranya bakal turun jika tidak ada perubahan yang diambil,
Vietnam mulai melunak kepada tekanan dunia internasional & bersedia menarik mundur
pasukannya dari wilayah Kampuchea. Pasukan terakhir Vietnam akhirnya meninggalkan
Kampuchea pada tahun 1989, namun nasib Kampuchea tidak lantas membaik karena kini pihak-
pihak yang awalnya bersatu menentang Vietnamn malah terlibat konflik satu sama lain karena
sama-sama ingin menjadi penguasa baru.

3.4 Upaya Penyelesaian Konflik Kamboja

Akibat adanya kontara yang dialami oleh kedua pihak, terjadi perang saudara antara Vietnam
dan Kamboja yang kemudian menyebabkan ribuan nyawa tewas dan timbulnya kesengsaraan
rakyat. Sehingga, anggota negara ASEAN termasuk Indonesia berupaya untuk menyelesaikan
peperangan yang tengah berlangsung. Dalam rangka menyelesaikan konflik yang terjadi.
Indonesia mencoba jalur diplomasi yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mochtar
Kusumandmaja. Beliau secara aktif menyusun berbagai skema sebagai Interrogator untuk
menyelesaikan permasalahan. Mochtar lalu menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting yang
pertama pada bulan juli 1988.

Dalam JIM yang I pihak yang terlibat dalam konflik mengirimkan perwakilannya dalam
pertemuan tersebut. Indonesia diwakili oleh Mochtar Kusumaadmaja, Coalition Government Of
Democratic Kampuchea diwakili olch Norodum Sihanouk, Vietnam diwakili oleh Nguyen Co
Thach, dan People's Republic Of Kampuchea diwakili oleh Hun Sen. Dalam pertemuan tersebut,
Pangeran Sihanouk mengusulkan persyaratan untuk mengakhiri perang saudara yang terjadi,
diantaranya:

 Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata.


 Dikirimkannya pasukan perdamaian PBB mengawasi penarikan pasukan perang Vietnam
dari Kamboja.
 Penggabungan kelompok bersenjata Kamboja dalam sebuah kesatuan.

Hasil perundingan yang JIM yang I ini belum mendapatkan kesepakatan oleh kedua belah pihak,
sehingga pertemuan dan hasil sidang ini ditunda. Hingga pada bulan februari 1989, JIM II
kembali dilaksanakan. Saat pertemuan ini berlangsung Australia yang diwakili oleh Gareth
Evans turut campur tangan dalam mengusulkan rancangan Damai Kamboja, yang berisi
dukungan untuk upaya gencatan senjata, menurunkan pasukan PBB hingga konflik berakhir,
serta pembentukan pemerintahan persatuan nasional untuk menjaga kedaulatan Kamboja sampai
diadakannya pemilihan umum dalam pemerintahan oleh rakyat.

Pasca JIM ke II dilaksanakan, upaya untuk menyelesaikan perang saudara yang antara
kamboja dan Vietnam telah mencapai tingkat Internasional. Rancangan yang di rencanakan
untuk segera mengakhiri konflik ini memasuki tahap yang lebih lanjut dengan adanya
keterlibatan Dewan Keamanan PBB. Tanggal 23 oktober 1991, digelarlah Paris International
Conference Of Cambodia yang dipimpin Ketua Bersama (Joint Chairman). Selanjutnya,
Indonesia dan Prancis sebagai mediator kemudian menyerahkan hasil tanda tangan dokumen
perjanjian Paris yang secara resmi menyatakan perdamaian dan mengakhiri perang yang terjadi
antara Kamboja dan Vietnam

3.5 Dampak Dari Adanya Konflik Kamboja

Goncangan perang antara Vietnam dan Kamboja pada tahun 1978 yang diawali oleh invasi
Vietnam ke Kamboja, tidak hanya membawa dampak mendasar bagi kedua negara. Namun juga
berpengaruh pada kondisi regional saat itu, walaupun Vietnam dan Kamboja belum masuk dalam
keanggotaan ASEAN. Keikutsertaan ASEAN dalam penyelesaian konflik Vietnam dan Kamboja
dapat dianggap memberikan kontribusi yang cukup baik, dengan menyediakan fasilitas untuk
penyelesaian konflik. Misalnya dengan mengadakan JIM (Jakarta Informal Meeting) yang
mendesak Vietnam untuk menarik pasukannya dari Kamboja. Berikut dampak-dampak yang
timbul akibat perang Vietnam dan Kamboja:

