Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Cordesman, Anthony H. (2006). Iraqi Security Forces: A Strategy for Success . Greenwood
Publishing Group. hlm. xviii. ISBN 978-0275989088. Hundreds of thousands of Arab Shi'ites were
driven out of [Iraq], and many formed an armed opposition with Iranian support. While most of the
remaining Arab Shi'ites remained loyal, their secular and religious leaders were kept under constant
surveillance and sometimes imprisoned and killed.
2. ^ http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/cshome.html
3. ^ http://www.globalsecurity.org/military/world/war/iran-iraq.htm
Kamu tahu nggak sih Squad, dulu pada tahun 1980, terjadi sebuah peperangan antara
Negara Irak dan Iran. Konflik Timur Tengah ini terjadi sekitar 8 tahun lamanya lho,
mulai dari tahun 1980 sampai 1988. Jika ada perang, pastinya ada sebab dong. Nah,
pada artikel ini kita akan bahas sekilas tentang latar belakang dan bagaimana
terjadinya konflik Timur Tengah yang melibatkan Irak dan Iran. Yuk simak baik-baik.
Adanya keinginan Irak dan Iran menguasai Sungai Shatt Al Arab. Sungai Shatt Al Arab
adalah jalur perariran strategis yang memisahkan Irak-Iran menuju Teluk Persia.
Sepanjang perairan ini dibangun pelabuhan-pelabuhan besar, wilayah ini merupakan
jalur ekspor minyak sehingga menjadi wilayah sengketa.
Adanya keinginan Irak dan Iran menjadi penguasa Kawasan Teluk, hal ini sudah
dilakukan sejak Inggris mengakhiri keterlibatan militernya di Kawasan Teluk tahun
1971.
Saddam Husein, Presiden Irak, merupakan seorang muslim aliran Sunni yang khawatir
akan adanya pemberontakan Syiah di Irak. Pemberontakan ini terinspirasi dari
terjadinya revolusi Iran di bawah pimpinan Ayatulloh Khomeini.
Melemahnya kekuatan Iran paska revolusi tahun 1979. Saddam Husein yakin bahwa
keadaan Irak sedang tidak stabil setelah revolusi karena eksekusi mati para perwira-
perwira perang yang pro terhadap Shah Reza Pahlevi. Hal ini dapat menguntungan
invasi yang akan dilakukan Irak.
Kalau kita lihat dari beberapa faktor di atas, terjadinya perang antara Irak dan Iran ini
disebabkan oleh adanya kepentingan dan keinginan yang sama dalam menguasai
wilayah. Perebutan wilayah tersebutlah yang kemudian memicu munculnya peperangan
antara keduanya.
Awal terjadinya ketegangan antara dua negara tersebut yaitu pada April 1980. Pada saat
itu, sedang berlangsung acara Konferensi Ekonomi Internasional yang diselenggarakan
oleh persatuan mahasiswa Asia di Irak. Tiba-tiba saja nih, sebuah bom meledak dan
tentunya menggagalkan acara tersebut.
Karena kejadian itu, Irak menganggap bahwa Iran sedang menantang untuk berperang.
Selang 5 bulan kemudian, tepatnya pada 4 September 1980, Iran tiba-tiba saja
melancarkan serangan ke beberapa wilayah Irak, seperti desa Khanaqin, Muzayriah,
Zurbatiyah, Qata Mandali dan Mustapha dan instalasi minyak Neft Khaneh. Akibat dari
serangan ini, puluhan rakyat Irak menjadi korban.
Kemudian Irak tidak tinggal diam. Tidak sampai sebulan, tepatnya pada 22 September
1980 Irak memulai serangan balasan. Irak mulai menghancurkan pusat-pusat
persenjataan berat dan juga pelabuhan udara Mehrabad, Teheran, Iran.
Irak berhasil menduduki Pulau Tumb Besar dan Tumb Kecil (wilayah sengketa kedua
negara) yang sudah dikuasai oleh Iran selama ratusan tahun. Serangan ini kemudian
dianggap sebagai kemenangan Irak. Akan tetapi Iran tidak tinggal diam, Iran kembali
melakukan serangan balasan ke wilayah Basra dan Wasit.
Perang ini terus berlanjut, aksi saling balas serang pun tidak bisa dihindari. Hingga
akhirnya pada bulan April 1983, Irak menghancurkan sumur minyak di Norwuz yang
membawa dampak besar bahkan ke negara-negara tetangganya. Dampaknya sangat
buruk. Sumber daya air disekitar wilayah Teluk tercemar oleh minyak. Hal ini membuat
harga air minum di wilayah ini sangat mahal. Bahkan, harga satu liter air pada saat itu
hamper lima kali dari harga standar minyak mentah OPEC.
Beberapa negara yang terkena dampaknya adalah Qatar, Kuwait dan Bahrain. Perang
ini terus berlanjut hingga tahun ke delapan.
C. Akhir Perang Irak dan Iran
Perang yang terjadi selama 8 tahun ini ternyata nggak membuahkan hasil lho Squad.
Dalam perang ini tidak ada yang menang maupun kalah. Hingga akhirnya perang ini
berakhir setelah Iran bersedia menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 598
Tahun 1988. Pada resolusi tersebut, Iran diminta untuk melaksanakan gencatan
senjata. Hal ini mengacu pada Perjanjian Algiers yang sudah disusun sejak tahun 1975,
dan sudah disepakati oleh keduanya.
Perjanjian Algier adalah perjanjian antara Irak dan Iran, yang dipelopori oleh Presiden
Aljazair, yaitu Houari Boumedienne. Perjanjian ini dilaksanakan di ibukota Aljazair, yaitu
Algiers atau bisa juga disebut Aljir.
Hapsari, R. (2018) Sejarah Untuk SMA/MA Kelas XII Peminatan Ilmu Pengetahuan
Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.
‘Perang Iran vs Irak: Kenapa Khomeini dan Saddam Baku Hantam?’. [Daring] Tirto.id
Tautan: https://tirto.id/perang-iran-vs-irak-kenapa-khomeini-dan-saddam-baku-hantam-
f4Vh (Diakses: 26 Oktober 2020).
Sumber foto: