Anda di halaman 1dari 12

KONFLIK PALESTINA DAN ISRAEL

Di Susun Oleh:
Agnes Tasya
Cahyo Agung H.
Dinillah Fitria S.
Dwi Rahma
Evy Rahmawati
Ika Claudia
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan KaruniaNya sehingga makalah
dengan judul “Konsep Dasar Kewirausahaan” ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa
ucapakan terimakasih kami kepada pihak –pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini baik
materi maupun nonmateri.
            Makalah ini kami susun dengan maksimal dengan menggunakan berbagai referensi baik
berupa buku maupun media internet. Maka kami mengucapkan terimakasih kepada pengarang buku
yang kami kutip yang telah memberikan banyak sumbangan pemikiran, penerbit yang telah
menerbitkan buku tersebut, serta lembaga lain yang menyediakan sarana buku tersebut. Dan tak lupa
penulis media elektronik yang belum sempat untuk diterbitkan, yang juga memberikan banyak
sumbangan pemikiran.
            Terlepas dari hal tersebut, kami menyadari dalam penulisan makalah ini, terdapat banyak
kekurangan baik dalam penulisan, isi maupun bahasa. Maka kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan dari para pembaca. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan semoga dapat menjadi sumber rujukan yang menambah wawasan pemikiran.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….2


DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….3
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………………...5
A. PIHAK YANG TERLIBAT KONFLIK
B. KRONOLOGI KONFLIK
C. UPAYA DAMAI
BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………………...10
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….10
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah Palestina merupakan sengketa akibat pendudukan yang dilakukan oleh Israel di
wilayah Palestina. Masalah ini bermula dari munculnya gerakan Zionisme yang dipelopori
oleh Theodor Herzl pada 1895. Herzl merupakan ketua komunitas Yahudi yang berada di
Inggris.

Zionisme adalah suatu paham dan juga gerakan yang bersifat politis, rasial, dan ekstrim.
Tujuannya adalah menegakkan negara khusus bagi bangsa Yahudi. Akan tetapi, tidak semua
orang Yahudi tergabung ke dalam gerakan Zionis.

Pada saat itu pemerintah Inggris meminta dukungan kepada Herzl untuk mendukung Inggris
selama Perang Dunia I berlangsung. Herzl pun memiliki syarat. Ia meminta pemerintah
Inggris untuk mendukungnya membangun sebuah negara. Inggris pun setuju untuk
mendukungnya. Hingga kemudian pada tanggal 2 November 1917 tercipta sebuah
perjanjain yang bernama Belfour Declaration. Perjanjian yang tercipta itu ternyata ditentang
oleh bangsa Arab Palestina, karena mereka tidak dilibatkan dalam perumusan
perjanjian Belfour Declaration. Menanggapi hal itu, Inggris kemudian mempertemukan
secara langsung komunitas Yahudi tadi dengan bangsa Palestina . pertemuan itu akhirnya
menghasilkan White Paper pada 20 Oktober 1930.

Pada 29 November 1947, PBB memutuskan untuk membagi wilayah Palestina berdasarkan
Resolusi PBB No. 181 (II). Wilayah Palestina yang sebelumnya adalah wilayah mandat Inggris
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagi kelompok Arab Palestina dan Yahudi.

Perang demi perang terus terjadi antara Palestina dengan Israel. Gerakan Zionisme ini tidak
pernah berhenti. Mereka terus berusaha merebut tanah wilayah bangsa Palestina demi
tujuan utamanya, yaitu berdirinya sebuah negara bagi kaum Yahudi. Sampai hari ini, wilayah
Palestina yang amat luas itu terus berkurang akibat pendudukan yang dilakukan Israel
hingga saat ini.

B. RUMUSAN MASALAH

 Apa yang menjadi awal mula konflik Palestina dan Israel

 Siapa saja pihak yang terlibat

C. TUJUAN
 Mengetahui awal mula konflik Palestina dan Israel

 Pembaca tahu pihak yang berkonflik dan berperan dalam konflik

 Membujuk simpati pembaca agar mendukung perdamaian konflik Palestina dan Israel

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pihak Yang Terlibat Konflik

1. Zionisme

Secara sederhana, zionisme dimaknai sebagai gerakan


pulangnya “diaspora” kaum Yahudi yang tersebar di seluruh
dunia untuk kembali bersatu sebagai sebuah bangsa,
dengan Palestina sebagai tanah airnya, dan Yerusalem
sebagai ibukota negaranya. Zionisme sendiri berasal dari
kata Ibrani, “zion”, yang artinya karang. Kata itu merujuk
pada sebuah bukit karang bernama Zion, di sebelah barat
daya Yerusalem. Sedangkan diaspora dimaksud adalah kondisi tercerai berainya suatu
bangsa yang tersebar di seluruh penjuru dunia, dan bangsa tersebut tidak punya negara.
Kondisi inilah yang sempat dialami bangsa Yahudi, sebelum terbentuknya negara Israel
pada 1948.

