DISUSUN OLEH
SHABRINA NURHALIZA
XII IPS 1
GURU PEMBIMBING
FERALIA EKA PUTRI S.Pd.,
27 Januari 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
D. Reunifikasi Jerman................................................................................16
E. Pecahnya Yugoslavia.............................................................................23
F. Pecahnya Cekoslovakia..........................................................................27
A. Kesimpulan............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia tidak akan pernah bisa lepas dengan yang namanya sejarah.
Setiap orang pastinya belajar tentang sejarah, terutama saat berada di bangku
sekolah. Lantas, apa sebenarnya pengertian dari sejarah?Sejarah sebagai suatu
ilmu pengetahuan mencatat berbagai peristiwa atau kejadian yang telah terjadi
pada masa lampau dalam lingkup kehidupan manusia. Menurut Mohammad Hatta,
sejarah tidak hanya menceritakan sebuah kejadian atau peristiwa di masa lampau
dari sudut pandang permasalahan saja. Artinya sejarah tidak hanya sebuah
kejadian masa lalu, tetapi di dalamnya terdapat banyak problem atau dinamika
yang dapat dijadikan pelajaran bagi manusia di masa depan.
Dalam hal ini, kejadian-kejadian dalam sejarah dikategorikan menjadi
beberapa jenis sehingga pembahasan dan materi sejarah bisa lebih fokus untuk
suatu masalah meskipun pada dasarnya saling berkaitan. Yang dimaksud dengan
jenis sejarah adalah kombinasi antara ciri-ciri dalam sejarah yang pada dasarnya
dianggap memiliki karakteristik kelompok.
Pada kesempatan ini, penulis akan membahas tentang sejarah kontemporer
dunia yang meliputi runtuhnya Vietnam Selatan, masalah apharteid di Afrika
Selatan, bubarnya Uni Soviet atau USSR, bersatunya Jerman Timur dan Jerman
Barat, pecahnya Yugoslavia, berpisahnya Cekoslovakia, dan people power di
Filipina.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Vichy tetap menjalankan pemerintahan seperti biasa sampai
tahun 1944 ketika Prancis Vichy jatuh setelah tentara sekutu
menaklukan Prancis dan jendral Charles de Gaulle diangkat sebagai
pemimpin Prancis.
Setelah pemerintah Prancis Vichy tumbang,
pemerintah Jepang menggalakkan kebangkitan pergerakan nasionalis di
kalangan rakyat (Vietnam). Pada akhir (Perang Dunia II), (Vietnam)
diberikan kemerdekaan oleh pihak (Jepang). (Ho Chí Minh) kembali ke
Vietnam untuk membebaskan negaranya agar tidak dijajah oleh
kekuasaan asing. Ia menerima bantuan kelompok OSS yang akan berubah
menjadi CIA nantinya.
2. Kronologi Peristiwa
Pembagian Vietnam Utara dan Vietnam Selatan pada
perkembangannya menimbulkan perang saudara yang kerap disebut
dengan Perang Vietnam. Ho Chi Minh menganggap bahwa eksistensi
Vietnam Selatan merupakan bentuk neo-imperialisme yang dilakukan
oleh bangsa Barat. Oleh karena itu, ia dan pasukannya di Vietnam Utara
melakukan upaya penaklukan terhadap Vietnam Selatan pada tahun 1964.
3
Dilansir dari buku Sejarah Asia Tenggara: Dari Masa Prasejarah
sampai Kontemporer (2013) karya M.C Ricklefs, keberlangsungan Perang
Vietnam pada 1964-1975 tidak dapat terlepas dari pengaruh Blok Barat
(Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet). Mereka saling
memperebutkan pengaruh kekuasaan dan pengaruh ideologi di kawasan
Vietnam. Pasukan Vietnam Utara yang berideologi Komunis
mendapatkan bantuan persenjataan dan personel militer dari China dan
Uni Soviet. Disisi lain, Vietnam Selatan mendapatkan bantuan
persenjataan dan personel militer dari Amerika Serikat. Pada tahun 1964,
Vietnam Utara membentuk pasukan gerilyawan Viet Cong untuk
mendominasi peperangan di Vietnam Selatan. Dalam pertempuran Tet
Offensive (1968) pasukan Vietcong mampu memanfaatkan kondisi
geografis untuk mengalahkan Vietnam Selatan yang mendapatkan
bantuan dari tentara Amerika Serikat.
Pasukan Vietnam Utara yang mendapatkan momentum
kemenangan, terus melakukan serangan terhadap pasukan Amerika
Serikat dan Vietnam Selatan.
Pada tanggal 18 April 1975, pasukan Vietnam Utara melakukan
pertempuran terakhir di Saigon yang merupakan ibukota dari Vietnam
Selatan. Pada pertempuran Saigon, Pasukan Vietnam Utara memperoleh
kemenangan penuh dan presiden Vietnam Selatan Duong van Minh
menyerah tanpa syarat pada tanggal 30 April 1975. Selanjutnya pasukan
Vietnam Utara mendeklarasikan berdirinya negara Vietnam yang baru
dengan ideologi komunis.
4
Gambar 1 Jatuhnya Saigon: Helikopter Air America mengevakuasi pejabat Vietnam dan keluarga mereka
dari atap gedung apartemen di 22 Gia Long Street di Saigon, Vietnam Selatan, 29 April 1975.
(britannica.com)
3. Akhir Peristiwa
Pada tanggal 30 April 1975, setelah berlangsung selama hampir 20
tahun. Vietnam Selatan menyatakan menyerah kepada Vietnam Utara.
Dalam siaran radio pagi hari, dari kursi istana di Ibu Kota Saigon,
Presiden Vietnam Selatan Duong Van Minh membuat pengumuman
penting bahwa pihaknya menyatakan menyerah kepada Vietnam Utara.
Dia meminta pasukannya untuk meletakkan senjata dan menyerukan
pendukungnya untuk membebaskan tahanan perang.
"Kami serahkan kekuasaan kepada kalian, untuk menghentikan
pertumpahan darah," ujar Minh kepada Vietnam Utara dalam Today in
History yang dikutip dari BBC.
Pengumuman ini bersamaan dengan kedatangan kloter baru
tentara komunis Vietnam Utara ke bagian Vietnam Selatan. Saat pihak
Utara masuk, nyaris tak ada penjagaan di wilayah Selatan.
Beberapa tank Vietnam Utara masuk gerbang istana yang masih
ditempati Presiden Vietnam Selatan. Pasukan Vietcong bertelanjang kaki
5
masuk ke istana, menawan tentara pemerintah dan mengangkat bendera
merah dan biru. Sang presiden pasrah dan tidak melawan. Perang resmi
dinyatakan berakhir.
Saat itu juga, situasi Kota Saigon mulai dipulihkan dan kondusif
kembali. Kecuali Kedutaan Besar Amerika Serikat selaku pendukung
pemerintah Vietnam Selatan, digeledah, dan dijarah oleh tentara
Vietcong.
Pemerintah Vietnam Utara dari Paris pun menyatakan Kota
Saigon kemudian berganti nama menjadi Kota Hi Chi Minh, nama
Pemimpin Vietnam Utara. Utara berjanji akan melakukan proses unifikasi
dengan Selatan secara damai. Prancis menjadi negara pertama yang
mengakui kedaulatan dan kemenangan Vietnam Utara. Negara Barat
lainnya berencana turut mengakuinya.
Beberapa jam kemudian, pasukan Vietnam Utara melakukan
parade merayakan kemenangan sambil membawa poster bergambar Ho
Chi Minh. Poster-poster tersebut juga dipampang di gedung-gedung
fasilitas umum.
Sejumlah tawanan Vietnam Selatan dibebaskan tentara Vietnam
Utara. Sementara beberapa loyalis Presiden Vietnam Selatan memutuskan
bunuh diri atas kekalahan ini.
6
5. Ngo Dinh Diem (Presiden pertama Vietnam Selatan).
6. John F. Keneddy (Presiden ke-35 AS).
7. Vo Nguyen Giap (Tokoh dibalik perdamaian antara Vietnam dan AS)
8. William Westmoreland (Pemimpin Komando Bantuan Militer
Amerika Serikat di Vietnam atau MACV).
7
Melalui kebijaksanaan ini, penduduk Afrika Selatan digolongkan
menjadi empat golongan besar, yaitu kulit putih atau keturunan Eropa,
suku bangsa Bantu (salah satu suku bangsa di Afrika Selatan), orang Asia
yang kebanyakan adalah orang Pakistan dan India, dan orang kulit
berwarna atau berdarah campuran, diantaranya kelompok Melayu Cape.
Pemisahan suku yang dilakukan di Afrika Selatan ini mendapat tanggapan
dunia internasional.
2. Kronologi Peristiwa
Pada perkembangannya, Partai Nasional Afrika secara resmi
memperkenalkan politik Apartheid pada 1948. Anggota partai ini berasal
dari etnis kulit putih keturunan Belanda (Afrikaner) yang menguasai
politik dan pemerintahan di Afrika Selatan.
Partai Nasional Afrika berhasil memenangkan pemilu pada tahun
1948 dan mendirikan rezim Apartheid. Rezim ini mendeklarasikan Afrika
Selatan sebagai negara kulit putih, dan kelompok ras lain selain kulit
putih tidak memiliki hak-hak politik dan warga negara penuh.
Dalam buku Sejarah Afrika (2016) karya Darsiti Soeratman, rezim
Apartheid memberlakukan deskriminasi terhadap kaum kulit hitam Afrika
Selatan melalui hukum negara. Dalam hukum tersebut, terdapat
pembagian ruang hidup antara ras-ras di Afrika Selatan. Golongan kulit
putih memperoleh 87 persen wilayah Afrika Selatan, sedangkan kaum
kulit hitam hanya mendapat 13 persen.
