Penyusun:
Sabilla Nur Fauziah 1205010167
Saparudin 1205010173
Supian Ramdani 1205010185
Syalwa Amandayeta 1205010187
Syifa Fauziyah 1205010188
Teddiansyah Nata Negara 1205010190
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Kajian Bibliografis Buku..............................................................................4
B. Biografi Marshall G. S. Hodgson..................................................................4
C. Kajian Geografis Tempat Buku Ditulis........................................................6
D. Metodologi Penulisan...................................................................................9
E. Faktor yang Melatarbelakangi Penulisan Buku..........................................10
F. Kandungan Buku The Venture Of Islam....................................................10
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
I. Kesimpulan.................................................................................................15
II. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu sejarah dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan budaya secara umum yang berlangung sangat cepat. Dalam bidang
politk, hanya dalam satu abad lebih sedikit, Islam sudah menguasai Spanyol,
Afrika Utara, Syiria, Palestina, Smenajung Arabia, Irak, sebagian Asia, Persia,
Afganistan, dan lain-lain. Kebangkitan Islam itu melahirkan sebuah imperium,
mengalahkan dua imperium besar yang sudah ada sebelumnya, Persia dan
Bizantium. Sejalan dengan menanjaknya imperium besar ini, umat Islam juga
menggalakkan pengembangan ilmu pengetahuan, baik dalam bidang agama
maupun umum. Perkembangan ilmu pengetahuan itu semakin dipercepat dengan
terjadinya kontak-kontak pemikiran dan budaya antara orang-orang Arab Islam
dengan bangsa yang telah ditaklukannya.
Seiring dengan perkembangan budaya dan peradaban Islam itulah ilmu sejarah
dalam Islam lahir dan berkembang. Ketika umat Islam sudah mencapai kemajuan
dalam penulisan sejarah, tidak ada bangsa lain waktu itu yang menulis sejarah
seperti halnya kaum muslimin. Namun dewasa ini, seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dunia, usaha mempelajari sejarah perdaban Islam dalam
kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan umat Islam saja,
melainkan dilaksanakan juga oleh orang-orang di luar kalangan umat Islam.
Islamic History Studies di kalangan umat Islam sendiri, tentunya mempunyai
tujuan yang berbeda dengan tujuan Islamic History Studies yang dilakukan oleh
orang-orang di luar kalangan umat Islam.1
1
Studi Islam yang dilakukan kebanyakan sarjana-sarjana Barat yang non-Muslim itu kemudian
disebut Islamic Studies dalam perspektif outsider. Kajian keislaman dan peradabannya oleh
kalangan luar dalam pespektif outsider sebenarnya bermula dari semangat pemahaman kajian
orientalis, yakni kajian tentang masalah-masalah ketimuran (oriental).
1
Di kalangan umat Islam, Islamic History Studies bertujuan untuk memahami
dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat
melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar, serta menjadikannya sebagai
pegangan dan pedoman hidup (way of life). Sedangkan di luar kalangan umat
Islam, seperti di Negara-negara Barat, Islamic History Studies bertujuan untuk
mempelajari seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan yang berlaku di
kalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan. Namun,
sebagaimana halnya dengan ilmu pengetahuan pada umumnya, maka ilmu
pengetahuan tentang seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan Islam
tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang
bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Salah satu sarjana Barat yang tampaknya amat tertarik dengan dinamika umat
Muslim di dunia ini adalah Marshall G.S. Hodgson, warga Amerika yang telah
berkarya dengan sebuah karya besar The Venture of Islam, telah menyampaikan
pesan dengan seobjektif mungkin tentang Islam dan peradabannya serta
pengaruhnya terhadap peradaban Barat.
Pada kesempatan kali ini penulis mencoba mengkaji buku The Venture of
Islam: Conscience and History in a World Civilization bagian 1 dan 2 secara
komprehensif. Selain meneliti teks, penulis juga melakukan kajian di luar teks dan
menyelidiki sudut pandang yang menjelaskannya.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa Marshall G. S Hodgson?
