Anda di halaman 1dari 19

SATUAN MENWA UI

“WIRA MAKARA”

BUKU PERATURAN
tentang
URUSAN DINAS DALAM
RESIMEN MAHASISWA “WIRA MAKARA”
UNIVERSITAS INDONESIA
(PUDD-MENWA UI)

PENGESAHAN:
Surat Keputusan Dansat Menwa UI
Nomor : SKEP/09/KMN/VI/2015
Tanggal : 12 Juni 2015
KEPUTUSAN
KOMANDAN SATUAN
RESIMEN MAHASISWA “WIRA MAKARA”
UNIVERSITAS INDONESIA
Nomor : SKEP/09/KMN/VI/2015

tentang

PENGESAHAN PERATURAN URUSAN DINAS DALAM


RESIMEN MAHASISWA “WIRA MAKARA”
UNIVERSITAS INDONESIA
(PUDD-MENWA UI)

MENIMBANG : Bahwa untuk keseragaman dan ketertiban dalam pelaksanaan urusan di-
nas dalam di lingkungan Resimen Mahasiswa "Wira Makara" Universitas
Indonesia, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap aturan-aturan
urusan dinas dalam yang selama ini belum disusun dalam bentuk tertulis.
MENGINGAT : 1. Surat Keputusan Rektor Universitas Indonesia nomor : 0151/SK/R/
UI/2015 tentang pengangkatan Komandan Satuan Resimen Mahasis-
wa "Wira Makara" Universitas Indonesia Periode Januari-Desember
2015.
2. Surat Keputusan PANGAB Nomor : Skep/555/IX/1990 tentang Pe-
ngesahan Peraturan Urusan Dinas Dalam Angkatan Bersenjata Repu-
blik Indonesia (PUDD-ABRI)

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : 1. Mengesahkan Peraturan Urusan Dinas Dalam Resimen Mahasiswa


"Wira Makara" Universitas Indonesia (PUDD-Menwa UI) sebagai-
mana terlampir dalam surat keputusan ini.
2. Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dengan catatan apabi-
la terdapat kekeliruan di kemudian hari dapat dilakukan peninjauan
kembali dan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : DEPOK
Pada tanggal : 12 - 6 - 2015
PERATURAN URUSAN DINAS DALAM
RESIMEN MAHASISWA “WIRA MAKARA”
UNIVERSITAS INDONESIA
(PUDD-MENWA UI)

BAB I - UMUM

Pasal 1

Pengertian

Peraturan Urusan Dinas Dalam Resimen Mahasiswa “Wira Makara” Universitas


Indonesia, selanjutnya disebut PUDD-Menwa UI, adalah suatu peraturan yang disusun
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan urusan dinas dalam di suatu Kesatrian demi
tercapainya sikap hidup yang disiplin serta taat pada peraturan di kalangan Resimen
Mahasiswa “Wira Makara” Universitas Indonesia.

Pasal 2

Maksud

PUDD Menwa UI ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk dan pedoman kerja
kepada petugas urusan dalam penghuni Kesatrian.

Pasal 3

Tujuan

Tujuan PUDD Menwa UI adalah untuk mencapai daya guna, serta kesiapan satuan
yang maksimal dalam menjalankan tugas.

Pasal 4

Kewajiban dan Sanksi

a. Guna mencapai maksud dan tujuan dalam pasal 2 dan pasal 3 di atas, setiap personil
Menwa UI diwajibkan mempelajari, memahami, dan melaksanakan dengan sebaik-
baiknya semua ketentuan yang tercantum didalam PUDD Menwa UI ini.
b. Pelanggaran terhadap PUDD Menwa UI ini dapat dikenakan sanksi berdasarkan jalur
komando satuan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

BAB II - KESATRIAN

Pasal 5

Pengertian

Kesatrian adalah suatu tempat yang digunakan oleh satuan sebagai tempat bekerja
dan/atau tempat tinggal, di bawah kekuasaan/pimpinan seorang komandan dengan batas-batas
yang ditentukan oleh yang berwenang.

1
Pasal 6

Macam-macam Kesatrian

Kesatrian terdiri dari 2 macam yaitu:


a. Kesatrian tetap, yaitu Markas Komando Resimen Mahasiswa “Wira Makara” Universitas
Indonesia.
b. Kesatrian sementara, yaitu Kesatrian yang digunakan sebagai tempat penampungan
satuan yang memerlukan tempat bekerja dan/atau tempat tinggal untuk sementara waktu.
Pelaksanaan urusan dinas dalam diatur oleh Dan Kesatrian yang berwenang.

Pasal 7

Hubungan PUDD dan Kesatrian

Kesatrian adalah tempat dimana PUDD ditegakkan, sehingga segala peraturan yang
tercantum dalam PUDD ini hanya berlaku di dalam Kesatrian.

Pasal 8

Organisasi Kesatrian

Untuk memaksimalkan penegakkan PUDD ini, maka dibentuk organisasi Kesatrian,


yaitu Kompi Markas yang terdiri dari:
a. Kompi Markas tetap, disusun dan disesuaikan dengan organisasi satuan, dipimpin oleh
seorang Komandan Kompi Markas dan bertanggung jawab langsung kepada Komandan
Satuan.
b. Kompi Markas sementara (Satuan Tugas), disusun berdasarkan perintah yang
berwenang, dipimpin oleh seorang Komandan Kompi Markas dan bertanggung jawab
langsung kepada Komandan Satuan Tugas.

