Anda di halaman 1dari 7

PERANG TELUK I

(Perang antara irak & IRAN)

1. Latar Belakang
Perang Iran-Irak juga dikenali sebagai Pertahanan Suci dan Perang Revolusi Iran di Iran, dan Qadisiyyah
Saddam ( , Qdisiyyat Saddm) di Irak, adalah perang di antara Irak dan Iran yang bermula pada bulan
September 1980 dan berakhir pada bulan Agustus 1988.
Walaupun Irak tidak mengeluarkan pernyataan perang, tentaranya gagal dalam misinya di Iran dan akhirnya
serangan mereka dapat dipukul mundur oleh Iran. Walaupun PBB meminta adanya genjatan senjata, pertempuran
tetap berlanjut sampai tanggal 20 Agustus 1988, pertukaran tawanan terakhir antara kedua Negara terjadi tahun
2003.Perang ini memiliki kemiripan dengan Perang Dunia I. taktik yang digunakan seperti pertahanan parit, pos-pos
pertahanan, serangan dengan Bayonet, kawat berduri, penggunaan senjata kimia seperti gas Mustard.
2.

Sebab-sebab Perang Irak Melawan Iran

Perang antara Irak melawan Iran tahun1980 sering disebut dengan perang Teluk, sebab dua negara tersebut berada
di kawasan Teluk Persia. Adapun sebab-sebab terjadinya perang Irak dan Iran adalah sebagai berikut:
a.

Persaingan antara Irak-Iran untuk menjadi pemimpin bangsa Arab

b.

Persaingan antara Irak dan Iran masalah Shatt Al Arab. Shatt Al Arab adalah jalur perairan strategis yang
kaya akan minyak (70 mil) dan memisahkan Irak dengan Iran menuju Teluk Persia.

c.

Berkobarnya revolusi Islam Iran di bawah pimpinan Ayatullah Khomaeni.


Akibat Revolusi ini adalah sebagai berikut:
1.

Timbul kekhawatiran negara-negara Barat yang mempunyai kepentingan di Timur Tengah jika
revolusi ini sampai melebar ke negara lain, mereka lantas mendekati Irak

2.

kaum Syi'ah di Irak yang berjumlah 40% bangkit sementara Irak tidak senang terhadap
kebangkitan kaum Syi'ah di Irak karena akan membahayakan stabilitas Irak

3.

Timbulnya kecemasan negara-negara Arab lainnya, jika revolusi Islam Iran melebar ke negara
tetangga.

d.

Pembatalan perjanjian Al Gier 1975 mengenai penguasaan Shatt Al Arab antara Irak dan Iran oleh Irak
secara sepihak tahun 1980.

e.

Terjadinya insiden 1 April 1980 di Universitas Mustansyiriah, Baghdad, Irak. Ketika itu berkumpul para
mahasiswa Asia untuk menghadiri konferensi Ekonomi Internasional yang diadakan persatuan mahasiswa
Irak. Konferensi ini akan dibuka PM Thoriq Aziz. Ketika Aziz memasuki ruang konferensi tiba-tiba sebuah
bom melayang menuju ke arah Aziz. Akibat lemparan bom itu banyak mahasiswa menjadi korban,
sementara Thoriq berhasil diselamatkan. Ternyata diketahui bahwa yang melempar bom adalah mahasiswa
Iran dari organisasi Daawat Al Islam yang berpusat di Qom.

Peristiwa ini semakin memperburuk hubungan Iran-Irak, sementara di pihak Iran semakin ambisi untuk menyerang
Irak. Tanggal 4 September 1980 Iran mulai menyerang Irak. Serangan ini kemudian dibalas Irak 22 September 1980.
Sejak inilah perang Irak-Iran terus berkecamuk sampai tahun 1988.
Sebab umum perang Iran Irak
1. Kedua negara tidak mau mengakui keunggulan masing masing
2. Masalah minoritas etnis
3. Perbedaaan orientasi politik luar negeri
4. Irak beruasaha untuk merebut kembali beberapa daerah Arab yang telah di klaim oleh Iran (Shatt al Arab dan
tiga pulau kecil di selat Hormus menurut perjanjian Algiers th 1975).