2. Bagaimana kajian bibliografis buku The Venture of Islam?
3. Bagimana kondisi geografis tempat buku The Venture of Islam ditulis?
4. Bagaimana metodologi penulisan The Venture Of Islam?
5. Apa saja faktor yang melatarbelakangi penulisan buku The Venture of Islam?
6. Apa isi kandungan dari buku The Venture Of Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Marshall G. S Hodgson.
2. Untuk mengetahui kajian bibliografis buku The Venture of Islam.
2
3. Agar dapat memahami kondisi geografis tempat buku ditulis.
4. Supaya mengetahui bagaimana metodologi penulisan yang digunakan.
5. Supaya mengetahui faktor yang melatarbelakangi penulisan buku.
6. Agar dapat memahami isi kandungan buku The Venture of Islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Bibliografis Buku
a) Judul : The Venture of Islam
b) Penulis : Marshall G. S. Hodgson
c) Penerbit : The University of Chicago Press
d) Tempat Terbit : Chicago
e) Volume : Satu & Dua
f) Tebal Buku : 591 halaman (Buku Satu)
4
terdiri hanya dari dua atau tiga halaman. Pada waktu yang bersamaan dia juga
sedang menggarap sebuah sejarah dunia. Menurut Reuben W. Smith awalnya
buku ini hanya untuk memenuhi kebutuhan mata kuliah sejarah peradaban Islam
di Universitas Chicago.
Marshall Hodgson tentu bukan satu satunya sejarawan yang dilahirkan oleh
Universitas Chicago, tetapi ia adalah seorang guru dari kajian sejarah baik dunia
maupun Islam yang selain dipengaruhi oleh rekan-rekannya juga mempunyai
pengaruh yang formatif terhadap visi historis yang dikembangkan di Universitas
ini pada masa sesudahnya. Pengaruh yang muncul dari geliat akademis seorang
Hodgson sangat besar dari pemikiran kesejarahan baik Islam maupun dunia
dikalangan sejarawan kontemporer di mana saja. Pendirian Hodgson terhadap
Islam secara jujur diakuinya bahwa beliau adalah seorang Kristen yang beriman,
sebab itu , baik dalam The Venture of Islam atau dalam karyanya yang lain, ia
tidak melakukan formulasi-formulasinya atas dasar agama yang mewakili agama
Kristen begitu saja, tetapi didasarkan pada pertimbangan yang telah
dikembangkan dalam disiplin modern kajian-kajian agama. Tiga volume karyanya
dalam The Venture of Islam; Conscience and History in a World Civilization telah
mengangkat seorang Marshall Hodgson menjadi salah satu sejarawanIslam yang
cukup berpengaruh di kalangan akademisi penggiat sejarah. Selain itu, Hodgson
dikenal oleh para koleganya sebagai sosok yang memiliki karakter asketis dan
militan. Sehingga ia dianggap sebagai pribadi yang tidak mudah diakomodasi
karena sifatnya yang obsesif, ambisius dan tidak suka dengan hal remeh-temeh
(trivial thing).
Di kalangan koleganya, Hodgson dikenal sebagai sosok sarjana yang konsisten
dengan pendiriannya, pantang menyerah dan jujur. Konsistensi Hodgson dapat
dilihat dalam ide- idenya tentang “proyek” The Venture of Islam semenjak ia
berusia 19 tahun. Dan semenjak itu pula selama kurang lebih 25 tahun kemudian
ia senantiasa memelihara dan mengembangkan ide-idenya itu secara konsisten
sehingga tercapai bentuk final yang ia torehkan dalam karya yang menjadi master
piece-nya.
Sedangkan kegigihannya tercermin dalam tipikalnya yang pekerja keras dan
tidak mudah puas. Ia terus menulis, merenungkan apa yang telah ditulisnya, lalu
5
menyusun kembali setelah mencari kritik dan saran dari rekan- rekannya.
Hodgson juga seorang historian sekaligus penulis yang jujur, secara terbuka ia
menunjukkan siapa jati dirinya dan bagaimana pandangan pribadinya. Meskipun
ia mempunyai latar belakang ajaran Quaker (Kristen), akan tetapi ia terus
berusaha untuk seobjektif mungkin dalam menafsirkan sejarah.
Hodgson mempunyai sebuah rencana besar, rencana yang berusaha untuk
menempatkan sebuah pendekatan yang benar- benar baru dalam kajian sejarah.
