ALAH
GURU PEMBIMBING : MUHAMMAD ALI, S,Pd.
SMAN 2 WOHA
TAHUN PEMBELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Ucapan puja-puji dan syukur hanya semata milik Allah SWT. Hanya Kepadanya lah kami
memuji dan bersyukur, meminta ampunan dan pertolongan. Kepadanya juga lah kita meminta
perlindungan dari kejelekan diri dari syetan yang senantiasa membisikkan kebatilan kepada
hati kita.
Dengan rohmat serta pertolongan-Nya, puji syukur, akhirnya makalah tentang Lunturnya
Vietnam Selatan ini bisa terselesaikan dengan lancar. Kami menyadari sepenuh hati bahwa
tetap terdapat kekurangan yang ada pada makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB III
PEMBAHASAN
A. Runtuhnya Vietnam Selatan........................................................................................3
B. Amerika Serikat ikut terlibat dalam perang Vietnam..................................................4
C. Penyebab Kekalahan Amerika di Perang Vietnam.....................................................6
D. Berakhirnya perang antara Vietnam Selatan dengan Vietnam Utara..........................7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada 21 Juli 1954, disepakati Perjanjian Jenewa yang isinya memecah Vietnam menjadi
dua bagian, yakni Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Vietnam Utara dipimpin oleh Ho Chi
Minh dengan ibu kota di Hanoi, sementara Vietnam Selatan dikuasai Kaisar Bao Dai dan PM
Ngo Dinh Diem dengan ibu kota di Saigon. Latar belakang pecahnya Vietnam tidak lepas
dari kehadiran Prancis sejak pertengahan abad ke-18, yang kemudian menanamkan
kekuasannya. Berikut ini latar belakang terpecahnya Vietnam menjadi dua.
1. Perang Prancis-Vietnam Sejak 1840-an,
Vietnam berhasil dikuasai oleh Prancis setelah melakukan serangkaian perang
kolonial di Indochina. Ekspansi kekuasaan Prancis sendiri terdorong dari adanya
keinginan untuk menyaingi Inggris dan kebutuhan mereka akan hasil bumi, seperti
rempah-rempah untuk menggerakkan industrinya. Dapatkan informasi, inspirasi dan
insight di email kamu. Daftarkan email Selama Prancis berkuasa, rakyat Vietnam
tidak tinggal diam. Beberapa pemberontakan pun dilancarkan oleh para kelompok
nasionalis, tetapi gagal. Tahun 1919, ketika Perjanjian Versailles sedang
dirundingkan, Ho Chi Minh, seorang tokoh revolusi dan negarawan Vietnam,
meminta untuk membuat perundingan kemerdekaan atas Vietnam. Sayangnya,
permintaan tersebut ditolak, sehingga Vietnam masih terus menjadi negara jajahan
Prancis. Pada 1941, Ho Chi Minh mendirikan Viet Minh, sebuah liga yang terdiri dari
para nasionalis dan kelompok komunis yang mendukung kemerdekaan Vietnam, guna
menggempur kekuasaan Prancis di negaranya. Setelah perlawanan panjang, pasukan
Viet Minh yang dipimpin oleh Ho Chi Minh dan Vo Nguyen Giap, mengklaim
kemenangan setelah pasukan Jepang dan Prancis Vichy menyerah di Vietnam bagian
utara pada 15 Agustus 1945. Pada 2 September 1945, Ho Chi Minh mendeklarasikan
kemerdekaan Republik Demokrasi Vietnam, di mana ia menjabat sebagai presiden
pertama. Namun, karena Prancis kembali datang ke Vietnam pada tahun berikutnya,
akhirnya meletus Perang Indochina Pertama atau Perang Prancis-Vietnam pada 19
Desember 1946.
