Disusun Untuk Memenuhi Salah satu Tugas Mata Kuliah : Sejarah Peradaban
Islam Teori
DOSEN PENGAMPU :
Khairun Nita Aulia, M.Pd.I
DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
KELAS B
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT yang Maha Kuasa atas
segala penciptaan-Nya. Selayaknya kita panjatkan rasa syukur atas kehadirat-Nya
yang telah melimpahkan segala bentuk kenikmatan kepada kita semua yang tiada
terhingga. Dan atas segala rahmat dan izin-Nya, maka saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Arab Pra-Islam” ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Geografis Jazirah Arab...................................................................... 4
3.1. Sistem Politik an Kemsyarakatan Bangsa Arab Pra-Islam................. 5
3.1.1. Kondisi Politik.......................................................................... 6
3.1.2. Kondisi Masyarakat.................................................................. 8
4.1 Kemsyarakatan Bangsa arab................................................................ 11
5.1 Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan bangsa Arab Pra-Islam........... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
persimpangan jalan penghubung jalur perdagangan dan jaringan bisnis dari
Yaman ke Syiria.
Dilihat dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, para sejarawan
membagi kaum-kaum Bangsa Arab menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya
tidak bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti Ad, Tsamud,
Thasn, Judais, Amlaq dan lain-lainnya.
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan
Ya’rub bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab
Qahthaniyah.
3. Arab Musta’ribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari
keturunan Isma’il, yang disebut pula Arab Adnaniyah.
2
4. Mengetahui kebudayaan masyarakat Arab sebelum datangnya Islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.
2.1. Geografis Jazirah Arab
Jazirah Arab mempnyai luas satu juta mil persegi atau sekitar
1.745.900 km yang mendiami mayoritas bangsa arab. Akan tetapi bangsa
arab juga mendiami daerah daerah sekitar jazirah. Tanah arab kadang juga
dinamai pulau gundul karena merupakan suatu tanah semenanjung yang
kesuburannya agak kurang dan terdapat banyak gunung batu. Beberapa
sungai yang mendiami wadi dengan aliran yang tidak tetap dan lembah
berair di musim hujan. 1
Jazirah dari sisi etimologi asalnya dari bahasa arab yang memiliki
arti “kepulauan”, Arab dari sisi etimologi berasal dari kata Arabia yang
berarti “gurun pasir”. Sebenarnya arab bukanlah kepulauan karena dilihat
dari semua pembatasannya adda satu sisi yang tidak berbatasan dengan
laut2. Di barat, Arab berbatasan dengan Laut Merah dan Gurun Sinai,
sebelah Selatan berbatasan dengan Laut India, sebelah Utara berbatasan
dengan gurun (padang pasir) Irak dan Syiria dan dibagian Timur
berbatasan dengan Teluk arab (Persia). Jazirah Arab adalah salah satu
tempat yang paling kering yang berada di muka bumi ini 3. Daerah ini
merupakan salah satu darah yang paling jarang dituruni hujan sehingga
suhu disana pun terasa sangat panas.
Berbicara tentang Arab pra Islam tentunya tidak dapat dipisahkan
dari dua kekuasaan yang sangat besar pada waktu itu yaitu Kerajaan
Romawi dan Kerajaan Persia. Kerajaan Romawi adalah sebuah kerajaan
besar yang terletak di Italia dengan ibukotanya yaitu Roma. Kerajaan
Persia menurut sejarah adalah kerajaan yang berkuasa di Iran. Sebelum
1
Khoiriyah, Reorientasi Sejarah Peradaban Islam : Dari Arab Sebelum Islam Sehingga Dinasti-
Dinasti Islam. (Yogyakarta : Teras,2012), hlm.6.
