Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN RISIKO PASAR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

NAMA : 1. CUT KHAIRANI (4012017142)


2. REKA ARUNA (4012017160)
3. YASTARI HUMAIRA NATASYA (4012017168)
4. SUSILAWATI (4012017166)
FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN : PERBANKAN SYARIAH
SEMESTER / UNIT : V /5
MATA KULIAH : MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN
DOSEN PEMBIMBING : MUAMAR SAIDUL GAFAR, S.HI., MM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA


2019 M / 1441 H

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, Shalawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW., sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Manajemen Risiko Pasar”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Langsa, November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Mengidentifikasi Faktor Risiko Pasar ................................................ 2
B. Identifikasi dan Pengukuran Risiko Pasar .......................................... 6
C. Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing ................................................. 12
D. Strategi Mitigasi Risiko Pasar ............................................................ 12
BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari risiko. Risiko akan
melekat dalam kehidupan kita, baik disadari maupun tidak. Oleh karena itu yang
perlu kita lakukan untuk mengantisipsasi risiko yang mungkin terjadi adalah
mengelolanya dengan cara yang tepat.
Cakupan risiko sangat luas, sama luasnya dengan proses bisnis yang dijalankan
oleh suatu perusahaan. Pada dasarnya setiap aktivitas bisnis melekat padanya risiko.
Salah satu risiko yang dihadapi perusahaan yaitu risiko pasar. Risiko pasar timbul
akibat pergerakan harga pasar, seperti naik turunnya rupiah terhadap valuta asing,
harga saham dan sukuk, dan harga-harga komoditas terhadap nilai ekonomi riil dari
aset yang dimiliki.
Semua risiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen
risiko. Peran dari manajemen risiko diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya
risiko yang sangat berlebihan yang dapat membuat perusahaan gulung tikar, oleh
sebab itu kita perlu melakukan ha-hal yang lebih terarah, salah satunya dengan
mengukur dimensi risiko yang akan terjadi pada diri sendiri pada khususnya dan
pada perusahaan pada umunya.
Risiko pasar merupakan kondisi yang dialami oleh suatu perusahaan yang
disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar dari kendali
perusahaan.Risiko pasar sering disebut juga sebagai risio yang menyeluruh, karena
sifat umumnya adalah bersifat menyeluruh dan di alami oleh seluruh perusahaan.
Contohnya krisis ekonomi dunia tahun 1930-an, krisis ekonomi Indonesia 1997 dan
1998, coupd’tat yang terjadi di Filipina pada saat presiden Marcos di ambil alih oleh
kekuatan People Power hingga Corazon Aquino menjadi presiden, Amerika Serikat
pada kasus Subrime Mortgage 2007, Thailand pada saat Bank Sentral Thailand
melakukan devaluasi Bath yang menyebabkan terjadinya kegoncangan pada ekonomi
Thailand secara keseluruhan, perang Teluk yang menyebabkan beberapa Negara di
kawasan Timur Tengah seperti Irak dan Kuwait mengalami kegoncangan ekonomi,
dan berbagai kasus yang menyeluruh lainnya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengidentifikasi Faktor Risiko Pasar


Risiko adalah kemungkinan kejadian hasil yang menyimpang dari harapan
yang bersifat merugikan.1 Sedangkan pada sumber yang berbeda menyatakan risiko
adalah ancaman atau kemungkinan suatau tindakan atau kejadian yang meninbulkan
dampak berlawanan dengan tuuan yang ingin dicapai.2 Terdapat beberapa pengertian
tentang risiko, yang pada dasarnya tergantung pada jenis kepentingan risiko tersebut.
Pada intinya risiko memiliki pengaruh terhadap suatu peristiwa dalam rangka
mencapai tujuannya.
Risiko muncul akibat adanya ketidakpastian hasil yang dicapai dari suatu
usaha. Ketidakpastian ini meliputi ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty),
yaitu ketidakpastian yang diakibatkan oleh perubahan pasar, penurunan permintaan,
kebijakan ekonomi pemerintah yang mengakibatkan terjadinya potensi kerugian.
Ketidakpastian alam (uncertainty of nature), yaitu ketidakpastian yang
diakibatkan oleh perubahan kondisi alam seperti gempa bumi, musim yang tidak
menentu yang dapat menyebabkan kerugian. Dan ketidakpastian manusia, yaitu
ketidakpastian akibat perbedaan karakter, keteledoran dan sifat-sifat lain manusia
yang meningkatkan potensi terjadinya kerugian.3
Menurut Fischer dan Jordan dalam Kusbiantono, risiko pasar merupakan
bagian dari total variabilitas return yang diakibatkan oleh faktor yang mempengaruhi
semua sekuritas. Perubahan ekonomi, politik, dan sosiologi merupakan sumber risiko
pasar. Akibat perubahan tersebut mengakibatkan harga hampir semua saham
individu bergerak bersama dengan arah yang sama.4 Kertonegoro dalam
Kusbiantono, menambahkan bahwa risiko itu merupakan tingkat risiko minimum
yang dapat diperoleh dari portofolio dengan cara diversifikasi lintas sejumlah besar
aset yang dipilih secara acak (random). Risiko itu merupakan akibat kondisi pasar

