OLEH :
KELOMPOK 5
WAODE FANIA REZKINA ADINDA
SALWA PUTRI PRANINDITYA
ALGAZALI DIANDRA PUTRA
MUHAMMAD ALBIN SAPUTRA
ALIFTA SURYA PERKASA
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, yang atas
rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini merupakan hasil dari tugas mandiri bagi para siswa, untuk belajar
dan mempelajari lebih lanjut tentang topik Konflik Palestina dan Israel. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk menumbuhkan proses belajar mandiri kepada siswa, agar
kreativitas dan penguasaan materi dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam
belajar untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari guru mata pelajaran
dan juga teman-teman sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan
dalam belajar pada masa mendatang.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
~Isi Deklarasi Balfour
Deklarasi Balfour disebarkan melalui media massa pada 9 November 1917.
Kementerian Luar Negeri,
2 November 1917
“Kepada Yang Terhormat Lord Rothschild Dengan rasa senang saya menyampaikan
pada Anda, atas nama Pemerintah Kerajaan Inggris, deklarasi yang didasarkan pada
simpati untuk aspirasi Zionis Yahudi ini telah diajukan dan disetujui oleh Kabinet
Perang. Pemerintah Kerajaan Inggris memandang positif pendirian tanah air nasional
untuk orang-orang Yahudi di Palestina, dan akan menggunakan usaha terbaik mereka
untuk memudahkan tercapainya tujuan ini, sebab dipahami bahwa tidak ada yang dapat
menghakimi hak sipil dan agama dari komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina,
atau hak dan status politik yang dimiliki oleh Yahudi di negara lainnya. Saya sangat
berterima kasih jika Anda dapat menyampaikan deklarasi ini kepada Federasi Zionis
Britania Raya dan Irlandia. Salam Arthur James Balfour”.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Perspektif antara dua belah pihak dalam konflik antara Palestina dan Israel sangatlah
kompleks, dan keduanya memiliki narasi dan prioritas yang berbeda. Di bawah ini,
kami akan mencoba menyajikan ringkasan dari sudut pandang keduanya :
Sudut Pandang Pihak Israel:
➢ Keamanan: Israel berargumen bahwa tindakan-tindakan keamanan dan kontrol
wilayah yang mereka lakukan diperlukan untuk melindungi warga mereka dari
ancaman teroris dan serangan bersenjata yang berasal dari wilayah Palestina.
➢ Hak Sejarah: Israel merasa bahwa mereka memiliki hak sejarah atas tanah
tersebut, dan mereka merujuk pada klaim sejarah dan agama sebagai dasar
eksistensi negara mereka di wilayah tersebut.
➢ Isu Pengakuan: Israel menginginkan pengakuan sebagai negara Yahudi dari
Palestina dan negara-negara Arab lainnya, sebagai bagian dari
kesepakatan damai.
Sudut Pandang Pihak Palestina:
➢ Kemerdekaan: Palestina berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dan
mendirikan negara merdeka mereka sendiri. Mereka melihat pendudukan Israel
dan pembangunan pemukiman sebagai hambatan utama bagi kemerdekaan
mereka.
➢ Pengusiran: Banyak warga Palestina dan pemimpin mereka melihat pendirian
Israel sebagai hasil dari pengusiran massal warga Palestina pada tahun 1948,
yang dikenal sebagai Nakba (bencana).
➢ Isu Pengungsi: Palestina menekankan hak pengungsi Palestina dan keturunan
mereka untuk kembali ke wilayah yang mereka tinggalkan selama perang tahun
1948 dan konflik berikutnya.
➢ Hak asasi manusia: Palestina dan pendukungnya mengutuk pelanggaran hak
asasi manusia dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Israel terhadap
warga Palestina, terutama dalam konteks Gaza.
Konflik antara Palestina dan Israel merupakan kasus yang sangat kontroversial
yang telah memicu perdebatan dan opini pro dan kontra di tingkat internasional. Sudut
pandang yang berbeda telah menghasilkan pendekatan yang kontras dalam hal solusi
dan tanggapan terhadap konflik tersebut.
4
Penyebab kedua Pihak Saling Menyerang :
Pihak Israel:
Pendirian Negara Israel (1948): Pembentukan negara Israel pada tahun 1948
menyebabkan konflik dengan negara-negara Arab dan masyarakat Palestina. Beberapa
serangan terkoordinasi oleh pasukan Arab dan paramiliter Palestina terjadi seiring
dengan proklamasi negara Israel.
