Anda di halaman 1dari 23

STUDI ARAB PRA ISLAM

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Studi Peradaban Islam

Dosen Pengampu :
Dr. H. Abbas Sofwan Matlail Fajar, M.H.I., LLM.

Disusun oleh :
1. Lilis Ani Rifatin Ningsih
2. Muhammad Ubaidillah Muslih

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI
FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan Rahmat, taufiq, hidayah serta Inayahnya-Nya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Studi Peradaban Islam. Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan beberapa
pihak, oleh karana itu pada kesempatan ini disampaikan terima kasih sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan sehingga
makalah ini terselesaikan.
Selanjutnya, kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Abbas
Sofwan Matlail Fajar, M.H.I., LLM. selaku dosen mata kuliah Studi Peradaban
Islam yang telah membimbing kami dan kepada semua pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah ini. Semoga Allah SWT, mencatat sebagai suatu
amal sholeh. Amiin.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentunya masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan tugas selanjutnya.
Akhir kata semoga apa yang telah kami kerjakan dapat bermanfaat bagi semua
pihak pada umumnya, bagi siapa saja yang memerlukan, dan bagi penyusun
khususnya.

Kediri, 15 September 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Kondisi Sosio-geografis Arab Pra Islam............................................ 3
B. Budaya-budaya Jahiliyah Arab Pra Islam.......................................... 6
C. Islam dan Transformasi Budaya Arab................................................ 14
BAB III PENUTUP...................................................................................... 18
A. Kesimpulan......................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Para ahli sejarah menyebut masa sebelum kehadiran Islam yang dibawa
oleh Rasulullah Saw sebagai masa jahiliyah. Secara bahasa masa jahiliyah berasal
dari kata jahil, yang diturunkan dari kata dasar Arab jahala yang berarti bodoh.
Sebagai seorang muslim penting dirasa mengetahui sejarah akan agama
yang dianutnya. Islam sendiri merupakan agama yang berasal dari Jazirah Arab
sebelum meluas ke penjuru dunia seperti sekarang ini. Untuk itu perlu diketahui
sejarah peradaban Bangsa Arab sebelum Islam datang. Masa sebelum kedatangan
Islam sering dikenal dengan Zaman Jahiliyah. Islam menganggap bahwa pada
Zaman Jahiliyah ini merupakan suatu kemunduran dalam kehidupan beragama.
Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal dasar-dasar beberapa cabang
ilmu pengetahuan, bahkan dalam hal seni sastra mereka telah mencapai tingkat
kemajuan pesat. Negeri Arab adalah sebuah semenanjung di ujung barat daya
benua Asia. Di sebelah utara berbatasan dengan Syam, Palestina, dan al-Jazirah.
Di sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Aden dan Samudra India. Di sebelah
timur berbatasan dengan Teluk Oman dan Teluk Persia, dan di sebelah barat
berbatasan dengan Selat Bab Al- Mandib, Laut Merah dan Terusan Zues.
Zaman Jahiliyah adalah zaman yang identik dengan perjudian, minum-
minuman keras, menyembah berhala, bahkan mengubur bayi perempuan hidup-
hidup. Guna mengkaji lebih dalam tentang kehidupan Bangsa Arab pra Islam,
perlu diketahui beberapa hal. Utamanya kehidupan beragama masa itu, kondisi
sosio-geografis Masyarakat Arab Pra Islam, budaya- budaya Jahiliyah Masyarakat
Arab Pra Islam dan Islam dan Transformasi Budaya Arab. Semua itu akan kami
sajikan dalam makalah ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi Sosio-geografis Arab Pra Islam?
2. Bagaimana Budaya-budaya Jahiliyah Arab Pra Islam?
3. Bagimana Islam dan Transformasi Budaya Arab?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Kondisi Sosio-geografis Arab Pra Islam.
2. Untuk mengetahui Budaya-budaya Jahiliyah Arab Pra Islam.
3. Untuk mengetahui Kondisi Islam dan Transformasi Budaya Arab.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Sosio-geografis Masyarakat Arab Pra Islam.


Jazirah Arab memiliki kawasan yang sangat luas. Secara geografis Jazirah
Arab terdiri dari padang pasir dan tanah subur. Kawasan padang pasir merupakan
kawasan utama dan lebih luas daripada kawasan lainnya. Kawasan tanah suburnya
yaitu Sabit di Utara, Hijaz di Barat dan Yaman di barat daya yang merupakan
kawasan kecil dan pinggiran.1
Menurut sejarawan Syalabi, jazirah Arab dibagi ke dalam dua wilayah,
yaitu bagian tengah dan bagian pinggiran. Bagian tengah terdiri dari gurun dan
bukit pasir serta beberapa pegunungan yang tidak begitu tinggi hingga hujan tidak
banyak turun. Akibatnya penduduk hidup berpindah–pindah dari satu tempat ke
tempat yang lain mengikuti turunnya hujan dan mencari tanah yang subur guna
menghidupi unta dan ternaknya. Karena itu mereka disebut masyarakat nomaden.
Dengan tipologi seperti ini orang Arab merupakan suatu kelompok yang susah
untuk mengembangkan kebudayaannya. Bagian pinggiran merupakan bagian
maritim, karena itu penduduknya tidak nomaden, sehingga mereka bisa
mengembangkan kebudayaannya jauh lebih memungkinkan dibandingkan dengan
masyarakat Badui yang nomaden, misalnya mereka dapat mendirikan kota dan
kerajaan. Kerajaannya yang besar di antaranya adalah Yaman dan Hijaz.
Jazirah Arab didominasi oleh kawasan padang pasir. Kawasan keras ini
menciptakan bangsa yang keras, kekerasan yang lahir dari kondisi alam dan
tuntutan untuk mempertahankan hidup di kawasan yang gersang ini. Di sela-sela
padang pasir yang luas terdapat oase-oase yang dikelilingi oleh beberapa
tumbuhan. Di sekitar oase-oase inilah suku-suku Arab mencoba mempertahankan
hidupnya. Oase-oase yang berjumlah terbatas ini di samping corak hidup yang
masih primitif di zaman jahiliyah menyebabkan kehidupan suku-suku Arab