BAB III – TUGAS, POKOK, DAN FUNGSI KOMPI MARKAS

Pasal 9

Umum

Kompi Markas adalah organisasi Kesatrian yang resmi dan berwewenang dalam
mengatur Kesatrian.
Pasal 10

Khusus

Kompi Markas memiliki fungsi khusus dalam melaksanakan tugas di bidang-bidang berikut:
a. Melaksanakan urusan dinas dalam sebagaimana diatur dalam peraturan ini, contoh:
1. Pembagian dan penggunaan ruangan di dalam Kesatrian.
2. Tata tertib sehari-hari di dalam Kesatrian.
3. Tata cara berpakaian di dalam lingkungan Kesatrian.

2
4. Penentuan alokasi penggunaan fasilitas di dalam Kesatrian yang disesuaikan dengan
hak masing-masing anggota.
5. Penaikan dan penurunan bendera merah putih setiap hari.
b. Pengelolaan dan perawatan Kesatrian. Berikut beberapa fungsi Kima dalam pengelolaan
dan perawatan Kesatrian:
1. Penyediaan dan perawatan fasilitas listrik dan air bersih.
2. Perawatan bangunan dan ruangan di dalamnya.
3. Perawatan fasilitas kerja seperti komputer, meja, kursi, dan sebagainya.
4. Perawatan fasilitas latihan seperti tali tambang, helm, dan sebagainya.
5. Perawatan fasilitas pendukung seperti televisi, kompor, kulkas, dan sebagainya.
c. Kesekretariatan. Berikut beberapa fungsi Kima dalam hal kesekretariatan:
1. Menerima surat masuk melalui dinas piket dan menyampaikannya kepada pihak-pihak
yang berhak menerimanya.
2. Membantu unsur lain dalam pembuatan tulisan-tulisan dinas.
3. Membantu mendistribusikan tulisan dinas, baik secara internal maupun eksternal.
d. Logistik dan perbendaharaan. Fungsi Kima dalam hal logistik dan pembendaharaan
merupakan tugas koordinasi dengan staf 4/Logistik dalam hal pengadaan, pengalokasian,
perawatan, penyimpanan, dan distribusi serta administrasi. Contoh beberapa fungsi kima
dalam bidang logistik dan perbendaharaan:
1. Pengadaan logistik yang bisa bersumber dari pembelian, peminjaman, maupun
penyewaan.
2. Pengalokasian logistik sesuai dengan rencana kerja staf 4/Logistik.
3. Perawatan logistik sehingga dapat digunakan pada saat dibutuhkan.
4. Penyimpanan logistik yang belum akan digunakan dalam waktu dekat.
5. Pendistribusian logisitk kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
6. Administrasi logistik melalui pencatatan serta pelaporan segala hal yang berhubungan
dengan logistik kepada staf 4/Logistik.
7. Mengelola kas kecil harian Kima untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Kesatrian.
e. Keprotokolan. Keprotokolan adalah etika atau atura yang berlaku dalam suatu
masyarakat tertentu. Keprotokolan mengatur apa saja yang boleh dan tidak boleh
dilakukan dalam suatu kondisi atau kegiatan tertentu. Berikut beberapa fungsi kima
dalam hal Keprotokolan:
1. Pengaturan urutan dan penyediaan tempat duduk undangan dalam acara-acara satuan
yang berlangsung di Kesatrian.
2. Pengaturan dan penyediaan fasilitas-fasilitas khusus yang diberikan kepada tamu-
tamu VIP dalam acara-acara yang berlangsung di Kesatrian.
3. Mengatur pelaksanaan upacara dan apel, serta mempersiapkan segala peralatan yang
diperlukan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.
f. Membantu penegakan disiplin dan tata tertib. Kima juga membantu tugas provoost dalam
menegakkan disiplin dan tata tertib sehari-hari di dalam Ksatrian. Beriktu beberpa fungsi
Kima dalam hal membantu penegakan disiplin dan tata tertib:
1. Penegakkan penggunaan Peraturan Penghormatan Militer (PPM).
2. Penegakan penggunaan fasilitas Kesatrian secara wajar sesuai dengan hak masing-
masing anggota.
3. Penegakkan keseluruhan tata tertib yang berlaku di Kesatrian.

3
Pasal 11

Organisasi Kompi Markas

Pengorganisasian Kompi Markas adalah sebagai berikut:


a. Komandan Kompi Markas – Dan Kima, tupoksinya adalah:
1. Bertanggung jawab langsung kepada Komandan Satuan.
2. Memonitor kompi markas dalam menjalankan tugas-tugasnya.
3. Mengatur sirkulasi keuangan Kesatrian.
4. Sebagai kepala rumah tangga di Kesatrian.
b. Wakil Komandan Kompi Markas – Wadan Kima, tupoksinya adalah:
1. Membantu Dan Kima dalam menjalankan tugas-tugasnya.
2. Menggantikan tugas Dan Kima apabila berhalangan.
c. Kompi Markas Kesatrian - Kima Kesatrian, tupoksinya adalah:
1. Bertanggung jawab langsung kepada Dan Kima.
2. Mengatur segala rekaman data, laporan, dan administrasi lainnya yang terdapat dalam
PUDD ini.
3. Mengatur penjadwalan petugas-petugas Dinas Dalam sesuai dengan ketentuan
masing-masing dinas, kecuali dinas Provoost.
4. Bertanggung jawab atas kebersihan, kerapihan dan keamanan lingkungan Kesatrian.
c. Kompi Markas Perbekalan dan Lapangan - Kima Beklap, tupoksinya adalah:
1. Bertanggung jawab langsung kepada Dan Kima.
2. Mengatur dan menjaga ketersediaan perbekalan sehari-hari, baik berupa barang atau
makanan, dalam rangka mendukung seluruh kegiatan di lingkungan Kesatrian.
3. Mengkondisikan dan mengkondusifkan lingkungan Kesatrian di setiap kegiatan-
kegiatan yang akan, sedang, dan telah berlangsung.
4. Menjaga dan mengatur seluruh inventaris satuan yang tersimpan di Kesatrian, serta
secara berkala melakukan pendataan ulang.
d. Kompi Markas Komunikasi dan Elektronik - Kima Komlek, tupoksinya adalah:
1. Bertanggung jawab langsung kepada Dan Kima.
2. Memvisualisasikan segala himbauan, larangan, serta peraturan-peraturan yang
dianggap perlu dan menempatkannya di tempat yang sesuai sebagai sarana
komunikasi kompi markas dan seluruh penghuni Kesatrian secara umum.
3. Membuat, memperbarui, mengatur, dan memaksimalkan penggunan Papan Informasi
di lingkungan Kesatrian, bekerja sama dengan staf Humas.
4. Mengawasi penggunaan dan merawat seluruh barang-barang elektronik yang ada di
lingkungan Kesatrian agar selalu dalam keadaan berfungsi apabila sewaktu-waktu
akan digunakan.

