Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Sebelumnya saya mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada saya , sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini .
Semoga makalah ini dapat memenuhi kewajiban kami dalam tugas mata Pelajaran
Sejarah Peminatan Kelas XII. Adapun harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca mengenai Perang Teluk I (Irak-Iran).
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Bekasi, 21 Februari 2020


Penulis

Karimah Hayati

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... 3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………...  4


A. Latar Belakang ……………………………………………………………………   4
B. Rumusan Masalah .......................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………  5

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………….  6


A. Penyebab Terjadinya Perak Teluk I………..............................……………. 6
B. Proses Terjadinya Perak Teluk I ……………..………………….................…  9
C. Dampak Konflik Perang Teluk I…………………………..……………………  16

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………..19


A. Kesimpulan …………………………………………………………………… 19
B. Saran …………………………………………………………………………. 20

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Keberagaman negara diseluruh dunia ini memang juga mempunyai tradisi dan watak
tersendiri-tersendiri. Adanya beberapa faktor mendasar yang sudah berlangsung sejak lama
dan menyangkut kepercayaan serta menyangkut kemakmuran hidup bersama, ternyata sangat
mudah menimbulkan konflik (peperangan).Hal-hal yang menyangkut terkait ideologi bangsa,
suku, keyakinan, sangat mudah sekali mengobarkan  adanya perselisihan dan permusuhan
dan kemudian menjadi perang. Hal inilah yang terjadi pada Iran dan Irak yang saling
berperang memperebutkan hak-nya yang sudah diklaim masing-masing. Mereka mempunyai
dasar sendiri-sendiri yang dijadikan alat untuk membela dirinya supaya menjadi miliknya.

Kawasan Timur Tengah memang terkenal dengan sumber daya alamnya terutama
hasil minyaknya yang mampu menyuplay keseluruh penjuru dunia. Iran sebagai salah satu
negara yang kaya akan minyak, hal tersebut tidak lantas membuat Iran kaya dan tentram
seperti yang diharapkan. Karena kita ketahui bahwa negara-negara lain yang butuh akan
kekayaan minyak tersebut sudah siap untuk merebutnya. Irak adalah negara tetangga
terdekatnya yang memiliki perbatasan dengan Iran. Di perbatasan itulah yang menjadi
sengketa dan menyulutkan perselisihan. Irak mengeklaim bahwa wilayah itu merupakan
miliknya akan tetapi Iran juga tidak mau kalah dan menanggap bahwa itu juga wilayahnya.

Jika sudah begitu maka akan sangat sulit sekali untuk menengahinya. Dengan
berbagai faktor baik intern maupun ekstern maka jelas perang antara negara tetangga ini tak
mampu dielakkan lagi. Negara yang berdampingan yang seharusnya damai justru harus
berperang dan mengakibatkan jatuhya korban yang tidak sedikit.

Konflik antar negara yang sampai sekarang masih terus berlanjut terjadi di Kawasan
Timur Tengah, menjadikan bahan yang menarik untuk terus diulas dan dipelajari lebih
mendalam. Terutama salah satu aktor negara yang sangat mencolok dengan konfliknya yaitu
Irak. Irak terlibat perang dengan Iran negara tetangganya. Samapi sekarang konflik-konflik di
negara-negara tersebut masih terus ada, hal tersebut disebabkan adanya faktor-faktor tertentu
yang sangat mendasar di tambah lagi faktor-faktor pendukung lainnya. Kekurang pahaman
terkait peran Irak-Iran ini tentunya membuat kita sebagai umat manusia yang sama tinggal di
planet ciptaan Tuhan ini harus saling tahu dan memperhatikan bahkan ikut andil menjaga

4
kerukunan antar negara. Karena pada dasarnya setiap peperangan pasti akan mempunyai
dampak tidak hanya positif tetapi cenderung negatif terutama bagi pihak yang kalah.

Perang merupakan pengalaman tersulit dalam kehidupan yang selalu membawa


berbagai macam masalah baik secara individu, sosial dan bahkan global. Ketika sebuah
bangsa melalui masa-masa perang, fakta dan berbagai peluang yang terkandung di dalamnya
jika kemudian hari kita pikirkan kembali, mungkin tidak dapat terbayangkan besarnya.
Banyak orang yang menolak perang dan menghindarinya serta sedikit sekali orang yang
menerima atau menyukainya. Orang-orang yang pernah berperang di medan pertempuran dan
bangsa-bangsa yang telah merasakan pahitnya perang, mengetahui dengan baik apa saja yang
terjadi dan masalah apa yang dihadapi satu generasi dan setelahnya.

B.      Rumusan Masalah

Jadi berdasarkan latar belakang yang tertulis di atas maka rumusan masalah yang akan
kita bahas dalam makalah ini adalah :

1.   Apakah penyebab sehingga terjadinya perang Teluk I ?

2.   Bagaimanakah proses terjadinya Perang Teluk I ?

3.   Bagaimanakah dampak dari terjadinya Perang Teluk I ?

C.      Tujuan

Jadi setelah membaca apa yang telah menjadi rumusan masalah di atas, makalah ini
bertujuan :

1.     Untuk mengetahui apakah  penyebab sehingga terjadinya perang Teluk I.

2.     Untuk mengetahui bagaimanakah proses terjadinya Perang Teluk I.

3.     Untuk mengetahui bagaimanakah dampak terjadinya Perang Teluk I.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.      Penyebab terjadinya perang Teluk I

Ketegangan hubungan irak iran mulai meningkat ketika irak pada tahun 1975
melanggar perjanjian perbatasan dengan iran.pejabat irak mengatakan bahwa iran menyerang
instalasi ekonomi irak di sungai Shatt al-Arab.laporan lain mengarakan iran menembak
cadangan minyak irak diwilayah Basra, selatan irak dan membakarnya.

