A 2018
A. Pendahuluan
Kehidupan dunia pada era globalisasi dimana setiap peristiwa disuatu negara
menjadi perhatian dan konsumsi Internasional yang telah meresap dalam kehidupan
masyarakat, demikian halnya dengan Indonesia tidak luput dari pantauan dunia
Internasional. Untuk menjaga tetap tegaknya NKRI pada era globalisasi sekarang ini,
kesadaran bela negara serta jiwa nasionalisme merupakan materi yang lebih tepat
dibina serta dikembangkan karena merupakan kunci perekat antar masyarakat, antar
agama, antar budaya serta antar daerah. Oleh karena itu dalam rangka pembinaan
dan pengembangan kesadaran belanegara bagi setiap komponen masyarakat salah
satunya dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan kesadaran bela negara
khususnya kepada generasi muda sebagai penerus bangsa.
Peningkatan kesadaran bela negara merupakan bagian penting dari Ketahanan
Nasional yang berfungsi untuk meningkatkan motif moral. Motif moral menjadi
gambaran kecerdasan sosial dalam wujud kemampuan mengamati dan mengawasi
secara komprehensif. Kemampuan ini berguna untuk menumbuhkan kemampuan
partisipatif warga negara dalam wujud kemampuan melakukan kontrol sosial yang
dilandasi nilai moral kebangsaan.
Resimen Mahasiswa Indonesia (MENWA) sebagai salah satu wadah yang
berperan dalam membentuk jiwa dan karakter generasi bangsa yang handal,
berwawasan kebangsaan, penuh kreativitas dan dedikasi untuk menyongsong hari
depan yang lebih baik. Kesadaran belanegara lebih terfokus dan bersifat universal
serta penerapannya lebih fleksibel sesuai kepentingan Nasional dan perkembangan
jaman yang berorientasi pada kepentingan, kebutuhan situasi dan kondisi
perkembangan masyarakat, sehingga terwujud warga negara Indonesia yang memiliki
kesadaran bela negara, berbangsa dan bernegara serta cinta tanah air.
Dengan demikian pembinaan Resimen Mahasiswa Indonesia yang di dalamnya
sudah memuat kesadaran bela negara, diarahkan untuk membentuk dan
mengembangkan kepribadian yang memiliki jiwa kebangsaan dan cinta tanah air,
serta memiliki kesadaran dalam pembelaan negara sebagai upaya membangun
sumberdaya manusia Indonesia seutuhnya, juga sebagai prasyarat dalam
membangun sistem pertahanan negara.
Masa Pemerintahan Orde Baru dengan nama MENWA adalah Mendikbud RI,
Prof. DR. Daoed Joesoef dan PANGAB, Jenderal M. Joesoef di tahun 1978 (seiring
terbitnya SKB tiga Menteri tentang Pembinaan Resimen Mahasiswa.
Masa pemerintahan saat ini, dengan nama Komando Nasional Resimen
Mahasiswa Indonesia (KONAS MENWA Indonesia) didirikan oleh Para Pimpinan
Menwa Tingkat Propinsi dan Tingkat Perguruan Tinggi seluruh Indonesia dalam
RAKOMNAS MENWA Indonesia pada 24-26 Juli 2006 di Jakarta
3. Masa Kemerdekaan
Kalimantan Selatan. Bermula dari itulah, pada masa demokrasi terpimpin dengan
politik konfrontasi dalam hubungan luar negeri, telah menggugah semangat
patriotisme dan kebangsaan mahasiswa untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa
sebagai sukarelawan. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan kemiliteran
selanjutnya dilaksanakan untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai potensi
pertahanan dan keamanan negara melalui RINWA (Resimen Induk Mahasiswa), yang
selanjutnya namanya berubah menjadi MENWA (Resimen Mahasiswa).
