Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH ISLAM DI KAWASAN QATAR, KUWAIT, DAN UNI EMIRAT ARAB

(Disusun Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Sejarah Islam Kawasan Timur Tengah)

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Imam Ibnu Hajar, S.Ag. M.Ag.

DISUSUN OLEH :

Lailatul Machmudah (A02219022)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SEMESTER GASAL 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara-negara Arab di Teluk Arab atau Negara-negara Arab di Teluk Persia
merupakan gabungan dari enam negara monarki yang bergabung pada Dewan Kerja
Sama Negara Arab Teluk atau Gulf Coorperation Council (GCC) sejak tahun 1981,
yaitu Bahrain, Saudi Arabia, Oman, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Enam negara tersebut disatukan dalam GCC dikarenakan mereka berbagi ekonomi
yang sama, budaya yang sama, serta karakteristik yang mirip. Negara-negara Teluk
Arab ini juga berkongsi budaya daerah yang kadang-kadang disebut sebagai “khaliji
(teluk) budaya”. Mereka semua bicara dalam dialek Teluk Arab dan berkongsi gaya
musik yang serupa (swat, fijri, ardha, liwa, dan lain-lain), masakan, pakaian, dan lain-
lain. Kebanyakan orang Arab yang tinggal di teluk Arab atau Persia ini keturunan
suku Arab Najed yang kini berpusat di Saudi Arabia dan Yaman.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai negara-negara Arab di Teluk Arab
atau Persia, berikut akan penyusun jelaskan mengenai Islam di kawasan Qatar,
Kuwait, dan Uni Emirat Arab.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan Islam di kawasan Qatar?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Islam di kawasan Kuwait?
3. Bagaimana sejarah perkembangan Islam di kawasan Uni Emirat Arab?
4. Bagaimana kekuatan politik Islam di Qatar, Kuwait dan Uni Emirat Arab?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan sejarah perkembangan Islam di kawasan Qatar.
2. Untuk menjelaskan sejarah perkembangan Islam di kawasan Kuwait.
3. Untuk menjelaskan sejarah perkembangan Islam di kawasan Uni Emirat Arab.
4. Untuk mengetahui kekuatan politik Islam di Qatar, Kuwait dan Uni Emirat Arab.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Perkembangan Islam Kawasan Qatar

A. Kondisi Sosial dan politik


Qatar merupakan sebuah negara yang berbentuk Keamiran. Letak ibu kota negara
Qatar berada di Doha. Luas wilayah negara Qatar yakni 11.437 km2. Negara ini
berbatasan dengan Teluk Persia di bagian Utara, Timur dan Barat, serta Arab Saudi
dan Uni Emirat Arab di bagian Selatan. Dari segi iklim negara Qatar memiliki dua
musim, yakni musim panas yang terjadi pada bulan Juni hingga September dengan
maksimal suhu 50 derajat celcius dan musim dingin yang terjadi pada bulan Oktober
hingga Mei dengan maksimal suhu 30 derajat celcius dan suhu minimal 7 derajat
celcius, serta curah hujan 70 mm per tahun.1
Meskipun berada pada kawasan Arab, hukum di Qatar cenderung lebih bebas dan
liberal. Keluarga Kerajaan Qatar adalah wahabi, syariah juga menjadi sumber utama
perundang-undangan. Namun demikian, Qatar memiliki sistem politik yang relatif
demokratis. Konstitusi membentuk parlemen yang beranggotakan 45 orang yang
disebut Dewan Penasihat (DP), dengan 30 anggota diangkat berdasarkan pemilu. DP
memiliki otoritas untuk menyetujui APBN dan memonitor otoritas eksekutif yakni
pengusaha yang disebut Amir. Pada Maret 1998 Amir Qatar, Syaikh Hamad ibn
Khalifah Al Tsani, menghapus Departemen Penerangan. Dengan demikian, telah
berakhir sensor media cetak maupun elektronik. Entitas media milik negara menjadi
institusi publik yang independen. Kebebasan pers ini pada gilirannya telah
memperluas horizon sumber berita Arab paling spektakuler, Al-Jazeera yang didirikan