1
M. Sulhan dan Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang: UIN-
Malang Press, 2008), h. 105
2
Frianto Pandia, Manajemen Dana dan Kesehatan Bank, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 199
3
Sulhan M dan Ely Siswanto, Manajemen Bank ..., h. 107
4
Kusbiantono, “Hubungan Risiko Perusahaan Dan Risiko Pasar Serta Pengaruhnya Pada
Tingkat Diversifikasi Portofolio Saham”, Journal The WINNERS, Vol. 3 No. 2, September 2002, h.
136

5
dan ekonomi umum yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Oleh karena
itu, risiko itu disebut juga risiko yang tidak dapat didiversifikasi (undiversifiable)
atau risiko pasar (market risk).5
Risiko pasar (Market Risk) tercermin dalam posisi on balance sheet dan off
balance sheet akibat terjadinya perubahan instrumen perbankan yang meliputi
sensitivitas suku bunga sekuritas hutang (interest-sensitive debt securities), ekuitas
(equities), nilai tukar valas (currencies), dan harga komoditas (commodities).6
Selanjutnya dalam memberikan pembiayaan, bank syariah juga harus memperhatikan
penilaian sensitivitas risiko pasar, untuk menilai kemampuan keuangan dalam
mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar.7
Risiko pasar muncul akibat dari bank yang mengalami kondisi sebagai berikut:
1. Telah terjadi perubahan instrumen pasar dari aset bank,
2. Terjadi gejolak dan perubahan likuiditas pasar,
3. Neraca bank terdapat long atau short position pada rekening valasnya
4. Terhadap gap antara tingkat sensitivitas aset (assets sensitive assets) dan tingkat
sensitivitas hutang (rate sensitive liability).
Menurut Ali, risiko pasar adalah risiko kerugian yang diderita bank,
sebagaimana antara lain dicerminkan dari posisi on dan off balance sheet (neraca dan
rekening administratif). Kerugian itu muncul sebagai akibat dari terjadinya
perubahan harga pasar asset dan liabilities bank tersebut. Perubahan harga tersebut
merupakan akibat terdapatnya perubahan faktor pasar.8 Faktor pasar yaitu tingkat
suku bunga bank, nilai tukar mata uang, harga pasar saham, dan sekuritas serta
komoditas. Menurut Ali, market risk yang dapat menghantam bank sebagai akibat
dari pertumbuhan suku bunga bank, misalnya, dapat muncul dari hal-hal berikut ini:9
1. Traded market risk, bank aktif berpartisipasi dalam perdagangan market
instrument tertentu, seperti bonds (obligasi). Nilai market instrument ini
dipengaruhi oleh perkembangan harga yang terbentuk dalam pasar obligasi
tersebut. Kenaikan tingkat suku bunga pasar dapat berimbas pada terjadinya

5
Ibid.
6
Sulhan M dan Ely Siswanto, Manajemen Bank ..., h. 113
7
Binti Nur Asiyah, Manajemen Pembiayaan Bank syariah, (Yogyakarta: Teras, 2014), h. 72
8
Masyhud Ali, Manajemen Risiko (Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
Tantangan Globasisasi Bisnis), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006)
9
Ibid.

6
penurunan nilai jual pokok obligasi. Obligasi tersebut tercatat sebagai salah satu
unsur aset investasi neraca bank. Penurunan harga ini akan menurunkan pula
besaran aset bank yang lanjutnya harus di off-set sebagai kerugian bagi bank.
Traded market risk ini dapat pula akibat dari perubahan-perubahan nilai tukar
mata uang, harga pasar saham, serta komoditas, khususnya bila bank melakukan
trading mata uang, saham dan trading terkait kontrak komoditas.
2. Interest rate risk in banking book, bank menghadapi risiko sebagai akibat dari
terjadinya perubahan harga pasar atas account pada struktur neraca. Risiko itu
berakar pada kegiatan bisnis perbankan sendiri, seperti kegiatannya memberikan
kredit dan menerima penempatan deposit dari para nasabah bank. Bank
memberikan kredit jangka pajang dengan bunga tetap apabila sumber dana dengan
bunga mengambang sedangkan terjadi kenaikan tingkat suku bunga, bank dapat
mengalami penurunan Net Interest Margin. Karena bank harus membayar
penempatan dana nasabah pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi ketimbang
penerimaan dari kredit yang berbunga tetap.
Menurut Idroes dan Sugiarto, risiko pasar didefinisikan sebagai risiko kerugian
pada posisi neraca serta pencatatan tagihan dan kewajiban diluar neraca (on-and off-
balace sheet) yang timbul dari pergerakan harga pasar (market price). 10 Menurut
Ikatan Bankir Indonesia, risiko pasar adalah risiko perubahan harga pada posisi
neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan
secara keseluruhan dan kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option.11
Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional bank seperti kegiatan
treasury (tranding book) dan aktivitas investasi dalam bentuk surat berharga,
termasuk pengkreditan (banking book). Risiko pasar pada bank terjadi karena bank
memiliki posisi, baik posisi trading book maupun maupun porsisi banking book, dan
faktor pasar berubah, yang mengakibatkan nilai pasar dari posisi pasar berubah.
Sebagai contoh, risiko pasar dapat timbul apabila:
1. Bank membeli obligasi negara dengan kupon tetap, ketika harga pasar obligasi
akan turun apabila suku bunga pasar meningkat.

10
Ferry N. Idroes, dan Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan dalam Konteks Kesepakatan
Basel Dan Peraturan Bank Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006)
11
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Risiko 1 (Mengidentifikasi Risiko Pasar, Operasional,
dan Kredit Bank), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015)

7
2. Bank membeli valuta USD yang nilai dalam valuta Rupiah akan menurun apabila
nilai tukar USD melemah terhadap Rupiah.
3. Bank melakukan transaksi derivatif interest rate swap yang dapat menimbulkan
kewajiban derivatif bagi pihak counterparty.
4. Bank melakukan aktivitas trading atau jual beli surat berharga.
Risiko pasar adalah risiko perubahan harga pasar pada posisi portofolio dan
rekening administratif, termasuk transaksi derivatif. Perubahan harga terjadi akibat
perubahan dari faktor pasar, termasuk risiko perubahan harga option. Yang dimaksud
dengan faktor pasar adalah nilai tukar, suku bunga, harga saham, dan harga
komoditas.
Risiko pasar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu risiko absolut (absolute
risk), yang biasanya diukur dalam mata uang yang relevan, dan risiko relatif (relative
risk) yaitu risiko yang diukur relatif terhadap suatu patokan indeks tertentu.
Selanjutnya risiko pasar juga dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. General market risk (risiko pasar secara umum)
General market risk ini di alami oleh seluruh perusahaan yang disebabkan
oleh suatu kebijakan yang dilakukan oleh lembaga terkait yang mana kebijakan
tersebut mampu memberi pengaruh bagi seluruh sektor bisnis. Contohnya pada
saat bank sentral suatu Negara melakukan kebijakan tight money policy (kebijakan
uang ketat) dengan berbagai instrumennya seperti menaikkan suku bunga BI rate.
Yang termasuk dalam general market risk ini adalah: risiko gejolak suku bunga,
risiko perubahan nilai saham, risiko gejolak nilai tukar valas, dan risiko perubahan
nilai komoditas.
2. Specific market risk ( risiko pasar secara spesifik)
Specific market risk adalah suatu bentuk risiko yang hanya dialami secara
khusus pada satu sektor atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat menyeluruh. Bank
Indonesia, sebagai bank umum dengan prinsip syariah, maka Bank Syariah hanya
perlu mengelola risiko pasar yang terkait dengan perubahan nilai tukar yang dapat
menyebabkan kerugian Bank. Nilai tukar adalah banyaknya barang atau jasa yang
dapat ditukar atau dibeli dengan kesatuan atau pecahan uang itu. Nilai tukar ini
sering tidak stabil (terganggu) karena terjadinya gejolak moneter, baik nasional,

8
regional, maupun internasional sehingga harga barangbarang naik (inflasi). 12 Nilai
tukar valas akan menentukan imbal hasil investasi riil. Mata uang yang menurun
secara jelas akan mengurangi daya beli dari pendapatan dan keuntungan modal
yang didapat dari jenis investasi apapun. Penurunan investasi ini akan
mempengaruhi kegiatan operasional bank. Dengan turunnya investasi, permintaan
pembiayaan pada bank syariah juga akan menurun.13

B. Identifikasi dan Pengukuran Risiko Pasar


Identifikasi risiko merupakan langkah awal dalam memulai identifikasi dengan
melakukan analisis pada karakteristik risiko yang melekat pada aktivitas fungsional
dan juga risiko dari produkdan kegiatan usaha. Salah satu aspek penting dalam
identifikasi risiko adalah membuat daftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak
mungkin serta menganalisisnya secara aktif agar tidak timbul risiko yang
berlebihan.14 Contoh dari identifikasi yang dilakukan oleh BPRS PNM Binama
yaitu mengidentifikasi karakter nasabah dengan menerapkan prinsip 5C (Character,
Capacity, Capital, Collateral, Condotions).
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap selanjutnya adalah
pengukuran risiko, pengukuran risiko dibutuhkan sebagai dasar (tolok ukur) untuk
memahami signifikansi dari akibat (kerugian) yang akan ditimbulkan oleh
terwujudnya suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkat
kesehatan usaha dan kelangsungan usaha bank. Lebih lanjut pemahaman yang akurat
tentang signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi pengelolaan risiko yang terarah
dan berhasil.15
Metode pengukuran ini dapat bersifat kualitatif, kuantitatif atau kombinasi
antara keduanya. Sedangkan model pengukuran risiko yang digunakan harus sesuai
dengan kebutuhan bank, ukuran, dan kompleksitas bank, manfaat yang diperoleh,
serta peraturan yang berlaku.16

12
Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 7
13
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 38
14
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 260
15
Veithzal Rivai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Management For Islamic Bank, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka, 2013), h. 133
16
Ibid, h. 272

9
1. Metode Pengukuran Risiko Pasar
Untuk mengukur tingkat risiko pasar yang dihadapi oleh banyak institusi
keuangan, diperlukan suatu regulasi dengan alternatif metode tertentu. Regulasi bagi
bank-bank komersil merupakan yang paling awal diantara institusi keuangan lainnya.
Pada tahun 1988 diperkenalkan adanya Basel Accord yang merupakan titik awal
perjanjian finansial atas regulasi bagi bank-bank komersil. Tujuan dari Basel Accord
ini adalah untuk memperkuat stabilitas atas sistem perbankan internasional dengan
menyediakan standar minimum bagi kebutuhan modal dan untuk menciptakan suatu
tingkatan bidang perbankan secara internasional dengan mengharmonisasikan
regulasi secara global. Selain itu, dalam perjanjian tersebut juga didapatkan suatu
ukuran atas solvensi yang hanya meng-cover risiko kredit.17
Selanjutnya pada tahun 1996, Basel Committee memperbaiki Bassel Capital
Accord untuk menangani risiko pasar. Perbaikan ini menambahkan adanya sebuah
capital charge bagi risiko pasar berdasarkan pada dua pendekatan, yaitu metode
standarisasi (the standardized method) dan metode model internal (the internal
models method). Selain itu, pada amandemen 1996 ini ditetapkan juga pengukuran
regulasi modal pada suatu kondisi solvensi yang minimum, yang selanjutnya disebut
cooke ratio.18 Pada rasio ini, Basel Accord mensyaratkan bahwa modal suatu institusi
keangan yaitu sebesar minimum 8% dari jumlah risiko aset tertimbang. Risiko aset
tertimbang adalah jumlah keseluruhan atas kebutuhan modal risiko kredit (credit risk
capital requirement—CRR) dan kebutuhan modal risiko pasar (market risk capital
requirement—MRR).
CRR diaplikasikan untuk semua posisi kecuali posisi ekuitas dan hutang di
buku perdagangan (trading book), nilai tukar, dan komoditas. CRR dihitung secara
sederhana pada suatu persentase-persentase ini dinilai oleh pihak ketiga secara
nominal (untuk posisi on-balance sheet) atau su atu angka ekuivalen kredit (untuk
posisi off-balance sheet). Sedangkan MRR dipalikasikan untuk semua posisi on- dan
off-balance sheet pada seb uah buku perdagangan. Ini sangat penting untuk menilai
posisi terhadap pasar, yang mana lebih mudah terjadi pada pasar yang liquid di mana

