Anda di halaman 1dari 2

Berdasarkan penjelasan para pelaku pejuang Kemerdekaan di kabupaten Pati, maka

semangat rakyat , Pemuda dan Pelajar yang tergabung dalam Laskar Perjuagan Pati tidak
kalah heroiknya dengan di tempat lain seperti Jakarta,Bandung,Semarang dan Surabaya.
Masyarakat kota Pati yang baru mendengar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada
hari Sabtu Pahing tanggal 18 Agustus 1945,menyambutnya dengan gembira. Semangat
mereka menggebu-gebu meskipun hanya membawa bambu runcing,tombak,clurit,dan
sebagainya. Mereka mengepung gedung Ken Pei Tai/Polisi Rahasia Jepang yang sekarang
menjadi gedung BCA, untuk melucuti senjata dan mengamil alaih kekuasaan Jepang. Rakyat
Pati berhamburan di sekitar jalan Raden Saleh/Tentara Pelajar,kantin,kantor pos,SD Pati
Kidul dan di Hotel Tochi Bana sekarang Hotel Pati, yang khusus untuk pelajar. Setelah
Jepang menyerah maka pelajar setingkat SMP yaitu SMP Negeri Rondole diberi tugas oleh
tokoh dan sesepuh masyarakat untuk menjaga senjata yang ada di Hotel itu dan
mengamankan Hotel Pati. Akhirnya Hotel Pati menjadi markas Pelajar Pati yang bernama
GASEMPA (Gabungan Sekolah Menengah Pati) dan berubah nama menjadi Ikatan Pelajar
Indonesia Pati. Kegiatan IPI Cabang Pati ikut aktif dalam mempertahankan dan menegakkan
Kemerdekaan Indonesia dengan cara :
1. Menempeli Gedung, Toko, Stasiun, Sekolah, Warung, Pabrik dengan tulisan Milik
RI,Indonesia Sekarang Merdeka.
2. Mengadakan giliran piket, patroli kelilng kota.
3. Memberikan pelajaran Baca Tulisdi Desa-desa dan menyebar luaskan berita Kemerdekaan
Indonesia bersama Pamong Desa untuk membina Kerukunan, Persatuan, Gotong Royong
masyarakat.
Seluruh kegiatan Pelajar ikhlas, itu dilakukan dengan penuh semangat, tanggung jawab, tulus
ikhlas, sukarela, tanpa pamrih, rela berkorban harta, benda, jiwa dan raga. Karena
pengalaman penindasan dan kekejaman, kekejian penjajah bangsa menyebabkan
kesengsaraan. Bentrokan fisik berupa perang terjadi di kota-kota besar termasuk di Semarang
yaitu tanggal 15 s.d 20 Oktober 1945 yang pada kenyataannya berlangsung berhari-hari.
Pelajar Pati dalam wadah IPI cabang Pati bagian keamanan dan pertahanan juga mengirmkan
anggotanya bergabung dengan Barisan Keamanan Rakyat/BKR danorganisasi pertahanan
lainnya. Pasukan angkatan pertama satu regu bergabung dengan BKR di markas Pertahanan
Pemuda di Hotel Paviliun (skarang Hotel Dibya Puri) Semarang di tugasi menyerang Jepang
di Padean Lamper tetapi gagal dan mudur di desa Genuk danbergabung di front Timur
Jembatan Kaligawe Semarang, setelah waktu tugasnya selesai mereka kembali ke Pati dengan
selamat. Tanggal 21 Nopember 1945 terjadi pergantian pasukan angkatan kedua.
Diberangkatkan satu regu lagi yaitu : SEMADI, SRIGOTO, PRATOMO, SOEWONDO,
POEDJIANTO, DAN SUDIYONO. Pada tanggal 22 Nopember 1945 rumah untuk markas
tempat pelajar SMP Rondole Pati, di Genuk Semarang, tepat kena tembakan merian dan
brondongan pasukan Jepang dan Inggris baik dari darat maupun laut. Sdr. Pratomo siswa
kelas III SMP Rondole GUGUR, Pistolnya bengkok dan badannya hancur, akhirnya jenasah
almarhum Pratomo di sucikan di masjid Agung Demak dan langsung dimakamkan di Mardi
Oetomo Pati. Disamping Pratomo menyusul gugur Sdr. Soewondo dan Srigoto masingmasing kelas III dan kelas II SMP Rondole yang sekarang SMP Negeri 1 Pati. Jatuh korban
yang ke empat adalah Sdr. Soediyono Pada tahun 1950, jenazah Sdr. Pratomo dan Soediyono
makamnya di pindah ke makam Pahlawan Puri Pati. Pada tahun 1946 timbul gagasan yang
disepkati bersama untuk mendirikan bangunan Monumen Perjuangan yang berbentuk tugu
yang bertuliskan TEROESKAN, agar perjuangan para pelajar tidak patah semangat
melainkan terus berkobar berjuang mengusir penjajah. Bangunan Monumen Perjuangan
tersebut berbentuk piramide dan didirikan dihalaman Markas Pelajar di halaman Hotel Pati.
Pada awal Agustus 1946 bangunan Monumen mulai dikerjakan di halaman Hotel Pati di
bagian timur, bentuk bangunan Piramide panjang dan lebar 1m tinggi 1,7m dibagian timur

