Anda di halaman 1dari 19

KAWASAN STUDI ISLAM

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Metodologi Studi Ialam”

Dosen Pengampu :

Ika Maula Nur Fauziyah, S.Ag., M.Ag.

Oleh :

Dwi Ana Rahmawati (207230028)


Zheina Afrila Mawadhani (207230075)

PROGRAM METODOLOGI STUDI ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, karena karuniaNya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “KAWASAN STUDI
ISLAM” dengan maksimal tanpa ada halangan apapun. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam yang diampu oleh Ibu Ika
Maula Nur Fauziyah, M.Ag.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang


komprehensif mengenai metodologi studi Islam, kawasan studi islam mulai dari
konsep dasar hingga penerapannya dalam konteks kontemporer. Melalui
pembahasan yang sistematis dan mendalam, diharapkan pembaca dapat
memperoleh wawasan yang luas serta keterampilan yang diperlukan dalam
mengkaji dan memahami Islam secara holistik. Kami berharap agar makalah ini
dapat menjadi sumber rujukan yang bermanfaat bagi para mahasiswa, akademisi,
dan pembaca yang tertarik untuk mendalami studi Islam secara lebih mendalam.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan buku ini.

Dengan demikian, kami berharap bahwa pembaca dapat memperoleh manfaat


yang berharga dari pembahasan ysng ksmi sajikan dalam buku ini.

Ponorogo, 22 Februari 2024

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
A. Asal-Usul Studi Kawasan Islam .......................................................................... 5
B. Orientalisme : Melihat Islam Kritis .................................................................... 6
C. Oksidentalisme : Menjawab Islam Sejati ........................................................... 8
D. Tokoh-Tokoh Orientalisme Dan Oksidentalisme .............................................. 9
E. Dunia Islam Sebagai Objek Studi Antara Timur Dan Barat ......................... 13
BAB III............................................................................................................................. 17
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Studi Islam telah menjadi subjek penting dalam kajian akademik dan sosial di
seluruh dunia, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dari kebudayaan,
politik, hingga ekonomi. Seiring dengan peningkatan minat global terhadap Islam,
terdapat kebutuhan yang semakin meningkat untuk memahami dan menganalisis
berbagai aspek yang berkaitan dengan agama, sejarah, filsafat, hukum, dan budaya
Islam. Dengan demikian, penelitian dalam Kawasan Studi Islam memainkan peran
kunci dalam mempromosikan dialog antarbudaya, memperkuat pemahaman
antarumat beragama, serta memberikan wawasan yang mendalam dalam
memahami dinamika sosial dan politik di dunia Muslim dan di luar dunia Muslim.
Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan pemahaman yang komprehensif
tentang kawasan studi Islam guna menghadapi tantangan dan peluang yang muncul
dalam konteks global saat ini.

Kawasan Studi Islam juga melibatkan analisis terhadap pandangan orientalis


dan oksidentalis terhadap Islam. Orientalis adalah mereka yang mempelajari dan
menganalisis budaya, agama, dan sejarah Timur, termasuk Islam, dengan seringkali
menggunakan pendekatan yang dipandang dari sudut pandang Barat. Pendekatan
orientalis sering kali mencerminkan bias dan stereotip yang dapat memengaruhi
pemahaman umum tentang Islam. Di sisi lain, oksidentalis adalah mereka yang
mempelajari dan menganalisis kebudayaan, agama, dan sejarah Barat dengan cara
yang serupa, sering kali dengan fokus pada perbandingan dengan Islam dan budaya
Timur. Pemahaman yang mendalam tentang pandangan orientalis dan oksidentalis
terhadap Islam penting untuk mengidentifikasi dan menafsirkan berbagai narasi
tentang Islam, serta untuk memahami implikasi politik, sosial, dan budaya dari
pandangan-pandangan tersebut dalam konteks studi Islam secara keseluruhan.

3
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal usul studi kawasan islam


2. Apa itu orientalisme?
3. Apa itu oksidentalisme?
4. Sebutkan tokoh-tokoh orientalisme dan oksidentalisme!
5. Bagaimana dunia islam dapat menjadi objek studi antara timur dan barat?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui asal usul studi kawasan islam.


