Anda di halaman 1dari 40

CRITICAL BOOK REVIEW

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Yang Diwajibkan


Dalam Mengikuti Perkuliahan Sejarah
Perdaban Islam

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Indirwan, S.Pd.I., M.Pd.I.

Oleh,
Rizky Ainun Sulfianti
NIM.190110019

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
MUHAMMADIYAH SINJAI
TAHUN 2021
I
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas


limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Critical Book Report dengan buku wajib yang berjudul “History of the Arabs”
tepat pada waktunya.

Pembuatan Critical book report ini bertujuan untuk pemenuhan tugas mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam ( SPI ). Penulis menyadari bahwa penyusunan
Critical Book Review ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak sekali
kekurangan baik isi dan penyusunannya, sehingga dalam kesempatan ini penulis
bermaksud untuk meminta saran dan masukan dari pembaca sekalian, khususnya
dari Dosen Pengampu Mata Kuliah Sejara Peradaban Islam yaitu Bapak Indirwan,
S.Pd.I., M.Pd.I. agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya.

Penulis juga berharap semoga laporan penyusunan Critical Book Review


ini bisa memberikan manfaat dan pelajaran bagi pembaca.

Sinjai, April 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR......................................................................................II

DAFTAR ISI...................................................................................................III

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Manfaat Critical Book Review................................................................1


B. Tujuan Penulisan Critical Book Review.................................................1
C. Identitas Buku..........................................................................................1

BAB II. RINGKASAN ISI BUKU...................................................................2

A. Bagian I. MASA PRA ISLAM................................................................2


B. Bagian II. KELAHIRAN ISLAM DAN KEKHALIFAHAN.................7
C. Bagian III. DINASTI UMAYYAH DAN ABBASIYAH.....................13
D. Bagian IV. BANGSA ARAB DI EROPA: SPANYOL DAN
SISILIA.................................................................................................29
E. Bagian V. NEGARA-NEGARA MUSLIM TERAKHIR PADA ABAD
PERTENGAHAN..................................................................................31
F. Bagian VI. KEKUASAAN UTSMANI DAN KEMERDEKAAN.......33

BAB III. PEMBAHASAN...............................................................................35

A. Pembahasan Isi Buku............................................................................35


B. Kelebihan dan Kekurangan Buku..........................................................35

BAB IV. PENUTUP.........................................................................................36

A. Kesimpulan............................................................................................36
B. Rekomendasi Untuk Perbaikan Buku....................................................36

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................37

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Manfaat Critical Book Review


Manfaat dari critical book review ini adalah:
1. Menambah pengetahuan tentang Sejarah Peradaban Islam
2. Meningkatkan kemampuan menemukan inti sari suatu buku,
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang
diberikan oleh setiap bab dari buku yang di review.
B. Tujuan Penulisan Critical Book Review
Tujuan dari penulisan Critical Book Review adalah untuk memenuhi salah
satu tugas pada mata kuliah yakni “Sejarah Peradaban Islam”, selain itu
CBR juga melatih mahasiswa untuk merumuskan defenisi konseptual,
meringkas buku, menambah pengetahuan dari buku yang akan di review,
meningkatkan kemampuan dalam merangkai kaliamat, memberi saran dan
kritik pada buku yang di review, menguatkan pemahaman mahasiswa akan
materi yang dibahas, serta mencari kelebihan dan kekurangan dari buku
yang akan di review.
C. Identitas Buku
Buku Wajib 1 :
1. Judul : History of the Arabs : Rujukan Induk dan Paling
Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam
2. Edisi : Cet. 1
3. Pengarang : Philip K. Hitti; Penerjemah: R. Cecep Lukman
Yasin, Dedi Slamet Riyadi
4. Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbit : 2014
7. ISBN : 978-602-290-017-7

1
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. Bagian I. MASA PRA ISLAM

Bab 1. Bangsa Arab Sebagai Ras Semit dan Semenanjung Arab sebagai
Tempat Kelahirannya

Beberapa fenomena dunia arab


Semenanjung arab sebagai tempat kelahiran rumpun semit dan tempat
menetap orang-orang yang bermigrasi ke wilayah bulan sabit subur juga kelak
dikenal sebagai bangsa Babilonia, Assyria, Phonesia, dan Ibrani. Wilayah gurun
pasir Arab merupakan tempat lahirnya tradisi Yahudi dan kemudian Nasrani. Pada
abad pertengahan, selama ratusan tahun bahasa arab merupakan bahasa ilmu
pengetahuan, budaya, dan pemikiran progresif di seluruh wilayah dunia yang
beradab.
Eksplorasi modern
Eropa klasik telah mengenal kawasan Arab sebelah selatan, orang Yunani
dan Romawi tertarik daerah ini karena produksi gaharu dan rempah-rempahnya
juga sebagai jalur penghubung ke pasar-pasar India dan Somalia. Pada akhir abad
pertengahan kembali luput dari perhatian baru akhir-akhir abad 19 kembali dilirik
kembali.
Hubungan Etnis Bangsa-bangsa Semit
Di antara keturunan bangsa semit yang masih bertahan hingga kini, Arab
dan Yahudi maka Arablah yang melestarikan ciri khas fisik dan sikap mental
rumpun semit. Alasan kenapa bangsa Arab adalah sebagai representasi terbaik
Semit baik dari sisi biologis, psikologis, sosial maupun bahasa, bisa juga ditelusiri
dari kondisi geografis dan dari kehidupan padang pasir yang monoton. Dilihat dari
beragam pengaruh migrasi dan asimilasi yang terjadi dengan penduduk-penduduk
kawasan yang didatangi maka dapat disimpulkan bahasa Semit asli telah punah,
meskipun karekteristiknya masih dapat ditemukan dari berbagai aspek yang
terdapat dari bahasa turunan-turunannya yang masih bertahan.
Kondisi Geografis Semenanjung Arab
Semenanjung Arab merupakan semenanjung barat daya dan merupakan
semenanjung terbesar di dunia. Wilayahnya yang luas 1.745.900 km persegi,
dihuni sekitar 14 juta jiwa. Wilayah yang meliputi Saudi Arabia, Yaman, Kuwait,
2
Qatar, Emirat Arab, Oman, dan Masqat, dan Aden ini menurut para ahli geologi
pada awalnya adalah bagian yang tak terpisahkan dari dataran Sahara-kini
dipisahkan oleh Lembah Nil dan Laut Merah- dan dataran berpasir yang
menyambungkan Asia melalui Persia bagian tengah ke Gurun Gobi. Terdapat tiga
jenis gurun pada kawasan semenanjung Arab, yaitu : Nufud besar, al-Dahna, dan
al-Harrah.
Kondisi Lahan, Budidaya Tanaman dan Fauna
Udara yang kering dan tanah yang bergaram mengurangi kemungkinan
tumbuhnya tanaman hijau. Hijaz ditumbuhi kurma, Yaman ditumbuhi gandum,
padi tumbuh di Oman dan Hasa. Di Mahrah gaharu banyak dijumpai, Asir
terkenal dengan getah Arabnya. Kopi sebagai ciri khas Yaman di bawa ke
Semenanjung Arab bagian selatan pada abad ke-14 dari Abbisinia. Spesies akasia
seperti athl dan ghada yang menghasilkan minyak hitam unggulan banyak tumbuh
di padang pasir. Tanaman yang di budidayakan, anggur dibawa dari Suriah-dapat
ditemukan di Thaif. Serta Buah Zaitun yang merupakan produk Suriah. Hewan
yang paling populer adalah kuda dan unta.
Kehidupan Badui di Semenanjung Arab
Berdasarkan karakteristik daratannya, penduduk Semenanjung terbagi dua
kelompok, orang-orang badui (pedesaan) yang nomad dan orang kota yang tetap.
Bagi orang nomad, keragaman, kemajuan, dan evolusi bukanlah hukum alam
yang siap mereka ikuti. Mereka nyaman dengan hidup serba ketinggalan, mereka
enggan mengikuti pengaruh dan cara hidup asing. Kesabaran dan keteguhan
pendirian merupakan nilai luhur yang mereka pegang, sehingga mereka sanggup
bertahan di tempat yang orang lain tak akan sanggup bertahan. Kekuatan dalam
berasimilasi dengan budaya lain juga cukup besar. Dengan stimulus yang
memadai mereka dapat berkembang menjadi satu kekuatan yang dinamis.

Bab 2. Hubungan Internasional Paling Awal

Arab Selatan dan Arab Utara


Orang-orang Arab Utara kebanyakan merupakan orang-orang nomad yang
tinggal di ‘rumah-rumah bulu’ di Hijaz dan Nejed. Orang Arab Selatan
kebanyakan adalah orang-orang perkotaan yang tinggal di Yaman, Hadramaut,
dan sepanjang pesisirnya. Orang-orang Arab Utara berbicara dengan bahasa Al-
Quran, bahasa Arab paling unggul, sementara orang-orang Arab Selatan
menggunakan bahasa Semit kuno, Sabaea atau Himyat yang dekat dengan bahasa
3
Etiopia di Afrika. Orang Arab Selatan adalah yang pertama mencapai kemajuan
dan mengembangkan peradaban mereka sendiri, sedangkan Arab Utara sebelum
datangnya Islam tidak pernah mengemuka dalam percaturan internasional.
Kontak dengan Bangsa Ibrani
Orang-orang Ibrani masuk ke Palestina sebagai orang-orang nomad, gaya
hidup kesukuan yang diwarisi leluhur mereka yang tinggal di gurun-gurun tetap
bertahan bahkan sampai mereka menetap dan membangun peradaban bersama
yaitu bangsa Kanaan. Hubungan bangsa Arab dengan Ibrani tidak hanya
digambarkan melalui kisah-kisah terdahulu tetapi juga melalui Alkitab, khusunya
Perjanjian Lama.
Arab dan Literatur Klasik
Para penulis klasik membagi kawasan Arab menjadi tiga bagian, yaitu
Arab Felix, Arab Petra, dan Arab Gurun, didasarkan atas pembagian wilayah itu
ke dalam tiga kekuatan politik pada abad pertama masehi. Bagi para penulis
klasik, mulai Eratosthenes dari Yunani hingga Pliny dari Romawi semenanjung
Arab adalah sebuah negeri yang sangat makmur dan mewah. Penghasil wangi-
wangian dan rempah-rempah. watak bangsa Arab yang independen telah menjadi
bahan pujian dan kekaguman para penulis Eropa sejak masa lalu hingga kini.
Ekspedisi Romawi
Sebagai penguasa dunia, orang-orang Romawi tidak berhasil menguasai
orang-orang Arab. Pengiriman 10.000 pasukan dari Mesir di bawah pimpinan
Aeliuss Gallus pada 24 SM, disertai dukungan sekutu, bangsa Nabasia ternyata
menemui kegagalan. Ketertarikan bangsa Romawi ke kawasan ini karena Arab
dekenal sebagai penghasil wangi-wangian dan rempah-rempah. Selain itu, hasil
tambang kawasan Arab, terutama emas juga sangat terkenal.