2
Fatah syukur NC, Sejarah Peradaban Islam (Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm.13
3
Khoiriyah, op.cit, hlm.5-6
4
datangnya Islam kedua kerajaan inilah yang terkenal pada waktu itu,
keduanya saling bersaing untuk menunjukkan siapakah yang terbaik
diantara keda kerajaan ini. Mereka sibuk berperang, memperluas wilayah
kekuasaan demi untuk kerajaannya masing-masing. Akibat dari
persaingan kedua kerajaan besar ini sehingga Jazirah Arab agak kurang
diperhatikan.4
Jazirah Arab di masa itu jauh dari hirak-hiruk pertentangan politik
dan kekacauan peradaban. Negara-negara dikawasan itu terpencil bahkan
terbelakang dari sisi peradaban. Karena jauh dari peradaban Romawi dan
Persia akhirnya mereka dengan leluasa untuk mengembangkan peradaban
mereka.
3.
3.1. Sistem Politik dan Kemasyarakatan bangsa arab Pra-Islam
Kondisi orang Arab sebelum datangnnya Islam mereka mereka
hidup berkelompok atau yang biasa disebut dengan kalibah atau suku.
Karena diantara kalangan masyarakat arab terdapat banyak kelompok-
kelompok maka kemungkinan terjadinya peperangan atau permusuhan
antara kelompok antara kelompok sangat rentan terjadi. Selain banyaknya
kabilah kabilah ini salah satu penyebab seringnya muncul perpecahan
dikalangan masyarakat arab karena mereka sangat tinggi rasa fantasinya
terhadap kelompoknya masing-masing. Sehingga pada nantinya jika ada
diantara mereka yang bertikai maka anggota yang lain akan terjun
langsung membela atau menolong anggota kelompoknya tersebut tanpa
melihat terlebih dahulu apakah anggota kabilahnya bersalah ataupun
bukan dia yang salah.
Diantara kabilah-kabilah ini, masing-masing mempunyai
permukaan ketua kabila yang akan memimpin kabilah tersebut.
Merupakan sebuah system pemerintahan kecil yang eksitensi politiknya
adalah kesatuan fanatisme, yang adanya hubungan itmbal balik untuk
4
Said Ramadhan Al-Buthy, The Great Episode of Muhammad (Jakarta : Noura Books,2015),
hlm.30
5
menjaga daerah dan nama baik kabilahnya masing-masing. Kedudukan
ketua kabilah mirip dengan kedudukan seorang raja yang dimana semua
anggota dalam kabilah tersebut harus patuh dan taat pada peritah rajanya
baik itu perintah untuk berperang melawan kabilah lain ataukah berdamai
dengan kabilah lain. Ketua kabilah memiliki kewenangan mutlak seperti
seorang dictator yang gagah perkasa.
Sistem yang berlaku pada waktu itu adalah system diktaktor siapa
yang paling kuat maka dialah yang paling berkuasa. Sistemnya mirip
dengan apa yang ada dalam rimba, yang paling kuatlah yang akan
berkuasa tanpa memperhatiikan rakyat lemah yang ada di bawah.
Biasannya masyarakat bawah akan disuruh untuk mengumpulkan hasil
dan memberikan pemasukan dari pemerintah. Dari hasil masyarakat inilah
yang digunakan para pemimpin pemimpin untuk berpesta, bersenang-
senang, melampiaskan hawa nafsu dan berfoya foya sedangkan rakyat
yang ada dibawah semakin melarat dan semakin menderita karena ulah
dari pemimpin pemimpin yang tidak bertanggung jawab. Intinya
kekuasaan politik zaman jahhiliyyah mengakibatkan yang berada di
bawah kekuasaannya hancur dan menjadi tidak tentram, keadaan politik
dan ekonomi menjadi tergoncang baik di desa desa sampai kepada system
pemerintahannya mereka sendiri.
Bangsa arab memiliki solidaritas antar sesame anggota kebilah
sangat kuat, sedangkat perasaan dengan kabilah sama sekali tidak ada.
Tenaga mereka selalu habis berperang untuk memperebtkan sarana
penghidupan dan memperebutkan kehormatan. Lebih jauh bahwa
masyarakat arab tidak mengenal yang namanya pemindahan kekuasaan
yang ada hanyalah menurut tradisi siapa yang paling banyak harta dan
pengikutnya maka dialah yang paling layak menjadi pemimpin5.
