Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ISLAM DALAM PANDANGAN ORIENTALIS


Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada

Mata kuliah Pengantar Studi Islam

Dosen Pengampu :
Dr. H. Imam Amrusi Jaelani, M.Ag.
NIP : 197001031997031001
Disusun oleh :

Devi Wulandari (05010221003)


Zefinanda Dwi Aurelita (05010221028)
Abdullah Mujahid Romadhon S (05020221030)

KELAS A

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberi saya kekuatan dan kesanggupan
untuk bisa menyelesaikan makalah ini. Serta tidak lupa shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Nabi kita tercinta Nabi Muhammad SAW Yang kita nantikan syafaat nya
di akhirat nanti.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Dr. H. Imam Amrusi Jailani, M.Ag. pada mata kuliah Pengantar Studi Islam. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ahlusunnah Waljama’ah.
Sebagai awal pembelajaran bagi mahasiswa yang baru mempelajari mata kuliah Pengantar
Studi Islam.

Harapan Kami, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua serta menjadi
tambahan informasi terkait bagaimana kita sebagai umat muslim harus paham tentang Islam
dalam pandangan orientalis. Kami menyadari bahwa makalah yang telah Kami buat masih
sangatlah jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan serta kesalahan
didalamnnya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan pembaca, agar
makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi. Kemudian penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila terdapat banyak kesalahan di dalam makalah ini.

Gresik, 20 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2


A. Pengertian Orientalis ................................................................................................ 3
B. Sejarah Lahirnya Orientalisme ................................................................................. 3
C. Periodeisasi Perkembangan Orientalis ..................................................................... 4
D. Motivasi Orientalis ................................................................................................... 6
E. Metode Kajian Orientalis Terhadap Islam ............................................................... 7
F. Kajian Orientalis Tehadap Islam ............................................................................. 8
G. Sikap Umat Islam Dalam Menghadapi Gerakan Orientalis ..................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 11

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sebagai agama yang didasarkan kepada dua sumber Alquran dan Hadis. slam
juga melahirkan peradaban. Peradaban yang dilahirkan oleh Islam melalui
cendikiawan dan intelektualnya tidak hanya berwujud tradisi pemikiran, tetapi juga
berupa arsitektur yang masih dapat disaksikan dewasa ini. Hal ini membuktikan bahwa
Islam sebagai agama telah memberikan etos kerja yang begitu besar bagi
penganutnya.
Pada abad ke-13, kemajuan peradaban umat Islam mendapat perhatian oleh
orang-orang Barat, sehingga mereka berdatangan ke dunia Islam untuk belajar sains,
baru kemudian mereka kembangkan. Sehingga disnalahmuncul beberapa kalangan yang
bertentangan dengan islam salah satunya kalangan orientalis.
Makalah ini akan mendskripsikan mengenai orientalis agar ketika umat islam
menjumpai karya karya orientalis mengenai ummat islam kita bisa menyaringnya. Sesuai
dengan pemahaman yang telah dibaca disini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari orientalis?
2. Bagaimanakah sejarah lahirnya orientalisme?
3. Bagaimana periodeisasi perkembangan orientalis?
4. Bagaimana motivasi keberadaannya orientalis?
5. Bagaimana metode kajian orientalis terhadap islam?
6. Apa yang dikaji orientalis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari orientalis.
2. Untuk mengetahui sejarah lahirnya orientalisme.

1
3. Untuk mengetahui periodeisasi perkembangan orientalis.
4. Untuk mengetahui motivasi orientalis.
5. Untuk mengetahui metode kajian orientalis.
6. Untuk mengetahui kajian orientalis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Orientalis

Orientalis secara umum yaitu ahli Barat yang mempelajari dunia timur berupa sastra,
peradaban dan agama. Orientalis bisa disebut juga ahli ketimuran (A. Hanafi, Orientalisme
ditinjau menurut Kacamata Agama 1981:9). Secara penggunaan, kata orientalis berasal dari
Bahasa Perancis (orient) yang berarti timur. Orientalis ialah orangnya, sedangkan
orientalisme ialah gerakannya. Kata orient tersebut sudah memasuki berbagai Bahasa di
eropa termasuk Bahasa iggris. Dari aspek tersebut orientalisme mempunyai cakupan arti yang
sangat luas.

