Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN

PENDIDIKAN PROVOS NASIONAL MENWA

Disusun oleh :

Mila Barokah (19980942202 )

RESIMEN MAHASISWA MAHADIPA

BATALYON 957 PUTRA MENJANGAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SURAKARTA

2019

1
KATA PENGANTAR

Widya Castrena Darma Siddha

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat sehingga
saya dapat melaksanakan kegiatan PENDIDIKAN PROVOS NASIONAL dengan baik,
lancer dan kembali dalam keadaan tidak kurang suatu apapun.

Rasa terimakasih juga saya ucapkan kepada Komandan karena sudah


mengorbankan waktu dan kesempatan untuk mengurus dan memprogramkan pendidikan
ini untuk saya khususnya dan untuk semua umumnya. Tidak cukup itu saya juga
berterimakasih untuk ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepada saya sehingga saya dapat
memaksimalkan dan mengembangkan ilmu yang telah kami dapatkan dengan baik.

Dengan diadakan PENDIDIKAN PROVOS NASIONAL tersebut, kami banyak


diajarkan untuk menghargai proses yang dijalani untuk mencapai suatu tujuan.
Mengutamakan kepentingan bersama, kedisiplinan, menjaga keutuhan, menghargai satu
sama lain tanpa memandang asal.

Banya hal yang telah saya dapat dari pendidikan tersebut dan banyak pula hal-hal
yang ingin saya terapkan di dalam Batalyon untuk lebih memajukan MENWA-957,
mengabdi dan menjaga loyalitas terhadap Batalyon.

2
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diterima dan disetujui oleh Pembimbing Laporan PENDIDIKAN


PROVOS NASIONAL Mahasurya di PUSLATPUR MARINIR PURBOYO TNI AL,
Malang, Jawa Timur, Kaset Resimen Mahasiswa Batalyon 957, serta Komandan
Batalyo 957 sebagai bentuk Laporan pertanggungjawaban PENDIDIKAN PROVOS
NASIONAL di PUSLATPUR MARINIR PURBOYO TNI AL, Malang, Jawa Timur
yang di laksanakan tanggal 01-04 Mei 2019.

Hari :

Tanggal :

Surakarta, 17 Mei 2019

Mengetahui,
KEPALA PROVOS KEPALA SEKRETARIS
MENWA YON-957 MENWA YON-957
IAIN Surakarta IAIN Surakarta

ANGGIT RIAN NUGROHO NINING DWI S


NBP. 17979400277 NBP. 17960940292

Disetujui
KOMANDAN
MENWA YON-957
IAIN Surakarta

BAGAS ANDIKA PRATAMA


NBP. 18970941293

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

LEMBAR PENGESAHAN 3

DAFTAR ISI 4

A. Pengetahuan Dan Tugas Provos 5


B. Peraturan Disiplin Resimen Mahasiswa 7
C. Cara Memberi Intruksi (Cmi) 11
D. Protokol Pengawalan 13
E. Penggeledahan Tawanan 17
F. Lalu Lintas (Lalin) 18
G. Pestol P226 21
H. Teknik Pemeriksaan Tersangka Dan Saksi 24

DOKUMENTASI 28

BUKTI PEMBAYARAN 30

4
Tanggal : 01 Mei 2019

A. PENGETAHUAN DAN TUGAS PROVOS

Pemateri :

Nama : Gatot Muryadi

Jabatan : Tantama Provos

Pangkat : Kopka Marinir

 Tugas-tugas dari provos antara lain yaitu:


1. Pengamanan
2. Pam
3. Intel
4. Dll

Provos itu merupakan contoh bagi anggota lain missal dalam kedisiplinan,
kerapian, dan dalam hal lain-lain provos harus menjadi contoh. Menjadi provos sebagai
anggota penindak kedisiplinan itu Sebelum menindak anggota lain haarus melakukan
penyidikan terleih dahulu, apakah kesalahan yang dilakukan pelaku pelanggarantersebut
benar-benar melakukan kesalahan atau hanya isu belaka.

Pada diri provos itu yang lebih di utamakan yaitu Vigur luar diri kita, karena hal
yang pertama dilihat adalah vigur luar kita. Berpenampilan rapi, tegas, tegap, berwibawa
merupakan vigur yang harus dimiliki seorang anggota provos. Dari vigur yang sudah
disebutkan tadi dapat mencermikan bagaimana diri kita bisa menjadi contoh untuk
anggota lain. Misalnya sepatu harus tetap bersih, pakaian rapi, jaga sikap, dan lain-
lainnya.

Salah satu tugas provos yaitu ketika ada iven yaitu melakukan pengepaman untuk
memberi rasa aman sat berlangsungnya kegiatan tersebut. Terutama bagian- bagian yang
di amankan adalah jalan, panggung, dan area sekitar acara tersebut.

5
Membuat list-list pelanggaran dan di sertai sanksi untuk pelanggaran tersebut. Hal
itu agar menjadi patokan bagi anggota-anggota lain agar tidak melakukan hal-hal yang
sudah tertulis. Dengan adanya pembuatan sanksi-sanksi yang tertulis dapat meminimalisir
pelangara-pelanggaran dari anggota, dan menjadikan anggota lebih disiplin.

Tugas lain dari provos yaitu mambantu dalam menegakkan disiplin dan juga
membantu memantau anggota saat dinas dalam maupun dalam dinas luar. Menegakkan
disiplin dalam hal ini anggota provos harus mendisiplinkan diri sendiri terlebih dahulu
sebelum mendisiplinkan orang lain. Begitu juga dalam hal mengwasi, provos bukan
hanya diam mengawasi tetapi juga ikut membantu terlaksannya kegiatan, dan
meringankan pekerjaan.

Prinsip provos yaitu MENCARI – MENDEKTI – MENDIDIK.

6
Tanggal : 01 Mei 2019

B. PERATURAN DISIPLIN RESIMEN MAHASISWA

Pemateri :

Nama : Erina

Jabatan : Polmen Mahasurya

Tujuan :

Memahami dan melaksanakan peraturan disiplin baik dalam tugas maupun non tugas.

Refrensi :

 Aturan peralihan pasal 1 UUD 1945


Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlakuselama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
 Keputusan Bersama Menhankam, Mendikbud dan Mendagri Nomor:
Kep/11/XII/1994, Nomor: 0342/U/1994 dan Nomor: 149 Tahun 1994 tanggal 28
Desember 1994 tentang Pembinaan dan Penggunaan Resimen Mahasiswa Dalam Bela
Negara.
 Keputusan Bersama Menhan, Mendiknas dan Mendagri & Otda Nomor:
KB/14/M/X/2000, Nomor: 6/U/KB/2000 dan Nomor: 39 A Tahun 2000 tanggal 11
Oktober 2000 tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa.
 Surat Keputusan Kapuscadnas Nomor. Skep/03/I/1983 ttg Peraturan Disiplin Menwa
dan Pedoman Tata Sikap dan Perilaku Anggota Menwa

Peraturan disiplin yaitu peraturan yang mengatur kewajiban dan larangan bagi
anggota menwa yang apabila tidak ditaati akan dikenai sanksi. Pelanggaran disiplin yaitu
tiap ucapan, tulisan dan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan disiplin.
Anggota menwa yaitu mahasiswa wni yang karena status dan kedudukannya
termasuk dalam organisasi menwa. Sanksi disiplin yaitu tindakan yang dikenakan
terhadap anggota menwa yang melanggar peraturan disiplin.

7
Atasan adalah orang yang karena jabatan, kedudukan/ wewenang tanggung
jawabnya lebih tinggi dari yang biasa. Atasan langsung (ansung) yaitu komandan/pejabat
yang, memiliki wewenang komando/jabatan langsung yang lebih tinggi dari yang biasa,
baik secara teknis maupun administratif. Atasan tak langsung (antaksung) yaitu
komandan/pejabat yang, tidak memiliki wewenang komando/jabatan langsung yg lebih
tinggi dari yang biasa, baik secara teknis maupun administratif.
Atasan yang berhak jatuhkan sanksi disiplin (ansiplin) adalah atasan langsung yg
diberi wewenang jatuhkan sanksi disiplin kepada anggota menwa. Bawahan adalah orang
yang karena jabatan,kedudukan atau tanggung jawabnya lebih rendah/muda daripada
yang biasa.

 Kewajiban seorang anggota Menwa yaitu:


1. Junjung tinggi, pahami, hayati dan amalkan ideologi negara pancasila dan
UUD 1945 serta mentaati hukum yang. Berlaku di indonesia.
2. Junjung tinggi dan laksanakan kode etik menwa, yaitu panca dharma Satya
3. Jadi teladan umum dalam penampilan, sikap hormat pada bendera merah
Putih, lagu kebangsaan indonesia raya, panji-panji tni/lambang-lambang
Instansi pemerintah, pejabat tinggi negara dan pimpinan di Lingkungan
perguruan tinggi.
4. Mentaati setiap perintah dinas yang diberikan dan melaporkan setiap Hasil
tugasnya.
5. Junjung tinggi kehormatan garba ilmiah perti sebagai pusat kembang ilmu
Pengetahuan.
6. Junjung program pemerintah di perti.
7. Peran aktif dalam jamin terlaksananya program pemerintah di perti.
8. Harus sepengetahuan komandan menwa bila jadi anggota organisasi
Lain,kecuali krn statusnya sebagai mahasiswa di lingkungan perti.
9. Dorong dan bantu peningkatan kesadaran bela negara di lingkungan Perti.
10. Lapor keberangkatan dan kedatangan kepada atasannya sebelum Maupun
sesudah melaksanakan tugas-tugasnya.
11. Melaksanakan ppm (peraturan penghormatan militer) kepada:
 ansung maupun antasan langsung
 pejabat-pejabat tinggi negara dan pejabat perti

8
 Contoh pelanggaran
1. Menyia-nyiakan kan nama tuhan,memaki, mengeluarkan perkataan kotor dan
Keji dalam kedinasan maupun luar dinas.
2. Melakukan hal-hal yang langsung /tak langsung dpt menurunkan Kehormatan
/ martabat bangsa.
3. Membocorkan/memanfaatkan rahasia negara/kedinasan yang Diketahui/ patut
dimengerti oleh yang bersangkutan untuk kepentingan pribadi atau Pihak lain
yg tidak berhak.
4. Mendatangi tempat- tempat yang dapat mencemarkan nama baik menwa,
kecuali Untuk kepentingan dinas.
5. Menyalah gunakan barang. Inventaris/ pinjaman/ seragam menwa untuk
Kepentingan pribadi maupun golongan.
6. Hidup boros, punya hutang di mana-mana, menghamburkan uang,berjudi Dan
minum minuman keras.
7. Berbuat sewenang-wenang, mengambil atau memiliki barang/ sesuatu yang
Bukan haknya .
8. Berpakaian seragam tidak sesuai ketentuan.

 Klasifikasi sanksi disiplin


1. Sanksi disiplin ringan
Melanggar ketentuan tentang kewajiban dan larangan namun tidak
sampai menghambat kelancaran giat organisasi menwa. Sanksi disiplin ringan
dapat berupa teguran lisan atau teguran tulisan.

2. Sanksi disiplin sedang


Melanggar ketentuan tentang kewajiban dan larangan dan sudah
bersifat menghambat kelancaran giat organisasi namun tidak sampai
mencemarkan nama baik organisasi menwa. Sanksi disiplin sedang dapat
berupa pergeseran jabatan, tangguhan kesempatan menjabat, tangguhan
kesempatan ikut pendidikan/kursus, dan tangguhan kesempatan ikut kegiatan.

3. Sanksi disiplin berat

9
Melanggar ketentuan tentang kewajiban dan larangan yang berakibat
mencemarkan nama baik dan merusak citra organisasi menwa. Sanksi disiplin
berat dapat berupa pemberhentian sementara dari jabatanpem, berhentian
sementara keanggotaan, atau bahkan pemberhentian tidak dengan
hormat/pecat.

 Prinsip penanganan pelanggaran disiplin


1. Asas legalitas yaitu Kesalahan berdasarkan ketentuan tertulis dalam peraturan
disiplin yang berlaku.
2. Asas persamaan hak dan kewajiban di depan hukum.
3. Asas praduga tidak bersalah. Sebelum dinyatakan dalam putusan sanksi
disiplin oleh anggota penegak disiplin. Semua anggota dianggap tidak
Bersalah.
4. Asas pembuktian yang adil, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

10
Tanggal : 01 Mei 2019

C. CARA MEMBERI INTRUKSI (CMI)

Pemateri :

Nama : Malvil Deni Wijaya

Jabatan : Oprasional

Tingkatan-tingkatan dalam memberi intruksi :

1. Mengetahui
Mengetahui hanya sebatas tau apa makna dari apa materi yang akan
disampaikan. Tahap ini merupakan tahap terendah dalam penyampaian materi, karena
kita hanya sebatas tau kulit-kulit materi yang akan kita sampaika, belum yang
mendalam dari materi tersebut.

2. Mengerti
Mengetahui merupakan tahapan dimana kita mengetahui apa sih yang akan
kita jelaskan. Tapi dalam tahap ini kita hanya sebatas mengerti belum mendalami apa
sebenarnya materi yang kita sampaikan tersebut.

3. Memahami
Memahami merupakan tahapan dimana kita sudah benar paham, jelas,
mengetahui, mengerti tentang apa materi yang akan kita sampaikan. Tahapan ini
merupakan tahapan yang setidaknya dimiliki oleh seorang pemateri, agar ketika ada
pertanyaan si pemateri tidak kesulitan untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaan
yang di ajukan.

4. Menguasai
Menguasai merupakan tingkatan tertinggi dari kepahaman seorang pemateri
akan materi yang akan ia sampaikan. Tahapan ini sudah mencakup semua unsure-
unsur sebelumnya, yaitu dia sudah mengetahui, mengerti, memahami materi-materi
tersebut.

11
Ketika kita menyampaikan sebuah intruksi kita harus dengan jelas, tidak
terlalu cepat, dan juga tidak terbata-bata, agar orang yang kita beri intruksi tersebut
dapat memahami dan tidak bingung akan intruksi kita.

 Cara member intruksi yaitu :


 Jangan sampai membelakangi
 Menggunakan alat intruksi ( agar mudah di pahami)
 Alat penolong intruksi ( alat penunjang misal leptop, sepidol, papan tulis, dan
lain-lain)
 Jangan sampai audien menghadap ke sinar matahari, karena hal itu dapat
mengurangi konsentrasi audien.
 Harus menguasai materi yang akan di sampaikan.

 Etika kita bertanya ke audien, yaitu :


 Jangan urut, karena jika kita memberikan pertanyaan itu urut, maka yang
sebelahnya akan mempersiapkan jawaban sebelum kita Tanya.
 Jangan member pertanyaan yang menjebak.
 Beri waktu untuk berfikir.

12
Tanggal : 02 Mei 2019

D. PROTOKOL PENGAWALAN

Pemateri :

Nama : Khunavak

Pangkat : Sersan Mayor

Jabatan : Bintara Provos

Fungsi dari pengawalan itu sendiri merupakan untuk memberi rasa aman
untuk objek yang kita kawal.

 Pengawalan Bermotor (WALMOR)


 Susunan pengawalan VVIP menggunakan motor roda 2/4.
1. Swiper ( membuka jalan)
2. Eskoter ( pengawalan pejebat)
3. Pengawal depan
4. VVIP
5. Mobil PAM
6. Mobil cadangan VVIP
7. Mobil VIP
8. Rombongan
9. Mobil komando
10. Mobil kesehatan
11. Penutup
- Penghubung penutup
- Kawal belakang

 VVIP = Presiden dan Wakil Presiden


 VIP = Mentri, Jendral, Dan lain-lain

13
 Pengawalan VVIP

1 3 4 5 6 7 8 9 10

11

Keterangan:
1. Swiper ( membuka jalan)
2. Eskoter ( pengawalan pejebat)
3. Pengawal depan
4. VVIP
5. Mobil PAM
6. Mobil cadangan VVIP
7. Mobil VIP
8. Rombongan
9. Mobil komando
10. Mobil kesehatan
11. Penutup

 Pengawalan VIP

Eskoter

swiper VIP

penutup

 Konfoy

14
Konfoy merupakan iring-iringan kendaraan bermotor roda 2/4/ lebih dalam
suatu kegiatan melalui perjalanan darat yang dalam rangkaian tidak terputus.

 Prinsip WALMOR
1. Menjaga agar objek yang dikawal terhindar dari ancaman dan bahaya.
2. Menjaga kelancaran dan keamanan objek.
3. Mencerminkan ketertiban.
4. Menjamin kecepatan dan ketepatan waktu.

 Aspek WALMOR
1. Pengamanan ( member rasa aman)
2. Kegiatan protokoler ( usaha perbuatan dan pekerjaan yang menggunakan
kendaraan sebagai penghargaan)

 Syarat WALMOR
1. Rencana persiapan
 Rute
 Rute cadangan
 Survey kondisi rute
 Menyiapkan kondisi personil yang sehat dan paham akan pengawalan
 Menyiapkan kendaraan
 Mengontrol kendaraan
 Menyiapkan perlengkapan
 Menentukan system komunikasi

 Penggunaan unit WALMOR


 Sepeda motor di gunakan untuk pengawalan sampai batas kota atau
sampai tujuan apabila masih dalam satu kota.
 Jep kawal untuk pengawalan ke luar kota.

 Tindakan saat pelaksanaan WALMOR


1. Laporan
a. Anggota jep kawal di sebelah kiri
b. Pengemudi di sebelah kiri sepeda motor
2. Semua naik ke kendaraan masing-masing
3. Kecepatan mengemudi
 Dalam kota 50 KM/Jam
 Luar kota 70 KM/Jam
 Di sesuaikan rute
4. Pemakaian sirine
 Pada dasarnya di gunakan di siang hari sesuai kebutuhan

15
 Sirine tidak di pergunakan pada saat melewati tempat ibadah, sekola,
rumah sakit,
 Untuk mengurangi penggunaan sirine dengan menyalakan lampu rotari
atau menggunakan peluit.
5. Tindakan saat menghadapi bahaya
Misal ada serangan atau tembakan dari kiri, jep kawal agak serong kiri
untuk member ruang lindung, dan pengawalan harus tetap jalan.

 Hal-hal saat WALMOR


1. Tidak over acting
2. Tanggap saat situasi
3. Selalu waspada menjaga keamanan
4. Mematuhi rambu-rambu
5. Komando unit kawal dan pengemudi motor untuk member isyarat selalu
waspada
6. Saat mendahului kendaraan umum untuk memperhatikan keutuhan konfoy

 Saat tiba di tujuan

Komandan unit kawal laporan ke ADC bahwa pengawalan telah di laksanakan.

16
Tanggal : 02 Mei 2019

E. PENGGELEDAHAN TAWANAN

Pemateri :

Nama : Gatot Muryadi

Jabatan : Tantama Provos

Pangkat : Kopka Marinir

 Cara penggeledahan tawanan menggunakan didinding yaitu:

1. Pelaku di pegang kedua tangannya dan rapat kan kedinding. Hal ini agar mengurangi
ruang gerak pelaku/tawanan, ketika melakukan penggeledahan sebaiknya jangan
melakukan sendiri, hal itu untuk menghindari di takutkan tenaga pelaku lebih kuat
dari kita.
2. Tekan siku pelaku kedinding, kaki di kunci, dalam keadaan ini pelaku berbentuk X di
dinding, agar tidak ada kesempatan sedikitpun bagi tawanan untuk melawan.
3. Lakukan penggeledahan ke seluruh tubuh tawanan apakah ada senjata tajam atau
barang-barang lainnya yang dibawa tawanan.
4. Setelah melakukan penggeledahan ikat tangan tawanan di belakang agar tidak kabur
 Menggunakan tali simpul
 Tali di ikat di jempol dan tali sisa ke leher

 Cara pemeriksaan di medan oprasi tawanan yang membawa granat:

1. Pegang salah satu tangan, tekan siku, luruskan tangan tawanan dan kunci
2. Jatuhkan tawanan ke tanah dengan posisi tengkurap, dan masih tangan masih dalam
keadaan terkunci
3. Pegang kerah baju tawanan, guling kan dengan posisi terlentang dan kita berada di
bawah tawanan. Hal itu agar kita terlindungi dari ledakan granat.

17
Tanggal : 02 Mei 2019

F. LALU LINTAS (LALIN)

Pemateri :

Nama : Erina

Jabatan : Polmen Mahasurya

Dasar materi mengenal undang undang no 22 tahun 2009 ttg lalu lintas dan
angkutan jalan.

Lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri atas
lalin, angkutan jalan, jaringan lalin dan angkutan jalan, prasarana lalin dan angk jalan,
ran, pengemudi, pengguna jalan serta pengelolaannya. Lalu lintas adalah gerak
kendaraaan dan orang diruang lalu lintas jalan.

Prasarana lalin dan angk jalan adalah ruang lalin, terminal dan perlengkapan
jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi isyarat lalin, alat pengendali dan pam
pengguna jalan, alat was dan pam jalan serta fasilitas pendukung.

Kendaraan adalah suatu sarana angkut dijln yg terdiri atas kendaraaan motor
dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang
digerakan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas
rel. Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakan oleh tenaga
manusia/hewan.

Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan yg berfungsi sebagai peringatan, larangan,
perintah atau petunjuk bagi pengguna jalan. Keamanan lalu lintas dan angkutan
adalah suatu keadaan terbebasnya setiap orang, barang dan atau kendaraan dari
gangguan perbuatan melawan hukum dan atau rasa takut dlm berlalu lintas.

18
Contoh rambu-rambu lalu lintas

Kendaraan Bermotor Roda Empat/ Lebih Dilarang Masuk

Kendararaan Bermotor Roda 3 Dilarang Masuk

Kendaraan Bermotor Roda 2 Di Larang Masuk

Semua Kendaraan Roda Dua & Empat Dilarang Masuk

Sepeda Di Larang Masuk

Pejalan Kaki Di Larang Masuk

Di Larang Berhenti

Dan masih banyak contoh-contoh yang lagi lainnya ketika kita melintasi jalan umum.

 Hal-hal yang harus kita perhatikan ketika kita mengatur lalu lintas
 Sikap sempurna

19
 Diawali dengan istirahat
 Tiupan pluit pendek (1x)
 Tiupan pluit panjang (1x)
 Tiupan pluit doble pedek
 Tiupan pluit pendek trople (6x)