Suatu pendekatan yang diharapkan dapat memberikan gambaran yang objektif
tentang sejarah. Rencana serta visi-visi Hodgson yang masih berwujud “file” yang
masih berserakan dan belum tersusun, dikumpulkan serta di edit kembali oleh
kolega dekatnya yaitu Reuben Smith. Kemudian diterbitkan oleh universitas
Chicago. Pada awalnya Hodgson berniat untuk menulis sejarah tentang dunia –
selain The Venture of Islam dan Rethinking World History–, akan tetapi sebelum
menyelesaikan apa yang menjadi keinginan serta ambisinya tersebut, Hodgson
harus menutup lembar kehidupannya dalam usianya yang masih sangat muda.
6
yang mencetuskan aliran pemikiran di berbagai bidang ilmu seperti mazhab
ekonomi Chicago dan mazhab arsitektur Chicago.
Cuaca Intelektual di Universitas Chicago
Hodgson, pengajar dan peneliti di University of Chicago, kerap diberi predikat
seorang sejarawan dengan spesialisasi kajian Islam. Ia memimpin kajian
interdisipliner Committee on Social Thought di Universitas tersebut. Committee
on Social Thought, University of Chicago, tempat di mana Hodgson memperoleh
PhD (1951), dengan program interdisiplin, mendapat posisi yang khusus dalam
lingkungan academia di Amerika. Lembaga ini menawarkan pendekatan
multidisiplin yang mengkaji secara komprehensif pertanyaan-pertanyaan
fundamental mengenai manusia.
Buku The Venture of Islam merupakan buku ajar mahasiswa awal untuk
“Pengantar Peradaban Islam” di University of Chicago yang diampu oleh
Hodgson sejak 1958. The Venture of Islam adalah produk yang unik dari sebuah
kurun waktu tertentu. Tempat proses kreatif dan dunia kehidupan penulisnya
merupakan variabel penting untuk memahami karya ini.
The Venture of Islam mencerminkan atmosfir The University of Chicago pada
dekade 1950an dan 1960an. Karya ini hadir di periode akhir jabatan Rektor
Universitas yang memiliki reputasi tinggi dan pengaruh mendalam, Robert
Hutchins (1929 – 1945).4 Tak terhindarkan pendekatan Hodgson sangat kuat
diwarnai oleh kurikulum Universitas tersebut yang pada masanya berorientasi
pada Buku Agung (Great Books).5
The Venture of Islam terbentuk dalam dan lewat laboratorium Committee on
Social Thought yang pada 1950an dan 1960an memiliki program interdisipliner.
Pada tahun wafatnya (1968), Hodgson masih menjabat pimpinan komite ini.
4
Robert Maynard Hutchins (1899 – 1977), adalah seorang pemikir pendidikan, Dekan Yale Law
School (1927–1929), dan Rektor University of Chicago (1929–1945). Ketika menjabat rektor, ia
melakukan eksperimen pendidikan yang menimbulkan banyak diskusi. Ia membangun sistem
pedagogi berdasarkan Great Books, Socratic dialogue, dan comprehensive examinations. Jejak-
jejak Hutchins Plan masih bisa dirasakan hingga sekarang di Universitas ini.
5
Great Books of the Western World adalah 54 volume serial buku yang diterbitkan Encyclopaedia
Britannica Inc. di AS pada 1952. Serial ini kemudian diterbitkan ulang dan ditambah menjadi 60
volume. Tiga kriteria agar sebuah buku bisa dimasukkan ke dalam serial Great Books ini. Pertama,
buku tersebut memiliki posisi penting dalam konteks historis, sekaligus relevan terhadap isu-isu
kontemporer. Kedua, buku ini jika dibaca ulang memberikan inspirasi baru pada kurun waktu yang
berbeda; Ketiga, buku ini harus masuk ke dalam 25 kriteria pokok dari 102 bagian ide-ide agung
yang disyaratkan oleh para editor. Proyek Great Books of the Western World dimulai di
University of Chicago, ketika universitas ini dipimpin oleh Robert Hutchins (1899 – 1977).
7
Pemikir-pemikir, seperti John U. Nef (1899 – 1988), Mircea Eliade (1907 –
1986), dan Edward Shils (1910 – 1995), memberikan sentuhan cara berpikir
Hodgson yang signifikan. Dalam buku itu terungkap pengaruh beberapa
koleganya dalam kajian Islam: Gustave von Grunebaum (1909 – 1972), 6 Muhsin
Mahdi, Robert McC. Adams, Wilfred Madelung, Clifford Geertz, Lloyd Fallers,
dan Reuben Smith. Nama William McNeill tidak boleh dilupakan. Buku Rise of
the West7 memainkan peranan penting, baik sebagai model maupun sebagai
‘pengganggu’ yang selalu menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak
konvensional terhadap proses kreatif Hodgson, dalam menyusun sejarah dunia.