Bab 3. Saba dan Negeri-Negeri Lainnya di Arab Selatan

Orang-orang Arab Selatan sebagai Pedagang


Orang-orang Saba adalah bangsa Arab yang melangkah ke pintu peradaban
paling awal. Kesuburan tanah yang mendapatkan curahan hujan yang cukup,
kedekatannya dengan laut, dan posisinya yang strategis di jalur perjalanan menuju
India menjadi faktor penentu perkembangan negri itu. Ditanahnya tumbuh pohon
rempah-rempah, gaharu, dan tumbuhan beraroma untuk penyedap makanan di
gereja”dengan cendana yang merupakan barang paling penting dalam
perdagangan kuno.
4
Kerajaan Saba
Kerajaan-kerajaan pertama yang berhasil diketahui, yang berdiri di wilayah
Arab Selatan pada zaman kuno adalah kerajaan Saba. Menurut seorang ahli Arab
dengan menggunakan kronologi singkat, orang-orang Saba hidup dari 750 hingga
150 SM dengan satu kali perubahan gelar raja pada 610 SM.
Kerajaan Minea, Qataban, dan Hadramaut
Kerajaan Minea berkembang di Jawf, Yaman dan pada masa kejayaannya,
wilayah kerajaannya meliputi sebagian besar kawasan Arab Selatan. Selain
kerajaan Minea dan Saba, dua kerajaan penting lainnya adalah Qataban dan
Hadramaut. Negri Qataban berada di sebelah timur ‘Adan yang kini berada di
sekitar Hadramaut, berdiri sekitar 400 hingga 50 SM. Kerajaan monarki
Hadramaut (pada masa lalu disebut Satoba), berdiri dari abad kelima Sebelum
Masehi hingga akhir abad pertama Masehi.
Orang Romawi Menggeser Orang Arab dalam Perdagangan Laut
Ketika Mesir yang berada di bawah kekuasaan Ptolemius kembali menjadi
kekuatan dunia, mereka melakukan upaya pertama untuk merebut supremasi laut
dari tangan-tangan orang Arab Selatan. Jalur masuk armada dagang Ptolemius
menandai berakhirnya aktivitas perdagangan orang-orang Himyar. Romawi yang
merebut Mesir dari Ptolemius meneruskan kebijakan tersebut. Pada masa Romawi
awal, orang Yunani atau Romawi mulai merintis rute pelayaran baru, menghadapi
ancaman dan semua risiko bahaya lalu kembali dengan selamat sampai ke
Iskadariyah sambil membawa kargo yang berisi barang yang sangat dibutuhkan
dan bernilai tinggi. Ketika rute tersebut banyak yang mengikuti maka pecahlah
monopoli orang-orang Arab. Jalan masuk kapal-kapal Romawi ke Lautan India
merupakan isyarat berakhirnya kemakmuran orang-orang Arab Selatan.
Kerajaan Himyar Kedua
Duta Kristen yang pertama diutus oleh Raja Constantius pada 356 M
bermotif untuk menanamkan pengaruh romawi atas Arab Selatan atas
persaingannya dengan Persia. Agama Yahudi juga tersebar di Yaman pada masa
pemerintahan Himyar. Persaingan antara para penganut agama monoteis baru di
Arab Selatan ternyata memicu timbulnya kekerasan. Raja Bizantium, Justin I yang
dipandang sebagai pelindung umat kristiani meminta Raja Negus (Najasyi)
memerangi Dzu Nuwas. Setelah kalah dalam pertempuran melawan 70.000
pasukan Negus di bawah komando Abrahah maka berakhirlah kerajaan monarki
Himyar yang terkhir, sekaligus menandai awal lepasnya kemerdekaan Yaman.
5
Periode Kekusaan Abisinia
Meski orang-orang Abisinia awalnya datang sebagai penolong tapi pada
akhirnya mereka tetap berposisi sebagai penakluk. Namun Abrahah yang disertai
pasukan gajah bergerak menuju Makkah untuk menguasai wilayah tersebut
ternyata dihancurkan oleh pasukan burung yang di dalam Al-Quran disebutkan
membawa sijjil (kerikil kecil). Tahun ini pun disebut dengan ‘am fil (tahun gajah).
Bab 4. Kerajaan Nabasia dan Kerajaan Kecil Lainnya di Arab Utara dan
Tengah
Bangsa Nabasia
Pada paruh pertama abad keenam sebelum masehi, orang-orang Nabasia
adalah suku nomad dari daerah yang sekarang kita kenal sebagai Transyordan,
dari sini mereka merebut Petra atau yang dikenal dengan nama modernnya Wadi
Musa. Puncak kejayaan dan kemakmurannya pada abad pertama Masehi ketika
menjadi negara protektorat Romawi. Hingga setelah munurun secara drastis
sepanjang dua abad pertama masehi dan adanya serangan mendadak orang-orang
Trayan, Petra Arabia dimasukkan (106 M) ke dalam kekuasaan Romawi dengan
nama Provinsi Arabia dan sejak saat itu Petra telah berhenti selama berabad-abad.
Bangsa Palmyira
penemuan rute pelayaran baru yang mulai digunakan dalam skala besar
sejak abad pertama masehi memberikan keuntungan pada sebuah kota yang
terletak di oasai. Kota itu adalah Palmyra. Palmyra mencapai punca kejayaannya
antara 130 sampai 270 M. pada masa itulah banyak dibangun monumen yang
antara bertahan hingga kini. Hingga kekuatan Aurelius, pengusa Mesir
sebelumnya bangkit kembali setelah lama tenggelam. Ia berhasil mengalahkan
pasukan Palmyra dan memaksa Zanubia untuk melarikan diri ke gurun pasir.
Bangsa Gassan
Orang-orang Gassan mengklaim sebagai keturunan suku Arab Selatan
kuno. Seiring dengan berjalannya waktu, Banu Gassan menganut Kristen dan
menjadi bangsa Suriah. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaanya pada abad
keenam Masehi. di bawah pemerintahan mereka muncul sebuah peradaban baru di
sepanjang perbatasan timur Suriah yang merupakan perpaduan antara unsur Arab,
Yunani, dan Suriah.
Kerajaan Lakhmi
Mereka menyebut dirinya sebagai suku Tanukh dan berketurunan Yaman.
Pada awalnya suku Tanukh tinggal di tenda-tenda lalu berkembang menjadi
6
pemukiman Hirah (dalam bahasa Suriah :perkemahan) yang berada sekitar tiga
mil sebelah selatn Kufah, tidak jauh dari Babilonia kuno. Kota Hirah ini kemudian
berkembang menjadi ibu kota Arab Persia. Hirah yang merupakan sekutu Persia
ini bertahan sampai pada masa khalifah Abu Bakar dan akhirnya ditaklukan oleh
pasukan Islam yang dipimpin Khalid bin Walid.
Bangsa Kindah
Di kawasan semenanjung, bangsa kindah satu-satunya penguasa yang
menerima gelar malik (raja) yang biasa ditujukan oleh bangsa Arab kepada para
penguasa asing. Runtuhnya kekuasaan kerajaan ini dikarenakan sengketa yang
terjadi di antara anak-anak Harits yang masing-masing ini menjadi pemimpin
suku, mengakibatkan pecahnya konfederas dan jatuhnya kerajaan itu.

Bab 5. Hijaz Menjelang Kelahiran Islam

Secara umum sejarah Arab terbagi menjadi tiga periode utama :

 Periode Saba-Himyar, yang berakhir pada awal abad keenam Masehi


 Periode jahiliyah yang dalam satu segi dimulai dari “penciptan Adam” hingga
kedatangan Nabi Muhammad, tetapi lebih khusus lagi-sepeti yang digunakan
dalam buku ini-meliputi kurun satu abad menjelang kelahiran Islam
 Periode Islam, sejak kelahiran Islam hingga masa sekarang.
Istilah Jahiliyah, yang biasanya diartikan sebagai “masa kebodohan” atau
“masa barbar” sebenarnya berarti bawa ketika itu orang-orang Arab tidak
memiliki otoritas hukum, nabi, dan kitab suci. Berbeda dengan masyarakat Arab
Selatan , sebagian masyarakat Arab Utara termasuk Hijaz dan Najed adalah
masyarakat nomad dan tidak memiliki peradaban yang maju.
B. Bagian II. KELAHIRAN ISLAM DAN KEKHALIFAHAN

Bab 6. Muhammad Rasulullah

Sekitar 571 Masehi, seorang bayi keturunan Quraisy lahir di Makkah.


Muhammad (yang terpuji) adalah nama yang ia sandang. Ayah bayi itu, Abdullah,
meninggal ketika ia masih di kandungan, ibunya, Aminah, meninggal ketika ia
berusia enam tahun. Karena itu ia dasuh oleh kakeknya, Abdul Mutthalib dan
setelah kakeknya meninggal ia diserahkan kepada pamannya, Abu Thalib. Setelah
menikah pada usia 25 tahun dengan Khadijah, seorang janda kaya yang

7
berwawasan dan berusia 15 tahun lebih tua, perjalanan Muhammad mulai
memasuki tahap sejarah yang jelas.
Saat itu ia sering mengasingkan diri dan merenung di gua kecil (ghar) di
bukit Hira yang terletak di luar kota Makkah. Ketika Muhammad sedang diliputi
kegelisahan, keraguan, dan harapan akan kebenaran, turunlah wahyu pertama.
Setelah wahyu pertama turun, yang menandai awal kenabian, berlangsung masa
kekosongan (fatrah). Saat itulah turun wahyu kedua. itulah awal yang menandai
kerasulan Muhammad.
Sebagai seorang penganjur, Nabi Muhammad hanya memilki sedikit
pengikut, Khadijah, Abu Bakar, Ali termasuk segelintir orang yang pertama kali
memenuhi anjurannya. Tidak lama kemudian Umar bin Khattab masuk Islam.
Sekitar tiga tahun sebelum Hijrah, Khadijah meninggal dunia dan tidak lama
kemudian disusul pamannya, Abu Thalib wafat. Dalam masa pra-hijrah ini terjadi
peristiwa dramatis, yaitu isra dan mi’raj.
Sekitar 620, beberapa orang Yastrib, menemui Muhammad pada festival
Ukaz dan merasa terkesan oleh perkataannya. Dua tahun kemudian, utusan yang
berjumlah sekitar 75 orang mengundangnya untuk tinggal di Yastrib (Madinah),
dengan harapan dapat mendamaikan dua suku yang saling bermusuhan, Aus dan
Khazraj. Muhammad mengizinkan 200 pengikutnya untuk meghindari kekejaman
Quraisy dan pergi diam-diam ke Madinah, ia sendiri menyusul dan sampai di
Madinah pada 24 September 622.
Setelah perang Badr yang terjadi pada 624 dan Islam di bawah
kepemimpinan Muhammad berhasil memenangkan pertempuran, Islam telah
berkembang bukan lagi sebuah agama melainkan Islam merupakan sebuah negara
di Madinah. Pada periode Madinah ini, arabisasi atau nasionalisasi Islam mulai
dilakukan. Nabi Muhammad memutuskan ketersambungan Islam dengan agama
yahudi dan Kristen : Jumat menggantikan shalat Sabat, adzan menggantikan suara
terompet dan gong, Ramadhan ditetapkan sebagai bulan puasa, kiblat dipindahkan
dari Yarussalem ke Makkah, ibadah haji ke Kabah dibakukan dan mencium Hajar
Aswad ditetapkan sebagai ritual Islam.
Tahun ke-9 Hijriyah (630-631) disebut ‘tahun perutusan’, sepanjang tahun
itu berbagai utusan berdatangan untuk menawarkan persekutuan dengan Nabi
Muhammad. Bangsa-bangsa Arab yang sebelumnya tidak pernah tunduk dalam
kepemimpinan satu orang, menyerah pada dominasi Islam dan ditarik ke garis
perjuangan. Setahun berikutnya, ke-10 Hijriyah, Nabi Muhammad masuk dengan
8
damai pada awal musim haji ke kota sucinya yang baru, Makkah. Perjalanan
hajinya ke Makkah pada saat itu merupakan perjalanannya yang terakhir hingga
dikenal sebagai ‘haji perpisahan’. Tiga bulan setelah haji, tanpa disangka-sangka
ia jatuh sakit dan meninggal akibat sakit kepala pada 8 Juni 632.

Bab 7. Alquran dan Fondasi Ajaran Islam

Kodifikasi Alquran dan Kedudukannya di Antara Kitab Suci Lain


Setahun setelah Muhammad wafat, menurut kalangan ulama mayoritas
Islam, Abu Bakar, atas rekomendasi Umar yang mengetahui bahwa kalangan
penghafal quran semakin sedikit jumlahnya memerintahkan untuk mengumpulkan
bagian-bagian Al-Quran yang berserakan. Di bawah pimpinan Zaid bin Tsabit,
potongan-potongan ayat Al-Quran dihimpun dan dijadikan sebuah teks tunggal.
Penyusunan surat-surat Al-Quran bersifat mekanis, didasarkan atas
penjang pendeknya surah. Surah –surah Makiyah, yang berjumlah sekitar 90 surat
dan surah-surah Madaniyah, berjumlah sebanyak 24 surah. Sejak awal
kemunculannya, kitab ini dimaksudkan untuk dibaca sesuai bahasa aslinya,
disertai rasa khidmat dan hormat, baik dari pembaca dan pendengarnya.
Islam: Sikap Tunduk pada Kehendak Tuhan
Fondasi agama Islam, sebagaimana diungkapkan oleh para Teolog meliputi
tiga prinsip yang berbeda, yaitu iman (keyakinan agama), ibadah (peribadatan,
kewajiban agama), dan ihsan (perilaku baik), yang ketiganya mencakup makna
din (Agama). Prinsip iman melibatkan keyakinan kepada Tuhan, para Malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, dan hari pembalasan. Dalam Iman, konsep
Tuhan menempati peringkat tertinggi. Lebih dari 90 persen kajian teologi Islam
membahas Tuhan berikut segala aspek yang terkait dengan-Nya.
Rukun Islam
Kewajiban agama (ibadat) orang-orang islam terpusat pada apa yang
disebut dengan lima pilar Islam. Pilar islam yang pertama adalah persaksian iman
(syahadah), yang dirumuskan dalam formula ganda Alquran, laa ilaaha illaa
allah;Muhammmad rasul allah (Tiada Tuhan selain Allah; Muhammad adalah
utusan Allah). Rukun islam yang kedua, yang menjadi ciri penting keislaman
seseorang adalah salat. Rukun atau pilar berikutnya adalah zakat. Rukun islam
yang keempat adalah puasa pada bulan ramadan. Kemudian, Pilar islam yang
terakhir adalah haji.

9
Bab 8. Periode Penaklukkan, Penyebaran, dan Kolonisasi

Penaklukan Bangsa-bangsa Arab


Pada masa kekhalifahan Abu Bakar yang singkat (632-634) sarat dengan
peperangan melawan kaum riddah (murtad). Semua kawasan Islam di luar Hijaz
yang menyatakan keislamannya pada masa Nabi tiba-tiba menyatakan keluar dan
memisahkan diri pasca wafatnya Muhammad. Pada masa itu, suku-suku Yaman,
Yamamah, Oman, tidak mau membayar zakat ke Madinah. Namun, Abu Bakar
hanya memberikan dua pilihan, yaitu tunduk tanpa syarat atau diperangi hingga
binasa. Khalid bin Walid menjadi pahlawan dalam peperangan tersebut.
Puncaknya ketika Khalid berhasil memberantas pasukan Musailamah dan Sajah
dalam pertempuran Yamamah. Peperangan lainnya juga dilancarkan oleh para
panglima Islam yang lain dengan tingkat kesuksesn berbeda-beda,di bahrain,
Oman, Hadramaut, dan Yaman, markas besar Aswad.
Penaklukan Suriah
Seusai perang Riddah, pada musim gugur 633. Tiga pasukan yang
dipimpin oleh Amr bin Ash, Yazid bin Abi Sufyan, dan Syurahbil bin Hasanah
bergerak ke utara dan mulai menyerang Suriah bagian selatan dan tenggara.
Menempuh waktu 18 hari Khalid tiba di Damaskus dan langsung berhadapan
dengan pasukan Byzantium, dalam satu penyerbuan Khalid berhasil mengalahkan
pasukan Kristen Gassan. Pada akhirnya Damaskus menyerah pada september 635,
setelah dikepung selama 6 bulan. Dari Suriah, para pasukan Islam membanjiri
Mesir untuk menaklukan daerah bagian Afrika utara. Penetapan Suriah sebagai
markas utama, dan dengan bantuan pasukan Suriah, spanyol yang berada di
pinggiran benua Eropa jatuh ke dalam kekuasaan Islam yang semakin meluas.
Penaklukan Irak dan Persia
Setelah Yarmuk ditaklukan dan Suriah berhasil dikuasai, Umar mengirim
Saad bin Abi Waqash ke Irak, dengan 10.000 pasukan, Saad berhadapan dengan
Rustam-administrator kejaan Persia- di Qadisiyah. Pada bulan juni, pasukan Saad
berhasil membuat Rustam terbunuh dan pasukan Sasaniyah kocar-kacir. Bulan
Juni 637, Sa’ad melenggang memasuki ibu kota dengan penuh kemenangan
karena kota itu telah ditinggal oleh raja dan pasukannya. Sementara pasukan Arab
yang dikomandoi Sa’ad bergerak ke timur, pasukan lain di bawah komando Amr
bin Ash beroperasi ke Barat. Yang terakhir ini berhasil mengislamkan orang-
orang di sekitar lembah sungai Nil dan orang-orang berber di Afrika Utara.

10
Penaklukan Mesir, Tripoli, dan Barkah
Penaklukan Mesir dilakukan dengan cara yang sistematis, tidak sporadis.
Benteng pertama yang digempur pasukan Islam adalah al-Farama (Pelusium),
kota kunci menuju Mesir timur. Setelah Heraklius meninggal dunia, cucunya
Constantine II menggantikan posisinya. Lalu Constantine mengesahkan perjanjian
Iskandariyah yang berarti penyerahan satu provinsi terkaya ke tangan bangsa
Arab. Tidak lama sebelum wafat Umar mengangkat Abdullah bin Abi Sarh
sebagai pengganti Amr bin Ash. Tidak puas dengan kebijakan baru, pada akhir
645, orang-orang Iskandariyah meminta bantuan kepada raja Contantine, yang
kemudian mengirimkan 300 armada laut untuk merebut kota itu. Saat itu 1000
pasukan Arab dibantai dan Byzantium kembali merebut Iskandariyah. Lalu Amr
bin Ash segera ditempatkan untuk berhadapan dengan pasukan musuh di Nikiu,
yang menjadi kekalahan terbesar Byzanitium. Pada awal 646, Iskandariyah utnuk
kedua kalinya berhasil dikuasai. Mesir kembali berada dalam kekuasaan Islam.

Bab 9. Administrasi di Wilayah Baru

Angkatan Perang Islam


Semua anggota perang adalah Islam, dipimpin oleh komandan, dan
panglima tertinggi adalah (amir). Pengelompokan pasukan menjadi satu pasukan
inti, dengan dua sayap mengapit di depan dan belakang. Pasukan berkuda
ditempatkan di kedua sayap. pasukan cadangan terdiri dari suku-suku arab dengan
ciri khas kain yang melekat di ujung tombak.
Peradaban Arab
Melalui penaklukan wilayah Bulan Sabit Subur, Persia juga Mesir, orang
Arab telah menguasai pusat-pusat peradaban dunia dan menjadi pewaris tunggal
berbagai budaya dan tradisi panjag sejak Yunani-Romawi, Iran, Firaun, dan
Asyiria-Babilonia. Dalam bidang seni, arsitekur, kedokteran, filsafat, ilmu
pengetahuan, sastra, dan pemerintahan, orang-orang Arab tidak memiliki banyak
hal untuk dipelajari dan diajarkan. Dengan rasa lapar dan dahaga yang dimiliki
orang Arab, saat itu mereka dengan bantuan dan bekerja sama dengan penduduk
taklukan, mereka mulai berasimilasi, beradaptasi, dan menghasilkan khasanah
intelektual dan estetikanya sendiri.
Watak dan Prestasi Khulafa’ al-Rasyidin
Penaklukan dunia yang diawali pada masa Au Bakar mencapai titik
tertingginya pada masa Umar, dan relatif berenti ketika masa Ali, yang
11
kekhalifahannya lebih banyak diliputi oleh pertikaian internal sehingga tidak
memungkinkan ekspansi lebih jauh.
Abu Bakar yang masa kekhalifahannya singkat manjalani kehidupannya
dengan sederhana. Sebagai sahabat sekaligus mertua Nabi, Abu Bakar menjadi
figur paling menarik pada masa awal Islam dan kondang dengan sebutan as-
Shidiq.
Umar, sebagai penerus Abu Bakar adalah sosok tangguh dengan
perawakan tinggi, kuat, dan agak botak. Mejalani kehidupannya juga dengan amat
sederhana. Kesalehan, keadilan, kesederhanaan membuatnya menjadi sosok
khalifah ideal dan menjadikannya figur yang paling disukai para penulis Islam.
Babak patriarkhi Islam, ketika karisma Nabi dan kesucian Madinah masih
menjadi penggerak aktif dalam kehidupan para penerus Muhammad berakhir
akibat pertumpahan darah akibat perebutan kekuasaan yang kini kosong, pertama
antara Ali denga Thalhah dan Zubayr, kemudian antara Ali dan penantang baru,
yaitu Muawiyah yang dijagokan oleh keluarga Umayah.

Bab 10. Kekhalifahan sebagai Lembaga Politik

Abu Bakar ditunjuk sebagai penerus Muhammad (8 Juni 632) melalui


pemilihan yang melibatkan para pemimpin masyarakat Islam yang berkumpul di
Madinah. Sejak itu, Abu Bakar digelari khalifah. Umar sebagai pengganti Abu
Bakar ditunjuk oleh Abu Bakar sendiri sebagai penerusnya, Umar digelari sebagai
amir al-mukminin (panglima orang-orang beriman). Menjelang wafatnya, Umar
menetapkan dewan formatur yang beranggotakan enam orang, yaitu Ali, Utsman,
Zubair, Thalhah, Saad, Abdurahman bin Auf. Pembentukan dewan ini disebut
sebagai al-syura yang meliputi enam sahabat yang paling tekemuka.
Pada musyawarah ini, Utsman terpilih sebagai khalifah mengungguli Ali,
dari ketiga khalifah ini tidak ada yang mendirikan sebuah dinasti. Setelah Utsman
wafat, Ali menjadi penggantinya.
Langkah pertama yang dilakukan Ali adalah memindahkan pusat ibu kota
ke Kufah dan memecat para pejabat yang dulunya pernah diangkat Utsman.
Namun Ali tidak memerhatikan Muawiyah, gubernur Suriah dan kerabat Utsman.
Karena kemudian Muawiyah menuntut dan melawan Ali, ia menyudutkan Ali
dalam dilema, menyerahkan pembunuh Utsman atau menerima status sebagai
orang yang bertanggung jawab atas kematian Utsman dengan itu Ali harus turun
dari jabatannya.
12
Riwayat yang ada mengatakan bahwa mereka sepakat untuk memecat
kedua pemimpin mereka (Ali dan Muawiyah) sehingga membuka jalan bagi orang
baru, tapi setelah Abu Musa menyatakan memecat Ali, Amr bin Ash malah
mengukuhkan Muawiyah sebagai khalifah. Pada 24 Januari 661, ketika Ali sedang
dalam perjalanan ke Masjid Kufah ia terkena hantaman pedang beracun di
dahinya, Dengan meninggalnya Ali (661), pemerintahan yang dapat kita sebut
sebagai periode kekhalifahan republik telah berakhir.

C. Bagian III. DINASTI UMAYYAH DAN ABBASIYAH

Bab 11. Kekhalifahan Umayyah

Kelahiran Dinasti Umayyah


Mu’awiyah dinobatkan sebagai khalifah pada tahun 40 H/660 M dengan
provinsi Damaskus sebagai ibukota kerajaan Islam. Walaupun begitu, Mu’awiyah
memiliki kekuasaan terbatas karena tidak semua wilayah Islam mengakui
kekhalifahannya. Adiknya, Huseyn juga lebih memilih Madinah untuk hidup
tenang, Huseyn selama masa pemerintahan Mua’wiyah maupun anaknya, Yazid
tidak mau mengakui kekuasaan Umayah. Ia pergi ke Kufah untuk memenuhi
seruan para pendukungnya namun ia dihadang oleh Umar putra Saad bin Abi
Waqash yang merupakan anak buah dari Muawiyah, dengan membawa 4000
pasukan. Huseyn yang hanya didampingi sekitar 200 orang di bantai pasukan
Umar di Karbala (10 Oktober 680). Peristiwa karbala, telah menjadikan syiah
akan menuntut balas dan menjadikan salah satu faktor jatuhnya Dinasti Umayyah.
Kekuasaan Mu’awiyah Model Pemerintahan Arab
Setelah berhasil mengalahkan oposisinya, Mu’awiyah (661-680) dengan
leluasa mengerahkan energinya untuk menghadapi musuh Islam di sebelah barat
laut, Byzantium. Pemerintahan Muawiyah tidak hanya ditandai dengan
terciptanya konsolidasi internal, tetapi juga perluasan wilayah Islam. Pada 679,
Muawiyah menunjuk anaknya Yazid sebagai penggantinya serta memerinahkan
utusan dari berbagai provinsi untuk datang dan berbaiat. Sejak itulah Muawiyah
memperkenalkan sistem pemerintahan turun temurun yang setelah itu diikuti oleh
dinasti-dinasti besar Islam.
Permusuhan dengan Byzantium
Sebelum posisinya mantap, Muawiyah melakukan gencatan senjata dengan
Raja Constantine II (641-668 ) namun setelah kuat ia mulai menyerang
13
Byzantium dari darat dan laut bahkan lebih gigih dari para khalifah sebelumnya.
Dengan motif mendapatkan rampasan perang pasukan Umayah tiga kali
menyerang Konstantinopel. Pada pngepungan Konstantinopel yang kedua dan
terakhir (716-717) pada masa pemerintahannya di bawah pimpinan saudara
khalifah, Maslamah yang keras kepala kalah oleh Raja Leo dari Isauria dan kota
terselamatkan dari serang pasukan Islam. Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi
khalifah ia memerintahkan agar Maslamah kembali ke Suriah. Sejak itu bangsa
Arab tak lagi ada yang berusaha mendatangi Konstantinopel.

Bab 12. Puncak Kekuasaan Bani Umayyah

Penciptaan Stabilitas dalam Negri


Di bawah kepemimpinan Abdul Malik dan keempat anaknya yang
kemudian meneruskan kekuasaannya, Dinasti Umayyah mencapai puncak
kekuasaan dan kejayaannya. Selama pemerintahan al-Walid dan Hisyam,
imperium Islam berhasil memperluas wilayah sampai batas-batas yang terjauh,
membentang dari pantai Lautan Atlantik dan Pyrenees hingga ke Indus dan
pembatasan Cina. Masa-masa itu juga menadai proses nasionalisasi atau arabisasi
dalam bidang administrasi, pembuatan keping Arab yang pertama, layanan pos,
dan pembangunan berbagai monumen, termasuk kubah batu di Yerusalem.
Ekspansi ke Asia Tengah, India, dan Semenanjung Iberia
Setelah wilayahnya berhasil dikendalikan dan dijaga ketat, kini saatnya
untuk ekspansi lebih jauh. Abdul Rahman ibn Muhammad ibn Asy’ats dikirim
untuk menghadapi Zunbil-raja Turkidi Kabul (Afganistan). Serangan berhasil
dengan gemilang. Lalu Qutaybah bin Muslim dan Muhammad bin al-Qasih al-
Tsaqafi berhasil menaklukan Transoxiana, di Asia Tengah. Ia berhasil menguasai
Takaristan (705), Bukhara (706-709), sebagian wilayah Samarkand dan
Khwarizm. Berbagai penaklukan di medan pertempuran Barat di bawah pimpinan
Musa bin Nushair juga tidak kalah gemilang, Setelah menaklukan Mesir, ia
menyerbu Ifriqiyah yang penaklukannya baru dilakukan setelah pembangunan al-
Qayruwan di bawah pimpinan Uqbah bin Nafi.
Kerajaan Islam, Seratus Tahun Pasca Wafatnya Muhammad
Tahun 732, Seratus tahun pasca sang pendiri Islam wafat, para pengikutya
memilki kerajaan yang luasnya lebih besar dibanding dengan kerajaan Romawi
pada masa kejayaannya. Kerajaan yang membentang dari Pantai Biscai hingga
Indus dan perbatasan Cina, serta dari Laut Aral hingga sungai Nil di bagian
14
bawah. Nama Nabi putera Arab ini , diiringi dengan nama Allah Yang Mahabesar,
berkumandang lima kali sehari dari ribuan menara yang tersebar di seluruh Eropa
barat daya, Afrika Utara, serta Asia Barat dan Tengah.
Arabisasi dan Reformasi Administrasi Negara
Arabisasi meliputi perubahan dari bahasa Yunani dan persia ke dalam
bahasa Arab dalam catatan administrasi publik serta menerbitkan uang logam
Arab. Dalam kaitanya dengan perubahan mata uang, tidak seorang muslim pun
yang dikenakan biaya pajak selain zakat. Reformasi budaya dan pertanian juga
dilakukan Hajjaj, lalu pengembangan tanda baca diakritik untuk membedakan
huruf Arab yang sama seperti ba, ta, dan tsa serta peminjaman tanda vokal suriah,
dhammah, fathah, dan kashroh reformasi ortografi ini dilakukan Hajjaj untuk
menghindari kesalahan dalam membaca al-Quran.
Monumen-monumen Arsitektural
Di antara prestasi menonjol pada masa ini adalah banyaknya monumen
arsitektural, yang beberapa diantaranya bertahan hingga sekarang. Kota al-Ramlah
yang masih ada sampai Perang Dunia II, menara masjid Putih yang dibangun
kembali oleh raja Mamluk pada awal dekade abad 14 masih berdiri hingga kini.
Masjid al-Aqsha sebagai tempat suci setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Bab 13. Administrasi Politik dan Kondisi Sosial pada Masa Dinasti Umayyah
Administrasi Pemerintahan dan Militer
Secara umum, ada kesamaan anatara Dinasti Umayyah dan Dinasti
Abbasiyah dalam hal pembagian wilayah administrasi. Kerajaan dibagi dalam
beberapa provinsi, sesuai dengan pembagian pada masa imperium Bizantium dan
Persia. Pemerintah memiliki tiga tugas utama yang meliputi pengaturan
administrasi politik, pengumpulan pajak, dan pengaturan urusan-urusan
keagamaan. Sumber utama pemasukan negara adalah pajak. Lembaga peradilan
dipegang oleh orang islam. Dalam bidang organisasi militer, tentara Umayyah
kesatuannya dibagi dibagi dalam lima kelompok: tengah, dua sayap, depan dan
belakang sedangkan formasi pasukan mengikuti pola lama.
Kehidupan keluarga Istana
Ketika malam tiba, para khalifah menikmsti hiburan dan jamuan sosial.
Muawiyah sangat suka mendengar kisah sejarah, anekdot, dan pembacaan puisi.
Minuman yang paling disukai adalah sirup buah, yang hingga kini masih bisa
dinikmati di Damaskus dan kota-kota timur lainnya. Diantara aktivitas masa silam

15
yang menarik minat para khalifah dan pengiringnya adalah berburu, balapan kuda,
dan dadu.
Keadaan Umum Ibukota
Bisa dikatakan bahwa irama kehidupan dan karakteristik Damaskus tidak
banyak berubah sejak menjadi ibukota Dinasti Umayyah. Di jalan-jalan sempit
dan padat, banyak ditemui orang Damaskus, yang mengenakan celana lebar,
sepatu dengan ujung berwarna merah, dan sorban besar, terlihat menepuk-nepuk
pundak orang Badui yang berbusana longgar atau ada juga orang Ifranji yang
berpakaian Eropa. Kalangan aristokrat, orang kaya, terlihat menunggang kuda.
Para penjual sirup dan manisan berteriak keras menyaingi suara para pejalan kaki,
keledai dan unta yang mengangkut barang dagangan dari gurun, juga hasil
pertanian. Seperti halnya di perkotaan, orang Arab dusun tinggal di wilayah
mereka sesuai dengan asifilasi kesukuan mereka.
Bab 14. Warisan Peradaban Dinasti Umayyah dan Akhir Kekuasaannya
Kehidupan Intelektual di Bashrah dan Kufah
Para penakluk dari padang pasir tidak memiliki tradisi belajar dan
khazanah budaya yang dapat diwariskan kepada negri-negri taklukan mereka.
Dekatnya dengan masa jahiliyah, perang sipil, perang melawan musuh Islam, dan
kondisi ekonomi yang belum stabil merupakan faktor penentu lambatnya
perkembangan intelektual pada masa awal ekspansi Islam.
Kota kembar Kufah dan Bashrah berkembang menjadi pusat aktivitas
intelektual di dunia Islam. Kajian bahasa Arab menjadi suatu keniscayaan untuk
mempelajari dan memahami al-Quran yang berbahasa Arab. Lalu, kajian al-Quran
dan penafsirannya melahirkan dua ilmu kembar yaitu filologi dan leksikografi,
dan juga aktivitas literatur yang khas Islam, yaitu ilmu hadits. Aktivitas keilmuan
lain yang bisa dikatakan sebagai embrio gerakan intelektual Islam adalah
penulisan sejarah. Kajian histiografi pada masa ini dimulai dari kajian hadits.
Perkembangan Gerakan Keagamaan
Pada paruh pertama abad ke-8, Wasil bin Atha seorang pendiri mazhab
rasionalisme yang kondang disebut Muktazilah. Selain Muktazilah, sekte
keagamaan lain yang tumbuh berkembang pada masa ini adalah kelompok
Khawarij, jika Muktazilah memelopori gerakan rasionalisme, Khawarij menjadi
gerakan pelopor dalam puritanisme Islam. Sekte lain yang muncul ialah Murjiah,
yang mengusung diktrin irja, yaitu penangguhan hukuman terhadap orang-orang
beriman yang melakukan dosa dan mereka tetap dianggap sebagai muslim.
16
Kelompok lainnya, yaitu Syiah merupakan salah satu dari kubu Islam pertama
yang berbeda pendapat dalam persoalan kekhalifahan.
Tradisi Literer pada Periode Umayyah
Perkembangan budaya literer pada masa ini diantaranya, pidato,
korespondensi, dan puisi. Ketiga aspek itu merupakan bagian dari jenis sastra
yang berkembang saat itu. Prosa (nastr) dan puisi (syi’ir) mencapai puncaknya
pada masa Dinasti Umayyah. Pidato menjadi sarana untuk membangkitkan
semangat, menyebarkan gagasan, dan membangkitkan emosi.
Perkembangan Lembaga Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Pada periode Umayyah belum ada pendidikan formal. Putra-putra khalifah
biasanya akan ‘disekolahkan’ ke badiyah, gurun Suriah untuk mempelajari bahasa
Arab murni. Nilai-nilai utama yang ditanamkan dalam pendidikan ialah,
keberanian, daya tahan ketika tertimpa musibah, menaati hak dan kewajiban
tetangga, memelihara kehormatan diri, kedermawanan, dan keramahtamahan.
Masyarakat luas menjadikan masjid untuk mempelajari al-Quran dan hadits. Ilmu
pengetahuan yang dikenal pada masa itu-dinisbatkan sebagai perkataan Nabi-
adalah ilmu agama dan ilmu pengobatan. Selain itu, banyak buku-buku tentang
kimia, kedokteran, dan astrologi yang diterjemahkan dari bahasa Yunani dan
Koptik ke dalam bahasa Arab.
Perkembangan Arsitektur
Sejauh mengenai orang Arab Islam, kesenian menemukan ekspresinya
yang tertinggi dalam arsitektur bangunan tempat ibadah. Masjid Muhammad
(Nabawi) yang sederhana di Madinah telah menjadi prototipe umum masjid-
masjid besar pada abad pertama Islam. Dalam bidang arsitektur, selain tempat-
tempat ibadah. Dinasti Umayyah hanya meninggalkan beberapa monumen
arsitektur. Bangunan paling penting diantaranya adalah istana-istana padang pasir
yang didirikan oleh putra mahkota keluarga kerajaan
Perkembangan Senirupa dan Musik
Kebanyakan teolog Islam menyatakan bahwa melukiskan manusia dan
hewan merupakan hak prerogatif Tuhan, dan menganggap orang yang melanggar
batasan itu sebagai penghina agama. Apa yang kita sebut sebagai senirupa Islam
merupakan unsur gabungan dari berbagai motif dan gaya yang kebanyakan
merupakan hasil kejeniusan artistik masyarakat taklukan yang berkembang di
kawasan Islam.

17
Mengenai perkembangan lagu dan nyanyian, bisa dikatakan bahwa pada
masa pra-Islam, orang Arab memiliki lagu: kemenangan, perang, keagamaan, dan
cinta. Masyarakat Hijaz pra-Islam sudah mengenal tambur segi empat, seruling,
dan suling rumput. Pada masa Nabi, alat musik dari luar mulai mewarnai
perkembangan musik HIjaz, seperti gambus dan seruling kayu yang diperkenalkan
dari Persia. Pada masa Dinasti Umayyah, Makkah lebih khusus lagi Madinah
merupakan tempat yang kondusif bagi perkembangan lagu dan musik. Kedua kota
itu terus memunculkan generas-generasi biduan baru yang terus meningkat dan
meneruskan karier di ibukaota kerajaa Islamn, Damaskus.
Kemunduran dan Akhir Dinasti Umayyah
Perpecahan mendahului kajatuhan dinasti ini. Di berbagai provinsi terjadi
pertumpahan darah hanya karena persoalan sepele, faktor lain yang menjadi sebab
utama jatuhnya kekhalifahan Umayyah adalah munculnya berbagai kelompok
yang memberontak dan merongrong kekuasaan mereka. Kejatuhan Dinasti
Umayah semakin dekat ketika terbentuk koalisi antara kekuatan Syiah, Khurasan,
dan Abbasiyah yang dimanfaatkan oleh kelompok terakhir untuk kepentingan
sendiri. Orang Abbasiyah berencana memusnahkan keluarga Dinasti Umayah.
Sebanyak 80 orang dari keluarga kerajaan Umayah diundang ke istana untuk
menghadiri jamuan makan dan ditengah proses jamuan itu, kesemuanya dibantai.
Dengan jatuhnya Dinasti Umayyah, kejayaan dan hegemoni Suriah telah berakhir.

Bab 15. Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Al-Manshur Pendiri Sejati Dinasti Abbasiyah


Setelah al-Abbas meninggal (754), ia digantikan oleh saudaranya yang
mendapat julukan al-Manshur. Al-Manshur merupakan khalifah terbesar Dinasti
Abbasiyah, Pada 762 M, al-Manshur meletakkan pembangunan ibukota baru
yaitu, Baghdad, tempat lahirnya kisah legendaris oleh Syahrazad, “Seribu Satu
Malam”. Ilmu perbintangan yang menjadi acuan al-Manshur untuk menentukan
letak markas militer, keluarga, dan pasukan pengawalnya sepenuhnya
mengandalkan ramalan nasib para astrolog istana. Dalam beberapa tahun, kota
tersebut menjadi sebuah pusat perdaganan dan politik skala internasional.
Keluarga Wazir Persia
Di bawah kepemimpinan al-Manshur sistem wazir yang berasal dari
ketatanegaraan Persia diterapkan dalam pertama kalinya dalam pemerintahan
Islam. Khalid bin Barmak adalah orang yang pertama memegang jabatan tinggi
18
tersebut. Barmak yang menganut Syiah menjadi terlalu berkuasa bagi khalifah
Harun yang berkemauan keras (786-809) yang tidak mau ada dua matahari dalam
pemerintahannya. Tindakan penyingkiran pun mulai dilancarkan, karena alasan
tertentu Ja’far dibunuh. Yahya, dan anaknya yang terkenal Fadh beserta dua
anaknya yang lain dipenjarakan dan akhirnya meninggal dalam penjara. Semua
harta benda keluarga Barmak yang mencapai 30.676.000 dinar dirampas.
Keluarga terkenal yang dibangun oleh Khalid al-Barmaki telah berakir dan tidak
pernah bisa bangkit kembali.

Bab 16. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah

Kekhalifahan Baghdad mencapai masa keemasannya antara masa khalifah


ketiga, al-Mahdi dan khalifah kesembilan al-Watsiq, dan lebih khusus lagi pada
masa Harun al-Rasyid dan anaknya al-Makmun. Sejarah dan legenda
menyebutkan bahwa pada masa Harun al-Rasyid lah, Abbasiyah mencapai puncak
keemasannya. Baghdad muncul menjadi pusat dunia dengan tingkat kemakmuran
dan peran internasional yang luar biasa. Saat itulah Baghdad menjadi kota ‘yang
tiada tandingannya di dunia’.

Bab 17. Negara Abbasiyah

Khalifah Abbasiyah
Secara teori, khalifah memegang kekuasaan. Ia dapat dan telah
melimpahkan otoritas sipilnya kepada seorang wazir, otoritas pengadilan kepada
hakim (qadhi), dan otoritas militer kepada jendral, dengan keputusan khalifah
sendiri sebagai ketetapan akhir. Proses pergantian khalifah secara turun temurun
belum didefinisikan dengan tegas, sama halnya dengan Dinasti Umayyah.
Biasanya, seorang khalifah akan menunjuk penggantinya, yaitu anak yang ia
senangi, cakap, dan menurutnya paling tepat.
Sumber Pemasukan Negara
Pajak merupakan sumber utama pendapatan negara. Lalu, sumber
pendapatan yang lain adalah zakat, yang hanya diberlakukan untuk orang muslim.
Zakat dibebankan atas tanah produktif, hewan ternak, emas, perak, barang
dagangan, dan harta milik lainnya yang mampu berkembang. Sumber pendapatan
utama lain adalah, uang tebusan, pajak perlindungan, pajak dagangan, dan pajak
tanah. Yang terakhir merupakan sumber utama pendapatan dari non-muslim.

19
Biro-biro pemerintahan

Di samping biro pajak terdapat kantor pengawas yang menangani semua


surat-surat resmi dan dokumen politik. Terdapat pula Dewa penyelidik keluhan,
sejenis pengadilan banding khusus menangani keputusan-keputusan yang keliru
pada departemen adminisratif dan politik. Departemen kepolisian yang bertugas
sebagai kepala polisi dan kemanan istana. Biro penting lainnya adalah biro
peradilan, yang dipandang sebagai fungsi keagamaan.
Sistem Organisasi Militer
Kekhalifahan Arab tidak pernah memiliki pasukan reguler dalam jumlah
besar, terorganisir dengan baik, berdisiplin tinggi, serta mendapat pelatihan, dan
pengajaran secara reguler. Pasukan Arab terdiri atas, pasukan pengawal khalifah
yang mungkin satu-satunya pasukan tetap yang masing-masing mengepalai
sekelompok pasukan. Selain itu, ada juga pasukan relawan dan pasukan bayaran.
Administrasi Wilayah Pemerintahan
Provinsi Dinasti Abbasiyah mengalami perubahan dari masa ke masa.
Proses desentralisasi menjadi tak terhindarkan akibat dari wilayah yang begitu
luas ini. Sehingga otoritas seorang gubernur menjadi sangat besar dan akan
meningkat berdasarkan kemampuan pribadinya, kelemahan khalifah, dan jaraknya
dari pusat pemerintahan.

Bab 18. Kehidupan Masyarakat pada Masa Dinasti Abbasiyah

Kehidupan Keluarga dan Gaya Hidup Masyarakat


Pada awal Dinasti Abbasiyah, kaum wanita cenderung menikmati tingkat
kebebasan yang sama dengan kaum pria. Tapi menjelang abad ke-10, pada masa
Dinasti Buwayhi, sistem pemingitan ketat perempuan sudah menjadi fenomena
umum. Pernikahan dipandang sebagai kewajiban yang positif, yang meniscayakan
hukukan keras bagi siapa yang mengabaikannya.
Minuman beralkohol sering dikonsumsi bersama ataupun sendiri-sendiri.
Hukum Islam tentang keharaman arak tidak berlaku lagi. Salah satu gaya hidup
masyarakat pada saat itu adalah berendam di tempat pemandian umum. Baghdad,
pada masa al-Muqtadir (908-932) memiliki sekitar 27 ribu tempat pemandian
umum. Permainan catur dan dadu menjadi permainan dikala waktu luang.
Olahraga luar ruangan yang juga populer adalah panahan, polo, bola dan
pemukul-sejenis kriket, lepar lembing, lomba berkuda, dan berburu.

20
Kedudukan Budak dan Mantan Budak
Para pembantu ini hampir semuanya yang direkrut secara paksa dari
kalangan non-muslim, baik yang ditawan pada masa perang atau yang dibeli pada
masa damai. Beberapa diantaranya adalah negro, dan sebagian kulit putih-Yunani,
Armenia, Slavia, dan Berber dan Turki. Budak-budak yang bekerja di keputren
adalah laki-laki yang dikebiri. Gadis-gadis muda dalam kelompok budak biasanya
menjadi penyanyi, penari,dan selir.
Perdagangan dan Industri
Kekuasaan kerajaan yang semakin meluas dan tingkat peradaban yang
cukup tinggi dicapai dengan melibatkan jaringan perdagangan internasional yang
luas. Tingkat aktivitas perdagangan yang tinggi itu hanya bisa dicapai jika
didukung oleh pengembangan industri rumah tangga yang maju. Daerah Asia
Barat menjadi pusar industri karpet, sutera, kapas, kain wol, satin, brokat, sofa,
dan kain pembungkus bantal, juga perlengkapan dapur lainnya.
Perkembangan Bidang Pertanian
Bidang pertanian maju pesat pada masa Abbasiyah karena pusat
pemerintahannya sendiri berada di daerah yang sangat subur, di tepian sungai
yang biasa dikenal dengan nama Sawad. Daerah sangat subur di tepian sungai
Sawad menumbuhkan sayuran dan beragam buah. Hortikultura tidak hanya
terbatas pada buah-buahan dan sayuran. Bunga juga dibudidayakan, bukan hanya
di pekarangan rumah, tetapi juga dalam skala besar untuk diperjualbelikan.
Warga Non-muslim di Kekhalifahan Islam
Orang Arab menganggap dirinya terlalu mulia untuk terjun dalam aktivitas
pertanian. Maka, kelompok petani dimasukkan ke dalam golongan dzimmi,
seperti halnya Yahudi, Nasrani, Zoroaster, Sabiin, dan Harran. Di kota maupun di
desa, para zimmi memegang teguh budaya dan memelihara bahasa asli mereka.
bahasa Aram dan Suriah di Suriah dan Irak, budaya dan bahasa Iran di Persia,
serta budaya Koptik di Mesir. Kebanyakan dari mereka yang masuk Islam pindah
ke kota.
Islamisasi Kerajaan
Pada kenyataannya, penaklukan berbagai daerah yang dimulai dari
pemerintahan Umayyah kini memasuki tahap baru pada zaman Abbasiyah, yaitu
tahap kemenangan Islam sebagai agama. Kebijakan hukum yang tidak toleran dari
Khalifah al-Rasyid dan al-Mutawakkil, tak pelak lagi, telah menghasilkan
sejumlah besar pemeluk baru (muallaf). Tahap ketiga dari rangkaian penaklukan
21
ini adalah penaklukan bahasa,. Kemenangan Bahasa Arab atas bahasa penduduk
asli yang ditaklukan.

Bab 19. Kemajuan Ilmiah dan Sastra

Kajian Dalam Bidang Kedokteran


Dalam dunia kedokteran, kajian tentang struktur anatomi mata menjadi
fokus dari ilmu kedokteran. Minat orang Arab terhadap ilmu kedokteran diilhami
oleh hadits Nabi yang membagi pengetahuan ke dalam dua kelompok: teologi dan
kedokteran. Dalam hal penggunaan obat-obatan, merekalah yang membangun
apotek pertama, mendirikan sekolah farmasi pertama, dan menghasilkan buku
daftar obat-obatan.
Perkembangan Filsafat Islam
Bagi orang Arab, filsafat merupakan pengetahuan tentang kebenaran daam
arti yang sebenarnya, sejauh hal itu bisa dipahami oleh manusia. Orang Arab
percaya bahwa al-Quran dan teologi Islam merupakan rangkuman dari hukum dan
pengalaman agama. Karena itu, kontribusi orisinil mereka terletak di antara
filsafat dan agama di satu sisi, dan diantara filsafat dan kedokteran di sisi lain.
Kajian Astronomi dan Matematika
Kajian perbintangan mulai dilakukan ketika penerjemahan karya India, lalu
tabel bahasa Palawi, dan unsur Yunani. Terjemahan awal karya Ptolemius,
Almagest. Di Baghdad, al-Ma’mun membangun observatorium yang berfungsi
tidak hanya untuk mengamati dengan seksama dan sistematis berbagai gerakan
benda-benda langit, tetapi juga menguji semua unsur penting dalam Almagest dan
menghasilkan amatan yang sangat akurat: sudut ekliptik bumi, ketepatan lintas
matahari, panjang tahun matahari.
Perkembangan Dalam Bidang Kimia
Bapak kimia bangsa Arab adalah Jabir bin Hayyan, Ia percaya bahwa
logam biasa seperti seng, besi, dan alumuniun dapat diubah menjadi emas dengan
ramuan misterius. Beberapa abad setelah kematiannya, laboratoiumnya ditemukan
kembali, dan di dalamnya ditemukan sebuah mangkuk dan sebongkah emas.
Karyanya, kitab al-Tajmi (Buku tentang Konsentrasi), al-Zibaq al-Syurqi (Air
Raksa Timur), risalah kimia yang paling berpengaruh di Eropa maupun Asia.
Kajian Geografi
Risalah geografi bahasa Arab yang pertama biasanya berbentuk buku
petunjuk jalan, yang terutama menunjukkan tempat-tempat penting. Kitab Masalik
22
al-Mamalik karya Ibn Khurdazbih dinilai sangat berharga karena topografi
historisnya pada abad ke-4 muncullah para ahli geografi sistematis Arab, al-
Ishthakhri, ibn Hawqal, dan al-Maqdisi.
Kajian Histiografi
Kebanyakan tulisan sejarah berbahasa Arab muncul pada masa Dinasti
Abbasiyah. Pada periode Abbasiyah ilmu sejarah telah matang untuk melahirkan
karya tentang sejarah formal yang didasarkan atas legenda, tradisi, biografi,
genealogi, dan narasi. Teknik untuk menjaga keakuratan juga dibentuk sehingga
riwayat yang sampai dapat dipercaya dan mengungkap peristiwa sampai ke bagian
detailnya.
Kajian Teologi
Kebutuhan untuk memahami dan menjelaskan al-Quran, kemudian
menjadi landasan kajian teologi dan linguistik yang serius. Interaksi dengan dunia
Kristen pada abad pertama Hijriyah di Damaskus telah memicu tumbuhnya
pemikiran spekulatif teologis yang melahirkan pemikiran Murjiah dan Qadariyah.
Bidang kajian berikutnya adalah hadis (sunnah), yaitu perilaku, ucapan, dan
ketetapan Nabi yang kemudian menjadi ajaran paling penting.
Kajian Hukum dan Etika Islam
Setelah orang Romawi, orang Arab adalah satu-satunya bangsa yang pada
Abad Pertengahan melahirkan hukum yurisprudensi, dan darinya berkembang
menjadi sistem yang independen. Sistem yangmereka sebut fiqih pada prinsipnya
berdasarkan al-Quran dan sunnah. Fiqih meliputi-praktik ibadah, muamalah,
kewajiban sipil, hukum, dan hukuman.
Perkembangan Sastra dan Bidang Kesenian Lain
Sastra Arab dalam pengertian sempit mulai dikembangkan oleh al-Jahiz (w
868-869). Mencapai puncaknya pada abad ke-4 dan ke-5 Hijriyah. Perkembangan
sastra pada masa ini didominasi humanisme dalam kajian ilmuan dan kemunduran
sastra dalam segi intelektual. Penulisan puisi pada masa Abbasiyah pada dasarnya
bersifat subjektif dan teritorial, sarat dengan warna lokal, namun tidak mampu
menembus batasan tempat dan waktu.

Bab 20. Pendidikan, Kesenian, dan Arsitektur

Pendidikan Dasar, Menengah, dan Perguruan Tinggi


Pendidikan anak-anak dimulai di rumahnya masing-masing dengan
pengajaran kalimat tauhid : Laa ila ha Illallah, ketika si anak mulai mampu
23
berbicara. Pada usia enam tahun mulai diajari shalat dan dimasukkan ke dalam
pendidikan formal. Pada periode Abbasiyah, masjid difungsikan sebagai sekolah.
Pengajaran baca al-Quran adalah yang pertama dilanjutkan pelajaran baca-tulis.
Lembaga pendidikan Islam pertama untuk mengajarkan tingkatan yang
lebih tinggi adalah Bait al-Hikmah yang didirikan oleh al-Ma’mun (830) di
Baghdad, ibu kota negara. Lalu, Madrasah Nizhamiyah dibangun sebagai pusat
kajian teologi, khususnya untuk mempelajari ajaran-ajaran mazhab Syafi’I dan
teologi Asy’ariyah. Selain Nizhamiyah, akademi-akademi lain tersebar di wilayah
Khurasan, Irak, dan Suriah.
Perpustakaan dan Toko Buku
Selain sebagai pusat pendidikan, masjid juga menjadi tempat penyimpanan
buku. Buku-buku ini didapatkan dari hadiah-hadiah yng diberikan kepada
pengurus masjid atau hasil pencarian dari berbagai sumber. Perpustakaan-
perpustakaan lainnya dibangun oleh para bangsawan atau orang kaya sebagai
lembaga kajian yang terbuka untuk umum. Gambaran budaya baca juta terlihat
dari banyaknya toku buku. Toko buku yang berfungsi sebagai agen pendidikan
muncul pertama kali sejak awal kekhalfahan Abbasiyah.
Perkembangan Media Tulis
Hingga awal abad ke-3 HIjriyah, bahan yang umum digunakan untuk
menulis adalah kain perca dan papirus. Kertas cina masuk ke Irak pada abad ke-3
Hijriyah. Segera setalah itu, industri kertas tumbuh menjamur, muncul pertama
kali di Samarkhand lalu menyebar ke Irak.
Tingkat Peradaban Masyarakat
Memang diakui ada sekolompok elit umat Islam yang memiliki tingkat
pendidikan dan kebudayaan yang tinggi, tapi sulit untuk menentukan tingkat
kebudayaan masyarakat secara umum. Cerita tentang seorang pelajar yang tidak
mau menjual bukunya, bahkan ketika anak perempuannya sedang sakit, dalam
buku karya Yaqut, bisa dijadikan ukuran untuk mengetahui pengetahuan yang
dicapai oleh masyarakat berbudaya setelah periode Khalifah Harun al-Rasyid.
Perkembangan Seni dan Arsitektur
Dalam bidang seni, seorang Arab, atau seorang Semit, memiliki daya
apresiasi yang sangat tajam terhadap berbagai hal yang partikular dan subjektif,
serta memiliki rasa yang lembut untuk mengungkapkan detail suatu objek seni.
Sayangnya, ia tidak memiliki kecakapan untuk mengharmonikan dan
menggabungkan sejumlah detail yang berbeda itu ke dalam satu kesatuan yang
24
besar dan menyeluruh. Karena itulah, dalam bidang arsitektur, dan secara khusus
dalam bidang seni lukis orang Arab tidak mencapai tingkat kemajuan yang berarti.
Perkembangan Bidang Senirupa
Sejak zaman dahulu, bangsa Persia telah membuktikan dirinya sebagai ahli
dalam seni rancang warna dan dekorasi. Melalui upaya dan perjuangan mereka,
industri kesenian Islam mencapai kejayaannya. Industri karpet dan porselen yang
dihiasi lukisan-lukisan manusia, hewan, dan tumbuhan, serta bentuk-bntuk
goemetris dan epigraf, mencapai tingkat yang tiada bandingnya dalam karya seni
Islam lainnya. Seni kaligrafi, yang mendapatkan popularitas dan tempatnya
tersendiri dalam kesenian Islam, karena tujuan awalnya untuk memperindah lafal
Allah muncul pada abad kedua dan ketiga Hijriyah serta langsung menjadi
primadona kesenian Islam. selain kaligrafi, bidang senirupa yang berkembang
ialah, dekorasi warna, iluminasi, penjilidan buku, dan penyepuhan emas.
Perkembangan Seni Musik
Larangan ahli fikih terhadap musik dan alat musik tidak berlaku efektif di
Baghdad dibandingkan sebelumya di Damaskus. Al-Mahdi merupakan pecinta
musik. Al-Rasyid di dalam istananya semarak dan menyokong serta melindungi
perkembangan musik dan nyanyian. Para musisi mendapatkan gaji rutin. Festival
musik diselenggarakan tiap tahun yang dihadiri tidak kurang dari dua ribu orang
biduan. Musisi jenius akan mendapatkan tempat tersendiri di sisi khalifah. Mereka
dianugrahi kemuliaan dan penghormatan yang tinggi serta diabadikan dalam bait-
bait puisi terpilih dan anekdot-anekdot yang menyenangkan.

Bab 22. Kekhalifahan Terpecah: Dinasti-Dinasti Kecil di Barat

Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil


Lima tahun setelah berdirinya kekhalifahan abbasiah , abdal rahman
muda, satu satunya keturunan dinasti umayyah yang luput dari pembantaian masal
yang menandai naiknya rezim baru. tiba di sebuah tempat jauh di daratan cordova
spanyol. Satu tahun kemudian ,yaitu tahun 756 dia mendirikan sebuah dinasti
yang kelak menjadi dinasti yang besar, ketika itu provinsi pertamanya yang akan
mengungguli kemajuan imperium abbasiah masih sedang berkembang , begitu
pula provinsi – provinsi lain yang segera menyusul, ini di semua disebabkan
karena lemahnya para khalifah abbasiah.
Dinasti Thulun

25
Pendiri Dinasti Thulun yang berumur pendek (868-905) di Mesir dan
Suriah adalah Ahmad bin Thulun. Kerajaan ini mewakili kerajaan pertama Mesir
di Syiah yang memperoleh anatomi dari Baghdad. Pada tahun 254 H/868 M, Ibn
Tulun dihantar ke Mesir sebagai wakil pemerintahan. Semasa Baghdad
mengalami krisis, Ibn Tulun memanfaatkan situasi ini dan kemudian melepaskan
diri dari Baghdad. Dalam membangun negeri, beliau menciptakan stabilitas
keamanan dalam negeri. Selepas itu ia memperhatikan juga, di bidang ekonomi.
Dalam bidang keamanan, ia membangun angkatan perang, dengan kekuatan
tentaranya, memperluas wilayahnya hingga ke Syam.
Dinasti Iksidiyah
Tidak lama setelah tuntasnya pemberontakan pada penguasa Abbasiyah di
Mesir dan Suriah, muncul lagi Dinasti Turki yang masih keturunan Farghanah,
yakni Iksidiyah yang didirikan di Fusthat. Pendiri dinasti ini bernama Muhammad
Ibn Thughj(935-946). Strategi pertama ikhsidi adalah mengkokohkan angkatan
perang. Beliau diberi tanggung jawab mentadbir wilayah Syam. Ikhsidi meninggal
dunia pada tahun 936 M. Pemerintahannya di tumbangkan oleh Jauhar Siqli dari
kerajaan Fatimiah. Pada tahun 358 H/969 M, kerajaan Ikhsidi berakhir.
Dinasti Hamdaniyah
Dinasti ini didirikan pada 293 H/905 M oleh Hamdan ibn Hamdan, dari
kabilah Taghlib. Di antara keturunan Abd Allah ibn Hamdan yang paing menonjol
adalah Abu Muhamad ibn Abd Allah dengan gelar Nashir al-Daulah, sebagai wali
Mosul, dan saudaranya Abu al-Husein Ali ibn Abd Allah, bergelar Sayf al-
Daulah, sebagai wali Halb atau Aleppo. Di bawah kekuasaan kedua orang
generasi Hamdan ini, dinasti Hamdaniyah mengalami perkemangan yang sangat
signifikan. Kekuatan dinasti Hamdaniyah mulai meredup setelah kedua penguasa
terkuat wafat. Meskipun tidak lama, kekuasaan dinasti Hamdaniyah mememiliki
pe-ninggalan peradaban yang cukup baik.

Bab 23. Dinasti-Dinasti di Timur

Dinasti Tahiriyah, Saffariyah, Samaniyah, dan Ghaznawi


Dinasti yang pertama mendirikan sebuah negara semi independen di
sebelah Timur Baghdad adalah Dinasti Thahiriyah, Pendirinya bernama Thahir
Ibn Husyn dari Khurasan, Thahir adalah seorang budak Persia yang dipercaya
Khalifah Ma’mun menjadi gubernur pada tahun 820 M, wilayah kekuasaannya

26
meliputi semua daerah Khurasan di sebelah Timur Baghdad dengan pusat
pemerintahannya di Khurasan.
Dinasti Saffariyah, yang bermula di Sijistan dan berkuasa di Persia,
didirikan oleh Yakub bin al Laits al Shaffar. Al Saffar menjadikan pengrajin
tembaga sebagai pekerjaannya dan merampok sebagai kegemarannya. Al Saffar
menggantikan gubernur dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan hampir ke
seluruh Persia dan kawasan pinggiran India. Dinasti ini mulai melemah karena
pemberontakan dan kekacauan dalam pemerintahan. Setelah penguasa terakhir
Dinasti Shaffariyah, Khalaf meninggal dunia, berakhir pula kekuasaan Dinasti
Shaffariyah di Sijistan
Berdirinya Dinasti Samaniyah bermula dari pengangkatan empat orang
cucu Saman oleh Khalifah Al-Ma’mun menjadi gubernur di daerah Samarkand.
Pendiri dinasti ini adalah Nashr bin Ahmad, cucu dari Saman, tetapi figur yang
menegakkan kekuasaan dinasti ini adalah saudara Nashr, yaitu Ismail yang pada
tahun 900 H, berhasil merebut Khurassan dari genggaman dinasti Saffarriyah.
Puncak kejayaan Dinasti Samaniyyah terjadi pada masa khalifahan Ismail.
Pendiri dinasti Ghaznawiyah adalah Sabaktakin keturunan alptakin bangsa
Turki, salah seorang pendiri kerajaan kecil di bawah naungan kerajaan bani
Saman yang sedang berjaya. Pada tahun 961 M Raja bani Saman Abd Malik bin
Nuh, mengangkat Alptakin menjadi Gubernur di Hirrah, Barat Laut Afganistan.
Jabatan ini berakhir ketika rajanya meninggal dunia dan digantikan oleh Mansur
bin Nuh. Oleh karena itu Alptakin bersama anak buahnya pergi menuju Ghazna
dan menguasai wilayah itu pada tahun 962 M, dan menjadikan Ghazna sebagai
basis perlawanan menghadapi Mansur bin Nuh.
Benih-Benih Kehancuran Dinasti Abbasiyah
Benih-benih kehancuran dinasti ini sudah terlihat pada periode pertama,
hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, sehingga benih-benih itu tidak
sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila
khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil,
tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda
pemerintahan.Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang
menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor
tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah Perebutan
Kekuasaan di Pusat Pemerintahan, Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang

27
Memerdekakan Diri, kemerosotan perekonomian, serta Munculnya Aliran-Aliran
Sesat dan Fanatisme Keagamaan
Dinasti Buwaihi
Kehadiran bani Buwaihi berawal dari tiga orang putra Abu Ayuja Buwaihi
yang berprofesi sebagai pencari ikan yang tinggal di daerah Dailam, yaitu ‘Ali ibn
Buwayh, Hasan ibn Buwaihi dan Ahmad ibn Buwaihi Dominasi kekuasaan Bani
Buwaihi di Baghdad berlangsung selama 130 tahun. Pada masa Dinasti Buwaihi,
para khalifah Abbasiyah praktis tidak mempunyai kekuasaan, hanya tinggal
namanya dasebagai lambing. Banyak kemajuan-kemajaun yang terjadi di zaman
Dianasti Buwaihi, terutama ketika kepemimpinan ‘Adud Al Dawlah (949-983 M).
Dalam perjalanan berikutnya, karena adanya peperangan antara pembesar-
pembesar dinasti Buwaihi antara lain Baha’, Syaraf dan saudara ketiga mereka,
Shamsham Al Dawlah, dan juga pertikaian antar anggota-anggota kerajaan untuk
menentukan penerus mereka, serta fakta bahwa Buwaihi berkecenderungan Syi’ah
sehingga sangat di benci oleh orang-orang Baghdad yang Sunni, menjadi sebab-
sebab penting bagi keruntuhan dinasti Buwaihi.
Dinasti Saljuk
Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Saljuq bermula dari perebutan
kekuasaan di dalam negeri. Ketika al-Malik al- Rahim memegang jabatan Amir
al-Umara, kekuasaan itu dirampas oleh panglimanya sendiri, Arselan al-Basasiri.
Dinasti Saljuq berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah
Turkistan. Mereka dipersatukan oleh Saljuq ibn Tuqaq. Karena itu, mereka
disebut orang-orang Saljuq. Ketika dinasti Samaniyah dikalahkan oleh dinasti
Ghaznawiyah, Saljuq menyatakan memerdekakan diri. Ia berhasil menguasai
wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh dinasti Samaniyah. Setelah Saljuq
meninggal, kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya, Israil.

Bab 24. Keruntuhan Kekhalifahan Abbasiyah

Faktor Internal Keruntuhan Abbasiyah


Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan
khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah Perebutan Kekuasaan di
Pusat Pemerintahan, Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang Memerdekakan Diri,
kemerosotan perekonomian, serta Munculnya Aliran-Aliran Sesat dan Fanatisme
Keagamaan
28
Faktor Eksternal Keruntuhan Abbasiyah
a. Perang Salib
Perang salib adalah perang yang dilancarkan oleh tentara-tentara Kristen dari
berbagai kerajaan di Eropa barat terhadap umat islam di asia barat dan mesir.
Perang salib berlangsung dalam beberapa gelombang atau periode telah banyak
menelan korban dan menguasai beberapa wilaya Islam. Setelah melakukan
peperangan antara tahun 1097-1124 M mereka berhasil menguasai Nicea, Edessa,
Baitul Maqdis, Akka, Tripoli dan kota Tyre.
b. Serangan Mongolia ke Negeri Muslim dan Berakhirnya Dinasti Abbasiyah
Sebagai awal penghancuran Bagdad dan Khilafah Islam, orang-orang Mongolia
menguasai negeri-negeri Asia Tengah Khurasan dan Persia dan juga menguasai
Asia Kecil. Sementara itu Khalifah al-Mu’tashim langsung menyerah dan
berangkat ke base pasukan mongolia. Dan Dengan terbunuhnya Khalifah al-
Mu’tashim telah menandai babak akhir dari Dinasti Abbasiyah.

D. Bagian IV. BANGSA ARAB DI EROPA: SPANYOL DAN SISILIA


Ringkasan Bab 25-31
Ekspedisi ke spanyol memiliki kedudukan yang unik dalam sejarah militer
abad pertengahan. Pengintaian pertama di lakukan pada bulan juli 710 ketika
Tharif, orang kepercayaan Musa ibn Nushair, gubernur terkemuka di afrika utara
pada periode Umayah, mendarat di semenanjung kecil membawa balatentara
berkekuatan seratus pasukan kavaleri dan empat ratus pasukan infanteri yang
terletak hampir di ujung paling selatan benua Eropa. Dengan kekuatan tambahan,
Thariq yang mengepalai 12.000 pasukan, pada 19 juli 711 berhadapan dengan
pasukan Raja Roderick di mulut sungai Barbate di pesisir laguna janda. Roderick
berhasil naik tahta setelah menggulingkan pendahulunya, putra witiza. Setelah
kemenangan penting ini, pasukan muslim berjalan melintasi kota-kota spanyol
dengan cukup mudah, hampir tanpa perlawanan yang berarti.
Tahun 750 Bani Abbasiyah meraih tampuk kekuasaan dengan di tandai
pembantaian missal terhadap anggota keluarga Umayyah. Meski demikian ada
segelintir orang yang luput dari pembantaian, salah satunya adalah “Abd al-
Rahman ibn Mu’ awiyah, cucu Hisyam, Khalifah kesepuluh Damaskus. Tatkala
Abd al-rahman dan para pengikutnya merangsek ke kordova, yusuf bergerak
menuju Seville. Sebelum peperangan berlangsung, sang pangeran tampaknya
tidak memilik panji militer sendiri, sehingga pemimpin pasukan Yamaniyah di
29
Seville, Abu al-Shabbah al-Yashubi, merancang sebuah bendera dengan
mengikatkan sehelai sorban hijau di ujung sebilah tombak. Begitulah menurut
riwayat, asal muasal bendera Umayyah di Spanyol.
Sepanjang kekuasaanya Abd al-Rahman mesti menghadapi sejumlah
pemberontakan yang berturut-turut di lakukan oleh kelompok Yamaniyah dan
Syiah, yang di provokosi oleh agen Abbasiyah. Pemberontakan orang Berber bisa
di tumpas setelah memakan waktu sepuluh tahun.
Selama konsolidasi dan ketentaraman di tengah masyarakat, untuk
sementara waktu Abd al-Rahman memusatkan energi dan perhatiannya pada
pengembangan seni dan peradaban. Ia mempercantik kota-kota di wilayah
kekuasaanya, membangun sebuah saluran besar sebagai sarana pemasok air bersih
ke ibukota, dan memprakarsai pembangunan tembok di sekeliling saluran itu.
Dua tahun sebelum kematiannya pada 788, Abd al-Rahman membangun
kembali mesjid kordova, menandingi keagugan dua rumah ibadah islam di
Yerusalem dan Mekah. Setelah di sempurnakan dan di perluas oleh para
penerusnya, mesjid kordova segera menjadi Ka’bah islam di barat. Selain masjid
agung kebanggaan ibukota lainnya adalah jembatan yang melintasi sungai
Guadalquivir, yang kemudian di perbesar menjadi tujuh belas lengkungan.
Dinasti ini mensapai puncaknya di bawah pemerintahan amir kedelapan,
Abd al-Rahman III (912-961), yang terkuat dan menjadi orang pertama yang
menandang gelar Khalifah (929). Kenyataanya, kekuasaan khalifah Abd al-
Rahman menandai puncak epos Arab di semenanjung itu. Selama periode
Umayyah, Kordova di spanyol tetap menjadi ibukota dan menikmati periode
kemegahan yang tiada taranya, seperti persaingan di Irak, Bagdad.
Kekhalifahan Umayyah mulai mengalami kemunduran setelah kematian
pejabat berbakat, Bismarck abad kesepuluh al-Hajib, al-Manshur, yang mungkin
merupakan jenderal dan negarawan terhebat di kawasan Spanyol-Arab.
Kekhalifahan Umayyah musnah sepenuhnyya pada 1031. Di atas puing-puing
reruntuhannya, tumbuh sejumlah kerajaan kecil yang satu sama lain saling
menikam, dan semuanya akhirnya mati, menyerah pada kekuasaan orang Kristen
pribumi yang terus berkembang, terutama di kawasan utara. Dengan jatuhnya
Granada pada 1492, sisa-sisa terakhir kekuasaan muslim lenyap selamanya dari
semenanjung ini.
Periode kekuasaan Islam di Sicilia Italia merupakan tahap awal revolusi
perdagangan di abad pertengahan. Hitti menggambarkan secara obyektif kondisi
30
Sicilia setelah pendudukan Islam. Masyarakat Sicila merasakan kemakmuran
dalam pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat. Sicilia telah menjelma menjadi
pusat perdagangan di dunia Mediterania. Kawasan itu bersama Tunisia menjadi
persimpangan rute perdagangan.

E. Bagian V. NEGARA-NEGARA MUSLIM TERAKHIR PADA ABAD


PERTENGAHAN
Ringkasan Bab 32. – Bab 36
Wilayah kekuasaan dinasti Fathimiah meliputi Afrika Utara, Sicilia, dan
Syria. Berdirinya Kota Kairo sebagai ibu Kota kerajaan dinasti ini membuat
Baghdad mendapat saingan. Setelah pembangunan Kota Kairo rampung lengkap
dengan istananya, Al-Siqili mendirikan masjid AlAzhar, 17 Ramadan 359 H (970
M). Masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai
sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Azhar diambil dari alZahra’, julukan
Fathimiyah, puteri Nabi Muhammad Saw dan istri ‘Ali ibn Abi Thalib, Imam
pertama Syi'ah Kemunculan dinasti Fatimiyah tidak terlepas dari gerakan-gerakan
militan dan frontal yang dilakukan oleh Syi’ah Ismailiyah yang dipimpin oleh
Abdullah ibn Syi’i. Pada tahun 909, gerakan tersebut berhasil mendirikan dinasti
Fatimiyah di Tunisia (Afrika Utara) dibawah pimpinan Sa’id ibn al-Husain setelah
mengalahkan dinasti Aghlabiah. Sistem politik pada Dinasti Fatimiyah menganut
doktrin keimaman Syi’ah yaitu jabatan Imamah (Khilafah di kalangan Sunni)
merupakan hak Ahl al-Bait yakni keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah, yang
dalam hal ini Dinasti Fatimiyah berasal dari Ismail, putera Imam keenam Ja’far as
Shadiq.
Masa keemasan dinasti Fatimiyah dimulai sejak pindahnya pemerintahan
ke Kairo Mesir pada masa Abu Tamim Ma’add al-Mu’iz li-Din Allah (952 M –
975) M dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Abu al-Manshur Nizar
al-Aziz (975-996). Kejayaan itu dapat dilihat dalam bidang agama dengan
toleransi yang tinggi, pendidikan dengan pembangunan universitas dan
perpustakaan, , militer dengan pasukan bayaran, ekonomi dengan infrastruktur,
aturan yang adil dan menjadi jalur internasional, kebudayaan dan peradaban
dengan kota Kairo sebagai bukti, arsitektur dengan masjid al-Azhar dan kesenian
dengan produk tekstil, tenunan, keramik dan penjilidan.
Kemunduran dinasti Fatimiyah dimulai dari masa pemerintahan al-Hakim
yang bertindak kejam dan sewenang-wenang, dan terus merosot pasca
31
pemerintahan al-Zhahir dan berakhir pada masa al-Adid. Kemunduran itu karena
faktor eksternal berupa rongrongan dari penguasa luar dan pertikaian internal.
Juga usia khalifah yang sangat belia mulai al-Hakim hingga khalifah terakhir.
Mesir merupakan satu-satunya negara yang paling lama merasakan
kekuasaan fatimiyah. Pada periode fatimiyah kebudayaan yang mendominasi
adalah kebudayaan Persia. Dari sisi politik, periode Fatimiyah menandai meandai
munculnyaa sejarah baru pada bangsa ini, yang untuk pertama kalinya Firaun
menjadi penguasa penuh dengan kekuatan yang besar, dan didasarkan pada
prinsip keagamaan.
Perang salib
Dilihat dari setting perkembangan sejarah, perang salib bisa kita letakkan
pada bagian pertengahan dalam sejarah panjang interaksi Timur dan Barat. Perang
salib, secara khusus menggambarkan reaksi orang Kristen di Eropa terhadap
muslim di Asia yang telah menyerang dan menguasai wilayah Kristen sejak 632,
tidak hanya di Suriah dan Asia Kecil, tapi juga di Spanyol dan Sisilia.
Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar
Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium dan
menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut. Hal ini
dilakukan karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran Byzantium telah
dikalahkan oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di
Pertempuran Manzikert, yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa
ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri
dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, alHajr, Perancis dan Armenia. Dan
kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil
(Turki modern). Perang salib berlangsung dalam beberapa gelombang atau
periode telah banyak menelan korban dan menguasai beberapa wilaya Islam.
Dinasti Mamluk
Dinasti Mamluk sebagaimana ditunjukan oleh namanya merupakan dinasti
para budak yang berasal dari berbagai suku dan bangsa menciptakan suatu
pemerintahan oligarki di wilayah asing. Para sultan budak ini menegaskan
kekuasaan mereka atas wilayah Suriah-Mesir, yang sebelumnya dikuasai oleh
Tentara Salib. Dinasti Mamluk di Mesir sangat berjasa dalam mengembangkan
dan mempertahankan dunia Islam. Pemerintahan Mamluk di Mesir muncul pada
saat dunia Islam mengalami desentralisasi dan disintegrasi politik. Wilyah
kekuasaannya meliputi; Mesir, Suriah, Hijaz, Yaman dan daerah Sungai Efrat.
32
Mamalik ini berhasil membersihkan sisa tentara Salib di Mesir dan Suriah serta
membendung desakan gewrombolan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu
Khan dan Timur Lenk. Kamum mamalik dibedakan kedalam dua golongan yaitu
mamluk Bahri (648 H/1250 M – 792 H/1390 M) dan Mamluk Burji ( 784 H/1382
M- 922 H/1517 M).

F. Bagian VI. KEKUASAAN UTSMANI DAN KEMERDEKAAN

Ringkasan Bab 37 – Bab 39

Puncak kegemilangan Turki Utsmani


Sulayman dikenal oleh rakyatnya dengan sebutan mulia ‘al-Qanuuni’
(pemberi hukum). Dia memberi tugas kepada Ibrahim al-Halabi (dari Aleppo, w.
1549) untuk menyusun sebuah buku hukum berjudul Multaqa al-abhur (titik
pertemuan lautan), yang kemudian tetap menjadi karya standar menyangkut
undang-undang hukum utsmani hingga terjadi reformasi pada abad ke-19.
Sulayman menyempurnakan dan memperindah ibukota, serta kota-kota lain
dengan mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit, istana, Musoleum, jembatan,
terowongan, jalur kereta, dan pemandian umum. Seluruh kebudayaan Turki
merupakan campuran dari beraneka ragam elemen yang berbeda-beda. Dari orang
Persia, yang berhubungan dengan bangsa Turki bahkan sebelum mereka
bermigrasi ke Asia Barat lahir corak-corak yang arstistik, pola-pola yang indah,
serta ide-ide politik yang mengangkat keagungan raja.
Bibit Kehancuran : Ekspansi Eropa Modern
Faktor penyebab kehancurannya yaitu: lebih mementingkan menghadapi
peperangan dibanding kemakmuran rakyatnya. Kawasan yang tak terjangkau
pemerintah dengan perangkat komunikasi baik. Populasi heterogen dan ras yang
berbeda. Garis perpecahan antara golongan muslim dengan kristen, bahkan
muslim turki dan muslim arab. Wafatnya Sulayman menjadikan kerajaan
menapaki jalan curam. Di dataran Arab, wilayah Afrika Utara merupakan wilayah
yang pertama lepas dari kekuasaan Utsmani, dengan membentuk blok sendiri.
Aljazair adalah wilayah yang pertama yang melepaskan diri, merdeka pada tahun
1962, kemudian menyusul Tunisia, yang merdeka dari prancis pada tahun 1956,
kini menjadi negara republik serta Tripoli, merdeka pada tahun 1951 .

33
Ketika islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari
keterbelakanganya. Kerajaan Turki Usmani yang merupakan kekhalifahan islam
terakhir tidak mampu meneruskan kejayaan islam.
Ketika Arab Saudi, palestina, spanyol dan Negara-negara ekss-daerah
capital Arab islam tenggelam dan berada pada posisi dan situasi yang kurang
menguntungkan dalam peraturan politik ndunia, Muhammad Ali membawa Mesir
maju melalui hubungan baik dengan Prancis dalam segi administrasi
pemerintahan dan Italia dalam bidang intelektual.
Kebangkitan Eropa bukan saja terlihat dalam bidang politik,tetapi terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan-kemajuan Eropa ini
tidak bi9sa dipisahkan dari pemerintahan islam di Sisilia. Dri sanalah Eropa
banyak menimba ilmu. Sisilia merupakan berkah bagi peradaban barat. Wilayah
otonomi di selatan italia itu telahy menjadi gerbang transfer ilmuy pengetahuan
dan dunia muslim ke barat.

34
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku


1. Pembahasan tentang asal-usul bangsa Arab, hubungan bilateral antar
negara-negara arab, kemunculan Muhammad SAW, kelahiran Islam, dan
masa pemerintahan Khulafa al-Rasyidin.
2. Pembahasan mengenai kemunculan dan kejatuhan dua kekhalifahan utama
bangsa Arab, yaitu Dinasti Umayyah (661-750) di Damaskus dan Dinasti
Abbasiyah (750-1258) di Baghdad, beserta kerajaan-kerajaan filial
disekitar Dinasti Abbasiyah.
3. Pembahasan peran bangsa Arab- Islam di luar tanah kelahirannya: yakni di
Spanyol dan Sicilia, baik ketika berada dibawah kekuasaan Dinasti
Abbasiyah maupun ketika berdiri sendiri sebagai Dinasty Umawiyah.
4. Membahas kerajaan-kerajaan kecil Islam di berbagai belahan dunia yang
berkuasa pada abad pertengahan seperti mesir.
5. Perkembangan dunia modern Islam yang meliputi kekhalifahan Islam
terakhir yakni Turki Usman, kondisi negara-negara bekas pusat
pemerintahan Islam, dan pengaruh budaya barat terhadap dunia Islam.
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku
Kelebihan :
1. Kelebihan buku ini dari aspek tampilan cover menggunakan tampilan yang
menarik dan elegan.
2. Dilengkapi dengan 70 ilustrasi bangunan, gambar keeping uang logam dan
karya seni, 21 peta dan 25 tabel dinasti sehingga pembaca mudah dalam
memahami gambaran yang dijelaskan penulis
3. Pembahasan tentang sejarah bangsa Arab dituliskan secara sistematis dan
berurut.
Kekurangan :
1. Kertas yang digunakan mudah robek.
2. Bentuk buku yang terlalu tebal membuat pembaca mudah bosan, dan
sedikit ribet untuk dibawa kemana-mana.
3. Penyampaian dalam buku ini menggunakan bahasa baku, sehingga kadang
ada beberapa kata atau kalimat yang sulit dipahami.

35
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Philip K. Hitti melalui History of The Arabs memaparkan berbagai fakta
dan data mengenai bangsa Arab semenjak masa awal peradaban Semit (Nabatea)
hingga masa modern. Ia mengulas dengan objektif prestasi dan kegagalan yang
dicapai oleh berbagai dinasti Arab-Islam. Hitti dengan detail yang mendalam
menampilkan kekuatan utama Arab Islam di seluruh dunia sebagai pembawa
gerakan intelektual ke Eropa Abad Pertengahan yang memicu kebangkitan di
dunia Barat. Dengan jelas ia mengatakan kepada dunia internasional melalui
karyanya bahwa tidak ada satu pun bangsa pada Abad Pertengahan yang
memberikan kontribusi terhadap kemajuan manusia sebagaimana kontribusi yang
diberikan oleh Bangsa Arab dan orang-orang yang berbahasa Arab.
Walaupun begitu beberapa pemaparan Hitti perlu untuk di kroscek. Masih
terlihat keberpihakannya kepada orientalis pada pemaparan keagamaan, tidak
heran karena ia besar dan hidup dalam lingkungan yang kental dengan sudut
pandang Barat. Namun Buku ini bisa menjadi pembanding dalam kepenulisan
sejarah Islam, karena pada umumnya sejarah Islam ditulis oleh orang Islam, yang
dikhawatirkan akan subjektif. Buku ini datang sebagai penyeimbang, antara
perpekstif sejarawan Islam, dan perpekstif sejarawan barat (non muslim).

B. Rekomendasi untuk perbaikan buku


Rekomendasi yang bisa saya berikan untuk perbaikan buku ini yaitu sebaiknya
kertas yang digunakan adalah kertas yang lebih bagus, tidak mudah robek. Selain
itu warna font yang digunakan diganti dengan warna font yang lebih jelas. Yang
terakhir, penjelasan/terjemahan sebaiknya menggunakan kalimat yang mudah
dipahami.

36
DAFTAR PUSTAKA

Philip K. Hitti, History of the Arabs, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, (Jakarta:
Serambi, 2014).

37

Anda mungkin juga menyukai