Mengenai kata ism (inggris) yang artinya paham. Sehingga jika kata orientalisme
digabungkan berarti suatu aliran atau mazhab akademik yang mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan dunia ketimuran. Terkadang, orientalisme diartikan juga sebagai ajaran
atau pemaham akan halnya dunia timur yang dibentuk oleh opini barat.

Terdapat beberapa tokoh yang menjelaskan pengertian orientalis secara istilah yang
pertama yaitu, Thaha Amin, pendapat orientalis menurutnya adalah orang yang melakukan
analisis terhadap masalah oriental, termasuk Sastra, Bahasa, Antropologi, Sosiologi,
Psikologi dan Agama dengan Pendekatan. Yang kedua yaitu M. Ibrahim alfayumy, orientalis
menurutnya berarti siapa saja yang mempelajari bahasa timur. Yang ketiga yaitu Samy Afify
Hijazy yang mengartikan orientalisme adalah kajian yang berfokus pada Timur Tengah oleh
orang barat.

B. Sejarah Lahirnya Orientalisme

Awal mula munculnya orientalisme secara lembaga kira-kira muncul pada abad 18 M,
sedangkan orientasi kajian ilmunya berkisar pada kajian fisiologi/kajian teks-teks terhadap
dunia timur. Tidak ada batasan orientalisme menurut istilah para ahli. Dikarenakan istilah
orientalisme bisa merujuk terhadap kajian dunia timur. Walaupun dilakukan oleh orang yang
bukan ahlinya kajian keislaman.

3
Menurut said, pengertian orientalisme yaitu suatu gaya berfikir yang berdasarkan
terhadap pembedaan ontologism & epistemologis yang dibuat antara timur dan barat. Yang
para pemikirnya terdiri dari novelis, filosof, penyair, politikus, ekonom, dan para
administrator Negara. Teori-teori kajian mereka berlandaskan menurut pemahaman tentang
perbedaan timur dengan barat. Sehingga pengertian dan bidang kajian kajian tentang
orientalisme dapat dijabarkan dalam 4 point, yaitu sebagai berikut :

1) Pada abad ke-18M, sebutan orientalisme diarahkan terhadap kajian-kajian kritis fisiologis
terhadap teks-teks dunia timur yang bersifat seporadis dan belum tertata dengan teratur.
2) Pada abad ke-19 M, kajian orientalis menghasilkan studi lebih lengkap dan tertata secara
teratur yang mencakup kajian teks, seni, dan sastra. Nama-nama seperti Silvestre de Sacy
(1758-1838). Serta dewan Ecole, yaitu bukti capaian studi Orientalisme menuju yang lebih
sistematis.
3) Pada abad ke-20M kajian orientalisme berlangsung pada masa Rahman Ambo Masse,
Kajian Perspektif Hukum Islam membenarkan imperialisme barat melawan dunia timur,
agar studi mereka berpedoman pada kepentingan politik. Pada abad ini bermunculan
sekolah-sekolah dan universitas yang menghasilkan sarjana-sarjana yang ahli tentang
ketimuran. Misalnya, Sekolah Studi Oriental dan Sekolah Afrika, 1917 tepatnya di Inggris
dan pos akademik dan publikasi majalah baru di Prancis.
4) Kajian orientalisme dengan bidang Islam diperkenalkan pada tahun 1927 dengan
diterbitkannya majalah Revue des etudes Islamiques oleh Louis Massignon (1883-1962),
dilanjutkan melalui karya Ignacz Goldziher (1850-1921), dan Christiaan Snouck
Hurgronje (1857-1936).

C. Periodisasi Perkembangan Orientalis

Kaum orientalis sejak ratusan tahun banyak menulis tentang Islam pada umumnya
karangan-karangan mereka dinilai negatif oleh umat Islam. Mereka mempelajari Islam
dengan bertujuan mengkritik menyerang dan pada akhirnya kalau dapat menghancurkan
Islam Tetapi pembacaan yang kritis dan mendalam tentang tulisan-tulisan mereka akan
memberikan gambaran yang lain karena tidak semua kaum orientalis itu mempunyai
sikap negatif terhadap Islam. Diantara mereka ada yang bersikap netral dan simpatik
terhadap Islam. Secara garis besar persentuhan Barat dalam pengertian orientalisme
dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa fase dan masing-masing fase memiliki sudut
pandang yang berbeda dalam melihat Islam.