Bagian selatan sungai Shatt al-Arab ini merupakan perbatasan kedua negara, menuju
teluk dan menjadi jalur passokan utama minyak menuju barat.perbatasan ini pun tak awal
menjadi pemicu peperangan.dasamping juga ada kekhawatiran pemimpin irak no 1 yaitu
Saddam Hussein atass perlawanan syiah yang dibawa imam Khomeini dalam revousi iran.

Perang terbuka akhirnya meletus pada tanggal 22 september 1980.sebelumnya selama


tiga minggu telah terjadi pertempuran diperbatasan kedua negara.irak mengebom pesawat
pesawat iran dan pangkalan logistik iran termasuk bandara internasional Terheran.

Adapun berbagai penyebab terjadinya perang antara Irak dan Iran antara lain, adalah:

1.   Sengketa antara Irak dan Iran sebenarnya masih terkait dengan sejarah kedua belah
negara yang tak pernah akur.

Berlarut-larutnya permusuhan yang terjadi antara kerajaan Mesopotamia (terletak di


lembah sungai Tigris-Eufrat, yang kini menjadi sebuah negara Irak modern) dengan kerajaan
Persia atau negara Iran modern. Yang pertama ialah persaingan dsn ketegangan Bangsa Arab
dan Bangsa Parsi, yang satu tidak dapat menerima keunggulan atau dominasi yang lain. yang
kedua ialah masalah minoritas etnis. Pada zaman shah Iran mendukung perjuangan otonomi
suku Kurdi di Irak, sedangkan Irak mendukung minoritas etnis Arab di Iran yang
memperjuangkan kebebasan yang lebih besar atau pemisah, dan yang ketigaialah perbedaan
orientasi politik luar negeri. Sampai beberapa waktu yang lalu Irak adalah Pro Uni Soviet,
dan Iran adalah Pro Barat.

2.   Persengketaan wilayah yang dianggap penting oleh Irak dan Iran

Pertama, persengketaan Sungai Shatt Al Arab, sungai tersebut berperan penting bagi
Irak karena merupakan satu-satunya jalan keluar negara tersebut ke laut. Karena letaknya
yang berada di perbatasan dan posisi strategisnya yang mengarah ke Teluk Persia, sungai

6
tersebut menjadi bahan sengketa Irak dan Iran. Sebelum perang antara kedua negara meletus,
pada tahun 1975 sempat meredakan ketegangan antara kedua belah pihak karena berkat
perjanjian Algiers.

Kedua adalah Provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut selama ini
menjadi wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di
tanah Irak dan wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris. Dengan
begitu maka mereka saling meng-klaim sebagai wilayah mereka masing-masing.

3.   Munculnya Revolusi Islam oleh Iran

Pada masa pemerintahan Khomeini yang berambisi dan juga berusaha mengekspor
revolusi islamnya kenegara-negara lain dan Irak menjadi sasaran yang pertama karena di Irak
minorotas Sunni menguasai dan menindas mayoritas Syiah dan minoritas Kurdi yang secara
etnik linguistic dekat dengan bangsa Persi. Selain itu Khoeini menaruh dendam terhadap
rezim di Bagdad yang pada tahun 1978 mengusirnya dari Irak karena dia berkampanye
melawan pemerintah Shah. Sehubungan dengan itu pemerintah Iran menghasut umat Syiah
dan Suku Kurdi di Irak untuk memberontak dan merebut kekuasaan serta membentuk suatu
republic Islam menurut pola Republik Islam Iran. Dilain pihak Bagdad menghasut minoritas
Kurdi di Irak untuk mendukung minoritas Arab dalam memperjuangkan otonominya, dan
membantu sejumlah jendral Iran dan pengikut-pengikutnya Bakhtiar di pengasingan untuk
menyusun kekuatan guna menumbangkan kekuasaan Khomeini.

Irak di bawah kendali Saddam Hussein dan  Partai Baath memiliki ambisi untuk
menjadi kekuatan dominan di wilayah Arab di bawah bendera pan-Arabisme sejak
meninggalnya Presiden Mesir, Gamal A. Nasser. Revolusi Islam yang terjadi di Iran tersebut
dianggap sebagai penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab.
Selain untuk mencegah menyebarnya revolusi Islam, Irak juga berusaha mengambil
keuntungan dengan kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam untuk merebut
wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa dengan Iran dan menambah sumber minyak
Irak.

Dengan kekhawatiran-kekhawatiran tersebut maka tak heran jika muncul tindakan-


tindakan yang membawa ketegangan dan menimbulkan peperangan pada puncaknya.

7
4.   Percobaan pembunuhan terhadap pejabat Irak

Pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana


menteri Irak, Tariq Aziz. Irak segera bertindak dengan menangkap sejumlah orang yang
diduga terlibat atas percobaan pembunuhan tersebut dan  mendeportasi ribuan warga Syiah
berdarah Iran keluar dari Irak. Pemimpin Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil
menyebut ada agen Iran yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Hal inilah yang menjadi salah
satu faktor pendorong meletusnya perang Irak-Iran.

