Anda di halaman 1dari 17

ADAT BANGSA ARAB JAHILIYAH

Ditulis
Oleh
Kelompok 2

Afryanti (1052017002)
Nur Auliani (1052017020)

Semester/Unit : IV/I
Jurusan : PGMI
Fakultas : FTIK
Mata Kuliah : Materi SKI MI/SD
Dosen : Mawardaniyah M.Pd

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LANGSA


TAHUN AJARAN 2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Langsa, Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 2
A. Geografi Jazirah Arab ........................................................... 2
B. Kondisi Kemasyarakatan di Jazirah Arab Masa Jahiliyah..... 3
C. Adat Istiadat dan Kepercayaan Masyarakat Arab Pra-Islam 4
D. Kesusastraan Arab................................................................ 8
E. Agama Bangsa Arab............................................................ 9

BAB III PENUTUP ..................................................................... 12


A. Kesimpulan ..................................................................... 12
B. Saran................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

3
Bangsa Arab sebelum Islam, selain sudah mengenal beberapa agama dan
kepercayaan, juga sudah mempunyai peraturan-peraturan, norma-norma, adat
istiadat dan akhlak. Lalu agama Islam datang dengan membawa peraturan-
peraturan yang relatif berbeda dengan apa yang telah dimiliki oleh masyarakat
Arab jahiliyah.
Kerusakan moral merupakan kepribadian yang telah tertanam dalam jiwa
Bangsa Arab sebelum Islam masuk. Zaman sebelum lahirnya Islam di tanah Arab
inilah disebut sebagai masa jahiliyah. Penamaan itu menunjukkan garis batas yang
menjadi pemisah antara zaman lama dengan zaman baru, maksudnya antara
zaman sebelum Islam dan sesudah datangnya agama Islam. Penduduk tanah Arab,
dari segi kebangsaan, terdiri dari Bangsa Arab, Yahudi dan Persia. Kemudian dari
segi kepercayaan, pada umumnya penyembah berhala. Selain itu, sebagaian kecil
dari mereka juga memeluk agama Majusi, Yahudi, dan Nasrani.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana geografis jazirah Arab?
2. Bagaimana kondisi masyarakat arab jahiliyah?
3. Bagaimana adat istiadat dan kepercayaan bangsa arab jahiliyah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui geografis jazirah Arab
2. Untuk mengetahui kondisi masyarakat arab jahiliyah
3. Untuk mengetahui adat istiadat dan kepercayaan bangsa arab jahiliyah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Geografis Jazirah Arab

4
Jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi atau tepatnya 1.745.900 km
merupakan kediaman mayoritas bangsa Arab. Akan tetapi bangsa Arab juga
mendiami daerah-daerah sekitar jazirah. Tanah Arab dianamai Pulau Gundul
karena tanah Arab merupakan suatu tanah semenanjung yang kurang subur dan
terdapat banyak gunung batu. Ada beberapa sungai yang mendiami wadi dengan
aliran yang tidak tetap dan lembah-lembah berair di musim hujan.1
Jazirah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang berarti
“kepulauan”, Arab secara etimologi berasal dari kata arabia berarti “gurun pasir”
atau “sahara”. Dari segi geografis sebenarnya Arab bukanlah sebuah kepulauan
sebab dari empat penjuru perbatasannya masih ada satu yang tidak berbatasan
dengan laut. Di sebelah barat berbatasan dengan dengan laut Merah dan gurun
Sinai, sebelah timur berbatasan dengan Teluk Arab (Persia), sebelah selatan
dengan laut India, dan di sebelah utara dengan gurun (padang pasir) Irak dan
Syiria. Meskipun dikelilingi oleh air pada tiga sisi dan dibatasi oleh padang pasir
pada sisi ke empat, jazirah Arab termassuk salah satu daerah yang paling kering
dan panas di muka bumi. Jazirah Arab terletak di Sebelah Barat daya Asia, terbagi
atas dua bagian yaitu bagian tengah dan bagian tepi.2
Bagian tengah Jazirah Arab yakni daerah pegunungan yang tandus ,
sehingga penduduknya nomaden untuk mencari tanah yang subur. Bagian tengah
ini didiami oleh suku Badui dimana mereka senang hidup bebas dan tidak suka
bercocok tanam. Wilayah yang termasuk di dalamnya adalah Najed dan al-Ahqaf.
Karena penduduknya berpindah-pindah jadi mereka tidak tenang menciptakan
kebudayaan dan peradabannya.
Bagian tepi Jazirah Arab merupakan bagian yang subur karena cukupnya curah
hujan , dan penduduknya bukanlah pengembara. Wilayah ini adalah Yaman, Hijaz,
Oman , Hadramaut. Karena mereka menetap sehingga mereka berhasil membuat
berbagai bentuk kebudayaan , mendirikan kerajaan diantaranya kerajaan Saba’