17
Philipe Jorion, Value at Risk: The New Banchmark for Managing Financial Risk, 2nd
Edision, (New York: McGraw-Hill, 2001), h. 55
18
Carol Alexander, Market Models: A Gudie to Financial Data Analysis, (England: John
Wiley & Sons Ltd, 2001), h. 251

10
harga bid (beli) dan offer (jual) telah tersedia. Cooke ratio juga membagi modal
menjadi tiga tingkatan (tier), yaitu tingkat 1 (core capital), tingkat 2 (complementary
capital), dan tingkat 3 (sub-complementary capital). Selain itu, perbaikan pada
amandemen 1996 juga memisahkan aset-aset dari suatu bank ke dalam dua kategori,
yaitu:19
a. Trading book, yaitu merupakan portofolio bank yang umumnya meliputi
instrumeninstrumen keuangan jangka pendek ƒ
b. Banking book, yaitu terdiri atas instrumen lainnya yang kebanyakan adalah
pinjaman.
Untuk metode pertama, yaitu metode standarisasi (the standardized method)
merupakan model baku yang telah ditetapkan oleh Basel Committee dan pihak
regulator, di mana semua aspek perhitungan terhadap risiko pasar telah ditentukan
dengan jelas. Sedangkan metode model internal (the internal models method)
merupakan pendekatan yang memberikan keleluasaan bagi institusi keuangan untuk
menetukan sendiri metode yang akan digunakan untuk mengukur risiko pasar.
Namun, dalam metode ini institusiinstitusi keuangan haruslah memenuhi persyaratan
kualitatif dan kuantitatif yang diterapkan secara ketat oleh Basel Committee serta
harus mendapatkan persetujuan dari pihak regulator.
Dengan adanya regulasi bagi bank-bank melalui Basel Accord, kemudian
berkembanglah regulasi di institusi-institusi keuangan lainnya yang berdasar pada
Basel Accord. Bagi perusahaan-perusahaan sekuritas, dealers, maupun di pasar
modal, regulasi seperti yang dimiliki oleh bank melalui Basel Accord-nya juga
sangat dibutuhkan. Namun, regulasi atas standar modal bagi bank dan perusahaan
sekuritas, dealers, atau broker sesungguhnya memiliki tujuan yang berbeda. Modal
bank didesain untuk mengelola keamanan dan kejayaan bagi bank. Selain itu, standar
modal bagi bank dihitung dengan going-concern basis. Lain halnya dengan standar
modal bagi perusahaan sekuritas, dealers, atau broker yang dihitung dengan
liquidition basis. Para regulator juga memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai
modal yang harus dimiliki perusahaan-perusahaan sekuritas untuk mengatasi gross
position mereka, yang mencakup jumlah atas seluruh posisi jual (short) dan beli
(long), atau net position mereka. Sebagai contoh, US dan jepang menggunakan

19
Philipe Jorion, Value at Risk…, h. 61

11
pendekatan gross position, United Kingdom menggunakan pendekatan net position,
dan Basel Committee dan European United (EU) menggunakan kombinasi atas dua
pendekatan tersebut.
Dalam pasar modal, regulator yang berperan untuk mengatasi risiko pasar yaitu
Securities and Exchange Commission (SEC).20 SEC menerbitkan suatu peraturan
yang mensyaratkan perusahaan untuk meng-expose informasi kuantitatif atas risiko
dari derivatif dan instrumen keuangan lainnya dalam laporan keuangan. Menurut
Jorion, untuk membuat laporan informasi keuangan lebih transparan, SEC saat ini
mensyaratkan para pelaku pasar untuk meng-expose informasi kuantitatif atas risiko
pasar dengan menggunakan satu dari tiga alternatif, yaitu diantaranya:21
a. Sebuah tabular presentation atas arus kas yang diperkirakan dan jangka waktu
kontrak yang diringkas berdasarkan kategori risiko.
b. Sebuah analisis sensitivitas (sensitivity analysis) yang menunjukkan kemungkinan
kerugian atas perubahan situasi pada harga pasar
c. Pengukuran Value at Risk bagi pelaporan periode saat ini, yang mana akan
dibandingkan dengan perubahan aktual pada nilai pasar.
Pada bulan Januari 1999 SEC menerbitkan sebuah perubahan peraturan dengan
membentuk suatu kelas atas Over The Counter (OTC) derivatives dealers, yang
merupakan para dealers yang aktif pada pasar OTC derivatives. Tujuan perubahan
ini adalah untuk membawa tingkat regulasi bagi perdagangan derivatif oleh broker
ataupun dealers sejajar dengan perusahaan-perusahaan asing atau dengan bank-bank
komersil, yang merupakan subjek dari peraturan Basel Accord risk-based capital.
Kelas baru dari dealers OTC derivatif ini merujuk pada peraturan risk-based capital
yang mana sesuai dengan panduan Derivatives Policy Group (DPG).22 Dengan kata
lain, capital charge saat ini didasarkan pada model VaR internal. Di dalam model
internal ini ditetapkan syarat bagi perusahaan sekuritas, dealers, atau broker untuk
dapat memenuhi persyaratan kuantitaif maupun kualitatif, yaitu sebagai berikut:23

20
SEC adalah sebuah agensi federal yang memiliki wewenang yang besar untuk menangani
pasar sekuritas suatu negara
21
Philipe Jorion, Value at Risk…, h. 47
22
DPG dibentuk oleh enam perusahaan utama pada bursa Wall Street ,yang merupakan
brokers-dealers dengan afiliasi OTC derivatives paling besar, pada bulan Agustus 1994
23
Philipe Jorion, Value at Risk…, h. 64

12
a. Persyaratan kuantitatif
1) Menggunakan metode Value at Risk (VaR) yang dihitung harian dengan
tingkat kepercayaan (confidence level) sebesar 99% dan one tail. Ketentuan
tingkat kepercayaan sebesar 99%, atau dengan kata lain hanya 1% maksimal
kerugian yang diperbolehkan terjadi, dari Basel Committee tentu membuat
persyaratan semakin ketat
2) Model menggunakan patokan fluktuasi harga (price shock) yaitu minimum
selama sepuluh hari perdagangan (trading days), atau dua minggu dari hari
perdagangan normal, sehingga holding period minimum juga sama dengan
periode tersebut
3) Data yang digunakan dalam model yang dipakai adalah data historis hasil
observasi minimal selama satu tahun
4) Besarnya capital charge adalah nilai terbesar antara nilai VaR kemarin atau 3
(tiga) kali rata-rata VaR harian selama 60 hari kerja terakhir
b. Persyaratan kualitatif
1) Memenuhi kriteria umum dari sistem manajemen risiko yang memadai
2) Memiliki standar kualitatif dalam hal terjadi kesalahan dalam penggunaan
internal model
3) Memiliki pedoman untuk penggolongan faktor risiko pasar yang memadai
4) Memiliki standar kualitatif berupa parameter statistik minimal yang umum
digunakan dalam pengukuran risiko
5) Memiliki prosedur validasi untuk kesalahan eksternal dalam penggunaan
model

2. Pengukuran Risiko dalam Model Indeks Tunggal


Model indeks tunggal yang dikembangkan oleh William Sharpe pada tahun
1963 menghubungkan return setiap sekuritas dengan suatu indeks umum. Indeks
pasar saham umum biasanya dipergunakan untuk kepentingan ini. Secara matematis
hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan linier sebagai berikut.24
Ri = ai + βi RM

24
Kusbiantono, “Hubungan Risiko Perusahaan Dan Risiko Pasar…, h. 137

13
Ri = return sekuritas i
RM = return ideks pasar
ai = bagian dari return sekuritas i yang tidak tergantung dengan kinerja pasar
βi = konstanta yang mengukur perubahan yang diharapkan dari variabel terikat
Ri, jika terjadi perubahan pada variabel bebas RM
Model indeks tunggal membagi return sekuritas menjadi dua komponen, yaitu
bagian unik yang direpresentasikan oleh ai, dan bagian yang berhubungan dengan
pasar yang direpresentasikan oleh βiRM. Bagian yang unik merupakan kejadian
mikro yang mempengaruhi perusahaan secara individual tetapi tidak semua
perusahaan secara umum. Bagian yang berhubungan dengan pasar merupakan
kejadian makro yang secara luas mempengaruhi semua atau banyak perusahaan.
Beta di dalam persamaan mempunyai arti penting. Beta mengukur sensitivitas
suatu saham terhadap pergerakan pasar. Parameter ai merupakan bagian dari return
yang tidak sensitif (independen) terhadap return pasar. Bagian ini dapat dipecah
menjadi dua komponen, yaitu αi nilai yang diharapkan dari ai, dan ei yang
merepresentasikan elemen acak dari ai maka secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut.25
ai = αi + ei
ei mempunyai nilai harapan nol. Oleh karena itu, persamaan return sekuritas
berdasarkan model indeks tunggal dapat ditulis sebagai berikut.
Ri = αi + βi RM + ei
Model indeks tunggal juga dapat dipergunakan untuk menjelaskan diversifikasi
portofolio (Bodie et.al, 1996). Dengan cara yang sama return portofolio dapat
dihitung dengan persamaan seperti di bawah.

Rp = αp + βp RM + ep .
Salah satu alasan dipergunakannya model indeks tunggal di dalam analisis
portofolio adalah untuk mengurangi jumlah variabel yang harus ditaksir. Menurut
Husnan (1994), model indeks tunggal akan mampu mengurangi jumlah variabel yang
perlu ditaksir karena untuk portofolio model indeks tunggal, beta portofolio, dan

25
Ibid.

14
alpha portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari beta dan alpha saham yang
membentuk portofolio tersebut.26

C. Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing


Risiko nilai tukar valuta asing (valas) merupakan risiko yang disebabkan oleh
perubahan nilai tukar valuta asing di pasar yang tidak sesuai lagi dengan yang
diharapkan, terutama pada saat dikonversikan dengan mata uang domestik.27
Sedangkan menurut Madura, yaitu risiko saat kinerja suatu perusahaan dipengaruhi
oleh pergerakan nilai tukar. Risiko valas timbul sebagai akibat perusahaan
mempunyai short position (over-sold position) atau long position (over-bought
position).28 Short position adalah pasiva lebih besar daripada aktivanya dalam suatu
valas tertentu, sedangkan posisi pasiva dalam valas yang lebih kecil daripada
aktivanya disebut long position. Risiko nilai tukar valas merupakan risiko yang
melekat atas valuta asing yang dipelihara, baik berupa assets maupun liabilities.
Untuk mengantisipasi risiko nilai tukar valuta asing pada bank umum yang
berstatus bank devisa, Bank Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia nomor 31/178/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1998 tentang Posisi Devisa
Neto Bank Umum. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Posisi Devisa
Neto Bank Umum ini kemudian dicabut dan untuk selanjutnya ketentuan posisi
devisa neto diatur melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 5/13/PBI/2003
tanggal 17 Juli 2003 tentang Posisi Devisa Bank Umum, yaitu setiap bank umum
berstatus bank devisa mempunyai kewajiban pemeliharaan Posisi Devisa Neto.

D. Strategi Mitigasi Risiko Pasar


Mitigasi risiko mengacu pada meminimalkan risiko setelah mereka muncul.
Dengan kata lain, mitigasi risiko adalah bentuk pengendalian kerusakan. Sementara
fokus mitigasi risiko adalah tindakan yang harus diambil setelah risiko terwujud,
strategi mitigasi risiko perusahaan harus direncanakan terlebih dahulu,

26
Ibid, h. 138
27
Irham Fahmi, Manajemen Risiko, (Bandung: CV Alfabeta, 2011), h. 85
28
Jeff Madura, Keuangan Perusahaan Internasional, (Terjemahan), Edisi 8, Jilid Satu.
(Jakarta: Salemba Empat, 2006)

15
dimasukkan/dimuat secara tertulis dan diketahui oleh orang-orang kunci dalam suatu
organisasi.
Tang (2005), menjelaskan dalam memitigasi risiko terdapat empat pendekatan
yaitu Supply management, Product Management, Demand Management, Information
Management. Dari empat pendekatan tersebut bertujuan untuk memperbaiki operasi
pada supply chain dengan koordinasi dan kolaborasi sebagai berikut:
1. Perusahaan dapat berkoordinasi dan berkolaborasi dengan partner up stream untuk
memastikan efisiensi pada pasokan material sepanjang supply chain.
2. Perusahaan dapat berkoordinasi dan berkolaborasi dengan partner down stream
dengan mempengaruhi permintaan dengan cara yang menguntungkan.
3. Perusahaan dapat memodifikasi produk atau disain proses sehingga memudahkan
mempertemukan demand dan supply.
4. Perusahaan dapat memperbaiki koordinasi dan kolaborasinya dengan jika dapat
mengkases berbagai tipe infomasi yang tersedia pada partner supply chain.