1
Diakses pada: https://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21766/7.%20BAB%20III.pdf?
squence=7&isAllowed=y tanggal 20 September 2021
pada 1996. Di bawah kepemimpinan Amir Qatah, Hamad ibn Khalifah Al Tsani,
Qatar juga mengalami modernisasi dan liberalisasi.
B. Sejarah Perkembangan Qatar
Dari penelitian sejarah, dikatakan bahwa kehidupan pertama kali di Qatar dimulai
pada abad keempat sebelum masehi. Pada waktu munculnya Islam pertengahan abad
ketujuh, semenanjung Qatar dan kawasan sekelilingnya berada di bawah kekuasaan
al-Mundzir ibn Sawi al-Tamimi yang kemudian al-Mundzir menganut agama Islam.
Pada abad ke-16, orang Qatar bersekutu dengan Turki untuk mengusir bangsa
Portugis. Konsekwensinya, Qatar berada di bawah kekuasaan Turki selama empat
abad. Kedaulatan Usmani di kawasan bersifat nominal, kekuasaan, dan pengendalian
sesungguhnya berada di tangan para syaikh dan pangeran suku-suku lokal Arab, Qatar
sendiri berada di bawah kekuasaan keluarga Syaikh Al Syaikh.
Adapun asal usul kekuasaan keluarga Al Tsani di negeri semenanjung tersebut
dimulai sejak pertengahan abad ke-19. Nama Al Tsani yang berasal dari Syaikh Tsani
ibn Muhammad yaitu ayah dari Syaikh Muhammad ibn Tsani, salah seorang penguasa
negeri tersebut pada periode 1850-1878 berasal dari Bani Tamim. Kemerdekaan Qatar
diperoleh dari Inggris. Pada tanggal 3 September 1971 dengan kepala negara yang
pertama Syaikh Khalifah Al Tsani. Lalu pada 27 Juni 1995 Syaikh Hamad ibn
Khalifah Al Tsani mengambil alih kekuasaan melalui kudeta tidak berdarah dari
ayahnya Khalifah Al Tsani yang didukung oleh keluarga yang berkuasa dan rakyat
Qatar.
Tanggal 22 Oktober 1996, Amir Qatar mengeluarkan dekrit pengangkatan
terhadap anaknya, Syaikh ibn Hamad ibn Khalifah Al Tsani sebagai putra mahkota.
Kemudian tanggal 29 Oktober 1996 Amir Qatar melalui sebuah dekrit mengangkat
Syaikh Abdullah ibn Khalifah Al Tsani (adik kandung Amir Qatar dari lain ibu)
sebagai Perdana Menteri atau Menteri Dalam Negeri. Dalam dekrit itu pula diangkat
Menteri Dalam Negeri, Syaikh Abdullah ibn Khalid Al Tsani tanggal 2 Januari 2001,
lalu Syaikh Abdullah ibn Khalifah Al Tsani hanya menjabat sebagai Perdana Menteri.
Pada tanggal 5 Agustus 2003, Syaikh Jasim ibn Hamad Al Tsan resmi mengundurkan
diri dari jabatan putra mahkota lalu Amir Qatar menunjuk mahkota baru (sampai
sekarang).2
C. Aliran Agama di Qatar

2
Amany Lubis, Sejarah Politik Islam Modern, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2018), hlm. 53.
Jumlah penduduk Qatar terhitung sejak Juli tahun 2017 berjumlah 2.314.307 jiwa.
Agama Penduduk negara Qatar terdiri dari muslim 67,7%, Kristen 13,8%, Hindu
13,8%, Budha 3,1%, Folk Religion < 1%, lainnya 0,7% dan Atheis 0,9%, hal ini
terhitung sejak tahun 2010. Bahasa sehari-hari penduduk Qatar adalah bahasa Arab
dan bahasa inggris untuk bahasa kedua (Central Intelligence Agency, 2018).
Qatar merupakan sebuah negara mayoritas muslim dengan agama Islam sebagai
agama reski. Versi salafi dari Islam Sunni merupakan yang terbanyak dianut dari versi
Islam lainnya di negara ini, membuat Qatar menjadi satu dari dua negara Salafi di
dunia muslim bersama dengan Arab Saudi. Pekerja luar negeri yang tercatat di negara
ini terutama berasal dari Asia Selatan dan Amerika. Pada akhir tahun 2013, terdapat
jumlah total sebanyak 1.848 masjid yang didirikan di negeri ini. Minoritas penduduk
Qatar menganut agama kekristenan. Komunitas Kristen di Qatar merupakan campuran
dari beragam orang Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan, Asia, orang Timur
Tengah, serta Afrika. Tidak ada kelompok misionaris asing beroperasi secara terbuka
di negeri ini, serta tidak ada juga orang kristen lokal di Qatar, semua orang kristen
adalah ekspatriat asing. Lalu, penganut Hinduisme di Qatar merupakan pekerja
imigran dari India dan Asia Tenggara. Sedangkan, penganut Buddhisme merupakan
pekerja migran dari Asia Tenggara.3
2. Sejarah Perkembangan Islam Kawasan Kuwait

A. Kondisi Sosial dan Politik


Kuwait adalah negara monarki di pesisir Teluk Persia, Timur Tengah. Kuwait
berbatasan dengan Arab Saudi di sebelah selatan dan Irak di utara. Luas wilayah
Kuwait adalah 17.818 km2. Dari segi iklim, Kuwait terdapat enam musim, serta suhu

