Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah
dan penuh manfaat.
.

Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun
dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala
hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran
yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain
yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (
masyarakat desa dan masyarakat kota ) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang
telah ada.

PATI, 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu
bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di mass media mungkin Anda sudah sering
mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam
terbesar di dunia
Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan
ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk
ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya. Untuk lebih
jelasnya silahkan Anda simak uraian materi berikut ini. Proses Masuk dan Berkembangnya
Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur
Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori
Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.
Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya
Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke
Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut

B. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui

A. Akulturasi Budaya Islam


B. Perkembangan Budaya Islam
C. Hubungan Antara Kaulturasi dan Perkembangan Budaya Islam
BAB II
PEMBAHASAN

Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam


Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul
sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses
bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling
mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya
Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil
dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut
perilaku masyarakat Indonesia.
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam,
istana. Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:
a. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari
tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah
dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
b. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia
atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan
atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
c. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan
di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.

Mengenai contoh masjid kuno dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid
Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Selain bangunan masjid sebagai wujud
akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Ciri-ciri dari wujud akulturasi
pada bangunan makam terlihat dari:
a. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
b. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,nisannya juga
terbuat dari batu.
c. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
d. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam
atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap
dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
e. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam
tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur di Tuban.
Bangunan istana arsitektur yang dibangun pada awal perkembangan Islam, juga
memperlihatkan adanya unsur akulturasi dari segi arsitektur ataupun ragam hias, maupun dari seni
patungnya contohnya istana Kasultanan Yogyakarta dilengkapi dengan patung penjaga Dwarapala
(Hindu).
2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang
menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme
(hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, ditengah ragam hias suluran
terdapat bentuk kera yang distilir.
Ukiran ataupun hiasan, selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada
pintu dan tiang. Untuk hiasan pada gapura.
3. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau
tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu
atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk
menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tandatanda a, i, u seperti lazimnya tulisan
Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan
sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra
yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak
mendapat pengaruh Persia. Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat
dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan
isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat
ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran
(karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat
Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah
contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk
Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi
ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan
yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti
halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi
dimakamkan secara Islam.
.

5. Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal
Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan
nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Apakah sebelumnya Anda
pernah mengetahui/mengenal hari-hari pasaran? Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari
Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan
(komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti
Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari
tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada kalender
saka juga dipergunakan.
Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1
Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
Demikianlah uraian materi tentang wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dan
kebudayaan Islam, sebenarnya masih banyak contoh wujud akulturasi yang lain, untuk itu silahkan
diskusikan dengan teman-teman Anda, mencari wujud akulturasi dari berbagai pelaksanaan
peringatan hari-hari besar Islam atau upacara-upacara yang berhubungan dengan keagamaan.
Sejarah masuknya Islam di Nusantara menimbulkan banyak tafsiran dari para ahli sejarah
dengan argumentasinya yang mempertanyakan kapan, dimana dan bagaiaman proses masuknya
Islam di Indonseia. Wacana ini sudah diungkapkan melalui berbagai seminar yang dilakukan para
ahli sejarah baik Barat maupun Timur. Barat cenderung mengatakan masuknya Islam di Nusantara
abad ke-13 M, yang antara lain dipelopori oleh Snouck Hugronye, J.P. Moquete, R.A. Kern
Pijnappel. Sementara para ahli Sejarah Timur lebih memusatkan perhatian pada baad ke-7 M
dipelopori oleh Prof. Hamka, T. W. Arnold, Syed Naguib Al Atta yang berpendapat bahwa
sebelum abd ke-7 M sudah terjalin hubunngan perdagangan dan pelayaran bangsa Arab, India dan
Cina di Indonesia (Nusantara), melalui Pantai Timur Sumatera. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada beberapa teori yang diungkapakan para ahli sejarah tentang deskripsi masuknya Islam di
Nusantara yaitu sebagai berikut :

1. Teori Gujarat (India)


Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonseia pada abad ke-13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar teori ini adalah: Pertama, kurangnya
fakta yamg menjelasakan peranan bangsa Aab dalam penyebaran di Indonesia. Kedua, karena
adanya hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia-Cambay-
Timur Tengah-Eropa. Ketiga, adanya batu nisan Sultan Samudera Pasai yaitu Malik Al Saleh
tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat (Azra, 2002, hlm 22).

2. Teori Arab (Mekkah)


Teori ini merupakan teori yang baru muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu
Gujarat. Teori Makkah berpendapat Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah : Pertama, pada abad ke-7 yaitu tahun 674 di
panatai Barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab), dengan pertimbangan bahwa
pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai
dengan berita Cina. Kedua, Kerajaan Samudera Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana
pengaruh mazhab Syafi’I terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat
atau India adalah penganut mazhab Hanafi. Ketiga, Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar
Al-Malik, yaitu gelar tersebut bersala dari Mesir.

