Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH ASIA BARAT

DISUSUN OLEH:
MOH AINUN ROSIDI
NIM 1762041019
TEMA : KONFLIK IRAN - IRAQ

PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, April 2019

Moh Ainun Rosidi

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................... i


A. Latar Belakang ................................................................................................................................. i
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... i
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
A. Latar Belakang Perang Teluk 1..................................................................................................... 2
B. Dampak Perang Teluk I ................................................................................................................. 3
1. Dampak Sosial-Ekonomi .............................................................................................................. 3
2. Dampak Politik ............................................................................................................................. 4
3. Dampak Terhadap Dunia Internasional ........................................................................................ 5
C. Akhir Perang Teluk I...................................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................... 7
Kesimpulan .............................................................................................................................................. 7
Daftar Pustaka ........................................................................................................................................ 8

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Irak merupakan sebuah kawasan yang subur yang terletak didaerah lembah sungai Eufrat dan

Tigris. Irak berpotensi menjadi sebuah Negara terkaya di dunia, karena cadangan minyak bumi

nomer dua terbesar di dunia dan gas alamnya yang melimpah. Sebelum menginvasi Iran pada

tahun 1980, tidak kurang dari 95% nilai export Irak bersandar pada minyak. Eksistensi Saddam

sebagai orang kuat ataupun berpengaruh di dalam penyerangan yang dilakukan Saddam ke

wilayah negara tetangganya yaitu Iran tahun 1980 yang berakhir pada tanggal 20 Agustus 1988,

perang tersebut lebih dikenal dengan Perang Teluk I. Tidak berapa lama kemudian “Hanya

berselang dua tahun dari berakhirnya perang Irak-Iran itu, Saddam memerintahkan pasukannya

menyerang Kuwait pada 2 Agustus 1990, dan menetapkan Kuwait sebagai propinsi Irak yang ke-

19” (Rahman, 2003: 27). Perang tersebut dikenal sebagai Perang Teluk II. Serangkaian gerakan

militer yang dilancarkan Saddam, selain untuk mewujudkan ambisinya menjadi pemimpin Arab,

juga menunjukkan bahwa dia adalah orang yang kuat serta layak diperhitungkan di kalangan

negaranegara Arab maupun internasional. maupun luar negeri mengundang perhatian dunia

internasional. Terbukti dengan

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Latar Belakang Terjadinya Perang Teluk I?

2. Apa Dampak Dari Terjadinya Perang Teluk 1?

3. Bagaimana Akhir Dari Perang Teluk1?

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Perang Teluk 1

Pertikaian antara Irak dan Iran berlangsung Sejak lama Kedua Negara bertetangga tersebut saling
bermusuhan karena berbagai hal. Pertama, antara bangsa Arab dan bangsa Parsi selalu ada
persaingan dan ketegangan. Bangsa Arab maupun bangsa Parsi tidak dapat menerima
keunggulan atau dominasi yang lain. Kedua, masalah minoritas etnis. Pada zaman Syah Iran
mendukung perjuangan otonomi suku Kurdi di Irak, sedangkan Irak mendukung minoritas Arab
di Iran yang memperjuangan kebebasan yang lebih besar atau bahkan pemisahan. Ketiga,
perbedaan orientasi politik luar negeri. Sampai beberapa waktu lalu Irak adalah pro-Uni Soviet,
sedangkan Iran pro-Barat. Akhirnya juga harus disebutkan masalah sengketa wilayah, yaitu Irak
mengklaim kembali beberapa daerah Arab yang direbut dan dikuasai oleh Iran. nvasi Irak
terhadap Kuwait tidak terlepas dari peran besar Presiden, sekaligus Ketua Dewan Komando
Revolusi, dan Sekretaris Jenderal Partai Baath, Saddam Hussein. Meski melanggar prinsip-
prinsip perdamaian dunia hasil kesepakatan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, Saddam tetap
tak urung niat untuk melancarkan serangan militer ke jantung Kuwait. Invasi Irak tersebut,
menurut Yussuf Solichien M dalam buku Saddam Hussein dan Kisah di Balik Perang Teluk
1990-1991, pada dasarnya terdapat empat masalah utama meliputi, masalah ekonomi dalam
negeri Irak pasca-Perang Iran-Irak 1980-1988, masa lalu Irak, ambisi Saddam Hussein, dan
kepentingan nasional Irak. Persoalan pokok dalam perang Irak-Iran atau Krisis Teluk I adalah
seperti diterangkan oleh Menteri Pertahanan Irak, Adnan Khairallah bahwa Irak memulai
peperangan mencapai tiga tuntutan pokok yang tidak dapat dicapainya dengan cara lain. Pertama,
Irak menuntut kedaulatan atas seluruh Shatt al-Arab. Menurut perjanjianAlgiers tahun 1975
perbatasan ditetapkan di tengah perairan dan navigasi akan diatur bersama. Kedua, ketiga pulau
kecil di Selat Hormuz yang diduduki Iran sejak 1971 harus dikembalikan kepada kedaulatan
Arab. Ketiga, Iran harus melindungi hak-hak minoritas Arab di propinsi Khuzestan oleh pihak
Arab disebut Arabistan, mayoritas penduduknya adalah Arab. Krisis teluk dimaksudkan Irak
untuk menjatuhkan rezim Khomeini (Kirdi Dipoyudo, 1981:220-221).