2. Dapat mendeskripsikan tentang orientalisme.
3. Dapat mendeskripsikan tentang oksidentalisme.
4. Mengetahui tokoh-tokoh orientalisme dan oksidentalisme.
5. Mengetahui bahwa dunia islam dapat menjadi objek studi antara timur
dan barat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal-Usul Studi Kawasan Islam

Studi artinya: penyelidikan, bahan pelajaran. (John M. Echols, 2000:563) dalam


kamus besar Indonesia Studi adalah penelitian ilmiah; kajian; telaahan. Sedangkan
pengertian kawasan artinya: wilayah daerah, lingkungan. (WJS Poer Wadarminta,
1974:43) dalam kamus besar Indonesia kawasan adalah daerah tertentu yang
mempunyai ciri tertentu, seperti tempat tinggal, pertokoan, industri, dan
sebagainya. Dapat kita simpulkan bahwa studi adalah sesuatu yang diselidiki
dengan tujuan untuk menambah pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Sedangkan
kawsan adalah wilayah tertentu yang memiliki kekhasan dalam hal ini adalah
kawasan islam. Sehingga studi kawasan adalah suatu penyeledikan yang
tersistematika melalui proses penelitian ilmiah dengan tujuan untuk mengungkap
pengetahuan tentang wilayah atau daerah yang akan diselidiki. Dalam hal ini studi
kawasan islam yang akan dipaparkan dalam chapter ini. Kawasan islam menarik.
untuk di telaah mengingat islam adalah agama terbesar kedua didunia dengan nilai
1.8 millyar dan terbesar pertama di negara Indonesia.

Asal-usul kawasan islam sehingga menjadi kajian dalam tulisan ini adalah islam
agama yang besar dan memiliki syariat yang menarik dan berbeda dengan beberapa
agama di dunia. Sosial, politik, budaya dan ekonomi yang sangat kontras memiliki
perbedaan dengan agama lainnya. Contoh dalam politik islam diharuskan memilih
pemimpin seiman dan seaqidah, ini adalah contoh kecil perbedaan.

M.Ma'ruf Habibi Ana Mas'udah Presentasi berjudul: "Studi Kawasan Islam


Transcript presentasi mengatakan bahwa: Paral ahli kenegaraan sejak zaman yunani
sekitar tahun 450-an SM. Telah memperhatikan persoalan hubungan antar batas-
batas wilayah sebuah negara. Ptolemy, thucididas, hecataeus, dan herodotus
merupakan sejarawan yunani yang cukup intens dengan kajian-kajian wilayah yang
di kenalnya, baik melalui cerita orang maupun dari hasil pengamatan terhadap
wilayah- wilayah yang mereka kunjngi. Selain sejarawan mereka juga pengelana.

5
Seribu tiga ratus (1300) tahun kemudian, kaum muslimin memiliki kemampuan
yang luar biasa dalam mengembangkan studi kawasan ini dengan berbagai corak
ragam yang lebih dinamis lagi. Karya-karya mereka telah melampaui sejarawan
yunani, dimana pembahasanya bukan lagi berbicara tentang realitas sejarah, tetapi
lebih maju lagi, yaitu cara-cara menanganinya. M. Ma'ruf Habibi Ana Mas'udah
juga mengatakan bahwa munculnya berbagai karya sejarah dengan tema-tema
kajian wilayah di mulai dari awal penciptaan sampai di huni umat manusia,
merupakan kajian- kajian yang sangat populer dan hampir dapat di temukan dalam
karya-karya sejarah klasik islam, Sekalipun kajian geografi sebagai disiplin ilmu
agak berbeda dengan sejarah, di kalangan sejarawan islam hal ini tidak bisa di
pisahkan begitu saja, karena objek pembahasan antara keduanya saling melengkapi
karena kajian sejarah sangat membutuhkan kajian tentang ruang dan waktu sebagai
aktivitas pelakunya.

Oleh karena itu karya-karya tentang geografi dan sejarah kepribadian dan
pengalaman yang dianggap kebalikan dari definisi Barat itu sendiri. Namun, Timur
bukanlah sebuah khayalan; Timur adalah suatu bagian integral dari peradaban dan
kebudayaan material bangsa Eropa. Orientalisme mengungkapkan dan
menampilkan bagian tersebut secara budaya, dan bahkan ideologis; sebagai sebuah
mode of discourse dengan lembaga-lembaga, perbendaharaan, bahasa, studi
kesarjanaan, lambang-lambang dan doktrin yang mendukungnya seperti birokrasi
zaman colonial.1

B. Orientalisme : Melihat Islam Kritis

Orientalisme merupakan suatu pemahaman, cara pandang, deskripsi atau bahkan


identifikasi Barat tentang Dunia Timur dengan segenap kompleksitas budaya,
agama, bahasa, ekonomi maupun politiknya.2 Diskusi tentang Orientalisme dan
Oksidentalisme pada zaman mutakhir ini Iteratur keislaman dibanjiri oleh bahan-
bahan dalam berbagai bahasa Barat yang kaya. Ini merupakan keunggulan
tersendiri bagi kaum Muslim yang tidak mengenal bahasa Inggris, dan bisa menjadi

1
M.A Syibran Mulasi, Metodologi Studi Islam, ed. S.Pd.i Ahmad Syaripudin, 2021.
2
MA Dr. Badarussyamsi, Memoles Wajah Islam (Yogyakarta: LKIS, 2017).