1
Ismail Raji al-Faruqi dan Lois Lamya, Atlas Budaya Islam, (Bandung: Mizan, 2000), h. 41

3
jahiliyah berpindah dari satu oase ke yang lain. Inilah yang disebut tradisi
nomaden (hayat tanaqqul; yantaqilu min makan ila makan).2
Hidup di padang rumput bagi siapa saja sangat genting demikian juga bagi
suku-suku bangsa Arab yang mendiami Jazirah Arab yang penuh dengan padang
pasir. Satu-satunya cara bertahan hanyalah dengan selalu berkelompok, seorang
yang sendirian tidak akan memiliki kesempatan sama sekali. Kaum nomaden
membentuk diri mereka menjadi kelompok otonomi, berdasarkan pertalian darah
dan keluarga. Mereka disatukan oleh keturunan nenek moyang, sebagai contoh,
Bani Kalb atau Bani Asad (keturunan Kalb dan Asad). Kelompok-kelompok ini
kemudian menggabungkan diri dalam perkumpulan yang lebih besar.3
Di Barat kelompok kecil biasa disebut "klan" dan kelompok besar "suku".
Orang biasanya tidak membuat perbedaan itu dan menggunakan kata qaum
(rakyat, warga, kaum) baik untuk kelompok besar maupun kecil. Untuk
menghindari suku-suku menj adi terlalu besar dan tak terurus, kelompokkelompok
itu selalu melakukan rekonfigurasi. Menanamkan kesetiaan absolute pada kaum
dan pada semua sekutunya adalah penting. Hanya suku yang dapat menjamin
keamanan anggotanya, tetapi itu berarti tak ada ruangan bagi individualisme
seperti yang kita kenal, dan tak ada hak-hak serta tanggungjawab yang
dihubungkan dengan itu. Semua merupakan subordinasi dari kelompok
kepentingan. Untuk menanamkan semangat komunal ini bangsa Arab
mengembangkan ideologi yang disebut muru'ah, yang kaum terpelajar Barat
biasanya menerjemahkannya sebagai "kejantanan", namun sesungguhnya
maknanya lebih kompleks dan luas. Muru'ah berarti keberanian dalam berperang,
kesabaran dan ketahanan dalam penderitaan dan pengabdian pada tugas yang
sopan untuk membalas kesalahan yang pemah dilakukan pada suku, melindungi
para anggota yang lemah dan menghadapi yang kuat.4
Berbicara tentang kota Makkah, batas tanah haram Makkah pertama kali
diletakkan oleh Nabi Ibrahim as. Malaikat Jibril yang memperlihatkan kepadanya.
2
Muhammad Husain Haikal, Hayatu Muhammad, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-
Misriyah, 1963), h. 78
3
Karen Armstrong, Muhammad A Western Attemp To Understand Islam, (London: Victor
Gollancz Ltd, 1991), h. 58
4
Karen Armstrong, Muhammad Sang Nabi, (Surabaya: Risalah Gusti, 2001), h. 60.

4
Tapal batas itu tidak pernah diperbaharui hingga pada masa Rasulullah SAW.
Pada saat penaklukan Kota Makkah, Rasulullah SAW mengutus Tamim bin Asad
al-Khuza’i untuk memperbaharui batas tersebut. Batas tersebut tidak diganggu
gugat hingga pada masa Khalifah Umar bin Khathab. Ia mengutus orang-orang
Quraisy untuk memperbaharu tapal batas tersebut. Perbatasan kota Makkah dapat
digambarkan sebagai berikut:5
1. Sebelah barat: jalan Jedah-Makkah, di Asy-Syumaisi (Hudaibiah), 22 km dari
Ka’bah.
2. Sebelah selatan, di Idha’ah Liben, jalan Yaman-Makkah untuk yang dari
Tihamah, 12 km dari Ka’bah.
3. Sebelah timur, di tepi Lembah,Uranah Barat, 15 km dari Ka’bah.
4. Sebelah timur laut, jalan Ji’ranah, dekat Kampung Syara’i al-Mujahidin, 16
km dari Ka’bah.
5. Sebelah utara, Tan’im, 7 km dari Ka’bah.
Data yang banyak ditemukan adalah kondisi geografis pada masa sebelum
Islam datang. Hal ini memberikan asumsi bahwa kondisi geografis Makkah dan
Madinah pada masa sebelum datang Islam dengan pada masa awal Islam adalah
sama. Kalau ada perubahan, maka tidak signifikan. Kondisi Semenanjung Arab
merupakan semenanjung barat daya Asia, sebuah semenanjung terbesar dalam
peta dunia. Wilayahnya seluas 1.754.900 km. Pada masa sekarang dihuni oleh
sekitar 14.000.000 jiwa. Negara yang paling banyak mengambil wilayah ini
adalah Arab Saudi dengan luas daratan sekitar 1.014.900 km berpenduduk sekitar
tujuh juta jiwa, Yaman lima juta jiwa dan selebihnya tinggal di Kuwait, Qatar,
Emirat Arab, Oman, Masqat, dan Aden. Dari sisi kondisi cuaca, Semenanjung
Arab merupakan salah satu wilayah terkering dan terpanas. Meskipun diapit dua
lautan di barat dan di timur, lautan itu terlalu kecil untuk dapat memengaruhi
kondisi cuaca Afro-Asia yang jarang turun hujan. Lautan di sebelah selatan
memang membawa partikel air hujan, tapi badai gurun musiman menyapu
wilayah tersebut dan hanya menyisakan sedikit kelembaban di wilayah daratan.