2
B. Dampak Perang Teluk I

Sebagaimana setiap perang yang terjadi di seluruh dunia, Perang Teluk I memberikan dampak
yang begitu luas kepada kedua belah pihak. Selain berdampak kepada Iran dan Irak, Perang
Teluk I juga memberi dampak kepada dunia internasional. Berikut adalah dampak-dampak yang
diakibatkan oleh Perang Teluk I baik yang dialami oleh Iran dan Irak maupun dunia
internasional.

1. Dampak Sosial-Ekonomi

Perang Teluk I menelan korban jiwa yang sangat besar dari kedua belah pihak. Jumlah korban
tewas selama perang diperkiran mencapai 750.000 hingga 1.000.000 jiwa (Alfianto, 2015:77).
Jumlah korban tersebut mayoritas berasal dari laki-laki dewasa berusia 18-30 tahun. Besarnya
jumlah korban ini mengakibatkan banyak istri yang kehilangan suaminya serta anak-anak yang
menjadi yatim. Kondisi ini jelas menjadi suatu guncangan hebat yang dirasakan oleh sebagian
penduduk dari kedua negara. Perang Teluk I telah menimbulkan problem sosial baru di Iran
maupun Irak.

Perang Teluk I juga menghancurkan perekonomian Iran dan Irak. Iran dan Irak melakukan cara
yang sama untuk memperkuat militer mereka dengan cara memobilisasi rakyat sipil untuk ikut
berperang. Mobilisasi rakyat sipil inilah yang membuat banyak pabrik kehilangan tenaga
kerjanya. Selain itu, kehancuran yang ditimbulkan oleh perang juga mencakup berbagai
infrastruktur penunjang perekonomian. Akibatnya, perekonomian di kedua negara mengalami
stagnasi dan bahkan kemunduran.

Secara finansial, Iran dan Irak juga mengalami kerugian yang sangat besar. Iran misalnya,
mengalami penurunan cadangan devisa dari $14.600.000.000 pada tahun 1979 menjadi hanya
$1.000.000.000 pada tahun 1981 (Karsh, 2002:74-75). Selain itu, Iran juga kehilangan potensi
pendapatan lebih dari $50.000.000.000 dari bidang pertanian dan minyak (Alfianto, 2015:80).
Irak juga mengalami kerugian yang amat besar akibat Perang Teluk I. Irak bahkan menghabiskan
biaya lebih dari $100.000.000.000 untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak akibat perang.
(Alfianto, 2015:77). Inflasi juga dialami oleh kedua negara sehingga banyak rakyat yang
mengalami kesulitan dalam memebuhi kebutuhan sehari-hari.