6
sebab semakin melebarnya jurang intelektual antara yang tersebut terakhir ini
dengan yang pertama. Ada perkara lain yang menimbulkan tidak saja problema
teknis, melainkan sering meningkat menjadi bersifat ideologis, yaitu perkara
Orientalisme Salah satu masalah yang sering muncul dalam pembicaraan tentang
kajian Islam. Lebih-lebih lagi semenjak terbitnya buku Edward Said, Orientalism,
singgungan kepada Orientalisme itu dalam nada-nada yang amat negatif semakin
banyak mendapatkan bahan.

Sikapnya yang lebih jelas, obyektif dan konsisten terhadap Orientalisme.


pendidikan tinggi Islam di Mesir yang melanjutkan ke Paris, dan yang kemudian.
Lepas dari retorika-retorika anti Beral-nya, namun orang tak akan luput mendapati
hampir keseluruhan konstruksi akademiknya dibangun atas dasar lebih banyak
unsur-unsur yang ia dapatkan dari Barat-tegasnya, kaum Orientalism daripada
lainnya. yang paling banyak memperoleh tidak hanya perkenalan tapi malah
penyerapan. Mereka juga ingin tahu pandangan Islam terhadap agama mereka,
Ketika gelombang Helenisme pertama dan kedua masuk ke dunia Islam, kaum
muslimin sedang berada dalam posisi yang relatif kokoh sehingga gelombang-
gelombang tersebut dapat ditanggapi dengan penuh kreativitas Sementara itu
gelombang Helenisme ketiga ini terjadi justru bersamaan dengan. Hal ini
mengakibatkan kurang kreatifnya muslimin menghadapi gelombang yang jauh.3

Edward W. Said dalam karya monumentalnya Orientalism, setidaknya telah


mendefinisikan orientalisme ke dalam beberapa pengertian yakni, pertama,
orientalisme merupakan suatu gaya berpikir yang berdasarkan pada pembedaan
ontologis dan epistemologis antara The Orient (Timur) dan hampir selalu The
Occident (Barat). Kedua, orientalisme merupakan suatu lembaga (sarana) untuk
berurusan dengan Timur, dengan membuat pernyataan tentangnya,
mewewenangkan. pandangan tentangnya, mendeskripsikannya dengan
mengajarinya sehingga orientalisme tidak lebih dari gaya Barat untuk
mendominasi, menata kembali dan menguasai Timur. Ketiga, orientalisme

3
Muh. Syamsuddin, “Orientalisme, Oksidentalisme Dan Filsafat Modern Kontemporer” 18.01
(2018).

7
merupakan keseluruhan jaringan kepentingan- kepentingan yang berkaitkan dengan
setiap kesempatan untuk memperbincangkan entitas Timur.4

C. Oksidentalisme : Menjawab Islam Sejati

Suatu catatan yang penting bahwa Oksidentalisme yang pada intinya mengkaji
dan memahami pemikiran dan budaya Barat yang menurut James G Carnier
occidentatalisme sebagai images of the west dan sebagai konsep yang mengarah
pada antropologi. Berkaitan dengan Oksidentalisme, Ramont Lindistran.
membedakan antara ethno-orientalism dan ethno-occidentalisme, yang pertama.
membicarakan masalah self(diri) dan yang kedua membicarakan Barat (West).
Suatu pemikiran tentang Oksidentalisme disampaikan oleh Majid Fakhry seorang
filosof dan guru besar dalam filsafat Islam, beliau membicarakan Oksidentalisme
dalam kaitannya mencari identitas budaya. Menurut Majid Fakhry, pencarian
identitas budaya dalam Islam sudah sejak lama dilakukan oleh para pemikir Islam.5

Oksidentalisme pada awalnya lahir lebih sebagai reaksi ketimbang sebuah proyek
peradaban yang memiliki tujuan tertentu. Dalam kaitan ini ada indikasi
ketidakpuasan terhadap orientalisme yang telah ada sebelumnya, karena cenderung
bias dan tidak lepas dari subyektifitas kebaratan. Orientalisme juga tidak lebih
sebagai sebuah "promosi" peradaban Barat yang kurang mendapatkan kritik
(kecuali untuk perkembangan terakhirnya seperti dilakukan Tibawi dan Said).
Selain itu, oksidentalisme agaknya lahir karena faktor emosional terhadap Barat
yang memperoleh kesuksesannya "dari Timur" bukan hanya dengan menjadikan
Timur sebagai obyek, namun sekaligus menjadikan Timur sebagai "karir" buat
mereka.