5.   Penyebab khusus terjadinya Perang Teluk I antara lain:

1)   Adanya serangan granat pada tanggal 1 April 1980 terhadap wakil Perdana
Menteri Irak Tariq Aziz yang diduga bertanggung jawab atas aksi-aksi survesi terhadap Iran.

2)   Adanya pengusiran ribuan keturunan Iran oleh Saddam, serta melancarkan


serangan yang sengit terhadap pribadi Khomeini dan membatalkan perjanjian Algiers.
Sedangkan Menlu Iran Shodeh Godzadeh berjanji untuk menumbangkan rezim Baath yang
berkuasa di Irak serta memutuskan hubungan diplomatic.

3)   Kedua negara saling menempatkan pasukan masing – masing di daerah


perbatasan dalam jumlah yang cukup besar.

4)   Terjadinya perang pers dan media masa antar kedua belah negara.

5)   Pada 17 September 1980, presiden Saddam Hussein secara sepihak membatalkan


Perjanjian Algiers tahun 1975 karena pada waktu itu Saddam Hussein merasa bahwa
Perjanjian Algiers tidak adil untuk Irak, pada saat pembuatan perjanjian itu kedua belah
negara tidak dalam posisi yang seimbang dimana Irak pada waktu itu sebagai negara yang
kalah dengan Iran. kemudian Iran melihatnya sebagai pernyataan perang pada 20 September
1980.

Menurut para pengamat ada dua faktor yang menyebabkan invansi yang dilakukan Saddam
ke Iran, pertama, adanya kekhawatiran dikalangan penguasa negara Arab terhadap
kemungkinan menularnya revolusi Khoehenni kenegara-negara Arab. Dan yang kedua,
ambisi Saddam Hussein untuk bisa tampil sebagai pemimpin Arab.

8
B.      Proses terjadinya Perang Teluk 1

Perang Teluk I tersebut berlangsung selama hampir 8 tahun. Setidaknya ada tiga hal
yang penting yang dapat ditarik dari perang antara Irak dan Iran yang terjadi pada tahun
1980-1988. Pertama, tidak ada pihak yang menjadi pemenang secara mutlak dalam perang
Irak-Iran. Baik pihak Iran maupun Iran sama-sama menderita kerugian yang besar. Dapat
dikatakan bahwa dalam perang Teluk I, Irak mendapat separuh kemenangan, sedangkan Irak
menderita setengah kealahan. Kedua, prediksi Irak dalam perang Teluk I sangat meleset.
Perang yang diperkirakan hanya berlangsung singkat ternyata berlarut-larut sampai 8 tahun.
Iran yang semula diremehkan dan dalam waktu singkat dapat segera ditakhlukan, ternyata
melakukan perlawanan yang sengit, sehingga Iran yang semula berada di pihak defensiff
kemudian menjadi ofensib. Ketiga, akibat perang teluk I ternyata membuat dampak yang luar
biasa, terutama bagi Irak, terutama untuk biaya dan ganti rugi perang. Dampak perang teluk
bagi Irak tersebut kemudian memicu dan menjadi salah satu faktor terjadinya perang teluk II
antara Irak dan Kuwait.

Perang ini terbagi dalam beberapa alur atau periode tahun, dimana setiap periode
tersebut mempunyai makna sendiri bagi masing-masing negara karena menjadi ajang balas
dendam atas serangan-serangan yang saling dilancarkan. Adapun babak-babak tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1.   Tahun 1980-1982 : Penyerbuan Oleh Irak

Ada 2 sasaran Irak dalam serangannya ke Iran : menguasai wilayah-wilayah strategis


serta kaya minyak di Iran & mencegah tersebarnya revolusi Islam ke negara-negara
sekitarnya. Dalam serangannya, Irak menginginkan kemenangan cepat  atas Iran dengan
memanfaatkan situasi internal Iran yang masih belum stabil pasca revolusi Islam. Irak juga
berharap kalau masyarakat  di Iran akan menyalahkan pemerintahan baru negaranya sehingga
sebagian dari mereka terutama dari golongan Arab Sunni -  kemudian akan membelot  kepada
Irak.

Tanggal 22 September 1980, jet-jet tempur Irak menyerang 10 pangkalan udara milik
Iran dengan tujuan menghancurkan pesawat  tempur Iran di darat, taktik yang dipelajari dari
kemenangan Israel atas Arab dalam Perang 6 Hari. Serangan dari pasukan udara Irak berhasil
menghancurkan gudang amunisi & jalur transportasi darat, namun sebagian besar pesawat 

9
Iran tetap utuh karena terlindung dalam hanggar yang terlindungi secara khusus. Kegagalan
Irak menghancurkan pesawat-pesawat  tempur Iran dalam serangan kejutan tersebut 
memberi peluang bagi Iran untuk melancarkan serangan udara balasan ke Irak.

Sehari kemudian, Irak melakukan serangan darat  ke wilayah Iran dari 3 front 
sekaligus. Inti dari serangan tersebut  adalah untuk menguasai Khuzestan & Shat t  al-Arab di
mana 4 dari 6 divisi pasukan Irak dalam penyerbuan dikirim untuk menguasai kedua wilayah
tersebut. Sisanya dipecah jadi 2 untuk menguasai front utara (Qasr-e Shirin) & f ront  tengah
(Mehran) untuk mengantisipasi serangan balik yang mungkin dilakukan oleh Iran. Hasilnya,
usai serangan mendadak itu Irak berhasil menguasai wilayah Iran seluas 1.000 km persegi.