3
2. Dampak Politik

Dampak Perang Teluk I di Iran dan Irak juga terjadi di bidang politik. Secara umum, perang
mampu meningkatkan rasa patriotik rakyat Iran dan Irak. Hal tersebut setidaknya dibuktikan
dengan keberadaan rakyat sipil yang dimobilisasi untuk ikut perang dari kedua belah pihak.
Perang juga memberikan dampak pada konstelasi elit politik dalam negeri dari kedua negara.
Selama Perang Teluk, baik Iran maupun Irak mengalami gejolak politik di dalam negeri.

Pada awal Perang Teluk, pemimpin spiritual Iran Imam Khomeni dan presiden Ali Khameni
mampu memanfaatkan isu tersebut untuk menyatukan berbagai golongan politik di Iran. Upaya
ini mengalami keberhasilan ketika golongan sejumlah golongan politik baik sayap kanan
maupun sayap kiri mampu dimobilisasi untuk mendukung perang. Meskipun demikian, terdapat
golongan lain yang menjadi oposisi utama pemerintah dari kelompok Mujahidin. Khomeni
menganggap jika kelompok Mujahidin merupakan antek Amerika Serikat yang berusaha
menyerang Iran dari dalam. Sebagai balasan, kelompok Mujahidin membentuk National Council
Resistance (NCR) untuk menggulingkan Khomeni (Alfianto, 2015:84) Pada akhirnya usaha
NCR mengalami kegagalan karena popularitas Khomeni yang begitu luas di kalangan rakyat
Iran.

Sementara itu gejolak politik juga terjadi di Irak. Partai Ba’ath yang merupakan partai
pemerintah menjadikan perang sebagai alasan untuk melakukan konsolidasi nasional. Perang
dijadikan sebagai alasan untuk menciptakan stabilitas politik nasional yang sesungguhnya hanya
dimanfaatkan untuk kepentingan partai Ba’ath(Alfianto, 2015:89). Strategi partai Ba’ath ini
mendapat perlawanan keras terutama dari suku Kurdi serta Partai Komunis Irak. Meskipun
demikian, perlawanan suku Kurdi serta Partai Komunis Irak tidak mampu menggoyahkan
kekuasaan Partai Ba’ath yang tetap mendapatkan dukungan mayoritas dari rakyat Irak.

4
3. Dampak Terhadap Dunia Internasional

Perang Teluk I juga menimbulkan dampak bagi dunia Internasional. Sejumlah negara di Timur
Tengah menyatakan dukungan baik kepada Irak maupun kepada Iran. Negara-negara Arab pada
umumnya memilih untuk mendukung Irak. Alasan utama dukungan mereka terhadap Irak adalah
kekhawatiran mereka akan menyebarnya semangat Revolusi Islam Iran apabila Iran mampu
mengalahkan Irak. Satu-satunya negara Arab yang mendukung Iran adalah Suriah. Alasan utama
Suriah mendukung Iran karena kepentingan bilateral kedua negara begitu dekat terutama dalam
bidang ekonomi (Jubin, 2006:33). Selain itu, Perang Teluk I juga mengakibatkan hubungan antar
negara muslim dalam OKI sedikit menghangat.

Perang Teluk I juga memiliki hubungan secara tidak langsung dengan Perang Dingin antara Blok
Barat dan Blok Timur. Pada saat itu Perang Dingin telah mendekati akhir. Keterkaitan tersebut
terutama sekali berhubungan dengan suplai senjata bagi kedua belah pihak. Irak misalnya, pada
paruh pertama perang (1981-1985) menghabiskan sekitar $24.000.000.000 untuk biaya impor
senjata. Mayoritas impor senjata yang digunakan berasal dari negara-negara blok Barat seperti
AS dan Prancis. Uni Soviet tidak ingin kalah dengan negara-negara blok Barat. Uni Soviet
menyediakan pinjaman sebesar $3.000.000.000 kepada Irak dengan syarat Irak membatalkan
pembelian pesawat Mirage dari Prancis (Alfianto, 2015:97)

Hingga akhir Perang Teluk I, hutang Irak kepada Uni Soviet mencapai $8.000.0000.000. Selain
itu, Perang Teluk I juga mengganggu distribusi minyak dunia mengingat 40% minyak dunia
berada di kawasan Timur Tengah. Meskipun demikian, dampak tersebut tidak separah bila
dibandingkan dengan krisis minyak dunia awal tahun 1970-an.