 Dampak Sosial
Perang tak pernah meninggalkan dampak yang sederhana, terutama bagi kehidupan.
sosial masyarakat di daerah konflik. Pasti akan ada perubahan karena banyaknya. korban
akibat perang. Hal tersebut akan sangat berpengaruh pada stabilitas kondisi masyarakat,
menyebabkan mobilitas penduduk ke daerah yang dianggap aman dan bahkan masalah
seperti krisis pasti akan terjadi. Dalam perang tersebut Vietnam. kehilangan tentara lebih
banyak dari pada saat perang melawan Amerika Serikat. Vietnam juga kehilangan banyak
dana untuk membiayai perang ini, sehingga menyebabkan bencana kelaparan di Vietnam.
Dari pihak Kamboja, banyak penduduknya yang mengungsi ke perbatasan Kamboja-
Thailand. Tentara dan penduduk Kamboja pun banyak terbunuh akibat perang tersebut.
Sedangkan dampak bagi masyarakat ASEAN sendiri, mereka lebih banyak tergerak
untuk memberikan bantuan. Banyak negara-negara di ASEAN yang berinisiatif untuk
membantu menyelesaikan konflik. Berbagai bantuan juga telah diusahakan oleh ASEAN
seperti bantuan diplomasi untuk menghentikan konflik, bantuan logistik dan bahan
makanan untuk membantu para korban perang.
 Dampak Politik
Salah satu dampak yang paling nampak adalah jatuhnya rezim Pol Pot yang dianggap
sebagai diktator yang berkuasa di Kamboja. Kemudian Viemam berusaha menanamkan
komunismenya di Kamboja. Dalam konflik tersebut juga diwamai peta kerjasama antara
Vietnam yang pro dengan Uni Sovyet, dan Kamboja yang dekat dengan RRC. padahal
waktu itu Vietnam sedang memusuhi RRC. Terjadilah faktor pemicu perang.
 Dampak Diplomatik
Kemenangan Vietnam atas Amerika Serikat menimbulkan ketakutan bagi ASEAN akan
tersebarnya komunisme di Asia Tenggara. Pada saat itu ASEAN bebas dari pengaruh
komunisme dan takut Vietnam akan menanamkan pengaruh komunisnya di Asia
Tenggara. Pada saat Vietnam menginvasi Kamboja, hingga berakhirnya perang tersebut
ASEAN memposisikan dirinya sebagai organisasi regional yang bersifat netral. Tidak ada
konfrontasi yang dilakukan ASEAN. Berbagai usaha juga telah dilakukan ASEAN, salah
satunya dengan mengirim pasukan keamanan ke Vietnam dan Kamboja. Karena
kedekatan kawasan regional dan semakin solidnya ASEAN dalam membantu
menyelesaikan masalah-masalah negara-negara di kawasan Asia Tenggara, maka banyak
negara yang berada di kawasan Asia Tenggara masuk ke dalam keanggotaan ASEAN.
Hal tersebut juga menunjukkan kepercayaan negara negara di kawasan Asia Tenggara
kepada ASEAN sebagai organisasi yang bisa membawa mereka pada kondisi yang lebih
baik.
 Dampak Ekonomi.
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa dampak peperangan seperti mata rantai yang tidak bisa
dipisahkan, dampak yang satu akan mempengaruhi yang lainnya. Seperti dampak
perekonomian yang dipengaruhi juga keadaan sosial yang terjadi pada saat itu. Dari segi
ekonomi, Vietnam lah yang paling mengalami keterpurukan. Sebelumnya Vietnam tidak
pemah menaksir berapa saja dana yang akan dikeluarkan untuk membiayai perang,
sehingga Vietnam terus melakukan peminjaman ke negara seperti Uni Soviet, padahal
pinjaman tersebut memiliki bunga yang cukup besar karena kebijakan baru Gorbachev.
Sehingga Vietnam kesulitan dalam mengembalikan pinjaman tersebut. Ditambah lagi