Bulan November 1980, pasukan Irak melancarkan serangan ke 2 kota penting yang
strategis di Iran selatan, Shabadan & Khorramshahr. Dalam penyerbuannya itu, pasukan Irak
mendapat  perlawanan sengit dari pasukan Pasdaran (Garda Revolusi) Iran. Kedua kota
tersebut akhirnya berhasil dikuasai Irak pada tanggal 10 November 1980. Tercatat  belasan
ribu pasukan dari kedua kubu terbunuh dalam pertempuran di kedua kota tersebut.
Keberhasilan Irak menguasai kedua kota tersebut  sekaligus menjadi keberhasilan terakhir
Irak mencaplok wilayah mayor dari Iran.

Iran yang tertekan sempat  berusaha melakukan serangan balasan kepada Irak pada
awal tahun 1981, namun gagal karena presiden Iran, Bani Sadr, nekat  memimpin langsung
pasukan reguler Iran sekalipun dia hanya memiliki pengetahuan militer yang minim. Ia
mengirimkan 3 resimen pasukan reguler tanpa didukung oleh Pasdaran & tidak
memperhitungkan waktu serangan di saat hujan yang bakal menyulitkan suplai logistik.
Akibatnya, pasukan Iran dikepung pasukan Irak & banyak dari kendaraan lapis baja Iran yang
hancur atau perlu ditinggalkan karena terjebak dalam lumpur.

Serangan balasan Iran yang jauh lebih efektif  sebenarnya sudah dilakukan beberapa
hari sejak Irak pertama kali membombardir pangkalan udara milik Iran. Pesawat-pesawat  F-
4 milik Iran melakukan serangan ke wilayah Irak & secara efektif  berhasil melumpuhkan
sejumlah titik penting di sana. Keberhasilan tersebut membuat  pasukan udara Iran terlihat 
lebih superior dibandingkan pasukan udara Irak. Namun, kurangnya amunisi & suku cadang
yang hanya bisa didapatkan dari AS  negara sekutu Iran yang berbalik memusuhi Iran pasca
revolusi Islam  membuat  Iran seiring waktu jadi lebih banyak memakai helikopter yang
dipasangi persenjataan darat  sebagai pendukung pasukan dari udara.

2.   Tahun 1982 : Titik Balik & Mundurnya Irak

10
Pasukan Irak dalam serangan kilatnya berhasil memanfaatkan momentum lemahnya
koordinasi pasukan Iran & problem alutsista milik Iran sehingga para pengamat yakin bahwa
perang akan segera berakhir dengan kemenangan Irak hanya dalam waktu beberapa minggu.
Plus, Irak memang berhasil menguasai wilayah-wilayah strategis Iran dalam serangannya itu.
Namun, Iran enggan menyerah begitu saja & dalam perkembangannya berhasil memukul
balik Irak.

Problem bagi Iran dalam perang adalah dari segi alutsista atau persenjataan, mereka
kalah superior dibanding Irak yang saat  itu memang merupakan salah satu negara dengan
kekuatan militer terbaik di Timur Tengah selain Israel. Untuk mengantisipasinya, sejak
perang meletus Iran merekrut ratusan ribu milisi sukarela yang disebut Basij (Tentara
Rakyat). Basij tidak memiliki pengalaman militer & persenjataan yang memadai, namun
mereka memiliki keyakinan sangat tinggi akan agamanya & tidak segan-segan melakukan
tindakan berani mati semisal menerobos ladang ranjau atau area yang dihujani tembakan
artileri musuh saat  diperintahkan.

Pasukan Irak di wilayah Iran dalam perkembangannya tidak bisa bergerak lebih jauh
lagi sejak bulan Maret 1981 setelah pasukan mereka dikalahkan oleh milisi Basij yang
jumlahnya mencapai ribuan di Sungai Kanun. Sejak itu, Irak lebih banyak melakukan taktik
defensif  untuk mempertahankan wilayah taklukan mereka & hanya terjadi sedikit 
pergeseran di garis depan. Faktor utamanya adalah kesalahan prediksi di mana Irak
memperkirakan warga Arab Sunni di Iran bakal membantu mereka. Namun faktanya, mereka
bersama rakyat Iran lainnya justru bersatu dan bahu-membahu melawan Irak.

Titik balik bagi Iran terjadi pada bulan Maret  1982 dalam operasi militernya di
bawah kode sandi "Operasi Kemenangan yang Tak Dapat  Disangkal" (Operation Undeniable
Victory). Dalam operasi militer tersebut , pasukan gabungan Pasdaran-Basij milik Iran
berhasil menembus garis depan pasukan Irak yang sebelumnya dianggap tidak bisa ditembus
& memecah pasukan Irak di utara & selatan Khuzestan sehingga pasukan Irak terpaksa
mundur.

Bulan Mei 1982, Iran berhasil merebut  kembali wilayah Khorramshahr. Dalam
pertempuran memperebutkan wilayah tersebut , Irak kehilangan 7.000 tentara, sementara Iran
10.000 sehingga menjadikan pertempuran itu sebagai salah satu pertempuran paling berdarah
dalam inisiatif  serangan balik Iran. Sejak kemenangan tersebut , Iran berganti menjadi pihak

11
yang menekan Irak dan pada bulan Juni berhasil mendapatkan kembali seluruh wilayahnya
yang sebelumnya dikuasai oleh Irak.

Saddan Hussein yang melihat  bahwa moral pasukannya sudah terlanjur runtuh akibat 
serangkaian kekalahan melawan Iran pun menyatakan akan segera menarik seluruh
pasukannya dari Iran & menawarkan gencatan senjata kepada Iran. Tawaran gencatan senjata
itu mencakup pembayaran ganti rugi perang sebesar 70 juta dollar AS oleh negara-negara
Arab. Iran menolak tawaran gencatan senjata tersebut  sambil menyatakan bahwa mereka
akan menyerbu Irak & tidak akan berhenti sampai rezim yang berkuasa di Irak digantikan
oleh pemerintahan republik Islam.

3.   Tahun 1982-1988 : Penyerbuan Oleh Iran

Bulan Juli 1982, Iran melancarkan serangannya ke kota Basra, Irak, di bawah kode
sandi "Operasi Ramadhan". Dalam serangan tersebut, puluhan ribu anggota Basij & Pasdaran
mengorbankan diri mereka dengan berlari melewati ladang ranjau untuk memberi jalan bagi
tank-tank di belakangnya di mana selain menghadapi bahaya ranjau, mereka juga dihujani
tembakan artileri pasukan Irak. Irak berhasil mencegah Iran merengsek lebih jauh berkat
ketangguhan persenjataannya di garis pertahanan, namun Irak juga harus kehilangan
sejumlah kecil wilayah karena dikuasai Iran.

Keberhasilan Iran memukul balik Irak & berbalik menjadi negara penyerbu membawa
kekhawat iran tersendiri bagi AS yang kemudian memutuskan untuk membantu Irak sejak
tahun 1982. Presiden AS, Ronald Reagan, menyatakan bahwa negaranya akan berusaha
membantu dengan cara apapun untuk mencegah Irak kalah. Selain dari AS, dukungan untuk
Irak juga datang dari Uni Soviet  & Liga Arab. Di lain pihak, Iran sendiri selama perang
hanya mendapat dukungan secara terbuka dari Suriah & Libya.

Karena keberpihakan terang-terangan AS ke Irak, maka cukup mengejutkan ketika


AS diketahui juga membantu Iran dengan jalan menjual persenjataan ke Iran secara diam-
diam (dikenal sebagai skandal Iran-Contra). Henry Kissinger, salah satu tokoh penting
Gedung Putih,  menyatakan bahwa AS merasa baik Irak & Iran sama-sama tidak boleh kalah
untuk mencegah dominasi dari pihak pemenang di kawasan tersebut. Israel juga dikabarkan
menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam kendati kedua negara tidak lagi menjalin
hubungan diplomatik pasca Revolusi Islam di Iran, namun Iran sendiri hingga sekarang selalu
membantah kabar tersebut.

12
Kembali ke medan perang, Iran berpikir bahwa Irak bisa direbut  dengan melacarkan
serangan besar-besaran dari berbagai front. Maka pada tahun 1983, Iran melakukan 3
penyerbuan besar yang disusul 2 penyerbuan lainnya dengan mengerahkan ratusan ribu
personil tentaranya. Iran sempat  berhasil menembus garis pertahanan Irak, namun Irak
berhasil memukul balik Iran dengan melakukan serangan udara mendadak secara besar-
besaran. Hingga akhir tahun 1983, tercatat  120.000 personil Iran & 60.000 personil Irak
tewas dalam peperangan.

Irak berusaha memaksa Iran menghentikan perang & menuju meja perundingan
dengan berbagai cara. Di awal tahun 1984, Irak membeli sejumlah alutsista baru dari Uni
Soviet  & Prancis. Tak lama kemudian, Irak melakukan serangan udara ke sejumlah kota
dengan persenjataan barunya itu. Irak berharap Iran merasa tertekan & kemudian menerima
tawaran dari Irak untuk berunding di tempat  netral, namun nyatanya Iran tetap menolak
tawaran berunding dari Irak.

Iran yang kehilangan begitu banyak personilnya akibat  sejumlah penyerbuan yang
gagal sebelumnya belum mengendurkan serangan. Bulan Februari 1984, Iran menggelar
"Operasi Fajar" (Operation Dawn) yang ditargetkan ke kota Kut  al-Amara dengan tujuan
memotong jalur perairan yang menghubungkan Baghdad & Basra. Dalam operasi militer itu,
Iran mengerahkan 500.000 personil Basij & Pasdaran.

Pertempuran dalam Operasi Fajar sekaligus menjadi seperti head-to-head kekuatan


militer yang dominan di masing-masing negara. Iran unggul jumlah tentara tapi kekurangan
alutsista pendukung macam pasukan udara & artileri sehingga Iran banyak menjalankan
taktik mengerubungi pertahanan musuh dengan tentara (human wave attack), sementara Irak
kalah jauh dalam hal jumlah tentara tapi unggul dalam hal alutsista. Periode antara tanggal 29
Februari hingga 1 Maret  merupakan salah satu episode pertempuran terbesar dalam Perang
Irak-Iran di mana dalam pertempuran itu, masing-masing pihak kehilangan 20.000
tentaranya.

Iran kembali melancarkan agresi militer antara akhir Februari hingga Maret  1984 di
bawah kode sandi "Operasi Khaibar" dengan memakai sejumlah serangan pendobrak ke Kota
Basra. Agresi militer tersebut berujung keberhasilan pasukan Iran merebut  Pulau Majnun
yang kaya minyak. Irak sempat  melancarkan serangan balik untuk merebut  wilayah
tersebut , termasuk dengan memakai senjata kimia. Namun pasukan Iran tetap berhasil
mempertahankan pulau tersebut  hingga menjelang akhir perang.

13
Walaupun berada pada posisi tertekan, pada tahun 1985 Irak masih sempat 
melakukan penyerbuan balik ke Iran dengan menyerang Tehran & kota-kota pent ing lainnya
di Iran usai mendapatkan bantuan finansial dari negara-negara Arab sekutunya & bantuan
alutsista terbaru dari Uni Soviet, Cina, & Perancis. Serangan Irak tersebut tidak membawa
perubahan yang signifikan dalam alur peperangan karena sekalipun wilayahnya diserang, di
tahun yang sama Iran tetap melakukan penyerbuan ke wilayah Irak di bawah kode sandi
"Operasi Badar".

4.   Tahun 1984-1988 : Perang Taker

Tahun 1984, Irak yang baru mendapat  bantuan pesawat  tempur Super Etentard
terbaru dari Perancis melakukan operasi militer di laut  mulai dari muara Shat t’ el-Arab
hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target  dari operasi militer tersebut  adalah semua kapal
yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi militer, baik itu kapal berbendera Iran
maupun kapal netral yang dari atau menuju Tehran. Tujuannya adalah untuk memblokade
ekpsor minyak Iran & mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak.
Kebijakan militer Irak tersebut  lalu mengawali babak baru dalam perang yang dikenal
sebagai "perang tanker".

Jika ditelusuri, sebenarnya perang tanker sudah dimulai sejak tahun 1981 di mana
pasukan laut  Irak saat  itu menargetkan titik- titik penting milik Iran di laut seperti pelabuhan
& kilang minyak. Dalam operasi militernya di laut  tersebut, Irak lebih banyak memakai
angkatan udaranya untuk melakukan serangan. "Perang tanker fase I" tersebut  berlangsung
selama 2 tahun setelah baik Irak maupun Iran kekurangan armada kapal untuk meneruskan
operasi militernya. Baru pada tahun 1984, Irak memutuskan untuk kembali melakukan
operasi militer di laut  sekaligus mengawali babak baru "perang tanker fase II"

Perang tanker fase II dimulai ketika Irak menyerang kapal berbendera Yunani di
sebelah selatan Kepulauan Khark pada bulan Maret  1984. Iran lantas membalasnya dengan
menyerang kapal-kapal berbendera Kuwait di dekat Bahrain & Arab Saudi di perairan Arab
Saudi sendiri. Serangan tersebut sekaligus menjadi peringatan dari Iran bahwa jika Irak tetap
nekat melanjutkan perang tanker, tak akan ada kapal milik negara Teluk yang bakal selamat.
Suatu ancaman yang dampaknya tidak ringan karena berpotensi melumpuhkan aktivitas
pengangkutan minyak mentah di kawasan tersebut.

Upaya Irak untuk memblokade jalur transportasi minyak Iran gagal melumpuhkan
ekonomi Iran karena ketika Irak memblokade kawasan teluk, Iran hanya memindahkan

14
pelabuhannya ke Kepulauan Larak di dekat  Selat  Hormuz sehingga aktivitas ekspor
minyaknya relatif  tidak terganggu. Di lain pihak, justru Irak yang perekonomiannya
terancam setelah Suriah, sekutu Iran saat itu memblokade pipa minyak Irak ke Mediterania
sejak tahun 1982. Sebagai antisipasinya, Irak pun mengalihkan aktivitas ekspor minyaknya
lewat Kuwait dan jalur pipa minyak baru dibangun melewati Laut  Merah serta Turki.

5.   Tahun 1987-1988 : Ikut Campurnya Amerika Serikat (AS)

Situasi perang tanker yang semakin membabi buta karena ikut  menargetkan kapal-
kapal tanker dari negara-negara yang netral membuat  Kuwait  meminta bantuan pihak
internasional pada tahun 1986. Uni Soviet adalah negara pertama yang merespon dengan
mengirimkan kapal-kapal perangnya untuk mengawal kapal tanker Kuwait. Kebijakan Uni
Soviet  lalu diikuti oleh AS pada tahun 1987 yang sebenarnya sudah didekati Kuwait  lebih
dulu.

Ikut campurnya AS dalam Perang Irak- Iran sebenarnya disebabkan karena kapal
perangnya, USS Stark, tertembak oleh pesawat  tempur Irak sehingga 13 awak kapalnya
meninggal. Irak meminta maaf  kepada AS sambil mengatakan bahwa itu adalah kecelakaan.
Ironisnya, AS justru malah menyalahkan Iran dengan alasan Iranlah yang menyebabkan
peperangan semakin berkobar & kemudian diikuti dengan tindakan AS untuk mengirim
armada lautnya untuk mengawal kapal-kapal tanker milik Kuwait yang mengibarkan bendera
AS.