Deskriminasi kebijakan juga terjadi di bidang pendidikan, sosial
dan budaya. Bahkan Perdana Menteri Afrika Selatan, Hendrik F
Verwoerd menyebutkan bahwa sebuah kesalahan besar jika masyarakat
Afrika Selatan hidup dalam kesetaraan dan persamaan hak.
8
perbuatan itu. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
tersebut juga mendapat tanggapan yang serius dari rakyat Afrika Selatan.
Tuntutan penghapusan Apartheid di Afrika Selatan muncul dari
dalam negeri maupun masyarakat internasional. Dalam buku Nelson
Mandela: The Authorised Biography (2016) karya Anthony Sampson,
tuntutan penghapusan Apartheid dari dalam negeri muncul melalui
golongan kulit hitam dan beberapa golongan kulit putih yang peduli nasib
masyarakat Afrika.
3. Akibat Peristiwa
Nelson Mandela baru dibebaskan pada tanggal 11 Februari 1990
pada masa pemerintahan Frederik Willem de Klerk. Pembebasan Nelson
Mandela membawa dampak positif terhadap perjuangan rakyat Afrika
Selatan dalam memperjuangkan penghapusan pemerintahan Apartheid.
Pada tanggal 2 Mei 1990 untuk pertama kalinya pemerintahan Afrika
Selatan mengadakan perundingan dengan ANC untuk membuat undang-
undang nonrasial. Pada tanggal 7 Juni 1990 Frederik Willem de
Klerk menghapuskan Undang-undang Darurat Negara yang berlaku
hampir pada setiap bagian negara Afrika Selatan.
9
Gambar 2 Nelson Mandela. (brittanica.com)
10
1. Land act, yaitu undang-undang yang melarang orang kulit
hitam memiliki "homeland" di luar wilayah tempat tinggal
yang telah ditentukan.
11
3. Munculnya kesetaraan terhadap kaum kulit hitam di seluruh
dunia.
4. Afrika Selatan mampumenerapkan pembaharuan-
pembaharuanyang berdasar pada keberagaman.
12
adalah suatu kesatuan politik dari beberapa republik Soviet dengan ibu
kota di Moskwa, nyatanya Uni Soviet menjelma menjadi negara yang
pemerintahannya sangat terpusat dan menerapkan sistem ekonomi
terencana.
Hingga awal tahun 1991, Uni Soviet adalah negara dengan
wilayah kekuasaan terbesar di dunia. Masa kejayaan Uni Soviet tidak
mampu bertahan lama. Setelah 69 taun berdiri, Uni Soviet mengalami
keruntuhan pada Desember 1991. Keruntuhan Uni Soviet bermula dari
kemerosotan ekonomi pada sekitar tahun 1980. Kemerosotan ekonomi
tersebut berdampak negatif pada seluruh aspek kehidupan Uni Soviet.
Secara khusus, faktor-faktor yang menyebabkan runtuhnya Uni Soviet
yaitu:
Munculnya ketidakpuasan kelas menengah dan kelompok elite
terhadap penerapan sistem komunisme.
Sistem ekonomi sentralistik yang diterapkan menyebabkan
susahnya pemerataan kesejahteraan.
Korupsi di kalangan partai komunis dan pemerintahan.
Munculnya gerakan separatisme di negara-negara bawahan
Uni Soviet.
2. Kronologi Peristiwa
Dalam buku Sejarah Eropa : Dari Eropa Kuno hingga Eropa
Modern (2012) karya Wahjudi Djaja, Mikhail Gorbachev sebagai
presiden Uni Soviet menerapkan Perestroika (restrukturisasi politik dan
ekonomi) untuk memperbaiki krisis Uni Soviet pada tahun 1985. Secara
umum, kebijakan Perestroika berusaha mengubah sistem komunisme
menjadi lebih demokratis. Kebijakan Perestroika mempunyai tiga prinsip
utama yaitu Glasnost (keterbukaan politik), Democratizatsiya
13
(demokratisasi) dan Rule of Law. Kebijakan Perestroika pada
perkembangannya dianggap sebagai blunder yang mempercepat
keruntuhan Uni Soviet. Kebijakan tersebut menyebabkan pertentangan
antara kelompok moderat, konservatif dan radikal tentang sistem
komunisme di Uni Soviet.
Upaya Gorbachev untuk merampingkan sistem komunis memang
membawa harapan, tetapi tidak dapat dikendalikan sehingga
mengakibatkan serangkaian peristiwa yang akhirnya ditutup
dengan pembubaran Uni Soviet. Kebijakan perestroika dan glasnost yang
mulanya dimaksudkan sebagai alat untuk merangsang perekonomian Uni
Soviet malah menimbulkan akibat-akibat yang tak diharapkan.
Penyensoran media yang tak lagi ketat
akibat glasnost menyebabkan Partai Komunis tidak dapat berbuat banyak
saat media mulai menyingkap masalah-masalah sosial dan ekonomi yang
telah lama disangkal dan ditutup-tutupi oleh pemerintah. Masalah seperti
perumahan yang buruk, alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan, polusi,
pabrik-pabrik yang sudah ketinggalan zaman sejak
masa Stalin dan Brezhnev, serta korupsi yang sebelumnya diabaikan oleh
media resmi, kini mendapatkan perhatian yang semakin besar. Laporan-
laporan media juga menyingkap kejahatan yang dilakukan oleh rezim
Stalin seperti gulag dan Pembersihan Besar-Besaran. Selain itu, perang di
Afganistan dan kekeliruan penanganan Bencana Chernobyl semakin
merusak citra pemerintah. Keyakinan masyarakat terhadap sistem
pemerintahan Soviet semakin melemah sehingga mengancam integritas
Uni Soviet.
Selain itu, kebijkan Perestroika juga memunculkan keinginan
negara-negara bagian untuk memerdekakan diri dari Uni Soviet. Pada
tahun 1990, kekuasaan komunis mulai runtuh di negara-negara bagian
Uni Soviet. Mereka menganggap bahwa sistem komunisme telah hancur
karena tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Akhirnya
negara-negara tersebut mulai melepaskan diri pada pertengahan tahun
14
1991. Uni Soviet secara resmi dibubarkan pada 25 Desember 1991
ditandai dengan mundurnya presiden Mikhail Gorbachev.
Gambar 3 Runtuhnya Uni Soviet: Presiden Rusia, Boris N. Yeltsin (tengah) berdiri di atas kendaraan lapis
baja yang diparkir di depan Gedung Putih di Moskow, dengan para pendukung memegang bendera Federasi
Rusia, 19 Agustus 1991 (britannica.com)
15
3. Akibat Peristiwa
Dalam buku Dari Uni Soviet hingga Rusia (2014) karya Andi
Rafael Saputra, keruntuhan Uni Soviet memberikan dampak yang masif
bagi aspek sosial, ekonomi dan politik dunia. Berikut dampak runtuhnya
Uni Soviet:
1. Beakhirnya Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur.
2. Muncul 15 negara baru di kawasan Eropa Timur.
3. Menandai kehancuran sistem komunisme di dunia.
D. Reunifikasi Jerman
16
Jerman Barat dan Jerman Timur mengklaim sebagai pengganti sah
Kerajaan Jerman yang Lama (Deutsches Reich). Tetapi, Jerman Timur
mengubah pendapatnya selepas itu, dan menyatakan bahwa Negara
Jerman telah berhenti ada pada tahun 1945 dan menyatakan bahwa
Jerman Barat dan Jerman Timur adalah negara baru.
Rencana pertama untuk menyatukan bagian-bagian wilayah
Jerman diajukan oleh Josef Stalin pada 1952 di bawah syarat-syarat
sebagaimana yang kemudian diambil untuk Austria (lihat Perjanjian
Negeri Austria). Ia memerlukan penciptaan satu Negara Jerman yang
netral dengan sebuah perbatasan timur yang disebut sebagai Perbatasan
Oder-Neisse dan semua pasukan bersekutu dipindahkan pada tahun yang
sama. Pemerintahan Jerman Barat di bawah Kanselir Konrad Adenauer
lebih menyukai integrasi lebih dekat dengan Eropa Barat dan meminta
Penyatuan kembali dirundingkan dengan syarat pemilihan umum seluruh
Jerman dan dipantau Dunia Internasional. Syarat ini ditolak oleh Uni
Soviet. Satu lagi rencana Stalin ialah melibatkan Penyatuan kembali
Negara Jerman dengan mengikuti perbatasan sesuai tanggal 31 Desember
1937 di bawah syarat bahwa Negara Jerman bergabung dengan Pakta
Warsawa (Blok Timur).
Dalam buku Sejarah Eropa : Dari Eropa Kuno Hingga Eropa
Modern (2012) karya Wahjudi Djaja, peristiwa Reunifikasi Jerman tidak
bisa terlepas dari melemahnya kekuatan politik dan ekonomi Uni Soviet
pada pertengahan dekade 1980-an. Berikut faktor-faktor pendorong
Reunifikasi Jerman:
Kegagalan kebijakan Glasnost dan Perestroika di Uni
Soviet.
Pemerintah komunis Jerman Timur yang otoriter.
Kemajuan Jerman Barat.
2. Kronologi Peristiwa
17
Pada pertengahan tahun 1980-an Penyatuan kembali Jerman oleh
rakyat Jerman Barat dan Timur secara luas dianggap sebagai suatu cita-
cita atau harapan tinggi tak terhingga yang sulit dicapai. Namun harapan
untuk Penyatuan kembali Jerman tiba-tiba muncul kembali dengan
reformasi politik yang digelindingkan oleh pemimpin Soviet Mikhail
Gorbachev pada tahun 1985. Setelah ini angin perubahan mulai
berhembus di Blok Timur, dan memunculkan harapan baru di dalam
Jerman Timur.
Pada awal tahun 1989, muncul gerakan-gerakan masyarakat
Jerman Timur yang menuntut adanya demokratisasi politik dan ekonomi.
Rezim Komunis Jerman Timur di bawah Erick Honeker tidak mampu
membendung gerakan reformasi yang dilancarkan demonstran.