Sistem Wajib Latih dan Wajib Militer bagi Mahasiswa. Dilanjutkan operasionalisasinya
dengan Keputusan Bersama Dirjen Dikti dan Kas Kodik Walawa Nomor 2 Tahun 1968
dan Nomor: Kep/002/SKW-PW/68. Program ini kemudian diganti dengan Pendidikan
Kewiraan dan Pendidikan Perwira Cadangan (PACAD) pada tahun 1973 (Keputusan
Bersama Menhankam/Pangab dan Menteri P & K Nomor: Kep/B/21/1973 dan Nomor:
0228/U/1973 tanggal 3 Desember 1973 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Kewiraan dan Pendidikan Perwira Cadangan di Perguruan
Tinggi/Universitas/Akademi). Program WALAWA ini diikuti oleh seluruh mahasiswa
dan berbeda dengan Menwa keberadaannya.
Pada tahun 1974 Program WALAWA dibubarkan, dan pada tahun 1975 sejalan
dengan perkembangan dan kemajuan penyempurnaan organisasi Menwa terus
diupayakan. Setelah dikeluarkan Keputusan Bersama Menhankam/Pangab,
Mendikbud dan Mendagri Nomor: Kep/39/XI/1975, Nomor: 0246 a/U/1975 dan Nomor:
247 Tahun 1975 tanggal 11 November 1975 tentang Pembinaan Organisasi Resimen
Mahasiswa Dalam Rangka Mengikutsertakan Rakyat Dalam Pembelaan Negara,
disebutkan bahwa Resimen Mahasiswa dibentuk menurut pembagian wilayah
Propinsi Daerah Tingkat I sehingga berjumlah 27 Resimen Mahasiswa di Indonesia.
Sedangkan keanggotaan Menwa adalah mahasiswa yang telah lulus pendidikan
Menwa (latihan dasar kemiliteran) dan Alumni Walawa.
Sebagai pelaksanaan ketentuan tersebut di atas, dikeluarkan Keputusan
Bersama Menhankam/Pangab, Mendikbud dan Mendagri Nomor: Kep/02/I/1978,
Nomor: 05/a/U/1978 dan Nomor: 17A Tahun 1978 tanggal 19 Januari 1978 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Organisasi Resimen Mahasiswa, hingga kemudian
dalam perkembangannya dilakukan lagi penyempurnaan peraturan pada tahun 1994.
Pada tanggal 28 Desember 1994 Organisasi Menwa mengalami
penyempurnaan melalui Keputusan Bersama Menhankam, Mendikbud dan Mendagri
Nomor: Kep/11/XII/1994, Nomor: 0342/U/1994 dan Nomor: 149 Tahun 1994 tanggal
28 Desember 1994 tentang Pembinaan dan Penggunaan Resimen
Mahasiswa Dalam Bela Negara. Sebagai pelaksanaan ketentuan tersebut
dikeluarkan serangkaian keputusan pada Direktur Jenderal terkait dari ketiga
Departemen Pembina, yang terdiri atas Keputusan Dirjen Persmanvet Dephankam RI
Nomor: Kep/03/III/1996 tanggal 14 Maret 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pendidikan dan Latihan Resimen Mahasiswa, Nomor: Kep/04/III/1996 tanggal 14
Maret 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pakaian Seragam, Tunggul dan Dhuaja
Menwa dan Pemakaiannya dan Nomor: Kep/05/III/1996 tanggal 14 Maret 1996
tentang Peraturan Disiplin Resimen Mahasiswa. Serta Keputusan Dirjen Dikti
Depdikbud RI Nomor: 522/Dikti/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan
Satuan Resimen Mahasiswa di Lingkungan Perguruan Tinggi.
7. Masa Reformasi
Pada masa reformasi yang salah satu agendanya adalah penghapusan Dwi
Fungsi TNI, berimbas pada keberadaan Resimen Mahasiswa Indonesia, karena
Menwa dianggap merupakan perpanjangan tangan TNI di lingkungan perguruan
tinggi. Kemudian muncul tuntutan pembubaran Menwa di berbagai perguruan tinggi
pada awal tahun 2000, namun Menwa tetap eksis hingga sekarang.
Menyikapi tuntutan tersebut, para Pimpinan Menwa di berbagai daerah baik
Komandan Satuan maupun Kepala Staf Resimen Mahasiswa mengadakan berbagai
koordinasi tingkat regional dan nasional, antara lain dilaksanakan di Bandung,
Yogyakarta, Bali dan Jakarta.