Burke menyebut nama William H McNeill (1917 – 2016), sebagai penghantar
masuk ke dalam pembahasan Hodgson.8 Lewat tulisan The Rise of the West
(1964), McNeill melakukan terobosan inovatif dalam pelukisan sejarah yang
menyimpang dari pakem yang Eropa-sentris. Eksperimennya merupakan koreksi
atas penulisan sejarah bertradisi Marxis, yang menggunakan abad 16 yang
menandai berlangsungnya kapitalisme sebagai awal sejarah.9 Menyimpang dari
tren tersebut, McNeill meletakkan modernitas dalam konteks panjang sejarah
manusia. Dalam tulisannya, ia memperlihatkan bahwa tempat dan posisi Eropa
dalam sejarah selalu menyimpan problematika.
Dalam tantangan dilematis inilah sumbangan Marshall G.S. Hodgson menjadi
relevan. “On Doing World History” adalah sebuah ringkasan gagasan Hodgson
mengenai bagaimana sejarah dunia ditulis, yang juga merupakan kritik terhadap
buku William McNeill The Rise of the West. Filsafat Hodgson mengenai manusia
mewarnai penulisan sejarahnya. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang
memiliki kapasitas untuk mencari makna dan pengertian hingga yang paling
6
Hodgson mendedikasikan karya The Venture of Islam untuk Gustave Edmund von Grunebaum
(dan John U. Nef) yang lahir di Wina (Austria) pada 1909 – 1972, dan wafat di Los Angeles AS,
seorang sejarawan yang meminati sastra dan puisi Arab klasik. Pada 1938, dia bermigrasi ke AS,
dan bergabung dengan University of Chicago (1943) dan UCLA (1957).
7
William McNeill, The Rise of the West: A History of the Human Community (Chicago: The
University of Chicago Press, 1964).
8
William H. Mcneill, “The Rise of the West after Twenty-Five Years”, Journal of World History,
Vol. 1, No. 1 Spring 1990: 1-21; Edmund Burke III, “Introduction: Marshall G.S. Hodgson and
World History”, dalam Marshall G. S. Hodgson dan Edmund Burke, Rethinking World History:
Essays on Europe, Islam and World History, (Cambridge-New York : Cambridge University
Press, 1993), hal. 9-10.
9
Tradisi Marxis memiliki paradigma yang menjelaskan sejarah sebagai rangkaian peristiwa
interaksi sosial ekonomi manusia dan masyarakat. Ia merupakan pertukaran kultural dalam
peradaban manusia.
8
ujung. Untuk itulah sejarah manusia yang banyak dibatasi oleh kerangka-kerangka
tertentu hanya akan menghambat pencarian manusia hingga lapisan radikal itu.
Apa urusan dan kepentingan menyebutkan nama demi nama di atas yang
menambah sesak halaman ini? Tiada lain untuk menegaskan konteks dan ‘cuaca’
intelektual yang sangat kondusif di University of Chicago pada masa itu. Albert
Hourani menulis, “Sulit untuk membayangkan bahwa The Venture of Islam itu
akan ditulis dengan corak semacam itu dan diproses di tempat lain manapun,
selain di University of Chicago, dan pada periode itu”.10
D. Metodologi Penulisan
Penulisan sejarah adalah usaha rekontruksi peristiwa yang tejadi di masa
lampau. Penulisan ini bagaimana pun baru dapat dikerjakan setelah dilakukan
penelitian, karena tanpa penelitian penulisan menajdi rekontruksi tanpa
pembuktian. Dalam penelitian dibutuhkan kemampuan untuk mencari,
menemukan, dan menguji sumber-sumber yang benar. Sedangkan dalam
penulisan dibutuhkan kemampuan menyususn fakta-fakta yang bersifat
fragmentaris ke dalam uraian yang sistematis, utuh, komunikatif.Keduanya
membutuhkan kesadaran teoritis yang tinggi serta imajinasi histories yang baik.