5
Hasan Ibrahim , Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta : Kalam Mulia, 1979), hlm.11
6
kesukuan (model kabilah). Kepala sukunya disebut Shaikh, yakni seorang
pemimpin yang dipilih antara sesama anggota. Shaikh dipilih dari suku yang
lebih tua, biasanya dari anggota yang masih memiliki hubungan famili.
Shaikh tidak berwenang memaksa, serta tidak dapat membebankan tugas-
tugas atau mengenakan hukuman-hukuman. Hak dan kewajiban hanya
melekat pada warga suku secara individual, serta tidak mengikat pada warga
suku lain.
Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi
politiknya adalah di satuan fanatisme, adanya manfaat secara timbal balik
untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah.
Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya seorang
raja. Anggota kabilah harus mentaati pendapat atau keputusan pemimpin
kabilah. Baik itu seruan damai ataupun perang. Dia mempunyai
kewenangan hukum dan otoritas pendapat, seperti layaknya pemimpin
dictator yang perkasa. Sehingga adakalanya jika seorang pemimpin murka,
sekian ribu mara pedang ikut bicara, tanpa perlu bertanya apa yang
membuat pemimpin kabilah itu murka.
Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah sistem dictator. Banyak hak
yang terabaikan, rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus
mendatangkan hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu
para pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk foya-foya mangumbar
syahwat, bersenang-senang, memenuhi kesenangan dan kesewenangannya.
Sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi
kezhaliman dari segala sisi. Rakyat hanya bisa merintih dan mengeluh,
ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan sikap harus diam, tanpa
mengadakan perlawanan sedikitpun.
Menurut Nicholson, tidak terbentuknya Negara dalam struktur
masyarakat Arab pra-Islam, disebabkan karena konstitusi kesukuan tidak
tertulis. Sehingga pemimpin tidak mempunyai hak memerintah dan
menjatuhkan hukuman pada anggotanya. Namun dalam bidang
perdagangan, peran pemimpin suku sangat kuat. Hal ini tercermin dalam
perjanjian-perjanjian perdagangan yang pernah dibuat antara pemimpin
7
suku di Mekkah dengan penguasa Yaman, Yamamah, Tamim, Ghassaniah,
Hirah, Suriah, dan Ethiopia.
8
bercocok tanam dan turunnya hujan. Mereka berpegang pada aturan
kabilah atau suku dalam kehidupan sosial.
9
fisik yang prima, daya ingat yang kuat, kesadaran akan harga diri dan
martabat, cinta kebebasan, setia terhadap suku dan pemimpin, pola
kehidupan yang sederhana, ramah tamah, mahir dalam bersyair dan
sebagainya. Namun sifat-sifat dan karakter yang baik tersebut seakan tidak
ada artinya karena suatu kondisi yang menyelimuti kehidupan mereka,
yakni ketidakadilan, kejahatan, dan keyakinan terhadap tahayul.
Ada salah satu riwayat yang menyebutkan bahwa watak dan tabiat
buruk yang banyak dilakukan oleh masyarakat Arab sebelum Islam datang
adalah sebagai berikut:
1. Minum-minuman keras
2. Berzina dan memperkosa
3. Memperlakukan wanita sebagai barang yang diperjualbelikan
4. Membunuh anak perempuan karena malu dan takut miskin
5. Mencuri, merampok, dan merampas hak orang lain, dan masih banyak
lagi.
10
Kemudian juga dimunculkan adat kebiasaan bangsa Arab sebelum
Islam datang yang dinilai positif antara lain sebagai berikut:
4.
4.1. Kemasyarakatan Bangsa Arab
11
lahirnya secara normal. Hal yang seperti ini merupakan hal yang sangat
dikecam di dalam agama islam diikarenakan tidak mengandung rasa
kemanusiaan. Laki laki tetap dianggap sebagai pemimpin dalam keluarganya
sehingga semua kemauanya harus dituruti dan tidak boleh dibantah tanpa
melihat apakah keinginannya itu benar atau salah.
