Disusun Oleh
Kelompok 1 :
1. Avio Andhara Perdana Putra (0801222418)
2. Fahita Warda Situmorang (0801221123)
3. Naila Salsabilla Lubis (0801222416)
4. Rani Ramadani (0801221131)
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………………………………………………………………….i
Daftar isi………………………………………………………………………………………………………………………………………..…ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………………….1
1.1 Latar
belakang…………………………………………………………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan
masalah……………………………………………………………………………………………………………….2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………………………………………………
…………2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………………………3
2.1 Geografis jazirah arab………………………………………………………………………………………………………….3
2.2 Asal usul masyarakat arab sebelum islam……………………………………………………………………………5
2.3 Sistem-sistem masyarakat arab dari segi social, politik, kepercayaan, ekonomi, kerajaan arab
Sebelum islam………………………………………………………………………………………………………………………7
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………………8
3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………………………9
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengkaji lebih dalam geografis Jazirah Arab.
2. Untuk mengetahui asal-usul masyarakat Arab sebelum islam.
3. Agar dapat mengatahui sistem-sistem masyarakat Arab dari segi
social politik, kepercayaan, ekonomi, pengetahuan/intelektual,
dan komunitas-komunitas kerajaan masyarakat arab sebelum
Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Geografis Jazirah Arab
Jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau, jadi "Jazirah Arab" berarti
"Pulau Arab". Oleh bangsa Arab tanah air mereka disebut jazirah, kendati
pun hanya dari tiga jurusan saja dibatasi oleh laut. Yang demikian itu
adalah secara majas (tidak sebenarnya). Sebagian ahli sejarah menamai
tanah Arab itu "Shibhul jazirah" yang dalam bahasa Indonesia berarti
"Semenanjung". Kalau diperhatikan kelihatanlah bahwa Jazirah Arab itu
berbentuk empat persegi panjang, yang sisi-sisinya tiada sejajar.1
Di sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah, disebelah selatan
dengan Lautan Hindia, di sebelah timur dengan Teluk Arab (dahulu
namanya Teluk Persia) dan di sebelah utara dengan Gurun Irak dan Gurun
Syam (Gurun Siria). Panjangnya 1000 Km lebih, dan lebarnya kira-kira
1000 Km.
Jazirah Arab terletak di bagian barat daya Benua Asia. Daratan ini
dikelilingi oleh laut dari tiga sisinya, yaitu Laut Merah, Lautan Hindia,
Laut Arab, Teluk Oman dan Teluk Persia. Meskipun tanah Arab ini lebih
tepat disebut semenanjung, namun Bangsa Arab menyebutnya jazirah atau
pulau. Boleh jadi sebutan ini diambil dari kata shibh al-jazirah yang
artinya semenanjung Bangsa Arab sebelum Islam tidak hanya mendiami .1
Jazirah Arab, namun telah menyebar di daerah-daerah di sekitar Jazirah.
Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian tengah
(pedalaman) dan bagian pesisir. di sana tidak ada sungai yang menagalir
tetap, yang ada hanya lembah-lembah (wadi) yang berair di musim
hujan2.Lembah-lembah ini sangat bermanfaat sebagai jalan bagi kafilah
dan orang-orang yang menunaikan ibadah haji. 3Penduduk Sahara (ahl al-
badw) terdiri dari suku-suku Badui yang mempunyai gaya hidup pedesaan
1
1
Abdul Jabbar Adlan, Dirasat Islamiyyah, (Surabaya: Anika Bahagia Offset, 1995), 9.
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 1997), 9.
yang nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari air
dan padang rumput untuk binatang gembalaan mereka.
4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 10
5
5 Abdul Jabbar Adlan, Dirasat Islamiyyah, 12.
6
6 Ibid., 11.
7
Philip K. Hitti, Dunia Arab; Sejarah Ringkas, 13-14.
8
Abdul Jabbar Adlan, Dirasat Islamiyyah, 12.
9
Ahmad Hasan al-Zayyat, Tarikh al-Adab al-‘Arabi, (Beirut: Dar al-Tsaqafah, t.t), 7
Aribah ini bercabang menjadi beberapa kabilah, yang terkenal diantaranya
adalah kabilah Jurhum dan Yarib
Sedangkan Arab Musta’ribah merupakan keturunan Ismail ibn
Ibrahim. karena itu, mereka disebut Ismailiyah atau Adnaniyah
dinisbatkan kepada salah seorang keturunan Ismail yang bernama Adnan.
Mereka disebut Musta’ribah, karena Ismail sendiri bukan keturunan Arab,
melainkan berasal dari bangsa Ibrani. Ia lahir dan dibesarkan di Makkah
yang saat itu berada di bawah kekuasaan kabilah Jurhum dari Yaman.
