Anda di halaman 1dari 13

Kelas XII IIS

Perkembangan Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

Seiring dengan perubahan politik menuju demokrasi terpimpin maka ekonomipun mengikuti ekonomi
terpimpin. Sehingga ekonomi terpimpin merupakan bagian dari demokrasi terpimpin. Dimana semua aktivitas
ekonomi disentralisasikan di pusat pemerintahan sementara daerah merupakan kepanjangan dari pusat.
Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di Indonesia, yang seluruh keputusan serta
pemikiran berpusat pada pemimpinnya saja.

1. Pembentukan Badan Perencana Pembangunan Nasional


Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi di bawah Kabinet Karya maka dibentuklah Dewan Perancang
Nasional (Depernas) pada tanggal 15 Agustus 1959 dipimpin oleh Moh. Yamin dengan anggota berjumlah 50
orang.mTugas Depernas antara lain :

 Mempersiapkan rancangan Undang-undang Pembangunan Nasional yang berencana


 Menilai Penyelenggaraan Pembangunan

Hasil yang dicapai, dalam waktu 1 tahun Depenas berhasil menyusun Rancangan Dasar Undang-undang
Pembangunan Nasional Sementara Berencana tahapan tahun 1961-1969 yang disetujui oleh MPRS melalui Tap
MPRS No. I/MPRS/1960 tanggal 26 Juli 1960 dan diresmikan pelaksanaanya oleh Presiden Soekarno pada
tanggal 1 Januari 1961

Mengenai masalah pembangunan terutama mengenai perencanaan dan pembangunan proyek besar dalam bidang
industri dan prasarana tidak dapat berjalan dengan lancar sesuai harapan. 1963 Dewan Perancang Nasional
(Depernas) diganti dengan nama Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin oleh
Presiden Sukarno.

2. Pemotongan Nilai Uang


Kebijakan sanering yang dilakukan pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
No. 2/1959 yang berlaku tanggal 25 Agustus 1959 pukul 06.00 pagi. Tujuan dilakukan sanering adalah :

 Untuk membendung inflasi yang tetap tinggi


 Untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat
 Meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.

Pemerintah mengumumkan keputusannya mengenai pemotongan nilai uang, yaitu sebagai berikut.

 Uang kertas pecahan bernilai Rp. 500 menjadi Rp. 50


 Uang kertas pecahan bernilai Rp. 1.000 menjadi Rp. 100
 Pembekuan semua simpanan di bank yang melebihi Rp. 25.000

Tetapi usaha pemerintah tersebut tetap tidak mampu mengatasi kemerosotan ekonomi yang semakin jauh,
terutama perbaikan dalam bidang moneter. Para pengusaha daerah di seluruh Indonesia tidak mematuhi
sepenuhnya ketentuan keuangan tersebut. Pada masa pemotongan nilai uang memang berdampak pada harga
barang menjadi murah tetapi tetap saja tidak dapat dibeli oleh rakyat karena mereka tidak memiliki uang. Hal ini
disebabkan karena :

 Penghasilan negara berkurang karena adanya gangguan keamanan akibat pergolakan daerah yang
menyebabkan ekspor menurun.
 Pengambilalihan perusahaan Belanda pada tahun 1958 yang tidak diimbangi oleh tenaga kerja
manajemen yang cakap dan berpengalaman.
 Pengeluaran biaya untuk penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, RI sedang mengeluarkan
kekuatan untuk membebaskan Irian Barat.
Kebijakan keuangan kemudian diakhiri dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 6/1959
yang isi pokoknya ialah ketentuan bahwa bagian uang lembaran Rp1000 dan Rp500 yang masih berlaku harus
ditukar dengan uang kertas bank baru yang bernilai Rp100 dan Rp50 sebelum tanggal 1 Januari 1960.

3. Konsep Djuanda
Setelah keamanan nasional berhasil dipulihkan, kasus DI Jawa Barat dan pembebasan Irian Barat, pemerintah
mulai memikirkan penderitaan rakyatnya dengan melakukan rehabilitasi ekonomi. Konsep rehabilitasi ekonomi
disusun oleh tim yang dipimpin oleh Menteri Pertama Ir Djuanda dan hasilnya dikenal dengan sebutan Konsep
Djuanda. Namun konsep ini mati sebelum lahir karena mendapat kritikan yang tajam dari PKI karena dianggap
bekerja sama dengan negara revisionis, Amerika Serikat dan Yugoslavia.

4. Deklrasai Ekonomi
Deklarasi Ekonomi (Dekon) adalah Deklarasi yang disampaikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 28 Maret
1963 di Jakarta, untuk menciptakan ekonomi nasional yang bersifat demokratis dan bebas dari imperialism dan
system ekonomi berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Deklarasi Ekonomi (Dekon) sebagai strategi dasar
ekonomi Indonesia dalam rangka pelaksanaan Ekonomi Terpimpin.

Strategi Ekonomi Terpimpin dalam Dekon terdiri dari beberapa tahap; Tahapan pertama, harus menciptakan
suasana ekonomi yang bersifat nasional demokratis yang bersih dari sisa-sisa imperialisme dan kolonialisme.
Tahapan ini merupakan persiapan menuju tahapan kedua yaitu tahap ekonomi sosialis. Beberapa peraturannya
merupakan upaya mewujudkan stabilitas ekonomi nasional dengan menarik modal luar negeri serta
merasionalkan ongkos produksi dan menghentikan subsidi.

Peraturan pelaksanaan Dekon tidak terlepas dari campur tangan politik yang memberi tafsir sendiri terhadap
Dekon. PKI termasuk partai yang menolak melaksanakan Dekon, padahal Aidit terlibat di dalam
penyusunannya, selama yang melaksanakannya bukan orang PKI. Empat belas peraturan pemerintah yang sudah
ditetapkan dihantam habis-habisan oleh PKI. Djuanda dituduh PKI telah menyerah kepada kaum imperialis.
Presiden Soekarno akhirnya menunda pelaksanaan peraturan pemerintah tersebut pada bulan September 1963
dengan alasan sedang berkonsentrasi pada konfrontasi dengan Malaysia.

5. Kenaikan Laju Inflasi

Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga barang-barang secara umum dan terus menerus dalam
waktu tertentu, sehingga menimbulkan penurunan nilai mata uang yang berlaku di masyarakat
Kondisi ekonomi semakin memburuk karena anggaran belanja negara setiap tahunnya terus meningkat tanpa
diimbangi dengan pendapatan negara yang memadai. Walaupun cadangan devisa menipis, Presiden Soekarno
tetap pada pendiriannya untuk menghimpun dana revolusi, karena dana ini digunakan untuk membiayai proyek-
proyek yang bersifat prestise politik atau mercusuar, dengan mengorbankan ekonomi dalam negeri. Latar
Belakang meningkatnya laju inflasi :

 Penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lainnya mengalami kemerosotan.


 Nilai mata uang rupiah mengalami kemerosotan
 Anggaran belanja mengalami defisit yang semakin besar.
 Pinjaman luar negeri tidak mampu mengatasi masalah yang ada
 Upaya likuidasi semua sektor pemerintah maupun swasta guna penghematan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan anggaran belanja tidak berhasil.
 Penertiban administrasi dan manajemen perusahaan guna mencapai keseimbangan keuangan tak
memberikan banyak pengaruh
 Penyaluran kredit baru pada usaha-usaha yang dianggap penting bagi kesejahteraan rakyat dan
pembangunan mengalami kegagalan.

Kegagalan-kegagalan tersebut disebabkan karena:

 Pemerintah tidak mempunyai kemauan politik untuk menahan diri dalam melakukan pengeluaran.
 Pemerintah menyelenggarakan proyek-proyek mercusuar yaitu Politik bermewah2an pada masa
demokrasi terpimpin dengan membangun bangunan yang mewah untuk menunjukkan kepada negara2
lain eksistensi bangsa indonesia. seperti GANEFO (Games of the New Emerging Forces ) dan
CONEFO (Conference of the New Emerging Forces) yang memaksa pemerintah untuk memperbesar
pengeluarannya pada setiap tahunnya.

Dampaknya :

 Inflasi semakin bertambah tinggi


 Harga-harga semakin bertambah tinggi, kenaikan barang mencapai 200-300% pada tahun 1965
 Kehidupan masyarakat semakin terjepit
 Indonesia pada tahun 1961 secara terus menerus harus membiayai kekurangan neraca pembayaran dari
cadangan emas dan devisa
 Ekspor semakin buruk dan pembatasan Impor karena lemahnya devisa.
 Tahun 1965, cadangan emas dan devisa telah habis bahkan menunjukkan saldo
 negatif sebesar US$ 3 juta sebagai dampak politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara
barat.

Kebijakan Pemerintah :

 Keadaan defisit negara yang semakin meningkat ini diakhiri pemerintah dengan pencetakan uang baru
tanpa perhitungan matang. Sehingga menambah berat angka inflasi.
 Pada tanggal 13 Desember 1965 pemerintah mengambil langkah devaluasi dengan menjadikan uang
senilai Rp. 1000 menjadi Rp. 1

Dampaknya dari kebijakan pemerintah tersebut :

 Uang rupiah baru yang seharusnya bernilai 1000 kali lipat uang rupiah lama akan tetapi di masyarakat
uang rupiah baru hanya dihargai sekitar 10 kali lipat lebih tinggi dari uang rupiah baru.
 Tindakan moneter pemerintah untuk menekan angka inflasi malahan menyebabkan meningkatnya
angka inflasi.

Tindakan penggantian uang lama dengan uang baru diikuti dengan pengumuman kenaikan harga bahan bakar
yang mengakibatkan reaksi penolakan masyarakat. Hal inilah yang kemudian menyebabkan mahasiswa dan
masyarakat turun ke jalan menyuarakan aksiaksi Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).

LATIH UJI KOMPETENSI

1. Jelaskan latar belakang terjadinya:


A. Upaya pembebasan irian melalui operasi militer
B. Konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia
2. Jelaskan tentang kebijakan sanering yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1959

Jawab:

A. Latar belakang terjadinya upaya pembebasan Irian Barat melalui operasi militer adalah karena berlarut-larutnya
diplomasi dan perundingan antara RI dan Belanda.
Pembahasan

Irian Barat termasuk dalam wilayah Hindia Belanda yang dijajah oleh Belanda sehingga wilayah ini seharusnya
termasuk wilayah Republik Indonesia, sesuai hasil sidang BPUPKI bahwa wilayah Republik Indonesia meliputi
seluruh wilayah Hindia Belanda dari Sabang sampai Merauke.

Namun, hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang salah satunya berisi pengakuan kedaulatan Belanda atas
kemerdekaan Indonesia, masalah Irian Barat masih ditunda dan akan dirundingkan paling lama satu tahun
kemudian.
Namun perundingan bilateral antara Indonesia dan Belanda setelahnya mengalami kebuntuan karena Belanda
tetap tidak mau mengakui Irian Barat sebagai wilayah Indonesia. Permasalahan ini akhirnya dibawa ke dalam
Sidang Majelis Umum PBB, namun tetap tidak menghasilkan seperti yang diharapkan Indonesia karena negara-
negara barat mendukung Belanda.

Setelah kebuntuan usaha diplomasi, maka pemerintah Indonesia akhirnya mengeluarkan Tri Komando Rakyat
pada tanggal 19 Desember 1961 yang menandai dimulainya konfrontasi untuk merebut Irian Barat dan pada
tanggal 2 Januari 1962 dimulailah pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat melalui Keputusan
Presiden No, 1 Tahun 1962. Di bulan yang sama, ditetapkan susunan Komando Pembebasan Irian Barat yaitu:

1. Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat:

Panglima Besar: Presiden Soekarno


Wakil Panglima Besar: Jenderal A.H. Nasution
Kepala Staf: Mayjen Ahmad Yani

2. Komando Mandala:

Panglima : Mayjen Soeharto


Wakil Panglima I: Kolonel Laut Subono
Wakil Panglima II: Letkol Udara Leo Wattimena
Kepala Staf Umum: Kolonel Ahmad Tahir

Trikora kemudian diperjelas melalui Instruksi Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat
Nomor 1 yang diberikan kepada Panglima Mandala yang berisi:

Instruksi untuk merencanakan, mempersiapkan dan melancarkan operasi militer untuk mengembalikan
wilayah Provinsi Irian Barat ke dalam kedaulatan NKRI.
Instruksi untuk mengembangkan kondisi di wilayah Irian Barat.
Instruksi untuk menyesuaikan operasi dengan perkembangan perjuangan diplomasi.
Instruksi untuk membuat daerah-daerah bebas secara de facto di Irian Barat dalam waktu sesingkat-
singkatnya.

Untuk melaksanakan instruksi ini, Panglima Mandala merencanakan Operasi Militer menjadi beberapa fase
yaitu:

Fase infiltrasi hingga akhir tahun 1962 dengan memasukkan 10 Kompi ke wilayah tertentu untuk
menciptakan daerah bebas de facto.
Fase eksploitasi, dimulai paa awal tahun 1963 dengan mengadakan serangan terbuka terhadap markas militer
lawan dan menduduki pos pertahanan yang penting.
Fase konsolidasi pada awal 1964 dengan menempatkan kekuasaan RI secara penuh di seluruh Irian Barat.

Beberapa konflik militer yang kemudian terjadi antara Indonesia dengan Belanda di Irian Barat yang beberapa
di antaranya dimenangkan pihak Indonesia membuka mata Belanda dan dunia bahwa Indonesia tidak main-main
dalam usaha merebut kembali Irian Barat.

Perundingan akhirnya dilanjutkan dan pada tanggal 1 Mei 1963, pemerintahan di Irian Barat diambil alih oleh
Republik Indonesia. Pada tahun 1969 diadakan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) yang hasilnya adalah
sebagian besar rakyat Irian Barat ingin bergabung dengan Republik Indonesia. Hasil ini diterima dan disetujui di
Sidang Majelis Umum PBB pada tanggal 19 November 1969.

B. Latar belakang terjadinya konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia adalah keinginan federasi Malasyia
atau Persekutuan Tanah Melayu untuk menggabungkan Brunei, Sarawak, dan Sabah ke dalam Federasi
Malasyia, yang mana tindakan tersebut merupakan pelanggaran atas Persetujuan Manila yang ditandatangani
oleh Indonesia, Filipina dan Federasi Malasyia.

Situasi tersebut membuat Indonesia melalui Presiden Soekarno berang dan menuduh Malaysia sebagai boneka
imperialis Inggris untuk melakukan penjajahan di wilayah nusantara sehingga berpotensi membahayakan
revolusi Indonesia.
Konfrontasi dengan Malasyia kemudian diumumkan Presiden Sukarno dengan mengumumkan Dwi Komando
Rakyat (Dwikora) pada tanggal 3 Mei 1964 di Jakarta dan diikuti dengan pembentukan komando penyerangan
atas Malasyiayang bernama Komando Mandala Siaga (Kolaga) di bawah pimpinan Marsekal Madya Oemar
Dhani.

Perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang yang dikeluarkannya Presiden Soekarno berisi:

1. Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia

2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk menghancurkan
Malaysia

Pembahasan:

Sejarah mencatat bahwa konfrontasi dengan Indonesia dengan Malasyia merupakan salah satu penyimpangan
kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif selama pemerintahan demokrasi terpimpin.

Berikut ini adalah beberapa penyimpangan kebijakan politik luar negeri bebas dan aktif selama pemerintahan
demokrasi terpimpin:
1. Pemerintahan orde lama membagi kekuatan politik dunia menjadi dua, yakni New Emerging Forces
(NEFO) dan Old Established Forces (OLDEFO).
2. Melakukan konfrontasi dengan Malaysia dengan alasan bahwa Federasi Malaysia merupakan boneka
Inggris untuk melakukan penjajahan yang membahayakan revolusi Indonesia.
3. Penarikan diri Indonesia dari keanggotaan Perserikatan Bangsa Bangsadengan alasan diterimanya
Malaysia sebagai anggota dewan keamanan tidak tetap PBB sehingga Indonesia terkucilkan dari dunia
pergaulan internasional.
4. Indonesia membentuk poros Jakarta – Beijing pada masa orde lama sehingga membuat Indonesia seolah –
olah pro komunis.
5. Indonesia melaksanakan politik mercusuar, yakni suatu politik yang mengagungkan kebesaran Indonesia
di mata dunia pergaulan internasional dengan membangun Stadion Senayan (gelora bung Karno) dan
menyelenggarakan pesta olahraga negara - negara anggota NEFO di Jakarta.

2. Sanering adalah pemotongan nilai uang tanpa mengurangi nilai harga, sehingga daya beli masyarakat menurun.

Kebijakan sanering yang pernah dilakukan pemerintah di indonesia dimulai pertama kali pada tahun 1950,
Tepatnya 19 maret 1950. Pemerintah melakukan sanering yaitu untuk mengatasi situasi perekonomian indonesia
yang saat itu sedang terpuruk yaitu utang menumpuk, inflasi tinggi, dan harga melambung tinggi. Hal tersebut
disebabkan perekonomian indonesia yang masih belum tertata setelah kemerdekaan. Untuk itu pemerintah
melakukan tindakan sanering yang dikenal dengan sebutan gunting syafruddin.

Kemudian pemerintah kembali melakukan tindakan sanering yang kedua pada tahun 1959, tepatnya pada 25
agustus 1959. Hal ini dilakukan untuk menekan laju inflasi sehingga pemerintah mengeluarkan peraturan
pemerintah (PEPRU) No. 2 dan N0. 3 tahun 1959 yang pada intinya melakukan pemotongan nilai uang kertas dari
Rp. 500,- dan Rp. 1000,- menjadi Rp. 50,- dan Rp. 100,-. Dan pembekuan simpanan (giro dan deposito) di bank-
bank.

Selanjutnya pemerintah untuk yang ketiga kalinya melakukan tindakan sanering dengan sebab dan alasan yang
sama dengan sebelumnya, yaitu untuk mengurangi jumlah uang yang beredar yang disebabkan oleh inflasi.
Kebijakan sanering ini dilakukan oleh pemerintah tepatnya pada 13 desember 1965. Hal ini menyebabkan
penurunan drastis pada rupiah dari nilai Rp.1000,- (uang lama) menjadi Rp.1,-(uang baru)

Pengakuan de jure adalah pengakuan yang diberikan suatu negara atas kedaulatan negara lain dengan
melakukan deklarasi bahwa negara atau pemerintahan tersebut sah berdiri dan pengakuan diberikan
berdasarkan hukum internasional yang berlaku. Pengakuan secara de jure diperlukan agar suatu negata
dapat melakukan hubungan internasional seperti menjadi anggota organisasi onternasional, misalnya Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB). Meskipun sebuah negara mendapat pengakuan de facto oleh banyak negara lain, negara
ini tetap tidak berhak mendapatkan keanggotaan di PBB.

Pengakuan de facto hanya sebatas pengakuan fakta adanya negara tersebut atau kenyataan bahwa
wilayah tersebut diakui oleh suatu negara. Pengakuan de facto umumnya bersifat sementara, dan dapat
ditarik susai dengan keadaan di lapangan, atau ditingkatkan menjadi suatu pengakuan de jure.

Pengakuan diplomatis adalah pengakuan yang diberikan suatu negara kepada kedaulatan negara lain,
atau penguasaan suatu negara terhadap wilayah tertentu. Pengakuan dapat diberikan dalam bentuk
pengakuan de facto atau pengakuan de jure.

Pada pengakuan de jure, perwakilan diplomatik seperti duta besar atau konsul dipertukarkan antar dua negara.
Sementara pada pengakuan de facto tidak ada pertukaran perwakilan.

Bab IV. Sistem dan Struktur Politik-Ekonomi Indonesia Masa Orde Baru (1966-1998)
Desember 23, 2017

1. Aksi-Aksi Tritura

— Masa transisi dari Orde Lama ke Orde baru membuat situasi Politik, keamanan dan Ekonomi negara menjadi
kacau

— Aksi tunttutan pelaku G30SPKI semakin meningkat

— Gerakan tersebut di pelopori oleh Kesatuan Aksi Pemuda, Mahasiswa dan pelajar (KAPPI, KAMI, KAPI),
muncul juga KABI, KASI, KAWI yang mana mereka bersatu yang menamakan dirinya Front Pancasila

— Tanggal 12 Januaru 1966, di pelopori oleh KAMi dan KAPPI mereka mendatangi DPR-GR mengajukan Tritura
(3 Tuntutan Rakyat), yaitu:

1. Pembubaran PKI

2. Pembersihan Kabinet dari unsur G30SPKI

3. Penurunan Harga

— Tetapi tuntutan tersebut tidak terpenuhi

— Untuk menenangkan rakyat Sukarno mengubah kabinet Dwikora menjadi kabinet 100 menteri (tapi rakyat ttp
tidak puas karena masih ada tokoh PKI didalamnya)

— Saat pelantikan Kabinet, Mahasiswa dan pelajar banyak turun kejalan tetapi aksi tersebut dihadang oleh
Cakrabirawa yang akhirnya terjadi bentrok dan menewaskan Mahasiswa UI yaitu Arief Rachman Hakim

— Dampak dari aksi ini, Sukarno membubarkan KAMI

— Tetapi aksi tersebut dibalas mahasiswa bandung yang mengajak rakyat untuk tetap berjuang

— Perjuangan KAMI diganti oleh KAPI dan mahasiswapun membentuk Resimen Arief Racham Hakim

— Protes pembubaran KAMI dilakukan oleh Front pancasila yang akhirnya mereka menyerbu dan membakar
Kantor Berita RRC, Hsin Hua yang mana aksi ini membuat Sukarno marah besar

— Surat Perintah 11 Maret (Supersemar)

— Mengatasi krisis politik, tanggal 11 Maret 1966 Sukarno mengadakan sidang, tetapi sidang ini diboikot karena
mereka menginginkan Sukarno untuk membubarkan PKI
— Belum lama berpidato, Sukarno diberitahu Brigjen Sabur diluar Istana ada pasukan tanpa pengenal dengan
seragamnya

— Walaupun dijaman keamanannya tetapi Sukarno tetap cemas, yang akhirnya beliau memutuskan untuk ke Bogor

— Subandrio, Chaerul Saleh dan Leimena juga mendampingi Sukarno ke Bogor

— 3 orang perwira TNI –AD yaitu Basuki Rachmat, M Jusuf, dan Amir Machmud sepakat untuk menyusul ke
Bogor

— Sebelum berangkat mereka minta ijin kepada atasannya yaitu Suharto yang pada saat itu sedang sakit yang mana
Suharto berpesan “saya tetap pada kesanggupan saya’untuk disampaikan ke Sukarno

— Latar belakang ucapan tersebut antara Sukarno dan Suharto terjadi perbedaan pendapat,

§ Menurut Suharto, pergolakan rakyat tidak akan reda sebelumPKI dibubarkan

• Tetapi Sukarno berpendapat, ia tidak mungkin membubarkan PKI karena bertentangan dengan doktrin Nasakom

— Di Istana Bogor, ketiga perwira mengadakan pembicaraan dengan Presiden didampingi Subandrio, Leimena,
Chaerul Saleh

— Akhirnya, ketiga perwira dan Sabur diperintahkan untuk mmebuat konsep Surat perintah kepada Suharto untuk
memulihkan keadaan dan kewibawaan pemerintah

— Setelah dibahas akhirnya Sukarno menandatangani Sura peintah yang kemudian dikenal dengan Supersemar

— Supersemar berisi tentang pemberian mandat kepada Suharto untuk memulihkan keadaan

— Dalam menjalankan tugas, penerima mandat harus melaporkan segala sesuatu kepada Presiden

— Tindakan pertama Suharto adalah membubarkan dan melaran PKI beserta organisasi yang seazas dengannya dan
pembubaran tsb mendapat dukungan rakyat

— Suharto juga menghimbau pelajar dan mahasiswa agar kembali ke sekolah

— Tindakan Suharto lainnya adalah menahan 15 orang menteri yang diduga terlibat PKI

— Untuk kelancaran tugasnya, Suharto di dampingi Sri Sultan HB IX, Adam Malik, Roeslan Abdulgani, Idham
Chalid dan Leimena

Latar belakang lahirnya Supersemar, yaitu:

1. Situasi negara dalam keadaan kacau dan genting

2. Untuk mengatasi situasi yang tak menentu akibat pemberontakan G30SPKI

3. Menyelamatkan NKRI

4. Untuk memulihkan keadaan dan wibawa pemerintah

Dualisme Kepemimpinan Nasional

— Memasuki tahun 1966, terdapat gejala dualisme kepemimpinan

— Disatu pihak, Sukarno masih menjabat sebagai Presiden tetapi pamornya merosot, sementara itu, Suharto
namanya semakin populer setelah mendapay mandat Supersemar dan berhasil membubarkan PKI

— Dalam pemerintahan yang dipimpin Sukarno, Suharto diberi mandat oleh MPRS untuk membentuk kabinet yang
diberi nama Ampera
— Meskipun Sukarno masih menjadi pemimpin kabinet, tetapi pelaksanaan pimpinna dan tugas harian dipegang
oleh Suharto

— Sukarno sebagai pemimpim pemerintahan, tetapi Suharto pelaksana pemerintahan

— Hal ini merupakan hal yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa karena mengarah pada munculnya
pendukung Sukarno dan Suharto

— Dalam sidang MPRS, supersemar dijakan sebagai Tap MPRS. Ini berarti kedudukan supersemar secara hukum
tidak bisa dicabut sewaktu-waktu oleh Presiden Sukarno bahkan sebaliknya, dimata hukum Suharto
kedudukannya sama dengan Sukarno (mandataris MPRS)

— Dalam sidang MPRS, majelis juga membatasi hak prerogatif Sukarno selaku presiden.

— Tanggal 22 Juni 1966, sukarno menyampaikan pidato Nawaksara yang isinya hanya sedikit menyinggung
peristiwa G30SPKI

— Tanggal 10 Januari 1967, presiden menyampaiakan surat kepada MPRS yang beisi pelengkap Nawaksara yang
mana ia menolak untuk seorang diri mempertanggungjawabkan terjadinya peristiwa G30SPKI, kemerosotan
ekonomi dan akhlak

— Sementara itu kabinet baru yaitu Ampera mempunyai tugas pokok untuk menciptakan stabilitas politik dan
ekonomi

— Program kabinet ampera yaitu memperbaiki kehidupan rakyat terutama sandang dan pangan dan melaksanakan
pemilu

— Sehubungan dengan situasi yang bertambah gawat, DPR-GR mengajukan resolusi kepada MPRS untuk
dilaksanakan sidang istimewa

— ABRI mendekati Sukarno agar Sukarno menyerahkan kekuasaan kepada Suharto sebelum sidang umum MPRS
hal ini bertujuan untuk mencegah perpecahan di kalangan rakyat, menyelamatkan lembaga kepresidenan dan
pribadi sukarno

— Sahabat Sukarno (Mr. Hardi) menemui Sukarno dan meminta Sukarno untuk mengakhiri dualisme
kepemimpinan

— Sukarno menyetujui usulan Hardi dan disusunlah surat penugasan mnegenai pimpinan pmerintahan sehari-hari
kepada pemegang supersemar

— Sukarno menulis nota pribadi kepada suharto

— Hardi memberikan nota tersebut kepada Suharto

— 8 Feb 1967, suharto membahas surat presiden bersama panglima angkatan

— Para panglima berkesimpulan, bahwa surat tersebut tidak dapat diterima karena bentuk surat penugasan tsb tidak
membantu menyelesaikan konflik

— Kesimpulan tersebut disampiakan Suharto ke Sukarno

— Suharto mengajukan draft berisi pernyataan bahwa Sukarno berhalangan hadir atau menyerahkan keuasaan
kepada pengemban Supersemar

— Awalnya Sukarno tidak berkenan mengenai usulan tersebut, tetapi akhirnya melunak dan akhirnya ia
memerintahkan Suharto berserta keempat panglima untuk berkumpul di Bogor pada hari Minggu 19
Februari1967

— Presiden menyetujui draft yang dibuat dan tanggal 20 feb draft tsb di tandatangani oleh presiden

— Sukarno meminta tanggal 22 feb 1967 hari rabu tepat pukul 19.30 ia akan mengundurkan diri
— Tanggal 12 Maret 1967, Suharto dilantik menjadi pejabat presiden dan setahun kemudian tanggal 27 maret 1968
suharto dilantik menjadi Presiden dalam sidang umum V MPRS

— Pengukuhan tsb, menandakan berakhirnya dualisme kepemimpinan nasional dan di mulainya pemerintahan orde
baru

2. Stabilisasi Politik dan Rehabilitasi Ekonomi


 Terbentuknya pemerintahan Orde Baru yang diawali dengan keputusan Sidang Istimewa MPRS tanggal 12
Maret 1967 menetapkan Jenderal Soeharto sebagai pejabat presiden
 Pada tanggal 27 Maret 1968, MPRS mengukuhkaannya sebagai presiden penuh
 Menjalankan kebijakan-kebijakan politik dan ekonomi yang telah ditetapkan oleh Sidang MPRS tahun-tahun
sebelumnya seperti :

Stabilisasi Politik Keamanan (Tap MPRS No.IX/1966)

Stabilisasi ekonomi (Tap MPRS No.XXIII/1966), dan

Pemilihan Umum (Tap MPRS No.XI/1966)

 Tujuan dari rehabilitasi dan stabilisasi tersebut agar dilakukan pembangunan ekonomi bagi kesejahteraan rakyat
Indonesia

1. Stabilisasi Politik dan Keamanan sebagai Dasar Pembangunan

 Membentuk Kabinet Pembangunan I pada 6 Juni 1968 (Pancakrida Kabinet Pembangunan)


 Menciptakan stabilisasi politik dan ekonomi sebagai syarat mutlak berhasilnya pelaksanaan Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan Pemilihan Umum (Pemilu)
 Menyusun dan merencanakan Repelita
 Melaksanakan pemilu selambat-lambatnya pada Juli 1971
 Mengembalikan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengikis habis sisa-sisa G30/S/PKI dan setiap
bentuk rongrongan penyelewengan, serta pengkhianatan terhadap Pancasila dan UUD 1945
 Melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh aparatur negara baik di pusat maupun di
daerah dari unsur-unsur komunisme
 Pemerintahan Orde Baru berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan
setiap lima tahun sekali: tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997