bangunan bertuliskan TEROESKAN di bagian barat bertuliskan PERINGATAN


UNTUK PELAJAR YANG GUGUR SEBAGAI KUSUMA BANGASA DI MEDAN
BAKTI.
Pada tanggal 17 Agustus 1946 bersamaan dengan peringatan hari Proklamasi 17
Agustus yang pertama maka para peserta upacara yang diselenggarakan di alon-alon
langsung menuju ke halaman Hotel Pati untuk mengikuti upacara peresmian Tugu Teroeska
n/Tugu Pelajar pada jam 11.00WIB. Peresmian dilakukan oleh Residen Pati Bapak Milono .
Monumen Tugu Teroeskan/Tugu Pelajar ini berbentuk piramide dan sederhan sesuai dengan
sifat Pelajar yang sederhana, polos, lugu, dan tanpa pamrih.
Dasar monumen ini lebih luas dibandingkan dengan di atasnya, ini menunjukkan
bahwa pelajar itu harus menuntut ilmu dan mencari pengalaman yang seluas-luassnya,
sedangkan atasnya makin tinggi, maki runcing ini menggambarkan bahwa pelajar itu harus
memiliki cita-cita yang tinggi dan mencari kebenaran yang tunggal yaitu kebenaran yang di
Ridloi Tuhan Yang Maha Esa.
Kata kata singkat yang tertuliskan pada Tugu TEROESKAN mempunyai arti yang
padat dan luas yaitu teruskan perjuangan kakak-kakakmu yang Gugur sebagai Kusuma
Bangsa dalam membela,mempertahankan dan menegakkan Kemerdekaan Bangsa sampai
akhir jaman. Beberapa tahun kemudian para pelajar yang tergabung dalam Tentara Pelajar
(TP) yang memperoleh kedudukan jabatan di masyarakat memepunyai ide agar Tugu
Teroeskan/Tugu Pelajar. Dengan tulisan Sakral TEROESKAN berpengaruh dan menjiwai
kepada generasi penerusnya bermaksud untuk untuk memugar dan menambah bangunan
Monumen dengan menggambarkan dua orang Tentara Pelajar membawa senjata dengan
Gagah dan Berani melawan dan mengusir penjajah dari bumi Indonesia yang diprakarsai oleh
Bapak Letkol. Pol. Purn. Sudartono dibantu Bapak Ir. Asrap Hadiroso, MSc dari Jakarta, dan
Bapak Purnomo yang waktu itu sebagai Direktur Hotel Pati dan diresmikan tahun 1984.
Pada waktu yang sudah lalu dalam rangka memperingati peristiwa Nasional yang
bersejarah tugu ini selalu dimanfaatkan untuk Apel, renungan maupun upacara.

Anda mungkin juga menyukai