Tidak ada pilihan lain bagi Ismail kecuali menggunakan bahasa Arab
(bahasa kabilah Jurhum) dalam kesehariannya.11 Pada mulanya, wilayah
utara Jazirah Arab diduduki golongan Adnaniyun dan wilayah selatan
didiami golongan Qahthaniyun. Akan tetapi, kedua golongan tersebut
kemudian membaur karena perpindahan-perpindahan dari utara ke selatan
atau sebaliknya.12 Dalam struktur masyarakat Arab, terdapat kabilah
sebagai intinya. Kabilah adalah organisasi keluarga besar yang biasanya
hubungan antara anggota-anggotanya satu sama lain terikat oleh nasab 13
dan shihr 14 . Namun, terkadang juga terjadi hubungan seseorang dengan
kabilahnya disebabkan oleh perkawinan, suaka politik 15 atau karena
sumpah setia.16 Perbudakan juga bisa menyebabkan terjadinya hubungan
seseorang dengan suatu kabilah.17 Di atas kabilah terdapat sya’b (bangsa)
yang juga didasarkan atas pertalian darah, sedangkan di bawah kabilah
adalah buthun, di bawah buthun terdapat fakhd (marga) dan di bawah
fakhd adalah ‘asyirah (keluarga).18 10
Sebuah kabilah dipimpin oleh seorang kepala yang disebut syaikh al-
qabilah. Syaikh al-qabilah biasanya dipilih dari salah seorang anggota
yang usianya paling tua dengan melalui musyawarah. Akan tetapi, dalam
kasus tertentu bisa terjadi seseorang yang usianya muda mendapat
kepercayaan untuk memimpin sebuah kabilah. Seorang syaikh al-qabilah
mempunyai kekuasaan untuk memimpin dan setiap anggota memiliki
kedudukan yang sama dalam kabilahnya. Mereka mengenal prinsip-prinsip
10
11
Abdul Jabbar Adlan, Dirasat Islamiyah, 13.12 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 10. 13 Nasab adalah
hubungan yang dibangun dari garis laki-laki. 14 Shihr adalah hubungan yang yang terjalin dari garis perempuan.
15
Karena itu, kabilah dalam masyarakat badui, disamping merupakan ikatan keluarga juga merupakan ikatan
politik, meskipun tidak terikat oleh suatu daerah tertentu. 16 W. Montgomery Watt, Muhammad’s Mecca;
History in the Quran, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1988), 15. 17 Ibid., 16 18 Abdul Jabbar Adlan,
Dirasat Islamiyah., 15. 19 Ibid.
demokrasi, sebagaimana diperlihatkan oleh sikap mereka dalam
menghargai pendapat anggota.19
Masyarakat Arab yang mendiami pedalaman jazirah sangat
menekankan hubungan kesukuan sehingga kesetiaan atau solidaritas
kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. 20
Perasaan senasib mendorong mereka untuk mengatasi bersama setiap
kesulitan yang muncul. Akan tetapi, karena masyarakat Arab sejak awal
sudah terstruktur dalam kabilah-kabilah, maka kepentingan bersama lebih
mereka pahami dalam perngertian yang terbatas hanya untuk kabilahnya
sendiri. Hal ini menimbulkan persaingan ketat yang menempatkan kabilah-
kabilah badui selalu dalam posisi konflik untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing.21 Dari sinilah, tumbuh fanatisme kesukuan yang
berlebihan di kalangan masyarakat padang pasir. Oleh karena itu, di
kalangan mereka berlaku ketentuan, bahwa kesalahan seorang anggota
kabilah terhadap kabilah lain menjadi tanggung jawab kabilahnya.
Ancaman terhadap salah seorang anggota kabilah berarti ancaman
terhadap kabilah itu. 11
Arab pedalaman (badui) sangat mencintai kebebasan, seakan tidak
ada kekuatan lain yang mampu mengekangnya. Dari prinsip ini, tidak
jarang terjadi suatu persoalan kecil yang bisa menimbulkan perang dahsyat
dan permusuhan yang berlarut-larut dengan dalih mempertahankan harga
diri. Karena itu, pada masyarakat badui berlaku hukum “siapa yang kuat
akan hidup dan siapa yang lemah akan tertindas”. Akibat peperangan yang
terjadi terus menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang dan nilai
wanita menjadi sangat rendah. 22
Lain halnya dengan masyarakat Arab yang mendiami pesisir jazirah.
Mereka telah mencapai tingkat kemajuan kebudayan di masanya. Dengan
bertempat tinggal tetap, mereka memiliki kesempatan untuk membangun
pemerintahan yang teratur dan membangun kebudayaan. Kesempatan
inilah yang tidak dimiliki oleh kaum badui.23
1120
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 11.
21
Abdul Jabbar Adlan, Dirasat Islamiyah, 15-16.
22
Ibid.,
23
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 12
2.2 Asal Usul Masyarakat Arab Sebelum Islam
Orang Arab memiliki akar panjang dalam sejarah, di antaranya milik
ras atau keluarga Kaukasia, miliki subras Mediterania, yang anggotanya
adalah Mediterania, Afrika Utara, Armenia, Arab, Ini mencakup wilayah
di sekitar Iran secara pribadi. penduduk Jazirah Arab dapat dibagi menjadi
dua kelompok utama: Qathaniyun (keturunan athan) dan 'Adaniyun
(keturunan Ismail bin Ibrahim as).
Masyarakat Arab adalah orang yang tinggal dan menetap di
semenanjung terbesar di dunia, yaitu Jazirah Arab yang terletak di Asia
Barat Daya dan memiliki luas 1.027.000 kilometer persegi. Sebagian besar
wilayah Arab ditutupi oleh gurun dan merupakan salah satu tempat
terpanas di dunia. Masyarakat Arab menjalani kehidupan nomaden Karena
tanahnya terdiri dari gurun pasir kering dan memiliki sedikit hujan Migrasi
dari satu tempat ke tempat lain mengikuti tanaman stepa atau Padang
rumput yang tumbuh secara sporadis di tanah Arab di sekitar oasis atau
genangan air setelah hujan (Wilkinson,200:2 Hitti, 1970: 23). Padang
rumput dibutuhkan oleh Badawi, Badawa dan Badui untuk
menggembalakan ternak. Mereka tinggal di wilayah Jazirah Arab,
penghubung antara wilayah gurun yang membentang dari sub-Sahara
Afrika barat ke Asia, Iran tengah, dan timur melalui Gurun Gobi Cina.Uap
air membuatnya sangat kering dan panas. Namun demikian, wilayah ini
kaya akan produksi minyak, terbesar di dunia (Supriyadi, 2016:7-9;
Wilkinson, 20:2)
Tidak ada sungai yang bisa dilayari atau air sungai yang terus
mengalir ke laut, yang ada hanya lembah yang banjir saat musim hujan
(Nasution, 2018: 7). Ada dua suku dari mana orang Arab berasal. Pertama,
suku Arab al-Baidah. Suku ini adalah bangsa Arab yang telah punah,
keberadaannya mirip dengan Ad dan Tsamud. Kedua, suku Arab al Baqiah
mereka adalah bangsa arab yang berasal dari keturunan ya’rub bin yasyjuj
bin Qahthn mereka disebut juga dengan al arab al Qahthaniyah. Arab yang
kering dan keras mempengaruhi bentuk dan karakter fisik mereka.
Dalam bentuk fisik kaku, kuat dan sangat tahan lama, tetapi di alam
mereka memberikan karakteristik khusus, baik positif dan baik dan juga
negatif atau buruk.Karakter positif orang Arab adalah kedermawanan,
keberanian, dan kepahlawanan. Sifat negatifnya adalah suka berperang,
sombong dan arogan, serta pemabuk dan penjudi Masyarakat Arab terbagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu masyarakat Badui dan Hadhar atau
masyarakat Wabar dan Madar. Klasifikasi ini berlaku untuk orang Arab
utara dan selatan dan semua bagian Arab lainnya. Masyarakat Madar
adalah masyarakat Arab yang tinggal di kota-kota dan di pedesaan. Mereka
hidup dengan bertani, berkebun, memelihara hewan dan membawa barang
dagangan ke berbagai negara. Sedangkan masyarakat wabar yang menetap
di padang pasir dan mencari nafkah dengan memerah susu unta dan
diambil dagingnya. Mereka mengembara mencari padang rumput dan
kolam air hujan dan kemudian berkemah di sana sampai mereka
menemukan tanah subur dan menggembalakan ternak mereka. Kemudian
mereka pindah mencari padang rumput dan mata air baru sehingga mereka
menjadi perantau (Ali, 2019: 199). Masyarakat Arab mungkin juga hidup
dalam suku atau kabilah-kabilah Mereka hidup berdampingan di antara
suku, membuat perjanjian damai yang disebut al-Ahlaf. Kecintaan mereka
terhadap keluarga, generasi (nasab) dan suku melebihi kecintaan mereka
terhadap hal lainnya. Ibn Khaldun menyebut ungkapan ini al-'Ashabiyah
(Hitti, 1970: 27). Fanatisme suku ini sering menimbulkan pertengkaran
dengan suku, yang berakhir dengan peperangan, bahkan lebih dari hal
sepele seperti kalah dalam pacuan kuda, adu hewan memperebutkan
ternak, mata air atau padang rumput. Faktor geografis orang Arab,
dipengaruhi oleh padang pasir yang luas dan tandus, mempengaruhi
karakter dan perilaku rata-rata orang Arab yang tampaknya parah. Kepala
suku Arab, selain tegas dan Tangguh terkenal dengan tanggung jawab,
kedermawanannya, menerima tamu dan membantu mereka yang
membutuhkan (Nicholson, 1907: 92; Hitti, 1970: 95; Palmer, 2005 : 157;
Karim, 2015: 50, 52 -5).
Pada saat yang sama, orang Arab dikenal tidak pandai mengatur
pasukan dan mengkoordinasikan kegiatan karena tidak ada hukum reguler
dan universal dan mereka lebih mementingkan kekuasaan pribadi dan
pendapat suku lain (Supriyadi,2016: 55). Mungkin inilah alasan sulitnya
menyatukan suku dan suku Arab.