Sehingga, sejarah yang dihasilkan bukan saja dapt menjawab pertanyaan-
pertanyaan elementer, yang terkait pada pertanyaan pokok, tentang “apa, siapa, di
mana, dan apabila”, tetapi juga mengenai “bagaimana” serta”mengapa dan apa
jadinya”.
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaa elementer dan mendasar di atas
adalah “fakta sejarah” dan merupakan unsure yang memungkinkan adanya
“sejarah”. Sedangkan jawaban pertanyaan “bagaimana” adalah suatu rekontruksi
yang berusaha menjadikan semua unsur itu terkait dalam suatu deskripsi yang
disebut “sejarah”, dan secara teknis disebut “keterangan histories” (history
explanation). Adapun jawaban terhadap pertanyaan “mengapa dan apa jadinya”,
yang menyangkut masalah kausalitas adalah hasil puncak yang bisa diharapkan
dari studi sejarah, yang biasa disebut sebagai studi sejarah kritis.
10
Albert Hourani “Marshall Hodgson and The Venture of Islam”, Journal of Near Eastern Studies
37,1 (1978): 53-62.
9
Dalam menulis buku The Venture of Islam yang dianggap sebagai sebuah
karya magisterial pikiran sejak publikasi pada awal 1975, Hudgson
menginterpretasikan sejarah perkembangan peradaban Islam dari sebelum
kelahiran Muhammad ke tengah abad kedua puluh, didahului dengan penelitian
dan disertai dengan analisis terhadap peristiwa-peristiwa di masa silam, terutama
dalam menggali jawaban terhadap pertanyaan “mengapa dan apa jadinya” tentang
sejarah perdaban Islam. Sehingga dapat dikatakan, penulisan sejarah perdaban
Islam yang dilakukan oleh Hudgson dikatagorikan studi sejarah kritis. Efrinaldi
dalam tulisannya “Dekontruksi Hukum Islam dan Kristalisasi di Indonesia”
menyebutkan bahwa Hodgson menggunakan pendekatan historis-sosiologis.
10
meliputi Asia, Afrika dan Eropa (karena belahan bumi barat, yaitu benua
Amerika, belum .diketemukan.). Dan sistem politik yang diciptakannya adalah
sistem politik berdasarkan madanîya, civility, keadaban, yang bertumpu kepada
paham dasar supremasi hukum. Sistem politik itulah yang oleh Robert N. Bellah
disebut sebagai sangat modern, mungkin terlalu modern untuk zamannya sehingga
tidak bertahan utuh cukup lama, namun tetap menjadi model masyarakat nasional
yang adil, terbuka, egaliter dan partisipatoris. Menurut Bellah, masyarakat serupa
itu belum pernah terbayangkan pada umat manusia sebelumnya, dan menurut
Martin Lings tetap menyediakan keteladanan bagi umat manusia saat ini dan
sepanjang masa.
Di samping itu, di dalam buku ini juga dijelaskan bahwa Islam dalam konteks
sejarah tidak pernah tercatat menghilangkan budaya lokal. Sebagaimana
dikemukakan oleh Hodgson, dalam sejarah kelahirannya Islam selalu tampil
dalam format dialog-dialog agama dan dialog-dialog peradaban. Islam hadir
memberi warna baru dan mengisinya dengan nilai atau ajaran yang lebih universal
dan bernuansa spiritualitas. Nabi Muhammad saw di Arab mengganti tradisi haji
yang berbau jahiliah dengan ajaran Islam. Bahkan, mengubah perilaku buruk yang
membudaya di Makkah dan Madinah menjadi sebaliknya.
Fakta hitoris itulah yang kemudian oleh Marshall G.S. Hodgson disebut
“Islamicate”, budaya yang bercorak Islam. Hodgson dalam studi peradaban Islam,
menganjurkan dalam melihat realitas Islam di dunia harus bisa membedakan
antara Islam sebagai doktrin (Islamic) dan fenomena ketika doktrin itu masuk dan
berproses dalam sebuah masyarakat-kultural yang disebut “Islamicate”. Kemudian
juga harus melihat konteks sosial dan kesejarahan, khususnya saat Islam menjadi
sebuah fenomena “dunia Islam” yang politis dalam kenegaraan yang disebut
dengan “Islamdom”.
