Anda di halaman 1dari 4

Nama : Moch Iqbal Afandy

NIM : U20193064

Pendahuluan

Sebagai salah satu dari tiga agama samawi, Islam merupakan agama yang terbilang masih muda.
Meski demikian perkembangan Islam sejak disebarkan Nabi Muhammad Saw pada kisaran abad
ke-7 Masehi hingga kurang lebih 23 tahun dari kelahirannya telah menyebar diseluruh jazirah
arab. Sepeninggalan Rasulullah penyebaran Islam dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar as-
Siddiq, kemudian pada masa Umar bin Khattab, Islam telah tumbuh di tanah Syam, Palestin,
Mesir, dan Irak. Kemudian pada masa Khlaifah Utsman bin Affan dan Khalifah selanjutnya
Islam tersebar ke Tingkok bahkan ke seluruh dunia.1

Banyak factor yang menjadikan mudahnya penyeabaran Islam di seluruh dunia. Faktor yang
sangat menonjol yakni citra Islam sebagai agama yang mudah dipahami dan agama yang
multiras. Syarat menjadi muslim bisa dianggap sangatlah mudah hanya dengan mengucapkan
dua kalimat syahadat, Kemudian di dalam Islam semua manusia dianggap setara, tidak ada kasta
atau kelas sosial yang hadir karena menjadi muslim. Dengan demikian dari faktor internal, Islam
telah memiliki ciri khas yang dapat menjadikan khalayak umum tertarik memeluk agama Islam.

Selain faktor kemudahan serta kesetaraan, faktor eksternal seperti hubungan sosial, poilitik dan
ekonomi juga menunjang persebaran agama Islam. Interaksi bangsa arab dan bangsa-bangsa
lainnya berawal dari interaksi perdagangan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya jalur
perdagangan tahun 200 SM yang menghubungkan dunia barat dan dunia timur. Jalur
perdagangan ini membentang dari Laut Tengah hingga ke Cina. Kemudian pada awal abad 1 M
telah dibuka jalur perdagangan laut yang menghubungkan Laut Mediterania dengan Nusantara. 2
Hubungan dagang inilah menjadi pintu pembuka Islam menuju dunia luar.

Dengan dibukanya jalur perdagangan dari Laut Mediterania hingga Nusantara, Islam pun mulai
menyentuh tanah Nusantara. Pedagang Arab datang ke Nusantara melalui jalur laut dengan rute

1
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Nusantara), 3
2
https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/artikel/jalur-perdagangan-maritim-nusantara-cerita-dari-masa-lalu-sebuah-
upaya-bagi-masa-kini
dari Aden menyisir pantai menuju Maskat, Raisut, Siraf, Guadar, Daibul, Pantai Malabar yang
meliputi Gujarat, Keras, Quilon, dan Kalicut kemudian menyisir pantai Karamandel seperti
Saptagram ke Chitagong (pelabuhan terbesar di Bangladesh), Akyab (sekarang wilayah
Myanmar), Selat Malaka, Peureulak (Aceh Timur), Lamno (pantai barat Aceh), Barus, Padang,
Banten, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Ampel, Makasar, Ternate, dan Tidore.3

Pembahasan

Dari fakta sejarah yang telah di paparkan dapat dilihat interaksi bangsa Arab dengan bangsa
Nusantara telah dimulai sejak berabad-abad. Namun kedatangan agama Islam ke tanah Nusantara
masih jadi perdebataan di kalangan peneliti. Adapun beberapa teori yang mengemukakan
bagaimana kedatangan Islam ke Nusantara yakni,