BAB IV - KEAMANAN, KETERTIBAN, DAN KEBERSIHAN

Pasal 12

Umum

Untuk mewujudkan keamanan, ketertiban, dan kebersihan di lingkungan Kesatrian,


maka dibentuk Dinas Dalam di Kesatrian yang diatur oleh Kompi Markas.

4
Pasal 13

Macam-macam Dinas Dalam di Kesatrian

a. Dinas Piket, terdiri dari:


1. Dinas Piket Siang, bertugas mulai pukul 08.00 s.d. 17.00.
2. Dinas Piket Malam, bertugas mulai pukul 17.00 s.d. 08.00.
b. Dinas Jaga Serambi, bertugas pada malam hari saat jam tenang berlangsung, dan hanya
ditugaskan saat ada kegiatan yang berlangsung di Kesatrian.
c. Dinas Provoost, secara khusus bertugas saat ada kegiatan-kegiatan resmi yang
berlangsung di Kesatrian.

Pasal 14

Ketentuan dan Tupoksi Dinas Piket

a. Dipimpin oleh seorang Perwira Piket yang bertanggung jawab langsung kepada
Komandan Kompi Markas.
b. Sebagai penegak langsung PUDD dan bertugas langsung menjaga serta mengawasi
keamanan, ketertiban, dan kebersihan di lingkungan Kesatrian.
c. Sebagai penerima tamu-tamu keseharian Kesatrian dan melayaninya dengan baik.
d. Mengawasi dan menjaga ketertiban setiap kegiatan resmi ataupun non-resmi yang
berlangsung di Kesatrian.
e. Membuat laporan sesuai dengan tugas-tugas yang telah dilaksanakan.

Pasal 15

Ketentuan dan Tupoksi Dinas Jaga Serambi

a. Diatur secara bergilir oleh Perwira Piket Malam atau Khusus, dan bertanggung jawab
langsung kepada Perwira Piket yang bertugas.
b. Merupakan dinas yang dibentuk khusus untuk menjaga keamanan Kesatrian ketika
malam hari, serta mengawasi personil apabila sedang berlangsung kegiatan pendidikan.

Pasal 16

Ketentuan dan Tupoksi Dinas Provoost

a. Dipimpin oleh seorang Kepala Provoost dan bertanggung jawab langsung kepada
Komandan Satuan dan/atau Komandan Satuan Tugas.
b. Merupakan dinas yang dibentuk khusus untuk menjaga ketertiban Kesatrian serta
kedisiplinan personil.
c. Sebagai protokol pada kegiatan-kegiatan resmi yang berlangsung di Kesatrian.
d. Mengadakan pengawasan dan pengamanan VIP, serta pendampingan tamu-tamu
Kesatrian sampai di tempat tujuan.
e. Mengawasi dan/atau memberikan pelaksanaan hukuman personil sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

5
Pasal 17

Pengaturan Sarana dan Fasilitas di dalam Kesatrian

Untuk memenuhi aspek-aspek keamanan, ketertiban, dan kebersihan maka seluruh


pengaturan sarana dan fasilitas di dalam Ksatrian harus mengikuti prinsip-prinsip berikut:
a. Menguntungkan kesiapsiagaan.
b. Memenuhi syarat-syarat keamanan.
c. Mempermudah pemeriksaan/perawatan.
d. Memenuhi keserasian pengaturan sarana dan fasilitas sesuai dengan lingkungan dan
keperluan.

BAB V – KEGIATAN RUTIN

Pasal 18

Umum

Kegiatan rutin meliputi tugas keseharian yang telah dibebankan kepada setiap
penghuni Kesatrian berdasarkan susunan organisasi. Untuk mewujudkan ketertiban dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan rutin maka dibentuk suatu ketentuan petunjuk pelaksanaan.