C. Akhir Perang Teluk I

Upaya mengakhiri perang antara Irak dan Iran ini sejatinya telah berlangsung sejak awal
pertempuran. Dewan Keamanan PBB merupakan pihak yang paling gencar mengupayakan
perdamaian untuk kedua belah pihak. Pada tanggal 28 September 1980, dikeluarkanlah Resolusi
Dewan Keamanan PBB nomor 479. Resolusi tersebut menghendaki kedua belah oihak untuk
menghentikan perang dan menyelesaikan permasalahan di meja perundingan (King, 1987:10).

5
Meskipun demikian, Iran menolak resolusi tersebut karena Irak enggan menarik pasukannya dari
wilayah Iran. Beberapa resolusi kemudian dikeluarkan antara tahun 1982-1983, namun seluruh
resolusi tersebut ditolak oleh Iran dengan alasan yang sama.

Dewan Keamanan PBB tidak berhenti dalam upaya mengakhiri Perang Teluk I. Perang Teluk I
bagaimanapun memberikan kerugian yang besar terutama kepada penduduk sipil. Sejumlah
serangan militer yang ditujukan ke berbagai kota membuat banyak rakyat sipil mengalami luka-
luka maupun tewas terbunuh. Selain itu isu digunakannya senjata kimia oleh Irak membuat
Dewan Keamanan PBB mengupayakan penyelesaian perang (King, 1987:20). Dewan Keamanan
PBB terus berupaya membujuk kedua belah pihak untuk menghentikan pertempuran. Pada
tanggal 24 Februari 1986, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi nomor 582 yang berisi
tentang perintah gencatan senjata serta penarikan pasukan dari kedua belah pihak. Iran sekali lagi
menolak resolusi tersebut dengan alasan bahwa Irak telah melakukan agresi terhadap wilayah
mereka sehingga upaya perdamaian sekali lagi gagal menemui titik temu.

Penolakan Iran untuk menerima resolusi PBB akhirnya membuat Amerika Serikat turun tangan
untuk menyelesaikan konflik. AS melakukan cara yang bisa dibilang licik untuk memaksa Iran
menerima resolusi Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 3 Juli 1988, kapal AS, USS Vincennes
menembak jatuh pesawat sipil Iran yang sedang dalam perjalanan menuju Dubai, Uni Emirat
Arab. Peristiwa tersebut menewaskan 290 orang (Farrokh , 2011:411). Presiden Ali Khameni
akhirnya dengan terpaksa menerima resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 589 yang berisi
tentang perintah gencatan senjata. Saddam Husein kemudian juga menerima resolusi tersebut.
Kedua belah pihak akhirnya menyetujui untuk menghentikan pertempuran dan mulai membuka
negosiasi damai untuk mengakhiri perang secara keseluruhan

Dewan Keamanan PBB akhirnya mengeluarkan resolusi nomor 619 untuk mempercepat proses
perdamaian kedua belah pihak. Resolusi tersebut berisi tentang pembentukan United Nations
Iran-Iraq Military Observer Group (UNIIMOG). Pembentukan UNIIMOG ini bertujuan untuk
mengawasi pelaksanaan gencatan senjata yang dilakukan kedua belah pihak.(Alfianto, 2015:76).
PBB kemudian menyatakan bahwa kedua belah pihak akan segera bertemu untuk mengakhiri
perang. Secara prinsipil kedua belah pihak telah melakukan kesepakatan damai pada bulan
Agustus 1988. Kesepakatan damai tersebut dapat tercapai setelah kedua belah pihak setuju untuk
melakukan pertukaran tawanan perang