kondisi Vietnam yang sedang krisis, akhirnya terjadilah bencana kelaparan di Vietnam Di
Kamboja juga terjadi krisis ekonomi, namun tidak seburuk yang ada di Viemam.
Sedangkan perang ini tidak begitu berdampak bagi perekonomian negara-negara
ASEAN. Dari masalah-masalah yang ada di kawasan Asia Tenggara, maka muncullah
nama ASEAN yang selalu berperan dalam penyelesaian setiap permasalahan. Konflik
antara Vietnam dan Kamboja ini diselesaikan berkat campur tangan negara-negara
anggota ASEAN. Dengan kesadaran bahwa negara-negara di kawasan Asia Tenggara
masih banyak yang rentan terhadap 'gejolak', maka diliriklah ASEAN sebagai organisasi
yang dapat memberi proteksi terhadap negara-negara anggotanya. Keterpurukan akibat
konflik Vietnam dan Kamboja ini membuat mereka sadar untuk mengikuti suatu
organisasi regional untuk bekerja sama dalam menciptakan perdamaian.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perang Saudara Kamboja adalah sebuah konflik militer yang mengadu kekuatan Partai Komunis
Kampuchea (dikenal sebagai Khmer Merah) dan sekutunya Republik Demokratik Vietnam
(Vietnam Utara) dan Viet Cong melawan pasukan pemerintah dari Kerajaan Kamboja dan,
setelah bulan Oktober 1970, Republik Khmer, yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan
Republik Vietnam (Vietnam Selatan). Goncangan perang antara Vietnam dan Kamboja pada
tahun 1978 yang diawali oleh invasi Vietnam ko Kamboja membawa dampak juga pada kondisi
regional saat itu, walaupun Vietnam dan Kamboja belum masuk dalam keanggotaan ASEAN.
Keikutsertaan ASEAN dalam penyelesaian konflik Vietnam dan Kamboja dapat dianggap
memberikan kontribusi yang cukup baik, dengan menyediakan fasilitas untuk penyelesaian
konflik. Misalnya dengan mengadakan JIM (Jakarta Informal Meeting) yang mendesak Vietnam
untuk menarik pasukannya dari Kamboja. Dalam upaya untuk menyelesaikan peperangan yang
tengah berlangsung, Indonesia mencoba jalur diplomasi yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri
Mochtar Kusumaadmaja yang secara aktif menyusun berbagai skema sebagai Interrogator untuk
menyelesaikan permasalahan. Mochtar lalu menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting yang
pertama pada bulan juli 1988. Hasil perundingan JIM yang I ini belum mendapatkan kesepakatan
oleh kedua belah pihak, sehingga pertemuan dan hasil sidang ini ditunda. Hingga pada bulan
februari 1989, JIM II kembo dilaksanakan. Pasca JIM ke II dilaksanakan, upaya untuk
menyelesaikan perang saudara yang antara kamboja dan Vietnam telah mencapai tingkat
Internasional sehingga rancangan yang di rencanakan untuk segera mengakhiri konflik ini
memasuki tahap yang lebih lanjut dengan adanya keterlibatan Dewan Keamanan PBB. Tanggal
23 oktober 1991, digelarlah Paris Intenational Conference Of Cambodia yang dipimpin Ketua
Bersama (Joint Chairman ). Selanjutnya, Indonesia dan Prancis sebagai mediator kemudian
menyerahkan hasil tanda tangan dokumen perjanjian Paris yang secara resmi menyatakan
perdamaian dan mengakhiri perang yang terjadi antara Kamboja dan Vietnam.
4.2 Saran

Diharapkan Kamboja lebih berfokus untuk memperkuat hubungan dengan negara yang sesama
komunis agar tidak menimbulkan perang saudara dan tidak merugikan pihak manapun
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai