Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEJARAH ASIA BARAT

KRISIS TELUK I
Dosen Pengampu

Drs. Teuku Khusnafizal M. Pd

DISUSUN OLEH

MUHAMMMAD KHANAFI (210610102047)

ALDI MULTHADA (21061010100050)

RAHMAT AL FARAZI (21061010200)

HASNAH (1906101020001)

SURIANTI (1906101020002)

HIKMAH MUNTHE ( )

NUR FATMI (1906101020024 )

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“KRISIS TELUK I” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, begitu
pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT. karuniai kepada
kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui sumber yakni Buku,media
internet dan sumber-sumber lainnya.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami, Kepada Bapak Teuku Khusnafizal
M.Pd. dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam
berbagai hal.

Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia melainkan Allah
SWT. Tuhan Yang Maha, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.Demikian makalah ini
kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan atau pun adanya
ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini kami mohon maaf.
Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa
membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Banda Aceh, 20 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Krisis Teluk......................................................................1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Proses berlangsungnya Krisis Teluk I...........................................................4
C. Upaya penyelesaian Krisis teluk 1................................................................6
BAB III....................................................................................................................7
KESIMPULAN........................................................................................................7
SARAN....................................................................................................................7
DAFTAR ISI.............................................................................................................i

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Krisis Teluk


Pertikaian antara Irak dan Iran bukanlah soal baru. Sejak lama kedua
negara bertetangga tersebut saling bermusuhan karena berbagai hal. Pertama,
antara bangsa Arab dan bangsa Parsi selaiu ada persaingan dan ketegangan.
Bangsa Arab maupun bangsa Parsi tidak dapat menerima keunggulan atau
dominasi yang lain. Kedua, masalah minoritas etnis. Pada zaman Syah Iran
mendukung perjuangan otonomi suku Kurdi di Irak, sedangkan Irak mendukung
minoritas Arab di Iran yang memperjuangkan kebebasan yang lebih besar atau
bahkan pemisahan. Ketiga, perbedaan orientasi politik luar negeri. Sampai
beberapa waktu yang lalu Irak adalah pro-Uni Soviet, sedangkan Iran pro-Barat.
Akhirnya juga harus disebutkan masalah sengketa wilayah, yaitu Irak mengklaim
kembali beberapa daerah Arab yang direbut dan dikuasai oleh Iran.
Ketegangan Irak-iran sempat mereda berkat Perjanjian Akiers pada 1975.
Berdasarkan perjanjian Algiers bahwa Iran akan Menghentikan dukungannya
pada pemberontakan suku Kurdi dan perbatasan Shatt at-Arab digeser dari tepi
Timur ke tengah perairan, Irak sebenarnya kurang senang dengan penetapan
perbatasan tersebut, tetapi tidak dapat menolaknya karena pada waktu itu Iran
merupakan kekuatan dominan di kawasan dan Irak menghadapi pemberontakan
suku Kurdi yang didukung oleh Teheran.
Dalam perkembangannya, sengketa antara Irak dan Iran muncul kembali
setelah Khomeini berkuasa. Untuk sebagian besar hal itu adalah akibat dari sikap
rezirn baru di Iran yang sejak permulaan berambisi Gan juga berusaha
mengekspor revolusi Islamnya ke negara-negara lain dan Irak menjadi sasaran
yang pertama karena di Irak minoritas Sunni menguasai dan menindas mayoritas
Syiah dan minoritas Kurdi yang secara etnik dan linguistik dekat dengan bangsa
Parsi. Selain itu Ayatullah Khomeini tidak lupa bahwa rezim di Baghdad pada
1978 pernah mengusirnya dari Irak karena Khomeini berkampanye melawan
pemerintah Shah. Sehubungan dengan itu, pemimpin-pemimpin iran menghasut
umat Syiah dan suku Kurdi di Irak untuk memberontak dan merebut kekuasaan
serta membentuk suatu republik Islam menurut pola Republik Islam " Iran.
Sebagai tanggapan, Baghdad menghasut va minoritas Kurdi di Iran, mendukung
minoritas Arab di Provinsi Khuzestan memperjuangkan : otonomi dan membantu
sejumlah Jenderal Irak dan pengikut-pengikut Bakhtiar di pengasingan menyusun
kekuatan untuk menumbangkan kekuasaan Khomeini.
Persoalan pokok dalam perang Irak-iran atau Krisis Teluk adalah maksud
Irak dan Iran dalam peperangan ini. Seperti diterangkan oleh Menteri Pertahanan