Menwa Suryanata ini dalam keadaan yang seret jalannya, tapi berkat kemauan serta
tanggungjawab yang besar dari para pembimbingnya, maka organisasinya tetap dapat
bertahan hingga tahun 1971. Selain bantuan dari Bapak Brigjen M. Sabirin Muchtar
pada waktu itu, Menwa Suryanata ini dapat bantuan serta perhatian dari Bapak Pj.
Gubernur / Kdh Prop. Kal. Sel, M. Yamani, sehingga keperluan – keperluan
administrasi dapat diatasi. Komandan Resimen Mahasiswa Suryanata , yang pertama
adalah Sdr. Syar’i Mushafa (alm),tapi karena kesibukan – kesibukan sehingga tak
dapat membimbing Menwa ini secara fulltimer, maka Dan Menwa Suryanata ini hanya
selama 6 bulan memegang jabatan tersebut.
Selanjutnya jabatan Dan Menwa Suryanata menjadi fakum, maka untuk
kestabilan organisasi tersebut, jabatan Dan Menwa dirangkap oleh Sdr.Gt. Hidayat.
AR , yang juga menjabat sebagai Kastaf pada waktu itu. Setelah mengalami masa –
masa pasang surut dan timbul tenggelam, maka Menwa Suryanata ini menjelang akhir
tahun 1971 menjadi kuat kembali. Hal ini disebabkan teraturnya kembali organisasi
Menwa ini. Dimana pada waktu itu (1971) jabatan Dan Menwa Suryanata dipegang
oleh seorang ABRI ( sesuai dengan Rako Resimen – resimen Mahasiswa se –
Indonesia ) di – Jakarta tahun 1969. Untuk jabatan Komandan Resimen Mahasiswa
Suryanata ini dipercayakan kepada Bapak Kapten Noer Brand ( sekarang mayor ),
beliau bukanlah orang baru bagi mahasiswa Unlam yang senior, karena beliau adalah
salah seorang Instruktur yang melatih Yonwa 17 Mei yang lalu. Berkat bimbingan dan
kepemimpinan beliau Menwa Suryanata menjadi kuat dan semakin maju.
Sesuai dengan SK bersama antara Menko Hankam/ Pangab dan Menteri PTIP
No. M/A/65/1965 dan 2 /PTIP/1965, telah dijelaskan tentang kedudukan Resimen
Mahasiswa Suryanata yang antara lain : bahwa Menwa merupakan bagian dari
organisasi pertahanan sipil dan administratif organisasi berada dalam struktur Hansip
dimana ia berada. Maka dengan semakin berkembangnya organisasi Hansip/Wanra
didaerah – daerah seluruh Indonesia Menwa turut pula semakin kuat dan semakin
maju. Berkat bantuan dan perhatian secara serius dari Kamada Hansip/Wanra XIV
Kalimantan Selatan Bapak Gubernur Subardjo, maka kekuatan personil Menwa
Suryanata ini semakin bertambah, diaman dengan didropnya perlengkapan yang
baru, jumlah anggota Resimen Mahasiswa Suryanata Kal.Sel. yang semula 1 Kompi
sekarang menjadi 1 Batalyon ( terdiri 3 Kompi putera dan 1 Kompi puteri ).
Selanjutnya, Staf Komando ini dilengkapi dengan asisten I s.d IV dan pengangkatan
Dan Yon beserta Dan Kie – Dan Kie dan Ton – Ton.
Dengan diterbitkannya Keputusan Bersama Menteri Pertahanan, Menteri
Pendidikan Nasional Dan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Republik
Indonesia Nomor : Kb/14/M/X/2000, dan Nomor : 6/U/Kb/2000 Nomor : 39 A Tahun
2000 tentang Pemberdayaan Dan Pembinaan Resimen Mahasiswa mengakibatkan
terputusnya pembinaan Menwa di Kalimantan Selatan, sehingga tidak ada dukungan
langsung dari TNI maupun Pemerintah Daerah. Satuan-Satuan Menwa menjadi Unit
Kegiatan Mahasiswa di Perguruan Tinggi masing-masing.
Pada bulan Mei 2005 diadakan Musyawarah Daerah Staf Komando Resimen
Mahasiswa Suryanata yang diikuti oleh semua Satuan Menwa yang ada di Kalimantan
Selatan dan terpilih Asep Cahya D sebagai Kepala Staf Menwa Suryanata Provinsi
Kalimantan Selatan untuk Periode 2005-2008. Pada tahun yang sama, yakni bulan
Juli 2005 diadakan Temu Alumni Resimen Mahasiswa Suryanata Kalimantan Selatan
yang menghasilkan kesepakatan bahwa Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia
Provinsi Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ketua Bapak Eddy Riduan Wa’as
diberi mandat untuk melaksanakan pemilihan Komandan Menwa Suryanata
Kalimantan Selatan. Akan tetapi, pemilihan Komandan Menwa Suryanata belum bisa
terwujud karena beberapa kendala.
Dalam rangka upaya menguatkan organisasi dan kaderisasi anggota Menwa
Suryanata yang sejak tahun 2000 belum pernah melaksanakan Pendidikan Dasar
(Diksar) dikarenakan keterbatasan biaya Pendidikan, Skomenwa Suryanata terus
melakukan koordinasi organisasi bersama satuan menwa di Kalimantan Selatan.
Pada tahun 2008 Skomenwa Suryanata Kalsel mengadakan kegiatan Pra Pendidikan
Dasar dan Pembaretan di LEMDIKADA Banjarbaru yang diikuti oleh semua satuan
menwa di Kalimantan Selatan dan Kursus Dinas Staf Regional Kalimantan untuk
melakukan kaderisasi anggota yang bertempat di KODIM 1007 Banjarmasin. Pada
tahun 2010 Menwa Suryanata berhasil melaksanakan Latihan Dasar Militer
(LATSARMIL) pertama sejak terbitnya SKB 2000 yang bertempat di LEMDIKADA
Banjarbaru. Kegiatan LATSARMIL terus berlanjut pada tahun 2011, 2012 dan 2014 di
Yonif 623/BWU.
Pada bulan April 2016 Komando Resimen Mahasiswa Suryanata mengadakan
Rapat Komando dengan agenda pemilihan Komandan Menwa Suryanata dan terpilih
Bapak Supiannor, S.Ag sebagai Komandan Menwa Suryanata Provinsi Kalimantan
Selatan periode 2016-2019.
Berkat organisasi yang teratur dan kuat maka Resimen Suryanata Kal. Sel. ini
telah banyak men “dharma bahkti” kan dirinya guna kepentingan negara, bangsa dan
pembangunan.
Hingga saat ini Komando Resimen Mahasiswa Suryanata Propinsi Kalimantan
Selatan terdiri dari tujuh (7) Satuan Menwa, yaitu :
a. Satuan Menwa 601 Nagarunting (Satmenwa 601/NRT) Universitas Lambung
Mangkurat (ULM)
b. Satuan Menwa 602 Antasari (Satmenwa 602/ANT) Universitas Islam Negeri
(UIN) Antasari
c. Satuan Menwa 603 Univeritas Ahmad Yani
d. Satuan Menwa 604 Muhammad Arsyad Al-Banjari (Satmenwa 604/MAAB)
Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Banjarmasin
e. Satuan Menwa 608 Junjung Buih (Satmenwa 608/JJB) Sekolah Tinggi Keguruan
dan Ilmu Pendidikan PGRI (STKIP PGERI) Banjarmasin
f. Satuan Menwa 609 Darussalam (Satmenwa 609) Institut Agama Islam (IAD)
Darussalam Martapura
g. Satuan Menwa 610 STIA Bina Banua Banjarmasin
h. Satuan Menwa 611 Politeknik Hasnur
i. Satuan Menwa 612 Politeknik Tanah Laut
j. Satuan Menwa 613 ASMI Citra Nusantara Banjarmasin
k. Satuan Menwa 614 Universitas NU
l. Satuan Menwa 618 Abdurrahman (Satmenwa 618/AR) Sekolah Tinggi Ilmu
Agama Islam RAKHA (STAI RAKHA) Amuntai
m. Satuan Menwa 619 STIPER AMUNTAI
E. Pengertian
Resimen Mahasiswa Indonesia adalah :
Sebagai wadah, yang merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa ke
arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela negara
dan penguatan ketahanan nasional.