Sebab Khusus Perang Iran Irak


1. Adanya serangan granat pada tanggal 1 April 1980 terhadap wakil PM Irak Tariq Aziz yang diduga didalangi oleh
Iran
2. Adanya pengusisran ribuan keturunan Iran oleh sadam, serta melancarkan serangan yang sengit terhadap pribadi
Khomeini dan membatalkan perjanjian Algiers. Sedangkan Menlu Iran Shodeh Godzadeh berjanji untuk
menumbangkan rezim Baath yang berkuasa di Irak serta memutuskan hubungan diplomatik.
3. Kedua negara saling menempatkan pasukan masing masing di daerah perbatasan dalam jumlah yang cukup
besar (Subaryana, 1997 : 28 29).
Sengketa Atas Shatt al-Arab & Khuzestan
Shatt al-Arab adalah sungai sepanjang 200 km yang terbentuk dari pertemuan Sungai Efrat & Tigris di kota AlQurnah, Irak selatan, di mana bagian akhir dari sungai yang mengarah ke Teluk Persia tersebut terletak di perbatasan
Irak & Iran. Sungai tersebut utamanya penting bagi Irak karena merupakan satu-satunya jalan keluar negara tersebut
ke laut.
Karena letaknya yang berada di perbatasan & posisi strategisnya yang mengarah ke Teluk Persia, sungai tersebut
menjadi bahan sengketa Irak & Iran. Sebelum perang antara kedua meletus, sejak tahun 1975 sungai tersebut
menjadi milik kedua negara di mana batasnya adalah pada titik terendah sungai berdasarkan kesepakatan yang
dikenal sebagai Persetujuan Aljier (Algier Accord)
Wilayah lain yang menjadi sengketa kedua negara adalah provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut
selama ini menjadi wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di tanah Irak &
wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris. Lebih lanjut, stasiun TV milik Irak bahkan
memasukkan Khuzestan sebagai wilayah Irak & menyerukan warga Arab di sana untuk memberontak melawan Iran.
Shaft Al Arab adalah jalur perairan yang strategis kurang lebih 70 mil yang memisahkan Iraq dengan Iran menuju
teluk Persia. Berkobarnya revolusi Islam Iran di bawah pimpinan Ayatullah Khomaini. hal ini menyebabkan :
1. Timbulnya kekhawatiran negara-negara Barat yang mempunyai kepentingan di Timur Tengah jika revolusi islam
Iran sampai diekspor ke negara lain, mereka lantas lebih mendekati Irak.
2. KAum syi'ah di Irak yang berjumlah 40 % bangkit sementara Irak tidak senang terhadap kebangkitan kaum syi'ah

karena akan membahayakan stabilitas Irak.


3. Timbulnya kecemasan negara-negara Arab lainnya, jika revolusi Islam Iran diekspor ke negara tetangga.
4. Pembatalan perjanjian Al Gier tahun 1975 mengenai penguasaan bersama shaft Al Arab antara Irak dan Iran, oleh
Irak secara sepihak.
5. Terjadinya insiden 1April 1980 di Universitas Mustansyiriah-Bagdad, Iraq. Ketika itu berkumpul para mahasiswa
Asia untuk menghadiri konfrensi ekonomi Internasional yang diadakan oleh persatuan Mahasiswa Iraq. Konfrensi ini
dibuka oleh PM Thoriq Azis, ketika PM memasuki ruangan tiba-tiba meluncur bom ke arahnya, namum Thoriq Azis
dapat diselamatkan. Diduga peristiwa ini didalangi oleh gerakan organisasi Daawat Al Islam yang berpusat di qim,
Iran.
2. Jalannya Peperangan
Peperangan Irak melawan Iran berjalan seimbang, tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Serangan dua
pihak datang silih berganti. Apabila Iran menyerang Irak, di lain kesempatan Irak berganti menyerang Iran dan
seterusnya sampai berjalan kurang lebih 8 tahun.
Dalam peperangan ini Irak banyak memperoleh bantuan senjata dari negara-negara Barat seperti: Inggris, Perancis,
dan Amerika Serikat, yang punya kepentingan di Timur Tengah dan batuan dari negara Arab yang tidak senang
terhadap revolusi Islam Iran seperti Arab Saudi, Bahrain, Qatar, UEA, Oman, Mesir, Yordania, Kuwait, Palestina, dan
Maroko.
Perang Irak melawan Iran berakhir setelah Dewan keamanan PBB mengeluarkan sebuah Revolusi No. 598 yang
menyerukan kedua pihak untuk melakukan gencatan senjata. Tiba-tiba Iran yang selama perang berlangsung selalu
mengabaikan usulan damai, mengumumkan penghentian perang dengan Irak.
Gencatan Senjata & Pasca Perang