3
Diakses pada: https://kemlu.go.id/doha/id/pages/profil_negara_qatar/2301/etc-menu tanggal 21 September
2021
disana dapat mencapai panas ekstrem 50-55 derajat celcius dan dapat mencapai dingin
ekstrem 0 derajat celcius.4
Kepala negara Kuwait adalah Amir dengan gelar syaikh yang diwarisi turun-
temurun. Sebuah Dewan Menteri juga dikenal sebagai menteri kabinet, membantu
perdana menteri dalam tugasnya sebagai pemerintah Kuwait yang harus diisi
setidaknya satu anggota terpilih parlemen Kuwait yang dikenal sebagai Majelis al-
Ummah (Majelis Nasional). Majelis nasional ini memiliki kekuasaan untuk memecat
perdana menteri atau anggota kabinet melalui serangkaian prosedur konstitusional.
Amir merupakan panglima kepala angkatan bersenjata Kuwait, Amir juga memiliki
kewenangan untuk memberikan pengampunan dari hukum mati atau penjara.
Kewenangan legislatif diberikan kepada Amir dan majelis nasional, majelis
nasional sendiri terdiri dari 50 anggota yang dipilih untuk jangka waktu empat tahun.
Mereka mewakili spektrum yang luas dari kelompok politik, liberal, demokrat,
independen, dan kelompok Islam. Sedangkan, kekuasaan eksekutif terletak pada Amir
dan dilakukan melalui menteri-menterinya yang membentuk Dewan Menteri
(kabinet). Dewan ini terdiri dari 15 atau 16 menteri. Amir menunjuk dewan menteri
atas rekomendasi perdana menteri.
B. Sejarah Perkembangan Kuwait
Pada abad ke-19, Kuwait mulai muncul di bawah pengaruh Kesultanan Usmani.
Setelah Perang Dunia Pertama, Kuwait muncul sebagai negara merdeka yang masih di
bawah perlindungan Kerajaan Inggris. Penjajahan Inggris atas Kuwait dimulai pada
tahun 1317 H atau 1899 M. Pada tahun 1922 M terjadilah kesepakatan penentuan
batas antara Kuwait dan Saudi Arabia, dengan hasil pengukuhannya sebagai wilayah
netral. Pada tahun berikutnya yaitu penentuan batas wilayah dengan Irak selesai.
Orang Kuwait terus menuntut kemerdekaan mereka di bawah kepemimpinan Syaikh
Abdullah Al Sabah hingga Inggris mengakui kemerdekaannya pada tahun 1381 H
atau 1961 M.
Amir Abdullah Salim Al Sabah wafat pada tahun 1835 H atau 1965 M. Kemudian
diganti oleh saudaranya Sabah Alim. Setelah wafat pada tahun 1978 M, ia digantikan
oleh Syaikh Jabir Ahmad Al Sabah. Pada masa inilah Irak menginvasi Kuwait, yaitu
pada tahun 1411 H atau 1990 M, lalu berhasil dibebaskan dengan perantaraan
kekuatan sejumlah negara di bawah kepemimpinan Amerika Serikat pada tahun 1411
H atau 1991 M. Kuwait merdeka dari jajahan Inggris pada 19 Juni 1961, tetapi rakyat
4
Diakses pada: http://portal.bnp2tki.go.id/read/1104/KUWAIT.html tanggal 21 September 2021.
Kuwait meraih kemerdekaan pada 25 Februari setiap tahun, yang mana pada tanggal
tersebut kepala negara Kuwait ke-11, Syeikh Abdullah al-Salim Al Sabah mengambil
kepemimpinan.5
C. Aliran Agama di Kuwait
Kuwait adalah negara Islam, kurang lebih 74,57% penduduknya beragama Islam.
Sebagian besar warganya termasuk dalam aliran Sunni, serta sisanya beragama Islam
Syi’ah. Beberapa sekte Muslim lainnya memang ada di masyarakat Kuwait tetapi
dalam jumlah yang sangat kecil. Keluarga penguasa Al Sabah termasuk Emir
menganut madzab Maliki Islam Sunni. Kristen merupakan agama minoritas di
Kuwait, kurang lebih sekitar 17,93%. Gereja-gereja yang diakui oleh pemerintah ialah
gereja katolik, gereja ortodoks koptik, gereja injil nasional Kuwait (protestan), gereja
apostolik armenia, gereja ortodoks Yunani, gereja katolik Yunani (melkite), gereja
anglikan, gereja yesus kristus dari orang-orang suci zaman akhir.
Ada juga banyak kelompok agama kristen yang tidak diakui secara resmi oleh
pemerintah dengan populasi yang lebih kecil, termasuk ortodoks India, Mar Thoma,
dan gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Kelompok yang tidak dikenal umumnya
bebas beribadah secara pribadi. Dominan dekatnya hubungan sejarah masa silam
negara-negara Arab tidak mengherankan apabila kesamaan dan saling berpengaruh
akan tradisi budaya Timur-Tengah, sosial, geografis, ekonomi (sebagai sesama negara
penghasil minyak), dan agama. Itulah mengapa negara kecil Kuwait memiliki citra
diri yang kuat sebagai negara Islam, kaya raya, dan modern dengan ciri khasnya.6
3. Sejarah Perkembangan Islam Kawasan Uni Emirat Arab

A. Kondisi Sosial dan Politik

5
Muhammad Fakhry Ghafur, “Problematika Kekuatan Politik Islam di Kuwait”, dalam M. Fakhry Ghafur (ed.),
Politik Islam Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab (Jakarta: LIPI Press, 2019), hlm. 70-75.
6
Diakses pada: https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Religion_in_Kuwait?
_x_tr_sl=en&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=nui,tc,sc,elem tanggal 21 September 2021.
Uni Emirat Arab terletak di Asia barat daya, di sebelah timur Arab Semenanjung,
berbatasan dengan utara dan barat laut oleh perairan Teluk Arab dan di sebelah timur
oleh Samudera Hindia. Negara ini memiliki perbatasan maritim dengan Indonesia
Qatar di barat laut, sementara ada perbatasan darat dengan Arab Saudi di selatan dan
barat dan dengan Kesultanan Oman di tenggara.
Uni Emirat Arab adalah sebuah federasi konstitusional yang didirikan pada bulan
Desember pada tahun 1971. Sistem politik di Uni Emirat Arab terdiri dari sejumlah
institusi federal, dengan Federal Supreme Council, terdiri dari Yang Mulia para
penguasa dari tujuh emirat, yang merupakan otoritas tertinggi. Dewan Tertinggi
Federal menentukan kebijakan umum UEA, membahas semua masalah yang
berkaitan dengan tujuan Perhimpunan dan kepentingan bersama emirat, memilih
Presiden dan Wakil Presiden dari antara anggotanya dan meratifikasi undang-undang
federal. Konstitusi Sementara UEA, yang diadopsi pada awal pendiriannya,
mendefinisikan struktur politik dan konstitusional dan kekuasaan yang diberikan
kepada Otoritas Federal. Pada tahun 1996, Dewan Tertinggi Federal menyetujui
sebuah amandemen teks Konstitusi, membuatnya permanen. Kota Abu Dhabi
dinyatakan sebagai ibukota negara tersebut.
Konstitusi mendefinisikan peran pemerintah federal, meletakkan prosedur untuk
mengeluarkan undang-undang federal dan masalah keuangan federal, mengemukakan
ketentuan khusus untuk angkatan bersenjata dan keamanan dan pembagian kekuasaan
legislatif dan eksekutif antara Uni dan emirat, selain mendefinisikan sifat hubungan
antara Uni Emirat Arab dan seluruh dunia. Sesuai dengan Konstitusi, otoritas federal
mencakup lima komponen utama: Dewan Tertinggi Federal, Dewan Presiden dan
Wakil Presiden, Kabinet, Dewan Nasional Federal dan Sistem Peradilan Federal.7
B. Sejarah Perkembangan Uni Emirat Arab
Islam sampai di wilayah ini sebelum wafatnya Rasulullah SAW. Pada masa
penjajahan Eropa, negara ini dikuasai oleh Portugis sepanjang abad ke-10 H atau 16
M. Kemudian tunduk d bawah kekuasaan Inggris sejak tahun 1239 H atau 1818 M.
Negara ini memperoleh kemerdekaan penuh pada 2 Desember 1971 M, lalu terjadi
penggabungan Emirat dengan kepemimpinan Syeikh Zayid ibn Sultan Al Nahyan
(Ahmad al-Usairy 2008: p. 476).

7
Diakses pada: http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22260/BAB%202.pdf?
sequence=6&isAllowed=y tanggal 20 September 2021.
Negara bagian (lebih dikenal sebagai Emirat) di sepanjang pesisir pantai Teluk
Arab memberikan hak pertahanan dan usulan luar kepada Kerajaan Britania Raya
pada abad ke-19. Pada tahun 1971 M, enam dari negara bagian ini yaitu Abu Dhabi,
Ajman, Fujairah, Shariqah, Dubai, dan Umm al-Qaiwain bergabung untuk mendirikan
Uni Emirat Arab atau Persatuan Emirat Arab. Lalu, pada rahun 1972 ras al-Khaimah
menyertai mereka.
Kabilah Qasimi, penguasa wilayah ras al-Khaimah dan Syariqoh merupakan
kabinet yang mempunyai pengaruh kuat dan mendominasi pertarungan agar suku
bangsa di tujuh keemiratan bersatu. Kelompok suku bangsa Qasimi yang mempunyai
pengaruh besar melakukan pembatasan terhadap kapal Portugal, Inggris, dan Belanda.
Dalam perkembangan sejarah, tercatat bahwa administratif Inggris yang mempelopori
terjadinya ikatan persetujuan dengan para pemimpin suku bangsa di kawasan Teluk
Arab. Upaya tersebut mulai berlangsung sejak tahun 1803 M dan terus berkembang
dengan tercapainya berbagai persetujuan, termasuk dengan suku bangsa di kawasan
Persatuan Emirat Arab pada tahun 1820 M.
Tahap puncak persetujuan membawa suku bangsa di kawasan ke dalam sistem
“trucial states” dengan ditandatanganinya “maritime treaty” pada tahun 1853 M.
Periode “trucial states” ditandai dengan penerapan berbagai kebijakan untuk
menciptakan perdamaian antara pihak bertikai, jugamulai memberlakukan peraturan
mengenai perpajakan, pembagian tanah, dan lain sebagainya. Pada periode ini pula,
ditemukan ladang minyak di kawasan Persatuan Emirat Arab pada tahun 1930 M.
Fase ini berlangsung sampai dengan tahun 1971 M. Pada fase tersebut Inggris melalui
parlemennya secara resmi mengumumkan penarikan diri dari kawasan Teluk pada
tanggal 16 Januari 1968 M secara keseluruhan dan selesai pada tahun 1971 M.8
C. Aliran Agama di Uni Emirat Arab
Islam merupakan agama mayoritas di Uni Emirat Arab. Semua Emirat
berpenduduk mayoritas Islam, sekitar 85% Islam Sunni dan 15% lainnya Islam
Syi’ah. Terdapat juga sebagian kecil dari muslim Syi’ah Ismaili dan Ibadi. Garis
keturunan keluarga An Nahayan dan Al Maktoum berpegang kepada hukum fiqih
Islam Sunni beraliran mazhab Maliki. Beberapa pengikut dari Hambali dari Islam
Sunni dapat ditemukan di Sharjah, Umm al-Quwainn, ras al-Khalimah dan Ajman.
Pengikut tersebut termasuk keluarga al Qasimi. Agama lain yang ada di Uni Emirat