Tujuan utama AS dalam penerjunan armada lautnya di sekitar Teluk adalah untuk
mengisolasi Iran & menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana. AS baru melancarkan
serangan langsung ke Iran dengan menghancurkan kilang minyak Iran di ladang minyak
Rostam setelah pasukan Iran menenggelamkan kapal tanker Kuwait  berbendera AS, Sea Isle
City. Setahun kemudian, tepatnya bulan April 1988, AS kembali menyerang kilang minyak &
kapal-kapal perang Iran setelah kapal perangnya, USS Samuel B. Roberts, tenggelam akibat 
ranjau laut  Iran.

Tanggal 3 Juli 1988, kapal perang AS, USS Vincennes, menembak jatuh pesawat sipil
Iran sehingga seluruh penumpang & awak pesawatnya tewas. AS berdalih kalau pasukannya
salah mengira bahwa pesawat sipil tersebut adalah pesawat tempur Iran karena tidak

15
mengidentifikasikan dirinya ke kapal perang sebagai pesawat sipil. Namun, klaim AS
tersebut  dibantah oleh Iran dan sumber independen lainnya seperti bandara Dubai yang
menyatakan kalau pesawat tersebut sudah mengidentifikasikan dirinya ke kapal AS sebagai
pesawat sipil melalui radio.

6.   Tahun 1988 : Gencatan Senjata dan Pasca Perang

Antara bulan April hingga bulan Agustus 1988, arah pertempuran mulai kembali
menguntungkan Irak setelah Irak berhasil meraih beberapa kemenangan penting atas Iran.
Dalam pertempuran pada kurun waktu tersebut, Irak juga berhasil merebut sejumlah besar
alutsista milik Iran & menguasai kembali Semenanjung Al-Faw serta Kepulauan Majnun
yang kaya minyak. Iran yang mulai terdesak akhirnya mau menerima Resolusi Dewan
Keamanan PBB 598 sehingga Perang Irak- Iran yang sudah berlangsung selama 8 tahun pun
berakhir pada tanggal 20 Agustus 1988.

Perang Iran- Irak membawa kerugian besar bagi kedua belah pihak, baik dari segi
material dan korban jiwa. Jumlah kerugian material bagi masing-masing negara diperkirakan
mencapai 500 juta dollar AS. Sebagai akibatnya, pembangunan ekonomi menjadi terhambat
dan ekspor minyak kedua negara terganggu. Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung
Irak yang selama perang memangaktif mencari pinjaman uang untuk menambah alutsista.

Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah korban tewas dalam Perang Irak-Iran.
Beberapa sumber memperkirakan bahwa jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai
200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran
yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap-hadapan langsung dengan moncong
senjata musuh. Jumlah tersebut  belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat 
luka parah dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak
jangka panjang.

Selain kerugian material dan korban jiwa, tidak ada perubahan berarti pasca perang.
Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti sebelum perang dan
batas antara kedua negara juga tidak banyak berubah. Wilayah perairan Shatt al-Arab
contohnya, tetap dibagi menjadi milik kedua negara dengan batasnya adalah titik terdalam
pada perairan. Pasca perang, kedua negara juga melakukan perbaikan hubungan bilateral.

C.      Dampak Konflik Perang Teluk 1

a.    Dampak Negatif yang Ditimbulkan :

16
1.   Dalam Bidang Ekonomi :

1)     Perekonomian Irak mengalami kehancuran serta terkena blokade


ekonomi dan sanksi dari PBB

2)     Kerugian besar bagi kedua belah pihak, dari segi material jumlah
kerugian material bagi masing-masing negara diperkirakan mencapai 500 juta dollar
AS.

3)     Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang selama perang
memang aktif mencari pinjaman uang untuk menambah persenjataan.

4)     Pembangunan ekonomi di kedua negara menjadi terhambat dan ekspor


minyak kedua negara terganggu.

5)     Produksi minyak yang menurun drastis mempenagruhi perekonomian


dunia, khususnya bagi industri-indstri di dunia Barat dan Jepang.

6)     Ladang minyak dari kedua negara mengalami kerusakan, untuk Irak di


daerah Kirkuk, Basra dan Fao, sedangkan untuk Iran mengalami kerusakan di pulau
Kharg dan Abadan.

2.   Dalam Bidang Sosial :

1)      Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa
lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak
mengorbankan tentaranya untuk berhadap-hadapan langsung dengan moncong senjata
musuh. Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat luka parah
dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka
panjang.

2)      Perpecahan di negara Arab menimbulkan rasa tidak nyaman dan suasana


kehidupan sehari-hari yang tegang dan tercekang yang disebabkan adanya perperangan.

3)      Irak yang menuduh Iran terlibat dalam percobaan pembunuhan terhadap Deputi
Perdana Menteri Irak sehingga langsung mendeportasi ribuan warga Syi’ah berdarah Iran
keluar dari Irak.

3.   Dampak Bidang Politik :

1)      Amerika Serikat semakin kuat pengaruhnya di Timur Tengah.

17
2)      Adanya sikap anti USA dari pihak Irak (Amerika Serikat).

3)      Proses jalannya pemerintahan di kedua negara menjadi kurang efisien dan


terhambat karena adanya perang ini.

4.   Dampak Bidang Kemiliteran :

1)      Banyak korban peperangan ini tidak hanya dari non sipil namun juga dari
kemiliteran di kedua negara yang banyak tewas dan luka-luka serta cacat fisik dalam
peperangan ini.