1
Fadil SJ. Pasang Surut Peradapan Islam Dalam Lintas Sejarah. (Malang:UIN Malang
Press,2008), hlm 43
2
Susmihara. Sejarah Peradapan I1slam. (Yogyakarta: Ombak, 2013),hlm 69

5
yang terkenal dengan Ratu Balqis, kerajaan Himyar Manadhirah, dan kerajaan
Chassaniyah.3

B. Kondisi Kemasayarakatan di Jazirah Arab Masa Jahiliyah


Yang dimaksud dengan kondisi kemasyarakatan disini adalah hubungan
antara seorang dengan isteri, anak, keponaknnya, dan hubungan antara satu
kabilah dengan kabilah lainnya.
Bagi orang–orang yang mengikuti syair-syair Arab zaman Jahiliyah, pasti
dapat mengambil kesimpulan bahwa pada masa itu kondisi kaum wanita Arab
dapat menikmati kebebasan yang sangat besar. Mereka biasa diajak
bermusyawarah dalam urusan-urusan penting dan diterima usulannya. Bahkan
mereka juga bekerja sama dengan kaum laki-laaki dalam banyak pekerjaan. Dari
kehidupan rumah tangga, kedudukan isteri sudah sangat maju dari yang terlintas
dalam hayal kita. Hal ini seperti terungkap dalam sikap bangga ketika mereka
dinasabkan dengan ibu mereka sama halnya bangga ketika dinasabkan kepada
ayah mereka.
Masyarakat Arab adalah suatu masyarakat yang memilliki sistem yang
bersifat baku terhadap perkawinan. Mayoritas diantara mereka baru memperisteri
seorang wanita sesudah mendapat restu keluarga pihak isteri. Dalam sistem
perkawinan mereka mengenal sistem perceraian dan perceraian ini berada pada
pihak suami. Selanjutnya dalam pandangan masyarakat Arab dianggap baik,
untuk menghindarkan fitnah dan demi memelihara kehormatan, jika seorang anak
perempuan sudah masanya memasuki usia perkawinan atau janda muda namun
tidak segera dinikahkan. Hal ini berpandangan bahwa sebuah keluarga menjadi
terhormat apabila memiliki banyak anak dan keturun. Namun dikenal juga adanya
syarat dari pihak isteri agar perceraian ditangannaya. Diantara perilaku buruk
masyarakat Arab Jahiliyah adalah menanam bayi perempuan hidup-hidup (wa’dul
banat) karena takut hinaan atau noda. Hanya saja tradisi ini tidak memasyarakat
di seluruh bangsa Arab. Motif lain dari penanaman bayi perempuan hidup-hidup

3
Fatah Syukur NC, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002),
hlm: 13

6
ini di sebahagian kalangan masyarakat kelas bawah adalah karena takut jstuh
miskin (fakir), terutama di lingkungan masyarakat bani Asad dan Tamin.
Perlakuan bangsa Arab terhadap anak laki-laki adalah penuh dengan kasih
sayang, kecuali di sebahagian keluarga miskin dan dhu’afa. Di kalangan ini
karena takut miskin anak laki-lakipun sampai hati dibunuhnya. Sedangkan
saudara dan keponakan, mereka akan selalu ditolong dan dibela , baik dalam
posisi benar atau salah. Sebab mereka berpandangan mereka akan ternoda apabila
berpangku tangan dan tidak mau membela dan menolong saudara atau
keponakannya .
Bilamana suatu kabilah telah beranak pinak sedemikian banyak, maka
anggota puak kabilah itu bersaing untuk menduduki kursi kepemimpinan dan
kehormatan sekalipun masing-masing diantara mereka itu masih satu kabilah.
Persaingan ini telah menimbulkan permusuhan dan perseteruan hingga
mneimbulkan pertumpahan darah.
Sebagai kesimpulan tentang kondisi kemasyarakatan di lingkungan Arab
Jahiliyah adalah: bahwa solidaritas antar sesama anggota satu kabilah sangat
kuat , sedang perasaan tersebut dengan kabilah sama sekali tidak ada. Tenaga
mereka telah habis untuk selalu berperang , disebabkan dua hal memperebutkan
sarana penghidupan dan memperebutkan kehormatan dankrsi kepemimpinan. 4
C. Adat Istiadat dan Kepercayaan Masyarakat Arab Pra-Islam
1. Adat istiadat masyarakat Arab pra-Islam
Dalam kaitannya dengan pengaruh lingkungan Bangsa Arab terhadap
corak pekembangan Islam, para sejarawan merumuskan sejumlah karakteristik
tabiat Bangsa Arab yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan Islam, antara lain:
a) Al-qimar (judi), atau yang lazim dikenal dengan istilah “al-maysir”.
Merupakan kebiasaan penduduk kota-kota di kawasan jazirah, seperti
Makkah, Thaif, Shan’a, Hajar, Yatsrib, Daumatul Jandal, dan sebagainya. Islam
melarang kebiasaan semacam ini melalui turunnya surat Al-Maidah ayat 90,

4
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah kebudayaan Islam, cetakan ke -9, (Jakarta: Kalam Mulia,
2009),hlm: 118

7
     
      
  
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan panah
adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu beruntung.”(Q.s. Al-Maidah: 90)

b) Menenggak khamr dan berkumpul-kumpul untuk minum khamr bersama


Ini merupakan kebiasaan orang-orang kota dari kalangan hartawan,
pembesar, dan pujangga sastra. Ketika kebiasaan ini mengakar kuat di tengah
mereka dan bertahta di hati mereka, Allah mengharamkannya secara perlahan-
lahan, setahap demi setahap. Ini merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah
Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya. Karenanya, bagi-Nya segala puji dan segala
kebaikan.

c) Nikah istibdha’.
Jika istri dari salah seorang lelaki di antara mereka selesai haid kemudian
telah bersuci maka lelaki termulia serta paling bagus nasab dan tata kramanya di
antara mereka boleh meminta wanita tersebut. Tujuannya, agar sang wanita bisa
disetubuhi dalam kurun waktu yang memungkinkannya melahirkan anak yang
mewarisi sifat-sifat kesempurnaan si lelaki yang menyetubuhinya tadi.

d) Mengubur hidup-hidup anak perempuan.


Seorang laki-laki mengubur anak perempuannya secara hidup-hidup ke
dalam tanah, selepas kelahirannya, karena takut mendapat aib. Dalam Alquran
Alkarim terdapat penentangan terhadap perilaku semacam ini serta penjelasan
tentang betapa kejinya perilaku ini. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya
celaan keras terhadap pelakunya pada hari kiamat. Allah Ta’ala berfirma dalam
surat At-Takwir,

       

8
“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,
karena dosa apakah dia dibunuh.” (Q.s. At-Takwir: 8—9)
e) Membunuh anak-anak, baik lelaki maupun perempuan.
Kekejian ini mereka lakukan karena takut miskin dan takut lapar, atau
mereka sudah putus harapan atas bencana kemiskinan parah yang melanda,
bersamaan dengan lahirnya si anak di wilayah yang merasakan dampak
kemiskinan tersebut. Kondisi ini terjadi karena tanah sedang begitu tandus dan
hujan tak kunjung turun. Setelah Islam datang, Islam mengharamkan adat keji nan
buruk seperti ini, melalui turunnya firman Allah Ta’ala,
          
   

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut


kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka.”
(Q.s. Al-An’am: 151)
       
      

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.


Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.”
(Q.s. Al-Isra’:31)
Yang dimaksud dengan “imlaq” adalah kemiskinan yang begitu parah serta
begitu memprihatinkan.

f) Wanita berdandan ketika keluar rumah,


Dengan tujuan menampakkan kecantikannya pada saat dia lewat di depan
lelaki ajnabi (lelaki yang bukan mahramnya). Jalannya genit, berlemah gemulai,
seakan-akan dia memamerkan dirinya dan ingin memikat orang lain.
g) Wanita merdeka menjadi teman dekat lelaki.
Mereka menjalin hubungan gelap dan saling berbalas cinta secara
sembunyi-bunyi. Padahal si lelaki bukanlah mahram si wanita. Kemudian Islam
mengharamkan hubungan semacam ini, dengan diturunkannya firman Allah
Ta’ala,

9
......   
“… Dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai
piaraannya ….”(Q.s. An-Nisa’: 25)
Padahal si wanita bukanlah mahram si lelaki. Kemudian Islam
mengharamkan hubungan semacam ini,
h) Menjajakan para budak perempuan sebagai pelacur.
Di depan pintu rumah si budak perempuan akan dipasang bendera merah,
supaya orang-orang tahu bahwa dia adalah pelacur dan para lelaki akan
mendatanginya. Dengan begitu, budak perempuan tersebut akan menerima upah
berupa harta yang sebanding dengan pelacuran yang telah dilakuk annya.
i) Fanatisme golongan.
Islam datang memerintahkan seseorang menolong saudaranya sesama
muslim, dekat maupun jauh, karena “al-akh” (saudara) yang dimaksud dalam
pembahasan ini adalah saudara seislam. Oleh sebab itu, pertolongan kepadanya –
jika dia dizalimi– adalah dengan menghapuskan kezaliman yang menimpanya.
Adapun pertolongan yang diberikan kepadanya kala dia berbuat zalim berupa
tindakan melarang dan mencegahnya agar tak berbuat zalim. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (dalam riwayat Bukhari),
“Tolonglah saudaramu, baik dia menzalimi ataupun dizalimi.” Kemudian
ada yang mengatakan, “Wahai Rasulullah, kami akan menolongnya
(saudara kami) jika dia dizalimi, maka bagiamana cara kami akan
menolongnya jika dia menzalimi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Engkau mencegahnya supaya tak berbuat zalim.”

j) Saling menyerang dan memerangi satu sama lain, untuk merebut dan
merampas harta.
Suku yang kuat memerangi suku yang lemah untuk merampas hartanya.
Yang demikian ini terjadi karena tidak ada hukum maupun peraturan yang
menjadi acuan pada mayoritas waktu di sebagian besar negeri. Di antara
perperangan mereka yang paling terkenal adalah:- Perang Dahis dan Perang

10
Ghabara’ yang berlangsung antara Suku ‘Abs melawan Suku Dzibyan dan
Fizarah;- Perang Basus, sampai-sampai dikatakan, “Perang yang paling membuat
sial adalah Perang Basus yang berlangsung sepanjang tahun. Perang ini terjadi
antara Suku Bakr dan Taghlub;”- Perang Bu’ats yang terjadi antara Suku Aus dan
Khazraj di kota Al-Madinah An-Nabawiyyah;- Perang Fijar yang berlangsung
antara Qays ‘Ilan melawan Kinanah dan Quraisy. Disebut “Perang Fijar” karena
terjadi saat bulan-bulan haram. Fijar (‫ ) ففجِار‬adalah bentukan wazan ‫ ففعَعال‬dari kata
fujur (‫ ;) فجِور‬Mereka telah sangat mendurhakai Allah (sangat fujur) karena berani
berperang pada bulan-bulan yang diharamkan untuk berperang.
k) Enggan mengerjakan profesi tertentu
Karena kesombongan dan keangkuhan mereka tidaklah bekerja sebagai
pandai besi, penenun, tukang bekam, dan petani. Pekerjaan-pekerjaan semacam
itu hanya diperuntukkan bagi budak perempuan dan budak laki-laki mereka.
Adapun bagi orang-orang merdeka, profesi mereka terbatas sebagai pedagang,
penunggang kuda, pasukan perang, dan pelantun syair. Selain itu, di tengah
bangsa Arab jahiliah tumbuh kebiasaan berbangga-bangga dengan kemuliaan
leluhur dan jalur keturunan.5

D. Kesusasteraan Bangsa Arab


Bangsa arab adalah bangsa pecinta syair. Penyair-penyair mereka sangat
berpengaruh terhadap masyarakat. Rakyat bangsa tersebut punyai kebiasaan
pergelaran puisi yang diselenggarakan di pasar-pasar seperti Ukaz dan Zulmajz.
Kabilah-kabilah Arab meriwayatkan al-ayyam (hari-hari penting) yang
terdiri dari peperangan dan kemenangan, untuk tujuan membayangkan atau
membanggakan diri terhadap kabilah-kabilah lain, baik dalam bentuk syair
maupun prosa yang diselang-selingi syair. Syair itulah yang melestarikan
perpindahan dan mendiseminasikan berita itu.
Puisi Jahiliyah (pra Islam) tidak menggambarkan tentang konflik pribadi,
tetapi nyanyian kemenagan suku dan mengekspresikan etos keberanian ,
kemurahan hati, kehormatan dan keunggulan keturunan. Bentuk tradisi Arab pra
5
Syalabi A, ,Sejarah dan Kebudayaan Islam .(Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru, 2007)
hlm. 89

11
Islam yang mengandung informasi sejarah lainnya adalah al-Ansab (jamak dari
nasab: silsilah / geneology). Pada masa itu pengetahuan tentang nasab merupakan
satu cabang kajian yang dianggap penting. Setiap kabilah hafal akan silsilahnya.
Semua anggota keluarga menghafalkannya agar tetap murni dan silsilah itu
dibanggakan terhadap kabilah lain.6
Hanya saja pada waktu itu di negeri-negeri Arab pendidikan belum
tersebar, karena bangsa Arab dari sebelumnya tidak dikenal sebagai menara
gading. Kita tidak mempunyai data yang bisa menjadikan acuan bahwa negeri-
negeri Arab terutama Makkah saat itu sudah menaruh perhatian terhadap
pendidikan dan pengajaran tentang baca tulis bagi para puteranya. Pendidikan
yang berlangsung pada saat itu hanya berdasarkan hajat mereka. Anak-anak
langsung diajari oleh orang tuanya.
Adapun tentang pengetahuan masyarakat Arab yang bersifat murni yang
lahir karena dorongan lingkungan dan karakkter negeri Arab itu sendiri adalah
seperti : Ilmu Meteorologi, Ilmu arkeologi, Ilmu Nasab.

E. Agama Bangsa Arab Pra Islam


Menurut Watt dalam bukunya Muhammad’s Mecca, melalui kajiannya
terhadap al-Qur’an dikombinasikan dengan sumber arkeologis dan literal lain ada
4 sistem kepercayaan religius yang berkembang di Arab pra Islam, yaitu:
1. Fatalisme
Kepercayaan ini menganggap bahwa “waktu” merupakan manifestasi dari
Tuhan. Menurut mereka terdapat dua hal yang wujudnya ditakdirkan; pertama,
kematian (‘ajal) dan kedua, rezeki. Dua hal inilah yang keberadaanyya di luar
kontrol manusia. Sehingga muncul kepercayaan bahwasanya peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam hidup ini merupakan produk dan ditentukan oleh waktu.
2. Paganisme
Kepercayaan paganisme ini adalah realitas yang niscaya dalam masyarakat
Arab. menurut Watt, di Jazirah Arab terdapat sepuluh Tuhan yang disembah. Tiga
diantaranya diidentifikasi sebagai Tuhan feminim, yaitu al-Lat, al-Uzzah, dan
6
Muhammad In’am Esha, Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam (Malang:
UIN-Maliki Press), hlm. 20

12
Manat. Mereka berada di tempat-tempat suci di sekitar Makkah, Thaif, Nakhla
dan Qudaid. Tujuh lainnya berkarakter Tuhan maskulin antara lainWadd yang
disembah oleh suku Kalb, Suwa’ disembah suku Yanbu, Yaghuts disembah oleh
suku Madhij, Yauq oleh suku Khiwan dan Nasr oleh suku di Yaman dan Himyar.
3. Kepercayaan kepada Allah sebagai super Tuhan
Konsep Allah dalam masyarakat Arab pra Islam setidaknya mengandung
beberapa pengertian :
a. Sebagai Tuhan pencipta alam semesta
b. Sebagai pemberi hujan dan kehidupan yang ada di muka bumi
c. Digunakan dalam sumpah yang sakral
d. Sebagai objek penyembahan dari apa yang dapat dikatakan sebagai
monotheisme sementara
e. Sebagai Tuhan Ka’bah
f. Sebagai Tuhan yang disembah melalui perantaraan dewa-dewa lain.
Menurut Watt, secara literal bentuk kepercayaan ini tampak seperti ide
ketuhanan yang bercorak monotheistik. Namun sesungguhnya dalam konteks
kehidupan masyarakat Arab pra Islam, bentuk keyakinan seperti ini bukanlah
bagian dari corak monotheistik. Hal ini tidak lain karena disamping mempercayai
akan Allah sebagai super Tuhan namun pada saat yang bersamaan ia membuat
sekutu kepadanya.

4. Monotheisme
Rippin menjelaskan dalam kaitanyya dengan monotheisme masyarakat
Arab pra Islam setidaknya terdapat tiga teori yang dimunculkan; pertama,
monotheisme sebagai akibat pengaruh dari agama Yahudi; kedua, monotheisme
merupakan sesuatu yang bersifat alamiah. Monotheisme merupakan merupakan
evolusi pemikiran secara umum dari masyarakat ; dan ketiga monotheisme
berkaitan dengan term “hanif” , agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim.7

7
Ibid, hlm. 64 – 65

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adat istiadat yang dimilki masyarakat Arab pra-Islam memilki dua kriteria
yaitu: positif dan negatif, yang positif adalah mereka melakukan kegiatan dengan
gotong royong atau bersama-sama, namun negatifnya adalah mereka sering
melakukan hal-hal yang tercela, seperti: mabuk-mabukan, berjudi, mengubur bayi
perempuan hidup-hidup, dan lain-lain. Dalam hal keagamaan, Masyarakat Arab
pra-Islam memiliki ajaran watsi (menyembah berhala), bahkan banyak sekali

14
berhala-berhala yang mereka sembah mencapai 360 berhala, namun ada 4 berhala
yang paling besar, yaitu: hubal, mana, latta, dan uzza.

B. Saran
Sebaiknya kebiasaan buruk/ adat istiadat bangsa Arab zaman Jahiliyah
seperti mabuk-mabukan, berjudi, mengubur bayi perempuan hidup-hidup, dan
lain-lain itu, tidak kita temukan lagi di zaman modern ini karena perbuatan
tersebut sangatlah tercela terutama perbuatan mengubur bayi hidup-hidup yang
sangat tidak manusiawi. Dan adat istiadat Arab pra Islam ini dapat dijadikan
pelajaran bagi kita yang hidup di zaman yang skarang yang sudah mengetahui
hukum dalam agama Islam, yang sudah bisa membedakan mana yang benar dan
mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, dan hendaknya kita
mengambil yang baik-baik saja dari perilaku bangsa Arab Jahiliyah pada masa itu.

DAFTAR PUSTAKA

A.Syalabi, 2007,Sejarah dan Kebudayaan Islam 1.Jakarta:PT Pustaka Al-Husna


Baru.

Hasan, Hasan Ibrahim, 2001, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1,Jakarta: Kalam
Muli

Fadil SJ. 2008, Pasang Surut Peradapan Islam Dalam Lintas Sejarah.
Malang:UIN Malang Press

Susmihara, 2013 Sejarah Peradapan 1slam. Yogyakarta: Ombak

15
Syaefudin, Machfud, 2013 Dinamika Peradaban Islam .Yogyakarta:Pustaka Ilmu
Yogyakarta

16
17

Anda mungkin juga menyukai