Pihak Palestina:
Intifada Pertama (1987-1993): Intifada Pertama adalah pemberontakan rakyat Palestina
yang dimulai sebagai protes terhadap pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Demonstrasi damai awalnya berkembang menjadi tindakan kekerasan dan serangan
terhadap Israel.
Terorisme Palestina: Teroris Palestina, seperti Hamas dan Jihad Islam Palestina, telah
melakukan serangan terhadap warga Israel dan target militer sejak
beberapa dekade lalu.
Hamas adalah sebuah kelompok Palestina yang didirikan pada awal 1980-an, awalnya
sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin atau Gerakan Muslim Brotherhood. Hamas
telah melakukan serangan terorisme, termasuk serangan bom bunuh diri dan serangan
roket terhadap wilayah Israel. Tujuan utama Hamas adalah membebaskan Palestina
dari pendudukan Israel dan mendirikan negara Palestina yang merdeka. Mereka secara
terbuka menolak keberadaan negara Israel dan telah mengadopsi platform politik yang
berdasarkan ideologi Islamis.
Namun demikian, pandangan terhadap Hamas beragam di kalangan masyarakat
internasional. Sejumlah negara dan lembaga menganggap Hamas sebagai organisasi
teroris, sementara pihak lain, terutama di kalangan masyarakat Palestina, melihat
Hamas sebagai gerakan perlawanan dan pembebasan. Hal ini menunjukkan
kompleksitas dalam memahami peran dan status Hamas dalam konteks politik dan
keamanan di wilayah Palestina.
5
dan kesetaraan bagi semua pihak terlibat. Prinsip kedaulatan negara juga menekankan
pentingnya pengakuan terhadap integritas wilayah suatu negara, menyoroti pentingnya
pengakuan terhadap kedaulatan dan hak rakyat Palestina. Selain itu, prinsip
musyawarah untuk mufakat menekankan pentingnya dialog dan negosiasi untuk
mencapai solusi damai yang berkelanjutan bagi kedua belah pihak yang terlibat.
Dengan menerapkan nilai-nilai ini, Indonesia menunjukkan komitmen terhadap
perdamaian global dan penyelesaian konflik yang adil dan berkelanjutan di tingkat
internasional.
Dampak Lokal:
➢ Korban Sipil dan Pengungsi
➢ Ketegangan Sosial dan Psikologis
➢ Pembatasan Ekonomi dan Kemanusiaan
6
Nilai Instrumental:
➢ Keamanan Nasional: Keamanan nasional merupakan nilai instrumental yang
menjadi faktor penting bagi kebijakan dan tindakan dari kedua belah pihak
dalam menangani konflik dan ancaman keamanan yang mereka hadapi.
➢ Pertahanan Wilayah dan Tanah Air: Pertahanan wilayah dan tanah air menjadi
nilai instrumental yang mendasari kebijakan dan tindakan yang dilakukan oleh
kedua belah pihak, termasuk melalui tindakan militer dan kebijakan perbatasan.
Nilai Praksis:
➢ Perlawanan dan Pembebasan: Nilai praksis perlawanan dan pembebasan
merupakan aspek penting dari aktivitas politik dan gerakan masyarakat di
antara orang Palestina, sementara Israel menerapkan strategi keamanan dan
perlindungan yang berfokus pada perlindungan wilayah dan warga negara
Israel.
➢ Diplomasi dan Negosiasi: Meskipun sering kali berada dalam ketegangan,
kedua belah pihak juga terlibat dalam nilai praksis diplomasi dan negosiasi
dalam upaya mencari solusi damai dan penyelesaian konflik.
Memahami nilai-nilai dasar, instrumental, dan praksis ini menjadi penting dalam
mengevaluasi dinamika konflik dan mengidentifikasi kemungkinan jalan keluar yang
bisa diterima oleh kedua belah pihak.
7
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik antara Palestina dan Israel terus menjadi sumber penderitaan yang tidak
pernah berakhir. Kedua belah pihak telah menderita kerugian besar, baik dari segi
manusia maupun ekonomi. Kedua belah pihak perlu berkomitmen untuk menemukan
jalan keluar yang akan memberikan keadilan dan keamanan jangka panjang bagi semua
pihak terlibat.
3.2 Saran
➢ Dialog yang konstruktif dan komitmen terhadap negosiasi damai harus menjadi
prioritas utama
➢ Upaya untuk menghentikan kekerasan harus didorong secara tegas.
➢ Pengembangan program rekonstruksi yang berkelanjutan di wilayah yang
terdampak konflik perlu diutamakan.