8
Amany Lubis, Sejarah Politik Islam Modern, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2018), hlm. 58-59.
Arab yaitu kekristenan (mayoritas kedua), dan juga agama minoritas lainnya seperti
Buddhisme, Hinduisme, Yudaisme, dan Sikhisme dianut oleh masyarakat imigran.
4. Kekuatan Politik Islam di Qatar, Kuwait dan Uni Emirat Arab
A. Qatar
Qatar dapat dianggap sebagai negara monarki konstitusional maupun monarki
absolut yang dipimpin oleh keluarga Al Thani. Dinasti Al Thani telah memimpin
Qatar sejak 1825. Tahun 2003, Qatar mengadopsi konstitusi yang memilih langsung
30 dari 45 anggota Dewan Legislatif. Konstitusi ini disetujui mutlak dalam
referendum dengan angka 98%.
Emir kedelapan Qatar adalah Tamim bin Hamad Al Thani, ayahnya adalah
Hamad bin Khalifa Al Thani yang menyerahkan kekuasaan padanya 25 Juni 2013.
Kanselir tertinggi memiliki kekuasaan eksklusif untuk memilih dan mencopot perdana
menteri dan menteri kabinet yang semuanya membentuk Dewan Menteri. Dewan
Menteri adalah otoritas eksekutif tertinggi di negara ini. Dewan Menteri juga memulai
legislasi. Hukum dan dekrit yang diusulkan Dewan Menteri akan dirujuk ke Dewan
Penasihat (Majilis Al Shura) untuk didiskusikan kemudian diberikan ke Emir untuk
diratifikasi. Majelis Konsultatif memiliki otoritas legislatif terbatas untuk menyusun
dan menyetujui hukum, tapi Emir yang menentukan semuanya di akhir.Anggota
dewan saat ini terdiri dari anggota yang ditunjuk oleh Emir, karena tidak ada
pemilihan legislatif sejak 1970. Pemilihan legislatif ditunda sampai paling tidak tahun
2019. Hukum Qatar tidak memperbolehkan pembentukan badan politik atau persatuan
dagang.
Menurut konstitusi Qatar, hukum Syariat adalah sumber semua kebijakan
Qatar. Dalam praktiknya, sistem hukum Qatar merupakan campuran antara hukum
sipil dan hukum Syariat. Hukum Syariat diberlakukan ke hukum keluarga, keturunan,
dan beberapa tindakan kriminal (termasuk zina, perampokan, dan pembunuhan).
Dalam beberapa kasus, sidang pengadilan keluarga memperlakukan testimoni wanita
berharga setengah dari testimoni pria. Poligini Islam diperbolehkan.
Judicial corporal punishment adalah sesuatu yang umum di Qatar akibat
interpretasi Hanbali hukum Syariat. Cambukan diberlakukan sebagai hukuman untuk
pengonsumsi alkohol atau hubungan seksual terlarang. Kitab Pidana Qatar Artikel 88
menuliskan bahwa hukuman bagi pelaku zina adalah 100 cambukan, dan pada tahun
2006, seorang wanita Filipina mendapat hukuman ini. Pada tahun 2010, paling tidak
18 orang (sebagian besar warga asing) dihukum antara 40-100 cambuk akibat
hubungan seksual terlarang atau konsumsi alkohol. Tahun 2011, paling tidak 21 orang
dihukum, dan tahun 2012, ada 6 ekspatriat dihukum. Hanya Muslim yang sehat yang
akan menjalani hukuman. Tidak diketahui pasti apakah hukuman benar dijalankan.
Pada bulan April 2013, seorang ekspatriat Muslim dihukum 40 cambukan karena
ketahuan mengonsumsi alkohol,dan bulan Juni 2014, seorang ekspatriat Muslim juga
dihukum 40 cambukan karena mengonsumsi alkohol dan mengendarai mobil di
bawah pengaruh alkohol. Rajam adalah hukuman legal di Qatar,dan kemurtadan dan
homoseksualitas dapat dijerat dengan hukuman mati. Penistaan dapat berujung hingga
7 tahun penjara, sedangkan menarik orang untuk berpindah agama dapat dijatuhi 10
tahun penjara.
Minuman beralkohol legal sebagian di Qatar; beberapa hotel bintang lima
diperbolehkan menjual alkohol pada konsumen non-Muslim. Muslim dilarang
mengonsumsi alkohol, dan yang kedapatan mengonsumsi dapat berujung hukuman
cambuk atau deportasi. Ekspatriat non-Muslim dapat memperoleh izin untuk membeli
alkohol untuk konsumsi pribadi. Qatar Distribution Company (anak usaha Qatar
Airways) diizinkan untuk mengimpor alkohol dan bagi; perusahaan ini
mengoperasikan satu-satunya toko alkohol di negara ini, juga menjual babi kepada
pemegang lisensi. Otoritas Qatar kelihatannya juga akan memperbolehkan alkohol di
"zona fans" ketika Piala Dunia FIFA 2022.
Tahun 2014, sebuah imbauan kesopanan diluncurkan untuk mengingatkan
turis mengenai gaya berpakaian di negara ini.Turis wanita disarankan untuk tidak
mengenakan legging, rok mini, atasan tanpa lengan, dan pakaian ketat di publik. Pria
