Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SEJARAH

Hubungan Perang Vietnam dengan Perkembangan Politik


di Asia Tenggara
D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

Agusman Lawolo
Mariani Magdalena
Meri Syafitri
Resti Chairunniza
Risky Febriansyah
Rigo Aji
Sudarman Lase
Wanda Syaputra

Kelas : XII IPS-4

SMA S TUNAS BANGSA


Tahun Pelajaran 2018-2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaIkum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. teriring shalawat dan salam
mari kita curakan kepada Baginda Rasulullah SAW. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah in yang membahas materi tentang
“Hubungan perang Vietnam dengan perkembangan politik di Asia Tenggara”

Terima Kasih kepada Allah SWT, guru pembimbing kami serta teman-teman kelompok yang
telah berusaha dan mengerahkan kemampuan demi menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami
berharap adanya kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih sempurna dan
optimal pemanfaatannya di masa mendatang.Harapan ke depan semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Judul Halaman..................................................................................................... 1

Kata Pengantar..................................................................................................... 2

Daftar Isi.............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang .................................................................................................... 4

Rumusan Masalah............................................................................................... 4

Tujuan.................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

Hubungan Perang Vietnam dengan Perkembangan Politik di Asia Tenggara.... 5

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.......................................................................................................... 19

Saran.................................................................................................................... 19

Daftar Pustaka.................................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perang Vietnam merupakan perang yang terjadi antara Vietnam degan Amerika Serikat pada
tahun 1957 sampai tahun 1975 di Vietnam. Perang ini juga disebut perang indocina kedua
setelah sebelumnya Vietnam berperang dengan Perancis dalam perang kemerdekaan. Perang
ini merupakan bagian dari perang dingin antara dua kubu ideologi besar yaitu Uni Soviet
dengan ideologi Komunisnya dan Amerika Serikat dengan Ideologi Liberal Kapitalisnya. Hal
inilah kemudian menyebabkan pecahnya perang terbuka antara Vietnam dengan Amerika
Serikat.

Berakhirnya perang Indocina yang ditandai dengan jatuhnya reziem Saigon berarti
memberikan kemenangan bagi kaum komunis. Cita-cita Ho chi Minh mengenai
”kemerdekaan dan persatuan” dibawah panji-panji komunisme mulai mencicipi satu
kenyataan. Peristiwa ini telah membawa perubahan-perubahan yang cukup mendasar bagi
peta politik di Asia Tenggara, sehingga menimbulkan berbagai spekulasi dan opini
masyarakat, juga para pengamat politik tergerak perhatiannya pada masalah, bagaimana
pengaruh kemenangan komunis di Indocina dan bagaimana pula posisi ASEAN di Asia
Tenggara. Maka dari itu, terdapat hubungan dan dampak antara keduanya.

Rumusan Masalah

1. Apa latar belakang terjadinya perang vietnam?


2. Bagaimana perkembangan politik di Asia Tenggara paska perang Vietnam?
3. Apa dampak perang Vietnam terhadap kawasan Asia Tenggara?
4. Bagaimana hubungan perang Vietnam terhadap perkembangan politik di Asia Tenggara?

Tujuan

1. Siswa dapat memahami sebab perang Vietnam serta perkembangan politik di Asia
Tenggara paska perang Vietnam dan mengetahui hubungan di antara keduanya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

HUBUNGAN PERANG VIETNAM DENGAN PERKEMBANGAN POLITIK DI ASIA


TENGGARA

1. Latar Belakang Perang Vietnam

Vietnam dijajah oleh Tiongkok sejak tahun 110 SM sampai mencapai kemerdekaan pada
tahun 938. Setelah bebas dari belenggu penjajahan Tiongkok, Vietnam selalu menentang dan
mengecam serangan pihak asing.

Pada abad ke-19, Vietnam menjadi wilayah jajahan Perancis. Perancis


menguasai Vietnam setelah melakukan beberapa perang kolonial di Indochina mulai dari
tahun 1840-an. Ekspansi kekuasaan Perancis disebabkan keinginan untuk menyaingi
kebangkitan Britania Raya dan kebutuhan untuk mendapatkan hasil bumi seperti rempah-
rempah untuk menggerakkan industri di Perancis untuk menyaingi penguasaan
industri Britania Raya.

Semasa pemerintahan Perancis, golongan rakyat Vietnam dibakar semangat nasionalisme dan
ingin merdeka dari Perancis.

Beberapa pemberontakan dilakukan oleh banyak kelompok-kelompok nasionalis, tetapi usaha


mereka gagal. Pada tahun 1919, semasa Perjanjian Versailles dirundingkan, Ho Chi
Minh meminta untuk bersama-sama membuat perundingan agar Vietnam dapat merdeka.
Permintaan tersebut ditolak dan Vietnam beserta seluruh Indochina terus menjadi jajahan
Perancis.

Kelompok Vietnam akhirnya mendapat dukungan populer dan berhasil


mengusir Perancis dari Vietnam. Selama Perang Dunia II, Vietnam dikuasai oleh Jepang.

Pemerintah Perancis Vichy bekerjasama dengan Jepang yang mengantar tentara


ke Indochina sebagai pasukan yang berkuasa secara de facto di kawasan tersebut.
Pemerintah Perancis Vichy tetap menjalankan pemerintahan seperti biasa sampai
tahun 1944 ketika Perancis Vichy jatuh setelah tentara sekutu menaklukan Perancis dan
jendral Charles de Gaulle diangkat sebagai pemimpin Perancis.