Paham zionisme ini yang menjadi akar penyebab pertumpahan darah tak berkesudahan di
tanah Palestina. Gagasan tentang gerakan zionisme, yaitu suatu gerakan politik untuk
mendirikan negara Yahudi di Palestina, mulai memperlihatkan konsepnya yang jelas melalui
inisiatif Theodore Herzl (1860-1904), seorang jurnalis Austria berdarah Yahudi. Dialah yang
disebut sebagai Bapak Pendiri Zionisme modern.

Herzl dan teman-temannya menyusun sebuah propaganda, yang intinya menjadikan kaum
Yahudi sebagai ras terpisah dari Eropa. Namun, disadari bahwa propaganda ini mustahil
terwujud jika bangsa Yahudi masih tinggal bersama-sama bangsa Eropa. Karenanya, dirasa
urgen untuk membangun kembali tanah air bagi kaum Yahudi. Herzl awalnya memilih
Uganda, sebelum akhirnya pilihan jatuh ke Palestina. Alasannya, Palestina adalah “tanah
yang dijanjikan Tuhan” sehingga tepat dijadikan tanah air bagi Yahudi.

2. Hamas
Hamas adalah akronim bahasa Arab. Nama Hamas artinya Gerakan Perlawanan Islam. Kelompok itu
berdiri pada 1987 pada permulaan intifada Palestina pertama
melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Itulah sebabnya mengapa Hamas menyerang Israel. Dalam
piagam pendiriannya Hamas berkomitmen untuk
menghancurkan Israel. Komitmen itu diwujudkan melalui
divisi militernya—Brigade Izzedine al-Qassam. Akan tetapi,
tujuan Hamas bukan semata-semata itu.
Kelompok tersebut juga melaksanakan program kesejahteraan sosial bagi rakyat Palestina. Bahkan,
sejak 2005, ketika Israel menarik pasukan dan pemukimnya dari Gaza, Hamas terlibat dalam proses
politik Palestina. Hamas memenangi pemilihan umum legislatif pada 2006, kemudian menguatkan
kendalinya di Gaza serta mendepak rivalnya, Gerakan Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas.

3. Liga Arab

Organisasi regional Liga Arab, sesuai


namanya, menjadi rumah bagi negara-negara
dengan kultur Arab yang ada di Timur Tengah
dan Afrika Utara. Tepat pada tanggal 22
Maret 76 tahun yang lalu, organisasi besar ini
berdiri.

Liga Arab atau Arab League atau dalam


bahasa Arab disebut Jāmiʿa ad-Duwal al-
ʿArabiyya, resmi dibentuk pada 22 Maret 1945 oleh enam negara pendiri, yaitu Mesir,
Iraq, Transjordan (Yordania), Lebanon, Arab Saudi, dan Suriah. Yaman kemudian
bergabung sebagai anggota awal pada 5 Mei 1945.

4. Amerika Serikat

Sebagai negara superpower AS mampu menjadi


mediator dalam mengatasi konflik Israel-Palestina, serta
memiliki kekuatan untuk memaksa kedua belah pihak
yang berkonflik mau untuk berunding dan bernegosiasi.
Namun kenyataannya konflik Israel-Palestine jauh dari
kata selesai. Kedua belah pihak memperebutkan wilayah
yang sama, lalu juga terdapat isu lain yang sulit untuk
diselesaikan seperti isu Yerusalem, pengungsi dan
keamanan.

Sulitnya konflik untuk diselesaikan tidak serta merta membuat AS berhenti memediasi konflik
tersebut, sejak tahun 1987 AS merespon gerakan intifada dan memaksa kedua belah pihak untuk
melakukan negosiasi. Pada tahun 1991, dibawah Sekretaris James Baker berhasil mempertemukan
pejabat Israel dengan pejabat PLO (Palestine Liberation Front) dalam Middle-East Peace Conference
untuk mendiskusikan konflik yang terjadi. Lalu berbagai perundingan lainnya seperti Oslo
Agreement, Camp David, dan Annapolis Conference tidak terlepas dari peran AS sebagai mediator.