Pasal 19

Ketentuan Upacara Bendera Harian

a. Ketentuan Umum:
1. Setiap hari di Kesatrian tetap wajib dikibarkan bendera merah putih pada pukul 6 pagi
hingga pukul 6 petang.
2. Upacara bendera harian dilaksanakan oleh seluruh penghuni kesatrian, dipimpin oleh
seorang Dan Up, dengan penanggung jawab pelaksana adalah Dan Kima.
3. Selama dilakukan penghormatan kepada bendera, seluruh penghuni kesatrian harus
menyampaikan penghormatan. Namun apabila keadaan tidak memungkinkan cukup
mengambil sikap sempurna.
4. Demi ketertiban umum, selama upacara berlangsung dilarang melintasi jalan di sekitar
lapangan upacara dan pintu keluar masuk kesatrian untuk sementara ditutup.
Ketertiban selama upacara berlangsung adalah tanggung jawab Dinas Provoost.
b. Ketentuan khusus:
1. Petugas upacara yang bertugas:
a. Sebagai Dan Up adalah Dan Kima. Apabila Dan Kima tidak hadir maka digantikan
Wadan Kima, apabila keduanya tidak hadir maka digantikan dengan petugas piket
yang hadir, diutamakan perwira piket. Apabila kesemuanya tidak hadir maka
digantikan dengan salah satu anggota kompi markas.
b. Sebagai Dan Pas kompi anggota adalah Dan Ki. Apabila Dan Ki tidak hadir maka
digantikan dengan salah satu anggota kompi markas.
c. Sebagai Dan Pas kompi markas adalah Wadan Kima. Apabila tidak hadir maka
digantikan dengan salah satu anggota kompi markas.
d. Sebagai Dan Pas kompi staf adalah anggota kompi staf dengan jabatan tertinggi.
e. Sebagai pasukan pengibar bendera, diutamakan dari anggota piket, dalam hal
penyelenggaraan pendidikan anggota maka anggota kompi anggota atau kompi

6
calon anggota diperbolehkan menjadi pasukan pengibar bendera dengan catatan
penanggung jawab pelatihan adalah Dan Kima.
2. Ketentuan tentang pakaian:
a. Dalam hal kegiatan resmi, seluruh peserta upacara menggunakan PDL lengkap atau
pakaian dinas lainnya sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung.
b. Dalam hal kegiatan non-resmi (keseharian), seluruh peserta menggunakan pakaian
bebas rapi. Pemakaian baju harus dimasukkan kecuali apabila kondisi tidak
memungkinkan (melanggar norma tertentu). Ditekankan untuk petugas upacara
untuk memakai alas kaki yang tertutup.
c. Untuk tamu dan alumni tidak ada peraturan yang mengikat, pada prinsipnya harus
sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingungan kesatrian.
3. Cara melipat bendera:
a. Dilakukan seminimal-minimalnya dua orang. Orang pertama memegang kedua
ujung bendera yang ada kaitnya dengan tangan kanan memegang bagian bendera
warna putih dan tangan kiri memegang bagian bendera warna merah, orang kedua
memegang ujung bendera bagian lainnya dengan tangan kanan memegang bendera
warna merah dan tangan kiri memegang bendera warna putih. Posisi kedua orang
ini saat melipat bendera yaitu saling berhadapan.
b. Secara bersamaan bendera dilipat secara horizontal sebanyak dua kali. Lipatan
yang kedua merupakan lipatan dimana bagian putih bendera tertutup oleh bagian
merah bendera.
c. Orang kedua melipat bendera menjadi tiga secara zig-zag dan vertikal.
d. Orang kedua melipat bendera menjadi dua secara vertikal.
e. Orang kedua kembali melipat bendera menjadi dua sehingga semua ujung bendera
bertemu di satu sisi dimana formasi lipatan bendera dari atas ke bawah dilihat dari
sisi depan sebelah kiri menjadi; merah, putih, putih (ujung tak berkait), merah
(ujung tak berkait), merah, putih, putih, merah, merah, putih, putih, merah, merah
(ujung berkait), putih (ujung berkait), putih, merah, dst.
f. Ada banyak cara melipat bendera, namun pada prinspinya lipatan harus rapih,
mudah diingat, dan tidak membelit saat bendera dibentangkan.
4. Pengibaran bendera setengah tiang. Pada pengibaran bendera setengah tiang, maka
bendera dinaikkan hingga ujung tiang, dihentikan sebentar, dan diturunkan tepat
setengah tiang. Apabila perintah mengibarkan bendera setengah tiang disampaikan
pada siang hari, maka dilaksanakan Upacara Bendera seperti pada saat penurunan
bendera, pada saat bendera diturunkan setengah tiang, seluruh penghuni Kesatrian
wajib menyampaikan penghormatan.
5. Apabila ada gangguan:
a. Kerekan macet, maka bendera dinaikkan sampai setinggi-tingginya. Ketika upacara
selesai maka bendera dapat diturunkan kembali agar kerekan dibetulkan.
b. Tali kerekan putus, maka pasukan pengibar bendera membentangkan bendera
sampai aba-aba penghormatan selesai, setelah itu bendera dilipat kembali. Setelah
upacara selesai baru tali kerekan dapat dibetulkan.
c. Bendera membelit saat dibentangkan dan atau bendera terbalik, pasukan pengibar
bendera segera membetulkannya dan setelah bendera benar-benar telah
dibentangkan sempurna baru boleh melapor “bendera siap” kepada Dan Up. Dan
Up tidak dibenarkan memberikan aba-aba penghormatan sebelum ada laporan
“bendera siap” dari pasukan pengibar bendera.
d. Cuaca buruk, apabila upacara belum dilaksanakan maka boleh ditunda. Apabila
upacara telah dilaksanakan, namun pasukan pengibar bendera belum melapor
“bendera siap” kepada Dan Up maka boleh ditunda. Apabila pasukan pengibar