5
Setelah pemerintah Perancis Vichy tumbang, pemerintah Jepang menggalakkan kebangkitan
pergerakan nasionalis di kalangan rakyat ( Vietnam ). Pada akhir (Perang Dunia II ), (
Vietnam ) diberikan kemerdekaan oleh pihak ( Jepang ). ( Ho Chí Minh ) kembali ke
Vietnam untuk membebaskan negaranya agar tidak dijajah oleh kekuasaan asing. Ia
menerima bantuan kelompok OSS yang akan berubah menjadi ( CIA ) nantinya.

Pada akhir ( Perang Dunia II ), pergerakan ( Viet Minh ) di bawah pimpinan (Ho Chí Minh )
berhasil membebaskan Vietnam dari tangan penjajah, tetapi keberhasilan itu hanya untuk
masa yang singkat saja. Pihak ( jepang ) menangkap pemerintah Perancis dan memberikan
Vietnam satu bentuk “kemerdekaan” sebagai sebagian dari rancangan Jepang untuk
"membebaskan" bumi ( Asia )dari penjajahan barat. Banyak bangunan diserahkan kepada
kelompok-kelompok ( nasionalis ).perang vietnam merupakan perang terlama amerika serikat
di asia tenggara. -amerika selalu menang dalam berbagai pertempuran di medan perang
namun kenyataannya amerika serikat harus meninggalkan vientam.

2. Perkembangan Politik di Asia Tenggara paska Perang Vietnam


Berakhirnya perang Indocina yang ditandai dengan jatuhnya reziem Saigon berarti
memberikan kemenangan bagi kaum komunis. Cita-cita Ho chi Minh mengenai
”kemerdekaan dan persatuan” dibawah panji-panji komunisme mulai mencicipi satu
kenyataan. Peristiwa ini telah membawa perubahan-perubahan yang cukup mendasar bagi
peta politik di Asia Tenggara, sehingga menimbulkan berbagai spekulasi dan opini
masyarakat, juga para pengamat politik tergerak perhatiannya pada masalah, bagaimana
pengaruh kemenangan komunis di Indocina dan bagaimana pula posisi ASEAN di Asia
Tenggara.

Gerakan komunis Vietnam senantiasa berkaitan erat dengan proses perjuangan rakyat
melawan penjajahan bangsa asing. Kalau sebelum jatuhnya benteng Dien Bien Phu, gerakan
komunis harus berperang melawan Perancis, kemudian sesudah itu harus berhadapan dengan
Amerika Serikat yang dinilai sebagai imperialis pengganti penjajahan Perancis. Pada bulan
April tahun 1975 merupakan saat yang menentukan bagi perkembangan politik di Asia
Tenggara. Karena pada waktu itu tumbangnya kekuasaan non-komunis Lo Nol di Kamboja
dan jatuhnya reziem Nguyen Van Thieu di Vietnam Selatan, yang sekaligus tumbanglah
pengaruh Amerika Serikat di kawasan Indocina.

6
Rezim komunis yang berkuasa di Vietnam dalam Hanoi Blue Print akan menyebarkan paham
komunis ke Asia Tengggra. Ada tiga poin penting dalam Hanoi Blue Print yaitu:
1. Konsilidasi antara Vietnam utara dan selatan. Menjadikan Vietnam satu bangsa yang
bulat dan kokoh memenuhi kebutuhan sendiri.
2. Menjadikan Hanoi sebagai satu-satunya kekuatan atau Laos dan Kamboja yang
merupakan dua negara komunis, tetapi memiliki orientasi yang berbeda. Dengan pasal itu
Vietnam saling berjuang untuk mempersatukan antara Laos dan Kamboja dibawah
pengakuan Hanoi.
3. Memperluas pengaruh kekuasaan baik politik maupun ekonomi atas seluruh wilayah Asia
Tenggara untuk perlu menempuh jalan subversi dengan membantu rencana militer
terhadap setiap perjuangan di daerah-daerah lain
Berdasarkan rencana di atas, dimana Vietnam akan menyebarkan paham komunis di Asia
Tenggara yang tentu saja menimbulkan perubahan politik di Asia Tenggara terutama dalam
rangka menangkis serangan komunisme.

a. Laos
Keadaan Laos tidak jauh berbeda dengan negara-negara di kawasan Indocina lainnya dimana
komunisme juga memberikan warna terhadap perkembangan politik terutama paska perang
Vietnam. Di Laos tidak ada kata damai karena perebutan kekuasaan antara tiga kelompok;

1. Nasionalis adalah kelompok pangerang Oune Sananikone yang lebih dekat dengan
Thailand.
2. Komunis adalah kelompok pangerang Souphanavong yang banyak berkenalan dengan
paham sosialis dan menjalin hubungan dengan Hi Chi Minh.
3. Kelompok Tengah adalah kelompok Souvanna Phoma (Soeparman, 1986:42).

Ketiganya memiliki pandangan sendiri-sendiri, perpecahan antar pemimpin tersebut semakin


menajam ketika Souphanavong berserta Phatet Laonya dengan bantuan tentara Vietminh
terus melancarkan serangan dan memperluas daerah pengaruh, sementara golongan kanan
yang nasioanalis semakin kaya karena bantuan Amerika Serikat.