2. Stabilisasi Penyeragaman

 Depolitisasi parpol dan ormas juga dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru melalui cara penyeragaman
ideologis melalui ideologi Pancasila, Dengan alasan Pancasila telah menjadi konsensus nasional,
keseragaman dalam pemahaman Pancasila perlu disosialisasikan.
 Presiden Soeharto mengajukan nama Eka Prasetia Pancakarsa yaitu Ekaprasetia Pancakarsa berasal
dari bahasa Sansekerta. Secara harafiah eka berarti satu atau tunggal, dan prasetia berarti
janji atau tekad, panca berarti lima dan karsa berarti kehendak yang kuat. Secara demikian,
Ekaprasetia Pancakarsa berarti tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak
yang kuat, yaitu kehendak untuk melaksanakan kelima sila Pancasila, atau dengan kata lain
yaitu satu pernyataan setia terhadap lima keinginan EKA PRASETYA PANCAKARSA.
dengan maksud menegaskan bahwa penyusunan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4)
dipandang sebagai janji yang teguh, kuat, konsisten, dan tulus untuk mewujudkan lima cita-cita yaitu:
1.Taqwa kepada Tuhan YME dan menghargai orang lain yang berlainan agama/kepercayaan
2. Mencintai sesama manusia dengan selalu ingat kepada orang lain, tidak sewenang-wenang
3. Mencintai tanah air, menempatkan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi
4. Demokratis dan pada putusan rakyat yang sah
5. Suka menolong orang lain, sehingga dapat meningkatkan kemampuan orang lain
 Pada 21 Maret 1978 rancangan P4 disahkan menjadi Tap MPR No.II/MPR/1978
 Orsospol yang diseragamkan dalam arti harus mau menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas partai dan
organisasi, dikenal dengan sebutan "asas tunggal"
 Melalui sidang MPR "Asas Tunggal" akhirnya diterima menjadi ketetapan MPR, yaitu; Tap MPR No.
II/1983. Kemudian pada 19 Januari 1985
3. Penerapan Dwi Fungsi ABR

ABRI merupakan suatu unsur dalam lingkungan aparatur pemerintah yang bertugas di bidang
kegiatan “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.” Sebagai
kekuatan sosial, ABRI adalah suatu unsur dalam kehidupan politik di lingkungan masyarakat yang
bersama-sama dengan kekuatan sosial lainnya secara aktif melaksanakan kegiatan-kegiatan
pembangunan nasional.memang tidak dapat dikesampingkan, namun pada era ini, peran ABRI dalam
bidang politik terlihat lebih signifikan seiring dengan diangkatnya Presiden Soeharto oleh MPRS pada
tahun 1968.
Secara umum, intervensi ABRI dalam bidang politik pada masa Orde Baru yang mengatasnamakan
Dwifungsi ABRI ini salah satunya adalah dengan ditempatkannya militer di DPR, MPR, serta DPD
tingkat provinsi dan kabupaten.

 ABRI memiliki dua fungsi, yaitu funsi sebagai pusat kekuatan militer Indonesia dan juga fungsinya di bidang
politik . Dalam pelaksanaannya pada era Soeharto, fungsi utama ABRI sebagai kekuatan militer
Indonesia
 Pada amasa Orde Baru, pelaksanaan negara banyak didominasi oleh ABRI. Dominasi yang terjadi pada masa
itu dapat dilihat dari :
 Banyaknya jabatan pemerintahan mulai dari Bupati, Walikota, Gubernur, Pejabat Eselon, Menteri, bahkan
Duta Besar diisi oleh anggota ABRI yang "dikaryakan"
 Selain dilakukannya pembentukan Fraksi ABRI bersama-sama Korpri pada waktu itu juga dijadikan sebagai
salah satu tulang punggung yang menyangga keberadaan Golkar sebagai "partai politik" yang berkuasa pada
waktu itu
 ABRI melalui berbagai yayasan yang dibentuk diperkenankan mempunyai dan menjalankan berbagai bidang
usaha dan lain sebagainya

4. Rehabilitasi Ekonomi Orde Baru

 Kondisi ekonomi yang diwarisi Orde Lama adalah sangat buruk. Sektor produksi barang-barang konsumsi
misalnya hanya berjalan 20% dari kapasitasnya. Demikian pula sektor pertanian dan perkebunan yang menjadi
salah satu tumpuan ekspor juga tidak mengalami perkembangan yang berarti.
 Hutang jatuh tempo pada akhir Desember 1965, seluruhnya berjumlah 2,358 juta dollar AS
 Dengan rincian adalah blok negara komunis (US $ 1.404 juta), negara barat (US $ 587 juta ), sisanya pada
negara-negara Asia dan badan-badan internasiona. l
 Program rehabilitasi ekonomi Orde Baru dilaksanakan berlandaskan pada Tap MPRS No.XXIII/1966 yang
isinya antara lain ;Mengharuskan diutamakannya masalah perbaikan ekonomi rakyat di atas segala soal-soal
nasional yang lain, termasuk soal-soal politik, prioritas pertama yang dilakukan pemerintah untuk rehabilitasi
ekonomi adalah memerangi atau mengendalikan hiperinflasi antara lain dengan menyusun APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) berimbang. Sejalan dengan kebijakan itu pemerintah Orde Baru berupaya
menyelesaikan masalah hutang luar negeri sekaligus mencari hutang baru yang diperlukan bagi rehabilitasi
maupun pembangunan ekonomi berikutnya
 Konsekuensinya kebijakan politik dalam dan luar negeri pemerintah harus sedemikian rupa hingga benar-
benar membantu perbaiki ekonomi rakyat

5. Kebijakan Pembangunan Orde Baru

Progranm Pembangunan Jakarta = Repelita

ketika kondisi politik bangsa Indonesia mulai stabil untuk melaksanakan amanat masyarakat maka pemerintah
mencanangkan pembangunan nasional yang diupayakan melalui program Pembangunan Jangka Pendek dan
Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan Jangka Pendek dirancang melalui pembangunan lima tahun
(Pelita) yang di dalamnya memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan bangsa
Indonesia. Pembangunan nasional dilakukan untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Adapun Repelita yang berisi program-
program kongkret yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun, dalam repelita ini dimulai sejak tahun
1969 sebagai awal pelaksanaan pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. Kemudian terkenal dengan
konsep Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (1969-1994) menurut indikator saat itu pembangunan dianggap
telah berhasil memajukan segenap aspek kehidupan bangsa dan telah meletakkan landasan yang cukup kuat bagi
bangsa Indonesia untuk memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (1995-2020).

Pemerintahan Orde Baru senantiasa berpedoman pada tiga konsep pembangunan nasional yang terkenal dengan
sebutan Trilogi Pembangunan, yaitu: (1) pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat; (2) pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi; dan (3) stabilitas
nasional yang sehat dan dinamis. Konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi akibat pelaksanaan
pembangunan tidak akan bermakna apabila tidak diimbangi dengan pemerataan pembangunan. Oleh karena itu,
sejak Pembangunan Lima Tahun Tahap III (1 April 1979-31 Maret 1984) maka pemerintahan Orde Baru
menetapkan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu: (1) pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya
pangan, sandang, dan perumahan; (2) pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan
kesehatan; pemerataan pembagian pendapatan; (4) pemerataan kesempatan kerja; (5) pemerataan kesempatan
berusaha; (6) pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan
kaum wanita; (7) pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air; dan (8) pemerataan
kesempatan memperoleh keadilan.

Kelas XI IIS SEJARAH MINAT

1. REVOLUSI PRANCIS

revolusi Perancis terjadi sebelum Napoleon berkuasa. Revolusi Perancis adalah revolusi yang paling terkenal di
dunia, lho! Kenapa ya?. Setelah kalah dalam The Seven Year’s War yaitu Perang Tujuh Tahun merupakan
perang antara berbagai kekuatan besar di Eropa. Tujuan dari perang itu untuk memperebutkan dominasi benua
ini, sekaligus meguasai lautan dan wilayah jajahan. Dalam perang tersebut aliansi Austria, Prancis, Swedia,
Rusia, dan Spanyol berhadapan melawan gabungan kekuatan Prusia, Inggris, Portugal, dan Hanover. dan
kehilangan teritori serta koloni mereka di Amerika, Perancis menunggu kesempatan untuk balas dendam kepada
Inggris. Beberapa tahun kemudian, pecahlah revolusi Amerika disertai dengan perang 13 koloni Inggris di
Amerika melawan Kerajaan Inggris. Walaupun Perancis ada di pihak pemenang karena membantu 13 koloni
Inggris, tetapi perang tersebut membuat perekonomian Perancis hancur. Perancis terlilit hutang dan menyatakan
bangkrut. Hal ini menimbulkan kelaparan dan penderitaan bagi rakyat Perancis. Sama seperti revolusi amerika,
revolusi di Perancis juga dimulai dengan pemerasan berupa peraturan pembayaran pajak yang tidak masuk akal
untuk menutupi kerugian akibat perang. Saat itu pemerintahan feodal Perancis membagi masyarakat dalam 3
kelas, yaitu raja dan bangsawan (golongan 1), tuan tanah dan pemuka agama (golongan 2), serta rakyat
biasa (golongan 3). Pembagian kelas ini berpengaruh kepada kebijakan pajak yang dikeluarkan. Golongan
pertama dan kedua tidak diwajibkan untuk membayar pajak, sedangkan golongan ketiga wajib. Selain
membayar pajak kepada negara,warga golongan ke 3 ini juga terkadang harus membayarkan pajak
kepada tuan tanah. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial dan ketidakpuasan rakyat, yang mayoritasnya
adalah golongan ke 3.

Ketidaksepakatan memuncak kala rakyat meminta supaya golongan 1 dan 2 harus ikut membayar pajak.
Sayangnya, raja tidak menyetujuinya. Rakyat akhirnya mengadakan perkumpulan dan menyatakan akan
membuat keadaan lebih adil dan baik bagi mereka. Sampai pada Juli 1789, kekacauan merebak. Paris berubah
menjadi lautan teror. Penjarahan, kerusuhan, dan pembakaran terjadi di penjuru kota. Tentara kerajaan
diturunkan untuk menenangkan massa, tetapi terjadi penembakan yang melukai beberapa orang. Rakyat yang
semakin marah pun mendatangi penjara Bastille pada 14 Juli. Massa mendobrak masuk untuk mengambil
persenjataan dan melepaskan mereka yang sedang ditahan. Pembobolan penjara ini seolah adalah simbol
runtuhnya kekuasaan raja dan pengambilan kekuasaan oleh rakyat. Hal ini praktis membuat kerajaan
Perancis tidak beroperasi dan pemerintahan dibekukan. Rakyat dengan semangat Liberte, Egalite,
Fraternite (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan) merumuskan pemerintahan baru yang berbentuk republik.

Terinspirasi dari The Declaration of Independence atau kemerdekaan milik Amerika, Perancis mengeluarkan
Declaration of the Rights of Man and of the Citizen [Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga
Negara]. Deklarasi ini menjamin persamaan hak dan kewajiban warga Perancis, serta melindunginya secara
hukum. Tanpa perbedaan satu sama lain. Sayangnya, pembentukan republik ini harus dibayar mahal oleh warga
Perancis. Siapa saja yang menolak revolusi dan mendukung kerajaan akan dihukum pancung dengan
sebuah alat yang disebut dengan Guillotine. Pada periode ini (1789-1799) sekitar 40.000 rakyat Perancis harus
berakhir hidupnya di Guillotinetermasuk Raja Louis XVI dan Ratu Marie Antoinette yang dianggap berkhianat
karena akan melarikan diri.
Dampaknya Pada Dunia

Revolusi Perancis memiliki dampak yang lebih besar dan hebat daripada revolusi Amerika. Bahkan revolusi ini
menyebabkan revolusi di negara lain. Seperti misalnya, revolusi Rusia, revolusi budak di daerah Karibia, dan
masih banyak lagi.Revolusi Perancis adalah suatu penanda dan bukti nyata bahwa raja bukanlah pemimpin
yang absolut. Kemanusiaan dan persamaan adalah hak semua orang. Penindasan adalah sesuatu yang salah.
Akibat lain yang ditimbulkan adalah berkurang dan menurunnya jumlah feodalisme di dunia. Hal ini terjadi
karena feodalisme adalah sesuatu yang kurang disukai rakyat kecil karena ketidakadilannya