Perkembangan orientalis dari masa ke masa di bagi menjadi 3 yaitu:

1. Masa Klasik pada masa ini kekuatan super power dunia

4
Di mana Barat berada dalam dark age(masa kegelapan). Kegelapan dan
ketertinggalan yang mencengkeram peradaban Barat tersebut mendorong mereka untuk
melakukan kontak peradaban dengan dunia Islam yang menjadi corong peradaban pada masa
saat itu. Proses persentuhan atau dialog antar bangsa Barat dengan bangsa Timur (Arab-
Islam,India,dan Parsia), terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Peradaban Islam
pada masa Klasik (650–1250M) menarik perhatian bagi umat nonmuslim pada masa itu.
Penulis-penulis sejarah menerangkan bahwa bangsa Eropa yang menjadi penduduk asli dari
Andalusia, pada umumnya tetap berpegang pada ajaran agama Kristen, akan tetapi banyak
dari mereka dipengaruhi oleh kultur Islam. Hegemoni peradaban tersebut nampak dalam
kehidupan mereka sehari-hari yang menggunakan bahasa Arab, pakaian Arab,adat-istiadat
Arab,dan bersekolah di perguruan-perguruan Arab. Bahasa Arab dikenal dan dipakai di
kalangan mereka, bukan hanya sebagai bahasa sehari-hari, tetapi juga sebagai bahasa ilmiah.
Kebangkitan baru tradisi melek pengetahuan bangsa Barat yang sebelumnya terjebak
dalam lumpur kegelapan dengan mengangkat orang-orang Islam sebagai guru
besar maupun pembesar kerajaan dalam proses pertukaran serta alih pengetahuan berjalan
secara meyakinkan.

2. Masa Pertengahan Pada abad XI sampai abad XIII berkecamuk Perang Salib
secara umum dimenangkan oleh orang Islam. Kekalahan demi kekalahan yang
dialami oleh kaum Kristen pada Perang Salib,memotivasi mereka untuk melakukan
kajian-kajian ketimuran secara intens. Kalau dulu, kajian ketimuran,murni didasarkan pada
kepentingan pragmatis berupa alih pengetahuan dari orang Islam. Namun, pasca kekalahan
mereka pada Perang Salib muncul keinginan untuk mengkritik dan menyerang Islam sebagai
agama. Pengarang-pengarang orientalis pada periode ini,menulis buku-buku yang
memberikan gambaran yang salah dan tidak baik tentang Islam. Hal-hal yang
sebenarnya yang tidak terdapat di dalam Islam, bahkan bertentangan dengan ajaran-
ajarannya mulai disiarkan di Eropa. Trauma yang membekas akibat Perang Salib, di mana
umat Kristen berhadapan dengan umat Islam sebagai musuh, tampaknya telah
menyulut semangat apologetik kristiani. Sarjana-sarjana Kristen yang berada di
garis belakang peperangan berupaya membuat gambaran-gambaran imajiner untuk
mengobarkan semangat kristiani dan kemudian disebarkan ke berbagai kalangan di dalam
Kristen. Gagasan-gagasan Barat pada Abad Pertengahan di atas, yang lebih merupakan mitos
dan fiksi imajinatif, memiliki pengaruh kuat di kalangan sarjana Barat pada masa-masa
selanjutnya, dan terlihat sulit dienyahkan dari benak masyarakat Barat hingga dewasa ini.
Tetapi, konsepsi Abad Pertengahan itu secara sederhana dapat diabaikan karena tidak
ditopang dan dilandasi oleh penelitian ilmiah yang serius. Kepentingan yang utama ada
di balik penggagasnya yang lebih bersifat apologetik, karena difokuskan pada pembelaan
keyakinan kristiani serta penyemaian rasa percaya diri di kalangan umat Kristen.

3. Masa Pencerahan Periode permusuhan Kristen terhadap Islam

mulai meredup dengan munculnya masa Pencerahan (Enlightenment) yang dijiwai


oleh keinginan untuk mencari kebenaran. Pada masa ini, kepercayaan pada kekuatan
akal meningkat, tradisonalisme diganti dengan rasionalisme. Penelitian yang bersifat
rasional dan objektif untuk mencari kebenaran dipergunakan untuk mempelajari
tentang agama Islam. Para pemerhati Islam tidak lagi mengada-ada hal yang
sebenarnya yang tidak terdapat dalam Islam. Pada masa ini, mereka mempelajari
agama Islam untuk mengetahui Islam yang sebenarnya, sehingga bermunculan tulisan
ataupun karya yang lebih apresiatif serta positif terhadap Islam.