Perdana Menteri Laos diduduki oleh Souvana Phoma, dan terus berusaha membentuk koalisi
dengan Souphanavong. Pada tanggal 2 Februari 1973 mereka mengadakan perjanjain damai,
hal ini menimbulkan banyak reaksi, dan golongan yang mendukung kanan (nasionalis) dan
kalangan militer menuduh bahwa Phoma telah menjual Laos kepada orang-orang komunis
(Sardiman, 1983:61). Oleh karena itu militer di bawah Jenderal Thouma melakukan kudeta.

7
Namun kudeta itu tidak direstui Amerika Serikat dan lewat John Dean Gunter, Wakil Dubes
Amerika Serikat menyampaikan lebih mendukung politik koalisi yang dijalankan oleh PM.
Phoma. Hal ini menyebabkan gagalnya kudeta dan terbunuhnya Jend. Thouma sedangkan
pengikut-pengikutnya melarikan diri ke Thailand.

Dengan adanya perkembangan baru ini memberikan peluang komunis untuk berkembang dan
tentu saja sangat menggembirakan pihak Hanoi. Hal ini terlihat dalam pemilu 1975, komunis
memperoleh kemenangan sehingga dapat mengendalikan pemerintahan Laos. Tetapi
pemerintahan ini menghadapi masalah baru, Laos tidak memiliki daerah pantai sebagai
pelabuhan, dan sebelumnya jalan lalu lintas perekonomian melewati Muangthai. Kedua
negara ini saling bersahabat sebelum Phatet Lao berkuasa. Tetapi hubungan ini semakin
memburuk ketika Laos jatuh ketangan Komunis, karena Muangthai mengambil Policy Anti
Komunis. Masalah lain yang dihadapi Laos adalah tidak dimilikinya tenaga-tenaga ahli yang
berpengalaman diberbagai bidang, karena banyak tenaga ahli yang lari ke Muangthai.
Dalam kesempatan seperti itu, Vietnam muncul untuk memberikan bantuan kepada Laos
sekaligus untuk memperluas pengaruhnya. Tanggal 18 Juli 1979 telah ditandatangani
deklarasi bersama ketika PM Pham Van Dong, Sekjen Partai Komunis Vietnam Le Duan, dan
Wakil Menteri Pertahanan Letjend Chu Huy Man berkunjung ke Vientiene ibukota Laos. Isi
deklarasi tersebut adalah :

1. Persetujuan Militer, artinya Laos akan dibela oleh Vietnam menghadapi ancaman dari
luar.
2. Persetujuan ekonomi, hal ini berarti Laos mengekspor produksinya tidak lagi melalui
Muangthai, tetapi melalui pelabuahn Danang di Vietnam bagian selatan dan diangkut ke
danang melalui darat dengan peralatan modern.
3. Mengenai ASEAN, kedua belah pihak (Vietnam dan Laos) mengutuk keras usaha-usaha
AS yang mempergunakan ASEAN untuk menentang arus ke arah kemerdekaan sejati,
perdamaian, serta kenetralan di kawasan Asia Tenggara. Keduanya sepakat bahwa usaha-
usaha yang dilakukan oleh para penguasa negara-negara ASEAN guna memperkuat
persekutuan militer bilateral antara AS dan negara anggota ASEAN dengan papan anti
komunis, yang berarti akan mengubah ASEAN menjadi persekutuan militer secara de
fakto (Sardiman, 1983:63).

ASEAN menilai perjanjian itu tidak lain sebagai perjanjian militer dalam rangka
melaksanakan prinsip komunisme yang ingin mengkomuniskan negara-negara tetangga yang

8
belum komunis. Pernyataan-pernyataan Vietnam yang akan selalu mendukung gerakan-
gerakan (gerakan komunisme) di Asia Tengara yang ingin memperoleh kemerdekaan sejati,
perdamaian dan kehidupan demokratis. Hal ini perlu dipahami bahwa dalam perjuangan
komunisme menggunakan tiga cara yang hamper sama dilakukan oleh negara-negara lain
yaitu:

1. Propaganda; mereka menyatakan diri sebagai partai milik rakyat yang mengabdi pada
kebebasan demokrasi, keadilan soasial dan menentang semua bentuk reaksi serta
ketidakadilan sosial.
2. Infiltrasi; komunis akan mengadakan penyusupan ke dalam partai politik, serikat buruh,
dewan tentara, dan pemerintahan daerah.
3. Kekerasan; mengambil alih pemerintahan dengan cara kudeta (Ebenstein, dkk., 1990:28).

b. Masalah Kamboja dan Invasi Vietnam


1. Perebutan Kekuasan di Kamboja

Pada tahun 1863, Raja Norodom, yang dilantik oleh Thai, mencari perlindungan kepada
Perancis. Pada tahun 1867, Raja Norodom menandatangani perjanjian dengan pihak Perancis
yang isinya memberikan hak kontrol provinsi Battambang dan Siem Reap yang menjadi
bagian Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja pada tahun 1906 pada
perjanjian perbatasan oleh Perancis dan Thai. Kamboja dijadikan daerah Protektorat oleh
Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni Indochina.

Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari
Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah
kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk. Pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan
Kamboja memilih untuk netral. Hal ini tidak dibiarkan oleh petinggi militer, yaitu Jendral
Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS untuk menyingkirkan
Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk
beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali
tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara timbul di
Kamboja.