1
Irak, Adnan Khairallah, bahwa Irak memulai peperangan untuk mecapai tiga
tuntutan pokok yang tidak dapat dicapainya dengan cara lain. Pertama, Irak
menuntut kedaulatan atas seluruh Shatt al-Arab. Menurut Perjanjian Algiers tahun
1975 perbatasan ditetapkan di tengah perairan dan navigasi akan diatur bersama.
Kedua, ketiga pulau kecil Selat Hormuz yang diduduki Iran sejak 1971 harus
dikembalikan kepada kedaulatan Arab. Ketiga, Iran harus melindungi hak-hak
minoritas Arab di Provinsi Khuzestan yang oleh pihak Arab disebut abistan
karena mayoritas penduduknya adalah Arab. Krisis Teluk Ijuga dimaksudkan Irak
untuk menjatuhkan rezim Khomeini.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang menjadi latar belakang terjadi krisis teluk I ?
2. Bagaimana proses berlangsungnya krisis teluk I?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menggatasi krisis teluk I ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang terjadi krisis teluk I ?
2. Untuk mengetahui proses berlangsungnya krisis teluk I?
3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk menggatasi krisis
teluk I ?

1.4 Manfaat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang latar belakang
terjadinya krisis teluk I, proses berlangsungnya krisis teluk I, dan upaya-upaya
yang dilakukan untuk menggatasi krisis teluk I.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Jejak Perang Teluk berawal pada akhir 1960-an, yaitu ketika Inggris
berniat untuk menarik diri dari Teluk Persia. Saat itu, Inggris masih menjajah
negara-negara di sekitar Teluk Persia. Hal ini memicu terjadinya rekonfigurasi
geopolitik di wilayah tersebut.Sejak awal, Irak dan Iran sudah memiliki
perselisihan terhadap permasalahan teritorial, dan ketegangan di antara dua negara
ini kembali muncul sepanjang tahun 1970-an. Ketegangan di antara dua negara
ini, dipicu oleh sengketa wilayah Shatt Al-Arab dan Khuzestan. Shatt Al-Arab
sendiri adalah sungai dengan panjang 200 km yang terbentuk dari pertemuan di
antara Sungai Eufrat dan Tigris di Irak Selatan, yang hilir sungainya mengarah ke
perbatasan Irak dan Iran, yaitu Teluk Persia. Karena lokasi yang tepat berada di
perbatasan ini, membuat Sungai Shatt Al-Arab menjadi sumber sengketa sejak
tahun 1975. Sungai tersebut adalah jalur utama Irak menuju arah laut sehingga
Irak berusaha untuk mengambil alih Shatt Al-Arab.
Selain itu, Provinsi Khuzestan menjadi wilayah sengketa selanjutnya,
karena memiliki kekayaan sumber daya alamnya, yaitu minyak. Irak mengklaim
bahwa daerah Khuzestan merupakan wilayah miliknya, karena Inggris telah
menyerahkan daerah tersebut ketika Irak telah merdeka dari jajahannya. Di sisi
lain, Iran sedang berada pada situasi internal yang tidak stabil. Di Iran, terjadi
Revolusi Islam di tahun 1979 dan menjadi peristiwa sejarah penting untuk Iran.
Saat itu, kekuasaan Kerajaan Pahlevi, yang dianggap menjadi kaki tangan
Amerika Serikat, berhasil digulingkan sehingga membawa perubahan politik di
Iran menjadi republik Islam. Hal ini menjadi memicu kekhawatiran Irak yang
melihat revolusi di Iran akan menyebar ke negara-negara Arab lainnya. 
Pemimpin revolusi di Iran ini, merupakan tokoh pada poster yang dimiliki oleh
Dilan, yaitu Khomeini. Kekhawatiran Irak bukan tanpa alasan sama sekali, karena
Khomeini dinilai sebagai pemimpin revolusi Iran yang memiliki ambisi besar
untuk melakukan revolusi ke negara-negara Arab. Hal tersebut memicu
kecemasan di sisi Saddam Hussein, karena tokoh ini memiliki kepentingan untuk
mendominasi wilayah Arab. Dinamika di antara dua negara ini dapat menjelaskan
penyebab Perang Teluk 1. Selanjutnya, terjadi serangkaian perang senjata di
antara Irak dan Iran. Berikut ini adalah alur penyerangan di antara kedua negara
ini. Peperangan di Teluk Persia yang melibatkan Irak, tidak hanya berhenti pada
peperangan dengan Iran saja. Selang beberapa tahun setelah itu, Irak kembali
melakukan penyerangan terhadap Kuwait. 
Gencatan senjata pada tahun 1988 menandai berakhirnya Perang Teluk 1.
Namun, penarikan pasukan selepas perang dan dimulainya hubungan diplomatik
secara normal, baru terjadi pada 16 Agustus 1990, saat perjanjian damai secara