1
2. Terpecahnya Vietnam
Selama berperang, Viet Minh terus menguasai wilayah utara. Untuk melemahkan
pengaruhnya, pada 1948, Prancis mengangkat kembali Bao Dai sebagai Kaisar
Vietnam. Pada Maret 1949, Kaisar Bao Dai dan Presiden Prancis Vincent Auriol
sepakat bahwa Vietnam merupakan negara bagian Uni Prancis. Tentu saja hal itu
tidak diakui oleh Viet Minh dan Perang Prancis-Vietnam terus berlanjut. Pada
akhirnya, Viet Minh yang didukung oleh China dan Uni Soviet akhirnya
memenangkan pertempuran pada 7 Mei 1954. Perang Prancis-Vietnam diakhiri
dengan Perjanjian Jenewa pada 21 Juli 1954, yang salah satunya menyatakan untuk
membagi Vietnam menjadi dua, yaitu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Vietnam
Utara dikuasai Ho Chi Minh dengan ibu kota di Hanoi, sementara Vietnam Selatan
dikuasai Kaisar Bao Dai dan PM Ngo Dinh Diem dengan ibu kota di Saigon. Selain
itu, Prancis harus menarik semua pasukannya untuk keluar dari Indochina. Setelah
terpecah, Ngo Dinh Diem mengalahkan Bao Dai dalam suatu referendum dan
memproklamasikan Republik Vietnam pada Oktober 1955, serta mengangkat dirinya
sebagai presiden. Sementara di Vietnam Utara, Pemerintah Republik Demokratik
Vietnam (DRV) mengumumkan konstitusi yang berkarakter Komunis.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah runtuhnya Vietnam Selatan?
2. Kenapa Amerika Serikat ikut terlibat dalam perang Vietnam?
3. Apa yang menyebabkan Kekalahan Amerika di Perang Vietnam?
4. Bagaimanakah berakhirnya perang antara Vietnam Selatan dengan Vietnam Utara?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana runtuhnya Vietnam Selatan!
2. Mengetahui alasan Amerika Serikat ikut terlibat dalam perang Vietnam!
3. Untuk mengetahui apa penyebab Kekalahan Amerika di Perang Vietnam!
4. Mengetahui bagaimana berakhirnya perang antara vietnam Selatan dengan Vietnam
Utara!
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1964, Vietnam Utara membentuk pasukan gerilyawan Viet Cong untuk mendominasi
peperangan di Vietnam Selatan. Dalam pertempuran Tet Offensive (1968) pasukan
Vietcong mampu memanfaatkan kondisi geografis untuk mengalahkan Vietnam Selatan
yang mendapatkan bantuan dari tentara Amerika Serikat. Lihat Foto Jatuhnya Saigon:
Helikopter Air America mengevakuasi pejabat Vietnam dan keluarga mereka dari atap
gedung apartemen di 22 Gia Long Street di Saigon, Vietnam Selatan, 29 April 1975.
(britannica.com)
2. Vietnam Selatan menyerah
Pasukan Vietnam Utara yang mendapatkan momentum kemenangan, terus
melakukan serangan terhadap pasukan Amerika Serikat dan Vietnam Selatan. Pada
tanggal 18 April 1975, pasukan Vietnam Utara melakukan pertempuran terakhir di
Saigon yang merupakan ibukota dari Vietnam Selatan. Pada pertempuran Saigon,
Pasukan Vietnam Utara memperoleh kemenangan penuh dan presiden Vietnam Selatan
Duong van Minh menyerah tanpa syarat pada tanggal 30 April 1975. Selanjutnya
pasukan Vietnam Utara mendeklarasikan berdirinya negara Vietnam yang baru dengan
ideologi komunis.
4
email kamu. Daftarkan email Dengan meningkatnya kegiatan gerilya Komunis di
Vietnam Selatan, Presiden Kennedy pun mengirimkan ratusan ahli perang gerilya. Pada
1962, AS mengadakan reorganisasi dalam bantuan militernya kepada Vietnam Selatan
dengan membentuk badan baru bernama Military Assistance Command atau Komando
Bantuan Militer. Anggota kelompok ini berjumlah 20.000 personel, yang langsung di
bawah pimpinan Jenderal Paul Harkins. Selain bantuan militer, AS juga mengalirkan
bantuan ekonominya ke Vietnam Selatan
2. Hubungan AS-Vietnam Utara
Sejak meningkatnya peran AS di Vietnam Selatan, hubungannya dengan Pemerintah
Hanoi pun bertambah buruk. Situasi semakin memanas tatkala semua kekayaan Vietnam
Utara di AS dibekukan, disusul dengan penghentian transaksi ekonomi secara sepihak
oleh AS. Perang terbuka antara Republik Demokratik Vietnam (RDV) dan AS diawali
dengan ditembaknya kapal perusak AS di Teluk Tonkin pada 2 April 1964. AS
menjadikan serangan itu sebagai alasan untuk terlibat penuh dalam Perang Vietnam dan
membalas dengan membom pangkalan-pangkalan RDV di Vietnam Utara. Sejak saat itu,
jumlah pasukan AS semakin meningkat dan diperkirakan mencapai 540.000 personel
pada 1968.
5
C. Penyebab Kekalahan Amerika di Perang Vietnam
Keyakinan terhadap Teori Domino telah membuat Amerika Serikat secara langsung
terlibat dalam Perang Vietnam dengan memberi dukungan militer dan ekonomi kepada
Vietnam Selatan. Teori Domino yang diciptakan oleh Presiden Eisenhower bersama Menlu
Dulles pada 1953 mengibaratkan negara-negara Asia Tenggara sebagai kartu Domino, yang
apabila satu negara telah menjadi Komunis, maka negara di sekitarnya akan segera
mengikutinya. Hingga 1966, AS telah menempatkan hampir setengah juta pasukan di
Vietnam Selatan. Keterlibatan AS dalam Perang Vietnam khususnya untuk mencegah
pengaruh Uni Soviet dan ekspansi China Komunis ke Asia Tenggara sesuai dengan Politik
Pembendungan (Containment Policy), yang menempatkan Komunis sebagai musuh utama.
Akan tetapi, meskipun AS lebih unggul dalam hal persenjataan, pada akhirnya perang
dimenangkan oleh Vietnam Utara.
1. Tentara AS masih sangat muda
Keterlibatan AS dalam Perang Vietnam mendapatkan kecaman dari dunia
internasional dan rakyatnya sendiri. Salah satu alasannya adalah program mobilisasi
pemuda yang menginjak 18 tahun untuk dikirim ke Vietnam oleh Presiden Johnson dan
diteruskan oleh Presiden Nixon. Mobilisasi ini mengingatkan rakyat AS pada Perang
Dunia II. Terbukti, pada akhir Perang Vietnam, AS kehilangan nyawa dari kurang lebih
60.000 tentaranya dan hampir 8.000 lainnya hilang.
2. AS tidak didukung rakyat Vietnam Selatan
Meski datang untuk membela Vietnam Selatan, keterlibatan AS tidak didukung
sepenuhnya oleh rakyatnya. Rakyat Vietnam Selatan justru mendukung Vietcong
(Barisan Nasional Pembebasan Vietnam Selatan yang dibentuk dengan dukungan
Vietnam Utara) dan Vietnam Utara. Salah satu sebabnya adalah karena tentara AS
bertindak sewenang-wenang, seperti membunuh penduduk sipil yang tidak berdosa
lantaran dituduh bersekongkol dengan Vietnam Utara. Selain itu, kendaraan perang AS
banyak yang merusak lahan pertanian sehingga membuat rakyat murka.
3. Propaganda Vietnam Utara
Kebencian rakyat Vietnam Selatan terhadap AS kemudian dimanfaatkan oleh tokoh-
tokoh Vietnam Utara. Tokoh-tokoh Vietnam Utara selalu menyebarkan propaganda
bahwa Vietnam Selatan dan Utara adalah satu, sehingga mereka harus mengusir AS.
Mereka juga menyamakan AS dengan penjajah Perancis, sehingga semangat untuk
melawan dari rakyat Selatan pun tinggi. Cara ini dipadukan dengan operasi militer
konvensional yang kemudian disebut sebagai strategi PEG (peasants, enemy, guerilla)
6
atau petani, musuh, gerilya, di mana tentara Vietnam Utara mendekati para petani yang
dapat memenuhi kebutuhan makan mereka, kemudian melakukan propaganda, serta
melakukan perang gerilya.
4. AS tidak menguasai medan perang
Sejak melawan Perancis, baik Vietcong dan Vietminh telah menguasai jalur-jalur
penting, termasuk terowongan rahasia, yang oleh pasukan AS disebut sebagai
"terowongan maut". Terowongan yang terkenal adalah Terowongan Chu Chi, yang
letaknya sangat strategis untuk menggempur tentara AS di Vietnam Selatan.
Perlengkapan seperti barak-barak, fasilitas kesehatan, dan logistik, juga telah tersusun
rapi di bawah tanah. Hal itulah yang membuat pasukan Vietcong dan Vietminh lebih
unggul dari AS, yang notabene memiliki persenjataan lebih canggih.
5. AS meremehkan Vietcong
AS selalu membedakan Vietcong dengan tentara Vietnam Utara atau Vietminh.
Menurut AS, Vietminh adalah agresor, sedangkan gerilya Vietcong hanyalah pengacau.
Oleh karena itu, AS selalu meremehkan Vietcong dan lebih mengonsentrasikan
pertempuran dengan Vietminh. Selain bertempur secara "hit and run", pasukan Vietcong
berhasil memenangkan perang dengan membangun daerah kantong-kantong besar dekat
perbatasan Vietnam-Kamboja. Vietcong juga menjalin kerjasama dengan Khmer Merah
dan Pathet Lao (Pasukan Komunis Laos), yang pada akhirnya berhasil membuat pasukan
AS gelagapan. Akhirnya pada April 1975, akibat gempuran dari Vietminh dan Vietcong,
Vietnam Selatan jatuh ke tangan Komunis. Sementara AS harus menelan pil pahit karena
harus angkat kaki dan menerima kekalahan pertamanya dalam peperangan melawan
negara berkembang di Asia Tenggara.
7
Pemerintah Republik Demokratik Vietnam (DRV) mengumumkan konstitusi yang
berkarakter Komunis. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan
email Antara 1 November 1955 hingga 30 April 1975, Vietnam Utara dan Selatan terlibat
perang yang dikenal dengan Perang Indochina II atau Perang Vietnam. Vietnam Utara ingin
menghancurkan Vietnam Selatan, yang dianggap menjadi penghalang persatuan Vietnam.
Dalam perang ini, Vietnam Utara menghadapi Vietnam Selatan yang didukung oleh Amerika
Serikat, yang bermaksud mencegah pengaruh Uni Soviet dan ekspansi China Komunis ke
Asia Tenggara sesuai dengan Politik Pembendungan (Containment Policy), yang
menempatkan Komunis sebagai musuh utama. Faktor pendorong Terdapat dua faktor
pendorong yang menyebabkan bersatunya Vietnam Utara dan Selatan, yakni kekalahan AS
dalam Perang Vietnam dan runtuhnya Vietnam Selatan. Pada awal peperangan, Vietnam
Utara sebenarnya sadar bahwa kubunya kalah dalam hal persenjataan dari AS. Akan tetapi,
berkat strateginya, Vietnam Utara berhasil memenangkan pertempuran yang berjalan hampir
dua dekade dan mengusir AS dari Vietnam Selatan. Pada 30 April 1975, pemerintah Vietnam
Selatan runtuh dan digantikan oleh rezim yang didominasi oleh Komunis. Proses bersatunya
Vietnam Utara dan Selatan Pada 2 Juli 1976, Vietnam Utara dan Selatan resmi bersatu
setelah para pemimpinnya melakukan konsolidasi pemerintahan. Melalui pemungutan suara
secara tertutup di Majelis Besar, akhirnya ditetapkan pemimpin baru. Selain itu, kedua pihak
telah menetapkan bendera, lagu kebangsaan, dan lambang negara yang mengadopsi milik
Vietnam Utara. Vietnam dinyatakan sebagai negara sosialis yang wilayahnya membentang
dari Cao Lang (bagian paling utara Vietnam Utara) hingga Cau Mau (semenanjung paling
selatan di Vietnam Selatan). Dengan bergabungnya Vietnam Utara dan Selatan, maka
Konstitusi 1959 harus direvisi agar sejalan dengan ideologi yang dianut Kongres Nasional ke-
4 Partai Komunis Vietnam pada 1976. Konstitusi yang baru harus menekankan pada
kedaulatan rakyat, mengutamakan perlunya sebuah sistem politik yang baru, bentuk
perekonomian baru, budaya baru, dan sosialisme yang baru. Dampak bersatunya Vietnam
Secara politik, akhir bersatunya Vietnam menjadi penanda kemenangan Blok Timur dari
Blok Barat di Asia Tenggara selama Perang Dingin. Pada 18 Desember 1980, Majelis
Nasional memberikan persetujuan secara bulat terhadap konstitusi baru Vietnam. Konstitusi
Vietnam 1980 secara nyata telah dipengaruhi oleh Uni Soviet, karena kekuasaan
dikonsentrasikan pada sebuah badan bentukan baru yang bernama Dewan Negara, yang mirip
dengan the Presidium of the Supreme Soviet. Hal itu menegaskan bahwa Partai Komunis
Vietnam memihak kepada Uni Soviet daripada China. Setelah itu, Republik Sosialis Vietnam
berusaha meluaskan pengaruhnya dan berusaha menyatukan kawasan Indochina dalam satu
8
negara di bawah kekuasaannya. Istilah Indochina mencakup wilayah yang saat ini dikenal
sebagai Vietnam, Laos, dan Kamboja. Vietnam pun menyerbu Kamboja pada 1979 dan
berhasil mendirikan negara bonekanya, Republik Rakyat Kamboja.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Nah, pecahnya perang Vietnam ini karena terjadi konflik tentang nasib bangsa pasca
pelucutan tentara Jepang di Vietnam. Dibagian Utara ada China dan golongan revolusioner
Viet Minh menghendaki Vietnam menjadi sebuah negara yang merdeka, tetapi di bagian
Selatan ada Perancis dan Inggris yang berkeinginan mengembalikan wilayah Vietnam kepada
Perancis. Perselisihan antara China dan Perancis-Inggris ini lah yang menyebabkan
pertempuran besar di Vietnam. Ho Chi Minh dan pasukan revolusioner Viet Minh
berusaha mengusir Perancis-Inggris dari kawasan Vietnam. Perang Vietnam ini merupakan
perang saudara dan dikenal pula sebagai Perang Indocina I dan II.
Setelah berbagai pertempuran yang digencarkan Vietnam Utara ke Vietnam Selatan, akhirnya
kedua kubu ini berhasil di satukan oleh semangat juang rakyat Vietnam Utara. Ho Chi Minh
dan pasukannya melakukan upaya penaklukan terhadap Vietnam Selatan pada tahun
1964 yang mendapat bantuan dari negara Komunis. Ho Chi Minh bersikeras ingin
menghancurkan Vietnam Selatan demi tercapainya cita-cita persatuan Vietnam sebagai
negara yang merdeka. Tahun 1964, Vietnam Utara membentuk pasukan gerilyawan Viet
Cong untuk mendominasi peperangan di Vietnam Selatan, pasukan ini lah yang nantinya
berhasil meruntuhkan Vietnam Selatan. Kemudian pada 18 April 1975, pasukan Vietnam
Utara melakukan pertempuran terakhir di Saigon (ibukota Vietnam Selatan). Pada
pertempuran Saigon, Pasukan Vietnam Utara memperoleh kemenangan penuh dan presiden
Vietnam Selatan Duong van Minh menyerah tanpa syarat pada tanggal 30 April 1975.
10
DAFTAR PUSTAKA
Resky, Muhammad. (2015). Kegagalan Politik Luar Negeri Amerika Serikat di Vietnam
1965-1975. Yogyakarta: Deepublish.
11