1. Teori Arab (Jalur Rempah)


Teori ini menunjukkan bahwa Islam dating langsung dari tanah Arab. Islam menjejakkan
kaki di tanah Nusantara pada awal abad Hijriah atau 7-8 Masehi. Arnold T.W
mengasumsikan bahwa para pedangang Arab tidak hanya melakukan hubungan dagang
namun juga melalukan hubungan politik-keagamaan. Asumsi ini menjadi kuat jika
meninjau sumber-sumber dari Cina, bahwa menuju akhir perempatan ketiga abad ke-7
seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir
pantai Sumatera. Orang-orang Arab tersebut sebagian melakukan perkawinan dengan
masyarakat lokal yang kemudian menghasilkan wadah sebuah komuitas Muslim yang
terdiri dari orang pendatang dan orang pribumi.4 Keijzer berpandangan bahwa Islam di
Nusantara datang dari Mesir hal ini merupakan korespondensi mazhab pemeluk agama
Islam di Nusantara dan Mesir. Ada juga pendapat dari Niemann dan de Hollander yang
mengungkapkan bahwa Islam di Nusantara datang dari Hadhramaut.5

3
Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Book Pubhlisher, 2007), 323
4
T.W Arnold, The Preaching of Islam : A History of the Propagation of the Muslim Faith, London: Constable, 1913,
364-5.
5
G.W.J. Drewes, New light on the coming of Islam to Indonesia?, In: Journal of the Humanities and Social Sciences
of Southeast Asia, 1968.
2. Teori Cina (Jalur Sutra)
Sejak 2 abad sebelum masehi hubungan dagang antara dunia barat dan timur telah
terbentuk. Hubungan dagang tersebut melewati rute yang membentang dari Eropa,
Mediternia, Asia Tenggara, hingga Asia Timur. Hal ini menjadi dasar hubungan antara
etnis Muslim dan etnis Cina yang mana telah dimulai sejak abad pertama Hijriyah.
Kemudian pada tahun 31 Hijriyah/651 Masehi literature Dinasti Cina yang berjudul Chiu
T’ang Shu yang mencatat bahwa Istana T’ang dikunjungi duta pertama dari negeri Ta
Shih (istilah Cina untuk menyebut Arab). Empat tahun kemudian duta kedua datang ke
Cina dan mengabarkan telah mendirikan sebuah negara. Duta tersebut diutus pada masa
Khalifah Utsman bin ‘Affan (23-35/644-56)6. Selama kurang lebih 90 tahun hubungan
politik dibangun oleh Disnasti Umayyah dengan Cina. Tak kurang dari 17 duta telah
dikirim ke Cina dan pada Dinasti Abasyiyah 18 telah diutus ke Cina. 7 Akibat hubungan
yang begitu intens dari kedua etnis, jumlah Muslim meningkat yang berpusat di Kanfu.
Kemudian pada 176/792 penguasa Cina mengnakat seorang Muslim untuk menjaga
ketertiban koloninya. Kedatangan Islam di tanah Nusantara bersamaan dengan perjalanan
agamawan Budha Cina ke India. Dalam perjalanan dari Kanton tersebut, mereka singgah
ke Sribuza (kerajaan Budha Sriwijaya)8. Menjelang abad ke-8 terjadi kerusuhan di
Kanton yang melibatkan etnis Muslim dan etnis Cina. Pasca kerusuhan itu banya etnis
Muslim yang diusir dari Kanton menuju ibu kota Sribuza (Palembang) untuk mencari
perlindungan.9

Kesimpulan
Semangat penjelajahan dan kemahiran navigasi telah menjadi alasan mendasar kemajuan Muslim
di berbagai bidang. Tak dipungkiri penyebaran Islam menyebar besamaan dengan penjelajahan
Muslim di berbagai penjuru dunia. Meski pada awalnya hanya sebatas hubungan dagang dengan
masyarakat Nusantara namun lambat laun hubungan politik dan keagamaan juga terjalin baik
dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara.

6
M. Nakahara, “Muslim Merchants in Nan-Hai, dalam R. Israeli dan Jhons (peny.), Islam in Asia : Volume II
Southeast and East Asia, Boulder: Westview, 1984,1-2.
7
Ibid.
8
I-Tsing (634-713). A Record of the Budddhist Religion as Parctised in India and the Malay Archipelago.
9
Cha ju-Kua. Chau ju-Kua : His Works on the Chinese an Arab Trade in the Twelfth and Thirteenth Centuris, Entittled
Chu-fan-chi. Taipei : Literature House. 1956.

Anda mungkin juga menyukai