diingatkan tidak hanya mengenakan celana pendek dan singlet.
Meskipun berada di kawasan Arab, hukum di Qatar cenderung lebih bebas dan
liberal. Di bawah kepemimpinan Emir Qatar, Hamad bin Khalifa Al-Thani, Qatar
mengalami liberalisasi. Seperti misalnya, alkohol diperbolehkan dalam jumlah
terbatas saja.
B. Kuwait
Dinamika politik di Kuwait tidak dapat dilepaskan dari persinggungan yang
kuat antara pemerintah monarki dan komunitas sosial-politik yang tumbuh pada
pertengahan abad ke 20 seiring dengan dibentuknya negara Kuwait modern.
Sepanjang sejarahnya politik Kuwait pun kerap diwarnai oleh relasi yang kuat di satu
sisi dan pertentangan pada sisi lainnya antara dinasti As-Sabah dengan komunitas
suku maupun dengan kelompok oposisi yang dipelopori oleh kelompok Islam.
Pergulatan antara aktor politik di Kuwait dapat dilihat dari dinamika politik di
parlemen yang banyak terjadi perbedaan pandangan dalam menentukan sebuah
kebijakan. Menurut Ghabra, terdapat tiga kelompok utama yang menjadi aktor dalam
kancah politik Kuwait, antara lain elit monarki, komunitas suku, dan kelompok
oposisi baik dari kalangan Islam maupun liberal.
Di Kuwait, Emir adalah simbol negara yang mempunyai kewenangan
mengangkat dan memberhentikan dewan menteri serta membubarkan parlemen sesuai
dengan keputusan konstitusi. Emir secara turun temurun berasal dari generasi
Mubarok As-Sabah yang berkuasa setelah mengambil alih kekuasaan pada akhir abad
ke 19. Sementara itu, perdana menteri yang mengendalikan kabinet dan pemerintahan
berasal dari unsur monarki yang dijabat oleh putra mahkota atau pangeran. Namun,
atas desakan publik, sejak 2003, posisi Perdana Menteri menjadi terpisah dari struktur
monarki, meski posisinya tetap ditunjuk oleh Emir dinasti As-Sabah.
Pada awal masa kemerdekaan, monarki Kuwait dipimpin oleh generasi As-
Salim yang berkuasa pada tahun 1965 di bawah pimpinan Syeikh Abdullah As-Salim
As-Sabah. Generasi As-Salim merupakan monarki pertama yang membidani lahirnya
konstitusi 1962 yang menjadi dasar dari prinsip-prinsip demokrasi Kuwait. Dinasti ini
membentuk badan legislatif, eksekutif dan sistem peradilan yang independen. Badan
legislatif disebut Majelis Nasional atau parlemen yang beranggotakan 50 orang yang
dipilih melalui jalur pemilihan umum.
Majelis ini mempunyai posisi istimewa dalam struktur politik di Kuwait,
karena di samping dapat meminta penjelasan Emir juga dapat melakukan mosi tidak
percaya, membubarkan kabinet dan memberhentikan Perdana Menteri. Posisi
kepemimpinan monarki kemudian beralih pada dinasti Al-Jabir di bawah pimpinan
Syeikh Jabir Al-Ahmad As-Sabah. Penguasa baru ini mempertahankan tradisi politik
dinasti sebelumnya yaitu melaksanakan konstitusi 1962, memegang teguh prinsip-
prinsip demokrasi melalui menyelenggarakan pemilu.
Dari dinamika politik yang terjadi pada masa kepemimpinan Al-Jabir As-
Sabah, dapat kita saksikan bahwa dari tahun ke tahun perseteruan antara legislatif dan
eksekutif semakin meningkat. Tercatat sebanyak lima kali penyelenggaraan Pemilu
baru, enam kali pembubaran Parlemen, yaitu pada 2006, 2008, 2009, 2010, 2012 dan
2016. Menurut Ghabra, bahwa krisis politik yang berkelanjutan tersebut menunjukkan
dinamika hangat politik Kuwait dalam beberapa tahun terakhir, disamping semakin
terhambatnya proses reformasi politik-ekonomi serta semakin menurunnya tingkat
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
Menurut Katzman, kelompok politik Islam sesuai afiliasinya dapat dibedakan
dalam dua kelompok, yaitu kelompok oposisi Islam yang terdiri dari faksi politik the
Islamic Contitucional Movement (ICM) dan Salafiyah. Sementara kelompok pro-
Monarki terdiri dari kalangan Syiah dengan beragam alirannya. Gerakan ICM
merupakan sayap politik IM yang cukup berpengaruh dalam kehidupan sosial-politik
masyarakat Kuwait. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang simpati
dengan aktivitas sosial-politik ICM serta banyaknya anggota IM yang mencalonkan
diri menjadi anggota legislatif. ICM didirikan sebagai gerakan politik Islam gaya baru
di Kuwait yang didirikan pada 30 Maret 1991 dengan tujuan untuk melakukan
reformasi pemerintah secara legal disamping perannya dalam bidang sosial dan amal.
Selain ICM gerakan yang juga berkembang di Kuwait adalah Salafiyyah, gerakan
Salafi di Kuwait dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu Salafi yang Puritan dan
Aktivis. Kaum Salafi puritan lebih kuat dan berkembang di dalam negeri, sementara
Salafi yang aktivis lebih banyak mempunyai pendukung di luar negeri. Salafi puritan
cenderung kurang politis dan lebih memilih untuk fokus pada penguatan keagamaan
dan penegakan nilai Islam yang sesuai dengan As-Salaf As-Salih. Sementara Salafi
yang aktivis sejak lama terlibat dalam politik praktis di Kuwait. Bahkan dalam pemilu
parlemen 2012, kelompok ini memperoleh suara yang cukup signifikan dan sempat
mendominasi kursi parlemen. Hanya saja, dominasi dan sikap represif monarki
menjadikan kelompok ini terpinggirkan.
Sebagai negara yang cukup dinamis dalam hal sosial-politik, Kuwait
merupakan negara yang mencoba mengedepankan politik “high profile” dalam setiap
kebijakan luar negerinya. Dalam konteks politik regional, Kuwait kerap menunjukkan
sikap pro-aktifnya dan menempatkan diri sebagai salah satu negara yang menjadi
mediator dalam berbagai persoalan dan krisis yang melanda sejumlah negara Timur
Tengah.
C. Uni Emirat Arab (UEA)
Secara politik UEA nyaris tidak melakukan perubahan. Memang, pola sistem
politik UEA dirancang untuk mempertahankan warisan lama yang disesuaikan dan
digabungkan dengan struktur pemerintahan modern. Uni Emirat Arab (UEA)
mengenal lima kelompok kekuasaan. Pertama, kelompok kekuasaan tertinggi adalah
apa yang disebut sebagai “Dewan Tinggi Federal atau Federal Supreme Council –
FSC (‫”)داحتالل ىلعأال سلجمال‬. Dewan ini terdiri dari tujuh Emir yang tergabung dalam
UEA. FSC adalah badan konstitusional tertinggi di UEA. Dewan ini menetapkan
kebijakan umum dan sanksi undang-undang federal. FSC juga memilih Presiden (dan
Wakil Presiden) dari para Emir tujuh emirat. Di antara para Emir, dua Emir, yaitu
Emir Abu Dhabi dan Emir Dubai memiliki hak veto dalam pemilihan Presiden.
Kedua, jabatan Presiden dan Wakil Presiden (‫)هبئ``انو داحت``اال س``يئر‬. Presiden
menunjuk Perdana Menteri, Wakil Perdana Menteri, dan anggota Kabinet. Ketiga,
jabatan Dewan Menteri (‫) سلجم ءارزو داحتاال‬. Dewan Menteri ini dipimpin oleh Perdana
Menteri yang dirangkap oleh Wakil Presiden. Keempat, kekuasaan legislatif, ada
Dewan Nasional Federal atau Federal National Council – FNC (‫)يداحتاال ينطوال سلجمال‬.
Dewan ini memiliki 40 anggota, yang terbagi menjadi dua bagian. Setengah anggota
FNC (20 orang) ditunjuk oleh tujuh Emir mewakili wilayahnya dan setengah (20
orang) anggota yang lainnya dipilih langsung oleh rakyat. Masa jabatan mereka
adalah empat tahun. Pasal 68 Konstitusi UEA menyebutkan bahwa 40 kursi anggota
FNC itu didistribusikan ke masing-masing Emirat dengan komposisi berikut: wilayah
Abu Dhabi mendapatkan 8 kursi, Dubai 8 kursi, Sharjah 6 kursi, Ras al-Khaimah 6
kursi, Ajman 4 kursi, Umm al-Quwain 4 kursi, dan Fujairah 4 kursi. Kelima,
kekuasaan yudikatif (‫)ءاض``قال ي``داحتاال‬. Sistem hukum UEA didasarkan pada sistem
Syariah dan pengadilan sipil.
Di UEA, partai politik dilarang. Pemilu dilaksanakan dengan memilih
langsung nama kandidat anggota perlemen yang diusulkan secara independen. Sampai
tahun 2017 ini, Uni Emirat Arab sudah melaksanakan tiga kali pemilihan umum
(pemilu) anggota FNC. Pemilu pertama diadakan pada bulan Desember 2006. Pemilu
kedua pada bulan September 2011. Pada waktu itu, ada 469 kandidat (termasuk 85
wanita) untuk 20 kursi yang diperebutkan di FNC. Pada tahun 2015, pemilu anggota
FNC diadakan pada 3 Oktober 2015. Pemilu 2015 diikuti oleh 330 kandidat (termasuk
74 wanita).
Secara nasional, kekuatan politik di UEA didominasi oleh kekuasaan para
Emir. Kekuatan tertinggi disimbolkan dengan adanya “Dewan Tinggi Federal atau
Federal Supreme Council-FSC (‫”)سلجمال ىلعأال داحتالل‬. Selain kekuatan politik nasional,
di UEA ada pemerintahan lokal dari masing-masing Emirat. Tujuh Emirat yang ada di
sana, tidak sama persis dalam menerapkan kehidupan pemerintah lokalnya.
Mekanisme mereka berbeda dari satu emirat ke emirat lainnya, tergantung pada
faktor-faktor seperti populasi, luas, dan tingkat perkembangan.9