Khmer Merah akhirnya menguasai daerah ini pada tahun 1975, dan mengubah format
Kerajaan menjadi sebuah Republik Demokratik Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot.
Mereka dengan segera memindahkan masyarakat perkotaan ke wilayah pedesaan untuk

9
dipekerjakan di pertanian kolektif. Pemerintah yang baru ini menginginkan hasil pertanian
yang sama dengan yang terjadi pada abad 11. Mereka menolak pengobatan Barat yang
berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di Kamboja. Kamboja
merupakan negara berbentuk monarki konstitusional di wilayah Asia Tenggara seluas
181.035 km2 yang berbatasan dengan Thailand, Laos dan Vietnam. Pada periode 1975-1979,
1,5 hingga 2 juta penduduk atau sekitar 20% dari jumlah populasi dari 7-8 juta penduduk
tewas dibantai oleh rezim Khmer Merah dalam rangka revolusi ekstrimis agraris
(Schanberg, 2004:71).

2. Perbatasan Vietnam dan Kamboja

Pada dasarnya konflik antara Vietnam dengan Kamboja yang terjadi yang menyebabkan
timbulnya invasi oleh Vietnam kepada kamboja antara lain karena di sebabkan oleh beberapa
factor antara lain :Warisan sejarah yaitu menyangkut adanya batas-batas wilayah yang tidak
jelas antara Vietnam dengan Kamboja.

1. Adanya keinginan dari Vietnam untuk memegang kendali atas Indocina termasuk
didalamnya adalah Kamboja dan Laos.
2. Adanya perpecahan antara dua kekuatan besar komunis di dunia yaitu Uni Soviet dan
Cina.
3. Kamboja selalu menjadi daerah rebutan antara Thailand dan Vietnam. Diantara keduanya
tidak ingin Kamboja sebagai abut loncatan untuk menyerang negaranya
4. Adanya kepentingan, dengan Hanoi’s Blue Print ingin menjadikan Hanoi sebagai sentral
kekuatan bagi seluruh Indocina.
Intervensi Vietnam Ke Kamboja tahun 1978 dimulai ketika pada 3 Desember 1978, Vietnam
mangumumkan bahwa pasukan pemberontak Kamboja telah mendirikan KNUFNS (Front
persatuan nasional bagi keselamatan Kamboja) dibawah Heng Samrin. Invasi itu dilakukan
pada 25 Desember 1978. Invasi menyebabkan Phnom Penh jatuh dan berhasil menggulingkan
rezim Pol Pot yang pro Beijing pada 7 Januari 1979. Selain itu, di saat yang sama KNUFNS
memebntuk dewan revolusioner rakyat Kamboja (KPRC) dan tanggal 11 Januari 1979
memproklamasikan diri sebagai Republic Rakyat Kamboja.

Namun demikian, di Kamboja terdapat lawan-lawan Vietnam dan tetap meneruskan


perlawanan terhadap pemerintahan Heng Samrin dan Vietnam. Mereka adalah pasukan
Khamer Merah dipimpin Khiu Samphan, pasukan Moulika yang di pimpin oleh Norodom

10
Sihanouk (berhaluan non-komunis), pasukan Front Pembebasan Rakyat Khamer (KPNLF) di
bawah pimpinan bekas Perdana Mentri Son Sann yang melakukan serangan Gerilya. Ketiga
gerakan tersebut sepakat untuk membentuk pemerintahan koalisasi di Kamboja untuk
mengakhiri pendudukan Vietnam.

Vietnam meskipun berhasil menguasai dan membentuk pemerintahan boneka di dalam negeri
Kampuchea terjadi usaha untuk menentang pemerintahan komunis itu. Tentu saja itu
memberi peluang bagi negara-negara dan pemerintahan anti komunis untuk menghambat laju
perkembangan komunis di Asia Tenggara. Pemerintahan anti komunis di Kampuchea
dibentuk atas koalisi kelompok Sihanouk, Son San, dan Khieu Sampan. Koalisi itu
membentuk pemerintahan baru di Kampuchea dengan nama Pemerintahan Koalisi Demokrasi
Kampuchea pada tanggal 22 Juni 1982. Negara-negara anggota ASEAN dan PBB yang
sebagian besar anti komunis tentu saja banyak yang memberi dukungan pada Pemerintahan
Koalisi Demokrasi Kampuchea. Hal itu merupakan salah satu cara untuk menghambat laju
perkembangan komunis di dunia. Salah satu bentuk dukungan pada pemerintahan anti
komunis di Kampuchea adalah mengakui hanya Pemerintahan Koalisi Demokrasi
Kampuchea yang berhak memerintah Kampuchea dan menjadi wakil sah di PBB.

Upaya awal penyelesaian masalah Kamboja adalah dibentuknya Jakarta Informal Meeting
(JIM). Artinya, pertemuan tidak resmi yang diadakan di Jakarta tahun 1988. Pertemuan di
Jakarta dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas sebagai penengah di antara pihak-pihak
yang bertikai yaitu keempat faksi, kedua tetangga Indochina dan enam negara ASEAN
bertemu untuk mendiskusikan elemen-elemen mekanisme penyelesaian awal. Sekalipun
pembicaraan antar faksi berjalan cukup alot karena masing-masing bersikeras
mempertahankan posisinya, namun hasil dari pertemuan ini dinilai cukup efektif untuk
menyepakati persepsi dan kesepahaman bersama sehingga beberapa rekomendasi dapat
dilahirkan dengan penekanan pada pemisahan dua isu yaitu berkaitan dengan invasi Vietnam,
Vietnam untuk menarik mundur pasukannya dari Kamboja sebagai itikad baik penyelesaian
konflik, kesepahaman mengenai pentingnya pencegahan berkuasanya kembali rezim Pol Pot
yang telah mengakibatkan penderitaan bagi rakyat Kamboja, pembentukan kelompok kerja
guna membahas elemen-elemen dasar dari konflik itu sendiri dan menyusun usulan-usulan
sebegai bahan masukan bagi pertemuan selanjutnya.