5
Pada masa ini, Barat kini mulai melihat Islam sebagai agama yang sejalan
dengan makin kuatnya kecenderungan rasionalisme ditengah konflik yang pada saat itu
mengarah kepada pertentangan antara dogma gereja dengan rasionalisme. Para saintifik
Barat mulai mencari nilai-nilai pokok yang sejalan dengan kecenderungan
rasionalisme. Pada abad XVII, sejumlah penulis mulai meninggalkan praduga dan ciri
polemis pandangan Abad Pertengahan tentang Islam dan kaum muslim. Richard Simon
(1638–1712), seorang Katolik Perancis, dalam Histoire Critique ces Nations du
Levant(1984), memaparkan keimanan dan ritus-ritus kaum muslim berdasarkan sebuah
karya seorang teolog muslim sendiri. Tulisannya menunjukkan apresiasi mendalam,
malah kekagumannya ketika dia di tuduh Antoine Arnauld (1612-1694) sebagai
terlalu objektif terhadap Islam dengan menasehatinya untuk sejenak menengok ajaran-
ajaran yang luar biasa para moralis muslim.

D. Motivasi Orientalis

Motivasi ini timbul diakibatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang
dicapai oleh dunia Barat. Ekspedisi Napoleon Bonaparte telah mengispirasi mereka untuk
melalukan ekspedisi selanjutnya. Dunia Timur, yang umumnya kawasan timur tengah yang
kaya akan sumber daya alam, minyak dan gas bumi menjadi daya tarik Barat untuk
mengeksploitasi kekayaan tersebut. Satu persatu kawasan Timur tengah telah dikuasai dan
dijajah oleh Barat. Inggris, Italia, Jerman, dan Prancis merupakan Negara-negara Eropa
(Barat) yang menjajah kawasan timur tengah itu. Menurut Edward Said semua pengetahuan
adalah produk dari masanya dan pasti bergantung pada masanya itu. Oleh karena itu tidak ada
pengetahuan yang tidak lepas dari pengaruh, motivasi dan penyokong hasil dari kajian
pengetahuan tersebut. Bila argumen ini benar, maka tidak ada pengetahuan yang benar-benar
objektif. Oleh karena itu orientalisme tidak bisa mengaku sepenuhnya sebagai hal yang
benar-benar objektif. Hal ini dikarenakan orientalisme sebagai species diskursus terjerat
secara fatal dengan imperialisme, pengetahuan yang dihasilkannya pastilah terdistorsi, dan
mungkin juga rasis. Sebagai diskursus tentu saja orientalisme mau tidak mau mencerminkan
pandangan budaya sekitar tempatnya ia tumbuh. Oleh karena itu, beberapa orientalisme
memang menempatkan dirinya sebagai abdi kekaisaran Eropa dikaitkan dengan imperialisme,
asumsi keunggulan Eropa terhadap non-Eropa dan asumsi peran progresif terhadap
imperialisme. Kajian orientalisme tentang Islam pada masa ini erat kaitannya dengan tujuan
imprealisme Barat, sehingga sedikit banyaknya tulisan-tulisan yang mereka mendekripsikan
hal-hal yang negatif tentang Islam. Ada beberapa motivasi yang membuat orientalis tertarik
untuk mengkaji dan mendalami ketimuran dan Islam secara khusus yaitu:

1. Motivasi Keagamaan.

Pada abad ke 19 M adalah masa aktifitas misionaris. Perkembangan Islam di Spanyol


yang ditandai dengan berdirinya Universitas Cordova sebagai kekuatan kemajuan ilmu
pengetahuan ketika itu memiliki kekuatan eksotis yang menarik para pendeta dan rahib untuk
menuntut ilmu di Universitas tersebut. Diantara pendeta awal yang mendalami studi
ketimuran dan Islam adalah “Adelard of Bath” kebangsaan Inggris yang belajar di kota Tur
Prancis kemudian ke Andalus. Sekembalinya ke Inggris ia dilantik menjadi penasehat raja
Henri. Tetapi hal yang paling menjadi perhatian adalah pendeta Pierrele Aenere (1092-1156)
menguasai bahasa Arab dan berusaha menerjemahkan alquran kedalam bahasa Latin.
Motivasi keagamaan lahir bertujuan untuk kegiatan misionaris dimana para orientalis

6
berusaha menggambarkan image negatif terhadap Islam dengan menulis hal-hal yang
mendistorsi atau memutar balikan fakta dalam ajaran-ajaran Islam.

2. Motivasi Imprealisme dan Politik.


Motivasi ini timbul akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dicapai
oleh dunia Barat. Ekspedisi Napoleon Bonaparte telah mengispirasi mereka untuk melalukan
ekspedisi selanjutnya. Dunia Timur, yang umumnya kawasan timur tengah yang kaya akan
sumber daya alam, minyak dan gas bumi menjadi daya tarik Barat untuk mengeksploitasi
kekayaan tersebut. Satu persatu kawasan Timur tengah dikuasai dan dijajah oleh Barat.
Inggris, Italia, Jerman, dan Prancis merupakan Negara-negara Eropa (Barat) yang menjajah
kawasan timur tengah itu. Kajian orientalisme tentang Islam pada masa ini erat kaitannya
dengan tujuan imprealisme Barat, sehingga sedikit banyaknya tulisan-tulisan mereka
mendekripsikan hal-hal yang negatif tentang Islam. Tujuannya untuk memandulkan vitalitas
berfikir ulama dan para pakar Islam dalam membendung Imprealisme Barat. Di setiap kajian
dan tulisan yang mencoba mengobarkan semangat patriotisme dan mencoba mendiskreditkan
atau menjelekkan kewibawaan para penjajah, maka akan dipenjara dan dipanjung atau kalau
tidak diasingkan.

3. Motivasi Ilmiah.

Motivasi ini timbul diakibatkan oleh dorongan keingintahuan Barat tentang dunia
Timur dan ajaran Islam dengan cara sistematis dan metodologis. Orientalisme yang
melakukan langkah ini adalah orientalisme yang berasal dari Jerman. Sebagian peneliti
menganggap bahwa para orientalis Jerman cenderung mengkaji Timur dan Islam secara
objektif, mereka mengkaji kebudayaan, adat istiadat, dan bahasa Arab, meskipun sebagian
peneliti juga berpendapat bahwa tujuan orientalisme Jerman mengkaji Islam karena misi
keagaamaan, seperti yang dilakukan oleh para orientalis Barat lainnya, sebab untuk pertama
kali bangsa Jerman berhubungan dengan dunia Timur ialah melalui perang Salib. Dan kajian-
kajian orientalis Jerman terhadap dunia Islam berlangsung pada paru pertama abad 18 M.
Menurut Said, kualifikasi kajian akademik ini yang dilakukan oleh orientalis dalam bentuk
meneliti tentang berbagai ketimuran dalam bidang Antropologi, Sosiologi, Sejarah, Filologi,
Agama, dan sebagainya. Dalam kualifikasi ini dapat dilihat produk ilmiah yang dihasilkan
dalam jumlah yang besar.

E. Metode Kajian Orientalis Terhadap Islam

1. Pendekatan Filologi dan Teks

Salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh orientalis dalam mengkaji alquran
dan sunah adalah pendekatan filologi dan teks-historis. Pendekatan ini juga sering digunakan
oleh pemikir Barat ketika mengkaji Bibel, oleh karena itu, sebagian penulis Islam yang
menganalisissecara mendalam kajian orientalis berkesimpulan bahwa metode kritik teks
muncul disebabkan penulis Barat yang merasa kecewa karena tidak mampu mengungkit
sejarah ke aslian Bibel. Metode itu digunakan untuk menemukan makna sejati teks untuk
melihat keotentikan Metode ini kemudian digunakan juga dalam mengkaji alquran.
Metode ini telah digunakan oleh khalifah Abu Bakar ketika membukukan alquran,
yaitu mengumpulkan semua teks-teks yang tertulis dalam berbagai versi yang berserakan,
kemudian meneliti keotentikan dan keotoritasnya, kemudian diperhadapkan dengan hafalan

7
sahabat yang hafidz, untuk selanjutnya ditulis dengan rasm usmani (dialek Qurays). Pada saat
yang sama teks-teks yang ditulis diberbagai versi itu dibakar.