Islamicate merupakan karakteristik pendekatan Islam pada wilayah
kekuasaan, terutama Timur Tengah. Bermula dari sebuah agama, kemudian
berkembang menjadi sebuah sistem yang menata kehidupan masyarakat, dan
meliputi segenap aspek kehidupan.
Senada dengan di atas, Hodgson juga mengatakan bahwa Timur Tengah yang
mempunyai perdaban yang tinggi (dia mengatakan dengan the Irano-Semitic
11
tradition of the Nile-to-Oxus region) telah dimodifikasi oleh Islam. Teknik
pemerintahan, kebudayaan urbanisasi Persia telah diadopsi oleh Islam dan bahkan
telah mempengaruhi cara pandang mereka.
Ekspansi Islam ke wilayah yang baru berdampak pada ketidakdominan
budaya muslim, karena sebagai pendatang baru, dibanding dengan penduduk
setempat.
Munculnya Istilah: Islamic, Islamicate, dan Islamdom
Kata “Islam” oleh sebagian orang selalu dikonotasikan sebagai sebuah wujud
yang utuh antara doktrin dan praktik yang dilakukan oleh para pemeluknya.
Padahal dalam kajian yang lain, terutama dalam tinjauan sejarah, hubungan
doktrin dan pelbagai praktik peradabannya, terutama di masing-masing wilayah,
masih mengandung “jarak” yang sangat memungkinkan untuk bisa dibedakan dan
dibicarakan secara objektif.
Islam memiliki karakteristik global, dapat diterima dalam setiap ruang dan
waktu. Namun pada sisi yang lain, saat ia memasuki pelbagai kawasan wilayah,
karakteristik globalnya seolah-olah hilang melebur ke dalam pelbagai kekuatan
lokal yang dimasukinya. Dengan demikian, Islam seringkali dipandang sebagai
agama yang memiliki kesatuan dalam keragamannya (unity in variety); kesatuan
dan universalitas Islam dalam aspek-aspek teologi dan spiritualnya, sementara
lokalitas keragamannya berada dalam pola-pola penerapan dengan variasi kultural
masing-masing.
Marshall G.S. Hudgson menganjurkan kepada setiap pengkaji Islam, terutama
dalam melihat realitas Islam di dunia, harus bisa membedakannya dalam tiga
bentuk fenomena Islam sebagai sasaran studi.
Pertama, fenomena Islam sebagai doktrin (Islamic), kedua, fenomena ketika
doktrin itu masuk dan berproses dalam sebuah masyarakat-kultural (Islamicate)
dan mewujudkan diri dalam konteks sosial dan kesejarahan tertentu. Dan ketiga,
ketika Islam menjadi sebuah fenomena “dunia Islam” yang politis dalam lembaga-
lembaga kenegaraan (Islamdom) yang bertolak dari konsep ”dar al-islam”,
sebagaimana pula yang terjadi di dunia Kristen, Christiandom; di mana ketentuan-
ketentuan hukum berlaku sebagaimana Al Quran atau Injil.
12
Sekalipun dikatakan demikian, kedua fenomena terakhir (islamicate dan
islamdom) tidak bisa memberikan jaminan secara pasti bahwa seluruh prilaku
umatnya berjalan persis sesuai dengan teks doktrin. Dengan kata lain, islamicate
dan islamdom merupakan fenomena Islam yang telah terlontar dalam kancah
sejarah dalam konteks struktural tertentu pada pelbagai ruang dan waktu yang
berbeda dan mengikatnya. Dengan demikian kajian kawasan dunia Islam yang
dimaksud dalam buku ini berada dalam wilayah riset islamicate dan islamdom.
Dengan hadirnya buku ini, cara pandang yang salah terhadap Islam bisa
semakin berkurang. Cara pandang yang menyejajarkan Islam dengan terorisme
dan gerakan-gerakan radikalisme akan semakin terbantahkan. Adanya keragaman
praktik keislaman yang disebabkan oleh kultur dan politik menjadi alasan bahwa
sesungguhnya Islam tidak bisa dipersalahkan.
Aspek yang Dianggap Lemah
Di dalam bukunya The Venture Of Islam, secara tegas Marshall GS Hodgson
membedakan antara Islam sebagai agama, tatanan politik Islam dahulu dan kini,
dan kultur Islam secara menyeluruh. Untuk yang pertama, Hodgson menciptakan
istilah Islam dan islami (Islamic). Yang kedua, ia menggunakan istilah Islamdon
(dunia islam), yang dapat disejajarkan dengan Christenidom, dan untuk yang
terakhir, ia memakai istilah Islamicate.
