Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KAWASAN ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Metodologi studi islam

Dosen Pengampu: Haryuni haryati, S.pd.i,M.pd

DISUSUN OLEH :
( KELOMPOK 4)

 Sulaiman pasaribu
 Suci ramadhani nasution
 Siti wahyuni Pasaribu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-KIFAYAH
PEKANBARU
2023

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayahnya dan tentu nikmat sehat sehingga penyusunan
makalah ini selesai sesuai dengan apa yang diharapkan.Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. dan tak
lupa saya ucapkan terimakasih atas semua pihak yang ikut membantu
penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang
KAWASAN ISLAM Semoga apa yang penulis sampaikan melalui makalah ini
dapat menambah wawasan baik itu untuk pribadi sebagai penulis maupun dunia
pendidikan pada umumnya.Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Tim penyusun (kelompok 4)

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................2
Daftar Isi .................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................5
C. Tujuan Penulisan................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Arti dan asal-usul studi kawasan islam

B. Orientalisme : melihat Islam krisis

C. Oksidentalisme : menjawab Islam sejati

D. Dunia Islam sebagai objek studi antara timur dan barat

E. Problem dan prospek pendekatan studi kawasan

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................16
B. Daftar Pustaka.....................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada era globalisasi ini banyak yang tanda bahwa semakin


memudarnya nilai yang ada di lingkungan budaya bangsa. Sehingga tidak dapat
untuk mewujudkannya. Sedangkan nilai dan sistem budaya yang ada pada umat
manusia umumnya didominasi oleh budaya modern. Oleh karena itu, diperlukan
nilai penguatan pemahaman mengenai studi islam agar islam tidak hilang. Nilai
Islam juga sebenarnya ini dapat memberikan kesempatan yang luas untuk
mewujudkan misi Islam. Dengan nilai dasarnya yang bersifat luas, Islam
akan memberikan arah dan tujuan perkembangan budaya modern bagi
masyarakat yang kehilangan arah dan tujuan. Di dalam pelajaran ini studi
islam memiliki peran penting. Studi islam sering kali dipelajari oleh
berbagai negara, contohnya seperti di negara bagian timur dan barat. Kawasan
Islam merupakan pelajaran yang menjelaskan tentang keadaan yang terjadi di
berbagai kawasan Islam di dunia. Selain itu, perkembangan juga merupakan
ciri mulai dari pertumbuhan, perkembangan, serta ciri-ciri sosial budaya
yang ada di kawasan islam.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa arti dan bagaimana asal-usul studi kawasan islam?

4
2. Apa arti orientalisme?

3. Apa arti oksidentalisme

4. Bagaimana keadaan dunia Islam sebagai objek dari studi timur


dengan barat?

5. Apa problem dan bagaimana prospek pendekatan studi

Kawasan

C. TUJUAN PENULISAN

1. Dapat mengetahui arti dan asal usul studi kawasan islam

2. Dapat mengetahui arti orientalisme dan oksidentalisme

3. Mengetahui bagaimana keadaan dunia Islam sebagai objek dari

Studi timur dengan barat.

4. Mengetahui problem dan bagaimana prospek pendekatan studi

Kawasan islam

BAB II

PEMBAHASAN

5
A. Pengertian dan Asal Usul Studi Kawasan Islam

Secara Etimologi merupakan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Dalam kajian
Islamdi Barat disebut Islamic Studies secara harfiyah adalah kajian tentang hal-
hal yang berkaitandengan keislaman. Secara terminologis adalah kajian secara
sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memakai dan menganalisis secara
mendalam hal-hal yang berkaitan denganagama Islam, pokok-pokok ajaran
Islam, sejarah Islam maupun realitas pelaksanaannyadalam
kehidupan.Pengertian Studi Kawasan Islam adalah kajiaan yang tampaknya bisa
menjelaskan bagaimana situasi sekarang ini terjadi, karena, fokus materi
kajiannya tentang berbagai areamengenai kawasan dunia Islam dan lingkup
pranata yang ada dicoba diurai didalamnya.Mulai dari pertumbuhan,
perkembangan, serta ciri-ciri karekteristik sosial budaya yang adadidalamnya,
termasuk juga tentang faktor-faktor pendukung bagi munculnya berbagai
ciridan karakter serta pertumbuhan kebudayaan dimasing-masing dunia
kawasan Islam. Dengandemikian, secara formal objek studinya harus meliputi
aspek-aspek geografis, demografis,historis, bahasa serta berbagai
perkembangan sosial dan budaya, yang merupakan ciri-ciriumum dari
keseluruhan perkembangan yang ada pada setiap kawasan budaya.Dalam
sejarahnya, persoalan hubungan antar batas-batas wilayah sebuah
negarasebenarnya sudah sekian lama telah menjadi perhatian para ahli
kegenaraan sejak jamanYunani sekitar tahun 450-an SM. Ptolemy, Thucydidas,
Hecataeus, dan Herodotusmerupakan sejarawan Yunani yang cukup intens
dengan kajian-kajian wilayah yang ia kenal, baik melalui cerita orang maupun
dari hasil pengamatan terhadap wilayah-wilayah yang iakunjungi. Mereka
selain seorang sejarawan juga seorang pengelana.1.300 tahun kemudian,Kaum
Muslimin memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengembangkan studi
kawasanini dengan berbagai corak yang ragam yang lebih dinamis lagi. Karya-
karya mereka telahmelampaui sejarawan Yunani, di mana pembahasannya

6
bukan lagi berbicara tentang realitssejarah, tetapi lebih maju lagi yakni
bagaimana cara-cara menanganinya. Munculnya berbagaikarya sejarah dengan
tema-tema kajian wilayah dimulai dari awal penciptaan sampai mulaidihuni
umat manusia, merupakan kajian-kajian yang sangat populer dan hampir
bisaditemukan dalam karya-karya sejarah klasik Islam. Sekalipun kajian
geografi sebagai disiplinilmu agak berbeda dengan sejarah, namun dikalangan
sejarawan muslim hal ini tidak bisadipisahkan begitu saja, karena objek
pembahasan antara keduanya saling melengkapi.

Karena kajian sejarah, sangat membutuhkan kajian tentang ruang dan waktu
sebagai aktivitas pelakunya. Oleh karena itu, karya-karya tentang geografi dan
sejarah telah menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan dari perkembangan
historiografi Islam secara umum.Karya al-Baladzuri, Futuh al-Buldan wa
Ahkamuha merupakan kajian sejarah yangsangat mementingkaan tinjauan
wilayah Baladzuri wafat tahun 892 M, semasa hidupnya iamenjadi penasihat
para Khalifan Abbasiyah, Al-Mutawakkil ‘Alallah dan Al-Musta’in Billah,
bahkan ia mendidik Al-Mu’taz. Karya monumental ini merekam seluruh proses
penaklukandan bagaimana penanganan terhadap wilayah-wilayah baru kaum
muslimin, seperti Syam,Irak, Mesir, Maroko, Armenia, serta wilayah-wilayah
Persia lainnya. Secara metodologis diatidak hanya mengandalalkan fakta tulis
atau riwayat pengalaman pelaku, tetapi ia juga berhasil melihat dimana wilayah-
wilayah yang dijelaskannya hampir seluruhnya sudah iakunjungi.Al-Ya’qubi
seagai Pegawai di kekhalifahan Abbasiah dan diperkirakan meninggaltahun 292
H, telah menulis karya al-Buldan (jama’ dari balad; negara-negara)
membicarakan bukan hanya cara-cara penaklukkan dan penanganan wilayah-
wilayah Islam, tetapi juga berbaai potensi sumber daya alam dan ekonomi tiap-
tiap wilayah ia gambarkan secara jelas.Sebagai penulis ia telah mengunjungi