2. Pendekatan Historical Criticism (Kritik Sejarah)


Pendekatan historis (sejarah agama) merupakan usaha untuk menelusuri asalusul dan
pertumbuhan ide, dan institusi keagamaan melalui periode perkembangan sejarahnya dan
menilai peranan kekuatan yang dihadapi oleh agamasepanjang periode itu.23 Metode kritik
sejarah bertujuan untuk memilih dan membedakan antara sejarah dan legenda, antara fiksi
dan fakta, antara mitos dan realitas24 pendekatan ini digunakan olehorientalis dalam
mengkaji alquran, seperti yang dilakukan oleh Richard Bell yang berpandangan bahwa ada
pengaruh Kristen dalam alquran, yaitu adanya suatu ayat yang menolak penyaliban Yesus
Kristus, dalam versi alquran Isa as, itu tidak disalib, tapi diangkat oleh Allah ke atas langit.
Versi ini sesuai dengan ajaran salah satu sekte Kristen di Syiria.
Pandangan diatas tidak sejalan dengan akidah umat Islam yang menganggap bahwa
alquran itu diturunkan oleh Allah kepada Rasul Muhammad saw melalui perantara Jibril,
dimana esensi alquran itu tercipta diluar dari ruang sejarah, dan bukan hasil belajar Nabi
Muhammad dari kitab suci sebelumnya.

F. Kajian Orientalis Terhadap Islam

Kajian tentang Timur (orient) termasuk tentang Islam, yang dilakukan oleh orang
Barat telah bermula sejak beberapa abad yang lalu. Namun baru pada abad ke 18 gerakan
pengkajian ketimuran ini diberi nama orientalisme. Meski telah banyak kajian tentang
orientalisme, tapi dalam perkembangan pemikiran akhir-akhir ini, tema Orientalisme ini
menjadi semakin relevan untuk diangkat kembali. Sebab kini mengadopsi pandangan,
framework dan kritik-kritik para orientalis tentang Islam menjadi tren di kalangan sementara
cendekiawan Muslim.
Ada yang berpendapat bahwa orientalis pertama yang meng-kaji hadis adalah Alois
Sprenger. Dalam pendahuluan bukunya menge- nai riwayat hidup dan ajaran Nabi
Muhammad, missionaris asal Jerman yang pernah lama tinggal di India ini, mengklaim
bahwa hadis merupakan kumpulan anekdot (cerita-cerita bohong tapi menarik). Klaim ini
diikuti oleh rekan satu misinya, yaitu William Muir, seorang orientalis asal Inggris yang juga
mengkaji tentang Nabi Muhammad dan sejarah perkembangan Islam. Menurut Muir, dalam
literatur hadis nama Nabi Muhammad sengaja dicatut un- tuk menutupi bermacam-macam
kebohongan dan keganjilan.
Orientalis lain yang juga mengkaji hadis adalah Hamilton Alexander Roskeen Gibb,
seorang orientalis asal Ing-gris (1895-1971) melalui karyanya Mohammedanism dan Shorter
Encyclopaedia of Islam, dilanjutkan oleh Joseph Schacht seorang orientalis berkebangsaan
Polandia (1902-1969) melalui karyanya Orientalis Dalam mengkaji Hadis.

1. Orientalis dalam mengkaji Al Qur’an

Sebagian besar kaum orientalis meyakini bahwa al-Qur’an adalah kitab suci yang
dipengaruhi tradisi agamaYahudi dan Kristen. Keterpengaruhan itu meliputi:
ajarankeimanan,hukum-moral, dan kisah-kisah para nabi. Tulisanini mengkaji pandangan
Theodor Nöldeke, seorang orientalisberkebangsaan Jerman. Nöldeke berpendapat bahwa al-
Qur’anadalah kitab suci yang banyak dipengaruhi agama Yahudi danbeberapa dari unsur
agama Kristen. Melalui Bible sebagaitolok ukurnya, Nöldeke juga memandang bahwa