Dalam rangka menindaklanjuti JIM I, pada tanggal 16-18 Februari 1989 digelar JIM II yang
turut dihadiri oleh negara-negara peserta JIM I. Pada pertemuan ini dapat disepakati berbagai

11
kemajuan yang bersifat teknis sebagai tindak lanjut dan penyeragaman persepsi dari hasil
pertemuan pertama. Beberapa hasil yang menonjol di antaranya adalah penarikan seluruh
pasukan Vietnam yang harus segera dilakukan dengan batas waktu 30 September 1989
sebagai bagian dari kerangka penyelesaian politik yang menyeluruh. Kemudian dibahas pula
mengenai himbauan penghentian keterlibatan pihak asing termasuk dukungan militer dan
persenjataan terhadap masing-masing pihak yang bertikai di Kamboja.

Diadakan Konferensi Internasional Kamboja di Paris pada tanggal 23 Oktober 1991. Dan
penandatanganan perjanjian perdamaian Kamboja yang isinya:

1. PBB membentuk UNTAC (United Nation Transitional Authority in Cambodia). UNTAC


bertugas di antaranya melucuti senjata, membantu pemerintahan dan mengorganisasikan
pemilu
2. Pengambilan keputusan oleh SNC dibawah Sihanouk
3. Administrasi dibawah control PBB
4. Senjata dan kekuatan asing harus segera meninggalkan kamboja
5. Demobilisasi tentara 70 persen sebelum pemilu
6. Mendidik para pemilu dan mengurus aspek pemilu
7. Menghormati hak-hak asasi manusia
8. Pengungsi Kamboja punya hak untuk kembali
9. Penandatanganan perjanjian oleh 18 negara

c. Pembentukan SEATO
Southeast Asia Treaty Organization (SEATO) adalah sebuah organisasi internasional untuk
pertahanan kolektif yang ditandatangani pada 8 September 1954. Lembaga formal didirikan
SEATO pada pertemuan mitra perjanjian di Bangkok pada Februari 1955. Hal itu terutama
dibuat untuk memblokir lebih lanjut komunis keuntungan di Asia Tenggara.. Markas
organisasi terletak di Bangkok, Thailand. SEATO dibubarkan pada tanggal 30 Juni 1977.

Sejak tahun 1950-an, Politik bebas aktif Indonesia bukan sikap melawan AS, tetapi oleh AS
dinilai kurang tegas dalam memihak blok Barat melawan blok komunis. AS membentuk
Organisasi Pakta Pertahanan Asia Tenggara (Southeast Asia Treaty Organization atau
SEATO) untuk menghimpun kekuatan Asia Tenggara di bawah pimpinan AS dan Inggeris
untuk melawan blok komunis, tetapi Indonesia tidak ikut serta di dalamnya. Indonesia dengan
Dasar Negara Pancasila tidak setuju dengan paham komunis dan akan selalu menjaga agar

12
paham komunis tidak menguasai Indonesia. Akan tetapi Indonesia tidak mau memihak blok
Barat karena mempunyai sikap politik bebas aktif. Demikian pula sekarang, Indonesia
melawan terrorisme dari mana pun datangnya, tetapi tidak berarti Indonesia harus dalam
segala hal memihak AS. Sikap demikian ini tidak dikehendaki AS sejak dulu.

Anggota SEATO

1. Australia Australia
2. Bangladesh (as East Pakistan ) Bangladesh (sebagai Pakistan Timur)
3. rance Perancis
4. New Zealand Selandia Baru
5. Pakistan Pakistan
6. Philippines Filipina
7. Thailand Thailand
8. United Kingdom Kerajaan Inggris
9. United States Amerika Serikat

SEATO merupakan aliansi militer pimpinan AS didirakan tahun 1954 untuk membantu
perlawanan terhadap ekspansi komunis di Asia Tenggara. SEATO merupakan keseimbangan
tradisional dari pendekatan kekuasaan via aliansi eksternal untuk keamanan regional. Sejak
Malaysia dan Singapura dikolonisasi oleh Inggris, mereka bukan lagi anggota SEATO.
Indonesia juga menolak masuk sebagai anggota SEATO. Negara-negara baru ini memiliki
pandangan bahwa masalah regional semestinya diselesaikan oleh badan lokal.

Pembentukan SEATO merupakan tanggapan terhadap permintaan bahwa daerah Asia


Tenggara dilindungi terhadap ekspansionisme komunis, terutama karena diwujudkan melalui
agresi militer di Korea dan Indocina dan melalui subversi didukung oleh pasukan bersenjata
yang terorganisir di Malaysia dan Filipina. Vietnam, Kamboja, dan Laos (negara penerus dari
Indocina) tidak dipertimbangkan untuk keanggotaan dalam SEATO untuk alasan yang
berhubungan dengan perjanjian Jenewa tahun 1954 di Vietnam. Negara-negara yang,
bagaimanapun, diberikan perlindungan militer oleh protokol. Negara-negara lain dari Asia
Selatan dan Tenggara lebih suka mempertahankan mereka kebijakan luar negeri dari
nonalignment. Perjanjian itu ditetapkan tujuan sebagai ketentuan hanya dan termasuk
defensif untuk membantu diri sendiri dan saling membantu dalam mencegah dan melawan
kegiatan subversif dari luar dan kerjasama dalam mempromosikan kemajuan ekonomi dan
sosial. SEATO tidak memiliki kekuatan berdiri tetapi mengandalkan kekuatan mencolok