 Cara-cara mengatur lalu lintas


1. Memberhentikan kendaraan dari segala arah
2. Menyalurkan kendaraan dari kanan dan kiri petugas
3. Menghentikan kendaraan dari kanan dan kiri petugas
4. Mempercepat dari arah kanan petugas
5. Mempercepat dari arah kiri petugas
6. Menghentikan kendaraan dari arah kanan dan menyalurkan kendaraan dari arah depan
petugas
7. Menghentikan kendaraan dari arah kiri dan menyalurkan kendaraan dari arah kanan
petugas
8. Memperlambat dari arah depan
9. Memperlambat dari arah belakang
10. Menghentikan kendaraan dari arah depan dan menepikan kendaraan yang dipilih
11. Menyalurkan kendaraan dari satu arah depan
12. Mempercepat kendaraan dari arah depan
13. Menyalurkan kendaraan dua arah dari depan ke belakang
14. Mempercepat kendaraan dari dua arah depan dan belakang

Tanggal : 03 Mei 2019

G. PESTOL P226

Pemateri :

20
Nama : Heri Susanto

Pangkat : Sersan Satu

Jabatan : Bintara Provos

P226 (KP-01) memiliki

 panjang 194 mm.


 panjang barel (laras), Sig Sauer P226 (KP-01) memiliki panjang barel
97 mm. Kerennya lagi, Sig Sauer P226 (KP-01) menggunakan system
Blow Back, dengan gaya tembakan semi otomatis, dan
 tipe peluru 6mm.
 lebar 38,1 mm
 tinggi 140 mm
 senjata ini buatan Suwis, Jerman.

Cara memegang pistol P226 saat hendak menembak.

21
Dengan Posisi Berdiri Siap Menembak.

Isi Peluru.

Konsentasi / membidik bidikan.

22
Menembak.

Kosongkan senjata dan lepas magazen

23
Tanggal : 03 Mei 2019

H. TEKNIK PEMERIKSAAN TERSANGKA DAN SAKSI

Pemateri :

Nama : Erina

Jabatan : Polmen Mahasurya

Penyidik TNI adalah Atasan yang berhak menghukum, pejabat Polisi Militer
dan Oditur yang diberi wewenang khusus oleh UU ini untuk melakukan penyidikan.
(Ps. 1 ke 11 UURI NO 31/1997).

Pemeriksaan adalah kegiatan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan dan


keidentikan tersangka atau saksi serta barang bukti maupun tentang unsur-unsur
tindak pidana yang terjadi, sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun
barang bukti di dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan didalam
Berita Acara pemeriksaan.

Tersangka adalah seseorang yang termasuk dalam yustisiabel peradilan


militer, yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan,
patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. (Ps.1 ke 25 UURI NO 31/1997).

24
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.

Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri,
ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari sepengetahuannya
itu.

Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik TNI berupa pengekangan


sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti
guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan/atau peradilan dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang. (Ps.1 ke 17 UURI NO 31/1997).

Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh


penyidik TNI atas perintah Atasan Yang Berhak Menghukum (Ankum). Perwira
Penyerah Perkara (Papera), atau Hakim Ketua, atau Kepala Pengadilan dengan
keputusan/penetapannya dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang. (Ps.1 ke 21 UURI NO 31/1997).

Penggeledahan adalah suatu pekerjaan dan kegiatan untuk melakukan


pemeriksaan terhadap orang atau badan ataupun terhadap rumah/bangunan/tempat,
sebagai kelengkapan dari usaha pencarian barang bukti dari suatu tindak pidana yang
terjadi (Pasal 1 point 18 dan 19 UU No. 31 Thn 1997, pasal 1 point 17 dan 18
KUHAP).

Penyitaan adalah serangkaian kegiatan penyidikan untuk mengambil alih dan


atau menyimpan di bawah penguasaannya, benda-benda bergerak atau benda-benda
tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud, untuk kepentingan pembuktian dalam
pemeriksaan/penyidikan, penuntutan dan peradilan (Pasal 1 point 20 UU No. 31 Thn
1997, pasal 1 point 16 KUHAP).