8
beberapanama diri, term agama, dan kisah-kisah nabi terdahulu yangdijiplak Muhammad
dalam al-Qur’an telah dipahami secarakeliru.
dari generasi ke generasi Orentalis berasumsi bahwa al-Qur’an bukan firman Tuhan,
melainkan karangan Muhammad. Hal ini bisa dipahami dalam sejarah konflik keagamaan
yang begitu panjang, Kristen Vs Islam, yang akhirnya berujung pada kebencian sebagai
akibat dari adanya Perang Salib. Konsekuensinya, ketika mereka benci terhadap agama Islam
sebagai bentuk legislasi Tuhan, maka secara tidak langsung mereka juga benci terhadap kitab
suci yang menjadi sumber asasinya bagi umat Islam.
mereka juga mengatakan bahwa jika dilihat lebih jauh, al-Qur’an dalam beberapa
ayatnya banyak mengkritisi doktrin yang ad dalam agama Kristen, misalnya, Allah berfirman
yang artinya: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata sesungguhnya Allah
ialah al-Masih putera Maryam.” Dalam ayat lain Dia berfirman: “Sesungguhnya kafirlah
orang orang yang mengatakan bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga.” Selain itu, Dia
juga berfirman: “Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi orang
yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka.” Di samping itu, Allah juga melaknat orang-
orang Nasrani karena menyatakan al-Masih itu putera Allah.
Secara garis besar mereka juga menyimpulkan bahwa dalam menerjemahkan al-
Qur’an, para Orientalis memiliki isis dan kepentingan tertentu di antaranya: misi Kristenisasi,
melecehkan al-Qur’an, ajaran Islam dan Nabi Muhammad, atau menunjukkan kelemahan
Islam khususnya al-Qur’an dan menunjukkan kelebihan Injil Dengan melakukan
penerjemahan al-Qur’an. selain dapat menunjukkan sisi-sisi kelemahan al-Qur’an
berdasarkan prespektif mereka, mereka juga memasukan nilai-nilai kelebihan Injil dari pada
al-Qur’an Selain itu mereka mereduksi dan mempermainkan bahasa dalam terjemahan yang
mereka lakukan.

2. Orientalis dalam mengkaji Hadist

Dalam pandangan Orientalis, hadits dan sunnah adalah dua hal yang berbeda. Ia
menyatakan bahwa hadits bermakna suatu disiplin ilmu teoritis dan sunnah adalah
kopendium aturanaturan praktis. Satu-satunya kesamaan sifat antara keduanya adalah bahwa
keduanya berakar secara turun-temurun. Dia menyatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang
muncul dalam ibadah dan hukum, yang diakuui sebagai tata cara kaum muslim pertama yang
dipandang berwenang dan telah pula dipraktikan dinamakan sunnah atau adat/ kebiasaan
keagamaan. Adapun bentuk yang memberikan pernyataan tata cara itu disebut hadits atau
tradisi. kalangan orientalis memiliki pandangan tentang otentisitas hadits, yaitu sebagai
berikut:
a. Hadits merupakan produk atau buatan kaum muslim dari abad kedua dan ketiga
hijriah.
b. Masyarakat Islam sebelum abad kedua dan ketiga Hijriah belum memiliki kemampuan
cukup untuk memahami dogma-dogma keagamaan, memelihara ritus keagamaan
danmengembangkan doktrin agama yang kompleks.
c. Kelangkaan peninggalan tertulis yang nyata-nyata menunjukkan bahwa hadits tidak
dapat dipelihara dengan sadar dan tertulis, dan hadits merupakan hasil perkembangan
setelah Islam menemukan perkembangannya dalam hal itu, yaitu abad kedua dan
ketiga Hijriah.
d. Produk hukum Islam merupakan gambaran yang muncul dari hasil perkembangannya
pada abad kedua dan ketiga hijriah,
e. Sebagian besar sanad hadits merupakan rekayasa yang didasari oleh teori projecting
back atau memproyeksikan kebenaran suatu

9
G. Sikap Umat Islam Dalam Menghadapi Gerakan Orientalis

:
1. Mendalami Keilmuan Islam

umat islam harus mempelajari islam itu sendri secara mendalam untuk membendung dan bisa
menjawab apa-apa yang dilontarkan kaum orientalis yang salah atau belum benar
terhadapnya. Dengan meningkatkan Intelektual umat islam sendiri, maka akan melahirkan
generasi – generasi yang memiliki pemikir ilmiah dan tentunya tidak bertentangan dengan
ajaran agama islam.