5
Tim Penyusun, Tarikh Makkah al-Mukarramah, terjemah oleh Erwandi Tarmizi dengan
judul Sejarah Mekkah Al Mukarramah, (Riyadh: Darussalam, 1426 H./2005 M.), h. 19.

5
Kota yang satunya adalah Madinah. Kota ini merupakan salah satu kota
yang termasuk kawasan tandus, yang populer dengan sebutan Hijaz selain Thaif
dan Makkah. Dibandingkan Makkah, orang Yahudi memang lebih banyak
dijumpai di Madinah dan sekitarnya. Sebenarnya kedua bangsa ini terdiri dari satu
rumpun bangsa, yaitu ras Semit yang berpangkal dari Nabi Ibrahim melalui dua
putranya, Ismail dan Ishaq. Bangsa Arab melalui Ismail dan Yahudi melaui
Ishaq.6
Kota ini dulunya dikenal dengan sebutan Yasrib. Letaknya sekitar 510 km
sebelah utara kota Makkah. Secara geografis, Madinah lebih baik dari Makkah.
Madinah terletak pada “jalur rempah-rempah”, yang menghubungkan Yaman dan
Suriah. Kota ini merupakan sebuah oasis dalam arti sebenarnya. Tanahnya sangat
cocok ditanami pohon kurma. Di tangan penduduk Yahudi, tepatnya Bani Nadir
dan Bani Quraizah, kota ini menjadi pusat pertanian terkemuka.7

B. Budaya-budaya Jahiliyah Arab Pra Islam


Budaya memiliki arti yang hampir sama dengan tradisi. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tradisi berarti adat kebiasaan turun-temurun
(dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat.8 Dalam KBBI budaya
juga berarti adat istiadat.9
Tiga kata ini memiliki kedekatan makna dan saling menjelaskan antara
satu dengan yang lain. Ada hal yang berkaitan erat dengan tradisi, pertama adalah
karakter dan kedua adalah kondisi geografis. Dan juga tradisi dibangun di atas
karakter masyarakat setempat dan juga karakter masyarakat salah-satunya, dan ini
yang dominan dipengaruhi oleh kondisi geografis daerah yang dihuni masyarakat.
Oleh karena itu dalam pembahasan ini, hal tersebut selalu penulis kaitkan.
Tradisi yang dimiliki bangsa Jazirah Arab adalah berdagang, bersyair,
menghafal dan menghormati bulan-bulan haram (al-Ashur al-Hurum). Tradisi
6
J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), h. 26.
7
Phillip K. Hitti, History of the Arabs, h. 131
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 1069.
9
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, h. 149

6
berdagang merupakan konsekuensi logis dari kondisi alam yang tandus. Bangsa
Arab tidak mungkin menekuni pertanian dalan kondisi alam yang tidak
memungkinkan. Di pasar dagang biasanya juga diiringi dengan pasar sastra (suq-
al-Adab) dimana orang-orang Arab berlomba-lomba menunjukkan kehebatannya
dalam membuat sya’ir-sya’ir. Kegiatan penya’iran ini dilestarikan dalam bentuk
hafalan karena pada waktu itu jarang sya’ir yang ditulis dalam bentuk tulisan
kecuali sya’ir yang memenangkan perlombaan dan digantung didinding ka’bah
yang dikenal dengan muallaqat.
Tradisi berdagang dan bersya’ir tidak lepas dari tradisi yang paling
monumental yang disebut dengan perayaan Mekah atau mawasim al-haj. Dalam
upacara dan perayaan haji ini kpentingan dagangnya lebih besar daripada
kepentingan keagamaan.10 Para pedagang Mekah yang berkepentingan agar pasar
tahunan mendapat banyak kunjungan, berusaha keras untuk sebaik mungkin
menyenangkan para tamu.
Menghormamati bulan-bulan haram (al-Asyhur al-Hurum)11 merupakan
tradisi dan ajaran yang paling istimewa sejak zaman Nabi Ibrahim. Tradisi ini
berlanjut dan dilestarikan hingga sekarang. Nabi Muhammad memberi contoh
penghormatan terhadap bulan-bulan tersebut dengan melarang melakukan
peperangan dan meningkatkan peribadatan.
Kedatangan Nabi Muhammad benar-benar menjadi ujian terberat bagi
bangsa Quraisy dan Arab pada umumnya. Ajaran baru tersebut benar-benar
bertolak belakang bagi ajaran dan tradisi hidup mereka sehari-hari. Ajaran Islam
tidak hanya memporak-porandakan ajaran dan tradisi Arab bahkan membaliknya
180 derajat, menyerang tradisi jahiliyah dan membangun tata sosial yang sangat
asing bagi tradisi dan rasionalitas Arab sebelumnya. Keberanian, kepahlawanan
dan kedermawanan yang berlebih-lebihan bahkan menjurus kepada kehancuran,
loyalitas buta kepada kabilah, kekejian dalam balas dendam, baik dengan
perkataan maupun dengan perbuatan merupakan tindakan yang sangat terpuji pada
zaman jahiliyah. Sementara Islam datang dengan tradisi dan ajaran baru yang

10
Christian Scouck Hurgronje, Perayaan Mekah (Jakarta: INIS, 1989), h. 11.
11
http:www.shura.gov.sa, Januari 2004, diakses 22 September 2021.

7
sebaliknya. Islam menjadikan kepatuhan dan ketundukan kepada Allah sebagai
dasar dan contoh ajaran yang tertinggi, Kesabaran, qana'ah dan rendah hati,
menghindari kemewahan yang berlebih-lebihan dan menghindari kesombongan.
Ajaran Nabi Muhammad SAW memiliki prinsip-prinsip hidup yang dirumuskan
oleh Syauqi Dhaif sebagai berikut:12
1. Prinsip Ruhaniah
Kata Islam dalam berbagai derivasi bahasanya memiliki arti tunduk
dan patuh. Kemudian Islam menjadi nama sebuah agama baru, agama yang
bertanggungjawab untukmembahagiakan semua umat manusia. Agama yang
menjadi penyempurna bagi agama-agama samawi sebelumnya. Islam adalah
syariat ketuhanan yang terakhir yang wajib diikuti oleh syariat-syariat
sebelumnya. Berdiri di atas dua rukun yang utama yaitu aqidah dan amal.
Aqidah kemudian disebut dengan iman yang berasal dari kata al-amn yang
berarti ketenangan jiwa dalam menerima dan membenarkan ajaran
Rasulullah. Prinsip pokok Aqidah Islam adalah beriman akan keesaan Allah,
maka tidak ada peribadatan kecuali hanya untuk Allah. Bukan patung,
berhala, batu, bintang-bintang. Allah bukan Tuhan untuk satu kabilah atau
bangsa tertentu akan tetapi Tuhan sekalian alam sekaligus penciptanya.
2. Prinsip Rasionalitas
Islam mengangkat rasionalitas bangsa Arab dan umat manvusia
dengan menghapus tradisi watsaniah jahiliyah dalam berbagai macam
bentuknya seperti perdukunan, sihir, khurafat. Dan membebaskan mereka dari
kebodohan dengan mengajak manusia memikirkan segala ciptaan yang ada di
bumi dan langit. Barangsiapa yang membuka hati dan otak memikirkan dan
merenungkan alam semesta ini akan sampai pada kenyataan bahwa semua ini
tidak tercipta dengan kebetulan dan semua ini pasti ada pencipta yang maha
kuasa. Islan1 juga cenderung menggunakan akal dalam mengajak beriman
akan keesaan dan keberadaan Allah. Islam meninggikan derajat manusia atas

12
Syauqi Doif, Tarikh al-Adab al-Araby, Al-‘Ashru al-Islami, (Kairo; Dar-al-Ma’arif,
1963), h. 6.

8
sekalian alam dengan akalnya. Menundukkan alam raya untuk manusia agar
dimanfaatkan sebaik-sebaiknya untuk ijkepentingan manusia.
3. Prinsip Sosial
Orang Arab pada masa jahiliyah hidup dengan sistem kabilah, mereka
tidak mengenal konsep ummah dalam bermasyarakat. Mereka justru
menggunakan sistem kabilaisme dengan fanatisme golongan yang berlebih -
lebihan. Apabila salah satu anggotanya melakukan tindakan kriminal maka
seluruh kabilah bertanggungjawab atas tindakan itu secara bersama-sama.
Apabila salah satu anggotanya terbunuh mereka akan melakukan balas
dendam secara bersama. Ketika Islam datang maka sistem kabilaisme ini
mulai hilang dan diganti dengan sistem keummatan. Sebuah sistem yang
menjadikan kekuasaan Tuhan mengalahkan kekuatan kabilah menggantikan
ikatan kabilaisme dengan kabilah keagamaan. Dan menggantikan hak
membalas dendam dari kabilah kepada negara sehingga balas dendam yang
pada zaman jahiliyah menjadi rentetan yang tidak pernah selesai tidak
terulang kembali akan tetapi seorang pembunuh harus diserahkan oleh
walinya kepada negara untuk diberi hukuman .
Islam membangun prinsip-prinsip sosial kemasyarakatan dengan
prinsip ta'awun antar anggota masyarakat dalam perbuatan kebaikan dan
mencegah yang mungkar, menyebarkan kasih sayang dan kebaikan seolah-
olah seluruh masyarakat bagaikan satu keluarga, menghilangkan perbedaan
etnis, kedudukan, warna kulit, semuanya sama dalam sholat dan dalam semua
ibadah, hak dan kewaj iban. Membangun persaudaraan, membangun kasih
sayang dan menumbuhkan prinsip hidup untuk orang banyak tidak hidup
untuk diri sendiri. Islam kemudian memerintahkan zak:at dan menjadikannya
sebagai prinsip dasar agama untuk membantu dan menolong kaum fakir
miskin. Islam juga berusaha menegakkan keadilan sosial dalam komunitas
barunya. Meningkatkan hakhak kaum perempuan dan menjaganya dengan
penjagaan yang baik.

4. Prinsip Kemanusiaan

9
Dalam pembahasan sebelumnya Islam meningkatkan status sosial
rasionalitas dan spiritualitas yang meniscayakan peningkatan kualitas seorang
muslim, karena Islam membebaskan mereka dari perbuatan syirik,
penyembahan kekuatan alam, membebaskan dari unsur khurafat, merubah
status manusia yang dikuasai oleh alam semesta menjadi penguasa atas alam
semesta dan menyuruh memanfaatkannya untuk kemaslahatan manusia. Islam
juga mengajak manusia memahami hukum-huk:um alam dan menggunakan
fikiran sehingga terbuka jiwa kemanusiaan dan akalnya secara luas yang
mengantarkan kepada kehidupan spiritual dan rasional yang tinggi
sebagaimana juga mengantarkan kepada kehidupan sosial yang berkeadilan,
kehidupan yang dibangun di atas prinsip kebaikan dan kebajikan dan saling
tolong menolong. Laki-laki bekerja sama dengan wanita dalam membangun
keluarga yang sholihah. Seorang laki-laki bekerja sama dengan saudaranya
dalam membangun komunitas masyarakat yang baik. Dan al-Qur'an selalu
mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan paling
terhonnat melebihi seluruh makhluk-makhluk yang lain. Disusun dan
dibentuk dalam bentuk yang paling sempuma. Dan Islam menjunjung tinggi
kebebasan, kemuliaan, hak-hak asasi manusia. Dan ketika Islam datang dan
perbudakan mendarah daging di seluruh bangsa di dunia, Islam justru
menyerukan pemerdekaan budak dan membebaskan dari ikatan perbudakan.
Islam juga memperluas wilayah hak asasi manusia bahkan menyentuh
wilayah agama ketika al-Qur'an memberikan statemen La Ikraaha fiddiin
(Tidak ada pemaksaan agama) maka manusia tidak dipaksa untuk masuk
Islam dan dibebaskan untuk memilih agama bagi dirinya masing-masing.
Karena itu Islam telah memberik:an contoh yang terbaik dalam toleransi
beragama. Maka Islam merupakan agama perdamaian bagi kehidupan
kemanusiaan, berusaha mengibarkan bendera keamanan dan ketentraman.
Ajaran Islam juga dilengkapi dengan tata cara memperlakukan bangsa yang
kalah, bangsa yang ditaklukkan dalam keadaan damai dan perang. Rasulullah
mewajibkan atas umat Islam dalam peperangan untuk tidak membunuh
orangorang tua, anak-anak dan perempuan. Melarang merusak gereja-gereja

10
dan tempat-tempat ibadah dan membiarkan bebas melaksanakan ibadahnya.
Dan Islam yang toleran inilah yang telah membuka wilayah Syam, Mesir dan
Spanyol, Irak, Khurasan dan India. Memberi mereka kebebasan tidak hanya
kepada pengikutnya baik kaum muslim dan non muslim seakan-akan Islam
ingin membentuk kesatuan yang mewadahi kerngaman manusia yang penuh
dengan keadilan, kemakmuran dan kedamaian.
Keempat prinsip tersebut berintikan kepada satu inti yang disebut
dengan Tauhid. Artinya bahwa intisari dari peradaban Islam adalah agama
Islam dan inti dari Islam adalah tauhid. Tauhid adalah perbuatan yang
menegaskan bahwa Allah itu Esa, Pencipta mutlak lagi utama, Tuhan semesta
alam. Inti ajaran Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari hadir dalam
bentuk al-Qur'an, Sunnah clan Lembaga-lembaga agama seperti Syahadat,
Shalat, Puasa, Zakat, Haji, Keluarga, Masjid, Madrasah dan Wakaf. Di
samping juga ada lembaga dalam bentuk Ukhuwah (persaudaraan), Harah
(perkampungan), Hisbah dan Khilafah (tata negara dan dunia).13
Munculnya nabi Muhammad SAW tidak hanya melakukan sebuah
perubahan sosial, lebih dari itu perubahan ini sudah merupakan revolusi sosial
yang dibawa oleh Nabi. Revolusi yang lahir karena menjadi keharusan,
kaharusan yang lahir karena perbedaan ajaran yang sangat bertolak belakang.
Dari segi nama saja al-Qur'an memberi nama agama baru dengan Islam dan
memberi nama untuk masa sebelumnya dengan Jahiliyyah.
Dari kedua penamaan itu nampak perbedaan yang sangat mencolok
antara keduanya dari segi corak hidup, rasionalitas dalam prinsip dan
tujuannya. Karena al-jahlu berarti kejam, keras kepala, sombong, bebel tidak
mau menerima kebenaran. Sebaliknya Islam berarti kedamaian, teposliro,
toleran dan patuh kepada kebenaran.14

Perubahan ajaran yang meniscayakan perubahan pada adat dan tradisi.


Perubahan ajaran yang cukup radikal ini logikanya juga mengharuskan adanya

13
Al-Faruqi, Atlas Budaya Islam, (Bandung: Mizan, 2000), h. 11.
14
A. Hassan al-Zayyat, Tarikh al-Adab al-Araby, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1996), h.64.

11
perubahan radikal dalam tradisi bangsa Arab, namun dalam kenyataannya prinsip
perubahan dan kesinambungan masih berlaku dalam tradisi yang berubah di Arab
pada masa Nabi. Perubahan sosial yang paling radikal sekalipun temyata tidak
bisa lepas dari unsur kesinambungan. Tidak ada hal di dunia ini yang betul-betul
baru biduni sawabiq. Setiap hal barn baru merupakan tambal sulam dari bahan
yang lama. Tradisi lama yang jelek tidak berarti jelek semua, ada unsur kebaikan
yang tertutupi kejahatan. Tradisi lama yang jelek masih menyisakan sesuatu yang
bisa dikemas dengan baik dalam tradisi kebaikan. Inilah yang membuat teori
Change dan Continuity masih relevan untuk dipakai dalam pembahasan Tradisi
Arab pada Masa Nabi.
1) Tradisi Agama dan Ritual Haji
Dalam tradisi keagamaan tidak dilepaskan dari kenyataan bahwa
Islam sesungguhnya kelanjutan dari tradisi Hanafiah Samhah yang dibawa
oleh Nabi Ibrahim as. Kenyataan ini banyak ditegaskan oleh al-Qur'an. 15
Namun perjalanan waktu kemudian memberi celah masuknya ajaran-ajaran
meyimpang ke dalam tradisi tauhid agama Ibrahim. Maka tidak sulit untuk
menyatakan bahwa ritual haji yang menjadi ajaran pokok Islam tidak datang
dengan sesuatu yang baru. Tata cara haji yang lama yang telah dijalankan
oleh orang Arab jahiliyah tctap dipcrtahankan, akan tctapi jiwa, filsafat dan
do'a-doa dalam haji benar-benar Islami dan unsur kemusyrikan, khurafat,
tahayul, animisme dan watsaniah dihilangkan.
2) Muru'ah
Karakter Arab seperti balas dendam, gemar berperang, Angkuh dan
sombong, derrnawan, jujur, setia dan berani membentuk sebuah ldeologi
jahiliyah yang disebut dengan Muru'ah atau kejantanan. Ideologi ini dalam
prakteknya dijalankan secara brutal, meski pada dasamya baik namun karena
dilakukan tanpa kendali dan batas sering mengantarkan mereka pada
kehancuran. Islam tetap melestarikan tradisi muru'ah ini dengan memberikan
batasan batasan yang menyelamatkan mereka dari perbuatan tidak baik.

15
M. Said Ramadhan al-Bhuty, Fiqh al-Siroh, (Damaskus: tp, 1978), h.39.

12
Misalnya Islam menganjurkan kedermawanan tapi juga melarang
berlebihan. Menganjurkan keberanian tapi melarang bunuh diri dan
seterusnya. Atau dalam kesimpulan dapat dikatakan bahwa jika Arab
jahiliyah berpegang pada muru'ah itu adalah demi kemegahan diri, maka
Islam mengajarkan manusia agar merendahkan diri di hadapan Allah. Semua
perbuatan yang baik itu bukan untuk bermegah-megahan tetapi hanya untuk
mendapatkan keridhaan Allah.
3) Fanatisme
Kabilah Bangsa Arab dikenal dengan bangsa Tribalisme (kesukuan).
Dan Nabi Muhammad juga mengatur orang-orang muslim dengan
berdasarkan pada tradisi kesukuan. Namun Islam juga menanamkan nilai
individualisme. Islam tetap menganggap penting ide komunitas dan
persaudaraan namun Islam juga mengangap penting pandangan kesetaraan
dan keadilan.
4) Balas dendam, Qishas dan Diyat
Dalam lslam setiap perbuatan baik yang benar maupun yang salah
harus mendapat balasan. Namun yang membalas perbuatan baik atau jahat
tidak diserahkan kepada individu atau suku yang bersangkutan, tapi
diserahkan kepada negara untuk membalaskannya. Sehingga tradisi balas
dendam yang dilakukan oleh individu maupun suku-suku atau kabilah dapat
dihentikan.
5) Tradisi Berdagang, Bersyair dan Menghafal
Tradisi berdagang sudah mendarah daging bagi orang Arab Quraisy.
Dalam al-Qur'an disebutkan sebagai ilaf, yaitu rihlat syita 'dan rihlat al-shoif.
perjalanan untuk berdagang pada musim dingin dan panas. Tradisi dagang
tetap dilestarikan Islam dengan memberi aturan kejujuran dan cara berdagang
yang baik. Sedangkan pasar dagang zaman jahiliyah didampingi pasar sastra
(suq al-Adab). Adanya pasar sastra tidak terlepas dari tradisi bersya'ir yang
menjadi tradisi paling lama dan paling utama bagi masyarakat Arab. Pada
masa Nabi tradisi ini mengalami perubahan tema dan isi yang cukup radikal.
6) Menghormati Bulan-bulan haram (al-Ashru al-Humm)

13
Penghormatan terhadap bulan-bulan haram dipertahankan pada masa
Nabi. Berdasarkan perintah Allah dalam surat al-Taubah ayat 36
penghormatan itu dilakukan dengan mengharamkan perbuatan dzalim seperti
melakukan perang dan diperintahkan meningkat peribadatan. Bahkan Islam
menghilangkan unsur rekayasa nasi' yang dilakukan oleh orang Arab
jahililyah untuk kepentingan penyerangan terhadap suku yang lain, yaitu
mengundur undur bulan haram guna keperluan strategi penyerangan (al-
Ghazwu).

C. Islam dan Transformasi Budaya Arab


Islam merupakan agama yang damai dan memiliki unsur fleksibilitas yang
sangat tinggi. Islam tidak merubah semua budaya Arab namun melanjutkan
budaya yang telah ada dengan menambah nilai-nilai keislaman. Ada beberapa
gelombang transformasi budaya yang dilakukan oleh Islam pada masa-masa awal
kelahirannya sampai pada masa keemasannya, diantaranya sebagai berikut:
1. Gelombang Transformasi Pertama
Sebelum masuknya ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW, masyarakat Arab dikenal sebagai masyarakat jahiliyah, masyarakat
yang perpegang pada nilai-nilai berhalisme, melakukan perbudakan manusia
diatas manusia, diskriminatif, banyaknya permusuhan dan penuh dengan
kedzaliman. Allah mengutus Nabi Muhammad untuk mengubah masyarakat
Arab jahiliyah menjadi masyarakat Arab islami.
Sejarah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad benar-benar
dipersiapkan untuk mengemban amanah dinul Islami yang membawa misi
rahmatan lil alamiin. Beliau gelisah membaca situasi dan kondisi masyarakat
yang jatuh ke lembah jahiliyah dan berhalaisme. Oleh karena itu beliau sering
melakukan kontemplasi, bertahannuts, mendekatkan diri kepada Allah, seraya
merenungi keadaan yang menimpa masyarakatnya. Hingga akhirnya beliau
mendapatkan wahyu yang dibawa oleh Malaikat Jibril yaitu surat Al-Alaq
pada saat beliau berumur 40 tahun.

14
Surat al Alaq yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad
menunjukkan bahwa misi beliau adalah membebaskan umat manusia dari
lembah jahiliyah dengan jalan mencerdaskan kehidupan mereka. Nabi
Muhammad berjuang melakukan transformasi dari jaman jahiliyah menuju
jaman addinul Islam yang bersendikan tauhid., kemerdekaan, persaudaraan,
persatuan dan keadilan.
Nabi Muhammad diutus sebagai Rasulullah terbagi menjadi dua masa.
Pertama, yaitu masa Makkah. Pada masa ini Nabi Muhammad melakukan
transformasi melalui dakwah bissiri, lalu dakwah biljahri dan dimusim haji
beliau melakukan dakwah ke penduduk Yatsrib. Kedua, yaitu masa Madinah.
Pada masa ini Nabi Muhammad mulai menata masyarakat Islam sesuai
dengan nilai-nilai keislaman. Bahkan sering terjadi ancaman perang untuk
meruntuhkan nilai-nilai yang menjadi sendi masyarakat Islam seperti perang
Badar, perang Uhud, perang Ahzab, perang Fathu Makkah, perang Hunain
dan Thaib serta perang Tabuk.16
Selain di kota Makkah dan Madinah, Nabi Muhammad juga
melakukan dakwah melalui surat keluar Jazirah Arab. 17 Dakwah Nabi
Muhammad yang keluar Jazirah Arab merupakan pertanda bahwa kelak
generasi setelah Nabi Muhammad akan melanjutkan perjuangan beliau keluar
Jazirah Arab.
2. Gelombang Transformasi Kedua
Setelah Nabi Muhammad wafat, kepemimpinan diganti oleh Al
Khulafaur Rasyidin, para khalifah pengganti dan penerus kepemimpinan
Rasulullah SAW dalam melanjutkan perjuangan beliau dengan menyebarkan
nilai-nilai Islam keluar Jazirah Arab yang pada saat itu menjadi ajang
pertarungan antara kekuatan besar, yaitu Romawi dan Persia. Beberapa
wilayah dapat dibebaskan, yaitu Damaskus (635 M), Baitul Maqdis,
Mesopotamia, Babilonia, dan Hulwan (640 M), Nihawand (642 M), Isfahan

16
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Jayamurni, 1973), h. 117-152.
17
M. Masyhur Amin, Metode Dakwah Islam, (Yogyakarta, Sumbangsih, 1980), h. 55-57.

15
(643 M) dan Persia, kemudian Iskandariah (642 M), Mesir (639-641 M) dan
Tripoli ( 646 M).
Pembebasan wilayah itu dilanjutkan oleh Dinasti Bani Umayyah di
Damaskus. Di sebelah barat, Bani Umayyah dapat membebaskan Ifriqiyah
(Tunisia), Al Jazair dan Mroko, kemudian mejelang abad ketujuh Masehi
dapat mencapai pantai Samudra Anlantik. Pada tahun 711 M, Thariq bin
Ziyad dapat mendarat di Jabal Thariq dan selanjutnya dapat membebaskan
Andalusia. Di sebelah timur umat Islam dapat membebaskan Transoksiania
(Uzbekistan), Sind, Sungai Syr Darya dan Sungai Indus menjadi batas timur
bagi Bani Umayyah. Di sebelah utara di front Asia kecil umat Islam berusaha
membebaskan Konstatinopel, tetapi gagal.18
Dalam konteks ini memakai istilah pembebasan, sebagai terjemah dari
bahasa Arab fath, bukan penaklukan. Maksudya yakni pembebasan dari
penjajahan bangsa lain atau pembebasan dari penindasan penguasa atas
rakyatnya. Oleh sebab itu kehadiran tentara Islam banyak memperoleh
dukungan penduduk setempat, serta memperlihatkan aktualisasi nilai-nilai
Islami kepada mereka.
3. Gelombang Transformasi Ketiga
Transformasi budaya pada generasi ketiga ini dapat dilihat dari sudut
perkembangan ilmu pengetahuan, seni, filsafat dan ekonomi, sehingga Islam
menjadi pusat peradaban dunia pada saat itu, seperti masa keemasan Daulah
Abbasiyah di Baghdad, Daulah Bani Umayyah di Andalusia dan Fatimiyah di
Mesir.
Islam sebagai pusat peradaban pada saat itu dapat dilihat dari data
historis berikut ini. Pertama, gerakan penerjamahan buku-buku ilmu
pengetahuan, sastra dan filsafat kedalam bahasa Arab.gerakan penerjemahan
ini terjadi sekitar satu abad lamanya.19

18
Harun Nasution, Sejarah Ringkas Islam, (Jakarta, 1980), h.10-11.
19
Harun Nasution, h.10-11.

16
Kedua, kemajuan dalam bidang filsafat, dengan lahirnya para filosof
seperti Al Kindi (801-816 M) perintis pertama filsafat Islam, Al Faraby (870-
950 M), Ibnu Sina (980-1037 M), Al Ghazali dan para filsuf lainnya.
Ketiga, lahirnya pusat-pusat keilmuan. Di Baghdad terdapat Darul
Hikmah yang didirikan oleh Al Ma’mun, Universitas Nizhamiyah yang
didirikan oleh M. Nizhamul Muluk, di Universitas ini Al Ghazali menjadi
guru besar dan terkenal sebagai pengawal ilmu pengetahuan. Di Kairo berdiri
Universitas Al Azhar yang hingga saat ini tegak dengan megahnya dan di
Andalusia berdiri Universitas Kordova.
Keempat, lahirnya disiplin-disiplin keilmuan, baik ilmu kealaman,
kemasyarakatan maupun keagamaan. Seperti contoh Al Qanun karya Ibnu
Sina, Al Kulliyat karya Ibnu Rusyd, Al Hawi karya Ar Razi yang ketiganya
termasuk dalam ilmu kedokteran. Ilmu keagamaan meliputi Ilmu Kalam,
Fiqh, Tasawuf dan lainnya.
Kelima, lahirnya bangunan arsitektur Islam yang indah dan megah.
Kemegahan arsitektur Islam dimanifestasikan dalam bentuk masjid, istana,
maqbarah, benteng, qubah, dan sebagainya.
Keenam, semaraknya aktifitas ekonomi, baik pertanian, perdagangan
maupun industri. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka
akan mampu mengantarkan peradaban Islam mencapai puncak keemasannya.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uaraian di atas dapat mengambil kesimpulansebagai berikut :
1. Negara Jazirah Arab memiliki kawasan yang sangat luas. Secara garis
besar geografis Jazirah Arab terdiri dari padang pasir dan tanah subur.
Kawasan padang pasir merupakan kawasan utama dan lebih luas daripada
kawasan lainnya. Kawasan tanah suburnya yaitu Sabit di Utara, Hijaz di
Barat dan Yaman di barat daya yang merupakan kawasan kecil dan
pinggiran. Terlepas dari itu Jazirah Arab didominasi oleh kawasan padang
pasir. Kawasan yang menciptakan bangsa yang keras, kekerasan yang lahir
dari kondisi alam dan tuntutan untuk mempertahankan hidup di kawasan
yang gersang ini.
2. Pada pembahasan budaya- budaya Jahiliyah arab pra islam ini ber- intikan
kepada satu inti yang disebut dengan Tauhid. Artinya bahwasannya intisari
dari peradaban Islam adalah agama Islam dan inti dari Islam adalah tauhid.
Tauhid adalah perbuatan yang menegaskan bahwa Allah itu Esa, Pencipta
mutlak lagi utama, Tuhan semesta alam. Inti ajaran Islam tersebut dalam
kehidupan sehari-hari hadir dalam bentuk ukhuwah (persaudaraan), Harah
(perkampungan), Hisbah dan Khilafah (tata negara dan dunia).
3. Islam dan transformasi budaya arab yang sebelumnya Arab dikenal
sebagai masyarakat Jahiliyah, masyarakat yang berpegang pada nilai –
nilai ke islaman.pada masa awal kelahirannya, Nabi Muhammad Saw,
berhasil menjadikan masyarakat Jazirah Arab sebagai pilot proyek
transformasi nilai-nilai budaya yang islami. Kemudian transformasi nilai-
nilai itu disebarkan ke wilayah-wilayah di luar Jazirah Arab. Baik pada
masa Al Khulafaur Rasyidin maupun pada masa Daulah Bani Umayyah,
sehingga Islam bertemu dengan kebudayaan lain. Pada masa Daulah
Abbasiyah, Islam berhasil melakukan transformasi budaya dalam bentuk
prestasi-prestasi ilmu pengetahuan, sehingga Islam menjadi pusat

18
peradaban dunia. Keberhasilan islam juga karena pada saat itu benar-benar
memainkan peranan sebagai penterjemah hati nurani umat manusia yang
mencari keadilan dan kemerdekaan, kemudian Islam juga melakukan
kontak dan integrasi dengan kekuatan-kekuatan budaya yang ada,

B. SARAN
Sebagai umat muslim mengetahui sejarah Peradaban Islam sangatlah
penting. Oleh karena itu, kita sedikit banyak diharuskan mengetahui dan
mempelajari tentang sejarah, dan semoga makalah ini bermanfaat dan bisa
membantu sesama untuk mengetahui bagaimana sejarah peradaban islam awal
hingga sekarang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bhuty, M. Said Ramadhan. Fiqh al-Siroh, Damaskus: tp, 1978.


Al-Faruqi, Ismail Raji dan Lois Lamya. Atlas Budaya Islam. Bandung: Mizan,
2000.
Al-Faruqi. Atlas Budaya Islam. Bandung: Mizan, 2000.
Al-Zayyat, A. Hassan. Tarikh al-Adab al-Araby. Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1996.
Amin, M. Masyhur. Metode Dakwah Islam. Yogyakarta, Sumbangsih, 1980.
Armstrong, Karen. Muhammad A Western Attemp To Understand Islam. London:
Victor Gollancz Ltd, 1991.
Amin, M. Masyhur (ed). Moralitas Pembangunan, Perspektif Agama – Agama di
Indonesia,.( Yogyakarta,LKPSM NU DIY, 1989)
Armstrong, Karen. Muhammad Sang Nabi. Surabaya: Risalah Gusti, 2001.
Doif, Syauqi. Tarikh al-Adab al-Araby, Al-‘Ashru al-Islami. Kairo; Dar-al-
Ma’arif, 1963.
Haikal, Muhammad Husain. Hayatu Muhammad. Kairo: Maktabah al-Nahdhah
al-Misriyah, 1963.
Hitty, Phillip K., History of the Arabs, terjemah oleh R. Cecep Lukman Yasin dan
Dedi Slamet Riyadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014.
Hurgronje, Christian Scouck. Perayaan Mekah. Jakarta: INIS, 1989.
Maryam, (et.al.), Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa Klasik Hingga Modern,
(Jogjakarta: Jur. SPI Fak. Adab dan LESFI, 2003.
Nasution, Harun. Sejarah Ringkas Islam. Jakarta, 1980.
Pulungan, J. Suyuthi. Prinsip-prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah
ditinjau dari Pandangan Al-Qur’an. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996.
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Jayamurni, 1973.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2002.

20

Anda mungkin juga menyukai