Hegemoni dan penguasaan Barat atas Timur menciptakan kebencian rasial yang
mendalam. Kebencian itu diekspresikan dengan upaya-upaya menjawab dan
membongkar kepalsuan Barat, khususnya berupa kritik terhadap orientalisme. Buat
orang Barat, lewat orientalisme, Islam adalah "the work of devil", Al-Quran adalah

4
Dr. Badarussyamsi, Memoles Wajah Islam.
5
Muh. Syamsuddin, “Orientalisme, Oksidentalisme Dan Filsafat Modern Kontemporer.”

8
"a tissue of absurdities" dan Nabi Muhammad adalah "a false prophet", "an impos
tor" atau "anti-christ"." Propaganda semacam ini secara jelas telah sukses memberi-
kan image buruk tentang Islam. Sejarah orientalisme adalah sejarah dendan dan
keinginan untuk menguasasi budaya lain yang dianggap sebagai ancaman buat
eksistensi Barat. Hal ini terus berlanjut hingga sekarang, meskipun harus diakui kini
ada beberapa Orientalis yang bersikap netral. Ramalan Samuel Huntington tentang
akan terjadinya clash of civilization agaknya berangkat dari kenyataan ini

Munculnya kritik-kritik terhadap "kepalsuan orientalisme" dan hadirnya penulis-


penulis Barat yang netral dalam mengkaji ketimuran mengantarkan terjadinya
pergeseran dalam kajian Orientalisme. Orientalisme tidak lagi menjadi alat sebagai
mana yang dipakai hingga awal abad ke duapuluh meski beberapa metode yang
ditinggalkan oleh para Orientalis masa-masa itu masih tetap digunakan oleh
beberapa Islamolog dan pengkaji budaya bangsa Timur lainnya. Inilah yang
kemudian men- dorong dijadikannya orientalisme sebagai bidang kajian di
beberapa universitas Is- lam. Kajian ini pada tahap selanjutnya mengilhami studi
lebih lanjut terhadap budaya Barat yang dilihat dari sudut pandang dan perspektif
"selain Barat". Inilah oksidentalisme itu; dan inilah yang dilakukan oleh Hassan
Hanafi dengan melalui bukunya yang berjudul asli Muqaddima fi al-'Ilm al-
Istighrab.6

D. Tokoh-Tokoh Orientalisme Dan Oksidentalisme

Tokoh-tokoh orinentalisme di antaranya :

1. Ahlward, wilhelm (1828-1909)


Wilhelm Ahlwardt atau sering juga disebut William Ahlwardt, adalah
orientalis Jerman yang dilahirkan di kota Greifswald, kawasan Jerman Utara, dekat
laut Baltik, pada 4 Juni 1828 dan meninggal di tempat kelahirannya pada 2
November 1909. Dia adalah guru besar di Universitas Jerman, dan juga pengelola
perpustakaan di Universitas tersebut. Dia termasuk sosok ilmuwan yang paling

6
Ahmad Baidowi, “Filsafat Dan Pemikiran Keislaman” 03,02 (2003).

9
mumpuni dalam bahasa Arab, terutama dalam kajian syair-syair Jahiliah dan syair-
syair suku Arab yang lain.

Di antara hasil karya Ahlwardt adalah: al-'Aqdu ats-Tsâmin fi Dawawin asy-


Syu'ara al-Jahiliyyah (Greifswald, 1869); The Divans of the six ancient Arabic
Poets (London, 1870); Bemerkungen über der Aechtheit der altarabischen Gedichte
yang diterbitkan pada tahun 1872, dan satu abad kemudian, tahun 1972, buku ini
dicetak ulang dengan format barunya oleh penerbit Osnabrück, Biblio-Verlag;
Sammlungen alter arabischen, dalam tiga jilid buku yang ditulis antara tahun 1902-
1903; Placma'iyyat, nebst einigen Sprachgedichte, Diwân al-'Ajjāj (Berlin, 1903);
Diwân Ru'bah bin al-'Ajjaj, (Leipzig, 1903), yang kemudian. diterjemahkan ke
dalam bahasa Jerman (Berlin, 1904).7