13
mobile dari negara-negara anggotanya, yang terlibat dalam latihan militer gaungan. Pada 30
Juni 1977, SEATO dibubarkan setelah terjadinya perubahan besar di kawasan Asia Tenggara,
khususnya yang terkait dengan kekalahan Amerika dalam Perang Vietnam.

d. Pembentukan ASEAN
Sejak tahun 1945 itu, berkembanglah berbagai ikrar kerja sama regional di hampir seluruh
kawasan dunia yang penting seperti di Eropa, Timur Tengah, Asia, Afrika dan Amerika
Latin. Salah satu asumsi pokok kerja sama regional adalah bahwa kedekatan geografis akan
memudahkan upaya-upaya saling memahami di antara negara-negara yang bertetangga
sehingga masalah-masalah yang mungkin dapat menjurus kepada pertikaian berlanjut dapat
diatasi dengan segera atas dasar hidup berdampingan secara damai (Luhulima, 1986:6). Pada
awalnya pendirian ASEAN tidak mencantumkan kerjasama dalam bidang politik tetapi dalam
perkembangan berikutnya, perserikatan itu membawa arah kerjasama dalam bidang-bidang
yang akam memiliki dampak politik atau akan mengarah kepada solidarista politik
(Sardiman, 1983:79).

ASEAN (Association of South East Asian Nations) yang berarti Perhimpunan Bangsa-bangsa
Asia Tenggara, adalah organisasi regional yang dibentuk oleh kelima negara Asia Tenggara
yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Muangthai dengan penandatanganan
Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok oleh kelima Menteri Luar Negeri negara-negara
tersebut pada tanggal; 8 Agustus 1967 di Bangkok (Alfian dkk., 1986:1).
Dalam Deklarasi Bangkok dinyatakan bahwa ASEAN didirikan dengan tujuan untuk
meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi usaha kerjasama regional dalam usaha mempercepat
pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan. Peranan lain yang
dimainkan oleh ASEAN menanggapi berkecamuknya Perang Indocina di Vietnam,
diajukanlah proposal pertama dalam ASEAN mengenai pembentukan ZOPFAN (Zone of
Peace, Freedom, and Neutrality). ZOPFAN ini bersifat sukarela dan tidak memaksa. Negara-
negara ASEAN sendiri yang kemudian harus menentukan apa tindakannya terhadap
ZOPFAN tersebut. Perang Indocina sendiri merupakan perang yang kebanyakan terjadi di
wilayah Vietnam. Tidak tanggung-tanggung, perang ini terjadi sebanyak tiga kali; Perang
Indocina pertama, yakni Perang Vietnam-Perancis pada 1946-1954; Perang Indocina kedua,
atau Perang Vietnam pada 1957 sampai 1975; terkahir Perang Indocina ketiga atau yang
disebut juga sebagai Perang Sino-Vietnam yang pada 1979.

14
3. Dampak Perang Vietnam terhadap Kawasan Asia Tenggara
Dampak yang nyata dengan akibat perang Vietnam adalah jumlah korban yang terlibat dalam
perang tidak terhitung jumlahnya secara pasti. Serta Perang Vietnam ini juga mengakibatkan
berkembangnya ideologi komunisme di berbagai negara di kawasan Indocina, seperti
Kamboja dan Laos.

Penyebaran ideologi komunisme di Asia Tenggara ini didalangi oleh adanya sebuah lembaga
di Uni Soviet yang bernama Communist International (Comintern). Pola kaderisasi badan ini
adalah dengan menjaring para tokoh negara atau pemuda-pemuda yang cerdas untuk dididik
menjadi agen-agen penyebar ajaran komunis. Di Indonesia, salah satu tokoh yang pernah
mengenyam pendidikan di Comintern adalah Dipo Nusantara Aidit. Di Vietnam, salah satu
tokohnya adalah Ho Chi Minh. Di Laos, paham komunisme diterapkan oleh Pathet Lao, yaitu
sebuah organisasi yang terbentuk dari proses konsolidasi militer dan perseteruan politik
dalam negeri Laos. Pathet Lao menjadi rezim penguasa Laos yang berhaluan komunis. Di
Kamboja, pengaruh komunisme disebarkan oleh rezim otoriter bernama Khmer Merah.
Selanjutnya, tahun 1977, terjadi pertikaian antara Kamboja dan Vietnam. Kamboja
mendapatkan dukungan dari Cina, sedangkan Vietnam mendapatkan dukungan dari Uni
Soviet. Puncak dari pertikaian itu adalah usaha invasi Vietnam atas Kamboja pada tahun
1979, yang berlanjut pada penyerangan Vietnam oleh Cina.

ASEAN yang berdiri seiring dengan memanasnya perang Vietnam, tidak memberikan
kontribusi yang nyata terhadap penyelesaian konflik tersebut. Tetapi begitu perundingan paris
dilanggar oleh Vietnam utara ASEAN mulai menunjukkan kekuatannya. Dan ketika Vietnam
mulai menginvasi kamboja ASEAN mencoba melakukan pembicaraan dengan Vietnam,
dimana nantinya dapat dicapai dua sasaran yakni :
1. meyakinkan Vietnam bahwa kalau ingin berkembang secara ekonomi dia tidak boleh
semata mata bergantung pada Uni Soviet dan COMECON dan untuk memperoleh
bantuan dari masyarakat internasional dia harus mengambil suatu sikap kerjasama yang
sungguh sungguh terhadap ASEAN.
2. meyakinkan Vietnam bahwa dia harus menemukan suatu penyelesaian politik yang dapat
diterima oleh pihak Kamboja karena secara militer saja tidak akan dapat memecahkan
masalahnya.

15
4. Hubungan Perang Vietnam dengan Perkembangan Politik di Asia Tenggara
Vietnam adalah salah satu negara di Semenanjung Indocina yang berada di wilayah Asia
Tenggara. Vietnam mempunyai sejarah dan kaitan yang erat dengan perkembangan Perang
Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Akibat perebutan pengaruh dan
perluasan ideologi dari dua Negara adidaya itu menyebabkan terjadinya perang saudara di
wilayah Vietnam. Perang antara rezim Republik Vietnam Selatan yang didukung oleh
Amerika Serikat dan rezim Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara) yang bergabung
dengan Pemerintah Revolusioner Vietnam Selatan, termasuk pasukan Viet Cong yang
didukung Uni Soviet dan RRC disebut Perang Vietnam. Perang saudara itu berlangsung
cukup lama, yaitu sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 1975.

a. Vietnam sebelum Perang Dunia II


Negara Eropa yang pertama mendarat di Vietnam adalah Prancis. Kedatangan Prancis di
Vietnam terjadi pada sekitar akhir abad ke-18. Seperti penjelajah samudra dari negara Eropa
lainnya, Prancis kemudian melakukan kolonisasi di Vietnam. Wilayah Vietnam yang luas
dibagi menjadi tiga daerah protektorat, seperti Tonkin di utara, Annam di tengah, dan
Koncincina di selatan. Pada tahun 1887 ketiga protektorat tersebut disatukan dengan
protektorat Kampuchea yang dibentuk pada tahun 1875. Kesatuan protektorat itu disebut Uni
Indocina. Semangat cinta tanah air dan kebangsaan di Vietnam mulai bangkit setelah Perang
Dunia I berakhir. Para nasionalis Vietnam bangkit dan bersatu dalam Partai Nasional
Vietnam.
Pemberontakan pertama pada masa kolonial Prancis di Vietnam terjadi pada tahun 1930. Para
pemberontak melancarkan aksinya di Tonkin. Namun, upaya pemberontakan ini mengalami
kegagalan. Pemerintah kolonial Prancis masih terlalu tangguh untuk dikalahkan. Akibat
pemberontakan, banyak pemimpin Partai Nasional Vietnam yang ditawan dan dihukum mati.
Sementara itu, anggota yang tidak tertangkap menyebar untuk menyelamatkan diri. Akibat
kevakuman aktivitas Partai Nasional Vietnam, di kalangan masyarakat Vietnam muncul
wadah baru, yaitu Partai Komunis Indocina.
Pada tahun 1940 Jepang menjadi penguasa baru di Vietnam. Prancis tidak mampu
mempertahankan wilayah Vietnam karena negaranya sendiri di Eropa telah dikuasai oleh
Jerman. Jadi, Prancis lebih memusatkan kekuatannya untuk membebaskan negerinya.
Partai Komunis Vietnam yang berkembang pada masa kolonial Prancis ternyata sangat
membenci Jepang. Oleh karena itu, Partai Komunis Vietnam berusaha membentuk suatu
wadah perjuangan bersama dengan kelompok nasionalis di Vietnam dengan nama Viet Minh

16
atau Liga Vietnam Merdeka. Organisasi Viet Minh merupakan hasil kongres yang
diselenggarakan kaum komunis pada tanggal 19 Mei 1941 di Chiangsi, Provinsi Kwangsi.
Pada awal pembentukannya Viet Minh bersama Viet Nam Doc Lap Dong Minh. Tujuannya
adalah melenyapkan dominasi Prancis dan kekuasaan Jepang. Pemimpin organisasi Viet
Minh adalah Ho Chi Minh. Rakyat Vietnam lebih mengenalnya sebagai Bapak Nasionalisme
Vietnam daripada tokoh komunis. Posisi Jepang dalam Perang Asia Pasifik sebagai bagian
dari Perang Dunia II mulai terdesak. Pada bulan Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat
pada Sekutu. Kondisi demikian itu menyebabkan kedudukan Viet Minh di Vietnam makin
kuat. Bao Dai, penguasa Vietnam yang merupakan boneka Jepang menyerahkan
kekuasaannya pada Ho Chi Minh pada tanggal 25 Agustus 1945. Melihat situasi yang sangat
menguntungkan bagi Viet Minh maka pada tanggal 25 September 1945 Ho Chi Minh
memproklamasikan kemerdekaan Vietnam dengan nama Republik Demokrasi Vietnam.
Pusat pemerintahannya di Hanoi. Namun, Viet Minh tidak berhasil di selatan.