Namun di sisi lain terdapat anomali bahwa AS memiliki hubungan special dengan Israel dan hal inilah
yang merupakan penghambat dari keberhasilan proses mediasi yang dilakukan oleh AS untuk
mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina. Sejak kemenangan Israel pada perang enam hari tahun
1967, AS dibawah kepemimpinan Lyndon Johnson semakin memperkuat kerjasama keamanan
dengan Israel. Hal ini berlanjut dibawah kepemimpinan Reagan yang pada tahun 1980 memberikan
posisi kepada Israel sebagai negara aliansi di Timur Tengah. Sejak tahun 1970 hingga 2019, AS telah
memveto 83 resolusi Dewan Keamanan PBB terkait dengan konflik Israel-Palestina. Sehingga hal ini
membuat apa yang dilakukan AS dalam usaha menyelesaikan konflik Israel-Palestina semakin
bertolak belakang karena hubungan special yang terjalin antara AS dan Israel.
B. Kronologi Konflik

1. Awal Mula Konflik


Konflik Israel–Palestina bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana, seolah-olah seluruh
bangsa Israel memiliki satu pandangan yang sama dan sebaliknya Palestina. Terdapat
kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial komunitas lainnya, dan sebagian
menganjurkan solusi dua negara. Sebagian lagi menganjurkan dua bangsa dengan satu negara
sekuler yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina dimulai sejak akhir abad ke -19. Pada 2
November 1917 Inggris mencanangkan Deklarasi Balfour, yang dipandang pihak Yahudi dan
Arab sebagai janji untuk mendirikan ”tanah air” bagi kaum Yahudi di Palestina.

Konflik sengit mulai terjadi karena masalah wilayah teritori. Secara sepihak, Israel
mengumumkan diri sebagai negara yahudi. Sedangkan komunitas arab tidak bisa menerima.
Akibatnya Inggris hengkang dari Palestina, sedangkan negara Arab seperti Mesir, Suriah, Irak,
Lebannon, Yordania, dan Arab Saudi mulai menabuh genderang perang melawan Israel.
Pembantaian orang yahudi yang diklaim mencapai enam juta orang Yahudi di Eropa sepanjang
Perang Dunia II, membuat dorongan mendirikan negara Yahudi (Israel) menjadi semakin kuat.
Pada 1935, angka imigrasi Yahudi ke Palestina meningkat. Antara 1933-1936 lebih dari 164.000
imigran Yahudi tiba di Palestina. Pada 1936, populasi warga Yahudi mencapai 370.000 orang
membuat hubungan antara warga Arab dan Yahudi semakin panas. Pada 1936-1939 terjadilah
konflik terbesar dalam sejarah mandat Palestina, yakni Revolusi Arab. Faktor lain pemicu
penemuan kiriman senjata dalam jumlah besar di pelabuhan Jaffa yang ditujukan untuk
Haganah, pasukan paramiliter Yahudi. Fakta ini memunculkan ketakutan bahwa Yahudi akan
mengambil alih Palestina semakin meningkat.

2. Perang Arab – Israel


Yerusalem titik lokasi konfrontasi antara orang Yahudi dan Arab selama kurang lebih seabad dan
menjadi salah satu kota yang diperebutkan. Hingga 1948, penyebutan Palestina biasanya
mengacu pada wilayah geografis yang terletak di antara Laut Mediterania dan Sungai Yordan.
Orang Arab menyebut masyarakat di wilayah itu sebagai orang Palestina sejak awal abad ke-20.
Inggris sempat menguasai daerah tersebut setelah Kekaisaran Ottoman kalah dalam Perang
Dunia I.

Kemudian, tanah itu dihuni oleh minoritas Yahudi dan mayoritas Arab. Setelah lebih dari dua
dekade pemerintahan Inggris, Pada 1947, PBB mengusulkan membagi wilayah yang
diperebutkan menjadi tiga bagian; satu untuk orang Yahudi, satu untuk orang Arab, dan satu lagi
perwalian internasional di Yerusalem dengan status khusus.