Buku ini sebenarnya merupakan bacaan wajib bagi mata kuliah Islamic
Civilization di Universitas Chicago, Amerika Serikat, yang merupakan mata
kuliah wajib bagi mahasiswa-mahasiswa Departemen Bahasa-bahasa dan
Peradaban Timur dan Pusat Penelitian Timur Tengah – yang dirancang sendiri
oleh Hodgson. Menurut Mulyadhi Kartanegara, penterjemah buku ini,
mengatakan bahwa buku ini bukanlah karya yang mudah dipahami bahkan oleh
orang yang mahir dalam berbahasa Inggris, apalagi menerjemahkannya, dan
terlebih lagi bagi kita yang membacanya dalam bahasa Indonesia. Ini adalah karya
yang sulit dipahami, bukan sebuah buku yang dibuat dengan ringan. Perlu adanya
kesabaran khusus dan ketelitian yang mendalam disertai dengan daya analisis
yang tinggi.
Di samping itu, di dalam kesempurnaanya itu, masih terdapat titik kelemahan
menurut berbagai ahli sejarah. Salah satu yang mengkritik Hodgson adalah Bryan
13
S. Turner yang termuat di dalam bukunya, Runtuhnya Universalitas Sosiologi
Barat.
Menurut Turner, pendekatan Hodgson ternyata masih gagal untuk
melepaskan dirinya secara total dari asumsi-asumsi asosiologis orientalisme
tradisional. Dalam pandangan Hodgson, Islam, sebagai agama maupun sistem
sosial, diperlakukan sebagai perjalanan kesadaran nurani personal yang bersifat
batin (kesalehan) dalam menciptakan peradaban yang impersonal dan lahiriah.
Hati nurani (conscience) dianggap sebagai sebuah aktivitas kreatif paling kecil
bagi seorang muslim ketika menghadapi realitas di luarnya.Turner menyimpulkan
pendekatan Hodgson terhadap kesalehan/agama memunculkan apa yang disebut
“kekebalan” (imunitas) sosiologis bagi keimanan. Sehingga kritik Turner,
penjelasan Hodgson terhadap bagaimana memahami sistem kepercayaan asing
tampak tidak memuaskan, karena jawabannya tidak meyakinkan. Sebab Islamdom
dan islamicate dan bahkan Islam sebagai agama adalah bersifat publik dan dapat
dijelaskan secara sosilologis; sedangkan kesalehan, kepercayaan, dan kesadaran
nurani (conscience) adalah hal yang privat, memiliki integritas tersendiri yang
tidak terkontaminasi oleh faktor-faktor sosiologis. Di samping itu, Hodgson
sendiri adalah pemeluk Kristen yang kuat sehingga dia menolak setiap usaha
untuk memilih elemen tertentu dari Kristen dan Islam yang dapat dianggap sama
dan dapat diperbandingkan. Menurut Turner, setiap usaha ke arah sinkretis,atau
setiap pandangan yang menganggap bahwa semua agama adalah sama karena
semuanya berpijak pada suatu respon kemanusiaan terhadap ilahi ditolak oleh
Hodgson.
14
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
The Venture of Islam ini merupakan karya yang sangat luar biasa. Namun
Hodgson juga menyadari bahwa ia harus lebih melatih lagi tradisi epistimologi
yang ia miliki. Dan berusaha konsisten untuk menempatkan peradaban Islam di
dunia dalam konteks historis. Prestasi paling penting dari Hodgson, yaitu
mengajarkan kita semua (termasuk sarjana non-Islam), terletak pada upaya untuk
merancang kerangka baru penulisan sejarah dunia.
II. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari para pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Alfauzan. 2012. Books Review: The Venture of Islam: Conscience and
History in a World Civilization. NUANSA, 11(2), 78-85.
Hodgson, Marshall G.S. 1974. The Venture of Islam : Conscience and History in
a World Civilization, The Expansion of Islam in The Middle World. Volume
1-2. Chicago: The University of Chicago Press.
Suaedy, Ahmad. 2021. Islam Nusantara: Journal for Study of Islamic History and
Culture, 2(1), 41-69.
16