b. Vietnam setelah Perang Dunia II


Perang Dunia II dimenangkan oleh kelompok Sekutu. Prancis yang tergabung dalam
kelompok Sekutu bermaksud kembali melakukan kolonisasi di Vietnam. Niat Prancis
mendapat dukungan penuh dari Inggris. Keinginan Prancis untuk berkuasa kembali di
Vietnam tentu saja mendapat perlawanan dari Viet Minh. Akibatnya, Vietnam mulai tahun
1946 bergejolak lagi dengan berbagai pertempuran antara Viet Minh dan Prancis yang
dibantu Inggris. Agar berhasil menguasai Vietnam, Prancis menjalankan politik memecah
belah dan adu domba. Bao Dai mantan boneka Jepang dilantik Prancis menjadi penguasa
Vietnam pada tahun 1949. Bao Dai menjadi penguasa asosiasi Vietnam Selatan yang otonom.
Pada tahun 1950 Amerika Serikat sebagai pimpinan Sekutu dan negara adidaya baru dunia
mulai terlibat dalam masalah Vietnam. Oleh karena merasa Prancis adalah sekutunya,
Amerika Serikat memutuskan untuk memberi bantuan. Bantuan Amerika Serikat tersebut
berupa paket ekonomi dan militer yang diberikan langsung kepada pemerintah baru Vietnam
bentukan Prancis. Tujuannya agar bantuan itu dapat dipakai untuk memerangi Viet Minh
yang komunis. Dengan demikian, apabila komunis di Vietnam dapat dihabisi, kekuatan
liberal kapitalislah yang akan berkuasa. Itu berarti pengaruh Amerika Serikat terhadap
kawasan Asia Tenggara makin meluas. Sementara itu, Viet Minh pada tahun 1949 mulai
bangkit kekuatannya. Hal itu disebabkan Viet Minh mendapat bantuan persenjataan dari
Cina. Dukungan juga didapatkan dari negara Uni Soviet sebagai sesama Negara komunis.
Viet Minh karena merasa telah kuat, kembali melancarkan serangan pada pertahanan Prancis.

17
Wilayah luar kota berhasil dikuasai tentara Viet Minh. Sementara itu, Prancis hanya mampu
bertahan di kota-kota. Keadaan seperti itu tentu saja sangat membahayakan Prancis pada
khususnya dan kepentingan Blok Barat, pada umumnya.

Merasa kepentingannya terancam, Blok Barat menuntut segera diadakan gencatan senjata dan
perundingan. Viet Minh sebenarnya menolak perintah tersebut karena selangkah lagi mereka
akan menyatukan Vietnam. Namun, akibat didesak Cina dan Uni Soviet yang merupakan
negara pendukungnya, Viet Minh memenuhi tuntutan itu. Pada bulan Februari 1954, Amerika
Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet mengadakan pertemuan di Berlin, Jerman.
Pertemuan itu membahas tentang penyelesaian masalah Perang Korea dan Perang Vietnam.
Sebagai realisasinya, akan diselenggarakan Konferensi Jenewa. Pada tanggal 20 Juli 1954
Konferensi Jenewa membuat keputusan, antara lain:
 mengakui kemerdekaan negara Kampuchea, Laos, dan Vietnam;
 menyetujui bahwa wilayah Vietnam terbagi atas Vietnam Utara dan Vietnam
Selatan;
 akan segera diadakan pemilu pada bulan Juli 1956 untuk menyatukan Vietnam,
di bawah pengawasan Komisi Pengawas Internasional.
Perjanjian Jenewa ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah Vietnam. Perjanjian Jenewa
justru mengesahkan Vietnam terbagi atas Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Wilayah
Vietnam Utara bernama Republik Demokrasi Vietnam dan wilayah Vietnam Selatan bernama
Republik Vietnam. Kedua negara itu mempunyai ideologi dan perilaku yang berbeda.
Vietnam Utara berideologikan sosialis komunis, sedangkan Vietnam Selatan berideologikan
liberal kapitalis. Sekali lagi tragedi kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia terjadi
akibat pembagian wilayah. Sanak saudara menjadi terpisah dan tercerai berai karena
pembentukan negara itu. Kekuatan dua negara adidaya berperan besar dalam memecah belah
Vietnam.
Keputusan Perjanjian Jenewa ditolak mentah-mentah oleh Ho Chi Minh yang ingin melihat
Vietnam bersatu. Akibatnya, keadaan di Vietnam menjadi memanas kembali. Pertentangan
ideologi dan campur tangan asing tidak terbendung kembali di Vietnam dan dampaknya
dirasakan oleh negara-negara tetangganya pula.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Vietnam adalah salah satu negara di Semenanjung Indocina yang berada di wilayah Asia
Tenggara. Vietnam mempunyai sejarah dan kaitan yang erat dengan perkembangan Perang
Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Akibat perebutan pengaruh dan
perluasan ideologi dari dua Negara adidaya itu menyebabkan terjadinya perang saudara di
wilayah Vietnam. Perang antara rezim Republik Vietnam Selatan yang didukung oleh
Amerika Serikat dan rezim Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara) yang bergabung
dengan Pemerintah Revolusioner Vietnam Selatan, termasuk pasukan Viet Cong yang
didukung Uni Soviet dan RRC disebut Perang Vietnam. Perang saudara itu berlangsung
cukup lama, yaitu sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 1975.

B. Saran
Pembaca dapat mengkritik serta mengajukan saran akan makalah ini, baik kelebihan maupun
kekurangannya agar menjadi perbaikan demi makalah kami ke depannya

19
DAFTAR PUSTAKA

http://sejarah-interaktif.blogspot.co.id/2011/11/perluasan-perang-dingin-ke-luar-eropa.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Vietnam

https://syahbuddinsyah.wordpress.com/2015/06/27/perkembangan-politik-di-asia-tenggara-
paska-perang-vietnam/

http://febasfi.blogspot.co.id/2012/11/dampak-perang-vietnam-terhadap-kawasan.html

http://www.gurusejarah.com/2015/01/hubungan-perang-vietnam-dengan.html

20

Anda mungkin juga menyukai