Demonstrasi ini memuncak pada tanggal 9 November 1989 dengan
penghancuran Tembok Berlin. Penghancuran Tembok Berlin menandakan
keruntuhan dari rezim komunis di Jerman Timur.
Pada bulan Agustus 1989, pemerintahan reformis Hongaria
menghilangkan peraturan ketat di perbatasannya dengan Austria dan pada
September lebih dari 13.000 warga Jerman Timur bisa melarikan diri ke
Barat melalui Hongaria. Ribuan warga Jerman Timur berusaha mencapai
Jerman Barat dengan mengadakan aksi pendudukan kantor-kantor
perwakilan diplomatik Jerman Barat di ibu kota-ibu kota negara-negara
Eropa Timur, terutama di Praha, Cekoslowakia. Pemerintahan Republik
Demokratis Jerman (Jerman Timur) lalu mengumumkan akan
memberikan fasilitas dengan mengoperasikan kereta-kereta api ekstra
yang membawa mereka ke Jerman Barat dan menyatakan bahwa mereka
mengusir "para pengkhianat antisosial yang tak bertanggung jawab dan
kaum kriminal". Sementara itu demonstrasi menentang rezim Jerman
Timur berawal di tanah air sendiri, terutama yang paling penting adalah
demonstrasi-demonstrasi Senin di Leipzig.
Pada tanggal 6–7 Oktober 1989, Gorbachev melawat Jerman
Timur untuk memperingati hari ulang tahun Jerman Timur yang ke-40
18
dan mendorong para pemimpin Jerman Timur untuk menerima
perubahan. Berhadapan dengan huru-hara, pemimpin Jerman Timur Erich
Honecker telah dipaksa untuk meletakkan jabatan pada 18
Oktober 1989 oleh anggota Politburonya sendiri dan digantikan oleh Egon
Krenz. Hal ini diikuti dengan pengunduran diri besar-besaran anggota
kabinet Jerman Timur yang akhirnya jatuh pada tanggal 7 November.
Lalu Gunther Schwabowski sebagai juru bicara pemerintahan Jerman
Timur pada tanggal 9 November malam mengumumkan di televisi bahwa
semua restriksi perjalanan ke Jerman Barat dihilangkan. Semula warga
Jerman Timur kurang mengerti maksud pernyataannya. Setelah itu jutaan
warga Jerman Timur berbondong-bondong pergi ke pos-pos perbatasan
yang kemudian dibuka oleh para penjaga perbatasan. Setelah itu banyak
warga Jerman baik Barat dan Timur memberanikan diri merusak Tembok
Berlin. Peristiwa ini menjadi salah satu peristiwa berita mengesankan
pada abad ke-20.
Pada tanggal 18 Maret 1990 pemilihan umum bebas pertama dan
satu-satunya dalam sejarah Jerman Timur telah dilaksanakan.
Pemerintahan yang dipilih diberi mandat utama untuk berunding dengan
Jerman Barat masalah persatuan dan membubarkan dirinya sendiri.
Seorang ahli ideologi ternama Jerman Timur dalam 1989, menyatakan
"Polandia akan tetap menjadi Polandia meskipun komunisme runtuh,
tetapi tanpa komunisme negara Jerman Timur tidak mempunyai alasan
untuk tetap berdiri."
Di bawah Perdana Menteri Lothar de Maizière, Jerman Timur
berunding dengan Jerman Barat, Britania Raya, Prancis, Amerika Serikat
dan Uni Soviet mengenai syarat-syarat untuk Penyatuan kembali Jerman.
Karena keberatan Uni Soviet bahwa Jerman Timur ditarik menjadi
anggota NATO, maka sebuah perjanjian dibuat bahwa Jerman yang
bersatu boleh tetap menjadi anggota NATO, namun tentara NATO tidak
boleh ditaruh di Jerman Timur. Selain itu Kanselir Helmut Kohl
meyakinkan para pemimpin Prancis dan Britania Raya bahwa mereka
19
tidak perlu khawatir bahwa sebuah Jerman yang bersatu akan mengancam
mereka dengan berjanji bahwa sebuah Negara Jerman bersatu akan lebih
berusaha berintegrasi dengan Uni Eropa.
Paralel dengan perundingan multilateral, rundingan bilateral antara
pemerintahan Timur dan Barat berlangsung dan menuju pada penanda
tangan perjanjian pada tanggal 18 Mei 1990 untuk Uni Ekonomi, Sosial
dan Moneter yang berlaku mulai tanggal 1 Juli 1990. Pada tanggal 23
Agustus, Volkskammer (Parlemen Jerman Timur) mengesahkan tanggal 3
Oktober 1990 sebagai tanggal bergabungnya Jerman Timur dengan
Jerman Barat.
Einigungsvertrag (Perjanjian Persatuan) telah ditanda tangani
pada tanggal 31 Agustus 1990 oleh wakil-wakil Jerman Barat dan Jerman
Timur. Pada tanggal 12 September 1990 Perjanjian Penyelesaian Akhir
yang Berkenaan dengan Negara Jerman (Perjanjian Dua tambah Empat)
telah ditandatangani dan secara resmi mendirikan ulang kedaulatan
kedua-dua negara Jerman.
3. Akibat Peristiwa
Negara Jerman secara resmi dipersatukan kembali pada tanggal 3
Oktober 1990 ketika enam negara bagian Jerman Timur (Bundesländer)
yaitu Brandenburg, Mecklenburg-Verponen , Sachsen, Sachsen-
Anhalt, Thüringen, dan Berlin bersatu secara resmi bergabung dengan
Republik Federal Jerman (Jerman Barat), memilih salah satu dari dua opsi
yang diterapkan dalam Konstitusi Jerman Barat (Grundgesetz). Maka
dengan masuknya secara resmi lima negara bagian Jerman yang kembali
didirikan ke Jerman Barat sesuai Pasal 23, lalu wilayah di
mana Grundgesetz (Undang-Undang Dasar) berlaku diperluas untuk
memuat mereka. Alternatifnya ialah bahwa Jerman Timur bergabung
secara keseluruhan dalam rangka persatuan resmi antara dua negara
Jerman, yang lalu antara lain harus membuat Konstitusi baru bagi negara
yang baru saja didirikan. Meski opsi yang dipilih lebih sederhana, hal ini
20
telah menjadi alasan adanya sentimen-sentimen tertentu di Timur bahwa
mereka telah "diduduki" atau "dianeksasi" oleh Republik Federal Jerman
yang lama (Jerman Barat).
21
berlaku bisa dipakai untuk Penyatuan kembali. Lalu, jika lima "negara
bagian yang telah didirikan ulang" di Jerman Timur sudah bergabung,
maka Undang-Undang Dasar bisa diubah lagi untuk menyatakan
bahwa tidak ada daerah Jerman lainnya yang ada di luar wilayah negara
kesatuan yang belum bergabung. Namun konstitusi ini bisa diubah lagi
pada masa depan dan hal ini masih memungkinkan diambilnya sebuah
konstitusi lain pada masa depan oleh bangsa Jerman.
Pada tanggal 14 November 1990 pemerintah Jerman menanda
tangani sebuah perjanjian dengan Polandia yang menyangkut perbatasan
mereka yang dikenal sebagai Perbatasan Oder-Neisse, dan demikian,
melepaskan tuntutan mereka untuk Silesia, Pomerania, Danzig (Gdańsk),
dan Prusia Timur. Bulan berikut, pemilihan umum bebas pertama bagi
seluruh rakyat Jerman semenjak tahun 1932, diadakan. Hasil pemilu ialah
mayoritas yang bertambah besar bagi pemerintahan koalisi Helmut Kohl.
Biaya persatuan ulang telah menimbul suatu beban yang berat
kepada ekonomi Jerman dan telah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi
Jerman menjadi tersendat-sendat dalam tahun-tahun terakhir ini. Biaya
persatuan ulang diperkirakan berjumlah lebih dari € 15 triliun
(pernyataan Freie Universität Berlin). Jumlah ini lebih besar daripada
hutang negara Jerman.
Sebab utama untuk biaya yang sangat besar ini adalah lemahnya
ekonomi Jerman Timur, khususnya jika diperbandingkan dengan Jerman
Barat; lalu nilai tukar di antara mata uang Jerman Timur dan Jerman Barat
yang secara artifisial ditinggikan demi alasan politik, dengan hasil Jerman
Barat harus melunasi rekening ini.
Walaupun dilakukan investasi besar-besaran oleh Jerman Barat,
banyak perusahaan Jerman Timur hancur ketika harus bersaing dengan
Jerman Barat. Malah sampai sekarang, pemerintah Jerman memberikan
lebih dari € 10 miliar demi perkembangan negara-negara bagian yang
terletak di mantan Jerman Timur.
22
Selama tahun 1980-an, ekonomi kapitalis Jerman Barat menjadi
makmur, sedangkan ekonomi komunis Jerman Timur merosot; sesudah
itu, suplai barang-barang dan jasa ke Jerman Timur menegangkan sumber
penghasilan Barat.
Industri yang dulu tidak perlu bersaing karena didukung oleh
pemerintah Jerman Timur harus diswastanisasikan, sering kali hal ini
menghasilkan kebangkrutan mereka.
Sebagai akibat daripada persatuan ulang, kebanyakan mantan
daerah Jerman Timur telah kehilangan industrinya, menyebabkan suatu
pengangguran yang bisa sebesar kira-kira 25 % di beberapa bagian
daerah. Semenjak itu, ratusan ribu warga mantan Jerman Timur secara
berkesinambung berhijrah ke wilayah barat untuk mencari pekerjaan. Hal
ini menyebabkan wilayah timur kehilangan tenaga-tenaga kerja
profesional.