3
resmi telah ditandatangani. Perang ini berakhir lewat Resolusi Dewan Keamanan
PBB Nomor 598. Bantuan PBB untuk Perang Teluk 1 terjadi lewat upaya
perjanjian damai tersebut, yang menawarkan gencatan senjata untuk Irak dan Iran.
Selepas itu, para tawanan perang mulai dilepaskan dan hubungan diplomatik dua
negara kembali dilanjutkan. Namun, perang di antara Irak dan Iran memberikan
dampak yang merugikan bagi kedua negara. Bukan hanya kerugian secara materi
dan kemanusiaan, tetapi termasuk ekonomi hingga politik. Kerugian di antara
keduanya secara materi diperkirakan mencapai 500 juta dolar AS. Selepas perang,
tentunya kedua negara perlu memulihkan kembali kondisi ekonomi masing-
masing. Terhambatnya perekonomian dua negara diperparah dengan kondisi
ladang minyak yang rusak. Hal ini menyebabkan produksi minyak menurun
drastis. Selain kerugian materi, Irak dan Iran menderita secara kemanusiaan, yaitu
jumlah korban tewas yang tidak sedikit di antara keduanya. Korban jiwa dari
pihak Irak mencapai 200 ribu nyawa. Sementara itu, korban jiwa dari kubu Iran
mencapai lebih dari satu juta nyawa. Korban jiwa yang begitu banyaknya tersebut,
juga dipicu oleh banyaknya anggota masyarakat yang ikut turun dalam
pertempuran di medan perang. Berakhirnya perang ini memberikan kerugian
politik yang begitu besar, yaitu roda pemerintahan yang terhambat. Selain itu,
pengaruh Amerika Serikat menjadi semakin kuat di Teluk Persia.

B. Proses berlangsungnya Krisis Teluk I


Juga tidak jelas apakah ribuan orang iran dalam pengasingan di irak yang
telah menyusun kekuatan untuk menungkan rezim khomeini sudah bergerak atau
masih menantikan saat yang baik. Bagaimanapun juga kedudukan mereka sangat
sulit. Apabila membantu Irak, maka mereka akan dicap sebagai penghianat
negara, tetapi juga sulit untuk diam saja karena menyadari bahwa kesempatan
untuk menumbangkan rezim khomeini tidak akan terulang lagi.
Front pertempuran irak-iran terdiri atas tiga sektor yang jelas yaitu
sektor utara,tengah dan selatan. Dari ketiga sektor tersebut, yang paling penting
adalah sektor tengah Karena sektor tengah meliputi kota penting dezful dan azwal.
Tujuan militer dasar irak adalah memaksa militer iran untuk berhenti dengan
memotong arus minyak dari ladang-ladang minyak dan kilang-kilang muinyak di
khuzentan. Sektor utara sasaran gerak maju iran yang pertama pada awal
peperangan hanya secara tidak langsung menyentuh sasaran tersebut. Namun
sektor utara mempunyai arti strategi yang besar karena melalui jalan raya tersebut
dari taheran iran dapat melancarkan serangan balasan yang mengancam baghdad.
Hal ini akan sangat sulit bagi pasukan-pasukan iran karena medan sebelah timur
qasr-shirin ber bukit-bukit dan hanya ada satu jalan ke kermashhah. Pasukan-
pasukan irak harus membangun suatu posisi untuk memblokir gerak serupa itu.
Sektor tengah Khuzestan adalah vital. Ibu kota provinsi, Ahwaz adalah
pusat pertemuan setengah dosis pipa minyak dari ladang-ladang minyak ke iran
timur laut dan tenggara. Satu perangkat pipa minyak membujur ke urusan utara

4
dari ahwaz melalui dezful dan merupakan seumber minyak utama bagi lain-lain
daerah iran. Beberapa daerah kecil tidak bergantung pada pipa minyakini dan
lebih penting juga ada pipa subsidier ke dan dari isfahan. Akan tetapi jika
pasukan-pasukan iran dapat memotong perangkat utama pipa tersebut mereka
akan cepat mencapai sebagian besar sasaran mereka u ntuk membuat pesawat-
pesawat tempur iran kehabisan bahan bakar.
Sektor selatan tempat sebgian besar pertempuran berlangsung kurang
menentukan. Bahkan jika orang-orang irak mencapai suatu kemenangan
psikologis yang besar dengan merebut khorramshahr dan abasdan, perang tetap
berlangsung. Sebaliknya perang akan berhenti jika mereka menang disektor
tengah. Dengan demikian timbul pertanyaan mengapa pasukan-pasukan irak
sejauh ini melakukan usaha pokok di sektor selatan? Sebagian karena prestise.
Mereka sebagian juga ingin menguasai shatt al-arab yang secara harfiah berarti
pantai orang-orang arab dan melipiti tanah kering yang lebih tinggi dari pada
pesisir dan mereka ingin membuka jalan air tersebut sampai pelabuhan utama
Basra.
Cepatnya perang irak iran akan berakhir sebagian bergantung pada
kemampuan irak untuk memotong suplay minyak dalam negeri iran dengan
menghancurkan perangkat pipa minyak dari ahwaz ke Dezful yang merupakan
nsumber minyak untama bagi lain-lain daerah iran. Hal ini bergantung pada
suplay militer baru masing-masing pihak. Setelah berhasil menguasai kota-kota
penting khorramshahr,abadan, ahwaz dan dezful serta memutuskan suplay minyak
dari provinsi Khuzestan, pasukan-pasukan irak melakukan konsolidasi dan
menggali parit-parit pertahanan. Setelah itu, baghdad akan menawarkan untuk
mengadakan perundinagn-perundingan kepada teheran guna menyelesaikan
sengketa irak-iran. Akan tetapi pasukan-pasukan iran kiranya akan terus
menggempur posisi-posisi irak sampai kehabisan suku cadang, amunisi dan bahan
bakar kecuali jika iran berhasil mendapatkan suplay baru dalam jumlah besar.
Dengan demikian sulit memperkirakan prospek peperangan ini.
Apabila iran dengan suplay baru berhasil mengusir pasukan-pasukan irak
dari wilayahnya dan ganti menyerbu irak untuk menghukumnya, maka irak akan
menderita kekalahan dan terpaksa menerima syarat-syarat perdamaian iran. Dalam
keadaan itu pemerintah saddam husein bisa jatuh dan digantikan oleh pemerintah
baru. Sebaliknya iran,apabila berhasil mempertahankan kotra-kota yuang
didudukinya dan memperkuat kedudukannya akan memdapatkan tuntutan-
tuntutannyan tersebut dan mendapatkan kembali seluruh shatt Al-arab
dikembalikannya ke 3 pulau itu kepada kedaulatan arab, Hak-hak minoritas orang
arab di Khuzestan yang sah dan diberhentikannya campur tangan iran dalam
urusan domestik irak. Kemungkinan besar tidak aan ada pihak yang keluar dari
peperangan ini dengan kemenangan yang menentukan. Irak rupanya akan berhasil
menguasai kota-kota penting provinsi Khuzestan, Tetapi tidak akan mampu
mengusir pasukan-pasukan irak dan ganti menyerbu wilayahnya. Dalam

5
kenyataan kontra ofensifnya awal januari 1981 gagal. Dengan demikian irak akan
memcapai setengan kemenangan dan iran menderita setengan kekalahan

C. Upaya penyelesaian Krisis teluk 1


Gencatan senjata pada tahun 1988 menandai berakhirnya Perang Teluk
1. Namun, penarikan pasukan selepas perang dan dimulainya hubungan
diplomatik secara normal, baru terjadi pada 16 Agustus 1990, saat perjanjian
damai secara resmi telah ditandatangani.
ini berakhir lewat Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 598.
Bantuan PBB untuk Perang Teluk 1 terjadi lewat upaya perjanjian damai tersebut,
yang menawarkan gencatan senjata untuk Irak dan Iran. Selepas itu, para tawanan
perang mulai dilepaskan dan hubungan diplomatik dua negara kembali
dilanjutkan.
Namun, perang di antara Irak dan Iran memberikan dampak yang
merugikan bagi kedua negara. Bukan hanya kerugian secara materi dan
kemanusiaan, tetapi termasuk ekonomi hingga politik. Kerugian di antara
keduanya secara materi diperkirakan mencapai 500 juta dolar AS.
perang, tentunya kedua negara perlu memulihkan kembali kondisi
ekonomi masing-masing. Terhambatnya perekonomian dua negara diperparah
dengan kondisi ladang minyak yang rusak. Hal ini menyebabkan produksi minyak
menurun drastis.
kerugian materi, Irak dan Iran menderita secara kemanusiaan, yaitu
jumlah korban tewas yang tidak sedikit di antara keduanya. Korban jiwa dari
pihak Irak mencapai 200 ribu nyawa. Sementara itu, korban jiwa dari kubu Iran
mencapai lebih dari satu juta nyawa. Korban jiwa yang begitu banyaknya tersebut,
juga dipicu oleh banyaknya anggota masyarakat yang ikut turun dalam
pertempuran di medan perang.

6
BAB III

KESIMPULAN
Perang antar Iraq dan iran kerap terjadi dikarnakan keduan negara tersebut saling
berdekatan antar wilayah, setalah Inggris berniat untuk menarik diri dari Teluk
Persia. Saat itu, Inggris masih menjajah negara-negara di sekitar Teluk Persia. Hal
ini memicu terjadinya rekonfigurasi geopolitik di wilayah tersebut.
Sejak awal, Irak dan Iran sudah memiliki perselisihan terhadap permasalahan
teritorial, dan ketegangan di antara dua negara ini kembali muncul sepanjang
tahun 1970-an. Ketegangan di antara dua negara ini, dipicu oleh sengketa wilayah
Shatt Al-Arab dan Khuzestan.
Namun, perang di antara Irak dan Iran memberikan dampak yang merugikan bagi
kedua negara. Bukan hanya kerugian secara materi dan kemanusiaan, tetapi
termasuk ekonomi hingga politik. Kerugian di antara keduanya secara materi
diperkirakan mencapai 500 juta dolar AS.

SARAN
Karna penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan waktu dalam
penulisan, maka diharapkan kepada pembaca agar bersedia memberikan kritikan
dan masukkan–masukkan yang bersifat membangun, untuk kesempurnaan
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

ISAWATI. (1997). Sejarah Timur Tengah :Asia Barat

Anda mungkin juga menyukai