2. Amari, Michelle (1806-1889)


Amari adalah sosok ilmuwan yang menerjuni bidang politik, sekaligus seorang
orientalis Italia. Ia dilahirkan di Palermo, Sicilia pada bulan Juni 1806.
Kecenderungannya sebagai politikus merupakan warisan dari ayahnya. Ayah
Amari adalah sosok politikus ulung, bahkan akibat dari kegiatan politiknya itu
ayahnya pernah dipenjarakan selama 30 tahun, yaitu sejak tahun 1822.8

Latar belakang pendidikan Michele Amari sangat mendukung karirnya. Sebagai


anak dari keluarga politikus, ia mendapatkan pendidikan yang baik. Pertama kali
menggeluti sejarah dan sastra, di samping itu ia juga menguasai dua bahasa, yaitu
Inggris dan Prancis. Ketika ayahnya dipenjara, Amari bertanggungjawab
menghidupi keluarganya yang terdiri dari ibu, saudara, dan dua adiknya. Dia
bekerja di sebuah kantor di Palermo, dan upah yang diterima itulah yang dipakai
untuk menghidupi keluarganya.

7
Abdurrahman Badawi, Ensiklopedia Tokoh Orientalis, ed. Fuad Mustafid (Yogyakarta: PT. LKIS
Printing Cemerlang, 2003).
8
Abdurrahman Badawi.

10
3. Conde, Jose Antonio (1765-1820)

Jose Antonio Conde adalah orientalis Spanyol yang lahir pada tahun 1765 di
Peraleja, kawasan Cuenca Spanyol Utara, dan meninggal pada 20 Oktober 1820, di
Madrid. Conde memperdalam ilmunya di Universitas Salamanga. Dia juga
mengajar di Alcala de Henares Madrid, dan maenjadi anggota Akademi Bahasa dan
Akademi Sejarah. Namun akibat pemikiran. politiknya, dia dicekal oleh Raja
Fernando Ketujuh tahun 1814 sehingga Conde hidup di Prancis dalam kondisi yang
memprihatin- kan. Atas perintah dari Raja, Conde tidak diperbolehkan mengajar di
manapun juga di Spanyol. Ketika Conde meninggal, sebagian sahabatnya turut
mengantarkan jenasahnya ke pemakaman, di antaranya adalah Ticknor dan
Moratin. Conde dituduh membantu. Prancis ketika menyerang Spanyol. Setelah
Colin meninggal, ia banyak dihujat oleh sebagian orientalis Spanyol, demikian juga
Dozy. Mereka menuduh Colin tidak menguasai bahasa Arab dengan baik.9

Di antara karya Jose Antonio Conde adalah Sejarah Penguasa Arab di


Spanyol berdasarkan atas manuskrip-manuskrip dan tulisan-tulisan Arab, dalam
tiga jilid (Madrid, 1820-1821). Karyanya ini kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Jerman oleh Kutischman (w. 1824-1825) dan ke dalam bahasa Prancis oleh
Marles (Paris, 1825); Khulafa Qurthübah (1820); Asy'ar Syarqiyyah (Madrid,
1819); Fi an-Nuqud al-'Arabiyyah (Madrid, 1817); El Evanteo, terjemahan
kashidah (1787); Abu Abdullan bin Muhammad asy-Syarif al-Idrisi (Madrid,
1799). ensiklopedia

Tokoh-tokoh oksidentalisme di antaranya :

1. Hasan Hanafi
Hasan Hanafi merupakan tokoh pemikir Muslim kontemporer berdarah
Maroko yang lahir d Kairo Mesir tepatnya pada 13 Pebruari 1935.10 Pendidikan
dasarnya diselesaikan pada tahun 1948 dimana pada proses menempuh

9
Abdurrahman Badawi.
10
Ph.D Al Makin, Antara Barat Dan Timur (jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, n.d.).

11
pendidikan tersebut dia juga telah mendalam Alquran di bawah bimbingan
Syekh Sayyid.
Kelahiran Oksidentalisme Hasan Hanafi bukan merupakan suatu konsep
yang tidak memiliki akar historis yang melatarbelakangi kelahirannya.
Menyikapi hal tersebut, George Lenczowski mengemukakan bahwa kelahiran
Hasan Hanafi disambut dengan pergolakan sosial politik yang cukup
mempengaruhi kondisi berbagai aspek kehidupan saat itu. Pergolakan sosial
politik tersebut adalah adanya dua kelompok dari dua kutub ideologi berbeda
yang saling berebut pengaruh satu sama lain yaitu partai komunis yang semakin
kuat atas pengaruh Uni Soviet di seluruh dunia serta kelompok Ikhwanul
Muslimin yang memiliki karakteristik gerakan yang anti Barat.11
2. A. Mukti Ali
A. Mukti Ali, lahir dengan nama lengkap Abdul Mukti Ali pada tanggal 6
September 1924 di Sumedang, Jawa Barat, merupakan seorang seniman serba
bisa yang dikenal sebagai penyair, sastrawan, seniman, dan intelektual
Indonesia. Ia tumbuh di masa kolonial Belanda dan mengalami berbagai
peristiwa sejarah yang memengaruhi pemikiran dan karyanya.
Pendidikan Mukti Ali tidak terlalu formal, namun dia memiliki keinginan
yang besar untuk terus belajar dan berkarya. Keterlibatannya dalam gerakan
kebudayaan dan politik juga cukup signifikan. Dia menjadi anggota Perserikatan
Perjuangan Pemuda Indonesia (PPPI) dan berkontribusi dalam gerakan
perlawanan terhadap penjajahan. Karya-karyanya telah diterbitkan dalam
berbagai antologi sastra dan beberapa di antaranya menjadi bagian dari
kurikulum sekolah di Indonesia. Mukti Ali meninggal pada tahun 2004, namun
warisannya sebagai salah satu tokoh sastra Indonesia yang berpengaruh terus
hidup melalui karyanya yang masih terus dibaca dan dipelajari.12
Menurut H.A. Mukti Ali, Oksidentalisme belum lahir di Indonesia.
Oksidentalisme perlu lahir bukan hanya untuk kepentingan umat Islam, tetapi

11
Al Makin.
12
Muh. Syamsuddin, “Orientalisme, Oksidentalisme Dan Filsafat Modern Kontemporer.”

12
juga untuk kepentingan bagi orang-orang Barat. Mereka juga ingin. tahu
pandangan Islam terhadap agama mereka.
3. Adian Husaini
Adian Husaini Merupakan seorang intelektual waaslim yang hingga saat
ini masih aktif herkiprah di dunia keilmuan klam, khasusnya di Indonesia, Lahir
di Bojonegoro, Jawa Timur, pada tanggal 17 Desember tahun 1965. Pendidikan.
formalnya di mulai dari SD Banjarejo 1, kemudian SMPN 1 Padangan.
Bojonegoro dun SMAN 1 Bojonegoro, Uenuk pendidikan agama, beliau belajar
di Langgar Al-Muhsin Desa Kuncen Padangan Bojonegoro dan sejumlah
Pesantren. seperti Madrasah Diniyah Nund Ilmi (1971-1977), Pondok Pesantren
Ar-Rasyid Kendal (1981-1984), Pondok Pesantren Ulil Albab Bogar (1988-
1989) serta di LIPIA Jakarta (1988)13
Adian Husaini adalah sedikit dari pemikir muda Islam yang memahami
oksidentalinne secara luas, dengan keberaniannya untuk mengambil posisi
pemikiran yang tidak populer di tengah arus-utama cendekiawan Muslim yang
cenderung membenarkan palham-paham yang kuat, meski belum tentu benar.

E. Dunia Islam Sebagai Objek Studi Antara Timur Dan Barat


Studi tentang dunia Islam merupakan bidang penelitian yang menarik
perhatian baik dari dunia Timur maupun Barat. Bagi dunia Timur, studi tentang
Islam sering kali melibatkan pemahaman mendalam terhadap agama, budaya,
sejarah, dan tradisi-tradisi yang terkait dengan Islam. Hal ini mencakup studi
tentang Al-Quran, Hadis, hukum Islam (fiqh), filsafat Islam, serta perkembangan
sosial dan politik dalam masyarakat Muslim. Sementara itu, bagi dunia Barat,
studi tentang dunia Islam sering kali melibatkan perspektif akademik yang
beragam, termasuk dalam bidang sejarah, studi agama, politik, ekonomi, dan
antropologi. Di sini, fokus sering kali diberikan pada interaksi antara Islam

13
Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat (Bojonegoro: ISTAC, 1965).

13
dengan dunia Barat, konflik dan kerjasama antara masyarakat Muslim dan non-
Muslim, serta dampak globalisasi terhadap Islam dan masyarakat Muslim.

Oksidentalisme adalah kajian tentang Timur, oleh orang Timur, dengan


metode Barat. Tentu ini seperti review (mengkaji ulang) apa yang telah
dilakukan Barat. Konsekuensi dari pandangan Mukti Ali, Timur harus membuat
suara berbeda terhadap segala yang sudah dikaji Barat, dengan cara mengkaji
kembali kajian mereka, dan juga berbicara atas nama Timur. Ini merupakan
pengertian lain dan cara lain membuat wacana tandingan orientalisme. 14 Jadi
aki- batnya, Timur mempelajari Timur, di mana Timur harus menjadi pengkaji,
peneliti, dan ilmuwan untuk objek kajian Timur itu sen- diri yang bernada
berbeda dengan hasil yang sudah dicapai oleh para pengkaji Barat sebelumnya.
Dengan metode yang sama, yaitu metode Barat, tapi perspektif yang digunakan
berbeda. Ini bedanya dengan Hanafi; bagi Hanafi oksidentalisme adalah Timur
mengkaji Barat; bagi Mukti Ali, Timur mengkaji Timur dengan kesadaran
ilmiah dan juga dengan memberikan solusi dan tesis yang berbeda dengan kajian
Barat Masing-masing pandangan mempunyai relevansi dan konse- kuensinya.
Hassan Hanafi mengajak Timur untuk melihat Barat. Sebetulnya ini sudah
dimulai bahwa setiap ilmu pengetahuan di Indonesia tidak bisa tidak harus
mengaitkan dengan kajian Barat: sejarah, antropologi, sosiologi, bahasa, budaya,
dan tradisi. Semua pengetahuan merujuk pada sejarah Barat. Dalam filsafat
misalnya, kajian pertama akan merujuk pada Yunani Kuno, kemudian Arab, lalu
Latin, dan kemudian ke filsafat modern, dan postmodern. Semua tradisi
dipelajari. Sedangkan filsafat Timur seperti China dan Jepang masuk dalam
kategori tersendiri. Dalam filsafat sudah diakui bahwa Yunani dan Latin
diteruskan dalam tradisi Arab. Selanjutnya filsafat modern Barat dan
postmodern merupakan pembahasan tersendiri. Dalam filsafat Arab,
neoplatonisme sangat- lah umum dikembangkan pemikiran intelektualnya oleh
filosof muslim, mulai dari al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, dan lain-lain.
Sedangkan filsafat Barat awal, seperti Thomas Aquinas, mengakui peran Ibn

14
Muh. Syamsuddin, “Orientalisme, Oksidentalisme Dan Filsafat Modern Kontemporer.”

14
Sina dan Ibn Rusyd. Jadi, dalam kajian filsafat sudah ada mata rantai, dari Barat,
ke Timur, ke Barat lagi.

Menurut Hanafi, langkah yang ia ambil adalah mempelajari Eropa sebagai


daerah saja, bukan sebagai pusat yang universal dan kosmopolit, dan bukan pula
sebagai ukuran kemajuan manusia. Maka, "mengembalikan Barat pada batas
alamiahnya, mengakhiri perang kebudayaan, menghentikan ekspansi tanpa
batas, mengem- balikan filsafat Eropa ke lingkungan tempat ia dilahirkan,
sehingga partikularitas Barat akan terlihat" (Hanafi 1999, 52). Sisi positif yang
hendak dicapai adalah inovasi budaya non-Barat. Rasa ren- dah diri dari budaya
Timur juga terkikis. Dan proyek besar itu adalah menulis ulang semua yang
sudah dan telah dilakukan oleh para penulis, pemikir, dan intelektual dari Barat.
Proyek terbesarnya adalah, sekali lagi, pembalikan; bagaimana menjadikan
Barat tak ubahnya Timur, tidak hanya sebagai ilmu- wan, juga kadang harus
sebagai oranghutan, yang bisa dipelajari, diamati, dan juga menjadi bahan
pengetahuan. Bagi Hanafi, Timur harus melahirkan pengetahuan tersendiri yang
lain dengan Barat. Timur harus menciptakan istilah baru dengan wacana, bahasa,
dan model, dan pola baru dalam berwacana.15

Secara umum, kajian Islam di Barat, menggunakan pen- dekatan berikut ini:

1. Menggunakan metode-metode ilmu yang masuk dalam kelompok


humanities, seperti filsafat, filologi, dan sejarah.

2. Menggunakan metode dalam disiplin ilmu teologi, studi Bibel dan sejarah
gereja, dalam mengkaji Islam. Tipe ini biasanya digunakan oleh para orientalis
calon misionaris.

3. Menggunakan metodologi ilmu-ilmu sosial, seperti an- tropologi,


sosiologi, dan ilmu politik.

15
Al Makin, Antara Barat Dan Timur.16-17

15
4. Menggunakan pendekatan yang dilakukan di jurusan-jurusan, pusat-pusat,
atau hanya committee untuk area studies.16

Sedikit mengingatkan tentang buku Edward Said yang mem- beberkan bahwa
persepsi Barat terhadap Timur itu bias dengan subjektivitas Barat, terutama
dalam era kolonialisasi. Dalam pan- dangan itu, yang muncul adalah ego Eropa.
Barat melihat Timur dengan kacamata, ukuran, dan budaya Barat. Dalam kajian
orientalisme, jelasnya, Barat adalah pengkaji, ilmuwan, dan terutama sekali
pemerintah yang menguasai, sedang- kan Timur adalah objek kajian yang
diduduki, yang diperintah, dan perlu dipahami. Dalam perspektif Said, ilmu
orientalisme yang dikritik Said adalah ilmu yang mengkaji wacana bagaimana
Timur bermula, berubah, berkembang, dan untuk itu semua agar Timur bisa
dipahami oleh Barat, para pengkaji menggunakan ba- hasa, tradisi akademik,
dan penelitian Barat. Timur menjadi bagian dari Barat yang sedang
mengkajinya. Sebagai objek kajian, dengan logika yang terbatas, dan dengan
tradisi yang masih terbelakang, Timur tidak bisa berbicara sendiri. Maka seluruh
atribut dan bu- daya Timur harus diterjemahkan ke dalam bahasa Barat, sehingga
terjadi penerjemahan beberapa kali dalam studi Timur: dalam bentuk bahasa,
tradisi, dan logika pengetahuan.17

16
M.PDi Rahmad, Pengantar Studi Islam Interdisipliner (Yogyakarta: Bening Pustaka, 2018).
17
Al Makin, Antara Barat Dan Timur, 183–84.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Studi tentang kawasan Islam memiliki akar yang dalam dalam
sejarah intelektual manusia, meliputi berbagai pendekatan seperti
orientalisme dan oksidentalisme. Orientalisme, yang berkembang di dunia
Barat, mencoba untuk memahami, menggambarkan, dan mengkaji budaya,
agama, dan masyarakat Timur, termasuk dunia Islam, sering kali dengan
sudut pandang yang terpengaruh oleh latar belakang budaya dan politik
Barat. Di sisi lain, oksidentalisme merupakan perspektif yang dimiliki oleh
masyarakat Timur dalam memahami dan menanggapi Barat.

Dunia Islam, sebagai objek studi antara Timur dan Barat, menjadi
pusat perhatian karena kompleksitasnya. Bagi masyarakat Timur, studi
tentang Islam sering kali melibatkan pemahaman mendalam terhadap
agama, budaya, dan sejarah Islam, sementara bagi masyarakat Barat, hal ini
sering kali melibatkan analisis akademis yang beragam dari perspektif
sejarah, politik, dan sosial. Secara keseluruhan, studi tentang dunia Islam
sebagai objek studi antara Timur dan Barat menunjukkan kompleksitas
hubungan antara berbagai budaya, agama, dan politik. Sudut pandang yang
beragam dari orientalisme, oksidentalisme, dan perspektif lokal
memperkaya pemahaman kita tentang sejarah, budaya, dan dinamika sosial
di kawasan Islam serta interaksi antara Timur dan Barat.

B. Saran
Studi kawasan Islam sudah menjadi sesuatu pengetahuan yang
penting bagi umat Islam. Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim juga
harus memiliki andil dalam perkembangan studi Islam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Badawi. Ensiklopedia Tokoh Orientalis. Edited by Fuad Mustafid.


Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang, 2003.

Adian Husaini. Wajah Peradaban Barat. Bojonegoro: ISTAC, 1965.

Ahmad Baidowi. “Filsafat Dan Pemikiran Keislaman” 03,02 (2003).

Dr. Badarussyamsi, MA. Memoles Wajah Islam. Yogyakarta: LKIS, 2017.

Makin, Ph.D Al. Antara Barat Dan Timur. jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, n.d.

Muh. Syamsuddin. “Orientalisme, Oksidentalisme Dan Filsafat Modern


Kontemporer” 18.01 (2018).

Rahmad, M.PDi. Pengantar Studi Islam Interdisipliner. Yogyakarta: Bening


Pustaka, 2018.

Syibran Mulasi, M.A. Metodologi Studi Islam. Edited by S.Pd.i Ahmad Syaripudin,
2021.

18

Anda mungkin juga menyukai