rang-orang Arab tidak menerima kesepakatan itu dan mengatakan PBB tidak punya hak untuk
mengambil tanah mereka. Perang pun pecah. Pada 1949, Inggris menarik diri dari Palestina dan
Israel mendeklarasikan dirinya sebagai negara merdeka. Perang Arab-Israel membuat 700.000
warga Palestina meninggalkan rumah mereka. Ini menjadi eksodus massal yang dikenal sebagai
‘Nakba‘, bahasa Arab untuk ‘malapetaka’. Narasi Palestina mengatakan Zionis, yang mendukung
pembentukan kembali tanah air Yahudi di Israel, mulai memaksa orang-orang keluar dari rumah
mereka. Sedangkan versi Israel, ada pemimpin Arab yang mendorong orang-orang untuk pergi
dan beberapa orang Arab pergi secara sukarela.
3. Rangkaian Kesepakatan Yang Belum Bisa Mendamaikan
Setelah bertahun-tahun konflik yang diwarnai kekerasan, kedua belah pihak mencapai
kesepakatan pada 1993. Palestina mengakui negara Israel dan Israel akan mengakui Organisasi
Pembebasan Palestina (PLO) sebagai perwakilan sah rakyat Palestina. Kesepakatan dalam
Perjanjian Oslo ini membuat Otoritas Palestina memiliki beberapa kekuasaan pemerintahan
sendiri yang terbatas di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sebenarnya ini hanya kesepakatan
sementara, sebelum apa yang seharusnya menjadi perjanjian damai komprehensif dalam lima
tahun. Masalahnya, kesepakatan ini tidak terjadi. KTT perdamaian yang diselenggarakan AS pun
gagal.

Kunjungan Ariel Sharon yang saat itu akan menjadi Perdana Menteri Israel ke Kuil Mount di
Yerusalem Timur, oleh Palestina dianggap sebagai penegasan kedaulatan Israel atas Masjid Al-
Aqṣā (situs tersuci ketiga Islam). Ini juga menjadi salah satu alasan utama yang mengarah pada
pemberontakan dengan kekerasan warga Palestina. Dalam lima tahun setelahnya, konflik terus
memanas. Sekitar 3.000 korban dari warga Palestina dan 1.000 korban Israel. Banyak warga
sipil Israel tewas karena aksi bom bunuh diri warga Palestina. Israel pun mundur dari Gaza, dan
pada pertengahan 2000-an Hamas sebuah faksi fundamentalis muslim Sunni Palestina yang
dianggap sebagai organisasi teroris oleh banyak negara mengambil alih wilayah pesisir. Fatah,
organisasi Palestina yang lebih umum tetap mengendalikan Otoritas Palestina yang diakui
secara eksternal yang berbasis di Tepi Barat.

C. Upaya Damai

1. 1967 - Resolusi Dewan Keamanan PBB 242

Setelah Perang Enam Hari bergulir, DK PBB mengeluarkan resolusi 242 berisikan seruan
kepada Israel untuk menarik pasukannya dari wilayah Palestina yang diduduki. Dalam resolusi
itu, DK PBB juga meminta seluruh negara yang terlibat perang-Israel, Mesir, Suriah, Libanon,
Yordania, dan Palestina-untuk saling menghormati masing-masing kedaulatan teritorial. Resolusi
242 dinilai sebagai tonggak dasar dari banyak inisiatif untuk mendamaikan Israel-Palestina.

2. 1978 - Perjanjian Camp David

Lima tahun setelah Perang Timur Tengah 1973, Presiden Amerika Serikat saat itu, Jimmy
Carter, mengajak Perdana Menteri Israel Menachem Begin, dan Presiden Mesir Anwar Sadat
untuk merundingkan perdamaian. Begin dan Sadat menyetujui Kerangka Perdamaian di Timur
Tengah. Dalam perjanjian itu, Israel sepakat menarik pasukan secara bertahap dari Gurun Sinai,
Mesir, dan pembentukan pemerintahan transisi Palestina di Tepi Barat dan Gaza.

3. 1981 - Fahd Plan

Putra Mahkota Arab Saudi saat itu, Fahd bin Abdulaziz Al-Saud, mengajukan rencana
perdamaian dengan salah satunya menyerukan penarikan pasukan Israel sepenuhnya dari
wilayah pendudukan di Palestina. Dalam rencana damai itu, Fahd juga menyerukan
pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Selama ini, Yerusalem
memang menjadi salah satu akar konflik Israel-Palestina, di mana kedua negara saling
mengklaim bahwa kota suci tiga agama itu merupakan ibu kota mereka.

4. 1991 – Pertemuan Tingkat Tinggi Madrid

Empat tahun setelah intifada pertama (1981-1983), konferensi perdamaian internasional digelar di
Madrid, Spanyol. Konferensi itu dihadiri perwakilan dari Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina
(PLO). Meski begitu, konferensi tersebut diakhiri tanpa perjanjian yang disepakati. Meski begitu,
pertemuan itu berhasil mempertemukan pihak Israel dan Palestina secara langsung.

5. 1993-1995 - Deklarasi Prinsip atau Oslo Accords

Israel dan PLO menggelar perundingan rahasia di Norway yang menghasilkan perjanjian
perdamaian sementara. Perjanjian itu berisikan penetapan pemerintah independen interim
Palestina dan dewan terpilih di Tepi Barat dan Gaza selama masa transisi lima tahun. Perjanjian
itu juga berisikan rencana penarikan pasukan Israel dan negosiasi tentang permukiman tetap.

6. 2000 - KTT Camp David

Presiden AS, Bill Clinton, bertemu dengan pemimpin Palestina, Yasser Arafat dan PM Israel,
Ehud Barak, di Camp David. Pertemuan itu gagal mencapai kesepakatan akhir dan memicu
pemberontakan Palestina atau intifada kedua.

7. 2000-2003 - Bush Declaration atau Peta Jalan Perdamaian Arab

George W Bush, menjadi presiden AS pertama yang menyerukan pembentukan negara


Palestina. Dalam deklarasi damainya, Bush juga menyerukan negara Palestina hidup
berdampingan dengan negara Israel "dalam perdamaian dan keamanan". Sementara itu, Arab
Saudi juga turut menyajikan rencana perdamaian yang didukung Liga Arab. Proposal damai itu
berisikan penarikan penuh tentara Israel di wilayah pendudukan dan penerimaan Israel atas
negara Palestina sebagai imbalan atas normalisasi relasi antara Tel Aviv dengan negara-negara
Arab.

8. 2007 - KTT Annapolis

Presiden Bush menjadi tuan rumah KTT Timur Tengah di Annapolis, Maryland. Presiden
Palestina, Mahmoud Abbas, dan PM Israel, Ehud Olmert, setuju melanjutkan pembicaraan
damai. Olmert kemudian mengatakan mereka hampir mencapai kesepakatan tetapi penyelidikan
korupsi terhadapnya dan perang yang meletus di Gaza pada 2008 membatalkan upaya damai
tersebut.

9. 2009 - Pidato PM Israel Benjamin Netanyahu

Dalam pidatonya di Universitas Bar-Ilan Israel, PM Netanyahu mengatakan pemerintahannya


siap melanjutkan perjanjian damai dengan Palestina, termasuk mencakup pembentukan negara
Palestina. Namun, sebagai timbal balik, Netanyahu meminta pengakuan Palestina bahwa Israel
merupakan "negara orang Yahudi". Dalam pidatonya di Universitas Bar-Ilan Israel, PM
Netanyahu mengatakan pemerintahannya siap melanjutkan perjanjian damai dengan Palestina,
termasuk mencakup pembentukan negara Palestina. Namun, sebagai timbal balik, Netanyahu
meminta pengakuan Palestina bahwa Israel merupakan "negara orang Yahudi".

10. 2019 - Proposal Damai Trump


Presiden AS, Donald Trump, mengajukan proposal perdamaian Israel-Palestina baru
yang dianggapnya "kesepakatan abad ini".

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konflik Israel dan Palestina merupakan konflik antara dua bangsa yang saling memperebutkan tanah
di Yerussalem. Konflik ini dimulai dari berdirinya negara Israel, yang membuat penduduk palestina
marah dan berperang dengan Israel, perang ini pun menjalar ke Liga Arab. Terjadilah perang anatara
Israel dengan Liga Arab, dan yang muncul sebagai pemenang adalah Israel. Konflik ini sudahdari
lama selalu dilakukan diskusi untuk mencapai perdamaian dianatara kedua belah pihak, namun kedua
belah pihak belum bias mencapai kesepakatan hingga saat ini. Alhasil konflik tersebut menjadi
konflik yang sangat Panjang dan rumit.

B. Saran
Kami semua mengharapkan semoga konflik ini secepatnya berakhir dengan damai, agar tidak ada lagi
korban jiwa yang berjatuhan akibat konflik yang bertidak kesudahan ini. Dunia Internasional
diharapkan mampu memediasi kedua belah pihak agar dapat mencapai kesepakatan damai di kedua
kubu

DAFTAR PUSTAKA
 https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/60a604a41d824/israel-serang-palestina-
bagaimana-awal-mula-konfliknya
 https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210520114552-120-644669/menilik-
jejak-upaya-damaikan-israel-palestina/2
 https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/02/133808469/sejarah-konflik-palestina-
dan-israel

Anda mungkin juga menyukai