E. Pecahnya Yugoslavia
23
Pembubaran Yugoslavia disebabkan oleh serentetan gejolak dan
konflik politik pada awal tahun 1990-an. Mengikuti krisis politik pada
tahun 1980-an, republik anggota dari Republik Federal Sosialis
Yugoslavia terpecah belah, tetapi masalah-masalah yang tak tertangani
mengakibatkan perang antaretnis Yugoslavia yang sengit. Perang ini
memberi dampak terutama kepada Bosnia dan Kroasia.
Setelah kemenangan komunis dalam Perang Dunia
Kedua, Yugoslavia didirikan sebagai negara federal yang terdiri dari
enam republik, yang mana dipisahkan berdasarkan latar belakang sejarah
dan etnis, di antaranya Slovenia, Kroasia, Bosnia dan
Herzegovina, Serbia, Montenegro dan Makedonia. Terdapat pula dua
provinsi otonomi yang didirikan di Serbia, yaitu Vojvodina dan Kosovo.
Setiap negara republik memiliki cabang partai komunis dan pejabat elit,
dan semua perselisihan yang ada diselesaikan di tingkat federal. Model
pemerintahan Yugoslavia beserta “jalan tengah” di antara ekonomi
terpimpin dan liberal yang dianut merupakan sebuah keberhasilan dan
negara tersebut pun mengalami masa-masa pertumbuhan ekonomi yang
tinggi serta politik yang relatif stabil sampai dengan tahun 1980-an, di
bawah kekuasaan handal presiden seumur hidup Josip Broz Tito.
Sepeninggalnya pada tahun 1980, sistem pemerintahan federal yang
melemah tidak lagi mampu menangani tantangan politik dan ekonomi
yang semakin sulit.
Pada tahun 1980-an, penduduk etnis Albania di Kosovo mulai
menuntut agar provinsi otonomi mereka diberi status republik anggota,
dimulai dari protes pada tahun 1981. Ketegangan antara etnis Albania dan
Serbia yang tidak mereda sepanjang dasawarsa, yang mana
mengakibatkan penyebaran etnis Serbia ke seluruh Yugoslavia, dan
sistem perundingan yang tidak efektif di tingkat federal dianggap sebagai
penghambat oleh etnis Serbia yang menyaksikan semakin tingginya
otonomi provinsi-provinsi di Serbia. Pada tahun 1987, Slobodan
Milošević mengambil alih kepemimpinan di Serbia dan melalui
24
serangkaian gerakan yang didukung khalayak ramai, berhasil secara de
facto menguasai Kosovo, Vojvodina dan Montengro. Kebijakannya yang
menggalakkan persatuan pun mendapat dukungan dari kalangan etnis
Serbia. Akan tetapi, Milošević mendapat bantahan dari pemimpin-
pemimpin partai di Slovenia dan Kroasia yang mendukung perluasan asas
demokrasi seiring dengan melemahnya paham komunis di Eropa Timur.
Pada akhirnya, Yugoslavia yang merupakan perkumpulan negara-negara
berpaham komunis pun bubar pada tahun 1990.
2. Kronologi Peristiwa
Keruntuhan Yugoslavia tidak dapat dipisahkan dari meninggalnya
presiden Josep Broz Tito. Dalam buku Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno
hingga Eropa Modern (2012) karya Wahjudi Djaja, Josep Broz Tito
adalah sosok pemimpin yang mampu membawa Yugoslavia mencapai
puncak kejayaan pada tahun 1953-1980. Pada masa pemerintahan Broz
Tito, Yugoslavia menjadi negara yang kuat tanpa bergantung pada
kekuatan Blok Barat maupun Blok Timur.
25
Pada tahun 1987, terjadi krisis ekonomi dan politik tingkat
nasional di Yugoslavia. Krisis tersebut disebabkan oleh perpecahan antar-
etnis dan kondisi pemerintahan yang tidak menentu.
Krisis Yugoslavia tahun 1987 diperparah dengan terpilihnya
Slobodan Milosevic sebagai presiden Serbia. Slobodan Milosevic
menerapkan kebijakan deskriminatif berdasarkan etnisitas yang
merugikan bagi mayoritas masyarakat Yugoslavia. Dalam jurnal
Genosida terhadap Bosnia Hezergovina (2014) karya Siska Amelia,
kehidupan politik dan negara Yugoslavia yang kehilangan arah
mennyebabkan munculnya aksi proklamasi dari beberapa negara bagian
Yugoslavia. Pada tahun 1991, Slovenia, Makedonia, Bosnia dan Kroasia
memproklamirkan kemerdekaannya secara sepihak. Mereka kemudian
mendirikan pemerintah berdaulat yang memiliki mata uang, angkatan
bersenjata dan wilayah negara tersendiri.
26
perang antar-etnik antara Serbia dan Bosnia yang menimbulkan ribuan
korban jiwa.
3. Akibat Peristiwa
Keruntuhan Yugoslavia memberikan dampak yang besar bagi
tatanan kehidupan sosial, politik dan ekonomi masyarakat internasional.