9
Fakhry Ghafur, dkk, Problematika Kekuatan Politik Islam di Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab, Jurnal
Penelitian Politik, 15 (1), Jakarta, 104-111.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Qatar adalah sebuah negara yang meskipun kewenangan berada di tangan
Emir sepenuhnya akan tetapi tetap menerapkan pemilu di negaranya. Dalam politik
luar negerinya Qatar menerapkan realisme dan juga soft power. Islam muncul pada
pertengahan abad ketujuh, semenanjung Qatar dan kawasan sekelilingnya berada di
bawah kekuasaan al-Mundzir ibn Sawi al-Tamimi yang kemudian al-Mundzir
menganut agama Islam. Agama penduduk negara Qatar terdiri dari mayoritas muslim,
lalu dengan agama minoritas yaitu Kristen, serta agama lainnya yaitu Hindu, Budha,
Folk Religion, Atheis, dan lainnya. Hukum Qatar tidak memperbolehkan
pembentukan badan politik atau persatuan dagang.
Kuwait merupakan negara monarki yang berada di pesisir Teluk Persia, Timur
Tengah. Kepala negara Kuwait adalah seorang Amir dengan gelar syaikh yang
diwarisi secara turun-temurun. Kuwait merdeka dari jajahan Inggris pada 19 Juni
1961, tetapi rakyat Kuwait meraih kemerdekaan pada 25 Februari setiap tahun.
Mayoritas penduduk Kuwait beragama Islam, baik Islam Sunni maupun Islam Syi’ah.
Dinamika politik di Kuwait tidak dapat dilepaskan dari persinggungan yang kuat
antara pemerintah monarki dan komunitas sosial-politik yang tumbuh pada
pertengahan abad ke 20 seiring dengan dibentuknya negara Kuwait modern.
Uni Emirat Arab adalah sebuah federasi konstitusional yang didirikan pada
bulan Desember pada tahun 1971. Sistem politik di Uni Emirat Arab terdiri dari
sejumlah institusi federal. Islam sampai di wilayah ini sebelum wafatnya Rasulullah
SAW. Islam merupakan agama mayoritas di Uni Emirat Arab. Sistem politik UEA
tidak mengalami perubahan, dimana pola sistem politik UEA dirancang untuk
mempertahankan warisan lama yang disesuaikan dan digabungkan dengan struktur
pemerintahan modern.
DAFTAR PUSTAKA
(t.thn.). Dipetik September 20, 2021, dari
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21766/7.%20BAB
%20III.pdf?squence=7&isAllowed=y

(t.thn.). Dipetik September 20, 2021, dari


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22260/BAB%202.pdf?
squence=6&isAllowed=y

Ghafur, M. F. (2019). Politik Islam di Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab. Jakarta:
LIPI Press.

Lubis, A. (2018). Sejarah Politik Islam Modern. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Anda mungkin juga menyukai