6
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Salah satu konflik yang terkenal di Asia Barat adalah konflik antara Irak dan Iran. Konflik antara
Irak dan Iran sebenarnya bukanlah soal baru. Sejak lama Kedua Negara bertetangga tersebut
saling bermusuhan karena berbagai hal. Pertama, antara bangsa Arab dan bangsa Parsi selalu ada
persaingan dan ketegangan. Bangsa Arab maupun bangsa Parsi tidak dapat menerima
keunggulan atau dominasi yang lain. Kedua, masalah minoritas etnis. Pada zaman Syah Iran
mendukung perjuangan otonomi suku Kurdi di Irak, sedangkan Irak mendukung minoritas Arab
di Iran yang memperjuangan kebebasan yang lebih besar atau bahkan pemisahan. Ketiga,
perbedaan orientasi politik luar negeri. Sampai beberapa waktu lalu Irak adalah pro-Uni Soviet,
sedangkan Iran pro-Barat. Akhirnya juga harus disebutkan masalah sengketa wilayah, yaitu Irak
mengklaim kembali beberapa daerah Arab yang direbut dan dikuasai oleh Iran. Puncak konflik
antara kedua Negara ini terjadi pada Perang Teluk I. Secara umum penyebab Perang Teluk I
disebabkan oleh konflik kepentingan antara pemimpin Irak Saddam Husein dengan pemimpin
spiritual Iran, Imam Khomeini. Keduanya sama-sama memiliki ambisi untuk menjadi negara
paling besar dan palin kuat di Asia Barat. Konflik ini akhirnya berpuncak pada penyerangan Irak
ke Iran pada tahun 1980. Perang Teluk I memiliki dampak kepada Iran dan Irak serta dunia
internasional. Bagi Irak dan Iran kerugian perang ini sangatlah besar. Jumlah korban dari kedua
belah pihak diperkirakan mencapai 750.000 hingga 1.000.000 jiwa. Selain itu kerugian finansial
juga dialami kedua belah pihak. Sebagai contoh, Iran mengalami potensi kerugian mencapai
sekitar $50.000.000.000, sementara hutang Irak pasca peran ditaksir mencapai
$100.000.000.000. Selain dampak sosial ekonomi, dampak perang teluk I juga mencakup bidang
politik. Secara umum, perang teluk mampu meningkatkan semangat patriotik rakyat kedua
negara. Selain itu, Perang Teluk I juga menjadi legitimasi pemerintah Iran dan Irak juga
digunakan sebagai konsolidasi politik bagi rezim penguasa di Iran maupun Irak guna menekan
kelompok oposisi. Perang Teluk I juga memiliki dampak bagi dunia Internasional. Negara-
negara Arab mengalami perpecahan karena perbedaan dukungan terhadap kedua kubu. Perang
Teluk secara tidak langsung menjadi bagian dari konflik kepentingan global ketika Blok Barat
dan Blok Timur berusaha terlibat dalam konflik terutama berkaitan dengan impor senjata.

7
Daftar Pustaka

Yusliana Noor. 2014. Sejarah Timur Tengah (Asia Barat Daya). Yogyakarta: Ombak.

Alfianto. 2015 Perang Teluk I: Konflik Iran Irak. Yogyakarta: Skripsi Tidak Diterbitkan

Isawati. 2012. Sejarah Timur Tengah (Sejarah Asia Barat) Jilid 1 Dari Peradaban Kuno Sampai
Krisis Teluk I. Yogyakarta :Penerbit Ombak

Sumber Imternet :

Fahri Abdillah. “Konflik Timur Tengah: Perang Irak dan Iran.” blog.ruangguru.com. di akses
pada 6 April 2019.

Rahmat Ali. “Latar Belakang Sejarah Perang Teluk”. www.quipper.com. di akses pada 6 April
2019

Anda mungkin juga menyukai