Berikut dampak keruntuhan Yugoslavia:
1. Munculnya negara-negara baru di kawasan Eropa Timur.
2. Terjadinya krisis sosial di kawasan Semenanjung Balkan.
3. Terjadinya genosida terhadap kaum muslin Bosnia oleh bangsa
Serbia.
F. Pecahnya Cekoslovakia
27
Melemahnya sistem komunisme di negara-negara Eropa
Timur.
2. Kronologi Peristiwa
Keruntuhan Cekoslovakia ditandai dengan diumumkannya
Revolusi Beludru pada November 1989. Revolusi Beludru merupakan
gerakan yang menuntut transisi kekuasaan dan perubahan sistem
pemerintahan Cekoslovakia secara damai. Revolusi Beludru bertujuan
untuk mengganti sistem pemerintahan Cekoslovakia dari komunis
menjadi demokatis.
Dalam jurnal Enviromental Movement di Republik Ceko (2016)
karya Kurnia Novianti, pecahnya Revolusi Beludru bermula dari surutnya
kekuasaan komunis di Cekoslovakia. Kebijakan Glasnost (keterbukaan)
dan Perestroika (resturkturisasi) yang diterapkan Uni Soviet berhasil
membuka jalan perjuangan masyarakat Cekoslovakia untuk melakukan
Revolusi Beludru.
Vaclav Havel memimpin jalannya Revolusi Beludru 1989. Ia
melakukan mobilisasi massa untuk melakukan demonstrasi terhadap
pemerintah. Selama bulan November hingga Desember 1989, mereka
terus menuntut adanya restrukturisasi politik dan pemberlakuan
demokrasi kepada pemerintah.
28
Gambar 6 Vaclav Havel (britannica.com)
3. Akibat Peristiwa
Runtuhnya Cekoslovakia berdampak pada berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Berikut dampak keruntuhan Cekoslovakia
29
1. Munculnya kebebasan politik di negara Ceko dan Slovakia.
2. Terbukanya arus informasi di kalangan masyarakat Ceko dan
Slovakia.
30
pengangkatan Corazon Aquino sebagai presiden. EDSA merupakan
singkatan dari Epifanio de los Santos Avenue, sebuah jalan di Metro
Manila yang merupakan tempat demonstrasi.
Pada periode 1965-1986, pemerintahan Filipina dipimpin oleh
presiden Ferdinand Marcos. Pada masa pemerintahannya, FIlipina
mengalami krisis ekonomi dan politik. Krisis ekonomi dan politik di
Filipina menumbuhkan gelombang perlawanan dari masyarakat dan
golongan oposisi.
Dalam buku Sejarah Asia Tenggara: Dari Masa Prasejarah sampai
Kontemporer (2013) karya M.C Ricklefs dkk, berikut latar belakang
gerakan People Power di Filipina:
Rezim Ferdinand Marcos memimpin secara diktator dan
kerap melakukan tindakan reporesif terhadap aktivis dan
golongan oposisi.
Utang Filipina yang mencapai 25.000.000.000 dollar AS
pada tahun 1983.
Pembunuhan terhadap mantan senator Benigno Aquino Jr
pada 21 Agustus 1983.
2. Kronologi Peristiwa
Pada 21 Agustus 1983, terjadi pembunuhan terhadap Benigno
Aquino Jr yang merupakan pemimpin golongan oposisi Filipina. Benigno
ditembak saat kembali dari pengasingannya di Amerika Serikat. Dalam
buku Krisis Filipina: Zaman Marcos dan Keruntuhannya (1988) karya
John Bresnan, peristiwa penembakan Benigno Aquino Jr membangkitkan
perlawanan golongan oposisi di seluruh pelosok negeri. Bahkan,
sebagaian sekutu pemerintahan berbalik untuk melawan Ferdinand
Marcos.
31
Pada tahun 1986, Ferdinand Marcos yang disudutkan oleh krisis
ekonomi dan politik dalam negeri meminta pengadaan pemilu presiden
secepat mungkin. Golongan oposisi dan masyarakat anti Ferdinand
Marcos menyatukan kekuatan untuk memenangkan Corazon Aquino
dalam pemilu ini.
Pada pemilu 1986, Ferdinand Marcos melakukan intimidasi dan
kecurangan terhadap suara masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan
kemarahan golongan oposisi dan rakyat Filipina. Mereka menganggap
bahwa Ferdinand Marcos telah melakukan pengkhianatan terhadap
demokrasi dan kemanusiaan di Filipina.
3. Akibat Peristiwa
Dampak dari peristiwa people power di Filipina yaitu terpilihnya
Corazon Aquino sebagai presiden Filipina dan runtuhnya rezim
kediktatoran Ferdinand Marcos.
4. Tokoh-Tokoh yang Terlibat
1. Ferdinand Marcos
2. Corazon Aquino
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
33
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia. Apartheid.
https://id.wikipedia.org/wiki/Apartheid
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembubaran_Uni_Soviet
Wikipedia. Pembubaran Yugoslavia.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembubaran_Yugoslavia
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyatuan_kembali_Jerman
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Vietnam
https://id.wikipedia.org/wiki/Uni_Soviet