9. Menyampaikan saran dan pendapat kepada instansi terkait sesuai dengan tugas
pokoknya.
a. Warna : Merah, hitam, kuning, putih dan hijau merupakan lambamg sifat-sifat
kesatria sejati.
1) Merah artinya berani; melambangkan berani membela yang benar.
2) Hitam berarti terang, tabah dan langgeng; melambangkan ketenangan dan
ketabahan dalam menghadapi kesukaran.
3) Kuning berarti luhur, bijaksana; melambangkan melambangkan keluhuran
budi dan kebijaksananan.
4) Putih berarti suci, jujur; melambangkan kesucian hati dan kejujurandalam
tindakan.
5) Hijau berarti segar, hidup, harapan, cita-cita; melambangkan memiliki jiwa
yang segar dan hidup penuh cita-cita.
b. Lukisan Lambang
1) Tulisan MEN-MAHANATA; singkatan dari Resimen Mahasiswa Suryanata.
Suryanata adalah nama seorang Pangeran (Raja) dari jamannya kejayaan
Negara Dipa, suami dari putri Junjung Buih (Ibu Suri Rakyat Kalimantan
Selatan) yang memiliki sifat-sifat arif bijaksana, adil, berbudi luhur, gagah
dan perkasa. Diharapkan setiap anggota Menwa dapat mewarisi sifat-sifat
tersebut.
2) Bintang bersudut lima (5) berarti lambing Pancasila; melambangkan setiap
anggota Menwa adalah pembela, penegak dan pengawal Pancasila,
bercita-cita tinggi, dinamis, optimis, penuh dengan oto-kreatifitas,
bersemangat waja sampai kaputing-haram manyarah.
3) Kuncup melati; melambangkan bahwa mahasiswa sebagai generasi
penerus diharapkan kemudian hari akan menjadi manusia-manusia yang
berguna dan berjasa bagi negara dan bangsanya.
4) Mata tombak (merupakan senjata nenek moyang suku-suku bangsa di
Kalimanatan khususnya di Kalimantan Selatan); melambangkan bahwa di
samping kewajiban menuntut ilmu, maka setiap anggota Menwa
menyiapkan dan mengabdikan diri secara aktif ambil bagian dalam
pertahanan negara yang bertanggungjawab.
5) Buku dalam keadaan terbuka; melambangkan bahwa setiap anggota
Menwa harus mampu untuk menjadi dinamisator dan stabilisator dalam
kehidupan kemahasiswaan terutama dalam menuntut ilmu.
a. Burung Enggang
Kiasan dari burung Enggang ini adalah kekuasaan dan dapat memandang.
b. Gong
Di seluruh nusantara, sejak zaman dahulu Gong tergolong sebagai alat
pelengkap istana raja, disamping dipergunakan sebagai salah satu alat bunyi-
bunyian (terutama dalam pasangan gamelan). Sebagai alat bunyi-bunyian yang
bersifat memberi irama. Pada zaman masa kerajaan-kerajaan dulu, gong
digunakan juga sebagai alat penghimbau, alat mengelu-elukan rakyat dan alat
untuk memberi alamat. Pada masa Lambung Mangkurat, Pangeran Suryanata
keluar dari laut dalam pertapaan dilakukan dengan sikap duduk di atas gong
emas yang berlukiskan naga. Kiasan dari gong ini adalah alat hubungan dengan
sejarah dan riwayat, alat kemegahan, dan alat memberi alamat (tanda-tanda).
c. Lipan
Lukisan lipan pada gong menandakan lambang dan simbol-simbol raja-raja
Kalimantan pada masa terakhir mereka kebanyakan adalah lipan.
d. Warna
Merah dan putih melambangkan nasionalisme; kuning keemasan
melambangkan kemegahan; dan hitam melambangkan kedalaman jiwa dan ilmu
pengetahuan.
K. Sesanti
Widya Castrena Dharma Siddha
Yang mengandung arti filosofis :
“Penyempurnaan Pengabdian dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Olah Keprajuritan”
5. Kami adalah mahasiswa yang memegang teguh disiplin lahir dan batin, percaya
pada diri sendiri dan mengutamakan kepentingan Nasional di atas kepentingan
pribadi maupun golongan.