7
semananjung India, Arab, Syam, Palestina, Libya,Aljazair, dan Sebagainya. Ia
mencari sumber-sumber otoritatif dalam aspek-aspek geografiwilayah-wilayah
Islam. Sebagai seorang pengelana dan Sejarawan ia telah mengunjungi
danmengamati lebih dari 70 kota dan wilayah Islam baik di Afrika Utara, Asia
maupun Spanyol.Al-mas’udy, penulis Maruj al-Dzahab ini mengawali
pengetahuaan tentang heografi dansejarah dari hasil pengembaraan nya ke
berbagai wilayah, bailk wilayah muslim maupunwilayah non muslim, ia banyak
menerima berbagai informasi sehingga penjelasannya tentangkeberadaan dan
sejarah wilayah sangat kaya. Ia sangat menguasai adat istiadat dan
pembangunan, pola kehidupan setiap masyarakat yang dikunjunginya, termasuk
bahasa dan punya keakraban dengan tokoh lokal. Karya ini ditulis tauhun 947
M, ia meninggal tahun 956M di Fusthath.Al-Birruny, penulis kitab al-Hind
merupakan sejarawan yang ahli dalam kajianwilayah India. Bukan hanya
sebagai sejarawan tetapi ia juga ahli dalam penelitian danobservasi dalam ilmu-
ilmu lainnya. Sebagai seoarang penasihat dinasti Ghaznawy, SultanMahmud
Ghazna ia bekerja bukan hanya untuk kepentingan pemerintahan, tetapi
jugamenjelaskan secara objektif keberadaan wilayah, keagamaan, mentalitas
penduduk, pemeikiran India dan bagaimana semestinya harus ditangani oleh
para penguasa muslim.Kitab al-Hind ini ditulis tahun 1017 M.

Sebenarnya banyak sekali berbagai studi yang telah dilakukan oleh para
sarjnamuslim klasik dan pertengahan dan melihat berbagai kawasan dan
kantong-kantong kaummuslimin di bebagai wilayahnya. Perhatian mereka
terhadap potensi-potensi wilayah, baik Desa, Kota maupun berbagai kegiatan
kependudukannya, jelas membuktikan bahwa studikawasan-kawasan Islam
sepanjang sejarahnya selalu menarik perhatian. Sejarah wilayahseperti Halb,
Mesir, dan sebagainya yang menjadi objek studi, telah ditulis Bughyat al-

8
Thalibfi Tarikh al-Halab.Begitu banyak orang mengkaji wilayah dengan
berbagai variasinya, dan setiap periode menunjukkan trend yang berbeda-beda.
Namun, dalam perkembangan sejarahnya,istilah geopolitik baru lahir sebagai
istilah baru abad ke-19, sebagai bagian dari konsep “geo-strategy” bangsa
Jerman yang dikembangkan oleh Otto van Bismarck, dengan “unification of the
German States.” Teori ini pada akhirnya menjadi suatu bagian yang lebih luas
lagi darikajian Geografi secara umum. Tahun 1890 Alferd Thayer menulis
tentang “The Influence of Sea Power Upon History.” Rudolf Kjellen ahli
geografi politik Swedia kemudianmemunculkan istilah kekuatan wilayah (the
power of area) di akhir abad ke-19. Tulisannyaini kemudian mengilhami
Friedrich Ratzel seorang ahli Ilmu alam, untuk merumuskan teori“geopolitik”
secara utuh dalam bukunya “politische Georaphie” tahun 1879. Dalam
teorinyaia menyatakan bahwa setiap negara selalu mengupayakan wilayah
kesatuaanya danmembentenginya terhadap upaya-upaya negara lain untuk
merebut tanah wilayahkekuasaannya. Oleh karena itu, semua negara
(Nasionalisme) ingin hidup dalam wadahwilayah kesatuan bagi kehidupannya.

B. Orientalisme.

Oriental artinya ‘timur’. Orientalisme adalah paham mengenai masalah-


masalahTimur, khususnya tentang negeri Arab dan Islam. Kaum orientalis
adalah para terpelajar yangmenjadikan “agama islam, kebudayaan Islam, negeri
dan bahasa Arab” sebagai objek materistudi mereka. Lawan dari orientalisme
adalah occidentalisme, yaitu penelitiandan pengertianmengenai agama,
kebudayaan, dan negeri Barat.Salah satu tujuan orientalis adalah
mengkolonialisasi dunia Islam dari segala aspek, agama,ekonomi, budaya dan
kekuasaan.Orientalis dan tujuan Barat mempelajari islam, bukan untuk mencari
keimanan yang benar. Menurut Syamsuddin, ada empat alasan mengapa
Baratmempelajari Islam. Pertama, terpesona terhadap studi Islam (facsination),
Kedua ingin tahu(curiosity). Ketiga agama (missionary). Keempat karena God

9
(tuhan/agama), gold(kekayaan/imprealisme), dan glory (kekuasaan) atau sering
diistilahkan 3G.

C. Oksdidentalisme

Lawan dari orientalisme adalah occidentalisme, yaitu penelitiandan


pengertianmengenai agama, kebudayaan, dan negeri Barat. Jadi secara harfiah
berarti hal-hal yang berhubungan dengan barat, adalah kajian tentang Barat dari
prespektif non-barat. Kelahiranoksidentalisme emosional atas kesalahan-
kesalahan dari Barat yang dialami dunia Timur pada umumnya dan dunia islam
khususnya. Barat dengan segala implikasinya telah berjayamenguasai Timur.
Penguasaan, atau lebih tepatnya kolonialisme Barat atas Timur ini dalam
perjalanan sejarahnya tidak bisa dipisahkan dari orientalisme. Dengan
demikian,terbentuknya oksidentalisme adalah sebagai upaya untuk mengikis
serangan Barat yangsudah semakin meluas wilayah jangkauannya.

D. Dunia Islam Sebagai Objek Studi Antara Timur dan Barat

Menurut Taufik Abdullah, agama sebagai sasaran kajian dapat di kategorikan


menjaditiga, yakni agama sebagai doktrin, dinamika dan struktur masyarakat
yang dibentuk olehagama,dan sikap masyarakat pemeluk terhadap doktrin.
Kategori pertama mempersoalkansubstansi ajaran agama.namun yang menjadi
sasaran penelitian agama sebagai doktrin adalah pemahaman agama terhadap
doktrin-doktrin tersebut. Kategori kedua, meninjau agama dalamkehidupan
sosial dan dinamika sejarah. Sementara kategori ketiga merupakan usaha untuk
mengetahui corak penghadapan masyarakat terhadap simbol dan ajaran islam.
Secaraterperinci dalam mempelajari agama, ada lima bentuk fenomena agama
sebagai bentuk kebudayaan yang perlu diperhatikan, lima ha tersebut adalah:1)

10
Naskah-naskah (scripture) atau simbol-simbol agama.2) Sikap, perilaku,dan
penghayatan para penganut tokoh-tokoh agama.3) Ritus-ritus, lembaga-
lembaga, dan ibadat-ibadat agama, seperti shalat, haji, puasa, zakat,nikah, dan
lain sebagainya.4) Alat-alat atau sarana peribadatan.5) Lembaga atau organisasi
keagamaan tempat para penganut agama bergumul berperan.a. Studi Islam di

Barat

Ditinjau dari prespektif sejarah, studi yang dilakukan orang Indonesia di Barat
berlangsung cukup lama. Namun demikian fokus studi yang dilakukan belum
menyentuhsecara menyeluruh dalam bidang kajian islam. Fokus kajian islam
baru dilakukan setelahIndonesia merdeka. Dan orang Indonesia pertama kali
yang melakukan Studi Islam di Baratadalah M. Rasijidi. Menteri pertama
indonesia ini menanamkan program doctor di universitas

Sorbone, Perancis. Para alumni barat memiliki pengaruh dalam kontribusi besar
dalam StudiIslam di Indonesia. b. Studi Islam di

Timur

Hampir sama yang terjadi di Barat, studi islam di Timur Tengah juga bervariasi.
Inimerupakan hal yang wajar karena karakteristik studi Islam dipengaruhi oleh
berbagai faktor,misalnya kebijakan politik, dinamika sosial budaya latar
belakang pemegang kebijakan pendidikan perkembangan ekonomi, dan
berbagai faktor lainnya.

E. Problem dan Prospek Pendekatan Studi Islam

Dalam dunia ilmu pengetahuan, menurut Parsudi Suparlan makna dari


istilah“pendekatan” adalah sama dengan “metodologi” yaitu “sudut pandang
atau cara melihat danmemperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau

11
masalah yang dikaji”. Adapun yangdimaksud dengan pendekatan di sini adalah
cara pandang atau paradigma yang terdapat didalam suatu bidang ilmu yang
selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalamhubungan ini,
Jalaluddin Rahmat sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan
bahwaagama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma. Realitas
keagamaan yangdiungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan
kerangka paradigmanya. Untuk dapat hidup dan berkembang serta lestari dalam
masyarakat, agama harus menjadikebudayaan bagi masyarakat. Karena setiap
masyarakat mememiliki kebudayaan yangdigunakan sebagai pedoman untuk
memanfaatkan lingkungan hidupnya guna kelangsunganhidupnya yang
mencakup kebutuhan biologi, kebutuhan sosial dan kebutuhan adab
yangintegratif. Jadi pendekatan studi area merupakan pendekatan yang meliputi
bidangkesejarahan, linguistik, dan semua cabang ilmu serta pengetahuan yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan peradaban dan kebudayaan
terhadap keadaan masyarakat disuatu wilayah atau kawasan. Problematika yang
dihadapi pada penelitian denganmenggunakan pendekatan studi area dalam
Studi Islam dan Komunitas Muslim., berbandinglurus besarnya dengan objek
dan luas wilayah yang akan diselidiki. Semakin kompleks objek yang menjadi
sasaran penyelidikan dan semakin luas wilayah yang dijangkaunya, makasegala
persiapan yang diperlukan untuk menerapkan studi area, juga semakin besar.

A. Prospek pendekatan studi area, sebenarnya boleh dikatakan sangat baik.

Hal inimengingat perlunya dibangun saling pengertian dan kerjasama antar


komunitas muslim duniayang meliputi luas wilayah mencapai 31,8 juta km2
atau sebanding dengan 25 % dai seluruhwilayah dunia, memanjang mulai dari
Indonesia di sebelah timur hingga Senegal di sebelah barat, serta dari utara
Turkistan hingga ke selatan Mozambik, dengan jumlah populasi umat

12
Islamnya 1.334.000.000 jiwa, mayoritas hidup di dunia Islam (± 1 miliar) dan
selebihnyahidup sebagai minoritas muslim (± 334.000.000). Minoritas muslim
tersebut yang terbanyak berada di India dan Cina.

B. Pada penelitian kasus Islam dan budaya lokal, persoalan akulturasi timbal
balik antara lingkungan budaya dan ekspresi keagamaan seseorang, maka ada
perbedaanyang menarik antara corak penyebaran Islam di Indonesia dan di
Maroko.

Kalau diIndonesia penyebaran Islam dilakukan oleh para penyebar Islam


cenderung damai danakomodatif, sedangkan di Maroko lebih bersifat
oposisional, tegas, dan agresif. Seperti kataGeertz, “in Marocco civilization was
built on nerve; in Indonesia, on diligence” (Di Maroko, peradaban Islam
dibangun di atas saraf, di Indonesia, di atas ketekunan). Hal ini dapat kitalihat
pada tokoh penyebar Islam di Indonsia dan di Maroko. Sunan Giri atau Sunan
Kalijagadi Indonesia, cenderung damai, rukun, tekun, dan sinkretis, sementara
Sidi Lahsen Lyusi atauAli Hasan ibn Mas’ud al-Yusi di Maroko menyebarkan
Islam dengan pemahaman yangmurni dan cenderung tidak kompromistis.
Namun mereka semua diakui oleh masyarakatnyamasing-masing sebagai wakil
yang sah bagi corak keislaman di masing-masing wilayahtersebut. Di Indonesia
pengakuan tersebut tercermin pada pemberian gelar kehormatan WaliSongo,
sedangkan di Maroko dengan gelar Sidi. Kedua gelar kehormatan
tersebutmengandung penghargaan sebagai Wali Allah yang sangat kental dan
dipercayai memilikikaromah (orang jawa abangan menyebutnya: keramat).

C. Dari kasus yang telah dikemukakan di atas, ternyata perbedaan area dan
lingkunansosio-kultural saling terkait erat dalam wujud dan semangat
keberagamaan yangberbeda antara di Indonesia dan di Maroko.