2. Revolusi Amerika

Sejarah mengenai Benua Amerika pertama kali tercatat dalam sejarah berawak ketika Christopher Colombus
datang ke benua itu. Benua yang pertama kali ia mengira tersebut sebagai India pada tahun 1492, dengan
mengerahkan tiga buah kapal. Setelah kedatangan Colombus, pada awal abad ke-16 seorang navigator dan
pedagang dari Florence, Italia yang bernama Amerigo Vespucci tiba di Amerika. Kedatangan Vespucci
menyadarkan banyak orang Eropa, bahwa daerah yang ia datangi tersebut sebenarnya merupakan daerah baru
yang belum pernah dikunjungi oleh orang Eropa sebelumnya. Pada tahun tahun selanjutnya setelah kedatangan
kedua pelaut tersebut, maka dimulailah gelombang migrasi orang-orang Eropa ke Benua Amerika. Orang-orang
Inggris dan Perancis pada umumnya banyak menetap di Amerika Utara, sedangkan orang-orang Portugis dan
Spanyol banyak mendirikan koloni di Amerika Selatan.

Revolusi Amerika (1775-1783) merupakan perang kemerdekaan Amerika Serikat kepada Kerajaan Britania
Raya. Perang Revolusi ini perlahan menjadi perang global bukan hanya antara Britania Raya dengan Amerika
Serikat, melainkan peperangan yang melibatkan Perancis, Belanda, dan Spanyol disisi lainnya. Perang ini
kemudian dimenangkan oleh Amerika Serikat dengan bantuan Perancis. Dulu, sewaktu pertama kali Amerika
ditemukan, kerajaan-kerajaan di Eropa bersaing untuk jadi yang pertama menduduki dan mendapatkan tempat
strategis di Amerika. Ujungnya, hal ini berakhir dan diselesaikan dengan cara perang. Adapun 3 kerajaan yang
berlomba untuk menguasai daratan Amerika adalah Inggris, Spanyol, dan Perancis. Tahun 1763, Inggris baru
saja memenangi perang melawan Perancis. Peperangan ini dinamakan The Seven Year’s War. Hasil yang
didapatkan Inggris dari perang ini adalah semua tanah dan koloni milik Perancis yang ada di tanah baru
“Amerika”. Meskipun memenangi peperangan tersebut, Inggris juga mendapat dampak buruk: terkurasnya
kas pemerintahan. Untuk menutup kas yang merugi, Inggris memberlakukan beberapa peraturan untuk
menarik pajak dari koloni Inggris di Amerika. Kenapa? Karena pada saat itu, pemerintah Inggris
beranggapan bahwa koloni mereka adalah masyarakat yang makmur. Soalnya, kan, mereka baru mendapat
tambahan tanah dan harta setelah menang perang melawan Perancis. Masalahnya, koloni di Amerika merasa
kalau pajak itu terlalu tinggi. Karena merasa dirugikan, akhirnya mereka, mulai tahun 1765, melakukan protes.
Di samping itu, rakyat koloni di Amerika merasa peraturan tersebut tidak berlaku karena tidak ada perwakilan
rakyat koloni di parlemen Inggris yang dapat memberikan suara dan saran dari rakyat koloni.

Pada tahun 1773, masyarakat koloni yang frustasi atas kebijakan dan peraturan Inggris mengadakan gerakan
protes bernama “The Boston Tea Party”. Massa yang menyamar sebagai suku Indian, membuang teh yang
seharusnya mereka beli dari kerajaan Inggris ke dalam laut di pelabuhan kota Boston. Hal ini membuat Inggris
harus mengambil tindakan tegas dan mencabut semua hak kepengurusan koloni secara mandiri pada tahun 1774.
Masyarakat koloni bereaksi dan menentang dengan membuat pemerintahannya sendiri dan menyatakan berbeda
dengan Inggris. Hingga akhirnya pecah perang skala besar antara 13 koloni Inggris penentang peraturan (yang
nantinya akan dibantu oleh Perancis, Spanyol, dan Belanda) melawan tentara Kerajaan Inggris dibantu oleh
pendukung dari koloni yang setia kepada kerajaan. Pada tahun 1781 pihak Kerajaan Inggris menyatakan
menyerah dan, dua tahun kemudian, menandatangani nota perdamaian. Secara sah kemenangan ini
memberikan kebebasan kepada pihak koloni Amerika untuk mengatur urusannya sendiri. Dengan
ditandatanganinya nota perdamaian, maka tercapailah revolusi Amerika. Karena dalam nota tersebut kerajaan
Inggris mengakui kedaulatan 13 koloninya di Amerika sebagai negara yang berdiri sendiri.

Dampaknya Pada Dunia

Revolusi Amerika yang berlangsung selama 7 tahun telah memberikan pengaruh besar sebagai berikut:
 Munculnya sebuah negara baru yang memiliki pengaruh yang luas bagi dunia. Banyak peristiwa-
peristiwa penting dunia yang tidak terlepas dari pengaruh Amerika Serikat .
 Berkembangnya paham liberalisme dan pemikiran demokrasi, yang kemudian menjadi pendorong
terjadinya Revolusi Perancis.
 Paham liberalisme yang berkembang di Amerika Serikat juga menjadi pendorong Semangat
Kemerdekaan rakyat Amerika Latin di bawah pimpinan Simon bolivar dan Jose De San Martin untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Spanyol

Revolusi Amerika menjadi momentum yang menyadarkan dunia bahwa konstitusi kerajaan dapat dilawan
dan dihancurkan. Selain itu, pengakuan hak dan kesetaraan hak juga menyadarkan masyarakat dunia bahwa
semua manusia adalah sama. Ini merupakan hal yang cukup mendobrak jika dilihat dari pandangan pada tahun
tersebut. Revolusi di Amerika ini, walaupun tidak mendobrak tatanan masyarakat secara radikal tetapi menjadi
salah satu pergerakan yang nantinya akan memengaruhi terjadinya revolusi di Perancis. sebenarnya revolusi itu
tujuannya baik. Revolusi dapat menghapus penindasan dan memberikan keadilan kepada semua orang. Tetapi,
karena dilakukan dengan kekerasan, revolusi pasti banyak menimbulkan korban. Contohnya, ya, revolusi
Amerika ini.

3. Revolusi cina

Anda mungkin juga menyukai