Penyegelan adalah serangkaian tindakan penyidik yang merupakan tindak


lanjut dari pada penyitaan, dimana barang bukti atau benda yang telah disita tersebut
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak harus tetap dikuasai dan keadaannya
harus tetap dipertahankan seperti keadaan semula sampai masa persidangan di
pengadilan militer. (pasal 130 ayat 1 dan 2 KUHAP).

25
 Tata Cara Pemeriksaan
1. Syarat-syarat Pemeriksa
a. Mempunyai kewenangan melalukan pemeriksaan dan membuat BAP sebagai
penyidik.
b. Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hukum pidana, hukum acara pidana
dan perundang-undangan lainnya.
c. Mempunyai pengetahuan yang cukup dan mahir melaksanakan fungsi teknis
kepolisian militer khususnya tentang taktik dan tehnik pemeriksaan.
d. Mempunyai pengetahuan dan menguasai kasus tindak pidana dengan baik
berdasarkan laporan polisi, BAP di TKP dan Informasi serta data lainnya.

2. Syarat-syarat yang diperiksa sebagai berikut :


a. Yang diperiksa harus sehat jasmani dan rohani
b. Yang diperiksa harus keadaan bebas dari rasa takut
c. Yang diperiksa harus dipanggil dengan surat panggilan terkecuali tersangka
tartangkap tangan.

3. Syarat tempat pemeriksaan


a. Ditentukan secara khusus maupun tempat lain yang layak sesuai dengan
ketentuan undang-undang.
b. Dalam hal tersangka atau saksi yang telah dipanggil dua kali tidak datang karena
alasan syah pemeriksaan dapat dilakukan dirumah / kediamannya.
c. Tempat pemeriksaan harus sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kesan
menakutkan/menyeramkan.
d. Tempat pemeriksaan harus terang dan bersih.
e. Tempat pemeriksaan harus aman.
f. Tempat pemeriksaan harus tenang.
g. Tersedia tempat penasehat hukum.

 Cara-Cara Pemanggilan Tersangka Dan Saksi


1. Dasar hukum pemanggilan
a. Penyidik berwenang untuk memanggil orang guna didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi (psl 7 (1) huruf g KUHAP).

26
b. Pemanggilan terhadap tersangka atau saksi harus menggunakan surat panggilan
yang sah dengan menyebutkan alasan pemanggilan secara jelas serta
memperhatikan tenggang waktu yang wajar antara diterimanya panggilan dan hari
diharuskannya memenuhi panggilan tersebut. (psl 112 (1) KUHAP, psl 103 (1)
UURI No.31/1997).
c. Orang yang dipanggil wajib datang kepada penyidik, dan apabila ia tidak datang,
penyidik melakukan pemanggilan sekali lagi. (psl 112 (2) KUHAP, psl 103 (2)
UURI No. 31/1997).
d. Apabila panggilan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas tidak
dipenuhi, maka penyidik memerintahkan petugas Polisi Militer untuk membawa
tersangka / saksi yang dipanggil secara paksa. (psl 103 (3) UURI No. 31/1997).
2. Pertimbangan pemanggilan
1. Untuk mengetahui sejauh mana peranan seorang tersangka atau saksi tersebut
didalam suatu tindak pidana yang terjadi. Peranan seorang tersangka atau saksi
tersebut dapat diketahui berdasarkan :
2. Laporan Polisi.
3. Pengembangan hasil pemeriksaan saksi/ saksi korban yang dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan.

4. Hasil penyidikan.

5. Untuk melengkapi keterangan–keterangan, petunjuk-petunjuk, dan bukti-bukti


yang sudah didapat sebelumnya akan tetapi masih terdapat kekurangan-
kekurangan.

6. Adanya permintaan bantuan dari penyidik kesatuan lain atau diluar daerah hukum,
agar seseorang diperiksa sebagai tersangka atau saksi. (psl 119 KUHAP, psl 109
UURI No.31/1997).

27
DOKUMENTASI

28
29
BUKTI PEMBAYARAN

30

Anda mungkin juga menyukai