Perang Iran Irak berakhir setelah kedua negara bersedia menerima resolusi DK PBB no. 598 tentang
genjatan senjata, dan secara resmi mengakhiri perang yang sudah terjadi selama 8 tahun pada tanggal 20 Agustus
1988. Keduanya kemudian merealisasikan genjatan senjata dengan saling tukar menukar tawanan perang dan
kemudian
dilanjutkan
dengan
hubungan
diplomatik.
Dengan berakhirnya perang Iran Irak membawa kerugian besar bagi keduabelah pihak dari segi material,
sosila, ekonomi dan politik. Dari segi material bagi masing masing negara diperkirakan mencapai U$ 500 juta.
Sebagai akibatnya pembangunan ekonomi jadi terhambat, produksi minyak menurun sangat drastis dan hal ini jelas
mempengaruhi perekonomian dunia, khususya industri industri di dunia Barat dan Jepang. Di samping itu Mesir
yang sejak persetujuan damai dengan Israel dikucilkan oleh negara Arab terutama Saudi Arabia, mulai di dekati
kembali. Kerugian lebih besar harus di tanggung Irak karena selama perang Irak memang aktif mencari pnjaman
untuk
menambah
alusista
(Subaryana,
1997
:
30).
Selain itu kondisi dan kemampuan Irak setelah perang Teluk pun jauh di bawah keadaan sebelum Perang Teluk.
Ladang minyak dari kedua negara mengalami kerusakan, untuk Irak di daerah Kirkuk, Basra dan Fao, sedangkan
untuk
Iran
mengalami
kerusakan
di
pulau
Kharg
dan
Abadan.
Dalam perang Iran Irak jumlah korban tewas Irak mencapai 200.000 jiwa lebih, sedangkan korban tewas
Iran mencapai 1 Juta jiwa lebih. Iran lebih banyak memakan korban jiwa karena militer Iran banyak mengorbankan
tentaranya untuk berhadapan langsung dengan senjata musuh. Jumlah tersebut belum tersebut belum termasuk
korban luka parah dan penyakit syndrom Perang Teluk. Setelah perang selesai, terjadi tak terjadi perubahan yang
besar pasca perang. Wilayah wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti sebelum perang dan
batas kedua negara juga tidak berubah. Contohnya wilayah perairan Shatt al- Arab tetap dibagi menjadi milik kedua
negara. Pasca perang kedua negara juga melakukan perbaikan hubungan bilateral.

3. Akibat Perang Teluk I


Perang Teluk I yang berlangsung sejak 1980 sampai 1988 membawa akibat seperti berikut:

1.

Kedua negara sama-sama rusak perekonomiannya

2.

Irak mewarisi senjata-senjata dari Barat sehingga kuat angkatan perangnya

3.

Timmbulnya kekhawatiran akan kekuatan angkatan perang Irak karena mewarisi persenjataan dari Barat.

4.

Timbulnya perpecahan negara-negara Arab baik yang pro Iran maupun pro Irak

5.

Pengaruh Barat semakin kuat di Irak

FIANOLLA PUTRI RIZKYTIANA


KELAS XII IPA-4
SMA NEGERI 3 CIMAHI

PERANG TELUK II
(irak lawan Kuwait)

Pengalaman Irak dalam Perang Teluk I diuji lagi kemampuannya dalam Perang Teluk II antara Irak melawan Kuwait
yang didukung negara-negara yang tergabung dalam pasukan multinasional pimpinan Amerika Serikat. Bagi Irak
tidak terlalu sulit untuk menguasai Kuwait yang waktu itu hanya memiliki tentara kurang lebih 20.000 personel, itu
pun tidak semuanya terlatih dengan baik. Oleh karena itu, dalam waktu singkat Irak berhasil menduduki wilayah
Kuwait tanpa ada perlawanan berarti dari pihak Kuwait. Bahkan pimpinan tertinggi Kuwait Ahmad El Sabah
akhirnya lari minta perlindungan kepada Arab Saudi.
1. Sebab-sebab Perang Irak melawan Kuwait
Perang Irak melawan Kuwait atau sering di sebut Perang Teluk II disebabkan oleh faktor-faktor seperti berikut.
1.

Terjadinya pelanggaran kuota minyak oleh Kuwait, Arab, dan Uni Emirat Arab sehingga produksi
melimpah, akibatnya harga minyak anjlok. Irak yang waktu itu sangat mengandalkan pendapatan negara
dari sektor minyak sangat terpukul dengan peristiwa ini. Irak waktu itu sedang membangun negaranya yang
rusak akibat perang dengan Iran. Sumber dana diandalkan dari minyak.

2.

Ambisi Saddam Husein untuk tampil sebagai orang yang dihormati di negara-negara Arab.

3.

Kuwait dituduh Irak mencuri minyak Irak di Padang Rumeila yang terletak di perbatasan kedua negara
(dipersengketakan).

4.

Sebab khsusunya yaitu adanya serangan Irak terhadap Kuwait tanggal 2 Agustus 1990 yang berhasil
menduduki wilayah Kuwait.

2. Jalannya Perang
Diawali serangan Irak terhadap negara Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990. Serangan ini berhasil menduduki
Kuwait tanpa ada perlawanan yang berarti dari pihak Kuwait. Sementara pemimpin tertinggi Kuwait Ahmad El
Sabah yang merasa terancam keselamatannya lari minta perlindungan kepada Arab Saudi.

Invasi Irak ke Kuwait ini menimbulkan reaksi dunia internasional. DK PBB segera mengadakan sidang guna
membahas situasi di Kuwait. Hasil sidang yaitu keluarnya Resolusi DK PBB No.660 yang berisi kutukan terhadap
tindakan Irak menduduki Kuwait. Selanjutnya DK PBB juga memerintahkan kepada Irak agar meninggalkan Kuwait
tanpa syarat. PBB memberi batas sampai 29 November 1990 untuk keluar dari Kuwait.
Karena Irak tidak mau meninggalkan Kuwait sampai batas waktu yang ditentukan, maka tanggal 14 Januari 1991
Amerika Serikat dibantu kelompok sekutunya mengadakan serangan secara membabi buta ke wilayah Irak dengan
tidak kurang 20.000 ton bom dijatuhkan pesawat-pesawat Amerika, Inggris, dan Perancis. Tujuan Amerika memang
tidak sekedar Irak keluar dari Kuwait, tetapi ingin menghancurkan militer dan sarana pendukung lainnya agar
kekuatan Irak lumpuh.
Orang-orang Amerika yang menjadi arsitek penyerangan dan penghancuran terhadap negara Irak adalah Presiden
George Bush, Menhan Dic Cheney, dan Kepala Staf Gabungan Jenderal Collin Powell. Komandan operasi serangan
ditanggung oleh Kuwait dan Arab Saudi.
Setelah kekuatan Irak dihancurkan oleh tentara multinasional, Irak akhirnya menerima semua syarat yang diajukan
DK PBB dan berkahirlah Perang Teluk II.
3. Akibat Perang Teluk II
Perang Teluk II yang berlangsung lebih singkat daripada Perang Teluk I, ternyata membawa akibat yang tidak kalah
hebatnya dengan Perang Teluk I. Akibat-akibat itu sebagai berikut.
1.

Ladang-ladang minyak Kuwait rusak berat karena dibakar oleh Irak.

2.

Negara dan perekonomian Irak rusak berat karena gempuran tentara multinasional dan blokade ekonomi
serta embargo yang diterapkan PBB

3.

Peranan Amerika Serikat semakin kuat di Timur Tengah

4.

Kekuatan Israel semakin tidak ada tandingannya.

5.

Timbulnya semangat anti-Amerika

6.

Perpecahan negara-negara Arab

7.

Irak membayar ganti rugi

8.

Irak harus mengizinkan tim inspeksi nuklir PBB memeriksa nuklir Irak

9.

Irak kena embargo ekonomi.

Pertempuran Fallujah Pertama

Pertempuran Fallujah Kedua

Fianolla putri rizkytiana


Kelas xii ipa-4
Sma negeri 3 cimahi

Anda mungkin juga menyukai