16
BAB III
KESIMPULAN

Risiko pasar merupakan bagian dari total variabilitas return yang diakibatkan
oleh faktor yang mempengaruhi semua sekuritas. Perubahan ekonomi, politik, dan
sosiologi merupakan sumber risiko pasar. Akibat perubahan tersebut mengakibatkan
harga hampir semua saham individu bergerak bersama dengan arah yang sama.
Risiko pasar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu risiko absolut (absolute
risk), yang biasanya diukur dalam mata uang yang relevan, dan risiko relatif (relative
risk) yaitu risiko yang diukur relatif terhadap suatu patokan indeks tertentu.
Identifikasi risiko merupakan langkah awal dalam memulai identifikasi dengan
melakukan analisis pada karakteristik risiko yang melekat pada aktivitas fungsional
dan juga risiko dari produkdan kegiatan usaha. Pengukuran risiko dibutuhkan sebagai
dasar (tolok ukur) untuk memahami signifikansi dari akibat (kerugian) yang akan
ditimbulkan oleh terwujudnya suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio,
terhadap tingkat kesehatan usaha dan kelangsungan usaha bank. Lebih lanjut
pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi
pengelolaan risiko yang terarah dan berhasil.
Risiko nilai tukar valuta asing (valas) merupakan risiko yang disebabkan oleh
perubahan nilai tukar valuta asing di pasar yang tidak sesuai lagi dengan yang
diharapkan, terutama pada saat dikonversikan dengan mata uang domestik.
Mitigasi risiko mengacu pada meminimalkan risiko setelah mereka muncul.
Dengan kata lain, mitigasi risiko adalah bentuk pengendalian kerusakan. Sementara
fokus mitigasi risiko adalah tindakan yang harus diambil setelah risiko terwujud,
strategi mitigasi risiko perusahaan harus direncanakan terlebih dahulu,
dimasukkan/dimuat secara tertulis dan diketahui oleh orang-orang kunci dalam suatu
organisasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Carol, Market Models: A Gudie to Financial Data Analysis, England:


John Wiley & Sons Ltd, 2001.

Ali, Masyhud, Manajemen Risiko (Strategi Perbankan dan Dunia Usaha


Menghadapi Tantangan Globasisasi Bisnis), Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006.

Asiyah, Binti Nur, Manajemen Pembiayaan Bank syariah, Yogyakarta: Teras, 2014.

Fahmi, Irham, Manajemen Risiko, Bandung: CV Alfabeta, 2011.

Hasibuan, Malayu S.P., Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.

Idroes, Ferry N., dan Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan dalam Konteks
Kesepakatan Basel Dan Peraturan Bank Indonesia, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006.

Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Risiko 1 (Mengidentifikasi Risiko Pasar,


Operasional, dan Kredit Bank), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015.

Jorion, Philipe, Value at Risk: The New Banchmark for Managing Financial Risk, 2nd
Edision, New York: McGraw-Hill, 2001.

Karim, Adiwarman A., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Rajawali
Pers, 2011.

Kusbiantono, “Hubungan Risiko Perusahaan Dan Risiko Pasar Serta Pengaruhnya


Pada Tingkat Diversifikasi Portofolio Saham”, Journal The WINNERS,
Vol. 3 No. 2, September 2002.

Madura, Jeff, Keuangan Perusahaan Internasional, (Terjemahan), Edisi 8, Jilid Satu.


Jakarta: Salemba Empat, 2006.

Pandia, Frianto, Manajemen Dana dan Kesehatan Bank, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

Rivai, Veithzal, dan Rifki Ismail, Islamic Risk Management For Islamic Bank,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2013.

Sukirno, Sadono, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan,


Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Sulhan, M., dan Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, Malang:
UIN-Malang Press, 2008.

18

Anda mungkin juga menyukai