3. Teori Cina
Teori ini menyatakan bahwa Islam datang bukan dari Timur Tengah, Arab maupun Gujarat
ataupun India tetapi dari daratan Cina, dimana pada abad ke-9 M banyak orang Muslim Cina di
Kanton dan wilayah Cina Selatan yang mengungsi ke Jawa, sebagian ke Kedah dan Sumatera
karena “pada masa pemrintahan Huan Chou terjadi penumpasan terhadap penduduk Kanton dan
wilayah Cina Selatan yang mayoritas pendudknya beragama Islam” (Alqurtuby, 2003, hlm. 215).
Memang tidak dapat dipungkiri penagruh Cina sangat kental dalam arsitektur pada Masjid
kuno di Demak, Banten. Selain itu perlu diketahui juga “pada abad ke-8 M s/d 11 M sudah ada
pemukiman Arab Muslim di wilayah Cina dan di Campa yang memnag sudah mengadakan
hubungan perdagangan dengan Indonesia” (Yusuf, 2006, hlm.42).
4. Teori Persia
Dalam teori ini lebih menekankan pada Islam masuk ke Indonsia abad ke-13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan
budaya masyarakat Islam Indonesia. Yang diungkapakan oleh Hosein Djajadininggrat (1963, hlm.
102) menyatakan bahwa :
“Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M di Sumatera yang berpusat di Samudera
Pasai, pembawanya bersal dari Persia (Iran) dengan argumentasinya adanya persamaan budaya
yang berkembang dikalangan masyarakat Indonesia dengan budayua yang ada di Persia seperti
adanya peringatan 10 Muhram atau Asyura yang merupakan tradisi yang berkembang dalam
masyarakat Syiah untuk memperingati hari kematian Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad.
Di Sumatera Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau
Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro. Kemudian adanya persamaan antara ajaran al-
Hallaj, tokoh sufi Iran Syeikh Siti Jenar”.
Menyimak uraian di atas, dapatlah dipahami bagaimana masing-masing para sejarawan
menyimpulkan dengan teori-teori yang dikemukakannya lebih banyak merefleksikan
argumentasinya pada masalah masuknya Islam di Indonesia sebagai akibat dari adanya hubungan
antara para pedagang Arab, India, Cina, Persia, yang didukung oleh letak geografis Indonesia
yang sangat strategis sebagai jalur pelayaran dan perdagangan antar pedagang anatar pedagang
tersebut, yang lebih terfokuskan pada wilayah ujung Barat dan Timur Sumatera karena daerah ini
sebagai kota bandar yang harus disinggahi lebih dahulu sebelum selat Malaka menuju kawasan
Asia Timur terutama daratan Cina.
Tentu keempat teori tersebut masing-masing memliki kebenaran dan kelemahannya.
Dengan berbagai deskripsi yang dipaparkan maka Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai
pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad ke-13 sebagai kekuatan politik. Yang
memegang peranan dalam penyebarannya adalah para pedagang bangsa Arab, Persia dan Gujarat
(India) dan para pedagang Cina yang sudah memeluk ajaarn Islam.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berkembangnya kebudayaan islam di Kepulauan Indonesia telah menambah khasanah
budaya nasional Indonesia, serta ikut memberikan dan menentukan corak kebudayaan bangsa
Indonesia. Akan tetapi karena kebudyaan yang berkembang di Indonesia sudah begitu kuat di
lingkungan masyarakat maka berkembangnya kebudayaan Islam tidak menggantikan atau
memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Dengan demikian, terjadi akulturasi antara
kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada. Hasil proses akulturasi antara kebudayaan
sebelum Islam dengan ketika Islam masuk tidak hanya berbentuk fisik kebendaan seperti seni
bangunan, seni ukir, dan karya sastra tetapi juga menyangkut pola hidup dan kebudayaan non fisik
lainnya.
Akulturasi Islam juga menunjukkan betapa besar sikap toleransi bangsa Indonesia
terhadap kebudayaan dan agama yang masuk ke Indonesia. Walaupun bangsa Indonesia bersikap
terbuka, mereka tetap memegang teguh kebudayaan asli Indonesia, Untuk itu, dalam dunia
globalisasi seperti sekarang ini seharusnya bangsa Indonesia bias selektif dalam menerima
kebudayaan asing agar bangsa Indonesia tetap memiliki kepribadian positif yang sudah ada sejak
dulu dan dimiliki bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Sejarah Indonesia kelas x kurikulum 2013/Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan-Jakarta


http://variansaramadhan.wordpress.com/2012/07/22/proses-islamisasi-di-indonesia/
https://id-id.facebook.com/permalink.php?story_fbid=10150387275621778&id=370369016777
http://indonesianto07.wordpress.com/2008/11/09/perkembangan-dan-akulturasi-islam-di-
indonesia/

Anda mungkin juga menyukai