Maroko yang merupakan negeri padang pasir yang tandus dan keras dengan
pola kehidupan sosial kesukuan yang kuat (tribalisme).Berbeda di Indonesia

13
dengan Pulau Jawa-nya yang merupakan daerah pertanian yang subur,damai,
dan rukun. Fakta adanya kaitan antara keadaan geografis, klimatologis,
kesuburantanah, kemelimpahan sumber daya alam suatu daerah dengan watak
penduduknya, telah lamamenjadi kajian para sarjana muslim, seperti Ibn
Khaldun, dalam karyanya yang termasyhur,Muqaddimah, di situ Ibn Khaldun
membagi bola bumi menjadi tujuh daerah klimatologisdengan pengaruhnya
masing-masing terhadap watak penduduknya. Ia bahkanmengemukakan
teorinya tentang pengaruh keadaan suhu suatu daerah terhadap akhlaq serta
perilaku orang-orang setempat. Syahristani, dalam kitabnya yang juga amat
terkenal, al-Milalwa an-Nihal, mengupas tentang teori peradaban manusia yang
dipengaruhi oleh letak geografisnya, menjadi Timur, Barat, Utara, dan Selatan.
Bangsa-bangsa Barat berbedadengan bangsa-bangsa Timur, dan bangsa-bangsa
yang berada di belahan bumi utara berbeda

dengan bangsa-bangsa yang berada di belahan bumi selatan. Ia juga


menyebutkan empat bangsa induk di dunia, yaitu Arab, Persia, India, dan Roma
(Barat), menurutnya Bangsa Arabdan India, keduanya memiliki kemiripan,
yaitu keduanya cenderung pada pengamatan ciri-ciri khusus dari suatu
kenyataan dan membuat penilaian berdasarkan pandangan mengenaisubstansi
dan hakikat kenyataan itu melalui pertimbangan keruhanian. Sedangkan
BangsaPersia dan Roma mempunyai kesamaan dalam kecenderungan melihat
suatu kenyataan daritabiat luarnya, kemudian memberikan penilaian menurut
ketentuan-ketentuan kualitatif dankuantitatif dengan pertimbangan berdasarkan
keadaan secara fisik.

14
BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN

Islam berkembang melalui proses perjalanan sejarah yang panjang dan kultur
yang berbeda melihat dimana Islam itu berkembang. Perbedaan latarbelakang
sejarah dan budayamempunyai ukuran yang sama tentang ke-
Islaman.Pandangan agama dapat berubah dan dibenarkan berbeda karena
perbedaan waktu,zaman, lingkungan, stuasi dan sasaran serta tradisi yang sesuai
dengan suatu kaidah.Maka studi ke-Islaman di wilayah-wilayah secara objektiv
akan berhasilkan pandangan dan aplikasi Islam yang benar dan tidak harus sama
dengan apa yang dilakukandan diterapkan di wilayah lainnya. Oleh karena itu,
sangat didambakan untuk munculnya pusat-pusat studi Islam untuk dapat
menyahuti persoalan yang terus berkembang di masamendatang.

B.SARAN

Dalam penyusunan atau penyampaian makalah kami (MSI) Arti dan asal usul
studikawasan islam. tentunya materi kami jauh dari kata kesempurnaan baik
dari kata-kata nya penyampaiannya, serta analisis yang kami buat serta kritik
dari pembaca sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah kami
kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam. Jakarta: Penerbit Akbar, 2004.Anshari,


Endang Saifuddin. Wawasan Islam: Pokok-Pokok Tentang Paradigma
danSistem Islam. Jakarta: Gema Insani, 2004Azra, Azyumardi. Studi Kawasan
Dunia Islam. Jakarta : Rajawali PersClifford Geertz, Islam Observed .Chicago:
Chicago University Press, 1975Khaldun,Ibn. Muqaddimah .Beirut: Dar al-Fikr,
1981. dikutip dari Nurcholish Madjid,Islam, Doktrin, dan Peradaban Nasution,
Harun.Islam Ditinjau Dari Beberapa Aspek.Jakarta: Bulan Bintang Nata,
Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, Cet.
VI,2001.Ridwan, Ahmad Hasan. 2010. Oksidentalisme.
URL :www.knowledge-leader.net/2010/07/oksidentalisme/Ridwan, M. Deden.
Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antar Disiplin.Bandung: Nuansa
Ilmu, 2001.Suparlan , Parsudi, “Kata Pengantar” dalam Roland Robrtson,
Agama Dalam AnalisisDan Interpretasi Sosiologis Jakarta: Rajawali Press,
1988Syahristani. al-Milal wa an-Nihal. Beirut: Dar al-Fikr, 1981.dikutip dari
NurcholishMadjid, Islam, Doktrin, dan Peradaban.

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai