Dosen Pengampu :
Oleh :
Puji syukur bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, karena karuniaNya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “KAWASAN STUDI
ISLAM” dengan maksimal tanpa ada halangan apapun. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam yang diampu oleh Ibu Ika
Maula Nur Fauziyah, M.Ag.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Studi Islam telah menjadi subjek penting dalam kajian akademik dan sosial di
seluruh dunia, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dari kebudayaan,
politik, hingga ekonomi. Seiring dengan peningkatan minat global terhadap Islam,
terdapat kebutuhan yang semakin meningkat untuk memahami dan menganalisis
berbagai aspek yang berkaitan dengan agama, sejarah, filsafat, hukum, dan budaya
Islam. Dengan demikian, penelitian dalam Kawasan Studi Islam memainkan peran
kunci dalam mempromosikan dialog antarbudaya, memperkuat pemahaman
antarumat beragama, serta memberikan wawasan yang mendalam dalam
memahami dinamika sosial dan politik di dunia Muslim dan di luar dunia Muslim.
Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan pemahaman yang komprehensif
tentang kawasan studi Islam guna menghadapi tantangan dan peluang yang muncul
dalam konteks global saat ini.
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Asal-usul kawasan islam sehingga menjadi kajian dalam tulisan ini adalah islam
agama yang besar dan memiliki syariat yang menarik dan berbeda dengan beberapa
agama di dunia. Sosial, politik, budaya dan ekonomi yang sangat kontras memiliki
perbedaan dengan agama lainnya. Contoh dalam politik islam diharuskan memilih
pemimpin seiman dan seaqidah, ini adalah contoh kecil perbedaan.
5
Seribu tiga ratus (1300) tahun kemudian, kaum muslimin memiliki kemampuan
yang luar biasa dalam mengembangkan studi kawasan ini dengan berbagai corak
ragam yang lebih dinamis lagi. Karya-karya mereka telah melampaui sejarawan
yunani, dimana pembahasanya bukan lagi berbicara tentang realitas sejarah, tetapi
lebih maju lagi, yaitu cara-cara menanganinya. M. Ma'ruf Habibi Ana Mas'udah
juga mengatakan bahwa munculnya berbagai karya sejarah dengan tema-tema
kajian wilayah di mulai dari awal penciptaan sampai di huni umat manusia,
merupakan kajian- kajian yang sangat populer dan hampir dapat di temukan dalam
karya-karya sejarah klasik islam, Sekalipun kajian geografi sebagai disiplin ilmu
agak berbeda dengan sejarah, di kalangan sejarawan islam hal ini tidak bisa di
pisahkan begitu saja, karena objek pembahasan antara keduanya saling melengkapi
karena kajian sejarah sangat membutuhkan kajian tentang ruang dan waktu sebagai
aktivitas pelakunya.
Oleh karena itu karya-karya tentang geografi dan sejarah kepribadian dan
pengalaman yang dianggap kebalikan dari definisi Barat itu sendiri. Namun, Timur
bukanlah sebuah khayalan; Timur adalah suatu bagian integral dari peradaban dan
kebudayaan material bangsa Eropa. Orientalisme mengungkapkan dan
menampilkan bagian tersebut secara budaya, dan bahkan ideologis; sebagai sebuah
mode of discourse dengan lembaga-lembaga, perbendaharaan, bahasa, studi
kesarjanaan, lambang-lambang dan doktrin yang mendukungnya seperti birokrasi
zaman colonial.1
1
M.A Syibran Mulasi, Metodologi Studi Islam, ed. S.Pd.i Ahmad Syaripudin, 2021.
2
MA Dr. Badarussyamsi, Memoles Wajah Islam (Yogyakarta: LKIS, 2017).
6
sebab semakin melebarnya jurang intelektual antara yang tersebut terakhir ini
dengan yang pertama. Ada perkara lain yang menimbulkan tidak saja problema
teknis, melainkan sering meningkat menjadi bersifat ideologis, yaitu perkara
Orientalisme Salah satu masalah yang sering muncul dalam pembicaraan tentang
kajian Islam. Lebih-lebih lagi semenjak terbitnya buku Edward Said, Orientalism,
singgungan kepada Orientalisme itu dalam nada-nada yang amat negatif semakin
banyak mendapatkan bahan.
3
Muh. Syamsuddin, “Orientalisme, Oksidentalisme Dan Filsafat Modern Kontemporer” 18.01
(2018).
7
merupakan keseluruhan jaringan kepentingan- kepentingan yang berkaitkan dengan
setiap kesempatan untuk memperbincangkan entitas Timur.4
Suatu catatan yang penting bahwa Oksidentalisme yang pada intinya mengkaji
dan memahami pemikiran dan budaya Barat yang menurut James G Carnier
occidentatalisme sebagai images of the west dan sebagai konsep yang mengarah
pada antropologi. Berkaitan dengan Oksidentalisme, Ramont Lindistran.
membedakan antara ethno-orientalism dan ethno-occidentalisme, yang pertama.
membicarakan masalah self(diri) dan yang kedua membicarakan Barat (West).
Suatu pemikiran tentang Oksidentalisme disampaikan oleh Majid Fakhry seorang
filosof dan guru besar dalam filsafat Islam, beliau membicarakan Oksidentalisme
dalam kaitannya mencari identitas budaya. Menurut Majid Fakhry, pencarian
identitas budaya dalam Islam sudah sejak lama dilakukan oleh para pemikir Islam.5
Oksidentalisme pada awalnya lahir lebih sebagai reaksi ketimbang sebuah proyek
peradaban yang memiliki tujuan tertentu. Dalam kaitan ini ada indikasi
ketidakpuasan terhadap orientalisme yang telah ada sebelumnya, karena cenderung
bias dan tidak lepas dari subyektifitas kebaratan. Orientalisme juga tidak lebih
sebagai sebuah "promosi" peradaban Barat yang kurang mendapatkan kritik
(kecuali untuk perkembangan terakhirnya seperti dilakukan Tibawi dan Said).
Selain itu, oksidentalisme agaknya lahir karena faktor emosional terhadap Barat
yang memperoleh kesuksesannya "dari Timur" bukan hanya dengan menjadikan
Timur sebagai obyek, namun sekaligus menjadikan Timur sebagai "karir" buat
mereka.
Hegemoni dan penguasaan Barat atas Timur menciptakan kebencian rasial yang
mendalam. Kebencian itu diekspresikan dengan upaya-upaya menjawab dan
membongkar kepalsuan Barat, khususnya berupa kritik terhadap orientalisme. Buat
orang Barat, lewat orientalisme, Islam adalah "the work of devil", Al-Quran adalah
4
Dr. Badarussyamsi, Memoles Wajah Islam.
5
Muh. Syamsuddin, “Orientalisme, Oksidentalisme Dan Filsafat Modern Kontemporer.”
8
"a tissue of absurdities" dan Nabi Muhammad adalah "a false prophet", "an impos
tor" atau "anti-christ"." Propaganda semacam ini secara jelas telah sukses memberi-
kan image buruk tentang Islam. Sejarah orientalisme adalah sejarah dendan dan
keinginan untuk menguasasi budaya lain yang dianggap sebagai ancaman buat
eksistensi Barat. Hal ini terus berlanjut hingga sekarang, meskipun harus diakui kini
ada beberapa Orientalis yang bersikap netral. Ramalan Samuel Huntington tentang
akan terjadinya clash of civilization agaknya berangkat dari kenyataan ini
6
Ahmad Baidowi, “Filsafat Dan Pemikiran Keislaman” 03,02 (2003).
9
mumpuni dalam bahasa Arab, terutama dalam kajian syair-syair Jahiliah dan syair-
syair suku Arab yang lain.
7
Abdurrahman Badawi, Ensiklopedia Tokoh Orientalis, ed. Fuad Mustafid (Yogyakarta: PT. LKIS
Printing Cemerlang, 2003).
8
Abdurrahman Badawi.
10
3. Conde, Jose Antonio (1765-1820)
Jose Antonio Conde adalah orientalis Spanyol yang lahir pada tahun 1765 di
Peraleja, kawasan Cuenca Spanyol Utara, dan meninggal pada 20 Oktober 1820, di
Madrid. Conde memperdalam ilmunya di Universitas Salamanga. Dia juga
mengajar di Alcala de Henares Madrid, dan maenjadi anggota Akademi Bahasa dan
Akademi Sejarah. Namun akibat pemikiran. politiknya, dia dicekal oleh Raja
Fernando Ketujuh tahun 1814 sehingga Conde hidup di Prancis dalam kondisi yang
memprihatin- kan. Atas perintah dari Raja, Conde tidak diperbolehkan mengajar di
manapun juga di Spanyol. Ketika Conde meninggal, sebagian sahabatnya turut
mengantarkan jenasahnya ke pemakaman, di antaranya adalah Ticknor dan
Moratin. Conde dituduh membantu. Prancis ketika menyerang Spanyol. Setelah
Colin meninggal, ia banyak dihujat oleh sebagian orientalis Spanyol, demikian juga
Dozy. Mereka menuduh Colin tidak menguasai bahasa Arab dengan baik.9
1. Hasan Hanafi
Hasan Hanafi merupakan tokoh pemikir Muslim kontemporer berdarah
Maroko yang lahir d Kairo Mesir tepatnya pada 13 Pebruari 1935.10 Pendidikan
dasarnya diselesaikan pada tahun 1948 dimana pada proses menempuh
9
Abdurrahman Badawi.
10
Ph.D Al Makin, Antara Barat Dan Timur (jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, n.d.).
11
pendidikan tersebut dia juga telah mendalam Alquran di bawah bimbingan
Syekh Sayyid.
Kelahiran Oksidentalisme Hasan Hanafi bukan merupakan suatu konsep
yang tidak memiliki akar historis yang melatarbelakangi kelahirannya.
Menyikapi hal tersebut, George Lenczowski mengemukakan bahwa kelahiran
Hasan Hanafi disambut dengan pergolakan sosial politik yang cukup
mempengaruhi kondisi berbagai aspek kehidupan saat itu. Pergolakan sosial
politik tersebut adalah adanya dua kelompok dari dua kutub ideologi berbeda
yang saling berebut pengaruh satu sama lain yaitu partai komunis yang semakin
kuat atas pengaruh Uni Soviet di seluruh dunia serta kelompok Ikhwanul
Muslimin yang memiliki karakteristik gerakan yang anti Barat.11
2. A. Mukti Ali
A. Mukti Ali, lahir dengan nama lengkap Abdul Mukti Ali pada tanggal 6
September 1924 di Sumedang, Jawa Barat, merupakan seorang seniman serba
bisa yang dikenal sebagai penyair, sastrawan, seniman, dan intelektual
Indonesia. Ia tumbuh di masa kolonial Belanda dan mengalami berbagai
peristiwa sejarah yang memengaruhi pemikiran dan karyanya.
Pendidikan Mukti Ali tidak terlalu formal, namun dia memiliki keinginan
yang besar untuk terus belajar dan berkarya. Keterlibatannya dalam gerakan
kebudayaan dan politik juga cukup signifikan. Dia menjadi anggota Perserikatan
Perjuangan Pemuda Indonesia (PPPI) dan berkontribusi dalam gerakan
perlawanan terhadap penjajahan. Karya-karyanya telah diterbitkan dalam
berbagai antologi sastra dan beberapa di antaranya menjadi bagian dari
kurikulum sekolah di Indonesia. Mukti Ali meninggal pada tahun 2004, namun
warisannya sebagai salah satu tokoh sastra Indonesia yang berpengaruh terus
hidup melalui karyanya yang masih terus dibaca dan dipelajari.12
Menurut H.A. Mukti Ali, Oksidentalisme belum lahir di Indonesia.
Oksidentalisme perlu lahir bukan hanya untuk kepentingan umat Islam, tetapi
11
Al Makin.
12
Muh. Syamsuddin, “Orientalisme, Oksidentalisme Dan Filsafat Modern Kontemporer.”
12
juga untuk kepentingan bagi orang-orang Barat. Mereka juga ingin. tahu
pandangan Islam terhadap agama mereka.
3. Adian Husaini
Adian Husaini Merupakan seorang intelektual waaslim yang hingga saat
ini masih aktif herkiprah di dunia keilmuan klam, khasusnya di Indonesia, Lahir
di Bojonegoro, Jawa Timur, pada tanggal 17 Desember tahun 1965. Pendidikan.
formalnya di mulai dari SD Banjarejo 1, kemudian SMPN 1 Padangan.
Bojonegoro dun SMAN 1 Bojonegoro, Uenuk pendidikan agama, beliau belajar
di Langgar Al-Muhsin Desa Kuncen Padangan Bojonegoro dan sejumlah
Pesantren. seperti Madrasah Diniyah Nund Ilmi (1971-1977), Pondok Pesantren
Ar-Rasyid Kendal (1981-1984), Pondok Pesantren Ulil Albab Bogar (1988-
1989) serta di LIPIA Jakarta (1988)13
Adian Husaini adalah sedikit dari pemikir muda Islam yang memahami
oksidentalinne secara luas, dengan keberaniannya untuk mengambil posisi
pemikiran yang tidak populer di tengah arus-utama cendekiawan Muslim yang
cenderung membenarkan palham-paham yang kuat, meski belum tentu benar.
13
Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat (Bojonegoro: ISTAC, 1965).
13
dengan dunia Barat, konflik dan kerjasama antara masyarakat Muslim dan non-
Muslim, serta dampak globalisasi terhadap Islam dan masyarakat Muslim.
14
Muh. Syamsuddin, “Orientalisme, Oksidentalisme Dan Filsafat Modern Kontemporer.”
14
Sina dan Ibn Rusyd. Jadi, dalam kajian filsafat sudah ada mata rantai, dari Barat,
ke Timur, ke Barat lagi.
Secara umum, kajian Islam di Barat, menggunakan pen- dekatan berikut ini:
2. Menggunakan metode dalam disiplin ilmu teologi, studi Bibel dan sejarah
gereja, dalam mengkaji Islam. Tipe ini biasanya digunakan oleh para orientalis
calon misionaris.
15
Al Makin, Antara Barat Dan Timur.16-17
15
4. Menggunakan pendekatan yang dilakukan di jurusan-jurusan, pusat-pusat,
atau hanya committee untuk area studies.16
Sedikit mengingatkan tentang buku Edward Said yang mem- beberkan bahwa
persepsi Barat terhadap Timur itu bias dengan subjektivitas Barat, terutama
dalam era kolonialisasi. Dalam pan- dangan itu, yang muncul adalah ego Eropa.
Barat melihat Timur dengan kacamata, ukuran, dan budaya Barat. Dalam kajian
orientalisme, jelasnya, Barat adalah pengkaji, ilmuwan, dan terutama sekali
pemerintah yang menguasai, sedang- kan Timur adalah objek kajian yang
diduduki, yang diperintah, dan perlu dipahami. Dalam perspektif Said, ilmu
orientalisme yang dikritik Said adalah ilmu yang mengkaji wacana bagaimana
Timur bermula, berubah, berkembang, dan untuk itu semua agar Timur bisa
dipahami oleh Barat, para pengkaji menggunakan ba- hasa, tradisi akademik,
dan penelitian Barat. Timur menjadi bagian dari Barat yang sedang
mengkajinya. Sebagai objek kajian, dengan logika yang terbatas, dan dengan
tradisi yang masih terbelakang, Timur tidak bisa berbicara sendiri. Maka seluruh
atribut dan bu- daya Timur harus diterjemahkan ke dalam bahasa Barat, sehingga
terjadi penerjemahan beberapa kali dalam studi Timur: dalam bentuk bahasa,
tradisi, dan logika pengetahuan.17
16
M.PDi Rahmad, Pengantar Studi Islam Interdisipliner (Yogyakarta: Bening Pustaka, 2018).
17
Al Makin, Antara Barat Dan Timur, 183–84.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Studi tentang kawasan Islam memiliki akar yang dalam dalam
sejarah intelektual manusia, meliputi berbagai pendekatan seperti
orientalisme dan oksidentalisme. Orientalisme, yang berkembang di dunia
Barat, mencoba untuk memahami, menggambarkan, dan mengkaji budaya,
agama, dan masyarakat Timur, termasuk dunia Islam, sering kali dengan
sudut pandang yang terpengaruh oleh latar belakang budaya dan politik
Barat. Di sisi lain, oksidentalisme merupakan perspektif yang dimiliki oleh
masyarakat Timur dalam memahami dan menanggapi Barat.
Dunia Islam, sebagai objek studi antara Timur dan Barat, menjadi
pusat perhatian karena kompleksitasnya. Bagi masyarakat Timur, studi
tentang Islam sering kali melibatkan pemahaman mendalam terhadap
agama, budaya, dan sejarah Islam, sementara bagi masyarakat Barat, hal ini
sering kali melibatkan analisis akademis yang beragam dari perspektif
sejarah, politik, dan sosial. Secara keseluruhan, studi tentang dunia Islam
sebagai objek studi antara Timur dan Barat menunjukkan kompleksitas
hubungan antara berbagai budaya, agama, dan politik. Sudut pandang yang
beragam dari orientalisme, oksidentalisme, dan perspektif lokal
memperkaya pemahaman kita tentang sejarah, budaya, dan dinamika sosial
di kawasan Islam serta interaksi antara Timur dan Barat.
B. Saran
Studi kawasan Islam sudah menjadi sesuatu pengetahuan yang
penting bagi umat Islam. Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim juga
harus memiliki andil dalam perkembangan studi Islam.
17
DAFTAR PUSTAKA
Makin, Ph.D Al. Antara Barat Dan Timur. jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, n.d.
Syibran Mulasi, M.A. Metodologi Studi Islam. Edited by S.Pd.i Ahmad Syaripudin,
2021.
18