7
bendera telah melapor “bendera siap” kepada Dan Up maka upacara harus
diteruskan.
c. Ketentuan Pelaksanaan:
1. Dan Up menunjuk tiga orang anggota sebagai pasukan pengibar bendera.
2. Apabila akan menaikkan bendera, maka pasukan pengibar bendera harus memastikan
kembali apakah lipatan bendera sudah benar atau belum. Dalam hal melipat bendera,
harus dilakukan di dalam ruangan dan sebisa mungkin tidak banyak orang yang
melihat.
3. Dan Up memberitahukan penghuni kesatrian untuk melakukan persiapan upacara.
4. Masing-masing Dan Pas menyusun pasukan bersaf, menghadap dengan jarak kurang
lebih delapan langkah dari tiang bendera. Jarak antar pasukan kurang lebih tiga
langkah. Pasukan diistirahatkan.
5. Dan Up mengambil tempat dan mengambil alih komando, setelah itu menyiapkan
seluruh pasukan dengan aba-aba Siap = GERAK.
6. Pasukan pengibar bendera menjalankan tugasnya sebagai berikut:
a. Pada penaikkan bendera.
1. Dengan aba-aba anggota yang di tengah, pasukan pengibar bendera menuju ke
arah depan tiang bendera sehingga jarak antara pasukan ke tiang bendera
adalah tiga langkah.
2. Setelah melakukan pelurusan, anggota yang di tengah memberikan aba-aba
sehingga masing-masing anggota pasukan pengibar bendera menghadap tiang
bendera dengan jarak satu langkah.
3. Anggota yang di sebelah kiri mengaitkan bendera ke tali pengerek dengan kait
yang di atas untuk bagian bendera berwarna merah dan kait yang di bawah
untuk bagian bendera berwarna putih. Setelah itu, anggota yang di sebelah kiri
memberikan tali pengerek bagian bawah kepada anggota yang di tengah
sehingga tangan kanan anggota yang di tengah memegang kait yang di bawah
untuk bagian bendera warna putih.
4. Anggota yang di sebelah kanan, memegang ujung bendera berwarna merah
dengan tangan kanannya dan ujung bendera berwarna putih dengan tangan
kirinya.
5. Dengan serempak anggota yang di sebelah kiri menarik tali pengerek dengan
sigap, anggota yang di tengah menahan kerekan agar bendera tegang, dan
anggota yang di sebelah kanan secara berturut-turut; menghantarkan kedua
tangan di depan dada, mundur sejauh panjang bendera, membentangkan
bendera dengan posisi tangan kanan lurus ke atas sejajar dengan badan dan
posisi tangan kiri lurus ke bawah di samping badan.
6. Anggota yang paling kanan memberikan isyarat ke Dan Up dengan berturut-
turut; menengokkan kepala ke arah Dan Up, dengan lantang melapor “bendera
siap”, setelah itu menengokkan kepalanya kembali ke arah depan.
7. Setelah ada aba-aba penghormatan dari Dan Up, yaitu Kepada Bendera Merah
Putih - Hormat = GERAK, anggota yang di sebelah kiri mulai mengerek tali
sehingga perlahan bendera mulai naik. Bersamaan dengan itu, anggota yang di
sebelah kanan maju mengikuti ketinggian bendera sampai berjarak satu
langkah ke tiang bendera, setelah dirasa tangan kanannya tidak mampu lagi
meraih ujung bendera, maka ia melepas ujung bendera dari tangan kanannya
kemudian tangan kanannya dengan sigap memegang ujung bendera yang
dipegang tangan kiri sehingga tangan kirinya lurus seperti saat sikap
sempurna. Posisi tangan kanan berada di depan dada hingga sampai mengikuti
ketinggian bendera, posisi tangan kanan berada sejajar dengan pandangan

8
mata, maka ia melepas ujung bendera dengan membuangnya ke arah angin
sehingga bendera segera berkibar.
8. Dengan sigap anggota yang di tengah mengulur tali dan memberikannya
kepada anggota yang di kanan. Posisi tangan anggota yang di kanan mengikuti
anggota yang di sebelah kiri seakan-akan sedang mengerek tali. Posisi tangan
saat mengerek tali adalah posisi tangan yang di atas sejajar dengan pandangan
mata dan posisi tangan yang di bawah sejajar dengan ikat pinggang.
Pergerakannya adalah tangan yang di atas menghampiri tangan yang di bawah
dan dilakukan berulang-ulang dengan tangan yang bergantian.
9. Setelah bendera sampai ke ujung tiang, anggota yang di sebelah kanan dan kiri
berhenti mengerek tali, anggota yang di sebelah kiri harus senantiasa menarik
tali sehingga bendera tidak akan turun sedikitpun. Setelah itu Dan Up
memberikan aba-aba Tegak = GERAK.
10. Dengan sigap anggota yang di sebelah kiri mengikat tali ke tiang bendera
sehingga bendera tidak akan turun sedikitpun. Sedangkan anggota lainnya
kembali ke sikap sempurna.
11. Setelah itu, anggota yang di tengah memberikan aba-aba sehingga pasukan
pengibar bendera berada tiga langkah di depan tiang bendera seperti semula,
lalu memberikan penghormatan kepada bendera secara serentak.
12. Pasukan pengibar bendera selesai bertugas dan dapat kembali ke posisinya
semula.
b. Pada penurunan bendera.
1. Dengan aba-aba anggota yang di tengah, pasukan pengibar bendera menuju ke
arah depan tiang bendera sehingga jarak antara pasukan ke tiang bendera adalah
tiga langkah.
2. Setelah melakukan pelurusan, anggota yang di tengah memberikan aba-aba
penghormatan kepada bendera, setelah itu ia memberikan aba-aba sehingga
masing-masing anggota pasukan pengibar bendera menghadap tiang bendera
dengan jarak satu langkah.
3. Anggota yang di sebelah kiri membuka ikatan tali, lalu mengecek dengan
melihat ke atas (ke arah kaitan bendera), tali yang ada benderanya diberikannya
kepada anggota yang di tengah dan kemudian diberikan lagi kepada anggota
yang di sebelah kanan dengan catatan saat anggota yang di tengah memberikan
tali ia juga sambil mengambil tali tersebut sehingga ia bisa mengulur tali seperti
yang dilakukan anggota yang ditengah saat penaikkan bendera.
4. Dengan posisi tangan siap mengerek tali, begitupun dengan anggota yang di
sebelah kiri, anggota yang di sebelah kanan memberikan isyarat ke Dan Up
dengan berturut-turut; menengokkan kepala ke arah Dan Up, dengan lantang
melapor “bendera siap”, setelah itu menengokkan kepalanya kembali ke arah
depan.
5. Setelah ada aba-aba penghormatan dari Dan Up, yaitu Kepada Bendera Merah
Putih - Hormat = GERAK, anggota yang di sebelah kanan mulai mengerek tali
sehingga perlahan bendera mulai turun. Anggota yang di tengah tetap mengulur
tali dan anggota yang di sebelah kiri mengikuti anggota yang di sebelah kanan
seakan-akan mengerek tali.
6. Setelah ketinggian ujung bendera yang berwarna putih telah sejajar dengan
pandangan, maka anggota yang di sebelah kanan memberikan tali kepada
anggota yang di tengah sambil anggota yang di tengah meneruskan mengerek
tali sampai ia memegang kait yang di bawah di tangan kanannya, anggota yang
di sebelah kanan meraih kedua ujung bendera sehingga ia dapat

9
membentangkannya seperti saat penaikkan bendera. Anggota yang di sebelah
kiri menarik tali sehingga bendera menjadi tegang.
7. Dan Up memberikan aba-aba Tegak = Gerak, dengan sigap anggota yang di
tengah dan yang di sebelah kanan melipat bendera. Setelah lipatan bendera
tahap dua selesai (bagian merah menutupi bagian putih bendera), maka anggota
yang di tengah membuka kedua kait bendera dan menyerahkannya ke anggota
yang di sebelah kiri. Setelah itu, anggota yang di tengah dan sebelah kanan
dapat melanjutkan melipat bendera.
8. Setelah itu, anggota yang di tengah memberikan aba-aba sehingga pasukan
pengibar bendera berada tiga langkah di depan tiang bendera seperti semula.
9. Pasukan pengibar bendera selesai bertugas, setelah itu mereka menghadap
kurang lebih enam langkah di depan Dan Up untuk memberikan bendera.
7. Dan Up memberikan aba-aba Istirahat di Tempat = GERAK. Dalam penaikkan
bendera, maka Dan Pas dapat langsung membubarkan pasukannya. Dalam
penurunan bendera, Dan Pas membubarkan pasukannya setelah anggota
pasukan pengibar bendera yang di tengah memberikan bendera kepada Dan Up
dan Dan Up telah memasuki ruangan. Anggota pasukan pengibar bendera yang
di tengah memberikan bendera dengan cara sebagai berikut; ia maju dengan
langkah tegap sampai jaraknya dengan Dan Up satu langkah, sebelum berhenti
ia jalan di tempat untuk memastikan jarak yang pas untuk memberikan bendera,
setelah berhenti ia memberikan bendera kepada Dan Up.
8. Seluruh penghuni kesatrian dapat melanjutkan kegiatannya masing-masing.

Pasal 20

Apel

a. Umum – Apel adalah suatu cara pengontrolan terhadap kehadiran anggota pada saat
tertentu serta merupakan sarana komunikasi antara atasan dan bawahan. Dalam apel
dapat disampaikan perintah, instruksi, pengumuman, pembagian tugas, pemeriksaan alat
peralatan, serta menyangkut ketertiban lainnya.
b. Pelaksanaan Apel – Pelaksanaan apel disesuaikan dengan kebutuhan atau tujuan dari
diselenggarakannya apel tersebut dan secara garis besar dilakukan dengan prinsip-prinsip
berikut:
1. Ada Komandan Apel yang memimpin penghormatan dan laporan.
2. Ada Penerima Apel, sebagai yang diberikan penghormatan dan pengisi amanat.
3. Diawali dan diakhiri dengan penghormatan kepada penerima apel.
4. Dilakukan dalam barisan yang teratur, dengan posisi sentral berada di Penerima Apel,
atau menyesuaikan dengan kondisi ruangan apabila tidak memungkinkan.
c. Macam-macam Apel:
1. Apel Pagi/Siang/Sore/Malam.
2. Apel Makan.
3. Apel Belajar.
4. Apel Korps.
5. Dan lain-lain.

10
Pasal 21

Korve (Bakti Markas)

Dalam hal menjaga kebersihan Kesatrian, setiap hari petugas piket wajib
melaksanakan korve. Untuk membangun kesadaran dan kecintaan terhadap lingkungan
Kesatrian maka secara berkala Kompi Markas dapat mengatur jadwal untuk melakukan
Korve Umum, yaitu korve yang dilakukan secara gotong royong oleh seluruh penghuni
Kesatrian.

Pasal 22

Jam Tenang

a. Umum – Jam tenang adalah waktu yang dikhususkan untuk memberikan kenyamanan
beristirahat bagi seluruh penghuni Kesatrian.
b. Ketentuan Pelaksanaan – Jam tenang dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
1. Pada hari-hari biasa, jam tenang berlangsung mulai pukul 23.00 s.d. 05.00
2. Jam tenang hanya berlaku pada hari-hari yang keesokan harinya merupakan hari kerja.
3. Jam tenang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan, yaitu jika ada kegiatan yang
sedang berlangsung dan berdasarkan kebijakan yang berwewenang.

BAB VI - TATA CARA DAN PERATURAN UMUM

Pasal 23

Tata Cara Interupsi

Dalam setiap kegiatan baik di ruangan maupun di luar ruangan, apabila ingin
melakukan interupsi maka terlebih dahulu yang bersangkutan mengangkat tangan kiri.
Kemudian setelah dipersilahkan berbicara oleh yang sedang memimpin kegiatan, ia
memperjelas maksud interupsinya, misal “izin bertanya”, “izin menjawab”, “izin bersiul”
“izin meninggalkan kelas”, dan lain-lain. Khusus dalam kegiatan pendidikan dan latihan,
maka seorang peserta didik wajib terlebih dulu menyebutkan nama dan jabatan, misal “caang
Anto izin bertanya” atau “siswa Anto izin menjawab”, dan lain-lain.

Pasal 24

Tata Cara Penindakan

Berdasarkan pasal 4 PUDD ini, setiap pelanggaran dapat diberikan tindakan hukuman
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berikut adalah prinsip-prinsip dalam pemberian
tindakan hukuman bagi anggota yang melangggar:
a. Yang berwewenang memberikan hukuman adalah Provoost atau atasan langsung,
hukuman hendaknya hanya diberikan oleh salah satu unsur tersebut.
b. Setiap pemberian tindakan hukuman wajib dibuat laporannya secara tertulis, sehingga
setiap pelanggaran personil dapat termonitor.

11
c. Untuk menjaga kewibawaan sikap seorang senior/atasan, maka apabila seorang
senior/atasan melakukan pelanggaran hendaknya diberi tindakan hukuman terpisah dari
junior/bawahannya.
d. Apabila penindakan diberikan oleh Provoost, maka setelah penindakan tersebut Provoost
wajib melaporkan pelanggaran tersebut kepada atasan yang bersangkutan.

Pasal 25

Tata Cara Melayani Tamu Satuan

a. Seluruh personil yang berada di dalam Kesatrian wajib untuk menghormati, bersikap
ramah, sopan, dan santun serta melayani tamu Kesatrian yang berkunjung.
b. Setiap tamu yang berkunjung ke Kesatrian wajib mengisi buku tamu yang menunjukkan
nama, waktu kunjungan, asal instansi, dan keperluan kunjungan.
c. Tamu yang hadir berdasarkan Undangan dari acara resmi yang berlangsung di Kesatrian
berhak mendapatkan pendampingan dan pengamanan dari Provoost, sesuai dengan
jabatan dan asal instansi tamu tersebut.
d. Apabila hadir tamu bukan tamu satuan maka anggota yang membawa tamu tersebut
wajib melapor terlebih dahulu kepada anggota piket dan personil yang berada di
Kesatrian tidak wajib melayaninya.

Pasal 26

Tata Cara Mengangkat Telepon Satuan

a. Personil yang diperbolehkan mengangkat telepon satuan adalah seluruh anggota kecuali
calon anggota.
b. Saat mengangkat telepon, secara urut personil wajib:
1. Mengucapkan salam (selamat pagi/siang/sore/malam).
2. Memberitahukan identitas satuan.
3. Memberitahukan identitas diri.
4. Menanyakan keperluan.
5. Di akhir pembicaraan wajib mengucapkan terima kasih dan salam.
Contoh: “Selamat pagi, Markas Komando Menwa UI, dengan anggota piket, ada yang
bisa saya bantu?”, di akhir pembicaraan, “Terima kasih, Selamat pagi.”
c. Setiap telepon yang masuk, wajib ada pencatatan berupa:
1. Asal telepon; nama penelepon dan asal instansi.
2. Waktu; hari, tanggal, bulan, tahun, jam.
3. Keperluan/pesan.

Pasal 27

Peraturan Umum Berkunjung ke Kesatrian

Setiap orang, baik personil atau bukan, yang berkunjung ke Kesatrian wajib:
a. Mengisi buku tamu atau buku absen personil.
b. Khusus untuk personil, wajib menyampaikan penghormatan kepada setiap penghuni
Kesatrian sesuai dengan ketentuan Peraturan Penghormatan Militer (PPM-AB) Nomor
Skep/610/X/1985.

12
c. Khusus untuk personil, wajib memanggil personil lain sesuai dengan jabatan yang
diembannya.
d. Berpenampilan baik, rapih, dan sopan. Tidak diperkenankan memakai celana pendek.
e. Tidak merokok di dalam ruangan.
f. Tidak membawa, memakai, dan/atau mengkonsumsi minum-minuman keras dan obat-
obatan terlarang ke dalam Kesatrian.
g. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
h. Mengikuti Upacara Bendera harian apabila kunjungan dilakukan pada waktu tersebut.
i. Melaporkan kepada petugas piket apabila akan bermalam di Kesatrian.
j. Tidak menggunakan fasilitas atau sarana di dalam Kesatrian tanpa izin.
k. Menjaga keamanan, ketertiban, dan kebersihan Kesatrian.

Pasal 28

Peraturan Umum Meminjam Inventaris Satuan

Setiap orang atau instansi, baik personil atau bukan, yang ingin meminjam inventaris
satuan bukan dalam rangka keperluan satuan wajib:
a. Menyerahkan surat resmi dari instansi terkait, atau perorangan, yang berisi tentang
rincian:
1. Barang-barang yang akan dipinjam.
2. Lama pinjaman.
3. Keperluan.
b. Mengambil dan mengembalikan barang yang dipinjam sesuai waktu yang telah
ditentukan, apabila terlambat mengembalikan maka akan dikenakan denda.
c. Merawat barang selama masa pinjaman dan mengembalikannya dalam keadaan baik.
d. Membayar biaya perawatan barang sesuai yang telah disepakati.

BAB VII – LAIN-LAIN

Pasal 29

Sosialisasi dan Pembelajaran

Dengan berlakunya peraturan ini, maka pembelajaran dasar PUDD di kalangan


Menwa UI harus mengacu pada peraturan ini. Namun PUDD-ABRI Nomor
Skep/555/IX/1990 harus tetap dikomunikasikan sebagai refrensi awal dan dijadikan
pembelajaran lanjutan kepada seluruh personil Menwa UI.

13
PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
PERATURAN URUSAN DINAS DALAM
RESIMEN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA
“WIRA MAKARA”
(PUDD-MENWA UI)

BAB I – UMUM

Pasal 1

PUDD-Menwa UI dibentuk berdasarkan hakikat penyesuaian dari PUDD-ABRI


Nomor Skep/555/IX/1990 sebagai acuan dasar, dan berisi tentang tata cara hidup keseharian
yang disiplin, tertib, dan teratur bagi personil Menwa UI khususnya saat betugas dinas dalam.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

BAB II – KESATRIAN

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Markas Komando Resimen Mahasiswa Universitas Indonesia “Wira Makara” yang


dimaksud adalah yang berdiri di lingkungan kampus Universitas Indonesia dan berada di
bawah pengelolaan Subdit. PLK UI.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

14
BAB III – TUGAS, POKOK, DAN FUNGSI KOMPI MARKAS

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Pada umumnya, pengorganisasian Kompi Markas adalah seperti yang tercantum pada
pasal 11, namun pengorganisasian tersebut dapat diubah, dikurangi, dan/atau ditambah sesuai
dengan kebutuhan dan berdasarkan kebijakan yang berwewenang.

BAB IV – KEMANAN, KETERTIBAN, DAN KEBERSIHAN

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Dinas Jaga Serambi hanya dilaksanakan apabila dianggap perlu, yaitu ketika kondisi
Kesatrian dianggap rawan keamanannya. Wajib dilaksanakan saat ada kegiatan yang
berlangsung pada malam hari di lingkungan Kesatrian.

Pasal 16

Secara jalur komando, provoost tidak berada di bawah komando organisasi Kesatrian,
sehingga pertanggung jawaban provost langsung kepada Komandan Satuan. Hubungan
Provoost dan organisasi Kesatrian (Kompi Markas) adalah koordinasi, karena keduanya
bertugas menegakkan PUDD ini di lingkungan Kesatrian.

Pasal 17

Cukup jelas.

15
BAB V – KEGIATAN RUTIN

Pasal 18

Catatan:
a. Kegiatan-kegiatan lainnya yang belum tercantum dalam PUDD ini diatur sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dan berdasarkan kebijakan yang berwewenang.
b. Setiap kegiatan formal yang berlangsung di dalam Kesatrian seperti Upacara dan Apel
wajib dilakukan dengan baris-berbaris yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Baris-
Berbaris (PBB-AB) Nomor Skep/611/X/1985.
c. Setiap kegiatan Upacara yang berlangsung di lingkungan Kesatrian didasarkan pada
ketentuan Tata Upacara Militer Nomor Skep/292/IX/2004.

Pasal 19

Catatan:
1. Dalam hal ada anggota yang ingin masuk kesatrian sedangkan pintu keluar masuk telah
ditutup, maka ia tetap harus melakukan penghormatan dari luar gerbang kesatrian dengan
menghadap ke tiang bendera dan mengambil sikap hormat.
2. Setiap upacara bendera harian, posisi Komandan, Wakil Komandan Satuan, Kepala
Urusan, berada di depan Ruang Staf, posisi tamu dan alumni menyesuaikan, sedangkan
posisi kompi anggota, kompi markas, kompi staf, dan atau kompi satgas harus berada di
lapangan sebagai peserta upacara. Apabila tidak memungkinkan dikarenakan personil
yang hadir sedikit, maka posisinya dapat disesuaikan dengan tetap berprinsip kepada
terwujudnya ketertiban dan kerapihan di Kesatrian.
3. Apabila petugas upacara yang seharusnya bertugas tidak hadir, maka yang menggantikan
harus tetap mengacu pada jalur komando, atau sesuai dengan arahan dari atasan yang
berwewenang.
4. Posisi tangan saat membawa bendera adalah di atas kedua belah tangan dengan sikap
kedua belah lengan bagian atas sampai ke siku merapat ke badan dan lengan bagian
bawah direntangkan lurus ke depan.
5. Pergerakan pasukan pengibar bendera pada saat membawa bendera adalah dengan
langkah tegap sedangkan ketika tidak membawa bendera dengan langkah biasa/maju
jalan.
6. Pembawa bendera tidak dibenarkan melakukan gerakan hadap atau balik, untuk
berpindah sudut ia harus melakukannya sambil jalan di tempat.
7. Seluruh anggota yang berbaris di lapangan harus teratur dengan ketentuan posisi sentral
saat upacara berada di Tiang Bendera, dan bentuk pasukan saf bersaf.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

16
BAB VI – TATA CARA DAN PERATURAN UMUM

Pasal 23

Yang dimaksud interupsi adalah memotong, menyela, atau memutus pembicaraan


orang lain, baik secara inisiatif maupun ditanya atau dipersilahkan langsung oleh yang
bersangkutan. Tata cara interupsi ini digunakan dalam keseharian ketika rapat, latihan,
belajar, makan, dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Yang dimaksud telepon satuan adalah telepon dengan nomor yang secara resmi
dinyatakan sebagai nomor satuan dan disimpan di dalam Kesatrian tetap.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

BAB VII – LAIN-LAIN

Pasal 29

Hal ini dimaksudkan agar personil tetap bisa mempelajari peraturan ini dengan baik
dan PUDD-ABRI sebagai refrensi awal dalam pembuatan PUDD-Menwa UI selalu dijadikan
acuan dasar apabila perlu adanya perubahan dalam peraturan ini.

17

Anda mungkin juga menyukai