6
Fatikhah, Sejarah Peradaban Islam (Pekalongan : STAIN Pekalongan Press, 2012), hlm.11.
12
persoalan hak asasi manusia pada perempuan yang kuat memperbudak yang
lemah dan yang kaya memperbudak yang miskin.7
Secara garis besar kondisi mesyarakat sangat lemah dan buta sehingga
kebodohan merajalela mewarnai aspek aspek kehidupannya membuat manusia
manusia seperti binatang yang ada di rimba. Setelah kedatangan Islam yang
mengkat derajat perempuan dan membawa kedamaian dan ketenangan barulah
keadaan masyarakat arab menjadi damai dan sejahtera. Tetapi kedamaian dan
kesejahteraan tidak langsung terjadi dengan datangnya islam tetapi tidak lepas
dibalik perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat sahabatnya yang
tidak pernah putus asa memperjuangkan Agama Islam. Kemajuan peradaban
bangsa arab tidak dapat dipisahkan dari agama islam yang membawa
kedamaian dan ketentreaman.
5.
5.1. Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan Bangsa Arab Pra-Islam
Dalam hal kepercayaan (Aqidah), bangsa Arab pra-Islam percaya
kepada Allah sebagai pencipta. Mereka sudah memahami keesaan Allah
dan mengikuti agama yang menuhankan Allah. Sebelum Nabi Muhammad
saw diutus, mereka sudah kerap kali kedatangan dakwah dari para nabi
utusan Allah, yang menyampaikan seruan agar menyembah kepada Tuhan
Yang Maha Esa semata-mata, jangan sampai mempersekutukan sesuatu
dengan-Nya.
Nabi-nabi utusan Allah yang datang dan berdakwah kepada bangsa
Arab diantaranya Nabi Nuh as diutus untuk kaum ‘Ad dan Nabi Shaleh
diutus untuk kaum Tsamud. Mereka tidak mau menerima seruan para nabi
Allah itu hingga diutusnya Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as. Seruan
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail diterima baik di sekitar Jazirah Arab.
Namun beberapa puluh tahun kemudian, kesucian agama Nabi Ibrahim
dan Nabi Ismail diputarbalikkan, diubah, direka, ditambah, dan dikurangi
oleh para pengikutnya.
7
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : Sinar GrafikaOfset, 2010). Hlm.47
13
Menurut Munawar Chaili, yang dikutip oleh Maslani dan Ratu
Suntiah, bangsa Arab percaya dan yakin bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan
itu Maha Esa. Dia yang menciptakan segenap makhluk, yang mengurus,
yang mengatur, dan pemberi sesuatu yang dihajatkan oleh segenap
makhluk. Akan tetapi, dalam menyembah (beribadah) kepadanya, mereka
membuat atau mengadakan berbagai perantara, dengan tujuan untuk
mendekatkan diri mereka kepada Tuhan.
Berkaitan dengan agama, Arab pra-Islam memeluk agama Ibrahim.
Namun nantinya ketauhidan mereka akan terkontaminasi dengan
menyembah berhala. Mereka menganggap bahwa berhala-berhala tersebut
merupakan perantara antara mereka dengan Tuhan. Adapun keadaan
masyarakat sebelum datangnya Islam mereka tenggelam dalam adat
jahiliyah. Seperti membunuh anak perempuan, sistem jual beli yang
banyak mengandung unsur tipu dan merugikan, percaya akan sebuah
ramalan dan lain-lain. Meskipun demikian bangsa Arab dikenal bangsa
pemberani yang memiliki rasa kesukuan tinggi.
Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan
mereka ditempat-tempat tertentu, seperti:
1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal ditepi laut merah dekat
Qudaid.
2. Lata, mereka tempatkan di Tha’if.
3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah.
Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang
lebih kecil bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena
terbesar dari kemusyrikan bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap
dirinya berada pada agama Ibrahim.
Selain itu, orang-orang Arab juga mempercayai dengan pengundian
nasib dengan anak panah dihadapan berhala Hubal. Mereka juga percaya
kepada perkataan peramal, orang pintar dan ahli nujum.
Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, namun masih ada
sisa-sisa dari agama Ibrahim dan mereka sama sekali tidak
meninggalkannya, seperti pengagungan terhadap Ka’bah, Thawaf
14
disekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di Arafah dan Muzdalifah. Memang
ada hal-hal baru dalam pelaksanaannya.
Masyarakat Arab pra-Islam memeluk berbagai macam agama, di
antaranya Paganisme, Yahudi, Kristen dan Hanifiyah. Agama-agama ini
merupakan agama warisan dari pendahu-pendahulunya. Keadaan tersebut
masih terus berlangsung sampai datangnya Islam sebagai agama yang hak,
serta penyempurna dari agama-agama sebelumnya.
Orang-orang Yahudi berubah menjadi orang-orang yang angkuh dan
sombong. Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan selain Allah.
Para pemimpin inilah yang membuat hukum ditengah manusia dan
menghisab mereka menurut kehendak yang terbetik didalam hati mereka.
Ambisi mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan kedudukan, sekalipun
berakibat musnahnya agama dan menyebarnya kekufuran serta pengabaian
terhadap ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka, dan
yang semua orang dianjurkan untuk mensucikannya.
Sedangkan agama Nasrani berubah menjadi agama paganisme yang
sulit dipahami dan menimbulkan pencampuran antara Allah dan Manusia.
Kalaupun ada bangsa Arab yang memeluk agama ini, maka tidak ada
pengaruh yang berarti. Karena ajaran-ajarannya jauh dari model kehidupan
yang mereka jalani, dan yang tidak mungkin mereka tinggalkan.
Semua agama dan tradisi bangsa Arab pada masa itu, keadaan para
pemeluk dan masyarakatnya sama dengan keadaan orang-orang Musyrik.
Musyrik hati, kepercayaan, tradisi dan kebiasaan mereka hampir serupa.
Lahirnya peradaban Islam menumbangkan peradaban jahiliyah yang
ada. Lahirnya peradaban Islam dimulai sejak lahirnya Rasulullah saw.
Berita tentang lahirnya seorang nabi akhir zaman yang dijanjikan
terdengar di seluruh negeri Arab. Dikatakan oleh Qâdli ‘Iyâd bahwa,
menjelang lahirnya nabi yang dikatakan Isa as dengan nama Ahmad,
banyak sekali orang Arab yang memberi nama anaknya yang baru lahir
dengan nama Ahmad dan Muhammad, dengan harapan kelak dia yang
akan menjadi nabi yang dinantikan.
15
Negara Arab adalah tempat pertama kali Islam disyiarkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Sejarawan menuliskan bahwa ketika Nabi
melaksanakan dakwah Islam di Arab banyak sekali tantangan dan
rintangan dan bahkan sampai terjadinya peperangan.
Ada sebuah pengamatan menarik yang dilakukan oleh seorang penulis
tanah air, Mansour Fakih melalui tulisannya yang berjudul “Mencari
Teologi untuk Kaum Tertindas”. Ia beranggapan bahwa perlawanan
Quraisy Mekkah terhadap Muhammad saw tidak sebatas karena teologi,
akan tetapi perlawanan akan paham egalitarianisme yang dibawakan oleh
Rasulullah saw untuk menandingi dan membebaskan masyarakat Makkah
dari sistem kapitalis. Karena saat itu Makkah merupakan pusat
perekonomian kapitalis yang terbangun atas koorporasi suku-suku
penguasa perdagangan kawasan Bizantium.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari semua pembahasan diatas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa :
Sistem politik bangsa arab sebelmm datangnya islam seperti hokum rimba,
siapa yang paling kuat maka dialah yang akan berkuasa. Dari sisi ekonomi
bangsa arab sebagian besar mata pencahariannya adalah pedagang. Sebelum
datangnya agama islam, bangsa arab mempnyai beberapa agama kepercayaan
yang merupakan agama warisan nenek moyangnya. Bangsa arab adalah bangsa
yang kental dengan budaya dan salah satu yang paling mencolok adalah
kepiwaian mereka dalam menyusn syair.
3.2 saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18