2)      Banyak persenjataan dan alat-alat kemiliteran yang digunakan pada peperangan


ini rusak berat atau bahkan tidak dapat digunakan lagi.

b.   Dampak Positif yang Ditimbulkan :

1)   Selain kerugian materi dan korban jiwa, tidak ada perubahan berarti pasca
perang. Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti
sebelum perang dan batas antara kedua negara juga tidak banyak berubah. Wilayah
perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi menjadi milik kedua negara dengan
batasnya adalah titik terdalam pada perairan.

2)   Teknologi persenjataan perang yang canggih di antara kedua negara yang


meningkat pesat sehingga berpengaruh positif bagi peningkatan persenjataan
kemiliteran masing-masing negara.

18
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Perang Teluk I antara irak dan iran ini terjadi karena adanya Perseteruan historis antara negeri
Mesopotamia (sekarang Iraq), dengan Persia (sekarang Iran). Antara lain yaitu masalah
ketegangan akibat ketatnya persaingan, menoritas etnis, dan juga orientasi politik luar negeri
yang berbeda dan juga Sengketa atas Sungai  Shatt al-Arab dan Khuzestan yang kaya akan
hasil minyaknya. Hasil minyak ini sangat menguntungkan dan menimbulkan daya tarik setiap
negara selain itu Munculnya Revolusi Islam di Iran yang notabene Saddam Hussein ialah
Anti Iran ini juga ikut mempengaruhi terjadinya Perang Teluk I ini serta Percobaan
Pembunuhan Terhadap Pejabat Irak yang juga ikut mempengaruhi terjadinya perang Teluk I
ini antara iran dan irak.

Kemudian terkait dengan jalannya perang Teluk I ini, maka di bagi menjadi beberapa periode
yaitu yang pertama Periode Tahun 1980-1982 ( Penyerbuan oleh Irak ) yaitu Irak melakukan
berbagai serangan terhadap Iran guna menguasai wilayah dan mencegah Revolusi Islam
Iran.yang kedua Periode Tahun 1982-1984  ( Titik Balik  Mundurnya Irak ) yaitu Iran tidak
tinggal diam. Iran balas melancarkan berbagai Operasi militer untuk membalas serangan-
serangan dari Irak. Dan hal tersebut telah berhasil memukul mundur tentara militer Irak.yang
ketiga Periode Tahun 1984-1988  ( Perang Tanker ) yaitu Tahun 1984, berkat bantuan
pesawat tempur Super Etentard terbaru dari Perancis, Irak melakukan operasi militer di laut
mulai dari muara Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi militer

19
tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi militer.
Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran dan mempengaruhi ekonominya
sehingga Iran mau berunding dengan Irak.yang keempat Periode Tahun 1987-1988 ( Ikut
Campurnya AS ).dan yang terakhir adalah Periode Tahun 1988 (Gencatan Senjata) yaitu
Perang akhirnya berakhir setelah Iran menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 598 dan
secara resmi mengakhiri perang yang sudah terjadi selama 8 tahun pada tanggal 20 Agustus
1988.

Dampak Kerugian Perang Irak-Iran ini, antara lain Kerugian besar bagi kedua belah pihak,
dari segi material jumlah kerugian material bagi masing-masing negara diperkirakan
mencapai 500 juta dollar AS. Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin
mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik
militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap hadapan langsung dengan
moncong senjata musuh.Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian
akibat luka parah dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang
berdampak jangka panjang. Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang selama
perang memang aktif mencari pinjaman uang untuk menambah persenjataan.Pembangunan
ekonomi menjadi terhambat dan ekspor minyak kedua negara terganggu.

B.   Saran

Kami selaku penulis mengharapakan kritik dan saran apabila terdapat kesalahan kata dalam
penulisan makalah ini. Kritik dan saran yang membangun akan menjadikan kami lebih baik
ke depannya dalam penulisan makalah.harapan kami dengan ditulisnya makalah ini bisa
berguna bagi kita semua untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dibidang sejarah asia
barat baru.kurang dan lebihnya tentang makalah ini kami selaku penulis meminta maaf yang
sebesar besarnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Ahmad. (2010). Perang Perang Paling Berpengaruh di Dunia. Yogyakarta: Jogja


Bangkit Publisher

Isawati. (2012). Sejarah Timur Tengah I (Sejarah Asia Barat) Dari Peradaban Kuno Sampai
Krisis Teluk I. Yogyakarta: Ombak

Cahyo, Agus. (2012). Perang Perang Paling Fenomenal. Jogjakarta: Buku Biru

Badrika, Wayan. 2006. Buku Cetak Sejarah untuk SMA Kelas XII Program Ilmu Sosial.
Erlangga

Kirdi Dipoyudo. (1977). Timur Tengah Dalam Pergolakan. Jakarta : Centre For Strategic
And International Studies

Rita, Widyana. Perang Teluk( Irak-Iran ).Angkatan 1999. Sejarah FKIP UNS Surakarta.

Daliman. (1933). Sejarah Asia Barat Daya. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia. Surakarta: Universitas sebelas Maret

Riza Shihbudi. (1991). Islam, Dunia Arab, Iran : Bara Timur Tengah. Jakarta : Mizan

21

Anda mungkin juga menyukai