2. Membuat Sarana Dakwah

Sarana Dakwah sangat penting dalam meningkatkat, mengembangkan serta menyebarluaskan


Ilmu-ilmu Islam yang benar sesuai dengan syariat islam. seingga informasi-informasi yang di
publikasikan tidak hanya sekedar informasi agama namun juga harus mengacu pada
keilmiahan. Tidak hanya mengembangan sarana lewat media namun diharapkan juga melalui
kegiatan-kegiatan yang islami.

3. komunikasi dengan Kaum Orientalis.

Adanya komunikasi Umat Islam dengan Kaum Orientais nantinya di harapkan akan
menemukan titik temu yang baik dalam memecahkan suatu permasalahan. Jika ada kaum
Orientalis yang mengkaji islam numun ada beberapa hal yang tidak bisa di terima oleh umat
islam maka perku untuk diluruskan agar menjadi kebenaran yang umum sesui dengan fakta-
fakta yang ada, dan juga sebaliknya.

4. Mendirikan Badan Penerbit Buku-buku Ilmiah Islamiyah

Dengan menerbitkan buku buku islamiyah maka dapat menjadi acuan para masyarakat dalam
membandingkan ajaran islam yang benar dengan buku buku orientalisme. Berharap buku
islamiyah dapat berkembang secara luas.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Orientalisme yaitu suatu aliran atau mazhab akademik yang mempelajari hal-
hal yang berhubungan dengan dunia ketimuran. Pandangaan orientalis mengeni Islam
sangatlah tidak sesuai dengan Al – qur’an dan Hadist. Dimanaa mereka mengatakan
hal hal yang buruk mengenai Agama Islam seperti mengada ngada dalam
menerjemahkan al – qur’an, mmengolook ngolok Nabi Muhaammad dan juga salah
dalam mengartikan sanad dan matan hadist.
Disamping itu kita sebagai umat islam tentu tidak terima mengenai hal
tersebut, Umat islam menyikapinya dengan sikap yang sesuai dengan ketentuan Al–
Qur’aan dan Hadist. Setelah kita memahami orientaalis maka kita harus bisa
menyaring informaasi informasi mengenai sejarah islam, agar kita tidak ikut
terjeumus ke jalan yang sesat.

B. SARAN

Saya berharap semoga kita semua mampu memahami Agama islam dengan
benar sesuai al qur’an dan sunnah sehingga tidak terpengaruh oleh kalangan
orientalisme. saya juga menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna, mungkin masih ada banyak kesalahan dalam penulisannya kami juga butuh
saran atau kritik agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik dari
pada masa sebelumnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Yurnalis syukuri al faruzi. (2019). Studi orientalis terhadp islaam,dorongan dan tujuan. 28-
33.
Massee Rahman Ambon. Kajian hukum islam presfektif orientalisme. 97-102.

Zaqzuq Mahmud Hamdy 2012. Orientalisme & Latar Belakang Pemikirannya. Universitas
Darussalam Gontor. Diakses tanggal 15 oktober 2021.
http://pku.unida.gontor.ac.id/orientalisme-latar-belakang-pemikirannya/

Qasim, A. Et al. 1996. Bukti-bukti Kebohongan Orientalis. Jakarta: Gema Insani Press

Syamsuddin, A. 2008. Orientalisme dan Diabolisme Pemikiran. Jakarta: Gema Insani

Hourani, A. 1998. Islam dalam Pandangan Eropa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ja'far, A. 1987. Orientalisme dan Studi Tentang Bahasa Arab. Jakarta: Bina Usaha

Tholhah, H. M. 2005. Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman. Jakarta:


Lantabora Press

Baihaki, E. S. (2019). orientalisme dalam penerjemahan al qur'an. ilmu ushuluddin, 28-33.

Kurdi, (2011). PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP AL-QUR’AN (“Teori Pengaruh”


Al-Qur’an Theodor Nöldeke). Halaman 1
Haries 2012. Sikap umat islam dalam menghadapi gerakan orientalis. Diakses tanggal 22 oktober
2021. https://sejahar.wordpress.com/2012/01/03/sikap-umat-islam-dalam-menghadapi-
gerakan-orientalis/

12

Anda mungkin juga menyukai